Selalu aja ada keseruan dari obrolan aku @besyaabila dan Mama @loloadryana yang menginspirasi kami berdua, dan menjadi pelajaran berharga yang gak ada di sekolah manapun. Idealnya teman cerita anak ya tentu ibunya sendiri, karena cinta pertama anak adalah ibunya, dan kasih sayang ibu pada anaknya selalu tulus tanpa syarat. Yuk yang mau ikut cerita sama kami di IG @ceritasamamama
Cerita tentang ibu mertua memang gak ada habisnya dari dulu, sampai ada kalimat, "sebaik-baik mertua, tetep aja bla bla bla" Ada apa ya dengan mertua? Apa mertua cemburu dengan menantu yang mengambil hati anaknya, atau jangan-jangan menantunya aja yang baper sama omongan mertua? Alangkah indahnya kalau ucapan "Selamat Menempuh Hidup Baru" bukan cuma untuk kedua mempelai yang memperbarui diri dengan peran barunya, tapi orangtua juga memperbarui perannya sebagai mertua, biar gak ada lagi kisah mertua vs menantu, gimana?
Menentukan untuk jadi Ibu Rumah Tangga atau jadi Ibu Karir sama sekali bukanlah hal mudah bagi seorang Ibu. Sebab, Ibu mana yang gak ingin menjadi saksi tumbuh kembang anaknya hari demi hari? Andaikan Anak punya hak suara untuk ikut andil menentukan jalan mana yang harus diambil Ibunya.
Gaya hidup “sederhana” sepertinya sekarang sudah gak populer, di tengah konsumerisme yang semakin marak. “kalau bisa beli yang mahal kenapa harus beli yang murah”, begitu mungkin kalimatnya. Gaya hidup minimalis atau pun maksimalis itu sepenuhnya bergantung pada bagaimana orangtua menerapkan gaya hidupnya pada anak-anak. Kalau anak gedenya jadi konsumtif, ya orangtua jangan buru-buru nyalahin anaknya.
Anak punya cita-cita dan mimpinya sendiri, tapi anak jadi bingung dan merasa bersalah kalau orangtua terlalu mencampuri dan mengarahkan keinginan anak, karena anak gak ingin mengecewakan orangtuanya. Lalu, ketika keinginan orangtua dan keinginan anak gak sejalan, siapa yang harus mengalah?
Menikah itu sebuah keputusan besar yang perlu persiapan maksimal, bukan cuma kesiapan dalam bentuk fisik dan materi aja, tapi yang jauh lebih penting itu kesiapan mental untuk menghayati peran baru sebagai Istri dan Suami, yang nantinya akan jadi Ibu dan Bapak yang asik buat anaknya.
Anak itu gak perlu dituntut untuk jujur pada orangtuanya, karena nanti anak hanya akan jujur di depan orangtuanya saja. Dan semakin orangtua berusaha mengawasi anaknya, semakin anak pandai mencari alasan untuk berbohong. Memberi kepercayaan sepenuhnya pada anak, sama saja mengajarkan anak untuk bertanggungjawab sepenuhnya atas apa yang dilakukannya.
Mengenalkan anak kepada sisi yang positif itu bagus, tapi alangkah baiknya kalau anak juga dikenalkan dengan berbagai sisi yang negatif, agar mereka mengenal keduanya sebagai bagian dari kehidupan yang selalu silih berganti. Ada susah dan ada senang, ada gagal dan berhasil, ada untung dan rugi, sehat dan sakit, dan seterusnya, dimana keduanya adalah karunia yang saling menyeimbangkan. Dengan begitu anak memiliki ketangguhan mental dalam menjalani naik turun perjalanan hidupnya.
Punya segudang prestasi akademis, kecukupan finansial, penampilan menarik, rupanya gak cukup untuk mendongkrak “kepercayaan diri” seseorang. Lalu apa yang bisa membuat orang percaya diri? Tunggu dulu, masih jauh untuk bisa percaya sama diri, kalau kenal aja belum.
Kalau anak dari kecil hanya dikenalin sama kemenangan dan keberhasilan, anak jadi gak siap menerima kekalahan dan kegagalan. Padahal kalah dan gagal adalah bagian dari kompetisi dalam kehidupan.
Seringkali pemberian orangtua gak sesuai dengan apa yang dibutuhkan anak. Ini yang suka bikin konflik, anak merasa gak disayang, sementara orangtua merasa udah kasih segalanya buat anak.
Salah satu kunci kedekatan aku sama Mama, karena Mama selalu punya waktu untuk dengerin ceritaku, tanpa pernah menghakimi dan merasa lebih benar. Aku tau ini bukan hal yang mudah, tapi disinilah tantangannya buat kami berdua.