Kalo gak sekarang, kapan lagi kita Vokal. Nah ini nih tempatnya merenung dengan santai soal kehidupan umat Islam Indonesia. Kata Mbah Socrates: Hidup yang gak direnungi gak pantas untuk dijalani.
Hanya karena ada embel-embel Islamnya, gampang sekali kita terbawa emosi untuk ikut-ikutan membela gerakan Islam Politik dan Islamisasi. Apa sih hakikat dua gerakan ini? Apa agenda yang mereka bawa? Apakah ada masa depan bagi mereka? Itu semua kami bahas di episode kali ini.
Selama ini diajarkan kepada kita bahwa agama yang kita anut adalah satu-satunya sumber kebenaran absolut. Seiring pendidikan yang kita tempuh, kalaupun kita mulai mengakui adanya sumber kebenaran lain, agama tetap menjadi sumber tertingginya. Apa yang salah dengan anggapan ini? Mengapa agama harus dipisahkan dari absolutisme? Itulah yang dibahas dalam episode Vokal Podcast kali ini.
Sayup-sayup mulai terdengar tuduhan bahwa agama ada sumber ketertinggalan suatu masyarakat. Semakin beragama, semakin kuno dan tidak rasional masyarakat tersebut. Tenang dulu, jangan panik. Mari kita selidiki, apakah anggapan itu benar?
Perlu kita ingat, bahwa agama tidak terlalu peduli pada definisi dan deskripsi Tuhan. Definisi dan deskripsi lahir untuk menjelaskan sesuatu secara logis dan filosofis. Yang dipedulikan oleh tradisi agama adalah bagaimana manusia bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya kini, di sini, dan saat ini. Agama peduli pada bagaimana kita bisa menyadari bahwa kita punya asal dan tempat kembali. Agama seperti surat cinta dari seorang ibu kepada anaknya, yang menanti sang anak supaya bisa pulang dalam keadaan selamat. Tuhan bagaikan ibu kita sendiri yang melahirkan kita, sementara kita adalah anak-anak yang dirindukan olehnya.
Jika pada episode-episode sebelumnya kita udah bicara soal masalah peradaban Islam, kali ini kita akan menyasar salah satu solusi terhadapnya. Ya, solusi itu adalah pembaruan pemikiran Islam. Ia bukan solusi basi dan tidak relevan lagi. Tapi, justru, ada banyak dari cita-cita para pembaru sebelumnya yang harus dilanjutkan oleh generasi yang lebih muda.
Kali ini kami bicara soal makna Islam yang sering luput dari kita. Secara sadar, kita sering mengira bahwa kita ini sudah paham sekali dengan agama yang kita anut. Eh ternyata, yang kita tahu cuma ujung-ujungnya aja. Kalo gitu, gimana sih harusnya hari ini kita memaknai Islam? Apa aja makna Islam yang sering luput itu?
Lanjut nih episode 5. Bukan lagi masanya bilang Islam itu pengen merebut kekuasaan. Bukan lagi zamannya bilang Islam adalah agama politik, dan agama pedang. Ayo perhatikan kualitas kecerdasan kita dulu. Sudah sejauh mana kita jadi pribadi yang lahap membaca. Islam adalah agama ilmu pengetahuan, agama membaca, dan agama pena. Agama ini ngajarin kita pentingnya ilmu dan peradaban, serta pentingnya spiritualitas dan persaudaraan.
Umat Islam Indonesia gak kurang salehnya dalam ibadah dan ritual. Tapi harus diakui belum sepenuhnya rasional dan etis dalam berperilaku. Padahal perilaku itu yang penting.
Kita udah sedikit bicarain soal tradisi intelektual dan epistemologi umat Islam. Sekarang kita lanjutin ke peradaban Islam. Sayang banget seandainya umat Islam Indonesia gak ngerti soal peradaban universal dan kosmopolitan ini. Indonesia itu sendiri adalah negara-bangsa yang dibangun atas fondasi peradaban Islam itu. Negara ini sebenarnya luar biasa. Kita aja yang jarang mensyukurinya.
Kita lanjut bicarain soal peran umat Islam bagi masa depan Indonesia yang lebih cerah. Salah satu yang perlu kita perhatikan adalah problem epistemologi. Kita belajar dari sejarah dan peristiwa terkini tentang bahayanya jika kita keliru memandang dan menyikapi ilmu.
Kami mau berbagi optimisme soal masa depan umat Islam Indonesia. Dimulai dengan memahami apa yang kurang dalam diri kita. Hari ini kita kelebihan konflik, dan defisit tradisi ilmiah. Podcast episode ini bicara soal itu. Bagi mereka yang punya optimisme serupa, atau yang mau beralih dari pesimisme, silakan gabung dan dengarkan.