Podcast ini merupakan podcast non-official Cak Nun & Kiai Kanjeng, melainkan sebuah koleksi kumpulan audio #Maiyahan, yang didapat dari berbagai sumber untuk mengisi ruang dengar podcast Anda. Selamat mendengarkan.
Shalawat 'Indal-Qiyam biasanya shalawat ini dilantunkan untuk menyambut kehadiran Baginda Nabi Muhammad Shollahu 'alaihi wa sallam.
Menyorong Rembulan Gerhana rembulan hampir total Malam gelap gulita Marahari berada pada satu garis dengan bumi dan rembulan Cahaya matahari yang memancar ke rembulan tidak sampai ke permukaan rembulan karena ditutupi oleh bumi Sehingga rembulan tidak bisa memantulkan cahaya matahari ke permukaan bumi Matahari adalah lambang Tuhan Cahaya matahari adalah rahmat nilai kepada bumi yang semestinya dipantulkan oleh rembulan Rembulan para kekasih Allah, para Rasul, para Nabi, para ulama, para cerdik cendekia, para pujangga dan siapa saja yang memantulkan cahaya matahari atau nilai-nilai Allah untuk mendayagunakannya di bumi Karena bumi menutupi cahaya matahari, maka malam gelap gulita Dan di dalam kegelapan segala yang buruk terjadi Orang tidak bisa menatap wajah orang lainnya secara jelas Orang menyangka kepala adalah kaki Orang menyangka Utara adalah Selatan Orang bertabrakan satu sama lain Orang tidak sengaja menjegal satu sama lain Atau bahkan sengaja saling menjegal satu sama lain Di dalam kegelapan orang tidak punya pedoman yang jelas untuk melangkah Akan kemana melangkah ? dan bagaimana melangkah ? Ilir-ilir kita memang sudah nglilir, kita sudah bangun, sudah bangkit bahkan kaki kita sudah berlari namun akal pikiran kita belum ! Hati nurani kita belum ! Kita masih merupakan anak-anak dari orde yang kita kutuk di mulut namun ajaran-ajarannya kita biarkan hidup subur di dalam aliran darah dan jiwa kita Kita mengutuk perampok dengan cara mengincarnya untuk kita rampok balik Kita mencerca maling dengan penuh kedengkian kenapa bukan kita yang maling Kita mencaci penguasa lalim dengan berjuang keras untuk bisa menggantikannya Kita membenci para pembuat dosa besar dengan cara setan yakni melarangnya untuk insaf dan tobat Kita memperjuangkan gerakan anti penggusuran dengan cara menggusur Kita menolak pemusnahan dengan merancang pemusnahan-pemusnahan Kita menghujat para penindas dengan riang gembira sebagaiman iblis yakni menghalangi usahanya untuk memperbaiki diri Siapakah selain setan, iblis dan dajjal yang menolak husnul khotimah manusia ? Yang memblokade pintu sorga ? Yang menyorong mereka mendekat ke pintu neraka ? Sesudah ditindas, kita menyiapkan diri untuk menindas Sesudah diperbudak kita siaga untuk ganti memperbudak Sesudah dihancurkan kita susun barisan untuk menghancurkan Yang kita bangkitkan bukan pembaharuan kebersamaan Melainkan asiknya perpecahan Yang kita bangun bukan nikmatnya kemesraan tapi menggelegaknya kecurigaan Yang kita rintis bukan cinta dan ketulusan melainkan prasangka dan fitnah Yang kita perbaharui bukan penyembuhan luka melainkan rencana-rencana panjang untuk menyelenggarakan perang saudara Yang kita kembang suburkan adalah memakan bangkai saudara-saudara kita sendiri Kita tidak memperluas cakrawala dengan menabur cinta Melainkan mempersempit dunia kita sendiri dengan lubang-lubang kebencian dan iri hati Pilihanku dan pilihanmu adalah : Apakah kita akan menjadi bumi yang mempergelap cahaya matahari sehingga bumi kita sendiri tidak akan mendapatan cahayanya atau kita berfungsi menjadi rembulan kita sorong diri kita bergeser ke alam yang lebih tepat agar kita bisa dapatkan sinar matahari dan kita pantulkan nilai-nilai tuhan itu kembali ke bumi
Thola'al Badru merupakan Menyorong Rembulan itu sendiri. Di episode ini terdapat Thola'al Badru dua versi.
Pada sesi ini, Cak Nun bersama Kiai Kanjeng melantunkan Shalawat Nurul Musthofa. Trivia : ... Shalawat adalah sebuah ekosistem kehidupan. Orang Maiyah percaya bahwa manusia tidak akan terlepas dari tiga model pergaulan trilogi hubungan antara Allah, Muhammad Saw dan sesama kita (manusia). Pada hakikatnya dalam kehidupan ini, kita akan tetap berada dalam tiga lingkup pergaulan tersebut. Hakikat kesejatian bershalawat bukan mendoakan agar Nabi memperoleh keselamatan. Ungkapan shalawat faedahnya pada akhirnya akan kembali pada kita. Ini merupakan model kemesraan dalam Islam, di mana ketika kita mendoakan Rasulullah Saw, maka doa tersebut akan terpantul kembali kepada kita. Muhammad Rasulullah dibaratkan seperti gelas yang penuh terisi air, sementara shalawat yang dikirimikan kepada beliau seperti menuangkan seteguk air yang menyebabkan air itu akan kembali tempiyas kepada kita. Seperti kata Cak Fuad, yang butuh didoakan itu kita bukan Nabi, karena sekali kita mendoakan Nabi maka puluhan malaikat akan mendoakan kita kembali. Cinta yang saling memantul-mantulkan cinta. Sumber : https://www.caknun.com/2018/shalawat-dan-kesehatan/
Berangkat dari mengantarkan NKRI menuju reformasi yang merenggut nyawa beberapa aktivis, masyarakat etnis tionghoa, dan lain sebagainya, di kesempatan-kesempatan Cak Nun bersama para karib dan sahabatnya keliling di tengah masyarakat akar rumput untuk menyerukan shalawat dan dzikir. Trivia : Setelah Soeharto secara resmi menyatakan mundur, B.J Habibie yang notabene adalah pangeran kesayangan Soeharto menduduki jabatan Presiden. Dan atas jaminan Soeharto, ABRI saat itu mendukung penuh kepemimpinan B.J. Habibie. Andaikan Soeharto tidak sungguh-sungguh untuk mundur dari jabatan Presiden, saat itu setidaknya ia masih memiliki kesempatan untuk melakukan kudeta dengan cara militer. Kekuatan militer saat itu belum benar-benar dilepaskan oleh Soeharto. Namun, Soeharto sama sekali tidak memanfaatkan kesempatan itu. Yang terjadi kemudian, Soeharto justru bersedia untuk diadili. Cak Nun, sebagai salah satu tokoh yang terlibat pada pertemuan 19 Mei 1998, secara khusus ditunjuk sebagai “imam” oleh Soeharto. Satu tahun setelah ia mundur dari jabatan Presiden, pada suatu malam Cak Nun diundang ke kediamannya di Cendana. Tidak mudah bagi Cak Nun mengiyakan keinginan Soeharto untuk bertemu. Setidaknya ada lima kali upaya pihak Cendana menghubungi Cak Nun agar mau menemui Soeharto di Cendana. Bahkan, Tommy dan Bambang juga sempat mencari Cak Nun agar mau bertemu Soeharto. Ustadz Abu Bakar, seorang aktivis PadhangmBulan saat itu menyampaikan kepada Cak Nun bahwa Cak Nun adalah salah satu orang yang masih dipercaya oleh Soeharto, dan masih dianggap objektif. Pertemuan itu berlangsung selama 3 jam, di Cendana. Dalam sebuah ruangan, hanya Cak Nun dan Soeharto saja. Dalam sebuah pengajian di Brebes, Cak Nun sempat menyatakan bahwa Soeharto harus bersegera meminta maaf kepada Rasulullah Saw di makamnya. Kemudian, harus bersegera mencari momentum untuk meminta maaf kepada rakyat Indonesia. Dan juga menyatakan bersedia untuk diadili. Dengan cara inilah kemudian Soeharto kemudian akan menjalani husnul khatimah. Selengkapnya, baca di https://www.caknun.com/tag/reformasi/
Di nomor ini, Mbah Nun memberi gambaran mengenai makna lanjutan dari renungan lir-ilir sebelumnya. Trivia : “Dodot iro, dodot iro, kumitir bedhah ing pinggir. Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore…” Piweling dan piwulang yang indah dan mulia itu lahir dari nenek moyang yang kebudayaannya belum mengenal kertas dan tinta, jauh dari ada komputer dan gadget, jauh dari kepustakaan-kepustakaan digital bahkan pun manual. Ternyata itulah yang sangat diperlukan di abad sekarang ini oleh ummat manusia yang sudah bermewah-mewah dengan Peradaban Satelit, Peradaban Cyber, Peradaban “Millenial”, Peradaban yang dihuni oleh ummat manusia yang sangat meyakini bahwa mereka jauh lebih pandai, lebih maju, lebih canggih, lebih modern, lebih move on dan lebih updated dibanding generasi-generasi sebelumnya, apalagi nenek moyang para leluhur. Ummat manusia hari ini sungguh sedang menjalani adzab “nasullaha fa ansahum anfusahum”: lupa kepada Allah sehingga lupa kepada dirinya sendiri. “Lupa” itu jangan dipikir sekadar lalai atau abai, tapi benar-benar memang tidak mengerti, bahkan tidak mengerti bahwa mereka tidak mengerti. “Dodot iro” bukan hanya “bedhah ing pinggir”. Kebudayaan yang sedang berlangsung pada ummat manusia sekarang ini adalah pakaian “bedhah” di hampir semua sisi pakaiannya. Bolong-bolong. Bahkan sengaja dibolong-bolongi, dengan keyakinan itu adalah kecanggihan dan modernitas. Dodot-nya pinelorot. Sumber : https://www.caknun.com/2016/dodot-pinelorot/
Sebuah perjalanan dari renungan-renungan Cak Nun diiringi Kiai Kanjeng dengan latar belakang masa-masa reformasi. Trivia : Cak Nun memaknai lagu lir-ilir berdasarkan semangat kesejarahan di mana lagu lir-ilir dibawakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga dan menjadi penanda awal masuknya pemerintahan Islam di tanah Jawa yang menggantikan Mahapahit di bawah Brawijaya 5. Berikut ini makna lagu lir-ilir menurut Cak Nun : Sayup-sayup bangun dari tidur di mana tumbuhan sudah mulai bersemi. Kanjeng Sunan Kalijaga mengingatkan agar umat Muslim segera bangun dan bergerak karena sudah tiba saatnya. Seperti tumbuhan yang siap dipanen, rakyat Jawa saat itu setelah kejatuhan majapahit harus siap menerima ajaran-ajaran Islam dari para wali Allah. Begitu hijaunya tumbuhan diibaratkan seperti gairah pengantin baru. Warna hijau menjadi simbo kejayaan Islam di mana Islam dideskripsikan seperti pengantin baru yang memikat hati. Ada juga yang mengartikan pengantin baru adalah raja-raja Islam yang baru masuk Islam. Anak penggembala juga diminta untuk memanjat pohon blimbing di mana artinya anak penggembala adalah pemimpin. Setiap pemimpin berkewajiban untuk memberikan teladan kepada rakyatnya untuk menjalankan ajaran Islam secara benar, yakni sholat lima waktu dan lima rukun Islam. Meskipun licin, tetap panjatlah karena belimbing itu digunakan untuk mencuci dodot. Dodot sendiri merupakan sejenis pakaian kebesaran orang Jawa yang biasa digunakan untuk acara-acara adat penting. Pada zaman dulu, buah belimbing digunakan untuk mencuci dan merawat batik agar awet dan bagus. Dalam hal ini, Kanjeng Sunan Kalijaga meminta umat Muslim untuk berusaha menjalankan sholat lima waktu dan rukun Islam meskipun banyak halangan dan rintangan yang digambarkan dengan kata “licin”. Kalau dodot tersebut rusak, maka sisihkanlah, jahitlah dan benahilah. Merosotnya moralitas seseorang menyebabkan seseorang semakin meninggalkan ajaran Islam. Kehidupan beragama digambarkan dengan pakaian yang sobek atau rusak. Untuk itu, kita diwajibkan untuk membenahi sebagai bekal untuk menghadap kepada Sang Raja Semesta yang tak lain adalah Allah Swt. Selama masih pintu taubat dan hidayah masih terbuka lebar, maka benahilah hidup kita dengan ajaran-ajaran Islam. Karenanya, besorak dan bergembiralah, semoga kalian memperoleh anugerah dari Allah Swt. Sumber : https://www.islamcendekia.com/2014/09/arti-dan-makna-lagu-lir-ilir-bagi-isla.html
Sebuah awal perjalanan dari renungan-renungan Cak Nun diiringi Kiai Kanjeng dengan latar belakang masa-masa reformasi. Trivia : Kisah Terciptanya Shalawat Badar Kyai Muzammil menceritakan kisah yang penuh misteri dan teka-teki di balik terciptanya Sholawat Badar. Pada suatu malam, Kyai Ali Mansur tidak bisa tidur. Hatinya merasa gelisah karena terus-menerus memikirkan situasi politik saat itu. Sambil merenung, Kyai Ali Mansur terus memainkan penanya di atas kertas, menulis syair-syair dalam Bahasa Arab. Kegelisahan Kyai Ali berbaur dengan rasa heran, karena pada malam sebelumnya ia bermimpi didatangi para habaib berjubah putih-hijau. Keheranannya kian menjadi-jadi, karena istrinya bercerita bahwa pada malam yang sama, ia mimpi bertemu Rasulullah. Kyai Ali Mansyur semakin tak habis pikir, sebab keesokan harinya banyak tetangga yang datang ke rumah sambil membawa beras, daging, dan barang-barang lain, layaknya mendatangi orang yang hendak berhajat. Para tetangga tersebut bercerita bahwa pada pagi-pagi buta, pintu rumah mereka didatangi seorang lelaki berjubah yang mengabarkan bahwa di rumah Kyai Ali Mansur akan ada kegiatan besar, dan mereka diminta membantu. Maka, mereka pun membantu sesuai kemampuan masing-masing. Ternyata, hajat besar Kyai Ali Mansur adalah terciptanya Sholawat Badar yang syair-syairnya telah tertuang dalam lembaran kertasnya malam itu. Selengkapnya di https://www.caknun.com/2017/zaman-lunyu-lunyu-penekno/ Simak update tentang semesta maiyah di https://www.caknun.com