POPULARITY
Categories
Jede:r Vierte in Deutschland erlebt im Laufe des Lebens ein Trauma. In dieser Folge fragen sich Atze und Leon: Was ist Trauma eigentlich, wie oft betrifft es uns – und was hilft wirklich? Sie sprechen über die bewegende Geschichte von Marc Wallert, der 140 Tage in Geiselhaft lebte, und schauen auf die neuesten wissenschaftlichen Leitlinien zu Traumatherapie. Es geht darum, wie Trauma unser Denken und Fühlen verändert – und wie Heilung und Hoffnung trotzdem möglich sind. Fühlt euch gut betreut Leon & Atze Instagram: https://www.instagram.com/leonwindscheid/ https://www.instagram.com/atzeschroeder_offiziell/ Mehr zu unseren Werbepartnern findet ihr hier: https://linktr.ee/betreutesfuehlen Tickets: Atze: https://www.atzeschroeder.de/#termine Leon: https://leonwindscheid.de/tour/ VVK Münster 2025: https://betreutes-fuehlen.ticket.io/ Empfehlungen: Buch-Tipp: The End of Trauma‘ von George Bonanno Bonanno ist einer der führenden Resilienzforscher und zeigt in diesem Buch sehr eindrücklich, dass Resilienz nicht die Ausnahme ist, sondern die Regel. Quellen American Psychological Association. (2017). Clinical practice guideline for the treatment of posttraumatic stress disorder (PTSD) in adults. https://www.apa.org/ptsd-guideline/ptsd.pdf Offizielle Leitlinien der APA zur Behandlung von PTBS, Grundlage für die im Podcast diskutierten Empfehlungen Cyniak-Cieciura, M., Popiel, A., Zawadzki, B., & Pragłowska, E. (2015). Changes in dysfunctional posttraumatic cognitions and self-efficacy as mechanisms of cognitive-behavioral therapy for PTSD. Psychiatry Research, 229(1–2), 157–163. https://doi.org/10.1016/j.psychres.2015.07.027 Untersuchung an Autounfall-Überlebenden mit PTBS, die zeigt, dass Veränderungen in negativen Gedanken zentral für den Therapieerfolg sind Dekel, S., Ein-Dor, T., & Solomon, Z. (2013). Posttraumatic stress disorder and change in self-perceptions: A longitudinal study of former prisoners of war. Journal of Traumatic Stress, 26(2), 192–199. https://doi.org/10.1002/jts.21791 Längsschnittstudie an israelischen Veteranen, die zeigt, dass starke PTBS-Symptome langfristig zu immer negativeren Selbst- und Weltbildern führen können Hauffa, R., Rief, W., Brähler, E., Martin, A., Mewes, R., Glaesmer, H., … & Maercker, A. (2011). Lifetime traumatic experiences, posttraumatic stress disorder, and psychiatric comorbidity in a representative sample of the German population. European Archives of Psychiatry and Clinical Neuroscience, 261(4), 223–230. https://doi.org/10.1007/s00406-010-0142-0 Grundlage für Zahlen, wie viele Menschen in Deutschland traumatische Erlebnisse berichten und wie häufig daraus eine PTBS entsteht Rauch, S. A. M., King, A. P., Abelson, J. L., Tuerk, P. W., Smith, E., Rothbaum, B. O., … & Liberzon, I. (2015). Biological and symptom changes in posttraumatic stress disorder treatment: A randomized clinical trial. Depression and Anxiety, 32(3), 204–212. https://doi.org/10.1002/da.22331 Studie mit Veteranen, die untersucht, ob physiologische Reaktionen (z. B. Cortisol) während der Traumatherapie wichtige Hinweise auf den Therapieerfolg geben Stangl, W. (2021). Stichwort: "Trauma – Online Lexikon für Psychologie und Pädagogik." Online Lexikon für Psychologie und Pädagogik. https://lexikon.stangl.eu/647/trauma (2021-10-29) Allgemeine Definition und psychologischer Überblick zum Begriff Trauma Redaktion: Julia Ditzer Produktion: Murmel Productions
Episode kali ini mengajak kita untuk melihat ke dalam diri kita sendiri. Pernahkah Anda merasa lelah tanpa sebab yang jelas, atau kehilangan semangat padahal pekerjaan masih menumpuk? Seringkali kita melupakan sebuah rahasia kecil yaitu menemukan energizer dalam hidup kita. Hal itu tidak hanya motivasi saja, melainkan hal-hal sederhana yang benar-benar memberi energi besar untuk melangkah lagi.Tanadi Santoso membagikan pengalaman pribadi sekaligus insight praktis tentang bagaimana setiap orang punya energizer dan zapper yang berbeda. Apa yang membuat seseorang bersemangat bisa jadi membosankan bagi orang lain. Di situlah kuncinya, belajar mengenali apa yang menambah energi kita dan apa yang diam-diam mengurasnya.Dari kisah sederhana tentang memotret pagi hari, hingga contoh nyata bagaimana CliftonStrengths dapat membantu kita mengenali kekuatan yang benar-benar menghidupkan, Anda akan menemukan betapa pentingnya mengisi "kotak rahasia energi" versi Anda sendiri. Inilah yang disebut Jewelry Box of Energizer, sebuah metafora tentang menyimpan hal-hal kecil yang bisa jadi sumber kekuatan di saat jenuh dan lelah.Selain berbagi pengalaman dan kisahnya, Tanadi Santoso juga berbagi tips praktis yang bisa langsung diterapkan. Bagaimana cara menambah energizer dalam aktivitas sehari-hari, bagaimana menyiasati hal-hal yang melelahkan, dan bagaimana memanfaatkan orang, tempat, serta pengalaman positif sebagai pengisi ulang energi hidup kita.
Kalau habis ikutan seminar pengembangan diri tuh bawaannya pengin menaklukkan dunia gitu ya. Tapi begitu pulang, malah ngerasa stuck, bingung mau ngapain, mesti mulai dari mana. Makin frustasi pas nyadar kita berstatus warga +62, *sigh, semangatnya langsung melempem tinggal sisa separuh. Masih ada harapan gak sih, potensi-potensi kita bisa diaktualkan dan dioptimalkan? Gimana caranya?Dengerin podcast episode karena mau ngebahas:1. Apa sih masalah yang bikin kita stuck dan belum berkembang semaju negara tetangga?2. Gimana kita bisa unleash our potential?3. Gimana AI bisa bantu kita relevan?Simak episodenya di KBR.id, Spotify, Noice, dan platform mendengarkan podcast lainnya.Kalau kamu suka konten ini, kasih bintang 5 ya!
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menegaskan, beras impor yang masuk ke Indonesia bukan untuk konsumsi masyarakat luas, melainkan khusus memenuhi kebutuhan restoran tertentu, seperti Beras Jepang atau Beras Basmati. Wamentan juga memastikan tidak ada impor beras, meningkat stok beras ada 4 juta ton. Apa temuan DPR, atas kelangkaan dan tersendatnya distribusi beras di sejumlah daerah? Talk bersama Anggota Komisi IV DPR RI, Riyono.
Dr. Jaimee Arnoff reviews evidence-based strategies to help caregivers support adolescents facing suicidal ideation or self-harm, including guidance on boundary setting, safety planning, and recognizing when to escalate to emergency services. Interview with Elizabeth Irias, LMFT. Earn CE credit for listening to this episode by joining our low-cost membership for unlimited podcast CE credits for an entire year, with some of the strongest CE approvals in the country (APA, NBCC, ASWB, and more). Learn, grow, and shine with Clearly Clinical Continuing Ed by visiting https://ClearlyClinical.com. DISCLAIMER: Please note that this episode discusses death by suicide and various forms of self-injurious behaviors, including discussion of redacted case examples.
Polda Jateng selama empat hari Demonstrasi sejak Jumat (29/8/2025) hingga Senin (1/9/2025) di Kota Semarang, telah menangkap 1.747 orang yaitu 1.058 orang masih usia remaja dan terpengaruh oleh ajakan di sosial media (medsos) . Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah (Jateng) melakukan pendataan dan bagi yang mereka yang terbukti melakukan tindakan perusakan-pembakaran, akan mendapat sanksi dari pihak sekolah, maupun kepolisian. Hal ini di sampaikan oleh Sekretaris Disdikbud Jateng, Syamsudin yang masih menjalin koordinasi dengan satuan pendidikan mengenai anak-anak yang terlibat aksi kerusuhan. Kendati nanti ada sanksi yang diberikan, pihaknya memastikan tetap humanis dan sesuai Undang-Undang Perlindungan Anak. Sanksi berbeda bakal didapat oleh pelajar yang terbukti melakukan perusakan maupun pembakaran. Khususnya bagi mereka yang telah ditetapkan tersangka oleh aparat kepolisian.Apa yang menjadi catatan dan hal penting untuk mencegah anak di bawah umur tidak mengikuti Demo Anarkis?Narasumber : Pengamat Pendidikan Universitas PGRI Semarang, Dr. Ngasbun Egar.
Upaya menghidupkan kembali Pasukan Pengamanan Masyarakat alias Pam Swakarsa terus menuai polemik. Di Surabaya, upaya ini sudah jadi nyata, dengan pembentukan Pam Swakarsa di tiap RW yang didukung penuh pemerintah kota. Langkah tersebut ditengarai sebagai tindak lanjut arahan TNI yang mendorong aktivasi Pam Swakarsa, buntut gelombang demonstrasi di berbagai daerah, akhir Agustus lalu, yang berujung rusuh dan jatuh korban jiwa.Di media sosial dan aplikasi perpesanan, beredar surat berjudul “Pelaksanaan Instruksi Pengamanan Swakarsa di Seluruh Indonesia” yang terbit pada 1 September 2025. Surat tersebut ditandatangani Ketua Umum Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri (GM FKPPI) Dwi Rianta Soerbakti dan Sekjen, Ari Garyanida.Setelah Surabaya, bukan tak mungkin daerah lain bakal menyusul membentuk Pam Swakarsa. Apalagi sejumlah anggota DPR juga sudah menyatakan dukungan.Sedangkan, masyarakat sipil pegiat HAM tetap konsisten menolak reaktivasi Pam Swakarsa, karena punya jejak hitam di masa lalu. Di 1998, Pam Swakarsa dimanfaatkan dan dipersenjatai untuk menghalau demonstran yang berunjuk rasa saat Sidang Istimewa MPR. Kehadiran Pam Swakarsa dikhawatirkan bakal menciptakan ketakutan serta meningkatkan eskalasi konflik horizontal.Apa urgensi dan relevansi pembentukan kembali Pam Swakarsa? Apa motif di balik upaya melibatkan kelompok sipil dalam menjaga keamanan wilayah? Apa saja yang harus diwaspadai dari reaktivasi Pam Swakarsa di tengah kondisi masyarakat saat ini? Bagaimana seharusnya pemerintah menyikapi pro kontra publik soal keterlibatan ormas dan sipil dalam pengamanan masyarakat?Di Ruang Publik KBR kita akan bahas topik ini bersama Sekjen Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia dan HAM Indonesia (PBHI) Gina Sabrina, Ketua Bidang Politik PP KB Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Dan Putra Putri TNI-Polri (FKPPI) Arif Bawono, dan Duta Besar RI untuk Filipina dan Republik Kepulauan Marshall dan Republik Palau Agus Widjojo.
Heritage poultry breeding isn't nostalgia—it's a disciplined, data-driven path to better birds and better outcomes. In Part 1 of this deep-dive, Frank Reese, Jr. joins Carey Blackmon and Jeff Mattocks to unpack what “heritage/standard-bred” really means, how USDA recognizes certified standard-bred labels, and why the American Poultry Association's Standard matters on the farm and in the marketplace. We cover picking your purpose (meat, eggs, or both), matching breeds and lines to goals, and the real-world economics of selling eggs, processing birds, and staying solvent. You'll hear practical guidance on breed/line selection (New Hampshires, Barred Plymouth Rocks, Delawares, Wyandottes, Buckeyes, Jersey Giants, Brahmas), realistic timelines and dress weights for frying vs. roasting birds, why roosters drive egg-production genetics in their daughters, and how to source from local breeders who select for utility—not just feathers. We also dig into maintaining a line without “chasing crosses,” culling with purpose, and building a small, sustainable program that pays its own way.Key takeaways • Define & defend “standard-bred/heritage” using APA standards and accepted definitions • Start with outcomes: eggs to offset feed vs. meat sales vs. both • Dual-purpose classics that still perform—and what to ask breeders about their selection goals • Processing economics 101: when small-scale works (and when to pivot) • Linebreeding, selection, and culling: how to actually improve year over year • Part 2 drops next Tuesday—subscribe so you don't miss the conclusionListen to this episode at www.thepoultrykeeperspodcast.com#PoultryKeepersPodcast #PoultryKeepers360 #PoultryBreedersNutrition #ShowProFarmSupply #HeritagePoultry #StandardBred #DualPurpose #BackyardChickens #HomesteadPoultry #PoultryBreeding #APA #GoodShepherdConservancy #BarredRock #NewHampshire #DelawareChicken #Wyandotte #Buckeye #JerseyGiant #Brahma #FlockManagementYou can email us at - poultrykeeperspodcast@gmail.comJoin our Facebook Groups:Poultry Keepers Podcast - https://www.facebook.com/groups/907679597724837Poultry Keepers 360 - - https://www.facebook.com/groups/354973752688125Poultry Breeders Nutrition - https://www.facebook.com/groups/4908798409211973Check out the Poultry Kepers Podcast YouTube Channel - https://www.youtube.com/@PoultryKeepersPodcast/featured
Pada suatu waktu, hidup seorang wanita yang sangat kaya di kota Kuraraghara, sekitar 120 yojana jaraknya dari Savatthi. Dia mempunyai seorang anak bernama Sona yang telah menjadi Bhikkhu. Pada suatu hari, atas permintaan ibunya, Bhikkhu Sona membabarkan Dhamma kepada ibunya dan orang-orang di kota kelahirannya di sebuah paviliun. Ibunya mengajak seluruh orang di rumahnya dan hanya meninggalkan seorang pembantu.Saat pembabaran Dhamma sedang berlangsung, sekawanan perampok masuk ke rumahnya. Pemimpin perampok sengaja pergi ke paviliun tempat wanita tersebut berada dan mengawasinya, dengan tujuan untuk membunuhnya apabila dia pulang ke rumah lebih awal. Pembantunya yang melihat para perampok memasuki rumah, pergi melapor kepada majikannya, tetapi dia hanya berkata, “Biarkan para perampok mengambil semua uangku, aku tidak peduli; tapi jangan datang dan menggangguku saat aku mendengarkan Dhamma. Pulanglah.” Si pembantu pulang, namun ketika melihat para perampok mengambil barang dan emas dan perak, dia kembali melaporkan kepada majikannya, tapi selalu mendapatkan jawaban yang sama. Pimpinan perampok yang melihat semua itu menjadi tergugah dan menyuruh anak buahnya mengembalikan semua barang yang dicuri, kemudian datang mendengarkan Dhamma, dan bahkan akhirnya mereka semua menjadi Bhikkhu. Buddha, dari jarak 120 yojana, mengetahui kejadian ini. Apa nasihat Buddha kepada mereka? Apa yang harus dilakukan oleh seorang Bhikkhu untuk mencapai Nibbāna?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 368-376 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Hai Wonder Kids, kembali dalam renungan anak GKY Mangga besar. Judul renungan hari ini adalahDILUAR IMAJINASI KITAMari kita membaca Firman Tuhan dariPENGKHOTBAH 3: 10Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.Wonder Kids, dunia ini tidak bisa memberimu semua yang kamu butuhkan. Kamu ingin bebas dari rasa lapar, sakit, air mata, dan kehilangan. Kadang kamu bertanya, "Kenapa hidup ini sulit?"Tapi Allah memberimu sukacita. Dia memberi pelukan hangat dari orang tua, sahabat yang baik, dan sinar matahari yang menghangatkan punggungmu. Semua ini adalah hadiah dari Allah untuk memberimu harapan dan kekuatan.Allah berkata, "Jika ini sudah terasa baik, tunggu saja sampai kamu melihat apa yang sudah Aku sediakan bagimu di surga."Di 1 Korintus 2:9, Paulus berkata, " Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."Sungguh Firman Tuhan yang luar biasa bukan? Tidakkah kamu melihat apa yang tertulis disana? Surga itu melebihi imajinasimu. Kamu tidak bisa membayangkan kesempurnaan surga.MARI KITA BERTUMBUH DI DALAM ANUGERAH TUHANWonder Kids, lampu senter berguna di malam hari untuk menerangi jalanmu. Tapi di pagi hari, cahaya matahari jauh lebih terang. Sukacita di surga seperti matahari—tidak bisa dibandingkan dengan yang ada di dunia.Mari kita berdoaBapa yang baik, terima kasih atas rencana-Mu yang indah untuk hidupku. Tolong aku untuk selalu berharap kepada-Mu dan percaya pada semua hal baik yang Engkau sediakan bagiku. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa, Amin.Wonder Kids, ALLAH TELAH MENYEDIAKAN HAL-HAL YANG LUAR BIASA BAGI KITA YANG PERCAYA KEPADA-NYA. Tuhan Yesus memberkati
sebuah bangsa yang dibangun dengan pengorbanan dan semangat besar para pejuang, kini dihadapkan pada pertanyaan tentang bagaimana nilai-nilai luhur itu dipahami dan diteruskan. Menjawab hal tersebut, #QNAMETROTV menghadirkan serta mendengarkan pandangan dari anak-anak pemimpin bangsa yang pernah memegang kekuasaan tertinggi di negeri ini.Bagaimana pandangan mereka melihat Indonesia hari ini? Apa pesan dan nilai-nilai penting dari para tokoh bangsa yang harus dipelihara agar bangsa Indonesia makin maju?
Presiden RI, Prabowo Subianto merombak kabinet merah putih, salah satunya mengganti Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito ariotedjo. Namun, Presiden Prabowo belum melantik Menteri penggantinya. Pergantian Menpora dilakukan ditengah peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) hari ini 9 September 2025 dengan tema "Olahraga Satukan Kita". Apa harapan Komisi X DPR di Haornas ini? Wawancara bersama Anggota Komisi X DPR RI, Ledia hanifah
Sri Mulyani mendadak trending usai dicopot dari jabatannya sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) dan digantikan Purbaya Yudhi Sadewa per Senin (08/09) kemarin. Empat pos lain yang juga terkena reshuffle jilid 2 adalah Budi Gunawan (Menko Politik dan Keamanan), Abdul Kadir Karding (Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia), Budi Arie Setiadi (Menteri Koperasi), dan Dito Ariotedjo (Menteri Pemuda dan Olahraga).Pasar langsung bereaksi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup anjlok 100,49 poin atau 1,28 persen ke level 7.766.Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers perdananya, kemarin menyatakan percaya diri dengan pengalamannya dalam pengelolaan fiskal sejak era pemerintahan SBY pada 2008.Purbaya sudah ditunggu bertumpuk-tumpuk pekerjaan rumah, di antaranya masalah fiskal, reformasi pajak, pengelolaan APBN, hingga beban utang negara.Apakah Purbaya sosok Menkeu yang tepat di situasi sekarang? Apa saja catatan untuk Menkeu baru? Bagaimana respons pasar maupun publik terhadap pemilihan Purbaya sebagai pengganti Sri Mulyani?Di Ruang Publik KBR kita akan bahas topik ini bersama Ekonom Senior INDEF Tauhid Ahmad dan Ketua Umum Asosiasi IUMKM Indonesia (AKUMANDIRI) Hermawati Setyorinny.
It's Monday, September 8th, A.D. 2025. This is The Worldview in 5 Minutes heard on 140 radio stations and at www.TheWorldview.com. I'm Adam McManus. (Adam@TheWorldview.com) By Adam McManus Russian pastor sent to prison labor camp for sermon On September 3, Russian Pastor Nikolay Romanyuk, age 63, was found guilty of making “Public calls to implement activities directed against the security of the Russian Federation,” reports International Christian Concern. Despite the Russian pastor's age and poor health conditions, the court sentenced him to four years in a prison labor camp. In a statement before the court, Pastor Romanyuk said, “Yes, I gave a sermon in which I touched on military, albeit forced, murder. I do not retract what I said. I set forth my personal view and attitude towards the taking of a human life. This is my personal attitude as a clergyman.” Pastor Romanyuk gave his now-criminal sermon a week after Russia partially mobilized its forces against Ukraine in September 2022 at the Holy Trinity Pentecostal Church in a suburb of Moscow, Russia. From the pulpit, Romanyuk preached, “It was written in our [church] doctrine that we are pacifists and cannot participate in this. It is our right to profess this on the basis of Holy Scripture.” Svetlana Zhukova, Pastor Romanyuk's daughter, wrote on social media, “Imagine, Dad was convicted for his opinion, his position. There is no crime. Not a single person suffered from his actions. The state did not suffer at all.” Acts 5:29 says, “We must obey God rather than men.” Ted Cruz torches Tim Kaine for describing God-given rights as 'very, very troubling' Here in America, on September 3rd, the U.S. Foreign Relations Committee addressed the nomination of Riley Barnes to be Assistant Secretary of State for Democracy, Human Rights, and Labor. In response to Barnes' introductory statement before the committee, Democratic Senator Tim Kaine of Virginia objected to Barnes who underscored Secretary of State Marco Rubio's assertion that our rights come from God, not government, reports The Christian Post. Listen. KAINE: “This is a quote from Secretary Rubio, our rights come from God, our Creator, not from our laws, not from our governments. I find that very, very troubling. … “The notion that our rights do not come from our laws or our government should make people very, very nervous, because people of any religious tradition, or none, are entitled to the equal protection of the laws under the 14th Amendment. It shouldn't matter what their religious background is, what they think about God or the Creator, what their church affiliation is.” Republican Senator Ted Cruz of Texas, another member of the U.S. Foreign Relations Committee, took issue with Senator Kaine. CRUZ: “Senator Kaine said, in this hearing, that he found it a radical and dangerous notion that you would say, ‘Our rights came from God and not from government.' I just walked into the hearing as he was saying that and I almost fell out of my chair, because that ‘radical and dangerous notion,' in his words, is literally the founding principle upon which the United States of America was created. “And if you do not believe me, then you can believe perhaps the most prominent Virginian to ever serve, Thomas Jefferson, who wrote, in the Declaration of Independence, ‘We hold these truths to be self-evident, that all men are created equal, and that they are endowed by their Creator,' -- not by government, not by the Democratic National Committee, but by God, -- ‘with certain unalienable rights, that among these are life, liberty and the pursuit of happiness.' “I have to say, it is stunning to me that the principle that God has given us natural rights is now deemed by Democrats some radical and dangerous notion. Mr. Jefferson was right when he wrote those words. Government exists to protect those rights.” Christian foster parents sue Massachusetts for requiring them to support ‘gender transitions' A pair of Christian foster families in Massachusetts is suing the state for barring them from fostering more children based on their refusal to affirm gender confusion among kids in their care, reports LifeSiteNews.com. Alliance Defending Freedom is representing Nick and Audrey Jones, who have cared for seven small children since 2023; and Greg and Marianelly Schrock, who have cared for 28 children since 2019. Despite both couples effectively providing needed, loving homes without incident, the Massachusetts Department of Children & Families decided they can no longer continue to do so unless they're willing to affirm the gender confusion of future kids placed with them, including support for so-called “gender transitioning” and the use of biologically inaccurate pronouns. Their attorneys said, what Massachusetts is doing “is a violation of foster parents' religious freedom under the First Amendment as well as a reckless rejection of needed homes for orphaned or abandoned children.” Matthew 18:6 says, “If anyone causes one of these little ones—those who believe in Me—to stumble, it would be better for them to have a large millstone hung around their neck and to be drowned in the depths of the sea.” Jimmy Stewart's World War II heroism and his father's promise to pray And finally, do you recognize this voice? “Mary, I know what I'm gonna do tomorrow and the next day and next year, and the year after that. I'm shaking the dust of this crummy little town off my feet, and I'm gonna see the world: Italy, Greece, the Parthenon, the Colosseum. Then, I'm coming back here and go to college and see what they know. And then I'm gonna build things. I'm gonna build airfields, I'm gonna build skyscrapers a hundred stories high. I'm going to build bridges a mile long.” If you guessed Jimmy Stewart, you're right. He is the actor who famously portrayed George Bailey in the Christmas film “It's A Wonderful Life.” You'll be glad to know that Hollywood is now producing a movie about Stewart's life entitled “Jimmy” starring K.J. Apa, reports FaithWire.com. After earning five Oscars, Stewart felt somewhat of a “hollowness.” At that time in the early 1940s, the world's instability was coming to a head, with war clouds on the horizon. Stewart made a stunning decision. He had been a private pilot, but he decided to enlist in the Army Air Corps. He said, “I want to be something more than just a Tinseltown hero. I wanted to serve my country, serve my fellow Americans.” Stewart became a squadron commander — a job that involved leading thousands of men in bombing runs during the war. His father, Alexander, who will be portrayed by Neil McDonough, wrote a letter which he slipped into Jimmy's uniform pocket before he went and that included a copy of Psalm 91, a Scripture which underscores the Lord's comfort and presence. His dad wrote, “I will be praying for you the whole time you're away that God will be with you. You'll make it home safely.” Jimmy Stewart kept that letter with him in his uniform on every mission that he went on. Providentially, the actor did make it back home, though he suffered from Post Traumatic Stress Disorder after seeing hundreds of his men shot down and killed. By the time Stewart left the battlefield, he was far from the Hollywood leading man he was before fighting on the frontlines. An old friend named Frank Capra, a Hollywood director who also served in World War II, told Stewart he had the “perfect role” for him. It was “It's A Wonderful Life.” God used that film to re-energize Stewart's career. Alexander Stewart, his father, embodied the verse found in Malachi 4:6. “[God] will turn the hearts of the fathers to their children, and the hearts of the children to their fathers.” Close And that's The Worldview on this Monday, September 8th, in the year of our Lord 2025. Follow us on X or subscribe for free by Spotify, Amazon Music, or by iTunes or email to our unique Christian newscast at www.TheWorldview.com. I'm Adam McManus (Adam@TheWorldview.com). Seize the day for Jesus Christ.
In this episode, Dèsa meets with Sutton King and Ariel Richer, the co-founders of the Urban Indigenous Collective, to delve into the intersection of collective healing and natural medicine, exploring how culturally tailored health services can empower Indigenous communities. Sutton and Ariel share their insights on reclaiming space for urban Indigenous peoples, fostering kinship, community-based participatory research, and utilizing Indigenous knowledge systems to create pathways for wellness. For more on our guests, links from the conversation, and APA citation for this episode visit https://concept.paloaltou.edu/resources/the-thoughtful-counselor-podcast The Thoughtful Counselor is created in partnership with Palo Alto University's Division of Continuing & Professional Studies. Learn more at concept.paloaltou.edu
Risto is joined by a group of colleagues to discuss one article that we feel has been most influential on our current or past research. We're talking about articles that have had a profound impact on where our research went and discuss a little about the back story from each. Here are the APA citations of the articles if you want to look them up:Risto's article:Oliver, K. L., Hamzeh, M., & McCaughtry, N. (2009). Girly girls can play games/las niñas pueden jugar tambien: Co-creating a curriculum of possibilities with fifth-grade girls. Journal of Teaching in Physical Education, 28(1), 90-110.Kevin's article:Sparkes, A. C., Templin, T. J., & Schempp, P. G. (1993). Exploring dimensions of marginality: Reflecting on the life histories of physical education teachers. Journal of Teaching in Physical Education, 12(4), 386-398.Erin's Article:Ladson-Billings, G. (1995). Toward a theory of culturally relevant pedagogy. American Educational Research Journal, 32(3), 465-491.Michael's article:Byra, M., & Karp, G. G. (2000). Data Collection Techniques Employed in Qualitative Research in Physical Education Teacher Education. Journal of Teaching in Physical education, 19(2).Emily's article:Prusak, K. A., Pennington, T., Graser, S. V., Beighle, A., & Morgan, C. F. (2010). Systemic success in physical education: The East Valley phenomenon. Journal of Teaching in Physical Education, 29(1), 85-106.
Sebuah PuisiDitulis Oleh M. Aan MansyurDisuarakan Oleh Ardi Kamal KarimaDalam Buku Tidak Ada New York Hari IniHari-hari membakar habis diriku. Setiap kali aku ingin mengumpulkan tumpukan abuku sendiri, jari-jariku berubah jadi badai angin. Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan.Semua perihal, diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.Seorang ayah membelah anak dari ibunya -dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur. Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.#ardikamal #aacd #aanmansyur #puisi #tidakadanewyorkhariini
Sebuah PuisiDitulis Oleh M. Aan MansyurDisuarakan Oleh Ardi Kamal KarimaDalam Buku Tidak Ada New York Hari IniHari-hari membakar habis diriku. Setiap kali aku ingin mengumpulkan tumpukan abuku sendiri, jari-jariku berubah jadi badai angin. Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan.Semua perihal, diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.Seorang ayah membelah anak dari ibunya -dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur. Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.#ardikamal #aacd #aanmansyur #puisi #tidakadanewyorkhariini
Sebuah PuisiDitulis Oleh M. Aan MansyurDisuarakan Oleh Ardi Kamal KarimaDalam Buku Tidak Ada New York Hari IniHari-hari membakar habis diriku. Setiap kali aku ingin mengumpulkan tumpukan abuku sendiri, jari-jariku berubah jadi badai angin. Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan.Semua perihal, diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.Seorang ayah membelah anak dari ibunya -dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur. Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.#ardikamal #aacd #aanmansyur #puisi #tidakadanewyorkhariini
Sebuah PuisiDI DEPAN LEMARI PENDINGINDitulis Oleh M. Aan MansyurDisuarakan Oleh Ardi Kamal KarimaDalam Buku Tidak Ada New York Hari IniHari-hari membakar habis diriku. Setiap kali aku ingin mengumpulkan tumpukan abuku sendiri, jari-jariku berubah jadi badai angin. Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan.Semua perihal, diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.Seorang ayah membelah anak dari ibunya -dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur. Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.#ardikamal #aacd #aanmansyur #puisi #tidakadanewyorkhariini
Sebuah PuisiDitulis Oleh M. Aan MansyurDisuarakan Oleh Ardi Kamal KarimaDalam Buku Tidak Ada New York Hari IniHari-hari membakar habis diriku. Setiap kali aku ingin mengumpulkan tumpukan abuku sendiri, jari-jariku berubah jadi badai angin. Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan.Semua perihal, diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.Seorang ayah membelah anak dari ibunya -dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur. Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.#ardikamal #aacd #aanmansyur #puisi #tidakadanewyorkhariini
Sebuah PuisiDitulis Oleh M. Aan MansyurDisuarakan Oleh Ardi Kamal KarimaDalam Buku Tidak Ada New York Hari IniHari-hari membakar habis diriku. Setiap kali aku ingin mengumpulkan tumpukan abuku sendiri, jari-jariku berubah jadi badai angin. Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan.Semua perihal, diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.Seorang ayah membelah anak dari ibunya -dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur. Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.#ardikamal #aacd #aanmansyur #puisi #tidakadanewyorkhariini
Uma decisão da Advocacia-Geral da União (AGU) trouxe alívio a milhares de famílias que vivem há décadas na Área de Proteção Ambiental da Baleia Franca, no litoral catarinense. No parecer, a instituição concluiu que não existe conflito jurídico entre a Lei da Mata Atlântica e a Lei da Regularização Fundiária Urbana (Reurb), abrindo caminho para a regularização das moradias na região. A manifestação atende a um pedido da deputada federal Geovânia de Sá (PSDB-SC), que levou à AGU a preocupação das comunidades ameaçadas de despejo. Até então, o entendimento do ICMBio era de que a Reurb não poderia ser aplicada na área por se tratar de Mata Atlântica, apoiando-se em parecer anterior que restringia a consolidação de ocupações em áreas de bioma protegido. Com o novo posicionamento, a AGU esclareceu que a decisão de 2023 tratava apenas de áreas rurais, e não se aplica automaticamente ao contexto urbano. Assim, tanto a Reurb-S (para famílias de baixa renda) quanto a Reurb-E (para ocupações específicas) poderão ser aplicadas, desde que acompanhadas de estudos técnicos e compensações ambientais. A decisão representa o fim de um ciclo de insegurança vivido por moradores que já chegaram a ser tratados como invasores. A orientação da AGU agora servirá de referência a municípios e órgãos ambientais, permitindo que projetos de regularização urbana avancem na APA da Baleia Franca. Na prática, famílias que antes viviam sob risco de remoção passam a ter reconhecido o direito à moradia digna, em harmonia com a preservação ambiental. Em entrevista ao Cruz de Malta Notícias desta segunda-feira (8), a deputada federal Geovânia de Sá, ressaltou a importância da decisão.
Sebuah PuisiDitulis Oleh M. Aan MansyurDisuarakan Oleh Ardi Kamal KarimaDalam Buku Tidak Ada New York Hari IniHari-hari membakar habis diriku. Setiap kali aku ingin mengumpulkan tumpukan abuku sendiri, jari-jariku berubah jadi badai angin. Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan.Semua perihal, diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.Seorang ayah membelah anak dari ibunya -dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur. Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.#ardikamal #aacd #aanmansyur #puisi #tidakadanewyorkhariini
Sebuah PuisiDitulis Oleh M. Aan MansyurDisuarakan Oleh Ardi Kamal KarimaDalam Buku Tidak Ada New York Hari IniHari-hari membakar habis diriku. Setiap kali aku ingin mengumpulkan tumpukan abuku sendiri, jari-jariku berubah jadi badai angin. Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan.Semua perihal, diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.Seorang ayah membelah anak dari ibunya -dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur. Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.#ardikamal #aacd #aanmansyur #puisi #tidakadanewyorkhariini
Sebuah PuisiDI DEKAT JENDELA PESAWAT TERBANGDitulis Oleh M. Aan MansyurDisuarakan Oleh Ardi Kamal KarimaDalam Buku Tidak Ada New York Hari IniHari-hari membakar habis diriku. Setiap kali aku ingin mengumpulkan tumpukan abuku sendiri, jari-jariku berubah jadi badai angin. Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan.Semua perihal, diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.Seorang ayah membelah anak dari ibunya -dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur. Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.#ardikamal #aacd #aanmansyur #puisi #tidakadanewyorkhariini
Sebuah PuisiDitulis Oleh M. Aan MansyurDisuarakan Oleh Ardi Kamal KarimaDalam Buku Tidak Ada New York Hari IniHari-hari membakar habis diriku. Setiap kali aku ingin mengumpulkan tumpukan abuku sendiri, jari-jariku berubah jadi badai angin. Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan.Semua perihal, diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.Seorang ayah membelah anak dari ibunya -dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur. Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.#ardikamal #aacd #aanmansyur #puisi #tidakadanewyorkhariini
Suatu ketika, seorang Bhikkhu murid Buddha, yang menjadi sangat akrab dengan seorang pengikut Devadatta, berkunjung ke vihara tempat Devadatta berdiam dan tinggal di sana selama beberapa hari. Para Bhikkhu yang lain melaporkan hal tersebut kepada Buddha, bahwa terdapat seorang Bhikkhu murid Buddha yang bukan hanya berkumpul dengan pengikut Devadatta, tapi bahkan telah mengunjungi vihara Devadatta, tinggal di sana beberapa hari, serta makan, tidur, dan menikmati makanan dan kenyamanan vihara milik Devadatta. Buddha kemudian mengundang Bhikkhu tersebut dan menanyakan kebenaran dari berita yang telah didengar oleh Buddha. Bhikkhu tersebut mengakuinya, namun beliau berkata bahwa beliau tidak mengikuti ajaran Devadatta. Apa yang kemudian dikatakan oleh Buddha kepada Bhikkhu tersebut? Bagaimana seharusnya seorang Bhikkhu bersikap?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 363-367 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
¡Apa! ¡Qué sorpresa! Por primera vez subimos un episodio a spotify en video.Por fin, además, entramos a LOS MISERABLES. No creo que necesite más presentación.Enjoy!
Episod 6 KenaSoal menampilkan KJ diganding bersama hos jemputan Zaidel Baharudin dalam membincangkan beberapa isu besar serantau dan perkembangan terkini nasional. Episod ini membincangkan rusuhan politik di Indonesia, isu ketelusan pengisytiharan harta, serta persoalan sama ada F1 patut kembali ke Sepang. Sempena bulan kemerdekaan, episod ini turut mengupas makna sebenar patriotisme dan perpaduan rakyat Malaysia.00:00 Intro05:46 Rusuhan Indonesia@backpacker travelog: Apakah pelajaran yang kita boleh ambil dari rusuhan di Indonesia?@zaidrais: Ulasan mengenai kemelut politik di Indonesia; punca utama dan what they shud do.@iskandar frdaus: Opinion on rumah Indonesian minister kena storm/loot.@faiq azhs: Apa langkah awal Malaysia tidak meniadi rusuhan seperti di Indonesia?@nashriqjumati: Apa yang terjadi di Indonesia? zalboxer 79: Apa pendapat KS terhadapdemonstrasi di IndonesiaQusyairie (Brunei): Regarding Indonesia's escalating protests - if govt labels protests as radical/treason, does it calm or worsen? In democracy, is violence against demonstrators justified?28:39 F1 Malaysia@nabeehanazim: F1 di Malaysia berbaloi atau tidak? Menguntungkan atau tidak?@afiqxafiq: Do you think Sepang will be back for F1?37:44 Identiti Patriotik Malaysia@dzariff.jaafar: Are we less tolerant to one another? Lack of civic mindedness as a society.@aimanzakwanzms: Apa indikator semangat patriotik rakyat Malaysia? KS rasa rakyat Malaysia sudah semakin kurang patriotik? Apa penyelesaian praktikal jangka pendek KS untuk perpaduan negara?50:47 Pemikiran Kritis Era AI@al.shafiq22: How did you develop critical thinking? And for current Al development, may it help?01:01:06 Short Q's@amir. amanullah: New season started... MU? Newcastle? Apa prediction KJ & SH?@faisal.yusoff: Lagu Merdeka sepanjang zaman pilihan KS?
Suatu waktu, terdapat lima orang Bhikkhu yang tinggal di Savatthi. Masing-masing dari mereka mempraktekkan pengekangan diri terhadap salah satu dari lima indrianya, dan mereka masing-masing menganggap bahwa yang mereka praktekkan adalah yang tersulit. Terjadilah perdebatan, dan oleh karena tidak ada kesamaan pendapat, maka mereka menemui Buddha untuk menanyakan mengenai hal tersebut. Apa jawaban Buddha kepada mereka? Indria manakah yang sesungguhnya paling sulit dikendalikan? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 360-363 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Join Jay Gunkelman, QEEGD (the man who has analyzed over 500,000 brain scans), Dr. Mari Swingle (i-Minds author), and host Pete Jansons for another engaging NeuroNoodle Neurofeedback Podcast episode discussing neuroscience, psychology, mental health, and brain training.✅ Topic 1 Explained Where did neurofeedback begin? We trace early milestones—from Barry Sterman's SMR “cat” experiments to slow cortical potentials and seizure applications.✅ Topic 2 Deep Dive How alpha–theta training entered addiction treatment, why phenotype-driven protocols matter, and what anterior cingulate focus can do for performance.✅ Topic 3 Insights The panel rants about APA guidance discouraging references older than 10 years—why pioneers still belong in today's citations.✅ Additional Topics
APA lembra que uma reação nos preços da carne de frango já começa a ser verifica, mas ritmo de retomada da alta deve ser lento
Linda Hershman, LMFT, examines how later-in-life parental divorce disrupts rituals, relationships, finances, and caregiving for Adult Children of Divorce (ACODs), highlighting ways to validate their grief and foster resilience across family systems. Interview with Elizabeth Irias, LMFT. Earn CE credit for listening to this episode by joining our low-cost membership for unlimited podcast CE credits for an entire year, with some of the strongest CE approvals in the country (APA, NBCC, ASWB, and more). Learn, grow, and shine with Clearly Clinical Continuing Ed by visiting https://ClearlyClinical.com.
On this episode of the Boss Lady Podcast, Teresa and Jennifer sit down with powerhouse leader Phebe Fuqua, FRA-RA, LEED, NOMA, APA, AIA, IEDC—CEO, Senior Strategist, keynote speaker, and author. Phebe is the CEO of Elite Eagle Developments Inc., and she's passionate about equipping leaders to remain steadfast and focused even when life's storms hit.Phebe will also be a featured speaker at this year's Boss Lady Women's Leadership Conference (Sept 18–19), where she will deliver her keynote 'Unshakable Through the Storm: Focused on the Call.' In this conversation, she shares her personal leadership journey, how to discover 'the call' in your own life, and what it takes to lead with clarity and resilience in challenging times.Connect with Phebe Fuqua: Elite Eagle Developments Inc. https://www.eliteeagledevelopments.org/ REGISTER FOR THE BOSS LADY CONFERENCE, SEPT 18, 19https://www.laddernetwork.org/conference
Pada suatu waktu, raja Pasenadi dari Kosala datang untuk memberi penghormatan kepada Buddha. Ia menjelaskan kepada Buddha alasan keterlambatannya adalah karena beliau harus mengambil alih semua kekayaan seorang miliuner yang meninggal dunia di Savatthi dikarenakan orang tersebut tidak meninggalkan ahli waris. Raja kemudian menceritakan mengenai riwayat hidup orang tersebut, yang meskipun kaya namun sangat kikir. Semasa hidupnya, ia tidak pernah menyumbangkan apapun dan bahkan enggan untuk menggunakan uangnya bagi dirinya sendiri, sehingga ia makan dengan sangat hemat dan hanya memakai pakaian yang murah dan kasar saja. Buddha kemudian menceritakan mengenai kehidupan lampau orang tersebut kepada raja dan hadirin bahwa di kehidupan lampau, pria itu juga adalah seseorang yang kaya. Apa yang terjadi di kehidupan lampau orang tersebut dan kamma apa yang telah diperbuatnya sehingga ia terlahir sebagai manusia yang kaya tapi kikir? Apa akibat menjadi orang seperti itu menurut Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 355-361 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Thanks for reading Actual Intelligence with Dr. Steve Pearlman! Subscribe FREE to receive new posts and support my work.APA to Students: Don't Bother to Think for Yourselves Anymore. Let AI Do It.If in the future you want a psychologist who can actually think about psychology, or a doctor who can actually think about medicine, or a teacher who can think about what their teaching, or a lawyer who can actually think about the law, then the new American Psychological Association's (APA) A.I. policies should make you concerned. Maybe they should even make you angry.As many who've been to college already know, the APA's standards for what constitutes academic integrity and citing sources is the prevailing standard at most institutions. When students write papers or conduct any research, it's typically the APA's standards that they observe for what they are permitted to use and how they must disclose their use of it.Yet, when it comes to supporting critical thinking and actual intelligence, the APA's new standards just took a problematic if not catastrophic turn. And the irony is palpable. Of all the organizations that set standards for how students should use their brains, you might think that the American Psychological Association would want to hold the line in favor of actual thinking skills. You might think that with all of the emerging research on A.I.'s negative consequences for the brain—including the recent MIT study that showed arrested brain development for students using A.I. to write, which you can learn more about on my recent podcast—that the APA would adopt a vanguard position against replacing critical thinking with A.I. You might think that the APA would want to bolster actual intelligence, independent thought, evidence-based reasoning, etc. But instead of supporting those integral aspects of healthy brain development, the APA just took a big step in the opposite direction.I'm referring to the APA's new so-called “standards” for “Generative A.I. Use,” standards that open the doors for students to let Generative A.I. do their thinking for them. For example, the APA liscenses students to have A.I. “analyze, refine, format, or visualize data” instead of doing it themselves, provided, of course, that they just disclose “the tool used and the number of iterations” of outputs. Similarly, the APA welcomes students to have A.I. “write or draft manuscript content” for them, provided that they disclose the “prompts and tools used.”To be clear, the APA's new standards make it all too clear that it is very concerned that students properly attribute their uses of Generative A.I., but the American Psychological Association is not concerned about students using Generative A.I. to do their thinking for them. In other words, the APA has effectually established that it is okay if students don't analyze their own data, find their own sources, write their own papers, create research designs, or effectively do any thinking of their own; it's just not okay if students don't disclose it. In short, the leading and most common vanguard for the integrity of individual intellectual work just undermined the fundamental premise of education itself.What the APA could have done and should have done instead was to take a Gibraltarian stand against students using A.I. in place of their own critical thinking and independent thought. That is what it has done to this point. For example, students were simply not permitted to have a friend draft an essay for them. They were not, in many circles, they were not permitted to allow a friend to proofread their work unless the syllabus licensed them to do so. But for some reason, since it is an A.I. drafting the paper instead of a friend, the APA considers it permissible.Thanks for reading Actual Intelligence with Dr. Steve Pearlman! Subscribe free to receive new posts and support my work.Consistent with its history of guarding academic standards, the APA could have said that students who have an A.I. “analyze … data” or “write or draft manuscript content” were not using their own intellect and therefore cheating. Period. Doing so would have sent a strong message across all of academia that permitting students to use Generative Artificial Intelligence instead of their actual intelligence was a violation of academic integrity, not to mention a gross violation of the most fundamental premise of education itself: the cultivation the student's mind.To be fair, not all of the usages of A.I. referenced by the APA's new standards are cheating. For example, allowing students to use A.I. to “create … tables” or “figures” instead of painstakingly trying to build them in Microsoft word, would not replace the student's meaningful cognitive work.Furthermore, and more importantly, the APA's policies are not binding. Educators, departments, and/or institutions need not follow suit. Any given educator can still restrict A.I. usages and determine their own standards for what is acceptable in a given course, including the establishment of policies that would treat using A.I. to “analyze … data” as cheating (which it should be).And finally, the APA still asserts that “AI cannot be named as an author on an APA scholarly publication.” Yet, to co-opt a psychological term, that seems nothing if not “schizophrenic.” After all, if a student uses A.I. to find its resources, “analyze” their “data,” and “write” their “manuscript,” then why shouldn't it be listed as an author, if not the lead author? What, after all, is the student really doing anyway?Thus, as arguably the leading force for what constitutes academic integrity vs. cheating, the APA's move at least implicitly licenses students across academia to use Generative A.I. in ways that will undermine their individual work, critical thinking, and overall actual intelligence. Once again, the APA just told students everywhere that using A.I. to “write or draft manuscript content” for them, instead of thinking about it themselves, developing their ideas themselves, referencing sources for themselves, perhaps even reading sources for themselves, and on and on, is perfectly okay as long as they cite it when they do so.And while it remains true that faculty can do as they wish, imagine being that high school, college, or graduate school educator who has to stand against the APA. Imagine having to hold the line against what will be mounting droves of students who ask, “Why can't we use A.I. in your class when we use it in our other classes?” And who ask, “Why can't we use A.I. in your class when the American Psychological Association says it is fine?” Considering that educators with stricter A.I. policies are already seeing students unenroll from their courses, the new APA standards my prove catastrophic.So, that returns us to the emerging problem: If you think that academic institutions should graduate students who can think critically about their subject of “expertise”—if you want a doctor who can think about medical things—then the APA just told you that you had better thing again.(This article written with no Artificial Intelligence, only the actual kind.)If you support actual intelligence, please share this with other likeminded people.*** This is a public episode. If you would like to discuss this with other subscribers or get access to bonus episodes, visit pearlmanactualintelligence.substack.com
Members of the APA's Top Articles in Medical Education Committee discuss top articles from 2024. Dr Gayatri Madduri hosts committee members Heidi Kloster and Berry Seelbach in this second and final episode in the series. Articles in this episode are: Artificial Intelligence https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10916112/ Assessment in UME https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38696720/ https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39619001/
What are visitors looking for at the "Taste of Indonesia" festival in Melbourne? - Apa yang banyak dicari pengunjung dalam festival "Taste of Indonesia" di Melbourne?
Pada suatu waktu, sejumlah besar Bhikkhu tiba di vihara Jetavana. Untuk memberikan tempat bagi para Bhikkhu, Samanera Rahula harus pergi dan tidur di dekat pintu, tepat di luar kamar Buddha. Setan (Mara), yang ingin mengganggu Buddha melalui putra-Nya, mengambil bentuk seekor gajah dan melingkari kepala Samanera dengan belalainya, serta mengeluarkan suara yang menggelisahkan dengan harapan untuk menakut-nakutinya. Namun, Rahula tidak bergerak. Buddha yang mengetahui kejadian tersebut dari kamar-Nya kemudian mengatakan sesuatu kepada Mara. Apa yang dikatakan Buddha terkait perbuatan Mara tersebut? Mengapa Rahula bisa tidak jatuh dalam tipu muslihat Mara? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 351-354 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Kencan Dengan Tuhan - Selasa, 2 September 2025Bacaan: "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18)Renungan: Pada suatu hari ada dua orang bersahabat yang melakukan perjalanan di padang pasir kehabisan minum. Akhirnya dengan harga yang sangat mahal mereka dapat membeli setengah gelas air sejuk untuk berdua dari kafilah yang lewat di padang pasir itu. Yang seorang berkata kepada kawannya, "Sungguh sial dapat air hanya sedikit saja." Sedangkan yang lain berkata, "Puji Tuhan, sekalipun sedikit kita masih dapat air." Apa yang menyebabkan kedua orang itu mempunyai pendapat yang berbeda? Karena orang yang pertama itu melihat pada setengah bagian gelas yang kosong itu, sedangkan orang yang kedua itu melihat pada setengah bagian gelas yang berisi air itu. Orang pertama berpikir dari segi negatifnya, sedangkan orang ke dua berpikir dari segi positifnya. Banyak orang merasa berat menjalani hidup ini karena selalu dipenuhi dengan pikiran yang negatif dan lupa untuk mengucap syukur. Sementara itu ada orang yang dengan ringan menjalani kehidupan ini karena mereka selalu mensyukuri atas apapun yang mereka dapatkan. Marilah kita belajar seperti orang yang kedua m, sehingga kita dapat mengucap syukur kepada Tuhan dalam setiap keadaan kita masing-masing. Ucapan syukur kita membuat langkah ini menjadi ringan untuk menuju hari esok. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, aku bersyukur karena boleh mendengar cerita dua sahabat tersebut. Banyak kali dalam kehidupanku aku kehilangan berkat-berkat-Mu karena pikiranku yang selalu negatif dan lupa untuk mengucap syukur, sehingga berkat yang Kau berikan hanya lewat begitu saja tanpa aku sadari. Yesus ajarilah aku untuk mengucap syukur atas segala peristiwa yang kuterima sepanjang hari ini, sehingga dapat meringankan langkahku untuk menuju hari esok bersama-Mu. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Minggu, 31 Agustus 2025Bacaan: "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17) Renungan: Seseorang pernah berkata, "Kalau seekor kucing pernah duduk di atas tungku panas, kucing itu tidak akan duduk di atas tungku panas lagi. Kucing itu juga tidak akan duduk lagi di atas tungku dingin." Apa yang kita alami di masa lalu biarlah itu menjadi sejarah karena kita tidak bisa mengubah masa lalu kita. Jika kita telah menuliskan sejarah yang hitam di masa lalu, putuskanlah mulai hari ini untuk menulis sejarah baru berisikan kisah yang manis dan menginspirasi. Paulus memiliki sejarah yang hitam, ia memburu semua pengikut Yesus dan dengan sukacita membinasakan mereka. Namun, setelah ia bertemu Tuhan di jalan menuju Damsyik, ia berkeputusan untuk memulai sejarah yang baru sebagai seorang yang paling bersemangat memberitakan Injil ke seluruh suku bangsa. Tak peduli seberapa kelam hidup kita di masa lalu, yang terpenting saat ini kita bisa memutuskan untuk memulai menuliskan satu lembaran baru dalam hidup kita, maka Tuhan akan membuka jalan sehingga hidup kita menjadi berkat bagi sesama. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, waktu-waktu ini berjalan begitu cepat. Belum banyak yang bisa kubuat untuk menyenangkan hati-Mu. Di hari yang lalu begitu banyak sikap, perkataan dan perbuatanku yang membuat Engkau kecewa. Kini aku bersimpuh di hadapan-Mu untuk memohon ampun dan memohon berkat gar mulai hari ini aku dapat mengubah segala sesuatu yang ada pada diriku menjadi lebih baik dari hari yang lalu. Yesus, merajalah dalam hatiku. Amin. (Dod).
Apa yang dibahas?Nintendo dikabarkan pelit ngasih Dev-kit ke developer besar maupun kecilDampak Hollow Knight: Silksong ke developer game lainTanggal early access Skate 4 sudah rilis dan gimana masa depan Skate dengan model Free-to-play nya?Di episode kali ini kita akan membahas rumor tentang Nintendo yang pelit dalam memberikan DevKit, update terbaru dari Hollow Knight yang bikin game lain pada delay, serta game Seascape yang segera masuk early access di bulan September. Kita juga ngobrolin soal rekaman dengan FaceTime, game Persona 3 Reload, dan Deadlock. Selain itu, ada berita tentang Nintendo Switch 2 yang susah dicari DevKit-nya, PlayStation yang mulai terbuka sama Xbox, rilisnya Gears of War di PS5, serta ulasan mengenai game Hollow Knight: Silksong dan hype yang mengelilinginya. Terakhir, kita bahas tentang free to play dan mode live service dari game Skate yang rilis di bulan September nanti.Timestamp:00:00 Intro18:57 Kontroversi Devkit Nintendo Switch 238:51 Dampak Rilisnya Hollow Knight: Silksong47:01 Skate 4 Early Access Announcement58:17 Intinya mah gini
Pada suatu waktu di Rajagaha, hidup putra seorang hartawan yang masih muda bernama Uggasena. Suatu hari ada rombongan pemain drama keliling datang ke Rajagaha, dan ketika Uggasena menyaksikan seorang putri pemain akrobat yang masih muda menari dan bernyanyi di atas sebuah galah bambu yang panjang, Uggasena pun jatuh cinta dan akhirnya menikahi putri tersebut, serta ikut dalam rombongan pemain drama keliling bersama istrinya. Namun karena Uggasena tidak bisa menari atau bermain akrobat, maka ia hanya bisa membantu mengangkut kotak-kotak, mengemudikan kereta, dan hal-hal sepele lainnya. Ketika istri Uggasena melahirkan seorang anak laki-laki, istrinya sering menyanyikan lagu yang liriknya mengolok-olok suaminya sebagai orang yang tidak berguna. Uggasena yang merasa terluka dan tertekan pun meminta ayah mertuanya untuk mengajarinya bermain akrobat, dan setelah setahun berlatih, ia menjadi pemain akrobat yang handal.Suatu hari, Uggasena kembali ke Rajagaha dan mempertunjukkan keterampilannya berakrobat. Namun di saat yang sama, Buddha memasuki Rajagaha dan membuat semua orang mengalihkan perhatian kepadanya, bukan kepada pertunjukan Uggasena. Apa alasan Buddha berbuat demikian? Kemudian bagaimana nasib Uggasena selanjutnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 348-350 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada suatu waktu hidup seorang Bhikkhu yang merupakan murid dari Y.A. Mahakassapa, yang telah mencapai empat Jhāna. Namun pada suatu hari, saat pergi untuk menerima dana makanan di rumah pamannya, beliau melihat seorang wanita dan berkeinginan untuk memilikinya. Akibatnya, beliau melepaskan jubah, namun sebagai seorang perumah tangga, beliau mengalami kegagalan karena tidak bekerja keras. Oleh karena itu beliau diusir dari rumah oleh pamannya, kemudian beliau bergabung dengan beberapa pencuri. Ketika melakukan aksinya, mereka tertangkap oleh pihak berwajib dan dibawa ke pemakaman untuk dieksekusi. Y.A. Mahakassapa melihat muridnya tersebut, kemudian menginstruksikan muridnya untuk berkonsentrasi pada satu objek meditasi, yang menyebabkan beliau lalu masuk ke dalam Jhāna dalam dan menjadi sangat tenang, serta tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan atau kecemasan saat akan dieksekusi. Para pengawal sangat terkesan dan melaporkannya kepada raja dan juga Buddha. Apa pendapat Buddha mengenai kejadian tersebut? Bagaimana kehidupan Bhikkhu tersebut selanjutnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 344-347 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
In the latest episode of our “Positive Rate” podcast, Communications Committee Deputy Chair FO Melissa Monahan talks with CA Bridget Van Scoy, Safety Committee Deputy Chair-Smoke Odor and Fumes Subcommittee, about the ongoing collaboration between APA and American Airlines to identify root causes of smoke, odor, and fume events, reduce their frequency, and effect change at the OEM level. CA Van Scoy also addresses what to do if you experience one of these events. Each episode of “Positive Rate” features APA subject-matter experts working on the membership's behalf. The podcast is available through popular streaming services, including Apple Podcasts, Stitcher, and Spotify. You can search for “Positive Rate” or “Allied Pilots Association” on your platform of choice to subscribe and download. Your first opportunity to listen will be via AlliedPilots.org/Podcasts.
Amanda Ann Gregory, LCPC, offers a critical look at forgiveness in trauma therapy, clarifying its elective role and its distinction from reconciliation, as well as providing practical tools to help therapists integrate these concepts responsibly into treatment. Interview with Elizabeth Irias, LMFT. Earn CE credit for listening to this episode by joining our low-cost membership for unlimited podcast CE credits for an entire year, with some of the strongest CE approvals in the country (APA, NBCC, ASWB, and more). Learn, grow, and shine with Clearly Clinical Continuing Ed by visiting https://ClearlyClinical.com.
This unstructured conversation explores the intentional shift towards ourselves. In environments and systems that reward achievement, Drs. Tapia and Spears examine how ongoing dynamic self-reflection attends to ourselves while simultaneously modeling wellness to others. For more on our guests, links from the conversation, and APA citation for this episode visit https://concept.paloaltou.edu/resources/the-thoughtful-counselor-podcast The Thoughtful Counselor is created in partnership with Palo Alto University's Division of Continuing & Professional Studies. Learn more at concept.paloaltou.edu
Today, I'm talking about a pattern that's silently robbing high-achieving Black women of money, joy, and energy: self-abandonment. What is Self-Abandonment? Self-abandonment happens when you leave yourself emotionally, mentally, or physically to secure someone else's comfort, approval, or validation. It's when you side with others over yourself. We do this because somewhere along the line, we learned being fully ourselves wasn't safe. For Black women, this is compounded by generations of being told our bodies, voices, and desires needed to be managed to avoid backlash. 5 Signs You're Abandoning Yourself: You override your "no" - Agreeing to things that make you dread your calendar You need a "good reason" to rest - Otherwise, you feel guilty You shrink your joy - Speaking less, dimming your shine, or even stopping yourself from laughing You defer your decisions - Letting others decide for you, even on things that deeply impact you You gaslight yourself - Downplaying your needs or telling yourself you're overreacting The Cost Is Too High Studies show: The APA found that suppressing authentic self-expression is linked to higher cortisol and inflammation levels Harvard Business Review reports Black women face the steepest emotional tax in professional settings, leading to earlier burnout Chronic self-abandonment is associated with higher rates of depression, anxiety, and stress-related illness For high earners, this shows up as: Emotional: Loss of self-trust, chronic resentment, burnout Physical: Sleep disruption, weight fluctuations, immune issues, hypertension Relationship: Surface-level connections, resentment in partnerships The Path Forward Ask yourself: "What would I choose if I didn't need anyone's approval?" Take Action Take my free quiz to discover how your nervous system and survival patterns may be blocking your clarity:
Story Time with Dutch Mantell 144 A lot of news to discuss from the pro-wrestling world this week. WWE sign a huge deal with ESPN, Karrion Kross gone from WWE and Bret Hart tells everyone they'd be better of they copied him more often. Elsewhere, Drew McIntyre blasts young wrestlers for not asking for advice, Brooke Hogan fears Scientology and Danhausen pays the APA in Coke. PW Tees Store - https://www.prowrestlingtees.com/dutchmantell https://www.youtube.com/@StevieRichardsShow https://www.youtube.com/@WSI https://www.facebook.com/storytimewithdutchmantell Email questions to: questionsfordutch@gmail.com Email for signed merch: dirtydutchmantell@gmail.com