Menghadirkan cerita-cerita fiksi dalam wujud naratif, monolog, dialog, dan drama.
Sebuah cerpen monumental yang membuka tabir gelap sebuah masa. Sudahkan perempuan-perempuan yang bernasib serupa Clara mendapatkan keadilan untuk derita yang mereka panggul seumur hidup? Cerpen dari Seno Gumira Ajidarma. Dibacakan oleh Ahmad Bari dan Rizka. Musik oleh Iboi.
diambil dari Spasi (dalam Filosofi Kopi) karangan Dewi Lestari. Narasi: Gayatri Mega. Musik latar: Yudhistira.
Fragmen ketiga dari Memoar Sandra, sekaligus penutup Babak Satu. Ayah adalah sosok yang tak pernah ditemuinya. Tapi mengapa sosok itu makin lama makin muncul di dalam kenangan Sandra? Sebuah nama: Leonidas.
Fragmen kedua dari Memoar Sandra. Hujan membawanya kembali pada sosok Ibu dan sebuah tarian. Tarian yang membuka cerita baru tentang masa lalunya.
Fragmen pertama dari Memoar Sandra. Bulan adalah tempat segala angan bermula. Masa lalu tersingkap. Masa depan terlelap. Sandra menggali lagi semua bagian yang pernah ada dalam dirinya.
Baginya, sesuatu yang diharapkan seperti kereta yang akan mengantarkannya vakansi atau bis yang akan mengantarkannya ke rumah kerabatnya selalu datang terlambat. Mereka tidak pernah tepat waktu. Meski begitu, dia tahu untuk tidak pernah terburu-buru. Baginya pergi vakansi atau mengunjungi kerabat lama tidak terlalu penting. Cerpen: Ditya N. Subagja. Pengisi Suara: M. Wildan
Nasib buruk seringkali mempertemukan seseorang dengan seseorang lainnya. Mungkin saja itu yang tengah dialami Baruna. Sebuah cerita pendek karangan Meutia Swarna Maharani dan diterbitkan di Kompas Minggu, 26 Agustus 2018. Pengisi suara: Shafira Deiktya, Muhammad Wildan, dan Netiasa Adab.
Seumur hidup, dia tak pernah membayangkan semua ini terjadi. Ingin rasanya dia merampas salah satu senjata yang disandang petugas itu, lalu… Laki-laki itu menangis. Dia tak pernah tahu apa yang akan diperbuatnya, seandainya senjata itu ada di tangannya. Jangankan menembakkan pelurunya, apalagi sampai melukai manusia, sedangkan menyembelih ayam untuk selamatan pun dia tak tega. Cerpen Yanusa Nugroho, Kompas Minggu, 6 Oktober 2019.
Naik kereta api. Tut. Tut. Tut. Siapa hendak turut? Menuju Gusti Maut. Bolehlah naik dengan percuma. Ayo kawanku lekas naik. Keretaku tak berhenti lama. Cerpen Sonny Karsono, diterbitkan Kompas Minggu, 15 Oktober 1995.
Jauh dari rumah. Rimba perkotaan yang kejam. Hasrat untuk pulih dan kembali fitrah. Dodo memutuskan untuk pulang kampung setelah 7 tahun berkelana; sambil mencoba memaafkan dirinya. Narator & Suara Perempuan: Shafira Deiktya| Dodo: Muhammad Wildan| Naskah: Iboi
La.wan: 1. n imbangan; bandingan; tandingan; 2. n pasangan; teman; 3. n musuh; seteru; 4. n kebalikan; yang bertentangan; 5. v menentang; menghadapi; berbanding.
La.hir: 1. v keluar dari kandungan; 2. v muncul di dunia (masyarakat); 3. v yang tampak dari luar; 4. n berupa benda yang kelihatan; keduniaan; jasmani.
Laki-laki Penangkal Petir percaya bahwa segala tindakan pencegahan perlu dipakai sementara Zechariah menuduh tamunya sebagai oportunis yang ulung. Di luar gemuruh bersahutan. Tanda-tanda hujan berhenti tak pernah sampai. Diterjemahkan dari cerita pendek Herman Melville berjudul "The Lightning-Rod Man" tahun 1856.
Rasa sepi bisa membunuh. Kemiskinan menimbulkan kecemburuan. Apa jadinya dengan Si Miskin yang kesepian? Cobalah mengikuti perjalanan Si Miskin dari kampung menuju kota, bertemu dengan berbagai manusia dari beragam profesi.