Bicara banyak hal tentang manusia. Tentang buku yang dibaca dan tentang puisi-puisi yang dituliskan. Selamat mendengarkan.
Mario F. Lawi adalah salah satu penyair muda yang banyak diperbincangkan di kancah sastra Indonesia karena penguasaannya terhadap bahasa latin juga alkitab. Tidak salah jika hampir keseluruhan kumpulan puisinya tidak jauh dari narasi alkitab. Interpertasi dan transliterasi yang ia lakukan sudah semacam pergulatan yang tidak pernah selesai. Kecakapannya menggarap satu tema secara berulang dan intens serta dipadu dengan kedalaman membaca literatur-literatur dari bahasa langsungnya ini membuktikan bahwa, Mario Lawi telah munuju puncak kepenyarian di usia mudanya, yang bagi para penyair lain telah berusaha ditempuh seumur hidupnya.
Sukab menceritakan bagaimana ia mendapatkan sepotong senja dan dipersembahkan untuk kekasihnya dalam sebuah surat cinta. Potongan Surat cinta itu terdapat dalam cerita surealisme Sepotong Senja Untuk Pacarku karya Seno Gumira Adjidarma. Seno sendiri adalah sastrawan kawakan yang kini bertugas sebagai Rektor Institute Kesenian Jakarta.
Menurut penyair Rusia Yevgeni Yevtushenko "autobiografi penyair adalah puisinya" dan itulah yang tampak jelas di dalam puisi-puisi Wiji Thukul. Ia tak menulis dengan bahasa langit. Ia mencatat realitas yang ia rasakan dan alami. Diksi-diksi perlawanan menjadi ciri khas sebab ia hidup di jaman penuh represif. Dengan bahasanya yang sederhana, ia tak sedang ingin menggugah apa pun. Ia menulis karena karena kata-kata adalah senjata. Membaca puisi Wiji adalah membaca sebuah biografi dan juga membaca sebuah zaman.
Di dalam buku puisinya yang kedua, Ibe S. Palogai ingin lebih intim bercakap dengan pembacanya. Ia tak ingin berdiri sebagai agitator di atas mimbar dan menjadikan pembacanya penyimak yang pasif. Berbeda dengan puisi pertamanya yang banyak berkutat pada perang dan kekalahan, kali ini ia bicara tentang cinta dengan strukturnya yang telah pudar seperti pada dua puisinya ini.
'Menolak Bungkam' adalah frasa yang sekilas mengingatkan kita dengan Wiji Tukul (penyair rakyat yang dihilangkan negara). Najwa dengan kecakapan rimanya bicara banyak tentang sajak-sajak perlawanan di dalam bukunya yang berjudul Catatan Najwa. Salah satu yang paling mengelorakan semangat rebel itu adalah puisi Menolak Bungkam
Puisi Soe Hoek Gie ini terdapat di dalam buku catatanya yang kemudian dibukukan dalam buku berjudul Catatan Seorang Demonstran. Puisi ini tak memiliki judul, tetapi banyak yang menerka-nerka judul puisi ini, salah satu diantaranya: puisi terakhir.
Untik eps. 2. kali ini ada puisi dari penyair Makassar M. Aan Mansyur - "Sejam Sebelum Matahari Tidak Jadi Tenggelam" yang terdapat di dalam buku Melihat Api Bekerja. Selamat mendengarkan.
Untuk edisi pertama #bacapuisi, dialog Zainuddin yang terdapat dalam roman Hamka - Tenggelamnya Kapal Van der Wick menjadi pembuka. Di episode berikutnya, akan ada lagi puisi-puisi penyair lainnya.