Tentang mereka yang mengungkapkan rasa. Mereka-reka rasa menjadi kata yang tersusun dalam tiap halamnnya. Disini aku mau membagikan rentetan kata yang aku baca baik itu bahagia pun air mata. Semoga bisa sampai ke kamu dengan tepat.
Dari Buku : Temu, Oleh Wirasakti Setyawan. Ketika aku memilih untuk mempercayaimu, ada banyak orang yang menyuruhku pergi darimu. Kini baru ku sadari, seharusnya memang kulakukan itu sejak dulu sebelum lukanya sedalam ini.
Dari buku : Derana, oleh Wirasakti Setyawan. Mau seindah apapun janji yang ditawarkan, logikaku masih menang dalam menahan segala perasaan untuk melindungi hati yang baru saja pulih.
Dari buku : Temu, Oleh Wirasakti Setyawan. Kehadiranmu itu yang aku masih belum mengerti, kebahagiaan kah? Atau hanya ujian?
Dari buku : Temu, oleh : Wirasakti Setiawan. Jika suatu saat nanti kita saling lupa karena urusan kita, kembalilah.
Dari buku : Sekumpulan Puisi Untuk Matamu, oleh : Kharisma P. Lanang. Jangan bertanya aku dimana, karenamu aku masih disini.
Dari buku : Temu, oleh Wirasakti Setyawan. Tidak perlu ada keraguan karena kamu akan selalu punya ruang. Maka berbaiksangkalah untuk cerita kita, ya.
Dari buku : Derana, oleh Wirasakti Setyawan. Untuk Tuan yang mungkin selalu mempertanyakan. Semoga menjawab dan aku tidak perlu jawaban.
Ditulis 20 April 2022, oleh Candramawa. Tentang dua yang sama-sama penasaran atas rasa diantara mereka.
Dari buku : Sekumpulan Puisi Untuk Matamu, Oleh Kharisma P. Lanang. Untuk segala hal yang telah pergi, ikhlaskan. Karena untuk kembali dan mengulangi, semua itu belum tentu sama.
Dari buku : Sekumpulan Puisi Untuk Matamu, oleh Kharisma P. Lanang. Tidak semua pengganti itu mampu benar-benar menggantikan, terkadang dia hanya hadir untuk membantu mu melupakan. Bukan menyembuhkan.
Dari buku: Derana, oleh Wirasakti Setyawan. Tentang hati yang bisa lelah dan merasa cukup untuk bertahan. Hingga akhirnya ia berani untuk melangkah pergi demi kebaikan diri.
Dari buku: Derana, Oleh Wirasakti Setiawan. Maaf jika aku mengiyakan pergimu. Tapi kau perlu tahu bahwa melepaskan mu tak semudah itu.
Dari buku : Titik Lemah, oleh Zarry Hendrik. Tetang sebuah percakapan singkat disebuah sore, yang membuat ku lebur dalam bahagia yang tak terlupa.
Dari buku: Derana, oleh Wirasakti Setyawan. Luka yang belum terobati, dengan segala ego yang masih meragakan tariannya.
Dari Buku : Titik Lemah, oleh Zarry Hendrik. Cerita yang tidak rela ku tamatkan, yang berharap untuk dilanjutkan.
Dari buku : Temu, halaman 65. Semoga kamu tahu sajak ini untuk mu.
Ditulis 4 Desember 2020, oleh Candramawa. Semua itu terlalu indah. Dan terlalu menyeramkan untuk menjadi realita.
Dari buku : Temu, halaman 97. Kamu ini siapa? Apa kita pernah bersama? Bahkan status pun tak pernah ada.
Dari buku : Dia Meminjam Aku, halaman 95. Kau adalah alasan ku belajar membentuk bahagia, bukan mencari.
Dari Buku: Dia Meminjam Aku, halaman 39. Aku bukan sebagai penyembuh luka hatimu sendiri.
Dari buku : Temu, halaman 131-133. Pertemuan awal yang cukup asing, tentang dua jiwa yang mencoba melebur.
Dari buku : Jika Aku boleh Bicara, halaman 112 - 113. Aku masih disini, masih setia membodohi hati, berpura-pura bahwa kau akan kembali....
Dari buku : Dia Meminjam Aku, halaman 159. Jika memang bukan aku, lantas untuk apa sesal mu ketika aku berlalu? Jadi kau ini maunya apa?
Dari buku : Dia Meminjam Aku, halaman 57. Perihal jatuh hati, selalu sulit dipungkiri.
Dari Buku : Dia meminjam aku, halaman 107. Jangan takut untuk pergi, jika memang dia tak bisa menjawab pertanyaan ini.