Hal-hal menarik sering melintas tiba-tiba di kepala, sewaktu kita tidak memegang catatan dan pena, juga saat ponsel kita kehabisan paket data. Lalu yang bisa kita lakukan hanya bercerita pada diri sendiri. Atau beberapa yang terekam kubagikan di sini. -- instagram: @gita.prayitno email: hellogita@k…
Kembali membacakan sebuah cerita! Kali ini dibacakan dari sebuah tulisan blog medium.com/fiksioma, berjudul "Tentang K: Kamu dan Kebahagiaan-Kebahagiaan Kecil Yang Kutemukan". Menceritakan tentang pertemuan seorang perempuan dengan lelaki asing bernama K di kedai kopi kampus. Kisah yang berlanjut dengan segenap rasa ingin tahu, juga keterikatan perasaan.
Kali ini mencoba untuk membacakan sebuah cerita. "Isyarat Cinta Yang Keras Kepala" karya Puthut EA. Salah satu cerpen yang paling kusukai dari sekian banyak tulisan Phutut lainnya yang kusuka. Ini pertama kalinya aku membaca buku sembari merekam suaranya. Akan kucoba lebih baik lain waktu.
Aku memutuskan untuk mengarantina diri di rumah selama minimal 14 hari sepulang dari pertemuan di Jakarta. Selang beberapa hari dalam self quarantine itu, kondisi kesehatanku menurun. Seminggu lamanya tubuhku mengalami kelelahan, demam ringan, batuk dan napas yang agak sesak. Semua pekerjaan dan pertemuan ditunda demi kewaspadaan bersama. Podcast ini adalah tentang hal-hal yang kupikirkan dalam upayaku menguatkan imunitas diri: sebagai seorang yang sering sakit, ibu rumah tangga, dan mekanisme pertahanan melawan stres.
Masih dalam topik Pernikahan, di episode 004 ini kita membahas mengenai Prenuptial Agreement atau yang lebih dikenal sebagai "Perjanjian Pra-Nikah". Setiap pasangan yang siap menuju jenjang pernikahan biasanya akan disibukkan dengan berbagai persiapan. Terutama persiapan menjelang hari pernikahan mereka. Namun selain pentingnya merayakan momen bahagia, tak bisa dipungkiri ada bahtera rumah tangga yang akan segera dijalani dengan segala suka dukanya -- yang juga butuh dipersiapkan dengan matang. Apa itu Prenuptial Agreement? Apa saja isinya? Penting nggak sih membahas kesepakatan dan membuat perjanjian pra-nikah? Ada lho yang berpendapat Prenuptial Agreement ini membuat pernikahan jadi nggak romantis, bahkan berpotensi mencederai aspek cinta dalam pernikahan.
"Kapan nikah?" adalah pertanyaan yang sangat mengesalkan. Di sisi lain, tidak sedikit pula yang benar-benar sudah siap menikah, namun justru ditentang oleh orangtua karena berbagai alasan. Bicara pada orangtua bahwa kita sudah siap menikah ternyata tidak semudah yang dibayangkan, butuh adrenalin yang lumayan tinggi -- apalagi kalau langsung ditolak begitu saja. Ini adalah cerita versi kami dalam 4 segmen: Pengantar, Cerita Versi Gita, Cerita Versi Bagus, dan insight dari kami berdua tentang bagaimana dahulu kami membangun komunikasi dengan ayah dan ibu, serta meyakinkan keduanya tentang niat untuk menikah.
Gimana caranya untuk berdamai dengan masa lalu.? Sebelum kita memulai hubungan yang baru, apalagi menikah, pasti kita semua pernah menjalani masa lalu. Semua orang punya masa lalu, dari yang sangat menyenangkan, sampai yang sedih -- dan bahkan nggak ingin kita ingat-ingat. Berdamai dengan masa lalu itu nggak mudah, tapi kita juga nggak bisa terus membawa perasaan sedih itu ke kehidupan kita berikutnya. Akan ada masanya kita kita harus meredakan itu semua dan menjalani kehidupan dengan hati yang lapang. Kali ini kita akan ngobrolin gimana caranya untuk berdamai dengan masa lalu.
Sebuah pertanyaan tidak datang dari ruang vakum. Pasti ada alasannya. Pasti ada keresahannya. Termasuk tentang menikah. Kita semua pernah punya pertanyaan tentang pernikahan, mungkin juga yang terpendam. Ini adalah sebuah perspektif menanggapi sebuah instastory teman yang mempertanyakan: “Kenapa sih harus menikah?”