POPULARITY
Categories
"Sisa makanan yang tertinggal bisa menjadi pemicu gigi berlubang.
Kontak mata itu penting, tapi tahukah Moms & Dads? Anak autistik membutuhkan lebih dari sekadar melihat mata lawan bicara. Melalui latihan membaca ekspresi wajah dan memahami intensi, anak-anak ini dapat mengembangkan kemampuan sosial yang lebih dinamis. Mari berbagi pengalaman!
Bismillah,Umrah dan haji bukanlah sekadar perjalanan ibadah. Lebih dari itu, ini adalah sebuah undangan untuk kita menjadi seorang tamu dari Sang Pemilik Dunia dan Seisinya, Tamu Allah. Ini gelar tamu paling prestisius yang pernah ada, tamu Sang Pencipta, selayaknya dengan orang-orang yang berperang di jalan-Nya.Rasulullah ﷺ bersabda,وَفْدُ اللهِ عز وجل ثلاثة: الغازي، والحاجُّ، والمُعْتَمِرُ“Tamu Allah Ta'ala ada tiga: orang yang berperang, orang yang berhaji, dan orang yang berumrah.” (HR An-Nasa'I, no. 3121, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).Maka, akankah kita sambut undangan tersebut?
Presiden Prabowo Subianto memberikan rehabilitasi kepada mantan Dirut ASDP, Ira Puspadewi dkk., yang sebelumnya divonis korupsi, setelah DPR menerima aspirasi publik dan kajian hukum.Keputusan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang konsistensi penegakan hukum. Bersama Eks Wakil Ketua KPK (2015-2019), Saut Situmorang, kita akan membedah:Apa dasar objektif yang membuat mantan direksi ASDP layak memperoleh rehabilitasi?Bagaimana langkah ini memengaruhi upaya pemberantasan korupsi ke depan?Simak pandangan kritis Saut Situmorang mengenai dilema keadilan dan konsistensi hukum dalam kasus rehabilitasi koruptor!#Rehabilitasi #Korupsi #Prabowo #SautSitumorang #KPK
Kencan Dengan Tuhan - Selasa, 25 November 2025Bacaan: "Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong." (Mazmur 34:16) Renungan: Suatu hari dua murid Yesus sedang berjalan menuju Emaus. Mereka sibuk membahas apa yang sedang terjadi setelah Yesus wafat di kayu salib. Dalam perjalanan tersebut tiba-tiba Tuhan Yesus datang mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka, namun mereka tidak mengenal Dia. Sungguh sangat mengherankan bagaimana mungkin mereka berdua tidak mengenal Yesus, padahal baru 3 hari Yesus meninggalkan mereka. Rupanya ada sesuatu yang menghalangi mata mereka sehingga mereka tidak mengenal Tuhan Yesus. Sebagai murid yang ditinggal oleh gurunya, wajar bila mereka merasa ketakutan, sedih, kecewa dan hilang harapan. Rasa bingung dan putus asa itulah yang telah menutupi pandangan mereka sehingga mereka tidak mengenali Tuhan Yesus. Masalah yang menimpa kehidupan kita, bisa menghalangi kita memandang Tuhan. Tuhan seolah hilang dalam hidup kita. Kalau kita jauh dari Tuhan pun, Ia seolah terlihat kecil. Oleh sebab itu, selalulah berusaha untuk mendekat kepada Tuhan. Ketika kita terus mengarahkan pandangan kepada Tuhan, kita akan bertambah kuat. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah menjauh, kita lah yang tidak setia. Tuhan selalu mengarahkan pandangan-Nya kepada kita anak-anak-Nya. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, ketika masalah silih berganti menerpa hidupku, terkadang aku tidak bisa melihat bahwa Engkau ada di sampingku. Bahkan aku sering merasa bahwa Engkau meninggalkan aku dan membiarkan aku menjalani hidup ini sendirian. Ampuni aku Yesus, karena kini kutahu bahwa Engkau adalah Allah yang setia, yang selalu ada untuk setiap orang yang senantiasa mencari Engkau. Yesus, Engkaulah andalanku. Amin. (Dod).
"Moms & Dads, apakah tahu siapa saja circle pertemanan anak? Mengenal circle pertemanan anak ternyata punya banyak manfaat, lho, terutama untuk mengembangkan Growth Mindset mereka! Kalo kita tahu siapa saja yang ada di skitar anak, orang tua bisa lebih mudah mendukung growth mindset yang positif, setuju kan? Yuk, kita simak di audio ini pembahasannya lebih lengkap. Kalau Moms & Dads lebih suka mengenal teman-teman anak lewat apa nih? A: Mengundang mereka main ke rumah
Kencan Dengan Tuhan - Minggu, 23 November 2025Bacaan: "Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian." (2 Korintus 7:10)Renungan: Perjalanan hidup kita adalah seperti sebuah proses. Seperti sebuah benda yang begitu indah dan berharga mahal, harus melalui suatu proses yang tidak mudah: diolah, diremukkan dan dibentuk. Oleh karena itu kita harus melewati berbagai tekanan, kesulitan, masalah, penyakit dan juga penderitaan, dan kesemuanya itu terkadang membawa kita kepada dukacita. Namun bila kita mampu menguasai diri dan mengaturnya dengan baik, serta membiarkan tangan Tuhan bekerja dalam hidup kita, kehidupan kita akan menjadi luar biasa dan berbeda. Tuhan tidak menghendaki kita bersedih atau berduka karena masalah yang ada. Justru DIA ingin memakai dukacita yang kita alami ini sebagai sarana yang membawa kita pada sebuah kehidupan yang lebih baik lagi. Oleh karena itu firman-Nya mengatakan: "Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." (Mat 5:4). Tidak semua bentuk dukacita dapat membawa kebaikan, hanya ketika kita membawa dukacita itu kepada Tuhan, maka dukacita itu akan menjadi suatu kebaikan bagi kita. Tanpa adanya perasaan dukacita dan penyesalan tidak akan pernah ada pertobatan. Dan tanpa pertobatan kitapun tidak akan pernah menerima anugerah pengampunan dan kasih karunia dari Tuhan. Mari kita bawa semua permasalahan dan kesulitan hidup ini kepada Tuhan; dan biarlah DIA yang menyelesaikannya dengan caraNYA dan bukan dengan cara kita. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, aku percaya melalui penderitaan dan permasalahan hidup ini, Engkau mau membentuk aku menjadi pribadi yang tegar dan tahan uji, seperti emas yang murni yang harus dibakar di perapian agar menjadi berharga. Kini kuserahkan semua beban hidupku pada-Mu, selesaikanlah semuanya dengan caramu dan bukan dengan caraku. Amin. (Dod).
Pembawa Renungan : Anastasia Sonia – Jakarta Pengantar Renungan : Kalvin Laia - Riau Sound Editing : Indah Larasati Sirait - Cibinong, Bogor Cover Editing : Anastasia Sonia – Jakarta Lukas 20: 27-40
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Victor dan Ade dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. 1 Makabe 6: 1-13; Mazmur tg 9: 2-3.4.6.16b.19; Lukas 20: 27-40.PENASARANTENTANG HIDUP SETELAH MATI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Penasaran TentangHidup Setelah Mati. Seorang remaja baru saja menjadi yatim piatu. Bapak danibunya meninggal dunia berturut-turut tahun lalu dan pertengahan tahun ini.Pada saat banyak orang datang melayat ibunya, mereka mengungkapkan kesedihandan menangis dalam haru. Tetapi remaja itu tetap tenang dan menyambut setiap orangyang datang. Berapa orang bertanya mengapa ia tidak kelihatan sedih danmenangis. Ia menjawab bahwa ia hanya menangis pada saat-saat awal kematian.Setelah itu ia merasa damai dan penuh optimisme. Ia percaya ibunya akan bertemubapanya di surga. Keyakinan orang muda ini bahwa ibu dan bapaknya hidupkembali di surga pasti tidak dipercayai orang-orang Saduki yang disebutkandalam bacaan Injil hari ini. Mereka tidak percaya akan kebangkitan badan,demikian juga keberadaan surga. Oleh karena itu mereka juga tidak percayaadanya malaikat-malaikat. Mereka hanya percaya bahwa surga itu adalah rasagembira dan kepuasan dunia ini. Apakah anggapan bahwa tidak ada kebangkitan badan dantidak adanya surga masih ada di sekitar kita? Kita yang mengikuti renunganharian dan yang tekun dalam iman yang otentik, tentu tidak termasuk kategoriitu. Kita juga tidak ingin mengambil risiko untuk memaksakan diri masuk dalam kelompokorang-orang yang tidak percaya akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Di balik risiko itu ialah suatu nasib seperti orang yangbertemu jalan buntu setelah melalui liku-liku hidup di dunia ini. Akhir darisemua itu hanyalah kematian dan tidak ada yang lain. Kalau akhir atau ujungnyaadalah kematian, konsekuensinya ialah semangat hidup dan fokus orang-orang didunia ini hanya untuk menikmati dunia ini saja dengan segala macam cara dansituasinya. Karena setelah dari dunia ini tak ada apa-apa lagi yang akandinikmati. Misalnya tentang kawin dan hidup berkeluarga. Akhir hidupdi dunia ini adalah kematian. Namun kehidupan baru akan berlanjut di dalamkebangkitan sebagai para roh, yang hidupnya sebagai saudara-saudari sesama anakTuhan yang sudah tidak perlu lagi hidup seperti di dunia. Roh tidak bisa kawin,yang kawin adalah badan. Kita hanya perlu mempersiapkan diri untuk menyambutkematian dan kebangkitan. Masing-masing kita harus pertama-tama yakin, kemudiankita perlu meyakinkan orang lain keyakinan yang sangat utama ini. Kalau ada yang penasaran kehidupan setelah mati sepertiapa, jawaban satu-satunya yang pasti ialah Yesus, karena hanya Dia yang telahkembali dari kematian. Kita hanya perlu mendengarkan dan mengikuti Dia. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Allah maha pengasih,kuatkanlah iman kami akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal yang kamiselalu rindukan dan doakan. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ...Dalam nama Bapa ...
Pembawa Renungan : Ali Antonius – YogyakartaPengantar Renungan : Theresia Adelina - Bekasi.Sound Editing : Indah Larasati Sirait - Cibinong, Bogor.Cover Editing : Anastasia Sonia – Jakarta. Lukas 19 : 45-48
Chagigah 25a: How were they Oleh LRegel from the Galil?
Merenungkan teladan hidup para pahlawan iman yang luar biasa sangat penting bagi pertumbuhan rohani kita. Pada saat yang sama, teladan utama kita adalah Yesus Kristus kehidupan dan ajaran-Nya.
Merenungkan teladan hidup para pahlawan iman yang luar biasa sangat penting bagi pertumbuhan rohani kita. Pada saat yang sama, teladan utama kita adalah Yesus Kristus kehidupan dan ajaran-Nya.
Pembawa Renungan: Alland Angelbarth Kewas – Surabaya Pengantar Renungan: Felixitas Sylvana Mutiarani- Bekasi Sound Editing: Alland Angelbarth Kewas – Surabaya |Cover Editing: Anastasia Sonia - Jakarta Luk. 19:41-44
Narasumber1. Pakar Hukum Pidana - Dosen Fakultas Hukum (FH) UnTar, Dr. Hery Firmansyah, S.H., M.Hum., MPA 2. Ketua Lembaga Bantuan Hukum Perawat Indonesia (LBHPI), Gerardus Gegen
"Bagaimana sih mengajarkan pentingnya merawat diri kepada anak? Aktivitas self-care bersama bisa jadi momen berharga membangun kebiasaan sehat dan bonding yang kuat. Yuk, temukan inspirasi contoh-contoh self-care yang dapat dilakukan bersama orang tua dan anak di audio berikut! Apakah Moms & Dads siap melakukan self-care rutin bareng anak? Tulis "Saya siap!" di komentar dan mari saling berbagi inspirasi dengan parents lainnya
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Viktorimus Ranggu dan Edeltrudis Baben dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Kebijaksanaan 13: 1-9; Mazmur tg 19: 2-3.4-5; Lukas 17: 26-37.PANGGILAN AKHIRZAMAN Renungan kita pada hari ini bertema: Panggilan AkhirZaman. Seorang ibu menasihatkan kedua anaknya yang masih sd yang sudah malasberdoa, supaya kembali bersemangat. Mereka bertanya, "Apa gunanya berdoadan tidak boleh malas?" Sang ibu berkata bahwa sekarang mungkin kita belummendapatkan kegunaannya, namun nanti pada akhir zaman akan sangat bermanfaat.Kedua anak itu kembali bersemangat berdoa, dan alasan yang mereka ingat ialahakhir zaman, meskipun mereka tidak mengerti apa-apa tentang akhir zaman. Akhir zaman merupakan sesuatu realitas iman yang baru akanterjadi nanti. Kita tidak bisa berpikir hanya dengan akal budi, tapi harus jugadengan iman. Akhir zaman menjamin bahwa realitas yang akan kita alamimemperlihatkan Tuhan Allah yang sesungguhnya, yang selalu kita sebut namanya didunia ini. Oleh karena itu kitab Kebijaksanaan dalam bacaan pertama membenarkankalau yang kita jumpai nanti ialah Penguasa dan Pembentuk segalanya, yangmenjadi Tuhan atas segala keindahan, kekuasaan dan kebaikan. Kitab suci menjelaskan tentang akhir zaman melalui ajaranYesus Kristus dan penglihatan orang-orang kudus. Ajaran dan kesaksian inidisampaikan dalam bentuk penjelasan yang berbeda-beda. Kita yang perlumemahaminya secara benar agar dapat mengimaninya secara benar pula. Jika kitamemiliki perhitungan tentangnya, mengetahui gambarannya seperti apa danmengimaninya selagi masih di dunia, maka harapan kita untuk menyongsong akhirzaman menjadi sesuatu yang menggembirakan. Pada hari ini kita diajarkan bahwa akhir zaman itu berisidua hal utama, yaitu kedatangan Yesus kembali dan dunia ini akan mengalamiakhirat. Berikut ini adalah sejumlah ciri atau tandanya menurut kitab suci: 1)ia datang pada saat yang tidak kita duga, 2) pada saat orang-orang dunia inimenjalani hidup seperti biasanya, 3) datangnya tiba-tiba, 4) setelah suatupenganiayaan Gereja yang terparah, 5) setelah adanya gempa bumi dahsyat, wabahpenyakit, kelaparan di berbagai tempat dan di langit tampak tanda-tanda alamyang menggemparkan, 6) setelah terjadi pemurtadan secara masal, 7) setelahkekuatan Antikristus dibinasakan, 8) ketika kasih kepada mereka yang sangatmembutuhkan menjadi dingin, 9) ketika Injil telah diwartakan sampai ke segenappelosok dunia, 10) ketika segenap Israel dapat diselamatkan, 11) ketika Gerejaini menjadi kudus dan tak bercela, tanpa noda dan goresan apa pun bentuknya. Sudah sekian banyak prediksi terjadinya akhir zaman itu,namun sampai detik ini belum sampai terjadi. Yang pasti ialah ini: kita akanmempersiapkan diri, dan jika kematian diri kita sendiri datang itu adalah akhirzaman setiap orang. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa yangbijaksana, ketika kedatangan kembali Yesus Kristus, semoga kami ditemukan dalamkeadaan siap sedia. Salam Maria, penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...
Bincang kuratorial pameran "Nada Cita Tampaksiring" oleh Amarawati Art Community Tampaksiring terekam lalu dibantu transkrip.xyz untuk membuat transkrip awal yang selanjutnya kedua kurator, Made Susanta Dwitanaya dan Savitri Sastrawan sempurnakan. Judul "Nadi Cita Tampaksiring" pun muncul setelah perbincangan ini terjadi. Kedua kurator menelusuri lagi terbentuknya Amarawati Art Community, geliat seni visual di Tampaksiring - dari ukiran - lukisan - ogoh-ogoh - namun yang dihadirkan jauh lebih beragam dari yang kita perbincangkan, serta budaya visual yang dekat dengan ritual. Sehingga menulis untuk pameran ini tidak cukup hanya beberapa hari. Kiranya perbincangan kuratorial ini dapat melengkapi pengalaman menelusuri "Nadi Cita Tampakiring" yang bertempat di Santrian Art Gallery 14 November - 31 Desember 2025!
Sering kali, saat anak menyelesaikan tugas lebih awal, kita justru menganggapnya hal biasa. Padahal, memberi pujian yang tepat bisa meneguhkan kebiasaan baik mereka!
Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 8 November 2025Bacaan: "Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati." (Roma 13:13)Renungan: Para konselor Florence meminta Leonardo da Vinci untuk menyerahkan skets dekorasi ruang pertemuan besar di Florence. Salah seorang konselor juga meminta Michelangelo seorang pelukis muda, untuk menyerahkan gambar juga. Skets Leonardo begitu baik dan sesuai dengan kejeniusannya. Namun ketika para konselor itu melihat skets Michelangelo, mereka begitu antusias. Berita itu sampai ke telinga Leonardo. Leonardo juga mendengar para konselor berkata, "Leonardo mulai tua." Pada akhirnya Leonardo tidak pernah mampu mengatasi rasa iri hatinya karena ketenarannya terancam oleh Micheangelo. Karena rasa iri hati itulah, sisa hidup Leonardo tidak pernah merasa bahagia. Apakah saat ini kita merasa iri hati dengan keberhasilan seseorang? Iri hati hanya akan membuat sukacita kita hilang, hidup menjadi penuh beban berat. Tuhan menciptakan manusia dengan rancangan yang berbeda satu dengan yang lain. Masing-masing pribadi diberi keunikan yang berbeda untuk menambah indahnya dunia ini. Satu dengan yang lain tidak ada yang sama. Oleh karena itu, terimalah diri apa adanya karena masing-masing dari kita berharga di mata Tuhan. Semakin kita menerima diri dan berserah, maka mutiara yang indah akan muncul dari dalam diri kita. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk menjadi diriku sendiri. Jangan biarkan iri hati menguasaiku. Yakinkan aku bahwa aku berharga di mata-Mu, dan Engkau mempunyai rencana yang indah dengan kehadiranku yang berbeda dari orang lain. Amin. (Dod).
Evolusi sering disalahpahami. Kita membayangkannya sebagai perang. Yang kuat memangsa yang lemah. Tapi Lynn Margulis, dalam Symbiotic Planet, menawarkan sebuah catatan baru: bahwa kehidupan justru dibangun oleh kerja sama, oleh persekutuan yang tak terduga. Pandangan Darwin tak sepenuhnya salah. Tapi ia juga tak lengkap. Ada yang luput dari catatannya. Margulis berkeras bahwa kebaruan terbesar dalam evolusi—lompatan-lompatan besar—bukan datang dari kompetisi, melainkan dari penggabungan intim yang kita sebut simbiosis. Simbiosis adalah kehidupan bersama. Makhluk berbeda spesies bersentuhan. Mereka tinggal dalam kontak fisik. Ini bukan anomali yang ganjil atau cerita minor, melainkan sebuah aturan dasar yang mengatur tatanan biologis di mana-mana. Kita melihat pohon di hutan. Kita melihat akar di tanah. Kita tak melihat jamurnya. Padahal, ratusan jamur mikoriza memeluk akar itu, sebuah kemitraan kuno yang memungkinkan pohon itu hidup, persis seperti bakteri di usus kita. Kontak fisik ini bisa menjadi abadi. Dua makhluk melebur menjadi satu. Sebuah spesies baru lahir. Proses inilah yang disebut simbiogenesis: penciptaan kebaruan, bukan melalui mutasi acak, melainkan melalui akuisisi seluruh genom dari makhluk lain. Margulis memulai dengan keraguan. Dogma biologi terasa kaku. Fokus hanya pada inti sel (nukleus). Ia justru terusik oleh apa yang ada di luar inti, oleh genetika sitoplasma yang dianggap "tidak jelas" oleh rekan-rekannya. Genetika itu ada di mitokondria. Ia juga ada di kloroplas. Mereka punya DNA sendiri. Bagi Margulis, ini bukan "ketidakjelasan", melainkan jejak sejarah—tanda bahwa organel-organel itu dulunya adalah bakteri merdeka. Teori ini disebut Endosimbiosis Serial. Sel-sel kompleks kita adalah komunitas. Mereka adalah mosaik kuno. Sel eukariotik yang membangun tubuh kita berevolusi dari serangkaian penggabungan permanen antara berbagai jenis bakteri. Penggabungan ini terjadi bertahap. Itulah mengapa disebut "serial". Ada urutan dalam sejarah ini. Setiap langkah adalah sebuah peristiwa simbiotik yang menambahkan kemampuan baru pada sel inang, membangun kompleksitas lapis demi lapis. Nenek moyang kita menelan bakteri. Bakteri ini pandai bernapas oksigen. Ia tidak dicerna. Bakteri itu justru tinggal secara permanen, berevolusi menjadi mitokondria, "pembangkit tenaga" yang kini mendesah di setiap sel kita. Kita bernapas dengan paru-paru. Tapi sel kita bernapas dengan mitokondria. Mitokondria adalah "yang lain". Fakta bahwa DNA mitokondria lebih mirip bakteri daripada DNA inti sel kita adalah bukti tak terbantahkan dari asal-usul simbiotik ini. Sejarah berulang kembali. Sel beroksigen itu menelan lagi. Kali ini, bakteri fotosintetik. Bakteri biru-hijau (sianobakteri) ini kemudian menjadi kloroplas, organel yang mengubah cahaya matahari menjadi kehidupan bagi semua alga dan tumbuhan. Ada satu langkah lagi. Ini langkah paling radikal. Ini tentang gerakan kita. Margulis berspekulasi bahwa undulipodia—ekor sperma dan silia—berevolusi dari bakteri perenang lincah yang disebut spirochete. Bakteri itu melekat. Ia menjadi cambuk sel. Ia menggerakkan inangnya. Meski buktinya masih samar, bagi Margulis, gerakan kita—bahkan mungkin pikiran kita yang bergantung pada mikrotubulus—adalah warisan dari spirochete purba itu. Sistem klasifikasi kita buta. Kita hanya mengenal Tumbuhan dan Hewan. Ini adalah dikotomi yang salah. Pandangan kaku ini mengaburkan fakta bahwa pemisahan terbesar dalam hidup adalah antara bakteri (Prokariota) dan kita (Eukariota). Margulis mengusung Lima Kerajaan. Bakteri, Protista, Jamur, Tumbuhan, Hewan. Protista adalah kuncinya. Dari rahim Protista—eukariota bersel satu yang beragam—lahirlah tiga kerajaan kompleks lainnya, termasuk kita, hewan. Seks juga punya cerita simbiotik. Ia dimulai dalam stres. Mungkin kelaparan. Margulis menduga seks eukariotik lahir dari "kanibalisme yang gagal", ketika satu protista mencoba memakan yang lain namun akhirnya bergabung. Bakteri pada dasarnya abadi. Mereka membelah diri. Kita tidak. Kematian yang terprogram—keharusan untuk menua dan mati—adalah harga yang kita bayar untuk kompleksitas yang lahir dari seks. Simbiosis tak berhenti di sel. Ia meluas ke seluruh planet. Ini adalah hipotesis Gaia. Bersama James Lovelock, Margulis melihat Bumi sebagai sistem tunggal yang diatur oleh kehidupan, di mana atmosfer dan iklim adalah produk dari metabolisme kolektif. Jadi, siapa kita? Kita bukan individu berdaulat. Kita adalah koloni. Pada akhirnya, Symbiotic Planet adalah sebuah pengingat bahwa kita adalah mosaik berjalan, sebuah komunitas kuno, yang hidup di dalam planet yang juga merupakan komunitas raksasa.
Tiga Golongan yang Tidak Diajak Bicara oleh Allah di Hari Kiamat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 13 Jumadil Awal 1447 H / 4 November 2025 M. Kajian sebelumnya: Menjauhi Syubhat dan […] Tulisan Tiga Golongan yang Tidak Diajak Bicara oleh Allah di Hari Kiamat ditampilkan di Radio Rodja 756 AM.
*MAKNA RUMAH ROTI*(Yohanes 21:15-19; Matius 16:18;)Dalam Injil Yohanes ditampilkan dialog anatara Tuhan Yesus dengan Petrus tentang penggembalaan domba-domba. Konsep penggembalaan yaitu kegiatan memberi makan (Yn.Bosko) dan memimpin / mengatur (Yn.Poimaino) domba-domba (orang-orang percaya), atas makanan rohani maupun jasmani. Tuhan Yesus menyebutkan "gembalakanlah domba-domba-Ku" kepada Petrus sebanyak 3x yang berarti Tuhan Yesus ingin menegaskan dan memberikan mandat pekerjaan penggembalaan umat Tuhan kepada Petrus dengan sungguh-sungguh. Dalam bahasa Yunani, Tuhan Yesus menyebutkan domba-domba sebanyak 3x yang berarti 3 jenis domba, apa saja itu?1. Yn. ->2. Yn. Arnion ->3. Yn. Probata -> banyak domba-dombaIni berarti penggembalaan yang Tuhan Yesus maksudkan itu diberikan kepada orang per orangan, kelompok per kelompok dan secara menyeluruh yand adalah miliknya Kristus. Oleh sebab itu, barangsiapa yang menerima mandat untuk dapat menggembalakan umat Tuhan pasti akan Tuhan perlengkapi untuk memelihara umat-Nya. Bukan Petrus yang mau, tetapi Tuhan yang memilih untuk menyatakan kuasa Allah dan mujizat Tuhan. Apa fungsi gembala ?1. Memberi makan domba-dombanya2. Memimpin, mengatur, mengelola domba-dombanya3. Melindungi domba-domba dari ancaman atau binatang buasInilah peran penting atau fungsi gembala yang Tuhan kehendaki ada dalam gereja-Nya. Tuhan Yesus yang akan mendirikan jemaat-Nya di atas batu karang yang teguh. Di hadapan Kristus hanya ada 1 jemaat Tuhan, yang dipilih oleh pilihan-Nya. Saudara dan saya adalah orang-orang pilihan Tuhan Yesus untuk menjadi jemaat-Nya (Yn. Mouteneklesia) = jemaat-KU, menjadi domba-domba-Nya, menjadi milik Kristus, dan menjadi kemuliaannya Tuhan. Walaupun banyak orang di dalam jemaat Tuhan, tetapi mereka semua memiliki 1 pikiran, 1 perasaan, 1 jiwa, 1 kasih, yaitu tertuju kepada Kristus. Jangan pernah gantikan apa yang sudah Tuhan beri dengan benda-benda yang dari dunia. Tuhan sudah memberikan segalanya, pengampunan, kemurahan hati Tuhan, sebab itulah kekayaan Tuhan. Jemaat pasti akan mengasihi Kristus sebab Kristus yang memilih, menetapkan, memimpin, memelihara, melindungi jemaat-Nya.Tuhan Yesus memberkati
"Bagaimana pengalaman masa lalu Moms & Dads mempengaruhi cara Moms & Dads menjadi orang tua?
Pdt. Wigand Sugandi (TB) Yohanes 3:6Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.
Narasumber: 1. Pengamat Politik/Peneliti senior KIPP Kaka Suminta 2. Ketua Lembaga Koordinasi Pemberantasan Korupsi dan Aset Negara Republik Indonesia (LKPAN-RI) Bejo Suhendro
"Apakah kamu tahu bahwa tanda awal dari karies bisa terlihat sebagai bercak putih?
Pdt. Wigand Sugandi (TB) 1 Korintus 1:27Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,
Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 1 November 2025Bacaan: "Sebab barangsiapa malu karena Aku dan perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus." (Lukas 9:26)Renungan: Suatu ketika ada seorang petani membawa muatan gandum untuk digiling ke suatu kota tetangga. Dia berhenti di sebuah restoran dan duduk dekat sekelompok anak muda yang sedang berpesta sambil setengah mabuk. Ketika makanan pesanannya telah dihidangkan di depannya, orang tua itu menundukkan kepalanya dan berdoa. Sekelompok anak muda tersebut menertawakan apa yang dilakukan petani itu. Salah seorang dari mereka berteriak, "Hai, orang tua, apakah orang-orang di rumahmu selalu berdoa sebelum makan?" Dengan tenang orang tua itu berpaling ke arah anak muda itu, dan dengan suara yang keras ia menjawab, "Ya, anakku, kecuali hewan-hewan peliharaan di rumahku." Makanan jasmani adalah berkat yang Tuhan berikan kepada kita. Oleh karena itu patutlah kita mensyukurinya sebelum menyantapnya. Doa sebelum makan berguna untuk menguduskan setiap makanan dan minuman yang akan kita santap. Pernahkah kita makan di sebuah rumah makan atau restoran dan melihat di belakang pintu masuk ada benda semacam jimat yang digantung untuk melariskan makananan di tempat itu? Kalau kita pernah melihatnya, saat kita makan di tempat tersebut, itu artinya makanan di tempat itu sudah dicemari dan dinajiskan oleh kuasa kegelapan yang mereka minta dalam bentuk jimat-jimat penglaris. Oleh karena itu doa sebelum makan dibutuhkan untuk menguduskan kembali makanan tersebut dan ditutup dengan doa ucapan syukur sesudah makan. Yesus tidak pernah malu mengakui kita sebagai anak-Nya, oleh karena itu, kita pun tidak perlu malu untuk berdoa pada saat makan di tempat umum. Doa kita mendatangkan berkat bagi kesehatan jasmani dan juga rohani kita. Tuhan Yesus memberkati.Don:Tuhan Yesus, terima kasih atas makanan dan minuman yang Kau berikan padaku. Kuduskanlah setiap makanan dan minuman yang akan kusantap sepanjang hari ini, agar melalui rahmat pengudusan-Mu, Engkau akan memberikan kekuatan baru pada tubuh, jiwa dan rohku dalam menjalankan setiap tugasku sepanjang hari ini, Amin. (Dod).
Miriam Herschlag and Noah Efron talk about (1) the on-again-off-again fragility of the ceasefire, visiting death on both sides, and (2) whether or not Prime Minister Netanyahu's admirers have a point when they say that he steered us through the war just how he said he would, and managed to achieve things that matter. For our most unreasonably generous Patreon supporters, in our extra-special, special extra discussion: This week we celebrated Yom ha-Oleh, the National Day of the Immigrant. Miriam and Noah talk about the ups and downs of making a life here, after growing up there. Plus, the life (and death) of the last living Nokem, or avenger, a tiny group that set out after the war to kill ex-Nazis in great numbers. And Miriam's mother-in-laws pow-wow with the President on her 90th birthday. And some remarkable new music.
Kencan Dengan Tuhan - Jumat, 31 Oktober 2025Bacaan: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus." (Matius 28:19)Renungan: Suatu ketika ada 4 orang yang berjalan melewati hutan. Tiba-tiba mereka sampai pada sebuah tembok yang tinggi. Berdasarkan kesepakatan, mereka mendirikan sebuah tangga untuk melihat apa yang ada di seberang sana. Ketika orang pertama naik dan melihatnya, dia bersorak kegirangan. Hal yang sama terjadi pada orang kedua dan ketiga. Ketika orang yang keempat menaiki tangga itu dan mencapai puncak tembok, dia tersenyum karena apa yang dilihatnya, taman yang hijau dan rimbun dengan pohon buah-buahan yang beraneka, sungai dengan ikan, binatang buas dan jinak yang begitu banyak. Seperti tiga teman lainnya, orang keempat itupun berusaha untuk melompat. Tetapi dia kemudian ingat akan keluarganya, teman-temannya dan tetangganya. Oleh karena itu dia pulang untuk berbagi berita gembira yang dia temukan itu dengan mereka. Banyak di antara kita yang mengalami kebaikan Tuhan, tetapi tidak berani untuk bersaksi tentang itu semua. Tuhan Yesus bersabda, "Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku." Ini adalah tugas perutusan Yesus pada kita untuk memberitakan kasih Tuhan kepada banyak orang yang belum mengenal-Nya. Oleh karena itu, apapun kebaikan Tuhan yang telah kita terima, Tuhan mau supaya kita menceritakannya kepada orang lain, agar orang lain pun diberkati dengan kesaksian hidup kita, sehingga nama Tuhan dimuliakan dan Kerajaan-Nya semakin meluas di dunia ini. Maukah kita bersaksi menceritakan kebaikan Tuhan kepada orang lain? Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, lepaskanlah lidah yang kelu dari mulutku, agar aku mampu mewartakan kasih-Mu pada orang lain, terutama mereka yang belum mengenal Engkau. Urapilah mulut, bibir, lidah dan suaraku menjadi mulut, bibir, lidah dan suara-Mu sendiri, sehingga kehadiranku dapat membawa kebaikan bagi orang lain. Amin. (Dod).
Hai Tetangga Kesayangan! Pernah kebayang nggak sih, jadi anak artis tapi justru sempat nggak boleh terjun ke dunia hiburan?
Film pendek Leleng adalah film terbaik dari kategori animasi, dari lomba film pendek ReelOzInd 2025. Film tersebut beserta film-film terbaik lainnya ditayangkan pada tanggal 23 Oktober di ACMI, Melbourne.
Kencan Dengan Tuhan Sabtu, 25 Oktober 2025Bacaan: Yesaya 52:7 "Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu Raja!" Renungan: Lima belas tahun lalu tepatnya tanggal 25 Oktober 2010 setelah saya membeli handphone blackberry second, Tuhan menggerakkan saya untuk mengirim doa pagi untuk murid-murid, orang tua murid dan juga teman-teman yang juga memakai blackberry. Tujuan saya hanya sederhana, yaitu supaya saya dan mereka bisa meluangkan waktu beberapa menit untuk menyapa Tuhan. Setelah beberapa hari ada seorang murid yang memberikan komentar, "Pak Doddy, kenapa hanya doa pagi saja. Kenapa bapak gak buat satu paket, ada bacaan, renungan singkat dan doa singkat, sehingga kita bisa baca lengkap tiap hari." Kemudian saya pun memulai untuk mewujudkan usulan murid saya tersebut. Setiap hari dalam perjalan pulang pergi ke sekolah, di sekolah atau saat bertemu teman-teman, kalau ada kejadian menarik saya selalu tulis menjadi sebuah renungan harian yang saya beri nama "Kencan Dengan Tuhan". Terkadang kalau saya sedang kumpul dengan teman-teman dan kalau ada hal menarik, ada saja teman yang berkata, " Wah, hati-hati nih, besok bisa masuk Kencan Dengan Tuhan." Seiring berjalannya waktu saya pun mulai membeli buku-buku cerita singkat mengenai kehidupan yang menginspirasi dan sebagainya. Melalui kisah itu saya mengemas menjadi renungan singkat. Ternyata tanpa saya sadari ada banyak orang yang terberkati dengan renungan Kencan Dengan Tuhan. Banyak orang-orang baik hati yang Tuhan pilih menjadi kurir-kurir-Nya untuk juga menyebarkan renungan tersebut, sampai akhirnya pada tanggal 30 April 2021 melalui orang-orang yang baik, saya mendapatkan Rekor Indonesia Muri sebagai penulis naskah harian Kencan Dengan Tuhan. Tidak terasa hari ini sudah 15 tahun Kencan Dengan Tuhan menemani hari-hari banyak orang untuk memberi makanan bagi rohani mereka. Kita adalah kurir Tuhan. Sebagai kurir Tuhan yang baik, kita harus membawa sesuatu yang baik dalam diri kita. Sesuatu yang baik itu adalah firman Tuhan, bukan gosip, fitnah, cemoohan, berita dusta atau kata-kata yang menjatuhkan. Firman Tuhan akan menghibur, menguatkan dan menasihati orang, tetapi gosip dan "teman-temannya" tersebut akan menghancurkan orang. Sebagai kurir Tuhan yang baik, kita harus memastikan menjaga firman Tuhan itu hingga sampai kepada setiap orang. Kadang firman Tuhan ditolak gara-gara sang kurir yang berkelakuan buruk, sekalipun firman yang dibawanya adalah benar. Oleh sebab itu, mari, apa yang sudah ditanamkan dalam diri kita, yaitu karakter yang baik, kita wujudkan dalam sikap hidup dan perbuatan nyata sehari-hari. Saya sudah berusaha menjadi kurir Tuhan walau harus jatuh bangun. Kini saya mengajak kita semua yang setia membaca Kencan Dengan Tuhan, untuk juga menjadi kurir-kurir rohani sehingga banyak jiwa dibawa semakin dekat pada Tuhan. Terima kasih untuk kesetiaannya membaca renungan Kencan Dengan Tuhan selama 15 tahun ini. Tuhan Yesus memberkati. Doa:Tuhan Yesus, urapilah mulut, bibir, lidah dan suaraku dengan kuasa-Mu, agar setiap pemberitaan firman yang kusampaikan dapat diterima oleh setiap orang, sehingga mereka mendapatkan kelepasan, kesembuhan dan kelegaan. Perbaharui juga karakterku, agar melalui kehadiranku, nama-Mu semakin dimuliakan. Amin. (Dod).
Puisi Spiritual Api Cintaku Kepada Tuhan Semesta Alam oleh Ibunda Rabia Al-Basri Dari Basra, Irak.Rabia al-Basri (Rabi‘ah al-‘Adawiyyah al-Qaysiyyah, w. ±801 M) adalah sufi wanita besar dari Basra, Irak, yang dikenal sebagai tokoh pertama dalam sejarah tasawuf yang memperkenalkan konsep cinta ilahi (mahabbah ilahiyyah) — mencintai Allah bukan karena takut neraka atau mengharap surga, tetapi semata karena cinta kepada-Nya.Puisi-puisi beliau tidak banyak tertulis langsung dalam bentuk kitab yang disusun oleh dirinya sendiri, tetapi terekam dalam karya para sufi dan sejarawan seperti Fariduddin Attar, Abu Talib al-Makki, dan Ibn al-Jawzi.
Trivita Tiffany memberanikan diri untuk menggubah puisi sang Ayah menjadi film pendek, dengan nama yang sama. Oleh karenanya dia mengikuti lomba film pendek ReelOzInd 2025. Menuamgkan suatu puisi ke dalam film pendek bukanlah hal yang mudah. Apalagi dia harus menciptakan film tersebut sesuai dengan tema yang berlaku yaitu ‘imajinasi'.
Kencan Dengan Tuhan - Jumat, 24 Oktober 2025Bacaan: "Mulut orang benar mengeluarkan hikmat, tetapi lidah bercabang akan dikerat. Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat." (Amsal 10:31-32) Renungan: Pujian yang tulus dan benar akan menguatkan dan membangun orang yang menerimanya. Semua orang suka dan ingin menerima pujian, tetapi tidak banyak orang yang suka memberi pujian, karena pada dasarnya manusia lebih suka berpikir akan kebaikan dan kehebatan dirinya sendiri dan senang dengan kejelekan orang lain. Ia ingin merasa lebih berharga dari orang lain. Mereka berpikir bahwa berharga itu berarti lebih baik dari orang lain, sehingga tanpa disadari mereka suka menjelek-jelekkan orang lain untuk menaikkan harga dirinya sendiri. Padahal akan selalu ada orang yang lebih baik dari kita. Kita berharga bukan karena kita lebih baik dari orang lain, tetapi karena Tuhan menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya, dan karena Dia memberikan harga kepada kita seharga nyawa Tuhan Yesus sendiri yang telah dibuktikan-Nya dengan rela mati buat kita. Di luar Kristus kita tidak punya harga sama sekali. Sesungguhnya memberi pujian tidak hanya menguntungkan orang yang menerimanya, tetapi juga orang yang memberikan pujian. Memberi pujian melatih diri kita untuk berpikir positif bukan negatif: membuat kita belajar untuk memerhatikan orang lain serta menjauhkan kita dari kesombongan. Oleh karena itu marilah dengan rendah hati kita mengakui kelebihan dan kebaikan orang lain, dengan cara memberikan pujian yang tulus kepada mereka yang layak menerimanya. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, kuduskan mata dan pikiranku agar aku dapat melihat dan berpikir hal yang baik tentang orang lain dan kuduskan juga hati dan mulutku agar aku mampu mengakui dan mengatakan kebaikan mereka dengan tulus. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Kamis, 23 Oktober 2025Bacaan: "Nama baik lebih besar daripada kekayaan besar." (Amsal 22:1) Renungan: Nama baik merupakan harta milik seseorang yang paling berharga. Kalau kita menggosipkan seseorang, sama saja dengan menghancurkan miliknya yang paling berharga, yaitu nama baiknya. Gosip itu gampang dan mudah ditumbuhkan, namun sangat membahayakan dan menyakitkan rasanya. Penggosip tidak dapat menarik kembali gunjingan yang telah mereka katakan. Setelah berucap, gosip itu tersebar kemana-mana. Sama seperti bulu yang kita tebarkan dari atas atap rumah, begitu kita tebarkan, angin akan menerbangkannya kemana-mana dan kita tidak akan dapat mengumpulkannya kembali. Orang yang suka membicarakan orang lain, sebenarnya dia sedang menghancurkan hubungan yang telah dimilikinya, dan ia tidak akan lagi menemukan teman-teman yang menyenangkan pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu sebelum kita berbicara atau mengulangi suatu cerita yang pernah kita dengar, tanyalah diri sendiri. Benarkah ini? Adilkan ini? Perlukah ini? Membangunkah ini? Jika tidak, diamlah! Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, ampuni aku kalau aku sering membicarakan kejelekan orang lain. Tanpa kusadari orang tersebut terluka hatinya karena pembicaraan mulutku yang menyakitkan. Balutlah hatinya, agar semua lukanya Kau pulihkan dengan darah-Mu sendiri. Kini urapilah pikiran, perasaan dan perkataanku, agar menjadi berkat dan bukan kutuk bagi orang lain. Amin. (Dod).
Pembawa Renungan : Primona Valentina Tarihoran – Jakarta Pengantar Renungan : Marni Dominika Oenunu - Kupang Sound Editing : Indah Larasati Sirait - Cibinong, Bogor Cover Editing : Anastasia Sonia – Jakarta Luk. 12:39-48
Pembawa Renungan : Ima Kristanti - Kota Batu Pengantar Renungan : Carlos - Surabaya Sound Editing : Aris Kurniawan - Jakarta Cover Editing : Anastasia Sonia - Jakarta Luk. 12:35-38
Pembawa Renungan: Cynthia Carolina - Jakarta Pengantar Renungan: Yuniarti Yosepa - Jakarta Sound Editing: Aris Kurniyawan - Jakarta Cover Editing: Anastasia Sonia - Jakarta Luk 12:13-21
Pembawa Renungan : RP. Petrus Santoso, SCJ Macau Luk. 11:47-54
Kencan Dengan Tuhan - Minggu, 12 Oktober 2025Bacaan: "Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. la berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek." (Lukas 19:2-3)Renungan: Apa yang kita ketahui tentang Zakheus? Pasti yang kita ingat, dia orangnya pendek, pemungut cukai, tukang korupsi, jahat karena suka memeras orang. Sekalipun banyak orang menilai Zakheus negatif, namun Yesus melihat bahwa ada kemurnian di dalam hati Zakheus untuk bertemu dengan-Nya. Itulah sebabnya Zakheus tidak peduli pada orang lain ketika mereka tidak memberinya kesempatan. Mungkin semua mata memandang sinis kepadanya, tetapi dia tidak peduli. Oleh sebab kemurnian hatinya, Yesus memberikan respon. Kemurnian hati Zakheus terbukti dengan ia mau memberikan segala-galanya bagi orang miskin dan orang-orang yang diperasnya. Kemurnian hatinya membawanya pada pertobatan yang benar. Mari kita belajar memandang dan menilai orang lain seperti Yesus memandang dan menilai Zakheus. Ingat Zakheus bukan lagi ingat soal pemungut cukainya, tetapi ingat kemurnian hatinya. Saat kita ingat seorang yang pernah menyakiti kita, bukan lagi mengingat kesalahannya melainkan ingatlah kebutuhannya untuk diampuni oleh kita. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, ampunilah aku kalau selama ini aku selalu mudah berpikir yang negatif tentang orang lain. Bantulah aku untuk mengubah cara berpikir dan cara pandangku menjadi cara berpikir dan cara pandang-Mu sendiri yang positif, sehingga melalui penilaianku yang positif terhadap seseorang, mampu menjadikannya pribadi yang baik di mataku. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Selasa, 30 September 2025Bacaan: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." (Lukas 18:24) Renungan: Banyak orang yang datang kepada Yesus dengan membawa kesedihan, namun mereka pulang dengan membawa sukacita. Tetapi apa yang terjadi pada orang muda yang kaya dalam Lukas 18:18-27 ini adalah sebaliknya, dia pulang dengan membawa kesedihan. Dia tidak bisa melepaskan hartanya yang banyak ketika Yesus menyuruhnya untuk menjualnya, membagikan pada orang miskin dan mengikuti Yesus agar dapat hidup yang kekal. Yesus tahu tidak ada cara lain bagi orang muda ini untuk bisa dekat dengan-Nya kecuali dengan meninggalkan hartanya. Karena apa yang ada pada hati dan pikiran orang muda itu hanyalah hartanya, artinya "tuhan" yang sebenarnya adalah hartanya. Maka, tanpa pusing-pusing berdebat dengan Yesus, diapun dengan sedih meninggalkan Yesus karena hatinya sudah melekat pada hartanya. Sangat disayangkan bahwa orang muda ini tidak menyadari bahwa kemudaan, jabatan, harta bukanlah kunci untuk mendapatkan kebahagiaan dan hidup kekal. Tetapi ketika kunci itu disodorkan kepadanya, yaitu meninggalkan segala kelekatannya pada harta duniawi dan mengikuti Yesus, dia justru menolaknya. Tidak ada yang salah untuk memiliki harta benda, yang salah adalah ketika hati seseorang terikat atau melekat kepada harta bendanya. Oleh sebab itu, mari kita gunakan harta benda yang kita miliki untuk mendekatkan diri kita kepada Tuhan dan bukan menghalanginya. Jangan sampai gara-gara harta benda itu, kita mengakhiri hidup dengan kekecewaan karena tidak sampai di Kerajaan Sorga. Tuhan memberkati.Doa: Tuhan Yesus, aku bersyukur atas harta duniawi yang Kau percayakan untuk aku miliki. Kuasai hatiku agar aku tidak melekat pada harta duniawi itu, dan tetap menjadikan Engkau sebagai yang nomor satu dalam hidupku sehingga biar harta duniawiku melimpah-limpah, tetapi hatiku tetap melekat pada-Mu. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Jumat, 26 September 2025Bacaan: "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku..." (Mazmur 23:4)Renungan: Suatu pagi seorang ahli pertanahan dan pertanian di universitas Toronto Kanada ingin membawa domba-dombanya ke padang rumput dan ia harus menggiring mereka melalui lembah. Ia menyadari bahwa di perjalanan ia akan melalui beberapa rintangan, mungkin di celah-celah tebing bersembunyi ular atau binatang buas yang akan mencelakakan domba-dombanya, atau bisa saja batu-batu dari tebing berjatuhan, namun ia mengabaikan semua itu karena domba-dombanya membutuhkan rumput yang segar. Saat tiba di lembah, cuaca yang cerah tiba-tiba berubah menjadi kelam. Angin dingin bertiup dan tidak lama kemudian hujan air yang disertai es mengguyur lembah itu. Kawanan dombanya mulai gelisah. Oleh karena itu ia segera menggiring mereka berteduh di celah-celah gunung batu. Domba-domba itu kelihatan lebih tenang karena mengetahui bahwa gembalanya ada bersama-sama dengan mereka. Untunglah di lembah itu ia menemukan rumput hijau dan air yang dibutuhkan domba-dombanya. Ternyata di sepanjang lembah itu tumbuh rumput segar dengan kualitas terbaik. Gembala tahu bagaimana memberi rasa aman bagi domba-dombanya. Sebagai Gembala yang baik, Yesus melakukan yang terbaik bagi kita, domba gembalaan-Nya. Dan sebagai domba, seharusnya kita tidak keberatan ketika Dia mengajak kita berjalan melalui lembah kehidupan. Mungkin di sana kita akan mengalami ketakutan, kekecewaan, frustasi, dan hilang harapan. Tapi ingatlah bahwa Sang Gembala tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Dia ada bersama kita untuk menjaga, bahkan menyediakan semua kebutuhan kita. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau sudah menjadi gembala utama dalam hidupku yang senantiasa menjaga dan menuntunku ke padang berumput hijau. Berilah aku keyakinan bahwa bersama Engkau semua akan berjalan dengan baik. Jangan biarkan keraguan dan ketakutan membuat aku tidak percaya akan kuasa-Mu. Kini kuserahkan keterbatasanku dalam tangan-Mu, sempurnakanlah aku agar aku tetap percaya pada-Mu walau di tengah badai. Amin. (Dod).
Daily Halacha Podcast - Daily Halacha By Rabbi Eli J. Mansour
After waking in the morning, a person is not permitted to learn Torah before reciting Birkot Ha'Torah. As we saw in earlier installments, however, this applies only to learning verbally. Merely thinking Torah in one's mind, without speaking, is allowed before reciting Birkot Ha'Torah in the morning. (We saw, though, that reading a Torah book, even silently, might require the recitation of Birkot Ha'Torah.) Intuitively, we might assume that silently listening to a Torah lecture should be no different than silently thinking about Torah. Seemingly, then, if a person attends a Torah class in the synagogue early in the morning, he does not need to first recite Birkot Ha'Torah. However, the Halachot Ketanot (Rav Yisrael Yaakob Hagiz, 1680-1757) rules that listening to a Torah class differs from thinking about Torah in this regard. He applies to this situation the famous Halachic principle of "Shome'a Ke'oneh" – that listening to the recitation of a text is akin to reciting it oneself. Thus, for example, every Shabbat, one person recites Kiddush, and everyone else at the table fulfills his obligation by listening to the recitation. Accordingly, people who listen to a Torah class are considered to be saying the words spoken by the teacher. Hence, listening to a Torah class is akin to verbally speaking words of Torah, and requires the recitation of Birkot Ha'Torah. Hacham Ovadia Yosef brought proof to this theory from the Gemara's inference of the Birkot Ha'Torah obligation from a verse in the Book of Debarim (32:3). The Gemara in Masechet Berachot (21a) cites as the Biblical source of this requirement the verse, "Ki Shem Hashem Ekra, Habu Godel L'Elokenu" – "When I call the Name of G-d, give praise to G-d." Moshe here was announcing that when he teaches Torah, the people should recite a blessing. Thus, the very source of Birkot Ha'Torah is a situation where people recite a Beracha before listening to words of Torah, clearly implying that even silently listening to a Torah lecture requires the recitation of Birkot Ha'Torah. This is the ruling also of the Ben Ish Hai (Rav Yosef Haim of Baghdad, 1833-1909). Although several Poskim (including the Lebush and Hida) disagree, Halacha follows the opinion of the Halachot Ketanot. Therefore, those who attend a Torah class early in the morning must ensure to first recite Birkot Ha'Torah. Some addressed the question of how to reconcile the Halachot Ketanot's reasoning with the ruling of the Rosh (Rabbenu Asher Ben Yehiel, 1250-1327) that the person who receives an Aliya to the Torah must read along with the Ba'al Koreh (reader). Fundamentally, the obligation to read is upon the Oleh (person who was called to the Torah); the Ba'al Koreh reads the Torah on his behalf. Seemingly, the rule of "Shome'a Ke'oneh" should allow the Oleh to silently listen to the reader and thereby discharge his obligation. Indeed, the Peri Hadash (Rav Hizkiya Da Silva, 1659-1698) disputed the Rosh's ruling, and maintained that the Oleh does not need to read together with the reader. Halacha, however, follows the Rosh's ruling. If, as the Halachot Ketanot writes, listening to words of Torah is akin to reciting them, then why must the Oleh read along with the Ba'al Koreh? Several explanations were given for why the congregational Torah reading might be different, and is not subject to the rule of "Shome'a Ke'oneh." One theory is that "Shome'a Ke'oneh" applies only when there is a general obligation to recite a certain text. The congregational Torah reading is an obligation upon the congregation as a whole, and not on any particular individual, and it therefore is not included in the rule of "Shome'a Ke'oneh." Others explain that since the original format of Torah reading was that the Oleh reads the text, and the concept of a Ba'al Koreh was introduced later, the Oleh is required to read along, to preserve the initial arrangement. Yet another answer is that the rule of "Shome'a Ke'oneh" does not allow for one person to recite the Beracha over a Misva and another person to perform the Misva. On Purim, for example, the one who reads the Megilla for the congregation also recites the Beracha. Never does someone from the congregation recite the Beracha, and then the Ba'al Koreh reads the Megilla. Therefore, the Oleh cannot recite the Beracha and then fulfill his obligation by listening to the Ba'al Koreh's reading. Interestingly, Rav Shlomo Kluger (1785-1869) asserted that this Halacha regarding Birkot Ha'Torah before listening a Torah class hinges on a debate among the Rishonim regarding a different issue. It often happens that somebody is still in the middle of the Amida prayer when the Hazzan begins the repetition, and reaches Nakdishach. Common practice follows the view of Rashi, that the person in this situation should stop and listen silently to Nakdishach in order to fulfill this Misva. Rabbenu Tam (France, 1100-1171), however, disagreed with this ruling, arguing that in light of the principle of "Shome'a Ke'oneh," listening to Nakdishach in the middle of the Amida would constitute a Hefsek (forbidden interruption) in the Amida. This is no different than reciting Nakdishach in the middle of the Amida, which is of course not allowed. Seemingly, Rav Kluger writes, the ruling of the Halachot Ketanot, that listening to Torah is akin to speaking Torah, follows the view of Rabbenu Tam, that "Shome'a Ke'oneh" actually equates listening to speaking. According to Rashi, listening is not precisely the same as speaking, which is why he permits listening to Nakdishach during the Amida. By the same token, it would seem that Rashi would not require reciting Birkot Ha'Torah before listening to a Torah lecture. The question, then, becomes why we follow Rashi's opinion regarding listening to Nakdishach during the Amida, but we accept the Halachot Ketanot's ruling regarding Birkot Ha'Torah. These two rulings seem to contradict one another – as the first presumes that listening is not precisely like speaking, whereas the second presumes that listening is equivalent to speaking. Hacham Ovadia answers that when a person is reciting the Amida as the congregation reaches Nakdishach, he wants to fulfill the Misva of reciting Nakdishach, but he also does not wish to interrupt his Amida. Halacha therefore allows him to listen to Nakdishach – such that he will be credited with this Misva – without being considered in violation of disrupting the Amida. Since the person seeks to perform the Misva, an exception is made to allow him to do so. Even Rashi agrees that listening is equivalent to speaking, but in the specific instance where a person recites the Amida and hears Nakdishach, special permission is given to listen to Nakdishach. Hacham Ovadia cites in this context the Gemara's teaching (Kiddushin 39b) that a person's intention to transgress a sin is disregarded if he ends up being unable to commit the forbidden act. A person's thoughts are discounted as far as Halachic violations are concerned, and thus one cannot be considered guilty of disrupting his Amida by silently listening to Nakdishach. Another question that was asked regarding the Halachot Ketanot's ruling is whether the speaker and audience must have specific intention for "Shome'a Ke'oneh" to take effect. During Kiddush, the person reciting Kiddush must have in mind that his recitation will be effective in satisfying the listeners' obligation, and they must likewise intend to fulfill their obligation by hearing his recitation. Seemingly, then, if listening to a Torah class is akin to speaking words of Torah due to the principle of "Shome'a Ke'oneh," this should depend on whether or not the speaker and audience have this specific intention. However, Hacham Ovadia Yosef, in his Yabia Omer (vol. 4, addendum to #8), writes that this specific intention is not necessary, and he draws proof to the fact that Torah study marks an exception to the general rule. The Gemara in Masechet Sukka (38) infers the principle of "Shome'a Ke'oneh" from the story of King Yoshiyahu, before whom a man named Shafan read the Torah, and Yoshiyahu was considered to have read it himself. There is no mention of either Yoshiyahu or Shafan having specific intention that Yoshiyahu should be considered to have read the text – indicating that such intention is not necessary. Although in general "Shome'a Ke'oneh" requires the intention of both the speaker and listener, Torah study marks an exception, where such intention is not needed for "Shome'a Ke'oneh" to take effect. Rav Yisrael Bitan offers two possible explanations for this distinction, for why the mechanism of "Shome'a Ke'oneh" does not require Kavana (intent) in the context of Torah study, but it does in the context of all other Misvot. First, the primary method of Torah learning is through a teacher and listeners; this is the most common way that Torah is studied. Therefore, the listeners fulfill their obligation by listening without having to create a connection to the speaker through Kavana. Alternatively, one could say that in the case of Torah learning, the intent is present by default. When a Rabbi or teacher stands up before a room to teach Torah, everyone's intention is clearly to fulfill the Misva of Torah learning, and there is no need to consciously think this. The fundamental difference between these two explanations is that according to the first, Kavana is not necessary for "Shome'a Ke'oneh" to take effect when teaching Torah, whereas according to the second, Kavana is necessary, but it is presumed even without consciously having it in mind. These different perspectives will affect the fascinating question of whether a distinction exists between attending a Torah class and listening to a recording. According to the first explanation, listening to Torah is equivalent to speaking Torah even without Kavana, and this would be true even when listening to a recording of a Torah class. According to the second approach, however, Kavana is necessary for the listener to be considered to be speaking, and the speaker and listener are presumed to have this intent – and thus this would not apply in the case of a recording. When listening to a recording, there is no speaker to supply the Kavana, and thus the listener is not considered to be speaking the words. It would then follow that one would not be required to recite Birkot Ha'Torah before listening to a recorded Torah class in the morning. For example, if a person wishes to listen to a Torah class as he makes his way to the synagogue in the morning, he would not – according to this second explanation – be required to first recite Birkot Ha'Torah. In practice, however, as this matter cannot be conclusively determined one way or another, we must be stringent and recite Birkot Ha'Torah even before listening to a recorded Torah class. Therefore, one who wishes to hear a Torah class in the morning – either in person or a recording – must first recite Birkot Ha'Torah and the verses of Birkat Kohanim beforehand. Summary: One who wishes to hear a Torah class in the morning – either in person or a recording – must first recite Birkot Ha'Torah and the verses of Birkat Kohanim beforehand.
Pembawa Renungan : Ima Kristanti - Kota BatuPengantar Renungan : Bobby Arianto - SemarangSound Editing : Indah Larasati Sirait - Cibinong, BogorCover Editing : Anastasia Sonia - Jakarta Luk 8:16-18
Pembawa Renungan: Yohanes Edwin Kristianto - Surakarta Pengantar Renungan: Felixsitas Sylvana Mutiarani - Bekasi Sound Editing: Yohanes Edwin Kristianto - Surakarta Cover Editing: Anastasia Sonia - Jakarta Luk. 16:1-13
Pembawa Renungan : Primona Valentina Tarihoran – Jakarta Pengantar Renungan : Kristianus Ina - Ende, Flores, NTT Sound Editing : Indah Larasati Sirait - Cibinong, Bogor Cover Editing : Anastasia Sonia – Jakarta Luk. 8:4-15
Daf Yomi Horayos 9Episode 2076Babble on Talmud with Sruli RappsJoin the chat: https://chat.whatsapp.com/LMbsU3a5f4Y3b61DxFRsqfSefaria: https://www.sefaria.org.il/Horayot.9a?lang=heEmail: sruli@babbleontalmud.comInstagram: https://www.instagram.com/babble_on_talmudFacebook: https://www.facebook.com/p/Babble-on-Talmud-100080258961218/#dafyomi #talmud00:00 Intro01:29 Korbin oleh v'yorayd29:30 Summary mishnah58:59 Conclusion