POPULARITY
Categories
Is Big Pharma really healing us — or profiting from keeping us sick? NYT best-selling author Johann Hari (Stolen Focus, Lost Connections, Chasing the Scream, Magic Pill) returns with a powerful breakdown of the real causes of depression, anxiety, and the global attention crisis. Johann Hari reveals why only 2 of the 9 causes of depression are biological, exposing how Big Pharma, social media addiction, and modern lifestyle traps are fueling mental health issues. He dives into the dark rise of GLP-1 drugs (like Ozempic) and society's toxic beauty obsession, while uncovering the overlooked role of sleep, community, and social connection in healing. Hari shares his personal experience with antidepressants, and explores how childhood shame and trauma drive addiction, weight gain, and despair. You'll learn why even pets are being diagnosed with ADHD, what Silicon Valley insiders confessed about attention-hacking technology, and how our loss of focus is sabotaging relationships, careers, and democracy itself. If you're ready to challenge the myths of mental health, regain your focus, and take back control of your mind, don't miss this eye-opening conversation with Johann Hari. Check out all of Johann Hari's Books: https://johannhari.com/ Our first episode with Johann Hari: https://youtu.be/JKFuI96biDU Follow us on Substack for Exclusive Bonus Content: https://bialikbreakdown.substack.com/ BialikBreakdown.com YouTube.com/mayimbialik Learn more about your ad choices. Visit megaphone.fm/adchoices
Is Big Pharma really healing us — or profiting from keeping us sick? NYT best-selling author Johann Hari (Stolen Focus, Lost Connections, Chasing the Scream, Magic Pill) returns with a powerful breakdown of the real causes of depression, anxiety, and the global attention crisis. Johann Hari reveals why only 2 of the 9 causes of depression are biological, exposing how Big Pharma, social media addiction, and modern lifestyle traps are fueling mental health issues. He dives into the dark rise of GLP-1 drugs (like Ozempic) and society's toxic beauty obsession, while uncovering the overlooked role of sleep, community, and social connection in healing. Hari shares his personal experience with antidepressants, and explores how childhood shame and trauma drive addiction, weight gain, and despair. You'll learn why even pets are being diagnosed with ADHD, what Silicon Valley insiders confessed about attention-hacking technology, and how our loss of focus is sabotaging relationships, careers, and democracy itself. If you're ready to challenge the myths of mental health, regain your focus, and take back control of your mind, don't miss this eye-opening conversation with Johann Hari. Check out all of Johann Hari's Books: https://johannhari.com/ Our first episode with Johann Hari: https://youtu.be/JKFuI96biDU Follow us on Substack for Exclusive Bonus Content: https://bialikbreakdown.substack.com/ BialikBreakdown.com YouTube.com/mayimbialik Learn more about your ad choices. Visit megaphone.fm/adchoices
Kencan Dengan Tuhan - Selasa, 29 Juli 2025Bacaan: ..."Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18)Renungan: Penolong yang sepadan adalah istilah yang sangat akrab di telinga pengikut Yesus. Namun, tidak sedikit orang yang tidak mengerti dengan benar arti penolong yang sepadan, sehingga terkadang tindakannya salah baik perempuan maupun laki-laki. Ketika belum ada penolong yang sepadan bagi laki-laki, Tuhan berfirman bahwa tidak baik kalau laki-laki sendirian. Itu artinya ketika Tuhan memberikan penolong yang sepadan bagi laki-laki, maka keadaannya akan lebih menguntungkan. Jika perempuan tidak menyadari bahwa dirinya adalah penolong yang sepadan bagi suami, maka dia akan diam di rumah karena minder atau sebaliknya malah ia bertindak berlebihan sehingga istilah suami-suami takut istri menjadi nyata dalam hidup ini. Betapa banyak perempuan menggugat cerai suaminya, demikian pula tidak sedikit laki-laki yang meninggalkan dan menceraikan istrinya. Keduanya sama-sama tidak menyadari bahwa posisi perempuan adalah penolong yang sepadan yang tidak bisa dipisahkan dari laki-laki kecuali oleh kematian. Adam memakai istilah "tulang dari tulangku, daging dari dagingku". Sementara itu orang Jawa memakai istilah "garwo, sigaraning nyowo atau belahan jiwa." Jika kita tidak menerapkan prinsip tentang posisi istri sebagai penolong yang sepadan, kita akan kehilangan janji Tuhan untuk kehidupan yang lebih baik. Sudah pasti kehidupan keluarga akan berantakan. Oleh karena itu, "Hai istri, posisikan dirimu sebagai penolong yang sepadan bagi suamimu! Hai suami, akui dan terimalah istrimu sebagai penolong yang sepadan!" Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, aku mau berdoa untuk pasanganku dan juga kedua orang tuaku, agar mereka boleh menyadari bahwa istri dan juga mamaku Engkau berikan sebagi penolong yang sepadan buat suami dan buat papaku. Jangan biarkan keegoisan menguasai ku dan mereka, sehingga masing-masing ingin saling menguasai dan menghancurkan. Yesus, bertakhtalah dalam keluargaku, agar aku dapat menjadi berkat bagi semua anggota keluargaku. Amin. (Dod).
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Sania Tangur dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Kesukupan Maumere, Indonesia. Keluaran 32: 15-24.30-34; Mazmur tg 106: 19-20.21-22.23; Matius 13: 31-35.DUNIA NYATA,BUKAN MIMPI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Dunia Nyata, Bukan Mimpi. Kita barusaja mendengar bacaan Injil tentang makna penaburan benih dan tumbuhnya lalangbersamanya sampai saat musim panen. Satu unsur dari pemaknaan perumpamaan itu,kata Yesus, ialah ladang atau lahan penanaman yang dimaknai sebagai dunia.Dunia yang dimaksudkan di sini ialah dunia nyata, tempat kita berada sekarangdan di sini. Dunia nyata ialah dunia yang natural, sosial, budaya, danspiritual. Dunia nyata diisi dengan kehidupan kita. Allah begitu sayang dan menaruhperhatian kepada manusia di dunia, maka Ia mengutus Putra tunggal-Nya datang kedunia untuk menyelamatkannya. Yesus Kristus mendirikan kerajaan-Nya di duniayang berwujud Gereja untuk mewadai semua umat Allah dapat mencapai keselamatan,dan akhirnya masuk dalam kerajaan surga yang abadi. Dunia ini dan pribadi-pribadi manusia yang mendiaminya menjadi pilihanYesus Kristus. Ia rela mati demi kebaikan mereka. Selain sebagai orang berdosa,kita juga menghadapi banyak kesulitan karena kita dikelilingi semua jenislalang. Namun Yesus tak pernah menyerah atau berhenti memperhatikan kita.Meskipun kita selalu berbuat baik, di sekitar kita tetap saja ada orang yangtidak puas, tidak setuju, tidak menyukai, masah bodoh, iri dll. Semua ituadalah lalang yang tak pernah membuat kita bebas. Namun Yesus Kristus tak lepaskontrol atas diri kita, dan Roh Kudus setia mendampingi kita. Kenyataan di dunia ini tak bisa kita hindari. Kita hanya bisa mengambilsikap dan memiliki kemampuan yang dibekali dengan semua ajaran kebenaran dankebaikan dari Tuhan. Seperti Musa dan umat Allah yang kembali dari praktikberhala dan berpaling kepada Tuhan, kita berusaha juga untuk selalu optimis danberniat baik selagi hidup di dunia nyata ini. Sikap ini mendukung rasa betahdan tetap berusaha aktif untuk membaharui diri dan dunia tempat kita berada.Orang harus terlepas dari angan-angan, khayalan dan mimpi yang bisa membuatnyapesimis dan anti akan dunia nyata ini. Bermimpi untuk terlepas dari dunia nyata ini hanya karena tidak tahandengan situasinya saat ini, mungkin bisa disamakan dengan empat roda mobil yangberputar di atas bahu jalan berbatu dan aspal. Roda belakang terus sajabermimpi atau berkhayal: saya ingin berada di posisi depan biar tiba duluan,tapi kapan ya saya bisa... Banyak dari kita sering jatuh dalam angan-anganseperti ini, yang berarti bahwa mereka tidak betah, tidak optimis dan realististentang hidupnya di dunia ini. Semoga Anda dan saya tidak seperti ini, tetapitetap realistis dan opitimis. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah Bapa maha murah, dunia tempat kamihidup Engkau penuhi dengan segala kemungkinan untuk kami berjuang danmembaharuninya di bawah bimbingan Roh-Mu. Semoga kami senantiasa setia dalamjalan yang telah dilalui Yesus Kristus Putra-Mu untuk mencintai-Mu dan sesamakami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa...
Kencan Dengan Tuhan - Senin, 28 Juli 2025Bacaan: "Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (Amsal 15:3)Renungan: Dr. John Todd seorang penulis terkenal, tidak akan pernah melupakan kejadian itu. Waktu itu ayahnya yang sedang sakit keras menyuruhnya pergi membeli obat. Tetapi John Todd yang waktu itu masih anak-anak tidak mau pergi. Untuk itulah ia membuat cerita bohong dan mengatakan kepada ayahnya bahwa obat yang dimaksud tidak dijual di apotik. Tetapi kemudian ia merasa tidak tenang dan merasa bersalah, akhirnya ia pergi juga untuk mencari obat itu. Tetapi sudah terlambat. Ketika kembali ke rumah ayahnya sudah sekarat dan hampir mati. Ayahnya hanya bisa berbisik kepada John, "John, kasihi saya dan berkatalah benar senantiasa, karena mata Tuhan selalu tertuju padamu. Sekarang, ciumlah saya sekali lagi dan ucapkanlah selamat jalan." Dunia ini memang tidak memberikan teladan yang baik tentang ketaatan dan kasih seorang anak kepada orang tua. Banyak remaja dan pemuda yang hidup sesuka hati mereka bahkan tidak sedikit yang mengancam jika orang tua tidak menuruti kehendaknya. Tetapi diberkatilah mereka yang tetap menaruh kasih dan hormat terhadap orang tuanya tanpa mencemarkan dirinya dengan kebiasaan orang-orang durhaka yang akan menuai hasil dari apa yang mereka tabur. Anggap saja kata-kata ayah John menjelang kematiannya, mewakili kerinduan setiap orang tua terhadap anak-anaknya, "Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (Amsal 15:3). Hai anak-anak remaja dan pemuda-pemudi, sekalipun tidak ada orang yang tahu dan tidak ada yang melihat apa yang kita lakukan, tetapi mata Tuhan selalu tertuju kepada kita. Buatlah hati Tuhan senang dan bersukacita karena kita dan buatlah orang tua kita bangga karena memiliki anak-anak yang taat kepada Tuhan dan hormat kepada orang tua. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, aku mau belajar taat pada orang tuaku. Kini aku sadar bahwa matamu ada di segala tempat dan melihat apa saja yang aku perbuat. Bantulah aku agar seluruh keberadaanku dapat menyenangkan orang tuaku, sehingga aku boleh melihat senyum mereka setiap saat. Amin. (Dod).
Kamu sudah gajian Kawan! Jangan lupa cepat-cepat investasi.
Hari ini 27 Juli diperingati sebagai Hari Sungai Nasional dengan tema "Sungai Lestari, Lingkungan Sehat, Masyarakat Sejahtera". Tema tahun ini menegaskan bahwa menjaga kelestarian sungai bukan sekadar tugas ekologis, tetapi juga pilar utama menuju lingkungan yang bersih dan masyarakat yang makmur. Bagaimana mengelola sungai yang bersih dan bermanfaat bagi masyarakat ditengah meningkatnya populasi manusia seperti di Indonesia? Wawancara bersama Pakar lingkungan juga peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) - Yus Budiono
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Hendrik Monteiro dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 32: 15-24.30-34; Mazmur tg 106: 19-20.21-22.23; Matius 13: 31-35.BIJI SESAWI DAN RAGI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Biji Sesawi Dan Ragi. Dua jenisbenda ini mendapat perhatian istimewa. Biji sesawi terbungkus plastik bersamabiji-bijian lain. Jika ada pembeli sempat membelinya di tokoh benih,keistimewaannya mulai terkuak. Demikian juga ragi yang terbungkus ditempatnya,jika seorang ibu sempat melirik dan membelinya, ia siap dipakai untuk pembuatanroti. Jika mereka berdua tidak dilirik pembeli dan tersimpan atau tersembunyisaja, keduanya tidak akan menghasilkan cerita dan sejarah hidupnya. Kedua benda ini tidak bergerak, dibungkus rapat, berukuran kecil, dantersembunyi dari semua benda lain di sekitarnya. Kalau Anda adalah seseorangyang sempat berada di toko namun tidak ingin membeli sesuatu, yang tampakpadamu ialah barang-barang yang besar dan mencolok. Anda tidak pernahmeluangkan waktu sedikit pun untuk berpikir dan melihat benda-benda kecilseperti biji sesawi atau ragi. Hanya orang yang memiliki maksud tertentu atasbenda-benda kecil itu, akan berusaha menemukan dan membelinya. Selanjutnyamereka akan digunakan sesuai dengan maksud orang tersebut. Yesus menjadikan kerajaan Allah sebagai inti pengajaran-Nya kepadaorang-orang yang kian hari kian bertambah mengikuti dan mendengar-Nya.Pengajaran seperti itu tidak pernah mereka dapatkan sebelumnya sejak zamanAbraham dan para nabi. Seperti apa kerajaan Allah itu tak pernah merekabayangkan. Padahal Yesus adalah personifikasi kerjaan itu sendiri yang sedangbericara dengan mereka. Jika suatu pengajaran baru untuk orang-orang yang masihpolos, pengajaran harus mulai dari yang paling kecil dan sederhana. Bagi merekayang sudah penuh dengan pengetahuan dan keyakinan lama, hal tentang kerajaanAllah mesti diajarkan dengan sangat rumit dan penuh kesabaran. Banyak perumpamaan dipakai Yesus dengan benda-benda yang sudah biasa dansederhana supaya kerumitan itu dapat diuraikan. Jika setiap hari Anda membacadan dengarkan firman Tuhan, gambaran biji sesawi dan ragi ini cukup untukmenjelaskan bahwa firman yang Anda terima tersembunyi di dalam pikiran danhatimu, tetapi punya potensi untuk hidup yang membaharui dirimu. Jika Andamenerima Komuni Kudus secara rutin, atau dengan teratur melakukan pengakuandosa, profil biji sesawi dan ragi cukup memberimu kesadaran bahwa potensipertumbuhan iman sungguh nyata dan buah-buahnya tinggal dipanen pada masa yangtepat. Tuhan menaruh aspek-aspek kerajaan-Nya di dalam diri kita dalam anekaperistiwa dan bentuk. Semua itu meski tersembunyi di dalam diri kita, merekasedang bertumbuh dan dipelihara Tuhan meski sering di luar kesadaran kita. Didalam saat-saat sulit, pencobaan, perjuangan, dan pengungkapan diri kita, semuaitu akan tampil untuk membantu kita berbicara, berbuat dan bersikap. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus, semoga diri kami menjadi tempatyang layak bagi tumbuhnya Kerajaan Allah. Bapa kami yang ada di surga ... Dalamnama Bapa ...
Śrīmad Bhāgavatam mentions that those who are chanting Hare Kṛṣṇa are at such a high level because The Holy Name is the pinnacle of all Vedic knowledge. "Aho bata śva-paco 'to garīyān yaj-jihvāgre vartate nāma tubhyam tepus tapas te juhuvuḥ sasnur āryā." Devahūtī says, "Aho bata śva-paco 'to garīyān," which means, "Oh, how wonderful it is!" "Tepus tapas te juhuvuḥ sasnur āryā brahmānūcur nāma gṛṇanti ye te." (SB 3.33.7) This means that those who have somehow or other come to chant Hare Kṛṣṇa, even if it's just a little bit, with the tip of their tongue, they just say Hare Kṛṣṇa once —these people you should understand to have already graduated. There are levels of education. For instance, one has to go through a process to become a lawyer, an attorney, what to speak of after that, to become a judge. You know that if somebody is a judge, he or she has gone through law school, and that's why that person is sitting behind the bench giving verdicts. In a similar way, Devahūtī is saying, if someone can say Hare Kṛṣṇa, they have to be counted amongst those who somehow or other have come to this high level of connection with the Supreme Personality of God, through His Holy Name. And if someone can chant Hare Kṛṣṇa and does so with sincerity, it's also known that that person has superseded the level of Brāhmaṇism. So, accepting The Holy Name as one's life and soul and one's main meditation is the recommendation of the Śrīmad Bhāgavatam. At the outset of the Bhāgavatam, in the First Canto, First Chapter (SB 1.1.14), it is said: "āpannaḥ saṁsṛtiṁ ghorāṁ yan-nāma vivaśo gṛṇan tataḥ sadyo vimucyeta yad bibheti svayaṁ bhayam'" So, there's no difference at all between Kṛṣṇa and His Holy Name. Therefore, anyone can take advantage of the association of Kṛṣṇa and can get protection from Him just by saying "Hare Kṛṣṇa," because Kṛṣṇa is personally present. And near the end of the Śrīmad Bhāgavatam, it is said that the essence of everything is the chanting of Hari, the Lord's holy names. https://vedabase.io/en/library/sb/3/33/7 https://vedabase.io/en/library/sb/1/1/14 ------------------------------------------------------------ To connect with His Grace Vaiśeṣika Dāsa, please visit https://www.fanthespark.com/next-steps/ask-vaisesika-dasa/ ------------------------------------------------------------ Add to your wisdom literature collection: https://iskconsv.com/book-store/ https://www.bbtacademic.com/books/ https://thefourquestionsbook.com/ ------------------------------------------------------------ Join us live on Facebook: https://www.facebook.com/FanTheSpark/ Podcasts: https://podcasts.apple.com/us/podcast/sound-bhakti/id1132423868 For the latest videos, subscribe https://www.youtube.com/@FanTheSpark For the latest in SoundCloud: https://soundcloud.com/fan-the-spark ------------------------------------------------------------ #spiritualawakening #soul #spiritualexperience #spiritualpurposeoflife #spiritualgrowthlessons #secretsofspirituality #vaisesikaprabhu #vaisesikadasa #vaisesikaprabhulectures #spirituality #bhaktiyoga #krishna #spiritualpurposeoflife #krishnaspirituality #spiritualusachannel #whybhaktiisimportant #whyspiritualityisimportant #vaisesika #spiritualconnection #thepowerofspiritualstudy #selfrealization #spirituallectures #spiritualstudy #spiritualquestions #spiritualquestionsanswered #trendingspiritualtopics #fanthespark #spiritualpowerofmeditation #spiritualteachersonyoutube #spiritualhabits #spiritualclarity #bhagavadgita #srimadbhagavatam #spiritualbeings #kttvg #keepthetranscendentalvibrationgoing #spiritualpurpose
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Oliva Ivania, Elia Monteiro, Meri Kaona dan Hendrik Monteiro dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Kejadian 18: 20-33; Mazmur tg 138: 1-2a.2bc-3.6-7ab.7c-8; Kolose 2: 12-14; Lukas 11: 1-13.MEMINTA DENGANBAIK Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-17 ini adalah: Meminta DenganBaik. Hari minggu lalu, renungan kita menekankan tentang menerima dengan baik. Adaseorang remaja setelah mendengar renungan itu, ia menulis di pesan whatsappkepada Pastor Parokinya, begini: “Pastor, kalau begitu sebelum kita dapatmenerima dengan baik, seharusnya kita lebih dahulu meminta dengan baik kan?” Komentar dan refleksi remaja itu dapat menjadi inspirasi renungan kita ini.Kita menerima sesuatu atau seseorang, berdasarkan permintaan atau tidak denganpermintaan. Tanpa permintaan, yang kita terima itu adalah hadiah atau pemberianyang cuma-cuma. Sedangkan jika kita mendapatkan sesuatu dengan permintaan, ituberarti kita diharapkan meminta dengan baik. Di dalam bacaan-bacaan kita padahari ini, kita dapat dituntun untuk meminta dengan baik kepada Tuhan. Palingkurang ada tiga hal di sini tentang meminta dengan baik. Pertama, menyangkut kemendesakan atau kepentingan yang urgen, kita memintaTuhan dengan keyakinan yang kuat dan dapat membuat perhitungan dengan Tuhan.Setiap kebutuhan kita yang mendesak tentu berkaitan dengan nasib hidup ataumati. Abraham berbuat itu dengan Tuhan seperti yang dikisahkan dalam bacaanpertama. Demi nasib keselamatan jiwa, ketika berhadapan dengan ancaman dosayang mematikan, kita dapat meminta banyak atau cerewet seperti Abraham, bahkanmendesak Tuhan untuk berpihak pada kita, demi keselamatan jiwa kita. Kedua, kita meminta kepada Tuhan didasarkan pada prinsip bahwa kitasenantiasa bergantung pada penyelenggaraan Tuhan. Hal ini sangat berkaitandengan hidup kita yang fana dan sikap kita yang rendah hati. Memang kitamemiliki banyak kebutuhan untuk dipenuhi, tetapi kita harusnya bersikap sepertianak terhadap Bapa, yaitu kita pasrahkan hidup kita sambil meminta curahanberkat-Nya supaya dilimpahi kepada kita. Soal akan diberikan sesuai dengankeinginan kita, jumlahnya banyak atau sendikit, waktunya tepat atau tidak, kitaserahkan kepada Bapa. Ia yang memiliki kehendak untuk terjadi. Doa “Bapa Kami”yang selalu kita ucapkan merupakan cara kita meminta dan berpasrah kepadakehendak Bapa untuk terjadi. Tak ada kemendesakan di sini. Ketiga, dalam soal kualitas hidup beriman, hendaknya kita meminta untuksuatu kebaruan, yang lebih maju dan lebih baik. Kita ingin meninggalkan yanglama, yang tidak berguna, dan yang jelek. Kita juga berusaha menghindaripermintaan untuk mendapatkan yang banyak, menjadi kaya, menjadi penuh dengansemangat duniawi, dan menjadi melekat dengan dunia ini. Maka kabar gembira bagikita pada hari ini mengingatkan kita untuk meminta kepada Tuhan dengan carayang baik, yaitu kemendesakan keselamatan kita, kepasrahan kita kepadakehendak-Nya, dan kepentingan kualitas hidup iman kita. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Bapa maha murah, jadikanlah kamiorang-orang beriman yang selalu berharap dan bergantung pada setiappenyelenggaraan-Mu kepada kami di dalam segala situasi kehidupan. Kemuliaankepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...
Kencan Dengan Tuhan -Sabtu, 26 Juli 2025Bacaan: "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4)Renungan: Ada seorang pemuda yang berdiri sebagai seorang hukuman karena kejahatan-kejahatan yang dilakukannya. Hakim yang akan mengadili pemuda tersebut sudah kenal betul dengannya sejak ia masih kecil. Apalagi ayahnya adalah seorang penegak hukum yang terkenal. Sebelum sidang dimulai sang hakim bertanya kepada pemuda tersebut, "Apakah engkau ingat pada ayahmu yang sudah engkau permalukan dengan kelakuanmu?" Pemuda itu menjawab, "Ya, saya sangat mengingat dia. Dulu ketika saya datang kepadanya untuk meminta nasihat karena saya butuh teman, ia mengangkat kepalanya sejenak dari buku hukum yang dibacanya dan ia berkata kepada saya, "Pergi sanal Papa sedang sibuk!" Papa kini selesai membaca buku tersebut dan ia menjadi ahli hukum yang terkenal tetapi saya berada di sini sebagai orang hukuman." Seringkali kita lebih sibuk dengan karier, pekerjaan dan keberhasilan yang kita kejar, namun kita melupakan hal yang sangat penting dan juga memerlukan perhatian kita yaitu keluarga. Kita mengabaikan suami, atau istri, dan anak-anak yang sangat membutuhkan uluran tangan dan perhatian kita. Salah satu faktor juga yang membuat keluarga dan anak-anak kita jauh dari Tuhan adalah kurangnya perhatian kita pada keluarga. Kita terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu untuk berdoa bersama, ke gereja bersama, membaca Alkitab bersama.Betapa menyedihkan kalau kita berhasil mendidik dan mengajarkan jalan-jalan Tuhan kepada orang lain tetapi tidak kepada keluarga dan anak-anak kita. Betapa menyedihkan jika kita berhasil di dalam usaha kita tetapi rumah tangga yang berisı hanya sedikit orang malah hancur tak terurus. Berikanlah waktu dan perhatian untuk anak-anak kita dan kita akan bangga karena kita tidak hanya berhasil di dalam pelayanan dan karier, tetapi juga kita berhasil melayani keluarga kita sendiri. Tuhan Yesus memberkatiDoa:Tuhan Yesus, aku mohon ampun karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku sehingga tidak bisa memberikan waktu dan perhatian untuk suami, istri, anak-anak dan orang tuaku. Ingatkan aku bahwa keluargakupun butuh perhatianku. Yesus, kembalikan hatiku pada semua anggota keluargaku dan kembalikan hati mereka kepadaku. Amin. (Dod).
Classy People, di momen Hari Anak Nasional, Classy FM menghadirkan obrolan penuh makna bersama Pak Freddo Syukri, Direktur Utama ClassyCorp.Sebagai seorang pemimpin, beliau akan berbagi refleksi dan pandangannya tentang pentingnya peran dunia usaha dalam mendukung tumbuh kembang anak-anak Indonesia—karena masa depan bangsa dimulai dari bagaimana kita memperlakukan generasi penerus hari ini.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Oliva Ivania dan Meri Kaona dari Komunitas Kongragasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Sirakh 44: 10-15; Mazmur tg 132: 11.13-14.17-18; Matius 13: 16-17.KERINDUAN MELIHAT ALLAH Tema renungan kita pada hari ini ialah: Kerinduan MelihatAllah. Kisah panjang dalam sejarah keselamatan berisi tentang kehidupan danpertumbuhan iman orang-orang yang terpanggil menjalankan kehendak Tuhan.Komunikasi dan relasi mereka dengan Tuhan diwujudkan dalam perjanjian bahwaTuhan akan menyatakan diri-Nya sebagai penyelamat umat Manusia. Tuhansenantiasa berbicara dan berjanji, misalnya kepada Abraham, Nuh, para raja dan nabi,namun tidak kunjung mewujudkan diri secara nyata sebagai manusia. Mereka tidakbertemu langsung dengan Tuhan. Suatu komunikasi dan relasi yang masih berwujud sebagaijanji selalu memberikan kita konsekwensi untuk menunggu realisasinya. Hal initerjadi selama perjanjian lama. Mereka semua menerima janji dan sangatmemahaminya. Mereka hanya bisa berharap dalam iman supaya datangnya Mesias,utusan Allah yang maha kuasa dapat terwujud. Mereka rindu untuk melihat Allah.Karena semangat, perbuatan, mujizat dan banyak tanda lain sudah sangat nyatamenguatkan iman mereka, kerinduan itu sungguh bukan sesuatu yang kosong ataumengada-ada. Itu sangat nyata. Namun sampai mereka semua meninggal dan beralih dari duniaini kenyataan itu belum berpihak pada mereka. Mungkin ini cocok dengan sepasangkakek-nenek yang amat merindukan salah seorang cucunya menjadi seorang imam dankalau bisa uskup. Tetapi kerinduan itu belum terwujud, ketika salah seorangcucunya yang masih belajar menjadi imam dan belum sampai ditahbiskan, pasanganlansia itu telah lebih dahulu meninggal dunia. Keadaan ini kurang lebih miripdengan kerinduan orang-orang di dalam perjanjian lama. Tentang orang-orang tersebut, ada beberapa pengecualian.Kitab suci hanya mencatat beberapa peran mereka yang tidak secara langsungmengalami kedatangan Mesias ke dalam dunia. Orang tua Yohanes Pembaptis,Zakaria dan Elisabeth mestinya masuk di dalam kategori pengalaman tidaklangsung ini. Demikian juga orang tuanya Bunda Maria, Santo Yoakim dan SantaAnna, yang pestanya kita peringati pada hari ini. Kita dapat memahami danmengimani bahwa kedua orang kudus ini sebagai kakek dan nenek yang tentu sangatbersuka cita dan bahagia karena Putra Allah yang lahir sebagai Yesus Kristusadalah dari kandungan Maria, putri mereka sendiri. Ketika Yesus sendiri berkata, “Banyak nabi dan orang benaringin melihat apa yang kamu lihat”, Ia menunjuk ke Santo Yoakim dan Anna, dansemua orang lain termasuk kita, yang melihat dan mengalami Tuhan yangberinkarnasi di dalam dunia ini. Dengan dapat mengalami diri Yesus secara nyatadan pribadi, sungguh membuat kita orang-orang yang sangat beruntung. Kita patutbersyukur dan berbahagia. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Yesus, semogamelalui peringatan Santo Yoakim dan Santa Ana, kami menjadi tetap setiakepada-Mu. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa...
Friday, 25 July 2025/Alur Langsat
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menjalani sidang vonis kasus suap pergantian antar waktu DPR RI Harun Masiku. Surat dakwaan yang dilampirkan mencapai setebal 400 halaman.
Le Shri Hari Ka Naam Re : Ashram Kirtan
Le Shri Hari Ka Naam Re : Ashram Kirtan
Kencan Dengan Tuhan - Kamis, 24 Juli 2025Bacaan: "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkhotbah 3:1) Renungan: Suatu kali seorang anak laki-laki menonton konser simfoni. Ia begitu kagum atas suara orkes yang keras dan penuh semangat. Di antara alat musik yang banyak itu, ada satu alat musik yang menarik hatinya, yaitu simbal. Sepanjang pengamatannya selama konser, hanya sesekali saja simbal itu dibunyikan, sementara alat musik lainnya selalu dimainkan. Setelah konser selesai, anak laki-laki tersebut menemui pemain simbal itu dan bertanya kepadanya, "Pak, mengapa bapak jarang sekali membunyikan alat musik ini, sementara pemain musik yang lain selalu memainkan alat musiknya?" Pemain alat musik simbal itu menjawab, "Nak, aku sama sekali tidak perlu banyak memainkannya. Yang diperlukan hanyalah tahu kapan waktu memainkannya dengan tepat." Jika kita tahu kapan waktunya yang paling tepat, maka semuanya akan berjalan dengan baik. Jika tahu kapan harus menahan diri untuk berbicara, kita tidak akan menemui masalah. Jika tahu kapan harus menyampaikan kritik dan memberi semangat kepada karyawan, tentu orang-orang yang bekerja pada kitapun akan senang. Jika tahu kapan waktunya mengajak pasangan bertukar pikiran, kita akan mendapatkan hasil yang baik. Jika tahu kapan waktunya bercanda bersama teman, kita tidak akan menyakiti orang lain. Mari mulai saat ini, kita belajar peka terhadap situasi di sekitar kita, sehingga kita tahu kapan harus bertindak, berbicara dan diam. Karena orang yang berkata-kata lebih cepat daripada ia berpikir akan seringkali menemukan masalah. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, kuasailah perkataan dan perbuatanku, agar aku tahu kapan saat yang tepat berkata-kata dan bertindak terhadap orang lain. Jangan biarkan emosiku meledak-ledak sehingga banyak orang yang merasa kecewa dan sakit hati dengan kehadiranku. Yesus, jadikanlah seluruh keberadaanku menjadi keberadaan-Mu sendiri. Amin. (Dod).
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Oliva Ivania dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 19: 1-2.9-11.16-20b; Mazmur tg T. Dan 3: 52.53.54.56; Matius 13: 10-17.CARA UNTUK MENGERTI DIA Renungan kita pada hari ini bertema: Cara Untuk MengertiDia. Ada tiga gadis jatuh cinta kepada satu pemuda yang hampir seumur denganmereka. Masing-masing gadis berusaha tampil sebaik mungkin untuk memenangkanpujaan hatinya itu. Kadang mereka bersaing kurang sehat karena yang satumenonjolkan kejelekan teman yang lain. Kadang-kadang mereka bersaing sehat danpositif seperti menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Pemuda itu juga mempunyai strategi untuk tampil secarapositif kepada masing-masing gadis yang menyukainya. Sekian waktu berjalan,masing-masing dari mereka menjadi bosan dan lelah. Khususnya ketiga gadis itu,masing-masing dari mereka justru bingung tentang siapa sesungguhnya yang pantasdipilih, karena tidak mungkin ketiga-tiganya dipilih. Mereka bertigaberdiskusi, dan mereka akhirnya sepakat bahwa pemuda itu mempunyai caranyasendiri untuk memilih satu yang dicintainya. Ilustrasi ini menunjukkan seperti apa cinta itudiungkapkan. Ungkapan diri seseorang tentu memiliki kekhasan sehingga oranglain yang mendapatkan kesannya tentu sesuai dengan daya tariknya. Seorangpemain gitar tampil begitu berbakat, maka mereka yang mempunyai kesukaan denganmusik tertarik kepadanya. Ungkapan diri seseorang itu bertujuan untuk membuatorang lain mengerti tentang dia dan mendukung dia. Kalau hal ini merupakan tindakan manusia yang layak untukdiapresiasi, justru tindakan kasih Tuhan jauh lebih meyakinkan dan menarikperhatian kita. Ia telah lebih dahulu mengungkapkan diri-Nya kepada manusia.Kualitas dan kekuatan ungkapan cinta-Nya jauh melebihi manusia, karena Tuhanitu berinkarnasi. Ia membuat yang suci, mulia dan sempurna masuk ke dalam hidupkita di dunia. Ia mengungkapkan diri untuk menguduskan dunia dan kita semua. Kepada bangsa Israel, Allah mengungkapkan diri-Nya sebagaiTuhan yang berbaik hati ketika umat-Nya taat dan beriman dengan benar, tetapijuga Tuhan yang menghukum kalau mereka melawan dan berbuat dosa. Yesus jugamembuat para pendengar-Nya mengerti Dia melalui pengajaran-Nya. Ia memakaiperumpamaan-perumpamaan, agar mereka mengerti bahwa Ia sangat memperhatikanmereka yang sangat membutuhkan. Ia juga membuka pemahaman kepada orang-orangbesar, penguasa, kaya, congkak, namun mereka tidak rela menerima dan mengertiDia. Jadi kita memiliki tugas untuk selalu ingin mengerti Tuhanyang mengungkapkan diri-Nya melalui firman-Nya dan ungkapan iman kita. Tetapikita juga mempunyai tugas yang sama pentingnya yaitu membuat sesama kita dapatmengerti kita. Ini adalah juga cara kita melayani orang lain. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan YesusKristus, bantulah kami untuk selalu memiliki pengertian yang baik. Bapa kamiyang ada di surga... Dalam nama Bapa...
#DiskusiInteraktif Apa yang harus diperbaiki agar kesejahteraan dan hak-hak anak di Indonesia bisa terpenuhi, terkait Hari Anak Nasional?[TALK] Pemerhati anak dan Keluarga - Erlinda.Streaming
Hari ini, 23 Juli 2025, diperingati sebagai Hari Anak Nasional 2025. Dengan mengusung tema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045.” Masih banyak tantangan terkait Perlindungan anak dari kekerasan, pendidikan berkualias dan merata serta kesempatan yang setara yang harus dihadapi. Talk: Ketua Komisi Perlindungan anak Indonesia(KPAI) Ai Maryati Solihah
Kencan Dengan Tuhan - Rabu, 23 Juli 2025Bacaan: "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmul Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2)Renungan: Pernahkah kita ditolong oleh orang lain? Tidak peduli berapa banyak uang dan harta yang kita miliki, kita masih membutuhkan pertolongan dari orang lain. Mungkin saja pertolongan yang kita butuhkan datang dari seseorang yang tidak pernah kita duga sebelumnya, entah itu orang yang kita tidak suka atau orang yang statusnya berada jauh di bawah kita. Jadi jangan pernah meremehkan siapun. Sebaliknya walaupun kita hidup berkekurangan dan mempunyai banyak masalah, kita tetap bisa memberi kepada orang lain. Jangan tertipu dengan keadaan luar seseorang. Mungkin hari ini kita bertemu dengan seorang yang kaya raya dan sepertinya dia tidak membutuhkan apa-apa dari kita, namun ternyata dia butuh teman untuk bicara atau sekadar menemaninya pergi ke suatu tempat. Ingatlah bahwa semua orang membutuhkan pertolongan, mereka sedang menanti uluran tangan kita. Pertolongan yang dibutuhkan tidak berdasarkan dari materi saja, jadi jangan pernah berpikir bahwa tidak ada sesuatu yang dapat kita berikan. Karena itu bertolong-tolonganlah satu dengan yang lain, karena itu yang Tuhan inginkan. Hargai siapapun yang bertemu dengan kita hari ini yang membutuhkan pertolongan kita. Selalu tanamkan dalam hati bahwa siapapun dia, mungkin saja dia adalah utusan Tuhan untuk menolong kita atau untuk menguji kasih kita. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, tambahkanlah belas kasih-Mu dalam hatiku, agar aku selalu tergerak untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolonganku. Jangan keraskan hatiku sehingga aku merasa bahwa aku tidak membutuhkan pertolongan dari orang lain sehingga aku tidak mau untuk menolong mereka. Amin. (Dod).
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Erna Lolan dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 16: 1-5.9-15; Mazmur tg 78: 18-19.23-24.26.27-28; Matius 13: 1-9.LAPAR AKAN SABDA TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Lapar Akan Sabda Tuhan. Seoranganak SD kelas 5 menghampiri pastor setelah Misa baru saja dirayakan. Di dalamhomilinya, Pastor menggambarkan hati dan pikiran manusia seperti tanah suburyang lapar untuk ditanami tanaman-tanaman. Anak lelaki itu berkata kepadaPastor: “Tadi sebelum Misa aku rasa lapar, tapi setelah mendengar Pastor kotbahdan sampai selesai Misa aku tidak merasa lagi lapar”. Pastor itu kemudian berkata kepada sejumlah orang yang berada di situ,bahwa jika semua umat yang menghadiri ibadat dan perayaan sakramen-sakramen, mempunyaisikap seperti bocah SD itu, Gereja kita akan menjadi sebuah Gereja ideal yangdiinginkan oleh Tuhan Yesus. Karena Tuhan selalu berkata, seperti yangdiberitakan di dalam kitab suci, barang siapa lapar akan Dia dan datang untukmendapatkan makanan daripada-Nya, ia tidak akan lapar lagi. Ketika Tuhan Yesus berkata bahwa “Benih yang jatuh di tanah yang baikmenghasilkan buah seratus ganda”, Ia hendak mengajarkan kita tentang rasa laparakan Sabda Tuhan. Tanah yang baik adalah sebuah simbolisasi diri kita sebagaipribadi dan kelompok entah sebagai keluarga entah di dalam komunitas. Anak SDtadi adalah representasi diri kita semua, yang menjadikan Sabda Tuhan sebagaikarunia Tuhan istimewa yang tercurah dan jatuh ke dalam diri kita, dandiharapkan untuk tumbuh di situ. Setiap kondisi diri dan hidup kita hendaknyaselalu lapar akan sabda Tuhan. Bagaimana firman Tuhan dapat tumbuh dan akhirnya memberikan hasil berlipatganda, seperti kita semua tahu, Tuhan menginginkan ada hasilnya. Suatupertumbuhan yang tidak memberikan hasil, sama seperti pohon ara tidak berbuahyang dikutuk oleh Tuhan. Oleh karena itu diperlukan faktor pendukung supayamemberi pertumbuhan dan membawa hasil yang diharapkan. Di dalam renungan inikita dapat menyebutkan beberapa faktor tersebut. Yang pertama, di dalam berbagai aktivitas rohani yang menyajikan FirmanTuhan, sikap kita yang paling mendasar perlu diwujudkan dalam rasa lapar akan siramanFirman Tuhan. Kita berangkat dari kondisi dan pengalaman hidup yang menunjukkanbahwa kita sedang lapar dan sangat ingin diberikan santapan rohani. Tanpa rasalapar, seseorang dapat dianggap sebagai tanah yang kurang subur. Selanjutnya,supaya kepuasan didapatkan dan memberikan energi sehingga kita dapat terustumbuh, sangat diperlukan dua kemampuan dari kita, yaitu memahami danmelaksanakan Sabda Tuhan. Kemampuan memhami firman Tuhan meminta kita untuk mendengarkan dengan baikdan bersungguh-sungguh. Kemampuan untuk melaksanakan Sabda Tuhan meminta kitauntuk memahami secara benar, utuh dan relevan dengan hidup kita yang nyata.Jadilah dirimu selalu lapar akan Firman Tuhan. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Allah, semoga firman Yesus Kristus Putra-Mutumbuh dan berbuah selalu di dalam diri kami. Salam Maria penuh rahmat ...Dalam nama Bapa ...
Foundation: Season 3, Episode 2 "Shadows in the Math" Gaal and Hari advance their plans on Ignis; Empire grapples with an unforeseen prediction; Pritcher enlists help to investigate the Mule. Feedback : blackgirlcouch@gmail.com (audio/written) Tumblr: blackgirlcouch Youtube: ChristinaBCG
Kencan Dengan Tuhan - Selasa, 22 Juli 2025Bacaan: "Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memerhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu." (Lukas 21:1a)Renungan: Status janda membuat seorang wanita Yahudi kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Namun Yesus memberi acungan jempol terhadap janda miskin yang memberi persembahan lebih kecil dari semua orang yang datang ke Bait Allah. Di sepanjang zaman janda ini telah menjadi contoh pemberi persembahan yang berkenan kepada Tuhan, yang memberi dari hati yang tulus. Ia belajar mendisiplin dirinya untuk memberi kepada Tuhan. Saat ia mempersembahkan semua harta yang dimilikinya, ia mengerti bahwa Tuhan berkuasa memeliharanya. Walaupun nama janda dalam kisah tersebut tidak disebutkan dalam Alkitab, tetapi yang lebih penting adalah teladan memberi yang bisa ditularkannya di sepanjang masa. Tidak ada orang yang memberitahu Yesus bahwa wanita itu adalah seorang janda, tetapi secara detil Yesus menyebutnya sebagai janda miskin yang memberikan semua nafkah yang dimilikinya. Hal ini mau mengajarkan kepada kita bahwa semua orang mendapat perhatian dari Tuhan. Kalau Yesus saja tahu secara pribadi mengenai janda itu, maka Yesus yang sama itupun pasti tahu dan mengenal anda dan saya. Pernahkan kita berpikir bahwa ada miliaran orang di dunia ini, tetapi Tuhan memerhatikan kita seolah-olah hanya kita sendiri saja yang menghuni dunia ini? Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, kini aku tahu bahwa Engkau senantiasa memerhatikanku setiap kali aku memberi persembahan kepadamu. Sebagaimana janda yang tidak dipandang oleh masyarakatnya saat itu, tetapi ia sudah menarik perhatian-Mu karena pemberiannya yang tulus, kini ajarilah aku agar akupun mampu meneladan janda itu untuk mau memberi dengan tulus hati apa yang kupunya bahkan persembahan diriku untuk memuliakan namaMu. Amin. (Dod).
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Eland Parera dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Kidung Agung 3: 1-4a; Mazmur tg 63: 2.3-4.5-6.8-9; Yohanes 20: 1.11-18.MENGAMBIL BAGIAN DALAM CINTA KASIH KRISTUS Renungan kita pada hari ini bertema: Mengambil Bagian Dalam Cinta KasihKristus. Mengapa kitab suci berkata bahwa cinta kasih itu menuntut? Istilahmenuntut memiliki target pencapaian yang berkaitan dengan kewajiban seseoranguntuk berbuat dalam tekat untuk sampai pada target itu. Ini berbeda darimemaksa, karena orang yang terpaksa tidak mengerti sebuah target dan tekatnyadalam berbuat tidak nampak. Yang ada hanyalah keterpaksaan. Hari ini kita rayakan pesta Santa Maria Magdalena. Ia adalah wanita Yahudi yanghidup pada zaman Yesus dan yang punya kedekatan dengan Yesus. Maria Magdalenaadalah orang dan wanita pertama yang menyaksikan Yesus bangkit. Hubungan yangamat dekat ini dapat menjadi pembelajaran cinta bagi kita. Patokan kita ialahcinta kasih Yesus, yaitu persembahan diri bagi kebaikan dan keselamatansahabatnya. Pada saat dan waktu yang tepat perbuatan cinta itu menuntut. Sebagianbesar, mungkin 90 persen keinginan dan keyakinan mencintai itu mendorongseseorang untuk mencintai, sementara sisanya 10 persen mungkin berisi keraguan,takut, malu, bingung, kurang paham benar atau prinsip “nanti baru lihat sepertiapa jadinya”. Maria Magdalena membalas semua cinta kasih Yesus dalam kondisiyang tidak sempurna. Puncaknya ialah ketika ia ketakutan dalam mencari jenasahYesus di makam, dan agak sulit mengenali Yesus yang bangkit sebelum Yesussendiri memanggil namanya. Dalam situasi seperti inilah, cinta itu cenderungmenuntut, yang dengan itu mempengaruhi supaya Maria segera mengakui bahwa ituadalah Tuhan yang bangkit. Maria Magdalena tentu sudah belajar banyak tentang cinta kasih Kristus.Dalam aneka perbuatannya setelah mengikuti Kristus, ia ungkapkan bagian cintakasih itu yang telah diambil dari Gurunya. Umumnya ia memiliki kesetiaan dalammengikuti Kristus hingga mendampingi-Nya saat Gurunya itu wafat di salib,bersedih mencarinya di makam dan akhirnya menemukan Dia. Namun yang palingmenonjol aspek cinta kasih yang diambil dari Yesus Kristus ialah memiliki sukacita, keberanian, semangat, kebenaran dan ketulusan untuk mewartakan kepadarekan-rekannya, bahwa “Aku telah melihat Tuhan”. Dengan bertindak seperti ini, Maria Magdalena ingin menginspirasi pararasul dan kita semua, seolah-olah menantang kita: ayolah, aku sudah ambilbagianku dari cinta kasih Guru kita, Yesus Kristus, maka kini giliran kalianuntuk ambil bagian dari cinta kasih Yesus itu. Jangan biarkan tebaran cintakasih Yesus Kristus itu sia-sia saja, tanpa disukai dan diambil. Pertanyaanrefleksi bagi kita ialah: Sudahkah saya mengambil bagian dalam cinta kasihKristus itu dan bagian apakah itu yang sedang saya hayati sekarang di dalamhidup saya? Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Terima kasih ya Tuhan Yesus Kristus atas ajarancinta kasih-Mu yang begitu besar dan membuka pintu bagi kami untuk mengambilbagian di dalamnya. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalamnama Bapa...
Kencan Dengan Tuhan - Senin, 21 Juli 2025Bacaan:"Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus." (Markus 10:50) Renungan: Bartimeus adalah seorang pengemis yang buta. Entah apakah dia masih berharap untuk mendapatkan kesembuhan dari cacatnya itu atau sudah putus harapan, kita tidak tahu. Tapi saat ia mendengar tentang Yesus, pengharapannya muncul kembali. Ini terlihat dari teriakan-teriakannya. Setelah diizinkan untuk bertemu Yesus, Bartimeuspun menanggalkan jubahnya, berdiri dan mendapatkan Yesus. Bartimeus tidak membutuhkan jubah yang setia menemaninya meminta-minta selama ini karena dia yakin akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Dia yakin bahwa Yesus akan membawanya ke status yang baru, bukan lagi sebagai pengemis, yang hidupnya bergantung pada belas kasihan orang lain. Bartimeus telah meninggalkan statusnya yang lama, dan bersama Yesus ia mendapat status yang baru. Mungkin saat ini orang lain sudah memberikan label kepada kita karena jubah yang selalu kita pakai. Kita memakai jubah kesombongan, sehingga orang menyebut kita sebagai orang sombong. Kita memakai jubah ketakutan dan kekhawatiran; kita memakai jubah kemalasan; kita memakai jubah pemarah dan sebagainya. Marilah kita tanggalkan jubah-jubah itu dan segera bangkit serta berlari mendapatkan Yesus. Yesus akan membawa kita menemukan status yang baru, yaitu sebagai seorang pemenang. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, bantulah aku untuk melepaskan jubah-jubah negatif yang selama ini aku pakai untuk menutupi kekuranganku. Masuklah dalam hatiku dan berkuasalah, sehingga Engkau memperbaharui hatiku untuk siap menjadi seorang pemenang yang menjadi kebanggaan-Mu dan menjadi berkat bagi sesamaku. Amin. (Dod).
Panduan Jelajah Kolaboraya adalah kerangka kerja tiga hari bagi Fasilitator Ekosistem untuk memperkuat Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) melalui Pendekatan Berbasis Aset. Alih-alih fokus pada kelemahan, panduan ini mendorong identifikasi dan pemanfaatan kekuatan, kapasitas, serta sumber daya yang sudah ada dalam ekosistem. Kekuatan ekosistem OMS didefinisikan melalui tiga pilar utama: Koneksi (luas, beragam, saling ketergantungan, dan berkualitas), Kolaborasi (berbagi SDM, dana, teknologi, informasi, dan pengetahuan), serta Perubahan & Dampak (relevansi dan signifikansi hasil kolektif). Dengan pendekatan ini, "kelemahan" dianggap sebagai peluang untuk mengundang aktor atau peran baru yang dapat membawa aset pelengkap, sehingga ekosistem menjadi lebih tangguh, adaptif, dan efektif dalam mendorong perubahan sosial. Hari pertama Jelajah Kolaboraya didedikasikan untuk mengidentifikasi kekuatan dan aset dalam tiga ekosistem OMS yang berbeda secara paralel. Setiap ekosistem akan memetakan aktor-aktor utamanya dan aset unik yang mereka miliki terkait koneksi, kolaborasi, dan dampak. Pada hari kedua, ketiga ekosistem tersebut akan berkumpul dalam sesi pleno untuk berbagi kekuatan dan aset yang telah mereka temukan. Diskusi akan diperluas untuk menganalisis enam elemen krusial ekosistem (Ruang Sipil, Persepsi Publik, Model Pendanaan, Manajemen Talenta, Konteks & Momentum Aksi, serta Inkubasi & Akselerasi), diikuti dengan merumuskan aksi penguatan untuk setiap elemen. Di akhir hari kedua, ketiga ekosistem ini akan berpadu menjadi satu "ekosistem raya" yang lebih besar, dengan visi bersama dan rencana awal berbagi daya. Hari ketiga berfokus pada perumusan rencana penguatan ekosistem raya dan aksi kolektif transformatif untuk empat bulan ke depan, dengan memanfaatkan aset yang telah diidentifikasi. Uniknya, rencana aksi kolektif ini akan dikemas dalam format podcast. Setiap kelompok akan menyiapkan dan merekam podcast singkat yang merangkum visi ekosistem raya, aset utamanya, serta rencana aksi kunci mereka. Podcast ini bertujuan untuk dibagikan di Pasar Kolaboraya Nasional, tidak hanya sebagai bentuk akuntabilitas tetapi juga sebagai alat advokasi dan undangan bagi kolaborasi lebih lanjut, menunjukkan kekuatan kolektif yang telah dibangun.
Modern Wisdom: Read the notes at at podcastnotes.org. Don't forget to subscribe for free to our newsletter, the top 10 ideas of the week, every Monday --------- Jeffrey Katzenberg is a media mogul, film producer, and co-founder of DreamWorks. Hari Ravichandran is a serial entrepreneur, founder, and CEO of Aura. From bringing joy to millions of childhoods through beloved Disney films to now addressing the digital challenges facing today's youth, Jeffrey Katzenberg has partnered with Hari Ravichandran to lead a new revolution focused on safeguarding the mental health and online safety of the next generation. At the heart of it all is this vital question: how do we keep children safe online? Expect to learn what Jeffery Katzenberg is up to and the current state of modern media and film, how to reinvent yourself at pivotal moments, how to get better at dealing with change and disappointment, what the data says about kids, online safety & how parents can better protect their kids online, the big problems with mental health of the younger generation & how to best address their growing issues, and much more… Sponsors: See discounts for all the products I use and recommend: https://chriswillx.com/deals Get a Free Sample Pack of LMNT's most popular Flavours with your first purchase at https://drinklmnt.com/modernwisdom Get 35% off your first subscription on the best supplements from Momentous at https://livemomentous.com/modernwisdom Get a 20% discount on Nomatic's amazing luggage at https://nomatic.com/modernwisdom Get the best bloodwork analysis in America at https://functionhealth.com/modernwisdom Timestamps: (00:00) What Jeffrey Does & What Makes a Good Story? (10:51) What Drives Jeffrey & Hari? (16:40) What's The State Of Modern Cinema? (23:04) Jeffrey & Hari on the Star Wars Universe, Gaming, & Dealing With Change (38:05) What Technology Is Doing To Younger Kids? (46:45) The Data Behind Keeping Kids Safe Online (1:00:01) Should We Ban Social Media For Anyone Under 16? (1:07:24) Why Parents Are the Key to Digital Safety (1:14:09) The Impact Of Wearable Devices & Celebrity Endorsements On Aura (1:23:24) How Early Screen Habits Affect Lifelong Patterns (1:32:51) The Hidden Costs Of Fame & How To Learn From Your Failures (1:41:32) The Trends Associated With Bullying & What Parents Can Do About It (1:51:38) Chris' Thoughts On Adolescence (1:58:50) Learn More About Jeffrey, Hari, & Aura.com Extra Stuff: Get my free reading list of 100 books to read before you die: https://chriswillx.com/books Try my productivity energy drink Neutonic: https://neutonic.com/modernwisdom Episodes You Might Enjoy: #577 - David Goggins - This Is How To Master Your Life: https://tinyurl.com/43hv6y59 #712 - Dr Jordan Peterson - How To Destroy Your Negative Beliefs: https://tinyurl.com/2rtz7avf #700 - Dr Andrew Huberman - The Secret Tools To Hack Your Brain: https://tinyurl.com/3ccn5vkp - Get In Touch: Instagram: https://www.instagram.com/chriswillx Twitter: https://www.twitter.com/chriswillx YouTube: https://www.youtube.com/modernwisdompodcast Email: https://chriswillx.com/contact - Learn more about your ad choices. Visit megaphone.fm/adchoices
Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 19 Juli 2025Bacaan: "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2)Renungan: Suatu ketika pasangan ganda putra bulutangkis Indonesia, Chandra dan Tony merasa tegang saat menghadapi babak final bulutangkis ganda di Olimpiade Sidney 2000. Dalam keadaan seperti itu mereka menghubungi Andrie Wongso, konsultan non teknis/motivator mereka. Ia menyarankan agar mereka membuka kran air dan berteriak keras-keras, "Aku juara!" Mereka mempraktikkan nasihat itu. Teriakan itu membantu melepaskan segala beban yang menindih mereka. Kegelisahan dan kecemasan mereka juga hilang, sehingga pada saat pertandingan, mereka bisa bermain dengan tenang dan tanpa beban. Akhirnya mereka menang dan mendapat medali emas untuk Indonesia. Mungkin kita juga pernah menghadapi kesulitan dan ketegangan dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Mungkin kita terjepit masalah keuangan, sakit penyakit, problem rumah tangga yang berat atau pekerjaan. Pada saat seperti itu kita tidak tahu harus mencari pertolongan ke mana atau menghubungi siapa. Tetapi Tuhan berfirman, "Berserulah kepadaku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." (Mzm 50:15). Tuhan selalu siap menjadi motivator, konselor dan penolong kita. Sebagai penolong dalam kesesakan, Allah tidak pernah mengecewakan dan sungguh sangat terbukti. Datanglah pada-Nya dan kita akan melihat kuasa-Nya bekerja. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, kini aku tahu kemana aku harus datang saat kehidupanku tidak mengalir seperti yang aku kehendaki. Engkaulah satu-satunya sumber kekuatan dan pengharapanku. Yesus, jangan biarkan hatiku meragukan kuasa-Mu, tetapi tambahkanlah iman percayaku pada-Mu, maka aku akan melihat kuasa-Mu bekerja secara sempurna dalam hidupku. Amin. (Dod).
In this week's episode of Business Buying Strategies, we are treated to a special Q&A session from the annual Marbella retreat featuring a panel of seasoned members from Jonathan's inner circle group. These accomplished entrepreneurs, who have collectively acquired dozens of businesses, discuss their experiences and share invaluable tips on acquiring businesses with minimal capital outlay. The panellists, including Hari, Simon, Tim, Jon, and Ben, dive deep into topics such as the importance of getting started, whether to take a targeted or scattergun approach, managing acquisitions without creating a 'job' for oneself, and the key factors in post-acquisition success. Additionally, they candidly share lessons learned from their own business failures and discuss strategic exits. The episode offers rich, firsthand insights, practical advice for aspiring deal-makers, and underscores the importance of learning from those who have successfully navigated the business acquisition landscape. Key moments 00:42 Panel Discussion Introduction 01:11 Hari's Business Journey 01:58 Simon's Acquisition Experience 02:35 Tim's Business Ventures 02:57 Jon's Acquisition Success 03:24 Ben's First Acquisition 04:06 Audience Q&A: Getting Started 06:51 Audience Q&A: Targeted vs. Scattergun Approach 09:18 Audience Q&A: Selecting the Right Business 11:24 Audience Q&A: Post-Acquisition Decisions 14:02 Audience Q&A: Increasing Deal Flow 16:56 Audience Q&A: Personal Growth and Mindset 22:11 Audience Q&A: Handling Failures 25:47 Audience Q&A: Using PR for Deal Flow 28:04 Audience Q&A: Exiting Strategies 31:08 Conclusion and Final Thoughts ** Looking for a great acquisition lawyer in the UK? Use mine! ** If you are looking for a lawyer in the UK to help you get the deal over the line, then use my own lawyer, John Andrews. You can phone his office at (0345) 2412494 or email him at johnandrews.deallawyer@jmw.co.uk. Ready to get started? Here's how you can start your business buying journey… Download our free Business Buying Toolkit https://dealmakers.co.uk/business-buying-toolkit Join our Business Acquisition FastTrack programme https://www.dealmakers.co.uk/fast Already bought a business? if you've already bought a business, you should be part of my Inner Circle group where we discuss raising capital, integration management, and exiting. Email Maria on hello@thedealmakersacademy.com for more information.
Indonesians in Sydney celebrated the 80th Independence Day of the Republic of Indonesia by organizing a public bazaar. - Warga Indonesia di Sydney merayakan Hari Kemerdekaan RI yang ke 80 dengan menyelenggarakan bazar umum.
Kencan Dengan Tuhan - Kamis, 17 Juli 2025Bacaan: "Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:39)Renungan: Sir Willam Osler, seorang yang dikenal berotak cemerlang mengatakan bahwa sebenarnya otaknya berkualitas sedang. Ia bisa mencapai yang terbaik di dalam hidupnya karena la telah belajar menerapkan hidup dalam jangka waktu terbatas. Artinya kita harus menutup rapat-rapat "pintu belakang" dan "pintu depan". Salah satu hal yang sering menyiksa manusia sehingga tidak bisa menikmati kehidupan ini adalah kebiasaan membiarkan kesedihan serta kekecewaan masa lalu (pintu belakang) dan khawatir memikirkan hari esok (pintu depan). Osler menegaskan bahwa cara terbaik untuk menyiapkan hari esok adalah melaksanakan apa yang semestinya kita kerjakan hari ini sebaik-baiknya tanpa disertai kekhawatiran akan hari esok. Kepada mahasiswa yang diajarnya ia mengatakan bahwa mereka harus selalu memulai hari mereka seperti doa yang diajarkan Yesus, "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya." (Mat 6:11). Ini bukan berarti bahwa kita tidak perlu merencanakan sesuatu untuk masa depan atau tidak boleh memersiapkan kebutuhan untuk hari esok. Tetapi janganlah kekhawatiran hari esok membebani hati dan pikiran sehingga kita tidak bisa mengerjakan dengan baik pekerjaan hari ini. Bukankah beban hari ini jika ditambah dengan beban hari esok akan lebih memberatkan? Ketika melalui hari ini tanpa gangguan dengan beban hari esok, kita bisa bekerja dengan maksimal hari ini dan melakukan semuanya dengan baik sehingga kita dapatmemersiapkan hari esok dengan lebih baik. Kekhawatiran tidak akan mendatangkan keuntungan. Orang yang selalu khawatir pasti hidupnya tidak tenang, tertekan dan akhirnya merusak kesehatannya sendiri. Dia yang memelihara kita adalah Tuhan yang hidup dan dapat diandalkan. Kalau Ia mengajarkan kita untuk tidak khawatir, itu berarti bahwa Ia menjamin seluruh kehidupan kita termasuk apa yang kita khawatirkan. Kuncinya adalah percaya pada pemeliharaan-Nya dan lakukan yang terbaik hari ini. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, ampunilah aku karena aku sering meragukan kesetiaan-Mu yang senantiasa menyertai dan memelihara aku. Roh kekhawatiran akan segala sesuatu dalam hidupku selalu menjerat aku, sehingga kuasa-Mu tidak bisa bekerja secara penuh dalam diriku. Ajarilah aku bahwa walau aku manusia biasa, tapi aku punya Allah yang luar biasa yang sanggup berbuat segala sesuatu yang mustahil bagiku. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Rabu, 16 Juli 2025Bacaan: "Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan Tuhan daripada banyak harta dengan diserta kecemasan." (Amsal 15:16)Renungan: Benyamin Franklin berkata, "Uang tidak pernah menjadikan seseorang bahagia dan memang tidak akan pernah. Semakin banyak seseorang memiliki uang dan kekayaan, semakin banyak yang ia inginkan. Kekosongan demi kekosongan akan selalu timbul. Ketika suatu keinginan dipuaskan, maka akan timbul keinginan-keinginan berikutnya dalam bentuk lain." Meskipun harus diakui bahwa manusia membutuhkan uang, tetapi uang bukanlah segalanya. Uang tidak bisa membeli kebahagiaan dan kekayaan tidak akan pernah mendatangkan kepuasan bagi jiwa kita. Satu-satunya Pribadi yang dapat memberikan kebahagiaan dan kepuasan jiwa adalah Tuhan. Betapa banyak pengikut Yesus setelah memperoleh segalanya kemudian melupakan Tuhan. Kita lupa bahwa semua fasilitas yang ada termasuk uang yang ada di tangan kita adalah pemberian Tuhan dan milik Tuhan. Kita hanya dipercaya untuk memakai apa yang bukan milik kita. Amsal 15:16 berkata, "Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan Tuhan daripada banyak harta dengan diserta kecemasan." Kekayaan dan uang yang berlimpah tanpa takut akan Tuhan tidak akan pernah menjamin kebahagiaan dan kepuasan kita. Waspadalah kalau hati kita mulai condong kepada uang, menganggap uang adalah segalanya. Hal ini dapat membutakan hati nurani kita sehingga kita dapat jauh dari Tuhan. Takutlah akan Tuhan maka berkat dan kebahagiaan akan mengikuti kita. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, aku bersyukur karena aku memiliki Engkau. Berapapun banyaknya kekayaan yang ku miliki, namun Engkaulah yang ada di atas segala-galanya bagiku. Jangan biarkan harta duniawi menyilaukan hatiku sehingga perlahan-lahan menjauhkan aku daripada-Mu. Bantulah aku Tuhan, agar dengan harta yang kumiliki, aku dapat memuliakan nama-Mu dan dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Amin. (Dod).
Jeffrey Katzenberg is a media mogul, film producer, and co-founder of DreamWorks. Hari Ravichandran is a serial entrepreneur, founder, and CEO of Aura. From bringing joy to millions of childhoods through beloved Disney films to now addressing the digital challenges facing today's youth, Jeffrey Katzenberg has partnered with Hari Ravichandran to lead a new revolution focused on safeguarding the mental health and online safety of the next generation. At the heart of it all is this vital question: how do we keep children safe online? Expect to learn what Jeffery Katzenberg is up to and the current state of modern media and film, how to reinvent yourself at pivotal moments, how to get better at dealing with change and disappointment, what the data says about kids, online safety & how parents can better protect their kids online, the big problems with mental health of the younger generation & how to best address their growing issues, and much more… Sponsors: See discounts for all the products I use and recommend: https://chriswillx.com/deals Get a Free Sample Pack of LMNT's most popular Flavours with your first purchase at https://drinklmnt.com/modernwisdom Get 35% off your first subscription on the best supplements from Momentous at https://livemomentous.com/modernwisdom Get a 20% discount on Nomatic's amazing luggage at https://nomatic.com/modernwisdom Get the best bloodwork analysis in America at https://functionhealth.com/modernwisdom Timestamps: (00:00) What Jeffrey Does & What Makes a Good Story? (10:51) What Drives Jeffrey & Hari? (16:40) What's The State Of Modern Cinema? (23:04) Jeffrey & Hari on the Star Wars Universe, Gaming, & Dealing With Change (38:05) What Technology Is Doing To Younger Kids? (46:45) The Data Behind Keeping Kids Safe Online (1:00:01) Should We Ban Social Media For Anyone Under 16? (1:07:24) Why Parents Are the Key to Digital Safety (1:14:09) The Impact Of Wearable Devices & Celebrity Endorsements On Aura (1:23:24) How Early Screen Habits Affect Lifelong Patterns (1:32:51) The Hidden Costs Of Fame & How To Learn From Your Failures (1:41:32) The Trends Associated With Bullying & What Parents Can Do About It (1:51:38) Chris' Thoughts On Adolescence (1:58:50) Learn More About Jeffrey, Hari, & Aura.com Extra Stuff: Get my free reading list of 100 books to read before you die: https://chriswillx.com/books Try my productivity energy drink Neutonic: https://neutonic.com/modernwisdom Episodes You Might Enjoy: #577 - David Goggins - This Is How To Master Your Life: https://tinyurl.com/43hv6y59 #712 - Dr Jordan Peterson - How To Destroy Your Negative Beliefs: https://tinyurl.com/2rtz7avf #700 - Dr Andrew Huberman - The Secret Tools To Hack Your Brain: https://tinyurl.com/3ccn5vkp - Get In Touch: Instagram: https://www.instagram.com/chriswillx Twitter: https://www.twitter.com/chriswillx YouTube: https://www.youtube.com/modernwisdompodcast Email: https://chriswillx.com/contact - Learn more about your ad choices. Visit megaphone.fm/adchoices
Kencan Dengan Tuhan - Selasa, 15 Juli 2025Bacaan: "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang..." (Kejadian 19:17)Renungan: Ketika Sodom dan Gomora hendak dibumihanguskan karena memuncaknya kebejatan moral penduduknya, Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk menyelamatkan Lot dan Keluarganya. Malaikat itu juga berpesan, "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang."Tetapi istri Lot menoleh ke belakang dan menjadi tiang garam. Ketika bangsa Israel telah dilepaskan dari perbudakan di Mesir, raja Firaun mengejar kembali bangsa Israel. Ketika orang Israel menengok ke belakang, terlihatlah bahwa tentara Firaun mengejarnya; mereka menjadi sangat takut. Dari kisah tersebut kita dapat mengambil makna rohani, yaitu janganlah menengok kembali kegagalan-kegagalan kita di masa lalu, tetapi pandanglah ke masa depan cerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Jika keadaan berat sedang menghimpit kita saat ini, arahkan pandangan kita pada Yesus. Jangan menoleh ke belakang. Jangan sampai kegagalan masa lalu dan belenggu-belenggu masa silam melemahkan iman kita. Jika Tuhan dipihak kita, siapa yang dapat melawan kita. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, aku bangga punya Allah yang luar biasa seperti Engkau. Engkau senantiasa ada untukku dalam setiap pergumulan hidupku. Tambahkan imanku, karena aku percaya, dengan imanku aku dapat menggerakkan kuasa-Mu untuk turun membantu menyelesaikan permasalahanku. Jangan biarkan kegagalan dan kekecewaan masa lalu menguasaiku, tetapi tanamkanlah dalam hati dan pikiranku, bahwa Engkau lebih besar dari semua masalahku dan penyakitku. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Senin, 14 Juli 2025Bacaan: "..... Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15)Renungan: Suatu ketika Tony Campolo menceritakan tentang kunjungannya ke rumah duka karena ada seseorang yang meninggal. Tanpa sengaja ia mengunjungi ruangan yang salah. Di ruangan itu hanya ada jenazah seorang laki-laki tua dan istrinya yang menjaga jenazah itu. Istrinya adalah satu-satunya pengunjung yang hadir. Wanita itu kelihatann begitu kesepian sehingga Campolo memutuskan untuk tetap tinggal dan mengikuti pemakaman. Ia bahkan mengantarkan jenazah itu ke tempat penguburan. Di akhir ibadah penguburan itu, Campolo akhirnya mengaku kepada janda itu bahwa ia tidak mengenal suaminya. Janda itu berkata, "Saya sudah menyadarinya. Tetapi hal itu tidak penting. Yang harus anda ketahui adalah betapa berartinya kehadiran anda dan apa yang anda lakukan untuk saya. Saya merasa tidak sendirian menanggung duka ini, karena kehadiran anda menguatkan saya." Seringkali orang yang sedang menderita perlu kehadiran orang-orang seperti Campolo. Seseorang yang hadir pada saat dibutuhkan, yang mau mendengar, yang tidak tergesa-gesa ingin pergi, yang bersedia memeluk, merangkul dan menangis bersama. Pendek kata, seseorang yang menyediakan diri dan mau menyelami perasaan orang yang sedang dalam kesusahan. Tuhan Yesus sudah memulainya untuk kita. Kini Ia mau kita melakukan hal yang sama terhadap sahabat, kenalan, keluarga dan orang-orang yang kita kasihi. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau selalu ada untukku. Walau secara jasmani Engkau tidak hadir dalam setiap kesusahanku, tapi kuasa penyertaan-Mu senantasa ada untukku. Terima kasih juga atas kehadiran-Mu dalam diri orang-orang yang senantiasa Kau kirim untuk menguatkan dan mendoakanku. Mampukan aku juga Yesus, agar kehadirankupun dapat memberikan kekuatan dan ketenangan bagi mereka yang mengalami pergumulan dalam hidupnya. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 12 Juli 2025Bacaan: "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5: 18)Renungan: Suatu ketika seorang ibu menceritakan pengalamannya mengenai keponakan-keponakan yang berdatangan ke rumahnya, "Aku selalu repot setiap hari karena keponakan-keponakanku selalu berdatangan dan mengacaukan rumahku. Mereka meletakkan sepatu sesukanya, melahap habis isi kukasku dan menambah cucian piring-piringku." Tetapi ketika seorang janda bercerita mengenai kesepian yang dalam karena ia tidak mempunyai sanak saudara apalagi keponakan, Ibu tadi menemukan sesuatu yang harus disyukuri. Ia akhirnya bersyukur karena ia masih mempunyai keluargadan keponakan yang membuat ceria rumahnya. Ketika kita mulai bersungut-sungut karena sesuatu, pikirkanlah apa yang seharusnya kita syukuri dari kejadian itu. Banyak sekali orang yang telah kehilangan ucapan syukur di dalam dirinya. Ucapan syukur itu telah digantikan dengan ribuan sungut-sungut sehingga tidak ada kejadian yang tidak ditanggapi dengan bersungut-sungut. Ketika kita tidak belajar bersyukur, maka segala sesuatu yang terjadi di sekeliling kita akan terasa sangat menjengkelkan, sangat mengganggu, sangat memberatkan bahkan bisa membuat kita stres. Marilah kita mulai bersyukur atas apapun yang terjadi dalam hidup ini. Ucapan syukur kita berharga di mata Tuhan dan akan diubah menjadi berkat yang berkelimpahan. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, seringkali aku kehilangan ucapan syukur ketika satu peristiwa yang tidak sesuai dengan kehendak ku terjadi. Bantulah aku untuk senantiasa bisa melihat hal yang positif dalam setiap peristiwa negatif yang melanda hidupku, sehingga melalui hal yang positif itu walau kecil sekalipun, aku bisa mengucap syukur kepada-Mu. Amin. (Dod).
Learn how to congratulate someone on their work or wedding anniversary. - Mari belajar bagaimana memberikan ucapan selamat atas hari jadi atau ulang tahun.
Kencan Dengan Tuhan - Kamis, 10 Juli 2025Bacaan: "Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu." (Mazmur 90:17)Renungan: Seorang kulit putih berkeinginan mengajarkan kepada seorang anak pribumi Kepulauan Solomon tentang cara berjudi. "Saya tidak mempunyai tangan, tuan," kata anak kecil itu. "Lho, bukankah kamu memiliki sepasang tangan?" tanya orang Eropa itu dengan keheranan. "Ya, benar," ujar anak itu, " tetapi tangan ini bukan milik saya. Tangan ini milik Yesus." Ada begitu banyak pekerjaan Tuhan di dunia ini yang belum terselesaikan, dan Dia membutuhkan tangan-tangan kita untuk membantu menyelesaikannya. Tapi terkadang kita tidak menyadari bahwa ke dua tangan kita adalah tangan berkat yang harus disalurkan untuk membantu pekerjaan Tuhan, sehingga banyak yang terjadi tangan-tangan tersebut disalah gunakan untuk pekerjaan yang sia-sia di mata Tuhan. Berjudi, korupsi, membunuh, memukul yang lemah dan sebagainya. Tuhan tidak punya tangan lagi di dunia, dan saat ini Dia butuh tangan kita menjadi kepanjangan tangan-Nya untuk memberikan mujizat bagi hibup orang lain. Perhatikanlah, apakah orang-orang di sekitar kita membutuhkan uluran tangan kita? Untuk merangkul pasangan yang sedang punya banyak masalah, untuk bertepuk tangan ketika anak kita meraih kesuksesan, untuk memeluk anak kita ketika dia ketakutan karena tidak bisa memenuhi target orang tua untuk memeroleh nilai tinggi. Untuk memapah dan menuntun tangan orangtua kita yang sudah susah untuk berjalan. Untuk mengajari pembantu ketika mereka salah dalam bekerja. Untuk menggengam tangan sahabat yang sedang bermasalah. Untuk menengadah di hadapan Tuhan ketika orang yang kita kasihi membutuhkan doa kita. Untuk berbagi pada saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan. Maukah tangan kita dipakai Tuhan menjadi kepanjangan tangan Tuhan? Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, terima kasih atas sepasang tangan yang Kau berikan padaku Berkati tangan-tanganku ini agar bisa menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Kuduskan tanganku saat ini ya Yesus, agar kalau hari ini ada orang lain yang membutuhkan pertolonganku, aku mampu mengulurkan tanganku sehingga menjadi mujizat yang dapat mengubah hidup orang lain. Yesus, jadikan tanganku seperti tangan-Mu sendiri. Amin. (Dod)
These verses have spiritual power in them. Puṇya, śravaṇa-kīrtana. Puṇya! Everyone wants some puṇya, but what's the best way to get puṇya? By just staying in contact with these ślokas. They're pregnant with puṇya. And when one reads them, hears them, memorizes them, it comes out because they are transcendental. "Itaṁ bhūta-guṇo Hari"—they have the same quality as Krishna does; they're transcendental. So, when you stay absorbed in these ślokas and these śāstras, you'll get this kind of spiritual enlivening and spiritual credit that comes from this very powerful, uttama-śloka. So, they purify us. They prepare us for the time of death. In the Gajendra-mokṣaṇa, we'll find that Gajendra, who had been King Indradyumna in his last life, when he offended the sage, the sage became angry at him and cursed him, “You become a dumb animal in your next life!” So, he became an elephant. And then Gajendra was bathing one day with his family, and he got captured by a crocodile. And when he was in great anxiety, he remembered the ślokas that he had recited dutifully in his previous life. In that section of the Bhāgavatam, Śrīla Prabhupāda mentions that besides chanting, “Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare, Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare,” one should also learn some Stotram, like Cintāmaṇi-prakara-sadmasu (like we're learning the Brahma-saṁhitā altogether), or the Nṛsiṁha prayers, or some other kind of Stotram. And one should become very well acquainted with it, he said, because if some of my students don't happen to—you know, if they happen to make some slip and they become an animal in the next life—they'll even be saved from that. This is how potent memorizing these ślokas are. They're indelible. They go into the heart, the subtle body, and they stay there. And one can take shelter of those ślokas at any time, even in the next lifetime. So, think of it as the best investment of your time. So here are a few quotes from Śrīla Prabhupāda about learning verses. ------------------------------------------------------------ To connect with His Grace Vaiśeṣika Dāsa, please visit https://www.fanthespark.com/next-steps/ask-vaisesika-dasa/ ------------------------------------------------------------ Add to your wisdom literature collection: https://iskconsv.com/book-store/ https://www.bbtacademic.com/books/ https://thefourquestionsbook.com/ ------------------------------------------------------------ Join us live on Facebook: https://www.facebook.com/FanTheSpark/ Podcasts: https://podcasts.apple.com/us/podcast/sound-bhakti/id1132423868 For the latest videos, subscribe https://www.youtube.com/@FanTheSpark For the latest in SoundCloud: https://soundcloud.com/fan-the-spark ------------------------------------------------------------ #spiritualawakening #soul #spiritualexperience #spiritualpurposeoflife #spiritualgrowthlessons #secretsofspirituality #vaisesikaprabhu #vaisesikadasa #vaisesikaprabhulectures #spirituality #bhaktiyoga #krishna #spiritualpurposeoflife #krishnaspirituality #spiritualusachannel #whybhaktiisimportant #whyspiritualityisimportant #vaisesika #spiritualconnection #thepowerofspiritualstudy #selfrealization #spirituallectures #spiritualstudy #spiritualquestions #spiritualquestionsanswered #trendingspiritualtopics #fanthespark #spiritualpowerofmeditation #spiritualteachersonyoutube #spiritualhabits #spiritualclarity #bhagavadgita #srimadbhagavatam #spiritualbeings #kttvg #keepthetranscendentalvibrationgoing #spiritualpurpose
Last time we spoke about the allied invasion of Balikpapan. In June 1945, the war in the Pacific escalated as American forces, spearheaded by Generals Eichelberger and Krueger, fiercely battled the entrenched Japanese on Luzon. Despite harsh conditions and fierce resistance, the Americans made crucial advances, capturing key positions that rekindled hope for the Filipino people. Concurrently, preparations for the invasion of Balikpapan intensified. The Australian 7th Division assembled for a July 1 amphibious assault against a heavily fortified Japanese defense, known for its formidable coast artillery and entrenched positions. The Australians faced fierce opposition upon landing; however, skilled maneuvering and robust artillery support allowed them to swiftly gain a foothold. As the Australians secured their beachhead, they marked the beginning of a challenging campaign against determined Japanese forces in Balikpapan, setting the stage for further confrontations in the Pacific theater. This episode is Victory at Bougainville Welcome to the Pacific War Podcast Week by Week, I am your dutiful host Craig Watson. But, before we start I want to also remind you this podcast is only made possible through the efforts of Kings and Generals over at Youtube. Perhaps you want to learn more about world war two? Kings and Generals have an assortment of episodes on world war two and much more so go give them a look over on Youtube. So please subscribe to Kings and Generals over at Youtube and to continue helping us produce this content please check out www.patreon.com/kingsandgenerals. If you are still hungry for some more history related content, over on my channel, the Pacific War Channel you can find a few videos all the way from the Opium Wars of the 1800's until the end of the Pacific War in 1945. We last left off on Bougainville, by mid-April, Brigadier Heathcote Hammer's 15th Brigade had commenced its crucial task of relieving Brigadier Field's weary and battered 7th Brigade. This transition came at a pivotal moment when Brigadier Stevenson's 11th Brigade successfully secured the Soraken Peninsula, a strategic point on Bougainville's southern coast, while also continuing their efforts to contain enemy forces along the notorious Numa Numa Trail, a crucial supply route for Japanese troops. Supported by reinforcements in artillery and air power, Generals Savige and Bridgeford were optimistic about continuing their limited offensive toward the south. Their immediate objective was to capture the line of the Hongorai River, considered a significant tactical advantage, followed by the Hari River, which would serve as the 15th Brigade's main aim. On the opposing side, General Kanda had learned a harsh lesson about the ineffectiveness of banzai charges during the fierce fighting at the Battle of Slater's Knoll. This costly experience prompted him to alter his strategy significantly. He decided to pull his remaining troops back to a defensive perimeter focused around Buin, which is located in the southern region of Bougainville. Here, he reinforced his defenses with garrison troops from Kieta, situated on the eastern side of Bougainville, the Shortlands Islands to the northwest, and the Fauros Islands to the northeast. However, with this concentration of forces not expected to be operational until July, the troops stationed in the forward areas were tasked with executing a critical delaying action in the meantime, buying precious time for reinforcements to arrive. Meanwhile, on April 17, the Australian 24th Battalion began its advance along the Buin Road, a vital route for both supply and troop movement. Two companies made their way toward Dawe's Creek, while another company launched an assault against the enemy strongholds at Kindara. Remarkably, they broke through enemy lines the following day, pushing further to Sindou Creek and Umam Creek. Here, they faced multiple sharp counterattacks over the next week, demonstrating the fierce resistance from Japanese forces determined to hold their ground. As patrols moved deeper into the thick jungle on either side of the Buin Road, the struggle became increasingly intense. Each advance was hard-fought, marked by skirmishes that tested the resolve and endurance of the Australian soldiers. Finally, on April 26, the advance resumed in earnest, making rapid gains toward the Hongorai River. The combination of heavy air support and relentless artillery bombardment had effectively dispelled any opposition along the route, allowing the Australians to push forward with renewed vigor. By May 4, as the 24th Battalion finally approached the banks of the Hongorai River, they encountered significant resistance. However, on the 4th Lieutenant Lawn's platoon was advancing with two tanks and a bulldozer when the crew of the leading tank came to a log across the road and saw movement in the bush. A burst of machine-gun fire from the tank cut the leaves away and revealed the barrel of a field gun. The first round fired from the tank's 2-pounder disabled the enemy gun and the enemy seemed to flee. Farther ahead, however, a mine exploded at the rear of the second tank. It was discovered that it had been exploded with a wire by a Japanese concealed in the bush. Henceforward mines and concealed guns were encountered more and more frequently. They were detected chiefly by the practised eyes of the engineer teams of Major Needham's 15th Field Company who became increasingly skilful. Mechanical detectors were defeated by several sorts of mine employed wooden boxes filled with T.N.T., for example; but their presence was betrayed by protruding fuses, wires, disturbed earth, and confirmed by prodding with a bayonet. As the 24th Battalion neared the Hongorai it became evident that the Japanese intended to make the Australians pay a price for each advance, and that they were willing to trade a field gun for a tank at every opportunity. On the 4th and many later occasions leading tanks were fired on at a range of a few yards by guns cleverly concealed beside the track, but in positions from which the Japanese could not hope to extricate them. In other respects also the Japanese tactics were improving and their striking power was strengthened. Each forward Australian battalion was now under frequent artillery fire, evidently directed by Japanese observers who remained close to the Australian advance, and it was this which was now causing most of the casualties. The shells usually burst in the trees and their fragments were scattered over a wide area with lethal effects. To counter the tanks the Japanese were now establishing their positions not astride the track but about 100 yards from it in places where the tanks could not reach them until a side track had been made. The Hongorai River, a critical geographical landmark, ran through Bougainville's lush terrain, acting as both a natural barrier and tactical objective. In late April, the 9th Battalion had continued to push forward across the Huio River, a vital waterway that intersected with Japanese defenses. They faced some enemy resistance but managed to clear the Horinu-Rumiki Trail by the end of the month. This narrow, winding path had strategic importance, connecting various units and enabling supplies to move closer to the frontline. On May 3, the 9th Battalion was finally relieved by the 57th/60th Battalion, which, due to its relative inexperience, found progress challenging along the Commando Road a route named after the elite Australian commandos who often operated in this area. Their inexperience in facing seasoned Japanese troops led to slower advances in the crucial days that followed. Meanwhile, the 2/8th Commando Squadron had been conducting deep reconnaissance patrols towards the Hari River and along the Tiger Road, determined to discover the extent of Japanese defenses south of the Hongorai. The Tiger Road, notorious for its rugged conditions, was pivotal for troop movements in the region. On May 5, the 24th Battalion, now bolstered by a newly assigned tank squadron, resumed its advance with renewed determination. However, they were once again halted by fierce defenders who launched a strong yet costly counterattack the following morning. This desperate but valiant effort by the Japanese troops resulted in significant casualties and demonstrated their resolve to maintain control of the Hongorai line. Subsequently, the Japanese forces ultimately abandoned their positions along the Hongorai during the night. Finally, on May 7, the Australians reached the Hongorai River, marking a significant milestone in their campaign. At that moment, the 57th/60th Battalion was securing a crucial crossing over the Hongorai on the Commando Road, enabling further advances into enemy territory. With the next objective focused on the line stretching from the Hari River to Monoitu and Kapana, Brigadier Hammer's battalions shifted their tactics for the second and third weeks of May. They undertook deep patrols into Japanese-occupied territory, gathering vital intelligence while also seeking to harass the enemy and disrupt their operations. Additionally, the commandos maintained their patrols along the challenging Tiger Road and established a new patrol base further north at Monorei. This base would serve as a critical outpost for monitoring enemy movements and launching further operations. Meanwhile, the 58th/59th Battalion explored the rugged areas south of the Buin Road, successfully clearing the Aitara Mission. This mission played a crucial role in their broader strategies, as it prepared them to execute a wide flanking maneuver aimed at cutting the road east of the Hongorai, further encircling Japanese forces. To support the advancing Australian forces, New Zealand aircraft launched significant attacks on Japanese concentrations positioned along the Buin and Commando Roads. On May 17, the 57th/60th Battalion crossed the upper reaches of the Hongorai River, advancing across a wide front along the Commando Road to draw the enemy's attention to that area. On the eve of this move Hammer issued an order of the day in a characteristic style. He spoke of his "undying admiration" for and "extreme confidence" in his men and told them that the next few weeks might see the major defeat of the Japanese in south Bougainville. "Go to battle as you have done in the last month and no enemy can withstand you." In the subsequent days, they successfully secured territory up to the Torobiru River, creating pressure on the Japanese lines and disrupting their defensive operations. On May 20, following a powerful air and artillery bombardment, the 24th Battalion finally launched its long-anticipated assault across the Hongorai River. This marked a turning point as they occupied the strategically significant Egan's Ridge by May 22. Egan's Ridge offered an elevated position that overlooked the surrounding terrain, making it crucial for controlling movement in the vicinity. Meanwhile, the 58th/59th Battalion executed a stealthy wide flanking maneuver towards Mayberry's Crossing, positioning themselves strategically to disrupt Japanese supply lines and communication. On May 21, the Australians moved out once more to cut the Buin Road at Runai, an essential route that facilitated movement and supplies for the Japanese forces. In the following days, the remaining sections of this critical road were secured as the Japanese forces west of the Hari River were forced to retreat, effectively diminishing their operational capabilities in the region. As these operations unfolded, the 2/8th Commando Squadron established a new base on Morokaimoro, positioning themselves for further reconnaissance and engagements. They began patrolling towards Taitai and the Mivo River, both vital points of interest as the Australians sought to gather intelligence on enemy movements. In the meantime, the 57th/60th Battalion pressed on to capture the Oso Junction by May 27. However, they encountered harassment from night raiding parties and artillery fire, which highlighted the persistent threat of Japanese resistance in this area. On 2nd June the main advance was resumed, the 58th/59th moving forward without opposition through positions which had been "completely devastated by air, artillery and mortars". "Not one enemy was found alive or dead," wrote the battalion diarist, "although a strong smell of death pervaded the whole area." A prisoner taken later in the day said that the air strike had completely demoralised the defenders, and when they heard the tanks approaching they had fled. On the left the 57th/60th reached the Sunin River against slight opposition. On the 3rd and 4th the 58th/59th continued the advance, moving slowly because of the need to disarm an unprecedentedly large number of mines and booby-traps-more than 100 in three days-until they reached the Peperu River. Patrols moving stealthily forward to the Hari and across it found evidence of much confusion, many positions dug but unoccupied, and small groups of Japanese at large. It was decided to attack frontally towards the Hari next day. At the same time, the 57th/60th Battalion also reached the Sunin River, facing only slight opposition during their advance. On June 6, the 58th/59th Battalion launched an attack towards the Hari River, but despite their efforts, they only managed to gain about 500 yards against strong defensive positions held by the Japanese. The next three days proved challenging as the 58th/59th Battalion, supported by tanks, found their progress impeded by swampy terrain, a road littered with hidden mines, and intermittent shellfire threatening their advance. The combined obstacles of the natural environment and determined enemy resistance severely limited their ability to make significant gains. In light of the pressing circumstances, Brigadier Hammer made a pivotal decision to send the 58th/59th Battalion on a shallow outflanking march to the north. Their mission was clear: cut the Buin Road several miles east of the Hari River. At the same time, the 57th/60th Battalion was tasked with thrusting wide to the south, maneuvering around the Ogorata River to intercept the same road near Rusei. After four days of concentrated air and artillery bombardment designed to weaken enemy defenses, the 58th/59th Battalion commenced its operation on June 12. They sent two companies forward to secure a position along the road, located 2,000 yards east of the Hari. This forward position was critical for their strategy to disrupt Japanese supply lines. Two days later, on June 14, these forces continued their advance eastward toward the Ogorata River, while the remainder of the battalion engaged the enemy at the Hari ford, a crucial crossing point. Despite the fierce opposition, the ford was finally secured on June 15, following another extensive bombardment that significantly diminished the Japanese presence along the road west of the Ogorata. This success was instrumental in facilitating further operations in the area. Concurrently, the 57th/60th Battalion had embarked on their mission on June 11, making slow but steady progress through the challenging, trackless bush. They ultimately found a path leading from Kingori to Rusei, where they began encountering Japanese resistance. Pushing through treacherous swampy terrain and dense bamboo thickets, the Australians reached the Buin Road at Rusei by June 15, successfully coordinating with patrols from the 58th/59th Battalion the following day. In addition to securing Rusei, a robust patrol from the 57th/60th Battalion set out along the northern flank to establish a patrol base north of Musaraka. This base detected a significant enemy presence behind them, leading to a critical reassessment of their positions. Consequently, in late June, the 24th Battalion was dispatched to take over the Taitai-Kingori-Katsuwa area, reinforcing the Australian foothold and securing vital routes in the region. Meanwhile, back to the south, the 57th/60th Battalion began to push eastward toward the Mobiai River on June 16. However, their advance quickly met strong opposition just 400 yards into enemy territory. Faced with determined resistance, the battalion executed a wide outflanking maneuver, a tactical shift that successfully forced the Japanese forces to withdraw by June 19, allowing the Australians to continue their advance. In the following days, the 57th/60th Battalion pressed steadily forward, ultimately encountering increased opposition near the Mobiai River on June 24. A heavy bombardment was launched in an attempt to dislodge the entrenched Japanese forces, but it proved ineffective. However, the next day, the Japanese troops had mysteriously withdrawn, allowing the Australians to secure a vital crossing over the river. Taking advantage of this opportunity, the 58th/59th Battalion moved in to occupy the newly attained Mobiai positions. Meanwhile, the 57th/60th and 24th Battalions advanced farther north, preparing for an outflanking maneuver aimed at Shishigatero, a critical tactical point lying to the northeast. In anticipation of an Australian offensive, General Kanda dispatched the 23rd Regiment to establish a defensive base near the Mivo ford. This strategic relocation was part of his preparations for the final defenses behind the Mivo River, as Japanese troops sought to hold their ground against the advancing Australians. By June 28, the 57th/60th and 24th Battalions reached their designated assembly areas, where they successfully repelled several Japanese counterattacks. The next morning, they began their advance southeast, shrouded in the loud thunder of artillery barrages that paved the way for their push. They reached the Buin Road at the confluence of the Ivana, Koopani, and Mivo Rivers, making significant headway. At the same time, the 58th/59th Battalion aimed to open the road for the 24th Battalion, positioned about 1,000 yards away. However, they encountered sharp resistance from Japanese forces defending their positions fiercely. Following this notable success, as Hammer's units faced and repelled various Japanese counterattacks at their new positions, General Bridgeford directed Brigadier Noel Simpson's 29th Brigade to the frontline to relieve the beleaguered 15th Brigade. Each incoming battalion was met with sharp clashes as they moved up, as Japanese forces sought to maintain their hold on strategic territory. Finally, on July 10, Hammer's units were relieved, a long-awaited reprieve after weeks of grueling combat. Despite the shift in command, Simpson's battalions began sending patrols forward in preparation for a crossing of the Mivo River. Unfortunately, due to the heavy resistance encountered and the onset of relentless rains that would continue throughout the month, this final offensive was never carried out. Instead, the troops were limited to vigorous patrolling activities during July and August, maintaining a presence but unable to launch significant offensives in the harsh conditions. Many of these patrols encountered fierce opposition, signaling that the enemy intended to mount a determined defense along the Mivo line. These patrols regularly captured crucial documents from Japanese soldiers ambushed along the tracks leading to their forward positions, allowing Australian forces to construct a clearer picture of the enemy's intentions and deployments. Among these daring reconnaissance missions was one conducted by a patrol from the 42nd Battalion, led by Lieutenant Oldfield. Tasked with scouting a potential crossing at the Mivo, Oldfield and four other soldiers discovered the river was in flood. Undeterred, they stripped off their gear, swam across the turbulent waters, and advanced 500 yards beyond the riverbank, without any weapons. The weight of the Australian artillery and mortar bombardments altered the enemy's tactics. Rather than holding fixed positions, the Japanese began to dig in less and instead employed a strategy of hit-and-run raids and ambushes executed by small groups of three to ten men. Before July 10 arrived, the relentless rain compelled a second postponement of the advance; the new date for the operation was set for July 24. However, the downpour continued to intensify. By July 10, even the patrols could not cross the flooded Mivo. "Torrential rain flooded the divisional area, reducing the Buin Road to a treacherous sea of mud and creating a series of islands between the various rivers." On July 17, conditions worsened further, with a dramatic eight inches of rain falling in just 36 hours. The new challenge was no longer about advancing troops but ensuring that the men were fed where they remained. Virtually all the bridges along the lines of communication were washed away, and all the rivers were flooded; the Mivo was now surging at a speed of twelve miles an hour. As a result, the forward units could only be supplied via air transport. It would take weeks to repair the damaged roads and bridges, leading to D-day being postponed until late August. As the southern operations unfolded, General Savige made a strategic decision to bring Brigadier Arnold Potts' 23rd Brigade from Munda and its surrounding islands to Torokina. Upon arrival, Savige immediately tasked the 27th Battalion with taking over the central sector beyond Pearl Ridge. The Australians quickly began bombing and launching attacks in the Berry's Hill-Hunt's Hill area, ultimately securing this crucial location on May 16. Following the seizure of Berry's Hill, the 27th Battalion conducted patrols toward key positions at Sisivie, Tokua, Base Point 3, and Wearne's Hill throughout late May. On June 3, they initiated an attack towards Tiernan's Spur, making significant progress before being relieved by the 7th Battalion. The 7th Battalion, upon taking over, adopted an aggressive posture, and on June 11, they attacked Tiernan's Spur, successfully securing the feature this time. Soon after, a combination of reconnaissance and air bombardment set the stage for an assault on Wearne's Hill on June 16. However, they encountered strong opposition and were unable to seize its crest until June 20. In parallel operations, a company captured Sisivie without encountering resistance on June 12. Another company was dispatched to establish a forward base in the Wakunai Valley, successfully creating observation posts that overlooked Inus Point and the large Numa Numa Plantation by June 21. After conducting extensive bombardments against remaining Japanese positions, the Australians finally secured the remainder of Wearne's Hill on June 24. Starting June 26, the 7th Battalion began probing towards Centre Hill, which they ultimately found abandoned on July 6. Meanwhile, on July 3, Tokua was occupied as a base for future operations probing north toward Ibu and Buritsiotorara. Artillery and aircraft continued to harass North Hill, which was finally captured on July 13. Just five days later, Cameron's Hill was also successfully attacked and secured. The 7th Battalion then pressed forward along the main track towards Charlie Creek and McInnes Hill, achieving their objectives by August 8 as the remaining Japanese forces were forced to retire to Numa Numa. Looking north, the 55th/53rd Battalion took over from the exhausted 26th Battalion in early April, following the fall of the Soraken Peninsula. Upon assuming command, Lieutenant Colonel Stevenson immediately directed the 55th/53rd to cross the Nagam River and launch an attack towards Pora Pora, a key strategic location in the region. The battalion pressed on along the main coastal track, but on April 13, they faced an unsuccessful assault against the enemy positioned at McKinnon's Ridge. Meanwhile, a company from the battalion moved through an inland route, encountering no resistance as they advanced to a position just two miles from Pora Pora. Recognizing the resolute enemy defenses along the main track, the Australians initiated a program of heavy artillery bombardment, complemented by flanking maneuvers designed to outmaneuver the entrenched defenders. This relentless strategy began to pay off, eventually forcing the Japanese to retreat on April 21. During this critical period, the unopposed company on the inland track continued to push forward until it was only one mile from Pora Pora. In the following four days, the 55th/53rd Battalion fought its way into the Pora Pora bottleneck, engaging in fierce combat that successfully expelled the Japanese forces by April 30. With this victory, the Australians were able to continue their advance northward, making rapid gains against a retreating enemy. On May 4, they captured the Ratsua jetty, a vital logistics point that facilitated further operations. Two columns of the 55th/53rd commenced a swift march towards Ruri Bay, while a company from the 26th Battalion successfully seized Torokori Island on May 6. Three days later, as they finally approached Ruri Bay, the Australians successfully repelled an enemy ambush. However, Brigadier Stevenson's orders were now to halt their advance at the Ratsua-Ruri Bay line and focus on active patrolling extending northward to Tarbut and Tarlena. Despite this directive, the situation became increasingly precarious. The Japanese, bolstered by four small provisional battalions of naval troops under Captain Kato Ekichi, grew aggressive beyond the established line. Daily patrol clashes erupted, with Australian positions and supply lines subjected to constant ambushes. Recognizing the need for reinforcements, the weary 55th/53rd Battalion was relieved by the 26th Battalion on May 21. In response, the 26th immediately dispatched two companies to thrust forward in the area south and east of Buoi Plantation. However, these units quickly encountered strong counterattacks, while patrols faced heavy resistance around Siara and Chindawon. As Stevenson's forces found themselves facing a fortified opponent stronger than anticipated, permission was granted to send two companies from the 31st/51st Battalion to take over the western sector on June 3. Despite this reinforcements, the Australians continued to struggle to make meaningful progress northward. After the 26th Battalion had been in the line for three hard weeks its diarist wrote that the campaign had become one of "holding a superior number of enemy by the aggressive action of a tired depleted battalion-companies were no more than half strength and had been in forward areas continuously for four months". The battalion's fighting strength on 3rd June was only 23 officers and 353 other ranks. The constant patrolling, the artillery fire and the raids on jeep trains on tracks well to the rear were wearing down the men's spirits. In response to the persistent challenges, a strategic decision was made to outmaneuver the Japanese by landing a reinforced company of the 31st/51st Battalion at Porton Plantation, aiming to approach the enemy from the western flank. During the early hours of June 8, the assault force successfully landed unopposed and swiftly established a perimetric defense reaching 150 yards inland. However, the surprised defenders quickly regrouped, unleashing a barrage of machine-gun fire that effectively thwarted the unloading of heavy weapons, reserve ammunition, and essential supplies. Although supporting artillery fire was effectively directed at the Japanese positions, the Australians soon found themselves pinned down as Captain Kato reinforced the defenses surrounding their perimeter. To complicate matters further, a convoy of Australian supplies and reinforcements attempting to reach the newly established perimeter was successfully repelled by the tenacious defenders during the night. The next morning, it was decided to withdraw the force late that evening. However, as the Australians prepared for their retreat, the Japanese launched a strong counterattack from three sides. The enemy attacked in relentless waves, and although they were met with devastating Australian fire, the pressure forced the company to pull back towards the beach. In the morning they launched what was evidently intended as a final blow, thrusting from three sides. Now estimated at over 400 they attacked in waves and were mowed down by the Australian fire. To confuse their enemy they shouted English phrases such as "Watch the right flank", "Throw it in the middle", "It's only me, Jack", and so on. The Australians pulled back towards the beach and at 1 p.m. During the afternoon, three landing craft moved towards the beach under heavy enemy fire in an effort to embark the soldiers. Unfortunately, two of the crafts were overloaded and became stranded. One eventually drifted off with the tide during the evening; however, the other remained besieged by heavy fire throughout the night. On June 10, Australian forces continued their attempts to rescue the stranded men, launching efforts under the cover of a strong air attack. At dawn on June 10, there were 38 living men on board the besieged landing craft, commanded by Corporal Hall. Their meager arsenal included two Bren guns, five Owen submachine guns, and nine rifles. The remaining rations consisted of eight tins of fruit or vegetables, three or four tins of meat, and three tins of condensed milk. Corporal Hall devised a defensive plan to maximize their chances of survival. He removed the wooden shelves under the overlapping sides of the ALCA to create protective cover under the flaps for all the troops. The dismantled wireless set was discarded overboard to free up additional space. To assist with breathing during rising tides, each man was issued six-inch lengths of copper piping. A continuous watch was kept from the coxswain's enclosure to monitor Japanese movements and report any developments. The soldiers cleaned and oiled their weapons using lubricant sourced from the engines, ensuring that they were well-maintained and ready for use. A medical kit was placed in the capable hands of a member of the 19th Australian Field Ambulance, who diligently distributed morphine and dressings as needed. At 15:30 on June 10, a concerted effort to rescue the stranded survivors commenced. An intense and precise air attack targeted the enemy positions, but unfortunately, it failed to hit the pillbox from which most of the fire directed at the barge was originating. Bombers dropped inflated rubber rafts near the landing craft in an attempt to assist, but Japanese gunfire prevented any men from reaching these lifelines. Under the cover of an artillery smoke screen, a landing craft attempted to reach the shore. However, enemy fire wounded several crew members, including the coxswain, damaging the steering gear and causing the craft to circle out of control. Amidst this chaos, Corporal Hall attempted to silence the pillbox with a Bren gun, but his efforts were in vain. In a desperate bid to assist the aircraft in locating the target, he splashed bullets towards the pillbox, yet the attempt proved futile as the damaged landing craft was forced to withdraw. They successfully repelled several Japanese parties attempting to swim out to the immobilized craft during the night. Finally, in the early hours of June 11, the besieged Australians were rescued by three assault boats, managing to pull them from the critical situation. In this endeavor, the Australian forces suffered significant losses, with 23 men reported killed or missing and 106 wounded. Among these casualties, five killed and seven wounded belonged to the 42nd Landing Craft Company. Estimates suggest that the Japanese forces faced losses of approximately 147 confirmed dead, with an additional 50 likely killed. The infantry units suffered specifically dire consequences, with two officers killed and three wounded, these included both company commanders, leaving only Lieutenants Patterson and Reiter, two young veterans from the 6th Division, as the sole surviving leaders from six platoon commanders. Additionally, 14 other ranks were reported killed or missing, while 57 were wounded. Of those wounded, five were sent to the field ambulance suffering from exposure, and nine sustained cuts and bruises. The repulse of the Australian attempt to land near Porton on June 8, 9, and 10 significantly boosted Japanese morale. Observers reported that the landing occurred on a rough strip of beach, making it difficult for the enemy to negotiate the surrounding reefs. The high ground in the vicinity provided an excellent vantage point for the Japanese, allowing for optimal placement of automatic weapons. In response to the Australian advance, Captain Kato swiftly dispatched 150 troops from Chabai to reinforce the approximately 100 men already engaged in combat. These reinforcements succeeded in thwarting any further enemy landings, ultimately pushing the Australians back to the beach, from where their remaining forces were evacuated in haste. Kato estimated that around 250 Australians had landed, resulting in the loss of 60 killed and 100 wounded, alongside 26 Japanese fatalities. If the Japanese report regarding their own losses is accurate, it suggests that both sides engaged in this grim action sustained approximately equal losses. Moreover, during this battle, the reinforced 26th Battalion failed to exploit this diversionary attack, missing the opportunity to push against the stubborn resistance of Captain Kato's isolated posts. On June 20, Brigadier Potts' 23rd Brigade began taking over the northern sector, with orders to contain the Japanese forces in the Bonis Peninsula and patrol towards Buka Passage. This relief operation was completed by the end of the month. However, the 8th and 27th Battalions continued to face harassment from Kato's deep patrols throughout July. Ultimately, the overextended 27th Battalion on the right flank was withdrawn on July 22 to allow the 8th Battalion to successfully attack and capture Commo Ridge the following day. On July 24, the 8th Battalion launched an unsuccessful attack on Part Ridge. However, this heavy assault shook the defenders, paving the way for the Australians to capture the ridge against light opposition on August 5. This marked the last major action of the Bougainville Campaign. In total, Savige's 2nd Corps endured losses of 516 Australians killed and 1,572 wounded. It is estimated that approximately 8,500 Japanese soldiers were killed by Australian forces and their native allies, while an additional 9,800 succumbed to illness during the Australian period on Bougainville. By the end of the campaign, only 23,571 men remained out of about 65,000 who had been on the island when the Americans launched their attack in November 1943. Now, attention turned westward to Balikpapan, where General Milford's 7th Australian Division successfully landed on July 1. They secured an important perimeter extending through Santosa Hill, Parramatta, Mount Malang, and Stalkudo. The battle resumed the following day, with the 2/14th Battalion advancing along the Vasey Highway to seize the Sepinggang airstrip unopposed. Meanwhile, the 2/3rd Commando Squadron took over the area northeast of Stalkudo, though they made little progress toward the Lady Schofield feature due to heavy enemy fire. The 2/27th Battalion strengthened and extended its hold on the high ground northwest of Stalkudo. The 2/16th Battalion pressed northward, successfully capturing Resort, Owen, and Oxley without sustaining any losses. The 2/12th Battalion took Potts and consolidated its position on Portee. The 2/10th Battalion conducted mopping-up operations in the secured areas, patrolling vigorously forward, and also seized Mount Sepuluh. Lastly, the 2/9th Battalion, supported by a troop of tanks, cleared Kandasan town along the coast as far as Signal Hill. By the end of the day, Brigadier Eather's 25th Brigade had landed to take over the central portions of the front, tasked with pushing inland astride the Milford Highway. On July 3, one company of the 2/10th Battalion advanced through the port, while another cleared the Tank Plateau, and a third focused on the lower ground between the plateau and Parramatta. Concurrently, the 2/9th Battalion, supported by its troop of tanks, successfully took the Santosa barracks, which they had bypassed the previous day. The division now held a bridgehead approximately five miles wide and one mile deep, successfully securing one of the two airstrips. On July 3, light aircraft began operating from this newly established base. However, unloading heavy equipment and stores proved to be a challenging task, causing considerable anxiety among the troops. A swell made it difficult to transfer loads to Landing Craft Tank (LCTs) and small craft, while it was impossible to run the Landing Ship Tank (LSTs) directly onto the beach. By 06:00 on July 3, progress was evident, with 985 vehicles and 1,932 tons of various equipment and stores successfully landed, alongside 16,950 men ashore. Later that morning, an LST began unloading at a pontoon jetty constructed on Green Beach by an American naval construction battalion. The captured port was a scene of devastation, characterized by wrecked workshops and warehouses, leaving little more than twisted, rusty steel and piles of rubble where houses once stood. The seven wharves designed for ocean-going vessels had all been burned, rendering them unusable. Among the debris, one dump of scrap iron collected by the Japanese from the ruins measured 520 yards long, with another scrap pile opposite it stretching about 150 yards. As unloading operations continued on the main beaches, the 2/14th Battalion began moving towards the Manggar airstrip but found themselves halted at Batakan Kechil. The 2/27th Battalion took over the defense of the Sepinggang strip, and the 2/3rd Commando Squadron discovered the Lady Schofield feature abandoned, allowing their patrols to press on more than a mile across the high ground overlooking the Sepinggang River. Meanwhile, the 2/33rd Battalion encountered heavy opposition in the hills above Chilton Road but managed to capture Opus, Operator, and Oxygen, as well as a height to the northeast named Orange. The 2/31st Battalion advanced along Milford Highway, facing increasing opposition, but they rapidly secured the junction with Chilton Road. However, they were unable to capture the strong enemy defenses at Nobody and Nurse. The 2/12th Battalion began a march towards Pandansari but had to assault Nail to eliminate the threat of enemy harassing fire. The following day, while the 2/33rd Battalion occupied Letter and Lewis, the 2/31st found Nobody and Nurse abandoned, allowing them to easily secure these features. One company also took control of Nail and began probing towards Lodge. At the same time, the 2/14th Battalion resumed its advance towards Manggar. They successfully crossed the river and pushed 1,300 yards across the airstrip without facing any opposition. However, after midday, heavy Japanese fire unexpectedly swept across the airfield, resulting in the deaths of several officers at the control tower. Despite this setback, and aided by the fire from destroyer Eaton, the Australians pressed on and ultimately secured Manggar and its airfield. By the end of the day, General Milford had successfully pushed the enemy out of Balikpapan and further secured the Sepinggang and Manggar strips. However, it became clear that Admiral Kamada was attempting to withdraw the remnants of his force to the Batuchampar area, aiming to delay any advance along the Milford Highway for as long as possible. The 454th Independent Battalion continued to hold the commanding terrain north of Manggar, and on July 5, its defenses came under intense naval, air, and artillery bombardment, which initially failed to silence the Japanese guns. Meanwhile, Brigadier Eather pressed his advance north in the center. The 2/25th Battalion took control of the positions at Nurse and Nail, while the 2/33rd pressed on against dwindling opposition to capture Mackay, Marshall, Mutual, and Margin. The 2/31st Battalion moved forward to seize Letter and Lewis, followed by the capture of Laverton and Liverpool. Recognizing the necessity of securing the western side of Balikpapan Bay to facilitate port operations, Milford ordered Brigadier Chilton's 18th Brigade to land the reinforced 2/9th Battalion at Penadjam. Following a naval and artillery bombardment, the landing was executed unopposed during the afternoon of July 5, with patrols of the 2/9th immediately probing north and south to secure the perimeter. The following day, a patrol moved south toward Nanang village and onward to the Sesumpu River, while other units explored the area towards the Riko River and Separi. On July 6, the 2/33rd Battalion successfully attacked and captured Metal and Muffle, but they were ultimately repelled from Judge. Meanwhile, the 2/25th pressed onward, taking control of Liverpool and occupying Huon. Looking southeast, the 2/14th Battalion began to probe enemy positions on this day. A strong patrol successfully captured Waites' Knoll but had to repel a series of strong counterattacks during the night, while another patrol was forced back along Vasey Highway. Over the next few days, the Australians continued to engage, probing and bombarding the commanding enemy positions. Ultimately, the 2/14th launched an attack and captured the Frost and Brown features on July 9, effectively eliminating the enemy threat in that area. Meanwhile, the 2/16th Battalion and the 2/5th Commando Squadron attacked an enemy concentration at Gate on July 6 and secured the position two days later, further solidifying their hold on Grand by July 9. To the northwest, on July 7, the 2/25th Battalion moved to Cult and then attempted an assault on Jam but was repelled by fierce defenders. The following day, while Jam underwent probing and bombardment, the 2/33rd Battalion discovered Justice abandoned after heavy shelling and pressed on toward Joint and Judge. Concurrently, Brigadier Eather had dispatched the 2/6th Commando Squadron into the hills overlooking the Sumber River. They successfully occupied Job on July 8 and seized Freight the following day. By July 9, after a concentrated artillery barrage, Jam, Joint, and Judge finally fell as the 25th Brigade secured the first stretch of the Milford Highway to Batuchampar. The 2/31st Battalion then advanced to a road bend due north of Junior, where they encountered an ambush by Japanese raiders. Meanwhile, a company of the 2/9th Battalion landed unopposed at Djinabora on the afternoon of July 8, and on the following day, a patrol base was established at Teloktebang. I would like to take this time to remind you all that this podcast is only made possible through the efforts of Kings and Generals over at Youtube. Please go subscribe to Kings and Generals over at Youtube and to continue helping us produce this content please check out www.patreon.com/kingsandgenerals. If you are still hungry after that, give my personal channel a look over at The Pacific War Channel at Youtube, it would mean a lot to me. General Hammer launched a fierce campaign across Bougainville, battling entrenched Japanese troops, they secured the strategic Soraken Peninsula and advanced toward the vital Hongorai River. By July, they had reached the Hari River, significantly weakening Japanese defenses. However, relentless rain hindered further operations.
Kencan Dengan Tuhan - Rabu, 9 Juli 2025Bacaan: "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab."Renungan: Burung Kasuari termasuk jenis burung yang besar. Burung itu tidak kuat terbang namun mempunyai keistimewaan dapat berlari cepat. Dengan larinya yang sangat cepat itu kasuari dapat menghindarkan diri dari bahaya. Pada waktu dikejar oleh musuhnya itu ia dapat menyembunyikan dirinya di semak-semak. Namun sayang burung itu hanya dapat menyembunyikan kepalanya yang kecil itu dalam semak-semak duri, tetapi badannya yang besar itu tetap dapat dilihat oleh pengejarnya. Dengan menyembunyikan kepalanya burung itu seolah-olah merasa aman, namun sebenarnya hal itu memudahkan si pengejar untuk menangkap. Rasa aman yang dialami oleh kasuari itu sebenarnya adalah rasa aman yang palsu. Banyak orang merasa dapat menyembunyikan dosa dan kejahatannya dan berusaha untuk menutupinya dari orang-orang di sekitarnya. Mungkin saat ini kita merasa aman dan terhibur dengan apa yang kita lakukan. Tetapi sebenarnya itu adalah rasa aman yang palsu, karena kita tidak dapat membohongi hati nurani kita. Secara lahiriah kita dapat menyembunyikan dosa dan kejahatan kita, tetapi secara batiniah kita terus dikejar oleh rasa bersalah sehingga kita kehilangan damai sejahtera dari Tuhan. Satu hal yang kita lupa adalah bahwa Tuhan senantiasa melihat apa yang kita buat. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi di hadapanNya. Marilah saat ini kita memperbaiki diri kita dari hal-hal yang mendukakan hati Tuhan dan sesama, kemudian berbalik pada-Nya, sehingga hati kita dapat menjadi tempat kediaman yang nyaman bagi Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, Engkau tahu saat aku duduk, berdiri dan berjalan. Bahkan Engkau tahu apa saja yang saat ini aku pikirkan dan aku lakukan. Berilah aku roh yang takut akan Engkau, agar saat godaan datang untuk menjerat aku, aku dapat mengatasinya. Bantulah aku juga agar aku mau mengakukan semua kesalahanku di masa lalu yang masih kusembunyikan dan basuhlah diriku dengan DarahMu sehingga hatiku dapat menjadi tempat kediaman-Mu yang pantas. Amin. (Dod).
“Shri Hari, who is the Lord of the demigods, who is worshiped by the people of the world, for benefiting the moving and nonmoving beings of the world took that dreadful form through His own energy and tore apart Hiranyakashipu, who caused suffering to so many, with His nails.” (Narasimha Purana, 44.43)
Jul 6,2025 Sunday : Misc : Sandhya Bhajan Jisne Hari Ka Naam Liya Hai
(1) hari haraye namaḥ kṛṣṇa yādavāya namaḥ yādavāya mādhavāya keśavāya namaḥ (2) gopāla govinda rāma śrī-madhusūdana giridhārī gopīnātha madana-mohana (3) śrī-caitanya-nityānanda śrī-advaita-sītā hari guru vaiṣṇaba bhāgavata gītā (4) śrī-rūpa sanātana bhaṭṭa-raghunātha śrī-jīva gopāla-bhaṭṭa dāsa-raghunātha (5) ei chay gosāir kori caraṇa vandan jāhā hoite bighna-nāś abhīṣṭa-pūraṇ (6) ei chay gosāi jār—mui tār dās tā-sabāra pada-reṇu mora pañca-grās (7) tādera caraṇa-sebi-bhakta-sańe bās janame janame hoy ei abhilāṣ (8) ei chay gosāi jabe braje koilā bās rādhā-kṛṣṇa-nitya-līlā korilā prakāś (9) ānande bolo hari bhaja bṛndāban śrī-guru-vaiṣṇaba-pade majāiyā man (10) śrī-guru-vaiṣṇaba-pada-padma kori āś nāma-sańkīrtana kohe narottama dāsa TRANSLATION 1) Hari! Obeisances to Lord Hari, unto Krsna, and Yadava. Obeisances to Lord of the Yadus, Madhava, Kesava. 2) Gopala! Govinda! Rama! O vanquisher of Madhu! Giridhari! Lord of the gopis! Bewilderer of cupid! 3) Sri Caitanya, Nityananda, Sri Advaita-Sita! Hari! Guru! Vaisnavas! Srimad Bhagavatam! Bhagavad Gita! 4) All glories to Srila Rupa Goswami, Sanatana Goswami and Raghunatha Bhatta Goswami, to Srila Jiva Goswami, Gopala Bhatta Goswami, and Raghunatha Dasa Goswami! 5) I bow to the feet of these six Goswamis. By their grace, our obstacles can be destroyed and all desires are fulfilled. 6) I am the servant of these six Goswamis. The dust of their lotus feet is my fivefold subsistence. 7) To be a servant of their lotus feet and to reside in the company of devotees--this is my aspiration birth after birth. 8) When these six Goswamis lived in Vraja, they revealed the eternal pastimes of Sri Sri Radha and Krsna. 9) In ecstasy, sing the name of Lord Hari and worship Vrndavana, joyfully fixing your mind upon the lotus feet of the bona-fide spiritual master and the pure devotees. 10) The lotus feet of my guru and the Vaisnavas are my aspiration. Narottama Dasa thus sings Hari-nama sankirtana. To connect with His Grace Vaiśeṣika Dāsa, please visit https://www.fanthespark.com/next-steps/ask-vaisesika-dasa/ ------------------------------------------------------------ Add to your wisdom literature collection: https://iskconsv.com/book-store/ https://www.bbtacademic.com/books/ https://thefourquestionsbook.com/ ------------------------------------------------------------ Join us live on Facebook: https://www.facebook.com/FanTheSpark/ Podcasts: https://podcasts.apple.com/us/podcast/sound-bhakti/id1132423868 For the latest videos, subscribe https://www.youtube.com/@FanTheSpark For the latest in SoundCloud: https://soundcloud.com/fan-the-spark ------------------------------------------------------------ #spiritualawakening #soul #spiritualexperience #spiritualpurposeoflife #spiritualgrowthlessons #secretsofspirituality #vaisesikaprabhu #vaisesikadasa #vaisesikaprabhulectures #spirituality #bhaktiyoga #krishna #spiritualpurposeoflife #krishnaspirituality #spiritualusachannel #whybhaktiisimportant #whyspiritualityisimportant #vaisesika #spiritualconnection #thepowerofspiritualstudy #selfrealization #spirituallectures #spiritualstudy #spiritualquestions #spiritualquestionsanswered #trendingspiritualtopics #fanthespark #spiritualpowerofmeditation #spiritualteachersonyoutube #spiritualhabits #spiritualclarity #bhagavadgita #srimadbhagavatam #spiritualbeings #kttvg #keepthetranscendentalvibrationgoing #spiritualpurpose
ohe! vaiṣṇaba ṭhākura, doyāra sāgara, e dāse koruṇā kori' diyā pada-chāyā, śodho he āmāya, tomāra caraṇa dhori (2) chaya bega domi', chaya doṣa śodhi', chaya guṇa deho' dāse chaya sat-sańga, deho' he āmāre, bosechi sańgera āśe (3) ekākī āmāra, nāhi pāya bala, hari-nāma-sańkīrtane tumi kṛpā kori', śraddhā-bindu diyā, deho' kṛṣṇa-nāma-dhane (4) kṛṣṇa se tomāra, kṛṣṇa dīte pāro, tomāra śakati āche āmi to' kāńgāla, 'kṛṣṇa' 'kṛṣṇa' boli', dhāi tava pāche pāche TRANSLATION 1) O venerable Vaisnava, devotee of Krsna! O ocean of mercy, be merciful unto your servant. Give me the shade of your lotus feet and purify me. I hold on to your lotus feet. 2) Teach me to control my six passions; rectify my six faults, bestow upon me the six qualities, and offer unto me the six kinds of holy association.* 3) I do not find the strength to carry on alone the sankirtana of the holy name of Hari. Please bless me by giving me just one drop of faith with which to obtain the great treasure of the holy name of Krsna. 4) Krsna is yours. You have the power to give Him to me. I am simply your servant running behind you shouting, "Krsna! Krsna!" To connect with His Grace Vaiśeṣika Dāsa, please visit https://www.fanthespark.com/next-steps/ask-vaisesika-dasa/ ------------------------------------------------------------ Add to your wisdom literature collection: https://iskconsv.com/book-store/ https://www.bbtacademic.com/books/ https://thefourquestionsbook.com/ ------------------------------------------------------------ Join us live on Facebook: https://www.facebook.com/FanTheSpark/ Podcasts: https://podcasts.apple.com/us/podcast/sound-bhakti/id1132423868 For the latest videos, subscribe https://www.youtube.com/@FanTheSpark For the latest in SoundCloud: https://soundcloud.com/fan-the-spark ------------------------------------------------------------ #spiritualawakening #soul #spiritualexperience #spiritualpurposeoflife #spiritualgrowthlessons #secretsofspirituality #vaisesikaprabhu #vaisesikadasa #vaisesikaprabhulectures #spirituality #bhaktiyoga #krishna #spiritualpurposeoflife #krishnaspirituality #spiritualusachannel #whybhaktiisimportant #whyspiritualityisimportant #vaisesika #spiritualconnection #thepowerofspiritualstudy #selfrealization #spirituallectures #spiritualstudy #spiritualquestions #spiritualquestionsanswered #trendingspiritualtopics #fanthespark #spiritualpowerofmeditation #spiritualteachersonyoutube #spiritualhabits #spiritualclarity #bhagavadgita #srimadbhagavatam #spiritualbeings #kttvg #keepthetranscendentalvibrationgoing #spiritualpurpose
The Perfect Stool Understanding and Healing the Gut Microbiome
Tried everything from supplements to diet changes and still suffering? Discover the world of alternative healing, from cyber scans to electromagnetic pulse therapy to transform health at the cellular level with Dr. Har Hari Khalsa. Lindsey Parsons, your host, helps clients solve gut issues and reverse autoimmune disease naturally. Take her quiz to see which stool or functional medicine test will help you find out what's wrong. She's a Certified Health Coach at High Desert Health in Tucson, Arizona. She coaches clients locally and nationwide. You can also follow Lindsey on Facebook, Tiktok, X, Instagram or Pinterest or reach her via email at lindsey@highdeserthealthcoaching.com to set up your free 30-minute Gut Healing Breakthrough Session. Show Notes