Syair yang diucapkan Buddha, dan kejadian yang melatarbelakangi kenapa Buddha mengucapkan syair ini. Sumber: Dhammapada yg diterbitkan Ehipassiko Foundation
Sungguh betapa bahagia kita hidup, tiada sesuatu yang kita miliki. Kita akan mengenyam kegiuran, bagaikan para dewa cahaya cemerlang.
"Aku memiliki putra. Aku memiliki harta," orang dungu bergundah hati. Sesungguhnya ia pun tidak memiliki dirinya sendiri. Dari mana putra? Dari mana harta?
Sesungguhnya orang yang hanya mengumpulkan bunga dengan pikiran yang melekat, yang selalu tak terpuaskan oleh kenikmatan indrawi, ia dikuasai oleh kematian.
Bagaikan gembala sapi yang dengan tongkat menggiring sapi-sapi ke padang rumput, demikianlah usia tua dan kematian menggiring kehidupan makhluk hidup.
Daripada seribu bait syair yang tak memiliki arti, lebih baik satu bait syair, yang setelah didengar menjadikan teduh.
Makhluk di dunia ini buta. Hanya sedikit di dunia ini yang melihat dengan jernih. Laksana burung yang terbebas dari jala, hanya segelintir yang pergi ke surga.
Para bijaksanawan yang tak menganiaya, yang senantiasa terkendali perbuatannya, mereka akan menuju keadaan abadi, dan di sana mereka tak berduka.
Oleh diri sendiri saja kejahatan dilakukan. Oleh diri sendiri seseorang terkotori. Oleh diri sendiri kejahatan tidak dilakukan. Oleh diri sendiri saja seseorang menjadi suci. Suci tidak suci tergantung oleh diri sendiri. Tidak ada yang bisa menyucikan orang lain.
Hendaknya pertama meneguhkan diri sendiri dalam kepantasan, barulah membimbing orang lain. Janganlah orang bijak menjadi kotor.
Laksana karat yang muncul dari besi, yang setelah timbul menggerogoti besi itu sendiri, demikianlah ia yang terlalu melekati kebutuhan, terseret ke alam derita oleh perbuatannya sendiri.
Mereka yang tekun bermeditasi, yang terus berupaya keras, yang bijak ini menyentuh Nibbāna, keterbebasan dari belenggu yang tiada tara.
Sesungguhnya diri sendiri adalah pelindung dirinya sendiri. Siapa lagi yang bisa menjadi pelindung? Dengan diri sendiri yang terkendali baik, akan diperoleh pelindung yang sulit diperoleh.
Barangsiapa yang menganiaya dengan tongkat makhluk yang mendambakan kebahagiaan, karena mengharapkan kebahagiaannya sendiri, setelah mati ia tak akan meraih kebahagiaan. Barangsiapa yang tidak menganiaya dengan tongkat makhluk yang mendambakan kebahagiaan, karena mengharapkan kebahagiaannya sendiri, setelah mati ia akan meraih kebahagiaan.
Jika kalian bisa mendapatkan sahabat yang bijak, teman seperjalanan yang hidup bajik dan bijak, setelah mengatasi semua rintangan, hiduplah dengan pikiran senang dan sadar. Jika kalian tidak bisa mendapatkan sahabat yang bijak, teman seperjalanan yang hidup bajik dan bijak, bagaikan raja meninggalkan negeri taklukan, hiduplah menyendiri, laksana gajah di hutan gajah. Lebih baik hidup sendirian, tanpa pergaulan dengan orang dungu, hiduplah menyendiri tanpa melakukan keburukan, dengan sedikit keinginan, laksana gajah di hutan gajah.
Barangsiapa menghancurkan kehidupan dan berkata dusta, yang di dunia mengambil yang tidak diberikan, dan yang pergi dengan istri orang lain, dan orang yang terlena dengan minuman keras dan memabukkan, maka di dunia ini juga ia mencabut akarnya sendiri. Demikianlah sahabat manusia, ketahuilah bahwa perbuatan buruk sulit dikendalikan. Jangan sampai ketamakan dan ketidakadilan mengungkung lama dalam derita.
Bangunlah! Jangan lengah! Berkelakuan baiklah sesuai Dhamma. Ia yang berperilaku sesuai Dhamma berdiam bahagia di dunia ini dan di dunia lainnya. Berkelakuan baiklah sesuai Dhamma. Janganlah berkelakuan buruk. Ia yang berperilaku sesuai Dhamma berdiam bahagia di dunia ini dan di dunia lainnya.
Janganlah berkata apa pun yang kasar. Mereka yang dikatai bisa membalas. Sungguh menyakitkan cacian itu. Balasannya bisa menimpamu. Jika engkau tak bergetar bagai gong perunggu yang telah pecah, engkau telah mencapai Nibbana, tiada lagi amarah dalam dirimu.
Orang yang melanggar suatu hukum kebenaran, yang berkata dusta, yang tidak memedulikan alam lain, tiada perbuatan jahat yang tidak bisa diperbuatnya.
Dengan hujan keping uang pun, tak ditemukan kepuasan dalam kenikmatan indrawi. Orang bijak memahami bahwa kenikmatan indrawi tak memuaskan dan merupakan derita. Dalam kenikmatan surgawi pun, ia tidak menemukan kesenangan. Siswa dari Yang Sadar Sempurna tekun menghancurkan nafsu.
Para pembuat saluran air mengatur aliran air. Para pembuat panah melengkungkan panah. Para pandai kayu melengkungkan kayu. Para bijak menundukkan diri sendiri.
Laksana gajah dalam perang, menahan panah yang dilesatkan busur, Saya akan menahan kecaman. Sesungguhnya, banyak orang bermoral buruk. Yang jinak digiring ke kerumunan, Raja menunggangi yg jinak itu, Ia yg terkendali, yg menahan kecaman, adalah yg terbaik di antara manusia. Yg terbaik adalah keledai jinak, dan kuda shindhu berdarah murni, serta gajah biasa dan gajah agung, yg lebih baik lagi adalah yg mengendalikan dirinya.
Barangsiapa menghentikan perbuatan jahatnya, dan menggantikannya dengan kebaikan, ia mencerahkan dunia ini, laksana rembulan yang bebas dari awan.
Katakanlah kebenaran, janganlah marah, berilah walau hanya sedikit, Dengan ketiga hal ini, orang bisa pergi kehadapan para dewa.
Segala yang dialami didahului pikiran, dipelopori pikiran, diciptakan pikiran. Jika orang berbicara atau berbuat dengan pikiran yang buruk, maka penderitaan akan mengikutinya, laksana roda mengikuti jejak.
Daripada hidup seratus tahun tanpa menyadari Dhamma yang utama, lebih baik hidup satu hari menyadari Dhamma yang utama.
Daripada hidup seratus tahun tanpa menyadari keadaan tanpa-kematian, lebih baik hidup satu hari , menyadari keadaan tanpa-kematian.
Sesungguhnya orang yang hanya mengumpulkan bunga dengan pikiran yang melekat, akan terseret kematian, laksana desa terlelap terseret banjir bandang.
Ia yang bersemangat, yang berpenyadaran, yang berbuat baik, yang bertindak lembut, yang terkendali, yang hidup sesuai Dhamma, yang waspada, ketenarannya bertambah.
Batin yang terombang ambing, yang goyah, yang sukit dijaga, sulit dikendalikan, orang bijak meluruskannya, laksana oembuat panah meluruskan panah. Laksana ikan yang dilemparkan dari dalam air ke tanah kering, begitu pula batin ini menggelepar saat berusaha meninggalkan cengkeraman Māra.
Tak terhalangi seperti bumi, berbudi ibarat gapura kota, laksa a danau tak berlumpur, bagi orang seperti ini, tiada lingkaran kelahiran.
Barang siapa yang dahulunya malas, namun belakangan ia tak lalai, ia mencerahkan dunia ini, laksana rembulan yang bebas dari awan.
Saat ini laksana daun layu, para pengikut Yama pun telah mendekat, engkau berdiri di ambang kematian, dan bekal perjalanan pun tiada bagimu. Jadilah pelita bagi dirimu sendiri. Berupayalah segera menjadi orang bijak, yang terbebas dari kotoran, tanpa noda, engkau akan mencapai alam para suciwan. Saat ini hidupmu segera berakhir, engkau pergi menghadap Yama, dalam perjalanan tiada kediaman bagimu, dan bekal perjalananmu pun tiada bagimu. Jadilah pelita bagi dirimu sendiri. Berupayalah segera menjadi orang bijak, yang terbebas dari kotoran, tanpa noda, engkau tak akan dekat lagi dengan kelahiran dan ketuaan.
Hening pikirannya, hening perkataan dan perbuatannya. Orang yang terbebas oleh pengetahuan benar, hening seperti ini.
Mereka yang inderanya tenang, bagai kuda yang dikendalikan baik oleh kusir, yang telah meninggalkan keangkuhannya, tanpa noda batin, para dewa pun mendamba menjadi seperti ini.