POPULARITY
Categories
Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 1 November 2025Bacaan: "Sebab barangsiapa malu karena Aku dan perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus." (Lukas 9:26)Renungan: Suatu ketika ada seorang petani membawa muatan gandum untuk digiling ke suatu kota tetangga. Dia berhenti di sebuah restoran dan duduk dekat sekelompok anak muda yang sedang berpesta sambil setengah mabuk. Ketika makanan pesanannya telah dihidangkan di depannya, orang tua itu menundukkan kepalanya dan berdoa. Sekelompok anak muda tersebut menertawakan apa yang dilakukan petani itu. Salah seorang dari mereka berteriak, "Hai, orang tua, apakah orang-orang di rumahmu selalu berdoa sebelum makan?" Dengan tenang orang tua itu berpaling ke arah anak muda itu, dan dengan suara yang keras ia menjawab, "Ya, anakku, kecuali hewan-hewan peliharaan di rumahku." Makanan jasmani adalah berkat yang Tuhan berikan kepada kita. Oleh karena itu patutlah kita mensyukurinya sebelum menyantapnya. Doa sebelum makan berguna untuk menguduskan setiap makanan dan minuman yang akan kita santap. Pernahkah kita makan di sebuah rumah makan atau restoran dan melihat di belakang pintu masuk ada benda semacam jimat yang digantung untuk melariskan makananan di tempat itu? Kalau kita pernah melihatnya, saat kita makan di tempat tersebut, itu artinya makanan di tempat itu sudah dicemari dan dinajiskan oleh kuasa kegelapan yang mereka minta dalam bentuk jimat-jimat penglaris. Oleh karena itu doa sebelum makan dibutuhkan untuk menguduskan kembali makanan tersebut dan ditutup dengan doa ucapan syukur sesudah makan. Yesus tidak pernah malu mengakui kita sebagai anak-Nya, oleh karena itu, kita pun tidak perlu malu untuk berdoa pada saat makan di tempat umum. Doa kita mendatangkan berkat bagi kesehatan jasmani dan juga rohani kita. Tuhan Yesus memberkati.Don:Tuhan Yesus, terima kasih atas makanan dan minuman yang Kau berikan padaku. Kuduskanlah setiap makanan dan minuman yang akan kusantap sepanjang hari ini, agar melalui rahmat pengudusan-Mu, Engkau akan memberikan kekuatan baru pada tubuh, jiwa dan rohku dalam menjalankan setiap tugasku sepanjang hari ini, Amin. (Dod).
Prof. Yohanes Surya, sosok yang dikenal sebagai Bapak Fisika Indonesia sekaligus pencetus Metode GASING (Gampang, Asyik, dan Menyenangkan) untuk belajar Matematika.Ternyata memiliki perjuangan dalam membangun metode GASING ini. Beliiau juga cerita bagaimana ia menghadapi masa-masa sulit dalam hidupnya, tantangan mengajar di pelosok Papua dengan segala keterbatasan, hingga filosofi hidup yang selalu ia pegang teguh bahwa sebenarnya tidak ada anak yang bodoh. Baginya, setiap anak bisa berhasil jika mendapatkan kesempatan yang tepat dan bimbingan dari guru yang benar.Bagaimana Cerita SelengkapnyaSimak Selengkapnya
Miriam Herschlag and Noah Efron talk about (1) the on-again-off-again fragility of the ceasefire, visiting death on both sides, and (2) whether or not Prime Minister Netanyahu's admirers have a point when they say that he steered us through the war just how he said he would, and managed to achieve things that matter. For our most unreasonably generous Patreon supporters, in our extra-special, special extra discussion: This week we celebrated Yom ha-Oleh, the National Day of the Immigrant. Miriam and Noah talk about the ups and downs of making a life here, after growing up there. Plus, the life (and death) of the last living Nokem, or avenger, a tiny group that set out after the war to kill ex-Nazis in great numbers. And Miriam's mother-in-laws pow-wow with the President on her 90th birthday. And some remarkable new music.
Kencan Dengan Tuhan - Jumat, 31 Oktober 2025Bacaan: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus." (Matius 28:19)Renungan: Suatu ketika ada 4 orang yang berjalan melewati hutan. Tiba-tiba mereka sampai pada sebuah tembok yang tinggi. Berdasarkan kesepakatan, mereka mendirikan sebuah tangga untuk melihat apa yang ada di seberang sana. Ketika orang pertama naik dan melihatnya, dia bersorak kegirangan. Hal yang sama terjadi pada orang kedua dan ketiga. Ketika orang yang keempat menaiki tangga itu dan mencapai puncak tembok, dia tersenyum karena apa yang dilihatnya, taman yang hijau dan rimbun dengan pohon buah-buahan yang beraneka, sungai dengan ikan, binatang buas dan jinak yang begitu banyak. Seperti tiga teman lainnya, orang keempat itupun berusaha untuk melompat. Tetapi dia kemudian ingat akan keluarganya, teman-temannya dan tetangganya. Oleh karena itu dia pulang untuk berbagi berita gembira yang dia temukan itu dengan mereka. Banyak di antara kita yang mengalami kebaikan Tuhan, tetapi tidak berani untuk bersaksi tentang itu semua. Tuhan Yesus bersabda, "Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku." Ini adalah tugas perutusan Yesus pada kita untuk memberitakan kasih Tuhan kepada banyak orang yang belum mengenal-Nya. Oleh karena itu, apapun kebaikan Tuhan yang telah kita terima, Tuhan mau supaya kita menceritakannya kepada orang lain, agar orang lain pun diberkati dengan kesaksian hidup kita, sehingga nama Tuhan dimuliakan dan Kerajaan-Nya semakin meluas di dunia ini. Maukah kita bersaksi menceritakan kebaikan Tuhan kepada orang lain? Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, lepaskanlah lidah yang kelu dari mulutku, agar aku mampu mewartakan kasih-Mu pada orang lain, terutama mereka yang belum mengenal Engkau. Urapilah mulut, bibir, lidah dan suaraku menjadi mulut, bibir, lidah dan suara-Mu sendiri, sehingga kehadiranku dapat membawa kebaikan bagi orang lain. Amin. (Dod).
Sabda Tuhan ingatkan untuk lupakan bagaimana rasanya terluka, tapi ingatlah apa yang Tuhan mau melalui luka, Dia bukan saja mau kita pulih dari luka, tapi PULIH OLEH LUKA.
"Setiap anak punya 'love tank' yang perlu diisi agar mereka merasa disayang dan bahagia. Ketika love tank mereka penuh, komunikasi jadi lebih lancar dan disiplin lebih mudah diterima. Tapi, orang tua juga perlu memastikan love tank mereka sendiri terisi agar bisa memberikan yang terbaik bagi anak. Bagaimana cara kalian mengisi love tank anak dan diri sendiri? Yuk, share tips dan pengalaman kalian di kolom komentar!
"Parents, apakah anak Moms & Dads lebih suka bermain daripada belajar? Bagaimana cara Moms & Dads mengatur waktu bermain dan belajar anak Moms & Dads? Yuk, share pengalaman Moms & Dads di kolom komentar!
TOTALITAS KEBENARAN(2 Petrus 3:10-13;1 Korintus ...; Wahyu 22:11;)Kerajaan Allah harus kita mengerti secara totalitas bahwa Allah hadir dan Allah mulai melakukan pemerintahan-Nya alam kerajaan-Nya. Dialah Raja atas umat-Nya dan sekarang ini kita sedang ada dalam proses penyusunan batu-batu kerajaan Allah. Akhir dari sejarah dunia ini akan berbalik, dunia sudah tidak lagi berjaya tetapi kerajaan Allahlah yang akan berjaya. Oleh sebab itu dunia harus dihancurkan dulu untuk dapat masuk ke dalam langit dan bumi yang baru. Kapan dan dimana proses totalitas kebenaran itu terjadi? Ini semua berada dalam konsep futuristik, konsep ilahinya Allah. Terdapat 3 poin Utama yang harus kita pahami tentang totalitas kebenaran yang Allah rancangkan, yaitu:1. Penciptaan Langit dan Bumi yang Baru2. Keselamatan Orang Percaya3. Pemerintahan Allah, manusia tidak bisa memerintah lagi(2 Pet.3:10) Titik permulaan totalitas kebenaran itu diwujudkan yaitu melalui kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kali sebagai Raja dan membawa orang-orang percaya ke surga. Itulah yang disebut sebagai hari Tuhan. Kemudian langit akan lenyap, itu pertanda bahwa memang benar tidak akan ada langit lagi. Gemuruh / Guntur yang dahsyat menggoncang manusia yang belum bertobat.Unsur-unsur dunia, segala jenis bangunan, infrastruktur dan lain-lain akan hancur oleh nyala api dan tidak luput satu pun. Bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap, bahkan upaya manusia untuk melindungi diri dengan segala kepintaran,kekayaannya, tidak akan ada gunanya. Semua keindahan yang telah manusia bangun maupun warisan turun temurun pun akan lenyap. Inilah bentuk penghukuman Tuhan atas dunia yaitu melalui nyala api, bukan air bah lagi seperti di zaman nabi Nuh. Inilah yang sesungguhnya akan terjadi di masa depan menjelang penggenapan kebenaran secara totalitas. Segala sesuatu yang telah difirmankan-Nya pasti akan digenapi.Tujuan kita beribadah yaitu kita mendapatkan kebenaran secara totalitas dan kita mampu meninggikan kebenaran. Sebab pemandangan di dunia saat ini orang-orang benar ditekan, dihimpit, dibenci, seolah tidak ada posisi bagi orang-orang benar. Namun Tuhan telah menyampaikan janji dalam firman-Nya bahwa Ia akan senantiasa menyertai kita sampai kepada akhir zaman dan barangsiapa berlaku setia dan bertahan sampai akhir ia akan diselamatkan. Tuhan telah memanggil orang-orang untuk datang kepada program ilahi Allah yaitu keselamatan dengan meninggalkan segala sesuatunya (dosa atau hal-hal yang mengikat kita dengan unsur dunia), bertobat dan mengikut Kristus. Dunia ini akan dihancurkan oleh Allah sebab Ia hendak menegakkan kerajaan-Nya, menciptakan Langi dan bumi yang baru untuk umat / orang-orang kudus-Nya. Oleh sebab itu, tidak ada jalan dan cara lain untuk selamat selain percaya kepada-Nya dan tunduk kepada-Nya.Ini langkah-langkah praktis yang harus dilakukan disaat-saat sekarang agar kita dibawa oleh Kristus ke dalam kerajaan dan pemerintahan-Nya:1. Stop melakukan segala sesuatu yang jahat dan melawan arus dunia (bertobat, taat pada ajaran Kristus). Berkumpullah dengan orang-orang kudus supaya kamu mendapat kekuatan dan topangan saudara seiman dalam melawan arus dunia;2. Mulailah berbuat segala sesuatu yang baik dan benar dalam segala aspek kehidupanmu (ada upaya dan pengorbanan);3. Carilah perdamaian! Damai bagaikan sebuah permata yang harus saudara cari. Dalam rumah tangga, tempat bekerja, tempat umum dan terlebih dalam rumah Tuhan. Perdamaian harus ada dan diperjuangkan.Jika ada perselisihan harus cepat cari jalan damai sebab kerajaan Allah identik dengan perdamaian. Bertobatlah jika saudara tidak mau melakukan itu (damai, mengampuni, memaafkan);Setelah mengetahui proyeksi Allah di masa yang akan datang seperti ini, kamu yakin masih akan terus berkutat dengan kehidupan dunia?Hari Tuhan datang seperti pencuri lho, kita tidak tahu kapan Ia akan datang, sudah siapkah saudara?
Kementerian Sosial terus memperkuat komitmen dalam membangun desa berdaya di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program pemberdayaan ekonomi, salah satunya melalui penyerahan enam ekor kambing Saanen di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.#Kemensos #DesaBerdaya #PemberdayaanEkonomi #Magelang #KesejahteraanMasyarakat #KambingSaanen #indonesiamaju
Hai Tetangga Kesayangan! Pernah kebayang nggak sih, jadi anak artis tapi justru sempat nggak boleh terjun ke dunia hiburan?
Film pendek Leleng adalah film terbaik dari kategori animasi, dari lomba film pendek ReelOzInd 2025. Film tersebut beserta film-film terbaik lainnya ditayangkan pada tanggal 23 Oktober di ACMI, Melbourne.
Kencan Dengan Tuhan Sabtu, 25 Oktober 2025Bacaan: Yesaya 52:7 "Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu Raja!" Renungan: Lima belas tahun lalu tepatnya tanggal 25 Oktober 2010 setelah saya membeli handphone blackberry second, Tuhan menggerakkan saya untuk mengirim doa pagi untuk murid-murid, orang tua murid dan juga teman-teman yang juga memakai blackberry. Tujuan saya hanya sederhana, yaitu supaya saya dan mereka bisa meluangkan waktu beberapa menit untuk menyapa Tuhan. Setelah beberapa hari ada seorang murid yang memberikan komentar, "Pak Doddy, kenapa hanya doa pagi saja. Kenapa bapak gak buat satu paket, ada bacaan, renungan singkat dan doa singkat, sehingga kita bisa baca lengkap tiap hari." Kemudian saya pun memulai untuk mewujudkan usulan murid saya tersebut. Setiap hari dalam perjalan pulang pergi ke sekolah, di sekolah atau saat bertemu teman-teman, kalau ada kejadian menarik saya selalu tulis menjadi sebuah renungan harian yang saya beri nama "Kencan Dengan Tuhan". Terkadang kalau saya sedang kumpul dengan teman-teman dan kalau ada hal menarik, ada saja teman yang berkata, " Wah, hati-hati nih, besok bisa masuk Kencan Dengan Tuhan." Seiring berjalannya waktu saya pun mulai membeli buku-buku cerita singkat mengenai kehidupan yang menginspirasi dan sebagainya. Melalui kisah itu saya mengemas menjadi renungan singkat. Ternyata tanpa saya sadari ada banyak orang yang terberkati dengan renungan Kencan Dengan Tuhan. Banyak orang-orang baik hati yang Tuhan pilih menjadi kurir-kurir-Nya untuk juga menyebarkan renungan tersebut, sampai akhirnya pada tanggal 30 April 2021 melalui orang-orang yang baik, saya mendapatkan Rekor Indonesia Muri sebagai penulis naskah harian Kencan Dengan Tuhan. Tidak terasa hari ini sudah 15 tahun Kencan Dengan Tuhan menemani hari-hari banyak orang untuk memberi makanan bagi rohani mereka. Kita adalah kurir Tuhan. Sebagai kurir Tuhan yang baik, kita harus membawa sesuatu yang baik dalam diri kita. Sesuatu yang baik itu adalah firman Tuhan, bukan gosip, fitnah, cemoohan, berita dusta atau kata-kata yang menjatuhkan. Firman Tuhan akan menghibur, menguatkan dan menasihati orang, tetapi gosip dan "teman-temannya" tersebut akan menghancurkan orang. Sebagai kurir Tuhan yang baik, kita harus memastikan menjaga firman Tuhan itu hingga sampai kepada setiap orang. Kadang firman Tuhan ditolak gara-gara sang kurir yang berkelakuan buruk, sekalipun firman yang dibawanya adalah benar. Oleh sebab itu, mari, apa yang sudah ditanamkan dalam diri kita, yaitu karakter yang baik, kita wujudkan dalam sikap hidup dan perbuatan nyata sehari-hari. Saya sudah berusaha menjadi kurir Tuhan walau harus jatuh bangun. Kini saya mengajak kita semua yang setia membaca Kencan Dengan Tuhan, untuk juga menjadi kurir-kurir rohani sehingga banyak jiwa dibawa semakin dekat pada Tuhan. Terima kasih untuk kesetiaannya membaca renungan Kencan Dengan Tuhan selama 15 tahun ini. Tuhan Yesus memberkati. Doa:Tuhan Yesus, urapilah mulut, bibir, lidah dan suaraku dengan kuasa-Mu, agar setiap pemberitaan firman yang kusampaikan dapat diterima oleh setiap orang, sehingga mereka mendapatkan kelepasan, kesembuhan dan kelegaan. Perbaharui juga karakterku, agar melalui kehadiranku, nama-Mu semakin dimuliakan. Amin. (Dod).
Puisi Spiritual Api Cintaku Kepada Tuhan Semesta Alam oleh Ibunda Rabia Al-Basri Dari Basra, Irak.Rabia al-Basri (Rabi‘ah al-‘Adawiyyah al-Qaysiyyah, w. ±801 M) adalah sufi wanita besar dari Basra, Irak, yang dikenal sebagai tokoh pertama dalam sejarah tasawuf yang memperkenalkan konsep cinta ilahi (mahabbah ilahiyyah) — mencintai Allah bukan karena takut neraka atau mengharap surga, tetapi semata karena cinta kepada-Nya.Puisi-puisi beliau tidak banyak tertulis langsung dalam bentuk kitab yang disusun oleh dirinya sendiri, tetapi terekam dalam karya para sufi dan sejarawan seperti Fariduddin Attar, Abu Talib al-Makki, dan Ibn al-Jawzi.
Trivita Tiffany memberanikan diri untuk menggubah puisi sang Ayah menjadi film pendek, dengan nama yang sama. Oleh karenanya dia mengikuti lomba film pendek ReelOzInd 2025. Menuamgkan suatu puisi ke dalam film pendek bukanlah hal yang mudah. Apalagi dia harus menciptakan film tersebut sesuai dengan tema yang berlaku yaitu ‘imajinasi'.
Kencan Dengan Tuhan - Jumat, 24 Oktober 2025Bacaan: "Mulut orang benar mengeluarkan hikmat, tetapi lidah bercabang akan dikerat. Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat." (Amsal 10:31-32) Renungan: Pujian yang tulus dan benar akan menguatkan dan membangun orang yang menerimanya. Semua orang suka dan ingin menerima pujian, tetapi tidak banyak orang yang suka memberi pujian, karena pada dasarnya manusia lebih suka berpikir akan kebaikan dan kehebatan dirinya sendiri dan senang dengan kejelekan orang lain. Ia ingin merasa lebih berharga dari orang lain. Mereka berpikir bahwa berharga itu berarti lebih baik dari orang lain, sehingga tanpa disadari mereka suka menjelek-jelekkan orang lain untuk menaikkan harga dirinya sendiri. Padahal akan selalu ada orang yang lebih baik dari kita. Kita berharga bukan karena kita lebih baik dari orang lain, tetapi karena Tuhan menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya, dan karena Dia memberikan harga kepada kita seharga nyawa Tuhan Yesus sendiri yang telah dibuktikan-Nya dengan rela mati buat kita. Di luar Kristus kita tidak punya harga sama sekali. Sesungguhnya memberi pujian tidak hanya menguntungkan orang yang menerimanya, tetapi juga orang yang memberikan pujian. Memberi pujian melatih diri kita untuk berpikir positif bukan negatif: membuat kita belajar untuk memerhatikan orang lain serta menjauhkan kita dari kesombongan. Oleh karena itu marilah dengan rendah hati kita mengakui kelebihan dan kebaikan orang lain, dengan cara memberikan pujian yang tulus kepada mereka yang layak menerimanya. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, kuduskan mata dan pikiranku agar aku dapat melihat dan berpikir hal yang baik tentang orang lain dan kuduskan juga hati dan mulutku agar aku mampu mengakui dan mengatakan kebaikan mereka dengan tulus. Amin. (Dod).
✨ Tahukah Moms & Dads bahwa kecerdasan anak ada dua jenis yang saling melengkapi? Kecerdasan statis adalah kemampuan untuk memahami hal-hal yang pasti, seperti warna atau perhitungan, sedangkan kecerdasan dinamis menuntut kemampuan adaptasi dalam situasi yang Menurut Moms & Dads, jenis kecerdasan mana yang lebih dominan dalam diri anak Moms & Dads?
Bismillah,SUAMI MINTA DIDOAKAN OLEH ISTRI(A Husband Asking for His Wife's Prayer)Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri -Hafizhahullah-Video Tanya Jawab dari Kajian Wanita No. 201“Kenali Dua Bentuk Kedermawanan
Kencan Dengan Tuhan - Kamis, 23 Oktober 2025Bacaan: "Nama baik lebih besar daripada kekayaan besar." (Amsal 22:1) Renungan: Nama baik merupakan harta milik seseorang yang paling berharga. Kalau kita menggosipkan seseorang, sama saja dengan menghancurkan miliknya yang paling berharga, yaitu nama baiknya. Gosip itu gampang dan mudah ditumbuhkan, namun sangat membahayakan dan menyakitkan rasanya. Penggosip tidak dapat menarik kembali gunjingan yang telah mereka katakan. Setelah berucap, gosip itu tersebar kemana-mana. Sama seperti bulu yang kita tebarkan dari atas atap rumah, begitu kita tebarkan, angin akan menerbangkannya kemana-mana dan kita tidak akan dapat mengumpulkannya kembali. Orang yang suka membicarakan orang lain, sebenarnya dia sedang menghancurkan hubungan yang telah dimilikinya, dan ia tidak akan lagi menemukan teman-teman yang menyenangkan pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu sebelum kita berbicara atau mengulangi suatu cerita yang pernah kita dengar, tanyalah diri sendiri. Benarkah ini? Adilkan ini? Perlukah ini? Membangunkah ini? Jika tidak, diamlah! Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, ampuni aku kalau aku sering membicarakan kejelekan orang lain. Tanpa kusadari orang tersebut terluka hatinya karena pembicaraan mulutku yang menyakitkan. Balutlah hatinya, agar semua lukanya Kau pulihkan dengan darah-Mu sendiri. Kini urapilah pikiran, perasaan dan perkataanku, agar menjadi berkat dan bukan kutuk bagi orang lain. Amin. (Dod).
Pembawa Renungan : Primona Valentina Tarihoran – Jakarta Pengantar Renungan : Marni Dominika Oenunu - Kupang Sound Editing : Indah Larasati Sirait - Cibinong, Bogor Cover Editing : Anastasia Sonia – Jakarta Luk. 12:39-48
Pembawa Renungan : Ima Kristanti - Kota Batu Pengantar Renungan : Carlos - Surabaya Sound Editing : Aris Kurniawan - Jakarta Cover Editing : Anastasia Sonia - Jakarta Luk. 12:35-38
"Kenapa sih orang tua perlu membantu anaknya mencapai goal setting yang diinginkan agar growth mindset terwujud dengan baik? Karena dengan bimbingan yang tepat, anak-anak belajar pentingnya usaha bukan hasil akhir. Makanya, yuk dengar audio ini sampai akhir untuk dapatkan tips praktis dan inspirasi dari pakar kami! Pengen tau dong, apa sih goal anak tahun ini yang pengen Moms & Dads bantu? Share di kolom comment please"
Pembawa Renungan: Cynthia Carolina - Jakarta Pengantar Renungan: Yuniarti Yosepa - Jakarta Sound Editing: Aris Kurniyawan - Jakarta Cover Editing: Anastasia Sonia - Jakarta Luk 12:13-21
*RUANGAN KEBENARAN*(Yoh.14:15-17, 23, 26; 1 Kor.3:10-11; Kol.1:15-16)Kerajaan Allah itu bagaikan bangunan dimana Yesus Kristus yang menjadi dasar / fondasi berdirinya kerajaan Allah. Segala sesuatu harus memiliki dan diawali dari dasar, tinggal bagaimana selanjutnya bangunan itu didirikan. Tuhan tidak hanya mau kita mengenal-Nya sebagai Sang Pencipta, tetapi Ia menghendaki kita juga *mengenal Pribadi-Nya*, yaitu Roh Kudus, yang diminta Yesus kepada Bapa (konsep Tri Tunggal - konsep pemahaman ini dilihat dari sisi penyataan diri Allah). Umat Tuhan yang telah dipanggil dan percaya kepada Yesus Kristus menjadi batu-batu yang tersusun rapi menjadi sebuah bangunan dengan ruangan-ruangan di dalamnya. Ruangan-ruangan itu akan diisi oleh Roh Kudus dimana Allah hadir dengan pribadinya dalam umat-Nya di Kerajaan Allah. _"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku..."_ (Yoh.14:15)_*..., dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya*_ (Yoh.14:16)Sampai saat ini kerajaan Allah masih dibangun oleh Roh Kudus melalui bukti karya-Nya yaitu gereja. Gereja yang dimaksudkan bukan soal gedung bangunan gereja secara fisik, tetapi orang-orang percaya yang beribadah kepada Yesus Kristus. Kita berada di era Roh Kudus, tetapi tetap berdoa di dalam nama Tuhan Yesus sebab hanya di dalam nama-Nya telah diberikan segala kuasa baik di bumi maupun di surga Doa yang termaterai dengan nama Yesus sajalah yang akan didengar doanya. Roh Kudus yang adalah Penolong dan Penghibur akan _*mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan kita akan semua yang telah difirmankan-Nya*_ (Yoh.14:26). Jika saudara ada di dalam penundukkan kepada Yesus Kristus berarti suadara sedang diajar, dibentuk oleh Roh Kudus. Roh Kudus hadir untuk membuat kita selalu tunduk, taat dan setia kepada Yesus Kristus karena Tuhan telah menebus segala dosa-dosa kita. Itu bukan keinginan dan karya kita, tetapi Roh Kudus. Komitmen Roh Kudus hadir ke dunia untuk *tetap tinggal bersama-sama / menyertai orang-orang yang percaya kepada Yesus dan menyembah Yesus selama-lamanya.* Oleh karena Roh Kudus tinggal di dalam kita, dunia akan menolak dan berselisih dengan kita. Sebab Roh Kudus berasal dari Bapa, bukan dari dunia. *PRIBADI ALLAH + KERAJAAN ALLAH* tidak bisa dipisahkan. 2-3 orang berkumpul di situ Allah hadir untuk membangun ruang Kerajaan Allah, hal ini terwujud dalam keluarga kecil. Tidak butuh ribuan orang, tetapi 2 orang saja Roh Kudus sudah menyertai. Roh Kudus memelihara 2 orang dan melipatgandakan jumlah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Itulah tanda-tanda karya Roh Kudus sedang bekerja. *PERAN ROH KUDUS KE DUNIA KETIKA YESUS KRISTUS NAIK KE SORGA* (pada hari ke 40 setelah kebangkitan-Nya, 10 hari kemudian Roh Kudus hadir di bumi):- Pengajar- Penghibur- Penolong (Yn. Parakletos), selalu ada dan hadir sebagai penolong atas segala aspek kehidupan tanpa pemaksaan atau perlu kesepakatan pribadi manusia. Roh Kudus tidak membiarkan manusia menderita, tetapi izinkanlah Dia untuk menolong saudara;- Penegur / Penginsaf manusia atas dosa, kebenaran dan penghakiman melalui komunikasi dalam hati manusia. Jika saudara mendapat teguran dalam hati saudara, jangan berkeras hati, segera turutilah sebab jika tidak saudara tidak akan mendapat pertolongan, semua akan saudara pikul sendiri;*RUANG KEBENARAN = KEHADIRAN ROH KUDUS DALAM PRIBADI ORANG YANG PERCAYA UNTUK BERBUAT APA YANG BAIK, YANG BENAR, YANG KUDUS, dan BERKENAN KEPADA ALLAH. ROH KUDUS AKTIF MENGERJAKAN PERTOBATAN DAN KESELAMATAN.*
Banyak orang tua berpikir makin banyak les, makin pintar anaknya. Tapi, kalau sampai 7-8 les sehari, apa yang terjadi?
Pembawa Renungan : RP. Petrus Santoso, SCJ Macau Luk. 11:47-54
"Bohong tentang cabut gigi hanya akan membuat anak merasa tidak nyaman dan kehilangan kepercayaan!
Kita telah ditipu untuk percaya bahwa kapitalisme dan demokrasi adalah sekutu alami, dua sisi dari mata uang kebebasan yang sama. Kenyataannya, kapitalisme global saat ini telah menjadi predator bagi demokrasi itu sendiri. Dengan dalih efisiensi dan kebebasan pasar, sistem ini telah melucuti kedaulatan negara, mengubah warga negara menjadi konsumen pasif, dan memindahkan kekuasaan riil dari bilik suara ke ruang rapat perusahaan multinasional yang tidak memiliki akuntabilitas. Demokrasi telah menjadi sandera; pemerintah yang terpilih secara demokratis dipaksa untuk tunduk pada diktat modal yang bisa bergerak bebas, mengancam akan pergi jika tuntutan untuk deregulasi, pemotongan pajak, dan upah rendah tidak dipenuhi. Ini bukanlah kemitraan; ini adalah pengambilalihan yang lambat dan sistematis terhadap kedaulatan rakyat oleh tirani pasar yang anonim. Sebagai akibatnya, apa yang kita saksikan sebagai "demokrasi" di banyak negara hanyalah sebuah fasad yang rapuh, sebuah ritual politik yang dirancang untuk memberikan ilusi pilihan sementara keputusan-keputusan yang benar-benar penting dibuat di luar jangkauan debat publik. Politik telah direduksi menjadi perpanjangan tangan dari kepentingan bisnis, di mana kebijakan tidak lagi dibuat untuk kepentingan umum, melainkan dijual kepada penawar tertinggi. Fundamentalisme pasar—keyakinan buta pada keajaiban "tangan tak terlihat"—telah menjadi agama sekuler yang membenarkan pengabaian terhadap keadilan sosial, perusakan lingkungan, dan pelebaran jurang ketidaksetaraan. Kita tidak sedang menyaksikan kegagalan demokrasi, melainkan keberhasilan kapitalisme dalam membajak dan mengosongkan makna demokrasi dari dalam. Oleh karena itu, reformasi yang sesungguhnya menuntut lebih dari sekadar penyesuaian kecil; ia menuntut sebuah pemberontakan fundamental terhadap supremasi pasar. Kita harus berani menantang dogma pergerakan modal yang bebas sebebas-bebasnya dan menginterogasi kembali hak istimewa yang diberikan kepada modal finansial. Sudah saatnya untuk membangun kembali arsitektur politik dan ekonomi global yang secara tegas menempatkan nilai-nilai kemanusiaan—keadilan, keberlanjutan, dan martabat—di atas akumulasi keuntungan. Ini berarti menciptakan lembaga-lembaga internasional yang memiliki kekuatan nyata untuk mengatur pasar global, bukan hanya menasihatinya. Pilihan yang ada di hadapan kita sangatlah jelas: kita merebut kembali kendali demokrasi atas kapitalisme, atau kita menerima masa depan di mana kapitalisme telah sepenuhnya melenyapkan sisa-sisa demokrasi yang ada.
Kencan Dengan Tuhan - Minggu, 12 Oktober 2025Bacaan: "Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. la berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek." (Lukas 19:2-3)Renungan: Apa yang kita ketahui tentang Zakheus? Pasti yang kita ingat, dia orangnya pendek, pemungut cukai, tukang korupsi, jahat karena suka memeras orang. Sekalipun banyak orang menilai Zakheus negatif, namun Yesus melihat bahwa ada kemurnian di dalam hati Zakheus untuk bertemu dengan-Nya. Itulah sebabnya Zakheus tidak peduli pada orang lain ketika mereka tidak memberinya kesempatan. Mungkin semua mata memandang sinis kepadanya, tetapi dia tidak peduli. Oleh sebab kemurnian hatinya, Yesus memberikan respon. Kemurnian hati Zakheus terbukti dengan ia mau memberikan segala-galanya bagi orang miskin dan orang-orang yang diperasnya. Kemurnian hatinya membawanya pada pertobatan yang benar. Mari kita belajar memandang dan menilai orang lain seperti Yesus memandang dan menilai Zakheus. Ingat Zakheus bukan lagi ingat soal pemungut cukainya, tetapi ingat kemurnian hatinya. Saat kita ingat seorang yang pernah menyakiti kita, bukan lagi mengingat kesalahannya melainkan ingatlah kebutuhannya untuk diampuni oleh kita. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, ampunilah aku kalau selama ini aku selalu mudah berpikir yang negatif tentang orang lain. Bantulah aku untuk mengubah cara berpikir dan cara pandangku menjadi cara berpikir dan cara pandang-Mu sendiri yang positif, sehingga melalui penilaianku yang positif terhadap seseorang, mampu menjadikannya pribadi yang baik di mataku. Amin. (Dod).
Dunia kita saat ini berada dalam sebuah ruang liminal yang masif. Batas-batas lama—baik itu geografis, politis, maupun ekologis—telah runtuh di hadapan "masalah-masalah pelik" seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan global, dan disrupsi teknologi. Kita tidak lagi bisa berpura-pura bahwa struktur yang ada saat ini memadai. Seperti yang dijelaskan dalam "Breaking Boundaries," kita berada "di antara"—masa lalu tidak lagi relevan, dan masa depan belum terbentuk. Ruang transisi ini penuh dengan ketidakpastian dan bahaya, tetapi juga menyimpan potensi luar biasa untuk inovasi dan penciptaan tatanan baru. Ini bukan lagi sekadar konsep teoretis; ini adalah realitas yang kita jalani. Pertanyaannya bukanlah apakah kita akan menghadapi perubahan, tetapi bagaimana kita akan membentuknya. Diam berarti membiarkan kekacauan menentukan nasib kita. Maka, panggilan untuk bertindak bergema dari jantung ruang liminal ini. Menghadapi tantangan ini, kolaborasi lintas batas bukanlah lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan mutlak. Seperti yang ditunjukkan secara gamblang oleh Stephen G. Perz dalam "Crossing Boundaries for Collaboration," upaya untuk mengatasi masalah-masalah kompleks dari dalam kungkungan disiplin ilmu, sekat organisasi, atau ego nasionalisme adalah sebuah resep kegagalan. Kita harus secara sadar meninggalkan zona nyaman kita dan merangkul "keuntungan kolaboratif" yang hanya bisa lahir dari kerja sama. Tindakan berkolaborasi adalah cara kita secara aktif mengelola potensi ruang liminal. Ini adalah seni untuk menciptakan communitas—rasa solidaritas dan tujuan bersama yang setara—dari individu dan kelompok yang berbeda, mengubah potensi mentah dari kondisi "antistruktur" menjadi inovasi yang nyata. Jangan biarkan energi transformatif dari momen liminal ini terbuang sia-sia dalam perpecahan; mari kita jadikan ia bahan bakar untuk membangun jembatan. Oleh karena itu, inilah ajakannya: lintasi sebuah batas hari ini. Tindakan ini tidak harus berskala besar. Mulailah dengan mengundang seorang kolega dari departemen yang berbeda untuk minum kopi dan bertukar pikiran. Hubungi sebuah organisasi komunitas lokal dan tanyakan apa yang bisa Anda pelajari dari mereka. Baca sebuah buku dari sudut pandang yang menantang keyakinan Anda. Setiap tindakan sadar untuk melintasi batas adalah sebuah langkah praktis dalam menavigasi ruang liminal kolektif kita. Dengan menjadi praktisi kolaborasi dalam skala kecil, kita membangun kapasitas dan ketahanan untuk menghadapi tantangan dalam skala yang lebih besar. Mari kita berhenti hanya menjadi pengamat transisi; saatnya kita menjadi pemandu dan peserta aktif dalam ritus peralihan menuju masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Kasih Allah begitu luas, begitu dalam, begitu sempurna, sehingga tembus ke mana-mana. Kasih Allah mengeluarkan orang-orang dari pengaruh Setan.
Konflik kehutanan di Indonesia bukanlah serangkaian insiden yang terisolasi, melainkan manifestasi struktural dari sejarah panjang penguasaan lahan yang penuh sengketa. Akar permasalahannya tertanam dalam klaim kontrol negara atas kawasan hutan yang sangat luas, yang secara historis sering kali mengabaikan dan menyingkirkan hak-hak adat serta klaim masyarakat lokal. Konflik ini, pada esensinya, adalah pertarungan antara legitimasi hukum formal yang dipegang negara dan legitimasi historis-kultural yang dianut oleh masyarakat Konflik kehutanan di Indonesia telah mencapai titik krisis struktural yang mendalam, bukan lagi sekadar rangkaian sengketa insidental. Berakar dari paradigma pengelolaan hutan yang sentralistik dan mengabaikan hak-hak masyarakat adat serta lokal, konflik ini diperparah oleh model pembangunan ekstraktif yang memprioritaskan investasi di atas keadilan sosial dan kelestarian lingkungan. Diperkuat oleh legislasi seperti UU Cipta Kerja, ketidakseimbangan kekuasaan antara masyarakat, negara, dan korporasi semakin curam, melucuti perangkat hukum warga dan melegalkan praktik-praktik yang merusak. Mengabaikan akar masalah ini hanya akan melanggengkan siklus perampasan tanah, marginalisasi, dan kerusakan ekologis yang tak terpulihkan. Oleh karena itu, penyelesaian yang bersifat tambal sulam tidak lagi memadai; reformasi sistemik adalah satu-satunya jalan ke depan. Langkah ini menuntut perubahan fundamental dalam hukum, kebijakan, dan kelembagaan. Pemerintah harus mempercepat dan menyederhanakan pengakuan hutan adat, meninjau ulang secara komprehensif pasal-pasal bermasalah dalam UU Cipta Kerja, dan membentuk badan penyelesaian konflik sumber daya alam yang independen dari konflik kepentingan. Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA/FPIC) harus menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar dalam setiap proyek yang bersinggungan dengan wilayah masyarakat, memastikan kedaulatan mereka dihormati sejak awal. Perubahan ini membutuhkan komitmen kolektif dari semua pihak. Pemerintah didesak untuk beralih dari peran regulator yang berpihak pada modal menjadi fasilitator keadilan sejati. Sektor korporasi harus melampaui retorika keberlanjutan dan secara proaktif mengintegrasikan penghormatan terhadap hak tenurial sebagai inti dari model bisnis mereka. Sementara itu, masyarakat sipil dan publik luas harus terus menjadi pengawas yang kritis, memperkuat pengorganisasian di tingkat tapak, dan tanpa lelah mengadvokasikan reformasi kebijakan yang berpihak pada rakyat dan alam. Inilah saatnya untuk bergerak bersama, mengubah konflik menjadi kolaborasi, dan memastikan bahwa hutan Indonesia menjadi sumber kehidupan dan keadilan bagi semua, bukan hanya untuk segelintir pihak.
Kasih Allah begitu luas, begitu dalam, begitu sempurna, sehingga tembus ke mana-mana. Kasih Allah mengeluarkan orang-orang dari pengaruh Setan.
"Mendorong anak untuk berani mencoba hal-hal baru dan tidak takut gagal adalah kunci mengembangkan growth mindset yang berharga di masa dewasa. Dengarkan audionya sekarang untuk menemukan tips agar anak berani belajar dari setiap pengalamannya tanpa khawatir kegagalan. Setelah dengar, jangan lupa tinggalkan comment, menurut Moms & Dads apa hal terpenting yang harus dilakukan agar anak berani mengambil risiko? Tulis pendapat Moms & Dads di bawah!
Fasilitasi Adaptif (FA) memiliki peran sentral dan krusial karena tuntutan lingkungan global yang dicirikan oleh kondisi VUCA atau TUNA. Dunia saat ini ditandai oleh gejolak yang sangat meresahkan (destabilizing), di mana strategi bisnis yang berhasil di masa lalu tidak lagi dapat diandalkan untuk masa depan. Dalam konteks ini, masalah terbesar yang dihadapi organisasi adalah "kekakuan kerangka berpikir" (frame rigidity), yaitu ketidakmampuan untuk mempersepsikan atau mempertimbangkan ide-ide baru yang muncul dari lingkungan yang "Novel" (Baru). Oleh karena itu, FA menjadi sangat penting sebagai kerangka diagnostik, yang memungkinkan pemimpin memilah apakah masalah yang dihadapi merupakan Tantangan Teknis—yang diselesaikan dengan prosedur—atau Tantangan Adaptif—yang menuntut perubahan nilai, keyakinan, dan pergeseran budaya mendalam dalam organisasi. Pentingnya FA terletak pada fungsi operasionalnya sebagai mekanisme mobilisasi yang dirancang untuk mengatasi inersia sistem. Teori menunjukkan bahwa sistem organisasi pada dasarnya "malas" dan enggan untuk bergerak, sehingga perubahan seringkali stagnan. Untuk menggerakkan inersia ini, FA harus menyediakan proses yang secara intrinsik fleksibel, responsif, dan adaptif, yang jauh melampaui pendekatan fasilitasi tradisional yang kaku. FA adalah praktik dari Kepemimpinan Adaptif (AL), memastikan bahwa kelompok dimobilisasi untuk melakukan adaptive work yang sulit dan berpusat pada manusia. Fasilitator adaptif bertugas mengelola tekanan produktif, memastikan bahwa pekerjaan adaptif yang menantang nilai-nilai familiar dapat berlangsung tanpa menyebabkan keruntuhan sistem. Pada intinya, Fasilitasi Adaptif merupakan investasi strategis dalam pembangunan kapasitas kolektif. FA mengintegrasikan keterampilan Mendengarkan Adaptif (Adaptive Listening) yang sangat penting untuk memastikan inklusivitas suara dan komunikasi yang beragam dalam kelompok. Dengan memvalidasi beragam gaya komunikasi, kelompok dapat memanfaatkan ide lebih banyak dan menghindari kerugian wawasan kritis di tengah konflik. Lebih lanjut, FA membantu anggota organisasi menemukan kekuatan diri mereka untuk menghadapi tantangan besar dan terus bertumbuh dan berkembang dengan sehat. Melalui Fasilitasi Adaptif, organisasi dapat mengubah kegagalan strategi lama menjadi peluang belajar yang berharga, memastikan mereka tidak hanya bertahan, tetapi unggul di tengah gelombang perubahan yang cepat.
Kencan Dengan Tuhan - Selasa, 30 September 2025Bacaan: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." (Lukas 18:24) Renungan: Banyak orang yang datang kepada Yesus dengan membawa kesedihan, namun mereka pulang dengan membawa sukacita. Tetapi apa yang terjadi pada orang muda yang kaya dalam Lukas 18:18-27 ini adalah sebaliknya, dia pulang dengan membawa kesedihan. Dia tidak bisa melepaskan hartanya yang banyak ketika Yesus menyuruhnya untuk menjualnya, membagikan pada orang miskin dan mengikuti Yesus agar dapat hidup yang kekal. Yesus tahu tidak ada cara lain bagi orang muda ini untuk bisa dekat dengan-Nya kecuali dengan meninggalkan hartanya. Karena apa yang ada pada hati dan pikiran orang muda itu hanyalah hartanya, artinya "tuhan" yang sebenarnya adalah hartanya. Maka, tanpa pusing-pusing berdebat dengan Yesus, diapun dengan sedih meninggalkan Yesus karena hatinya sudah melekat pada hartanya. Sangat disayangkan bahwa orang muda ini tidak menyadari bahwa kemudaan, jabatan, harta bukanlah kunci untuk mendapatkan kebahagiaan dan hidup kekal. Tetapi ketika kunci itu disodorkan kepadanya, yaitu meninggalkan segala kelekatannya pada harta duniawi dan mengikuti Yesus, dia justru menolaknya. Tidak ada yang salah untuk memiliki harta benda, yang salah adalah ketika hati seseorang terikat atau melekat kepada harta bendanya. Oleh sebab itu, mari kita gunakan harta benda yang kita miliki untuk mendekatkan diri kita kepada Tuhan dan bukan menghalanginya. Jangan sampai gara-gara harta benda itu, kita mengakhiri hidup dengan kekecewaan karena tidak sampai di Kerajaan Sorga. Tuhan memberkati.Doa: Tuhan Yesus, aku bersyukur atas harta duniawi yang Kau percayakan untuk aku miliki. Kuasai hatiku agar aku tidak melekat pada harta duniawi itu, dan tetap menjadikan Engkau sebagai yang nomor satu dalam hidupku sehingga biar harta duniawiku melimpah-limpah, tetapi hatiku tetap melekat pada-Mu. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Jumat, 26 September 2025Bacaan: "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku..." (Mazmur 23:4)Renungan: Suatu pagi seorang ahli pertanahan dan pertanian di universitas Toronto Kanada ingin membawa domba-dombanya ke padang rumput dan ia harus menggiring mereka melalui lembah. Ia menyadari bahwa di perjalanan ia akan melalui beberapa rintangan, mungkin di celah-celah tebing bersembunyi ular atau binatang buas yang akan mencelakakan domba-dombanya, atau bisa saja batu-batu dari tebing berjatuhan, namun ia mengabaikan semua itu karena domba-dombanya membutuhkan rumput yang segar. Saat tiba di lembah, cuaca yang cerah tiba-tiba berubah menjadi kelam. Angin dingin bertiup dan tidak lama kemudian hujan air yang disertai es mengguyur lembah itu. Kawanan dombanya mulai gelisah. Oleh karena itu ia segera menggiring mereka berteduh di celah-celah gunung batu. Domba-domba itu kelihatan lebih tenang karena mengetahui bahwa gembalanya ada bersama-sama dengan mereka. Untunglah di lembah itu ia menemukan rumput hijau dan air yang dibutuhkan domba-dombanya. Ternyata di sepanjang lembah itu tumbuh rumput segar dengan kualitas terbaik. Gembala tahu bagaimana memberi rasa aman bagi domba-dombanya. Sebagai Gembala yang baik, Yesus melakukan yang terbaik bagi kita, domba gembalaan-Nya. Dan sebagai domba, seharusnya kita tidak keberatan ketika Dia mengajak kita berjalan melalui lembah kehidupan. Mungkin di sana kita akan mengalami ketakutan, kekecewaan, frustasi, dan hilang harapan. Tapi ingatlah bahwa Sang Gembala tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Dia ada bersama kita untuk menjaga, bahkan menyediakan semua kebutuhan kita. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau sudah menjadi gembala utama dalam hidupku yang senantiasa menjaga dan menuntunku ke padang berumput hijau. Berilah aku keyakinan bahwa bersama Engkau semua akan berjalan dengan baik. Jangan biarkan keraguan dan ketakutan membuat aku tidak percaya akan kuasa-Mu. Kini kuserahkan keterbatasanku dalam tangan-Mu, sempurnakanlah aku agar aku tetap percaya pada-Mu walau di tengah badai. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Kamis, 25 September 2025Bacaan: "Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku." (Mazmur 27:10)Renungan: Seorang wanita berusia 40 an tahun menjatuhkan dirinya dari lantai 14 sebuah apartemen. Sebelumnya ia masih sempat tersenyum kepada seorang pria yang sedang membersihkan kaca jendela apartemen. Tetapi ketika petugas kebersihan itu kembali memalingkan wajah ke arahnya. wanita tersebut sudah menjatuhkan diri ke bawah. Di sebuah kursi tak jauh dari jendela tempat ia menjatuhkan diri, terdapat secarik kertas yang ditinggalkannya. Dalam kertas tersebut tertulis. "Aku tidak dapat lagi menahan rasa kesepian ini. Teleponku tidak pernah berdering. Aku tidak pernah menerima surat. Aku tidak punya teman." Ternyata di sekitar kita terdapat orang-orang yang merasa kesepian dan putus asa. Kesepian dan putus asa bisa menimpa siapa saja. Orang kaya maupun miskin, orang yang bekerja maupun yang mengganggur, orang menikah maupun yang tidak menikah, orang terkenal maupun tidak terkenal. Mungkin kita adalah seorang ibu, bapak, guru, hamba Tuhan, pengusaha atau pelajar. Banyak orang diberkati melalui pelayanan kita. Namun, ada saat-saat tertentu di mana kita merasa tidak berdaya, kesepian atau putus asa. Kondisi seperti ini mungkin disebabkan masalah keluarga, atau masalah pribadi kita yang tidak diketahui oleh siapapun. Jangan takut, Tuhan mengasihi kita dan Ia tahu apa yang kita butuhkan di saat seperti itu. Ia ingin memulihkan setiap aspek kehidupan kita. Saudara dan sahabat boleh meninggalkan kita, tapi Tuhan akan selalu menjadi sahabat setia bagi kita. Oleh karena itu, jika saat ini kita sedang merasakan kesendirian dan mulai putus asa, ingatlah janji penyertaan Tuhan. Ia tidak pernah membiarkan kita sendiri. Ia akan selalu ada untuk kita, seperti janji-Nya"...... Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:20).Tuhan Yesus memberkati. Doa:Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau senantiasa ada untuk ku. Sering di saat-saat tertentu aku merasakan kesepian dan kegalauan dalam hidupku. Aku merasa tidak tahu harus berbuat apa. Aku merasa ditinggalkan oleh orang yang sangat kukasihi dan aku merasa seolah-olah Engkau begitu jauh dari kehidupanku. Tapi kini aku tahu, bahwa janji penyertaan-Mu juga ditujukan kepadaku. Engkau senantiasa ada dan hadir dalam keseluruhan hidupku. Kini kuserahkan rasa sepi dan tak berdaya ku padaMu, hiburlah dan ubahlah hatiku, agar damai dan sukacitaku kembali masuk dan menguasai hidupku. Amin. (Dod).
Daily Halacha Podcast - Daily Halacha By Rabbi Eli J. Mansour
After waking in the morning, a person is not permitted to learn Torah before reciting Birkot Ha'Torah. As we saw in earlier installments, however, this applies only to learning verbally. Merely thinking Torah in one's mind, without speaking, is allowed before reciting Birkot Ha'Torah in the morning. (We saw, though, that reading a Torah book, even silently, might require the recitation of Birkot Ha'Torah.) Intuitively, we might assume that silently listening to a Torah lecture should be no different than silently thinking about Torah. Seemingly, then, if a person attends a Torah class in the synagogue early in the morning, he does not need to first recite Birkot Ha'Torah. However, the Halachot Ketanot (Rav Yisrael Yaakob Hagiz, 1680-1757) rules that listening to a Torah class differs from thinking about Torah in this regard. He applies to this situation the famous Halachic principle of "Shome'a Ke'oneh" – that listening to the recitation of a text is akin to reciting it oneself. Thus, for example, every Shabbat, one person recites Kiddush, and everyone else at the table fulfills his obligation by listening to the recitation. Accordingly, people who listen to a Torah class are considered to be saying the words spoken by the teacher. Hence, listening to a Torah class is akin to verbally speaking words of Torah, and requires the recitation of Birkot Ha'Torah. Hacham Ovadia Yosef brought proof to this theory from the Gemara's inference of the Birkot Ha'Torah obligation from a verse in the Book of Debarim (32:3). The Gemara in Masechet Berachot (21a) cites as the Biblical source of this requirement the verse, "Ki Shem Hashem Ekra, Habu Godel L'Elokenu" – "When I call the Name of G-d, give praise to G-d." Moshe here was announcing that when he teaches Torah, the people should recite a blessing. Thus, the very source of Birkot Ha'Torah is a situation where people recite a Beracha before listening to words of Torah, clearly implying that even silently listening to a Torah lecture requires the recitation of Birkot Ha'Torah. This is the ruling also of the Ben Ish Hai (Rav Yosef Haim of Baghdad, 1833-1909). Although several Poskim (including the Lebush and Hida) disagree, Halacha follows the opinion of the Halachot Ketanot. Therefore, those who attend a Torah class early in the morning must ensure to first recite Birkot Ha'Torah. Some addressed the question of how to reconcile the Halachot Ketanot's reasoning with the ruling of the Rosh (Rabbenu Asher Ben Yehiel, 1250-1327) that the person who receives an Aliya to the Torah must read along with the Ba'al Koreh (reader). Fundamentally, the obligation to read is upon the Oleh (person who was called to the Torah); the Ba'al Koreh reads the Torah on his behalf. Seemingly, the rule of "Shome'a Ke'oneh" should allow the Oleh to silently listen to the reader and thereby discharge his obligation. Indeed, the Peri Hadash (Rav Hizkiya Da Silva, 1659-1698) disputed the Rosh's ruling, and maintained that the Oleh does not need to read together with the reader. Halacha, however, follows the Rosh's ruling. If, as the Halachot Ketanot writes, listening to words of Torah is akin to reciting them, then why must the Oleh read along with the Ba'al Koreh? Several explanations were given for why the congregational Torah reading might be different, and is not subject to the rule of "Shome'a Ke'oneh." One theory is that "Shome'a Ke'oneh" applies only when there is a general obligation to recite a certain text. The congregational Torah reading is an obligation upon the congregation as a whole, and not on any particular individual, and it therefore is not included in the rule of "Shome'a Ke'oneh." Others explain that since the original format of Torah reading was that the Oleh reads the text, and the concept of a Ba'al Koreh was introduced later, the Oleh is required to read along, to preserve the initial arrangement. Yet another answer is that the rule of "Shome'a Ke'oneh" does not allow for one person to recite the Beracha over a Misva and another person to perform the Misva. On Purim, for example, the one who reads the Megilla for the congregation also recites the Beracha. Never does someone from the congregation recite the Beracha, and then the Ba'al Koreh reads the Megilla. Therefore, the Oleh cannot recite the Beracha and then fulfill his obligation by listening to the Ba'al Koreh's reading. Interestingly, Rav Shlomo Kluger (1785-1869) asserted that this Halacha regarding Birkot Ha'Torah before listening a Torah class hinges on a debate among the Rishonim regarding a different issue. It often happens that somebody is still in the middle of the Amida prayer when the Hazzan begins the repetition, and reaches Nakdishach. Common practice follows the view of Rashi, that the person in this situation should stop and listen silently to Nakdishach in order to fulfill this Misva. Rabbenu Tam (France, 1100-1171), however, disagreed with this ruling, arguing that in light of the principle of "Shome'a Ke'oneh," listening to Nakdishach in the middle of the Amida would constitute a Hefsek (forbidden interruption) in the Amida. This is no different than reciting Nakdishach in the middle of the Amida, which is of course not allowed. Seemingly, Rav Kluger writes, the ruling of the Halachot Ketanot, that listening to Torah is akin to speaking Torah, follows the view of Rabbenu Tam, that "Shome'a Ke'oneh" actually equates listening to speaking. According to Rashi, listening is not precisely the same as speaking, which is why he permits listening to Nakdishach during the Amida. By the same token, it would seem that Rashi would not require reciting Birkot Ha'Torah before listening to a Torah lecture. The question, then, becomes why we follow Rashi's opinion regarding listening to Nakdishach during the Amida, but we accept the Halachot Ketanot's ruling regarding Birkot Ha'Torah. These two rulings seem to contradict one another – as the first presumes that listening is not precisely like speaking, whereas the second presumes that listening is equivalent to speaking. Hacham Ovadia answers that when a person is reciting the Amida as the congregation reaches Nakdishach, he wants to fulfill the Misva of reciting Nakdishach, but he also does not wish to interrupt his Amida. Halacha therefore allows him to listen to Nakdishach – such that he will be credited with this Misva – without being considered in violation of disrupting the Amida. Since the person seeks to perform the Misva, an exception is made to allow him to do so. Even Rashi agrees that listening is equivalent to speaking, but in the specific instance where a person recites the Amida and hears Nakdishach, special permission is given to listen to Nakdishach. Hacham Ovadia cites in this context the Gemara's teaching (Kiddushin 39b) that a person's intention to transgress a sin is disregarded if he ends up being unable to commit the forbidden act. A person's thoughts are discounted as far as Halachic violations are concerned, and thus one cannot be considered guilty of disrupting his Amida by silently listening to Nakdishach. Another question that was asked regarding the Halachot Ketanot's ruling is whether the speaker and audience must have specific intention for "Shome'a Ke'oneh" to take effect. During Kiddush, the person reciting Kiddush must have in mind that his recitation will be effective in satisfying the listeners' obligation, and they must likewise intend to fulfill their obligation by hearing his recitation. Seemingly, then, if listening to a Torah class is akin to speaking words of Torah due to the principle of "Shome'a Ke'oneh," this should depend on whether or not the speaker and audience have this specific intention. However, Hacham Ovadia Yosef, in his Yabia Omer (vol. 4, addendum to #8), writes that this specific intention is not necessary, and he draws proof to the fact that Torah study marks an exception to the general rule. The Gemara in Masechet Sukka (38) infers the principle of "Shome'a Ke'oneh" from the story of King Yoshiyahu, before whom a man named Shafan read the Torah, and Yoshiyahu was considered to have read it himself. There is no mention of either Yoshiyahu or Shafan having specific intention that Yoshiyahu should be considered to have read the text – indicating that such intention is not necessary. Although in general "Shome'a Ke'oneh" requires the intention of both the speaker and listener, Torah study marks an exception, where such intention is not needed for "Shome'a Ke'oneh" to take effect. Rav Yisrael Bitan offers two possible explanations for this distinction, for why the mechanism of "Shome'a Ke'oneh" does not require Kavana (intent) in the context of Torah study, but it does in the context of all other Misvot. First, the primary method of Torah learning is through a teacher and listeners; this is the most common way that Torah is studied. Therefore, the listeners fulfill their obligation by listening without having to create a connection to the speaker through Kavana. Alternatively, one could say that in the case of Torah learning, the intent is present by default. When a Rabbi or teacher stands up before a room to teach Torah, everyone's intention is clearly to fulfill the Misva of Torah learning, and there is no need to consciously think this. The fundamental difference between these two explanations is that according to the first, Kavana is not necessary for "Shome'a Ke'oneh" to take effect when teaching Torah, whereas according to the second, Kavana is necessary, but it is presumed even without consciously having it in mind. These different perspectives will affect the fascinating question of whether a distinction exists between attending a Torah class and listening to a recording. According to the first explanation, listening to Torah is equivalent to speaking Torah even without Kavana, and this would be true even when listening to a recording of a Torah class. According to the second approach, however, Kavana is necessary for the listener to be considered to be speaking, and the speaker and listener are presumed to have this intent – and thus this would not apply in the case of a recording. When listening to a recording, there is no speaker to supply the Kavana, and thus the listener is not considered to be speaking the words. It would then follow that one would not be required to recite Birkot Ha'Torah before listening to a recorded Torah class in the morning. For example, if a person wishes to listen to a Torah class as he makes his way to the synagogue in the morning, he would not – according to this second explanation – be required to first recite Birkot Ha'Torah. In practice, however, as this matter cannot be conclusively determined one way or another, we must be stringent and recite Birkot Ha'Torah even before listening to a recorded Torah class. Therefore, one who wishes to hear a Torah class in the morning – either in person or a recording – must first recite Birkot Ha'Torah and the verses of Birkat Kohanim beforehand. Summary: One who wishes to hear a Torah class in the morning – either in person or a recording – must first recite Birkot Ha'Torah and the verses of Birkat Kohanim beforehand.
Pembawa Renungan : Ima Kristanti - Kota BatuPengantar Renungan : Bobby Arianto - SemarangSound Editing : Indah Larasati Sirait - Cibinong, BogorCover Editing : Anastasia Sonia - Jakarta Luk 8:16-18
Pembawa Renungan: Yohanes Edwin Kristianto - Surakarta Pengantar Renungan: Felixsitas Sylvana Mutiarani - Bekasi Sound Editing: Yohanes Edwin Kristianto - Surakarta Cover Editing: Anastasia Sonia - Jakarta Luk. 16:1-13
Pembawa Renungan : Primona Valentina Tarihoran – Jakarta Pengantar Renungan : Kristianus Ina - Ende, Flores, NTT Sound Editing : Indah Larasati Sirait - Cibinong, Bogor Cover Editing : Anastasia Sonia – Jakarta Luk. 8:4-15
Chagigah 3a: Do you have to be Oleh LRegel by Foot?
Kencan Dengan Tuhan - Rabu, 17 September 2025Bacaan: "Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri." (Roma 14:7)Renungan: Ada seorang ibu yang seringkali pergi ke kantor pos untuk mengirim surat, paket atau wesel pos. Suatu hari ketika tiba di kantor pos, ia melihat antrean yang begitu panjang. Begitu banyak orang yang menunggu giliran untuk dilayani. Sebenarnya ia hanya membutuhkan beberapa perangko. Seseorang yang memperhatikan sang ibu kemudian berkata. "Kenapa ibu tidak memakai mesin perangko saja? Ibu bisa mendapatkan perangko yang ibu inginkan tanpa harus ikut mengantre." Ibu tersebut menjawab, "Ya, aku tahu. Tapi mesin itu tidak bisa menyapaku dan menanyakan penyakit rematikku." Dampak kemajuan di bidang teknologi ini semakin mendorong orang untuk bersikap individualistis. Orang bisa melakukan transaksi bisnis dengan cepat melalui internet. Melalui mesin kita dapat memesan makanan, mengukur tekanan darah, mengambil uang tanpa berhubungan langsung dengan seseorang. Hal inipun telah merambat dalam hal rohani, sehingga orang menganggap tidak perlu lagi ke gereja, karena mereka bisa mendengarkan khotbah melalui, radio atau televisi. Namun di luar itu semua, kita juga perlu tahu bahwa banyak orang yang membutuhkan perhatian dan sentuhan kasih kita. Ada orang yang ingin mendengar kita menanyakan bagaimana keadaan mereka, pergumulan apa yang sedang mereka hadapi, bantuan apa yang dapat kita berikan atau bisa saja mereka merasa diberkati hanya dengan melihat senyuman kita. Oleh karena, sudahkah hari ini kita menyapa suami, istri, orang tua, anak-anak, atau sahabat? Atau sudahkan kita memberikan senyum kita yang terbaik untuk orang-orang yang kita temui hari ini? Kalau belum, lakukanlah, karena Yesus membutuhkan sapaan dan senyuman kita hari ini untuk menjadi berkat bagi sesama. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, aku rindu untuk mendengar sapaan, senyuman, nasihat, cerita dari pasanganku, orang tuaku, anak-anakku. Aku tahu, di luar sana banyak orang yang mengalami kerinduan sepertiku. Maka bantu aku agar aku mampu menyapa dan sekadar memberi senyuman terbaikku bagi mereka. Kirimkanlah hari ini seseorang yang dapat kuberkati dengan sapaan dan senyumanku. Amin. (Dod).
Vakkali adalah seorang brahmana yang tinggal di Savatthi. Suatu hari, ketika melihat Buddha sedang ber-pindapatta di kota, dia sangat terkesan dengan pencapaian sarira Buddha Dia pun memohon izin untuk diterima di dalam Sangha hanya agar bisa berada di dekat Buddha. Sebagai Bhikkhu, Vakkali selalu berada di dekat Buddha; dia tidak peduli dengan tugas ke-Bhikkhu-an yang lainnya dan sama sekali tidak melatih meditasi konsentrasi.Oleh karena itu, Buddha berkata kepadanya, “Vakkali, tidak ada gunanya bagimu dengan berada di dekat-Ku dan memperhatikan wajah-Ku. Oleh karena sebenarnya, hanya dia yang melihat Dhamma-lah yang melihat-Ku. Dia yang tidak melihat Dhamma, tidak melihat-Ku.” Ketika mendengar kata-kata tersebut, Vakkali merasa sangat tertekan. Dia pergi seperti perintah Buddha, dan memanjat bukit Gijjhakuta dengan niat untuk bunuh diri dengan cara melompat dari puncak bukit. Apa yang selanjutnya terjadi? Bagaimana cara Buddha menanggapi kejadian tersebut?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 377-381 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Daf Yomi Horayos 9Episode 2076Babble on Talmud with Sruli RappsJoin the chat: https://chat.whatsapp.com/LMbsU3a5f4Y3b61DxFRsqfSefaria: https://www.sefaria.org.il/Horayot.9a?lang=heEmail: sruli@babbleontalmud.comInstagram: https://www.instagram.com/babble_on_talmudFacebook: https://www.facebook.com/p/Babble-on-Talmud-100080258961218/#dafyomi #talmud00:00 Intro01:29 Korbin oleh v'yorayd29:30 Summary mishnah58:59 Conclusion
Kesabaran merupakan kajian Islam yang disampaikan oleh: Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Amalan-Amalan Hati. Kajian ini disampaikan pada Jumat, 6 Rabiul Awwal 1447 H / 29 Agustus 2025 M. Kajian Tentang Kesabaran Kesabaran adalah karunia Allah yang terbaik. Kesabaran merupakan nikmat Allah yang terluas. Oleh karena itu, sudah sepatutnya dalam hidup ini kita senantiasa menghiasi diri […] Tulisan Macam-Macam Kesabaran ditampilkan di Radio Rodja 756 AM.
A new report from the New South Wales Nurses and Midwives Association has revealed the alarming rates of racism and discrimination experienced by Aboriginal and culturally diverse healthcare workers. The union has called for action to address the issue, with nearly 70 percent of survey respondents saying they face racism at work. - Asosiasi Perawat dan Bidan New South Wales melaporkan tingkat rasisme dan diskriminasi yang telah dialami oleh tenaga kesehatan Aborigin dan juga budaya lainnya. Dengan hampir 70 persen responden survei menyatakan bahwa mereka mengalami rasisme di tempat kerja, dan mendesak agar masalah ini diberi tindakan.
Pembawa Renungan : Redemptus Sanongoni Zai Paroki Kristus Raja - Medan Mat. 23:1-12.
Pembawa Renungan : Ali Antonius – Yogyakarta Pengantar Renungan : Yosephin Septi Martanti - Klaten. Sound Editing : Indah Larasati Sirait - Cibinong, Bogor. Cover Editing : Anastasia Sonia – Jakarta. Mat. 22:34-40
Oleh Zajac, an international relationships expert, and I discuss the Historic Meeting on August 18, 2025, in Washington, D.C. The implications of this event will reverberate to the entire world. Will the killing of thousands of people weekly end, and will of 20,000 abducted children return? How is Europe going to react? What will happen in Ukraine next?