POPULARITY
Categories
Bible Reading: John 15:12-13"Have you ever heard people use colors to describe their feelings?" Miss Iverson asked her class. Carter waved his hand to make sure she saw it. "Like green with envy?" "How about purple with rage?" Mei said. "Or blue--like when they're sad.""All good examples," Miss Iverson said. "Now, people don't actually change color, but some animals do. A chameleon, for example, can quickly change its skin color in response to light, temperature, or other things in its environment. Other animals change color to blend in with their surroundings. They do that to defend themselves against enemies." That evening, Carter told his dad about his day. "People use different colors to describe how they feel, but some animals really do change their color. Isn't that cool?" "Sure is," said Dad. "Sounds like you had a good day.""Pretty good," replied Carter, but then he frowned. "Hari and I always play together at recess time, but today he acted like he didn't even know me! He was playing basketball with a bunch of guys when I came up, and he didn't invite me to play with them or even speak to me. I think he wanted them to think he was cool." Carter paused. "Hari was a chameleon friend today!""That's a good way to describe people who change their behavior toward others depending on the situation," said Dad. "But I don't think Hari is the only one who does that. Have you ever done something like that, Carter?""Well…maybe." Carter thought of how he treated his little sister differently when his friends came over. "Yeah. I'm not always nice to Layla in front of my friends because I want her to leave us alone.""Do you remember the verse you learned at church last week?" Dad asked.Carter nodded. "Proverbs 17:17. It says friends should love each other at all times. That kind of friend wouldn't be like a chameleon.""No," said Dad. "That verse describes the kind of friend Jesus is. He shows His love for us all the time, and He wants us to do the same. Trust Him to help you be consistent, loving friend--even when others aren't.""Okay." Carter sighed. "I'll remember that when I see Hari tomorrow." –Donna HuisjenHow About You?Have you ever had a chameleon friend? Have you been one yourself? It hurts when a friend changes the way they treat you based on where they are or who they're with. The Bible says a true friend loves at all times. That's how Jesus loves us, and He wants us to love others the same way. Be a consistent friend and treat others in the same loving way all the time.Today's Key Verse:A friend loves at all times. (Proverbs 17:17)Today's Key Thought:Be a consistent friend
Hari Cinematic universe is a topic in SVK
Dalam dua hari terakhir, terjadi dua kecelakaan di tol Semarang yang melibatkan truk besar. Pada Jumat 8 Agustus, tabrakan beruntun di Tol Gayamsari melibatkan 15 kendaraan. Kemudian di tanggal, 9 Agustus, sebuah truk pasir mogok di tanjakan Tol Banyumanik, lalu tiba-tiba mundur dan terguling, sempat terekam video warga di media sosial. Rangkaian kejadian ini membuat banyak pihak khawatir soal keselamatan di tol, terutama untuk kendaraan berat.Apa saja yang harus diperhatikan sopir dan pemilik truk agar kecelakaan seperti ini tidak terulang, terutama di jalur tol yang menanjak atau rawan macet?Narasumber : Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT, Ahmad Wildan, M.T
Selamat datang para pendengar podcast INIKOPER! Hari ini kita akan menyelami kisah William and Lily Foundation, sebuah organisasi filantropi di Indonesia yang memiliki visi besar: menciptakan "Kesempatan yang sama bagi semua masyarakat Indonesia untuk berkembang." Bayangkan sebuah masa depan di mana setiap individu, terlepas dari latar belakangnya, memiliki kebebasan untuk mencapai potensi penuh mereka. WLF tidak hanya bermimpi, tetapi juga bertindak. Mereka telah bertransformasi menjadi yayasan pemberi hibah yang berani, berfokus pada "taruhan besar" untuk memberdayakan komunitas rentan di Indonesia bagian timur. Ini bukan sekadar memberikan bantuan, melainkan membangun ekosistem yang kuat agar masyarakat dapat berkembang secara mandiri dan berkelanjutan. Bagaimana WLF mewujudkan visi ambisius ini? Mereka mengadopsi pendekatan yang cerdas dan adaptif, terinspirasi dari prinsip "Lean Impact". Ini berarti mereka tidak takut untuk bereksperimen, belajar cepat dari setiap inisiatif, dan terus menyempurnakan strategi mereka. WLF berinvestasi pada tiga area kunci: memastikan Pengembangan Anak Usia Dini yang berkualitas, meningkatkan Literasi dan Numerasi dalam Pendidikan Dasar, serta menciptakan Peluang Ekonomi Lokal yang berkelanjutan. Dengan bekerja sama erat dengan organisasi lokal sebagai mitra sejati, WLF memastikan bahwa solusi yang diterapkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, membangun kapasitas dari dalam komunitas itu sendiri. Lebih dari sekadar program, WLF berkomitmen pada perubahan sistemik. Mereka mengintegrasikan isu-isu krusial seperti Inklusi Sosial dan Perubahan Iklim ke dalam setiap aspek pekerjaan mereka, memastikan bahwa dampak yang diciptakan tidak hanya luas tetapi juga adil dan berkelanjutan. Melalui strategi komunikasi dan kolaborasi yang kuat, WLF tidak hanya berbagi keberhasilan, tetapi juga pembelajaran, menginspirasi lebih banyak pihak untuk bergabung dalam perjalanan menuju Indonesia yang lebih sejahtera dan setara. Ini adalah kisah tentang bagaimana filantropi yang strategis dan berani dapat menjadi katalisator perubahan transformatif.
2 Menteri era Jokowi diperiksa KPK dalam hari yang sama, akankah jadi pelajaran bagi kabinet sekarang agar bersih dari praktik korupsi? Talk: Direktur Pusat Riset Politik Hukum dan Kebijakan Indonesia ( PRPHKI ), Saiful Anam
Brand new weekend, brand new episode! Dan & Phil dust off last week's woes to talk about the things others are talking about. Like the legality of witchcraft. And podcasts insulting coloured people in South Africa. And "cancel culture" on the internet. And more stuff like romantasy novels (what?) Anyways, enjoy!Subscribe and listen to 2 Broke Twimbos everywhere podcasts are available and keep up with all things 2BT via this link:2BT LinkPlease rate and review, and support us on Patreon!
Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 9 Agustus 2025Bacaan: "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan, Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." (Yakobus 5:16-18)Renungan: Suatu malam seorang hamba Tuhan bersama keluarganya harus tidur di dalam kemah di sebuah bukit. Karena mereka membawa uang dan barang-barang berharga lainnya dalam jumlah yang cukup banyak, maka mereka mulai merasa takut dan tidak tenang. Akhirnya mereka tertidur setelah berdoa menyerahkan kekhawatiran mereka pada Tuhan. Beberapa bulan setelah itu, ada seorang laki-laki dalam keadaan terluka parah dibawa ke rumah sakit misi di daerah itu. Setelah melihat hamba Tuhan itu, laki-laki yang terluka itu berkata, "Beberapa bulan yang lalu, ketika bapak sekeluarga tidur di kemah sebuah bukit, kami bermaksud merampok bapak, tetapi kami melihat ada 26 orang prajurit berjaga-jaga di sekeliling kemah tersebut sehingga kamipun tidak berani mendekat." Kisah laki-laki yang terluka tersebut terus menjadi pertanyaan di benak sang hamba Tuhan, sampai pada suatu hari ketika ia kembali ke tempat asalnya dan berkhotbah di gereja asalnya ia menceritakan kisah tersebut di depan jemaat. Lalu pemimpin jemaat gereja tersebut menanggapi dengan berkata, "Di malam kejadian itu, saya digerakkan oleh suara hatiku untuk berdoa bagi bapak dan keluarga, maka saya kumpulkan jemaat yang bersedia di dalam gereja ini dan kami berdoa untuk keselamatan bapak sekeluarga. Saat itu jumlah kami yang hadir di tempat ini untuk mendoakan bapak sekeluarga ada 26 orang." Kini mengertilah sang hamba Tuhan itu bahwa Tuhan sendiri yang mengutus 26 malaikat untuk menjaganya setelah 26 jemaatnya berdoa khusus untuknya. Kuasa doa tidak pernah dibatasi oleh jarak dan tempat. Di manapun kita berada dan bagaimanapun keadaannya, doa akan membawa dampak bagi orang yang kita doakan. Kita tak akan pernah tahu bagaimana cara Tuhan bekerja menjawab doa-doa kita, tetapi yang jelas sesuatu pasti terjadi. Doa membuat kita terheran-heran bahwa ternyata Tuhan dapat melakukan apa yang kita harapkan. Tidak ada alasan untuk tidak berdoa, karena perubahan pasti terjadi dan tanganTuhan bekerja ketika kita berdoa dengan kesungguhan hati. Jangan pernah meremehkan kuasa doa, karena doa akan membawa kita melihat serta mengalami mujizat demi mujizat. Tuhan Yesus memberkati. Doa:Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau memberi kami kuasa untuk berdoa. Melalui kuasa doa itu, Engkau senantiasa campur tangan dalam setiap pergumulan dan permasalahan hidupku. Amin. (Dod).
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Hendrik Monteiro dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Ulangan 6: 4-13; Mazmur tg 18: 2-3a.3bc-4.47.51ab; Matius 17: 14-20.IMAN SEBESAR BIJI SESAWI Renungan kita pada hari ini bertema: Iman Sebesar BijiSesawi. Ada kenyataan bahwa setelah sekian waktu mengikuti Sang Guru, YesusKristus, terbukti para rasul tidak dapat menyelesaikan suatu masalah yangmereka hadapi. Orang sakit dan kerasukan roh jahat tidak dapat mereka sembuhkandan bebaskan dari roh jahat. Mereka jelas menyadari ada yang tidak beres denganiman mereka, namun mereka tidak tahu persis apa sebenarnya yang tidak beresitu. Yesus Kristus menemukan bahwa yang kurang pada merekaialah kekuatan, kualitas dan inti iman itu meski mereka tiap saat hidupbersama-Nya. Iman diumpamakan sebesar biji sesawi, yaitu meski kecil tetapiberisi, berkualitas, berkekuatan dan penuh dengan kuasa Tuhan. Potensi yangsedemikian besar itu akan mampu melakukan apa yang tidak mungkin. Ia dapatmemerintahkan gunung untuk pindah tempatnya. Konkretnya, iman sebesar biji sesawi itu seperti apa?Aspek paling inti ialah di dalam diri seorang beriman, Tuhan adalah penentu danpenggeraknya. Ini mengikuti apa yang dikatakan oleh Santo Paulus, bahwahidupnya adalah bukan dirinya sendiri, tetapi Yesus Kristus yang hidup di dalamdirinya. Misalnya Anda diminta oleh teman untuk membantu meringankan sakittertentu, Anda berkeyakinan bahwa Tuhan yang akan berbuat semuanya. Doa, iman,tenaga, pikiran, inisiatif, pekerjaan, materi yang mungkin dipakai untukmembantu, tapi Tuhan tetap nomor satu yang diberikan ruang dan kesempatankepada-Nya untuk berbuat atas orang sakit itu. Sering terjadi, kemampuan kita manusia saja yangdiandalkan sehingga cepat juga terlihat akibatnya yaitu seperti kita capai,bosan, marah dan menyerah. Ini sangat mungkin Tuhan tidak diberikan ruang dankesempatan untuk berbuat. Akhirnya kita akan mengeluh seperti para rasul, yaitumengapa kita tidak bisa menyembuhkan atau menyelesaikan persoalan sendiri? Daritempat-Nya yang tersembunyi, Tuhan mungkin berbisik: imanmu tidak kuat. Kamutidak melibatkan Aku. Aspek berikutnya yang menandakan iman sebesar biji sesawiialah kesadaran dan kecintaan untuk mempertahankan iman yang sudah tumbuh didalam diri kita. Meski kecilnya seperti biji sesawi, godaan untuk meremehkan,melupakan dan lalai merawatnya harus sekuat mungkin dikalahkan. Dari jauh-jauhwaktu sebelumnya Musa sudah ingatkan akan sebuah kesetiaan, ketaatan danketahanan untuk mempertahankan iman ini. Jangan pernah dilupakan dan dibuanggara-gara ada sesuatu baru yang datang ke permukaan hidup ini. Kita mempunyaiajaran dasar, kitab suci, tradisi suci, spiritualitas yang semua ini wajibdirawat, dipertahankan dan dihidupi selalu. Hanya dengan itu iman kita dapatbertahan sampai akhir. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan YesusKristus, Bunda-Mu dan juga Bunda kami, Santa Perawan Maria menjadi contoh bagikami dalam beriman secara mantap, bagai biji sesawi yang sangat berguna.Tuntunlah kami untuk selalu meneladani iman Bunda Maria. Salam Maria penuhrahmat ... Dalam nama Bapa ...
In this Episode Our Mayor, Heath Shearon as he sits down with Hari Srinivasan to explore the fascinating world of life insurance. From cricket to Cardinals, and from tech to insurance, Hari shares his journey and insights into making life insurance accessible and meaningful. Discover how iCover is revolutionizing the industry with its innovative platform and community-focused approach. Hari shows us the importance of personal passion in entrepreneurship. We also hear about iCover's unique approach to life insurance The role of community insurersThank You to Our Sponsors:Smart Choice: Your partner in insurance solutions. Canopy Connect: Simplifying insurance verification Olde School Marketing: Bringing traditional marketing into the digital age.
Redi sebagai pekerja proyek di pulau nusakambangan, kali ini pertama kalinya ia mendapatkan proyek disana. Sebelum redi dan teamnya sampai sana, ia selalu diberi nasihat oleh atasannya yang sudah lama bekerja diproyek nusakambangan tersebut. Redi dan teamnya diminta untuk hati-hati dan jaga sikap, awalnya rekan kerja redi menyepelekan hingga akhirnya mereka semua masing-masing mendapatkan gangguan.Bagaimana kisah selengkapnya?Simak video berikut, jangan lupa berikan like dan komentarnyaCopyright 2024, Lentera Malam
Kencan Dengan Tuhan - Kamis, 7 Agustus 2025Bacaan: "Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang." (Yesaya 50:5)Renungan: Suatu ketika, di sebuah negara kecil diadakan perlombaan ski antar-negara. Seluruh pemain ski profesional dari seluruh penjuru dunia datang ke tempat tersebut. Dari sekian ratus bahkan ribu peserta yang bermain akan dipilih satu pemenang yg akan mendapatkan medali emas. Pertandinganpun berlangsung dan selesai, panitia sudah menentukan satu orang sebagai pemenangnya yaitu seorang pria buta.Mengapa dia bisa menang? Ya, dia memiliki pelatih yang menyorakinya saat bertanding. Ketika pelatihnya berteriak ke kanan, ia pergi ke kanan. Ketika pelatihnya berteriak ke kiri, ia pergi ke kiri. Namun satu hal yang ia percaya bahwa pelatihnya akan membawa ia ke garis finish. Sosok pemain tersebut bagaikan sosok kita, dan sosok pelatih ialah Sang Juruselamat. Saat kita mengkuti arahan dari Sang Juruselamat percayalah dengan kekurangan kita sekalipun tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Apakah saat ini hati kita tidak lagi merasa damai? Ataukah kita merasa bahwa hidup kita hampa sekalipun kita diberkati dengan berkat jasmani yang berlimpah. Satu hal yang kita perlukan saat ini adalah, mendengar sapaan Yesus. Bagaimana kita bisa melakukannya? Luangkan waktu kita untuk bersaat teduh dan membaca firman-Nya. Firman Tuhan akan menuntun kita kembali untuk mendapatkan jalan Tuhan yang sesungguhnya dan mengembalikan damai sejahtera kita. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, aku bersyukur karena Engkau menjadi pelatih utama dalam perjalanan hidupku, sehingga aku boleh bertahan dan tetap kuat untuk mencapai garis finish kehidupanku. Beri aku kekuatan dan kemampuan untuk mendengar suara sapaan-Mu, sehingga di saat-saat perjalanan hidupku mengalami hambatan, aku bisa mendengar suara-Mu untuk kembali pada jalan-Mu. Amin. (Dod)
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Erna Lolan dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Bilangan 20: 1-13; Mazmur tg 95: 1-2.6-7.8-9; Matius 16: 13-23.KUNCI SURGA Renungan kita pada hari ini bertema: Kunci Surga. Seorang dosen terkenalsangat tegas namun sangat disenangi mahasiswanya. Ketegasannya diwujudkan dalammembuat keputusan yang tidak bisa diubah-ubah. Misalnya ia memutuskan untukmemberikan ujian kepada satu per satu mahasiswa, ia akan setia dan adilterhadap setiap mahasiswa sampai yang paling terakhir. Ia tegas membelamahasiswa yang benar, ia juga menghukum mahasiswa yang salah. Ia sangat disenangi dan dibanggakan karena perhatiannya besar kepada paramahasiswa. Ia tidak hanya mengajarkan mereka pengetahuan yang diperlukan tetapijuga mendidik mereka untuk menjadi pribadi-pribadi manusia yang baik. Iaberulang kali menekankan kepada mereka tentang kunci untuk mencapai kemandiriandan kedewasaan. Agar menjadi sukses dalam studi, kuncinya adalah ketekunandalam setiap kegiatan akademik. Agar menjadi seorang yang dihargai di antarateman-teman, kuncinya adalah menghargai sesama. Untuk menjadi seorang pribadi yang mandiri, kuncinya adalah kepercayaandiri dan berbuat dengan kemampuan dalam diri sendiri. Untuk menjadi dewasa,kuncinya adalah berlatih untuk memutuskan sendiri dan menjalankannya denganbertanggung jawab. Kunci bagi pertemanan dan kesetikawanan adalah kesabaran,saling mengerti dan menaruh kepercayaan terhadap satu sama lain. Kunci bagikesehatan yang tetap terjaga ialah konsumsi makanan yang sehat, cukup istirahatdan berolahraga. Dan masih banyak lagi kunci yang diberikan. Pada hari ini kita mendapatkan terang ilahi tentang satu kunci saja untukhidup bahagia selamanya, yang bukan kita peroleh di dunia ini dengan berbagaimacam kunci seperti disebutkan di atas, tetapi yang kita dapatkan di surga.Yesus memberikan rasul pertama-Nya Petrus kunci surga, setelah rasul inimembuat pengakuan imannya. Ia membuat suatu pengakuan iman pribadi bahwa Yesusadalah Yang Diutus dari Bapa, Putra Allah. Karena pengakuan iman itu, semua rasul dan murid yang lain juga dilibatkandi dalam mendapatkan hak istimewa untuk mencapai surga. Kita semua yangmengikuti Kritsus juga terlibat karena kita selalu membuat pengakuan iman,melalui doa “Aku Percaya”. Kunci surga yang berada di tangan Petrus menandakanbahwa Tuhan tidak egois untuk memiliki sendiri surga, tetapi dipercayakannyakepada kita manusia, yang harus berada di dalam suatu persekutuan orang-orangberiman. Persekutuan itu harus ada pimpinannya. Setiap orang jangan monopoli sesuka hati bahwa ia lebih berhak masuk surga,sedangkan yang lain tidak. Setiap orang punya hak yang sama dan Petrusdiberikan kewenangan untuk menjadi guide ataupenuntun kita. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Yesus, semoga kami senantiasa setia dalampengakuan iman dan tekun menjalankannya. Bapa kami yang ada di surga ... Dalamnama Bapa ...
We sit down with Amanda Hari to discuss how she got involved in CrossFit and the CrossFit Media Space and how her job as an actually news journalist affect the way she can create content in the CrossFit Space.
Kencan Dengan Tuhan - Rabu, 6 Agustus 2025Bacaan: "Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk." (Markus 16:15)Renungan: Ada seorang gadis kecil berdiri di belakang kumpulan orang banyak, sementara ayahnya sedang bersaksi tentang perbuatan Tuhan di dalam hidupnya. Pria itu bercerita bahwa Tuhan telah menarik dan menyelamatkannya dari gaya hidup seorang pemabuk. Belum selesai ia bersaksi, satu dari sekian banyak orang yang sedang mendengar kesaksian itu menyela dan berkata, "Pak, kenapa anda tidak duduk diam saja? Anda hanyalah pemabuk yang sedang bermimpi" Si gadis kecil mendekati pemuda tersebut dan berkata, "Tuan, yang anda teriaki itu adalah ayah saya. Anda mengatakan ayah saya seorang pemabuk? Ayah saya dulu memang seorang pemabuk dan hampir setiap malam memukuli ibu. Ketika dipukul, ibu hanya bisa menangis sepanjang malam. Tuan, kami juga tidak memiliki pakaian yang bagus untuk dipakai karena ayah membelanjakan semua uangnya untuk membeli minuman keras. Dulu, saya tidak memiliki sepatu untuk dipakai ke sekolah, tapi sekarang lihatlah sepatu dan baju ini Ayah membelinya untuk saya karena sekarang ia memiliki pekerjaan yang baik dan tidak pernah mabuk lagi. Apakah anda melihat wanita yang sedang tersenyum di sana? Itu adalah ibu saya. Dia tidak menangis lagi sepanjang malam, bahkan sekarang dia bernyanyi sepanjang hari," kata gadis itu dengan bangga. "Tuan tahu siapa yang melakukan semua perubahan besar itu? Yesus yang telah mengubah ayah! Dia juga telah mengubah suasana rumah kami menjadi indah. Jadi Tuan, jika ayah saya sedang bermimpi, tolong jangan bangunkan dia!" lanjut gadis kecil itu dengan penuh percaya diri. Dibutuhkan waktu dan perubahan sikap yang nyata saat seseorang sudah menerima kasih Kristus agar dia mampu bersaksi tentang semua yang diterimanya dari Kristus. Sehingga melalui hidupnya dapat dibuktikan bahwa Kristus benar hidup di dalam dia dan dia di dalam Kristus. Paulus sendiri mengalaminya. Cukup lama para rasul baru bisa menerima dan mengakui perubahan Paulus yang dulunya pembunuh pengikut Kristus, namun kini menjadi pengajar jalan Kristus. Tapi ketika Paulus terus memberitakan Kristus dengan mengisahkan perjumpaannya yang spektakuler di jalan menuju Damsyik, banyak orang menjadi percaya dan memberi diri dibaptis. Apakah ada perubahan dalam diri kita saat kita mengenal Yesus Kristus? Kalau ada, bersaksilah tentang kasih-Nya yang besar itu. Ketika kita bersaksi, Roh Kudus akan bekerja di hati orang yang rindu untuk diubahkan, sehingga setelah kita, akan bertambah satu orang lagi menjadi murid Kristus. Tuhan memberkati.Doa:Tuhan Yesus, terima kasih karena ketika aku mengenal Engkau secara pribadi ada sesuatu yang diubahkan dalam hidupku. Urapi mulutku agar aku mampu bersaksi tentang kasih-Mu, dan lepaskan lidah yang kelu dalam mulutku, agar kesaksianku dapat memberkati banyak orang. Amin. (Dod).
Hari ini, Selasa 5 Agustus 2025, Bumi berputar lebih cepat dari biasanya. Para ilmuwan mencatat, durasi rotasi harian Bumi lebih singkat 1,51 milidetik dari standar 24 jam. Meski terdengar kecil, perubahan ini bisa menimbulkan efek domino dalam dunia teknologi, mulai dari gangguan sistem GPS, komunikasi satelit, hingga potensi perubahan dalam sistem penanggalan global.Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun sejumlah faktor diduga terlibat, seperti pencairan gletser, pergeseran inti Bumi, hingga gempa besar. Menariknya, fenomena ini bertolak belakang dengan tren sebelumnya yang justru menambah detik kabisat akibat rotasi Bumi yang melambat.Lantas, apa sebenarnya yang menyebabkan Bumi berputar lebih cepat? Apakah fenomena ini bersifat sementara atau justru menjadi tren baru dalam dinamika planet kita? Narasumber : Profesor Riset astronomi pusat riset antariksa BRIN yang juga anggota tim hisab rukyat kementrian agama RI, Prof. Thomas Jamaludin
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Olivia Ivania dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Daniel 7: 9-10.13-14; Mazmur tg 97: 1-2.5-6.9; 2 Petrus 1: 16-19; Lukas 9: 28b-36.MATA DAN TELINGA YANG BERJAGA Renungan kita pada hari ini bertema: Mata dan Telinga Yang Berjaga. Seorangpemuda untuk kali ketiganya berpacaran dan ia berpikir kalau kali ini mestimemberikan hasil positif. Dua kali sebelumnya selalu berakhir dengan kesedihanlantaran ada banyak ketidak-sesuaian. Ia mengevaluasi diri dan mengetahui bahwaada sisi negatif dari dirinya yang ikut menyebabkan kegagalan pacaran selamadua kali. Lalu ia bicarakan itu dengan kedua orang tuanya. Nasihat kedua orangtuanya begini: keputusan hati kita untuk berkata dan bertindak sangatbergantung pada kemampuan melihat dan mendengar. Mata dan telinga kita harus senantiasa aktif untuk mendapatkan kenyataantentang orang lain yang kita kasihi. Ketika melihat bahwa orang di sampingmusedang sibuk dengan berbagai pekerjaan, atau ketika telinga mendengar kalauorang tersebut suaranya sudah tidak berdaya, keputusan hatimu akan menentukantindakan untuk memperhatikan dia. Pemuda itu mengamini nasihat itu dan bertekatuntuk membuat kesempatan pacaran yang ketiga kali itu berbuah baik dan bisameningkat menjadi hubungan ke jenjang perkawinan. Pada hari pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya ini, Sabda Tuhanmengajarkan kita untuk mengalami kemuliaan dan kebesaran Tuhan melalui matakita yang melihat dan telinga kita yang mendengar. Ketiga bacaan menggambarkanpenglihatan dan pendengaran fisik yang dialami oleh nabi Daniel, rasul Petrusdan kedua rekannya. Mereka melihat penampakan Tuhan dan mendengar suara yangdatang langsung dari Tuhan. Suatu pengalaman iman yang secara langsung sepertiini sangat didambakan oleh banyak dari kita. Kita bagaikan terangkat setinggigunung Tabor tempat para rasul menyaksikan penampakan kemuliaan Tuhan. Saat ini hampir semua pengalaman iman kita ialah kejadian-kejadian tidaklangsung namun dipertandai secara langsung. Yesus bersabda dan menampakkankemuliaan-Nya melalui diri Bapa Suci, atau seorang imam, atau seorang saudarayang berbuat baik dan mengasihi kita. Yesus hadir secara pribadi langsungtetapi diperlambangkan oleh Roti Ekaristi yang selalu kita sembah dan santap.Yesus juga berdiri di mimbar dan bersabda secara langsung tetapi ditandai olehseorang pewarta. Pengalaman-pengalaman seperti ini sangat bernilai tinggi danmembantu pertumbuhan iman kita. Mata dan telinga kita sangat berperan untukpertumbuhan iman ini. Yang menjadi masalah ialah jika kita tidak mendengar dan melihat dengansuatu perhatian yang baik, kita bakal kehilangan pengalaman akan kemuliaanTuhan yang hadir di dalam diri sesama, alam lingkungan, dan peristiwa hidupkita. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Yesus yang baik, semoga kami selalu inginmelihat dan mendengarkan Dikau dalam setiap situasi hidup kami. Salam Mariapenuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...
Kencan Dengan Tuhan - Selasa, 5 Agustus 2025Bacaan: "Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihi Nya, seperti ayah kepada anak yang disayangi." (Amsal 3:12)Renungan: Orang tua di dunia ini tidak satupun yang menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang gagal atau menderita di kemudian hari. Semuanya berharap anak-anaknya menjadi orang yang berhasil dalam studi, karir dan juga rumah tangga. Itulah sebabnya orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, bahkan mereka pun rela mengorbankan apa saja demi anak. Kasih, perhatian, perlindungan dan terkadang juga teguran diberikan orang tua kepada anak. Dalam kehidupan rohani, Tuhan pun bertindak demikian. Di satu sisi Tuhan senantiasa melimpahkan kasih, kemurahan, pemeliharaan, penyertaan dan pertolongan kepada kita; di sisi lain Dia juga akan memberikan teguran atau hajaran kepada kita bila kita melakukan pelanggaran atau dosa di hadapan-Nya. Tujuan teguran itu adalah agar kita menjadi jera dan tidak lagi mengulangi kesalahan sehingga kita dapat bertumbuh ke arah yang benar sesuai dengan kehendak-Nya. Teguran Tuhan kepada kita terkadang dapat berupa masalah atau persoalan: sakit penyakit, krisis keuangan, masalah keluarga dan sebagainya. Tuhan mengizinkan hal itu terjadi agar kita segera menyadari kesalahan dan berbalik ke jalan-Nya yang benar. Oleh karena itu, "...janganlah engkau menolak didikan Tuhan dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya." (Amsal 3:11). Daud pernah melakukan pelanggaran besar di hadapan Tuhan. Ia berzinah dengan Batsyeba. Kemudian Tuhan memakai Natan untuk menegur Daud. Akhirnya Daud pun menyesal dan bertobat. Natanpun berkata kepada Daud: "Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menistai Tuhan, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati." (2 Samuel 12:13-14). Kunci utama ketika kita menerima teguran dari Tuhan adalah bertobat. Pengakuan diri bahwa kita telah melakukan dosa di hadapan Tuhan itu sangat penting, dan itu adalah kunci untuk mengalami pemulihan dan berkat dari Tuhan. Jadi bila kita mendapat teguran dari Tuhan, jangan menjadi kecewa atau marah. Ini artinya Tuhan sangat mengasihi kita, "Jika kamu harus menanggung ganjaran: Allah memperlakukan kamu sebagai anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" (Ibrani 12:7). Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, terima kasih atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupku, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Aku bersyukur karena Engkau mengangkat aku sebagai anak-Mu. Kini aku menyadari bahwa sebagai seorang anak, aku harus senantiasa taat dan setia pada-Mu. Engkau tidak menghendaki aku jauh dan lari dari jalan-Mu. Maka terkadang ada hal-hal yang mungkin tidak kusukai terjadi dalam hidupku, yang kupercaya itu adalah teguran-Mu untukku agar aku tidak salah dalam melangkah. Amin. (Dod).
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Eland Parera dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Bilangan 12: 1-13; Mazmur tg 51: 3-4.5-6a.6bc-7.12-13; Matius 14: 22-36.ORANG BUTA JANGAN MENUNTUN ORANG BUTA Renungan pada hari ini bertema: Orang Buta Jangan MenuntunOrang Buta. Pekerjaan menuntun sama kualitasnya dengan membimbing, mengarahkandan mengajarkan. Ini mengandaikan bahwa yang menuntun itu adalah orang yanglebih berkualitas dibandingkan dengan yang dituntun. Misalnya guru menuntunmurid-murid dan orang tua menuntun anak-anak atau cucu-cucu. Tuhan menyelenggarakan hidup kita dengan suatu modelpembelajaran untuk menjadi sesuatu yang diharapkan. Dunia binatang saja secaranatural juga berlaku hukum ini, apalagi manusia yang punya peradaban, di manaakal budi dan imannya menjadi instrumen mendasar yang dipakai untuk menuntundan mengajarkan. Orang-orangpilihan Allah seperti nabi, rasul dan imam dikaruniai kemampuan ini. Tugas istimewa ini bisa lebih dipandang sebagai suatuprivilese atau keistimewaan. Orang-orang pilihan sangat menyadari tentang hal ini. Sama seperti seorang Uskupatau imam atau presiden dengan tugas-tugasnya yang istimewa, ia terdorong untuk menjalankannya secara bertanggungjawab dan adil. Tetapi di sisi lain, orang yang iri atau tidak suka dengan keistimewaan ini pasti memandangnya sebagaisesuatu yang tidak adil, tidak wajar dan tidak benar. Biasanya ada pengaruh Setan yang memenuhi mereka dengan ambisi berkuasa, lalumenginginkan posisi atau privilese tadi. Itu yang terjadi dengan perhatian dan belas kasih Tuhan kepada bangsa Israelyang dalam pembuangan Babel, namun diterangi oleh nubuat nabi Yeremia bahwapembebasan mereka sungguh terjadi. Nubuatini dilawan oleh orang-orang yang tidak suka dengan kehendak Tuhan. Mereka seperti orang buta yang menuntun bangsaIsrael yang buta sedang menuju ke tanah asalnya. Kelakuan mereka mirip dengan orang-orang Farisi yangdikecam oleh Yesus. Merekamelawan Tuhan Yesus Kristus. Kejadian yang digambarkan oleh bacaan Injil pada hari inicukup menjelaskan kepada kita bahwa iman yang kecil atau lemah seperti yangditunjukkan oleh rasul Petrus, tidak bisa diandalkan untuk membimbing danmengajarkan orang lain yang belum kuat imannya. Yang sudah terjadi ialah orangyang salah beriman seperti orang Farisi menganggap diri mampu membimbing oranglain. Padahal itu sama dengan orang buta menuntun orang buta. Bisa jadi mereka bersama-samajatuh ke dalam kehancuran. Atau lebih parah, bisa jadi mereka menjurumuskanorang-orang ke dalam lembah dosa, sementara mereka tahu untuk meluputkandirinya. Untuk menghindari ini, satu nasihat bijaksana buat kita ialah:janganlah menjadi yang buta menuntun yang buta. Rasul Petrus kini telah menjadi model iman kita, karenaimannya sudah sejati. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan dan Allahkami, semoga di dalam rahmat-Mu kami dapat mengisi seluruh hari ini selaludengan perkataan dan perbuatan yang mengakui kebesaran-Mu dan memuliakannama-Mu. Salam Maria penuh rahmat... Dalam nama Bapa...
Kencan Dengan Tuhan - Senin, 4 Agustus 2025Bacaan: "Pencobaan pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13)Renungan: Dahulu kala Tuhan mempunyai banyak berkat yang Ia mau bagikan kepada umat manusia. Karena terlalu banyak maka Ia minta pertolongan pada hewan-hewan besar untuk membagikannya. Tetapi hewan-hewan tersebut menolak dengan berbagai alasan. Akhirnya burung-burung datang pada Tuhan dan siap membantu membagi berkat tersebut asalkan dibungkus dalam bungkusan kecil sesuai dengan porsi tubuh mereka. Burung-burung itupun dengan sukacita membawa berkat-berkat itu tanpa mengeluh. Mereka berjalan sambil bernyanyi tanpa ada rasa lelah walau beban mereka berat. Tetapi lama kelamaan karena mereka bersukacita, maka beban itu tidak lagi terasa berat melainkan ringan sampai akhirnya beban-beban itu mengangkat mereka sehingga mereka tidak lagi berjalan melainkan terbang. Sungguh tidak masuk akal. Akhirnya burung-burung tersebut sampai di tujuan. Ketika menurunkan beban yang mereka pikul, mereka menemukan bahwa ada sayap-sayap yang tumbuh di punggung mereka tepat di tempat di mana beban diletakkan. Sayap-sayap itulah yang telah memampukan mereka terbang melintasi darat, laut dan puncak-puncak gunung yang tinggi meski membawa beban berat di punggung. Walaupun cerita di atas hanya legenda, namun ada pesan penting yang bisa kita petik. Kesediaan menanggung beban, baik itu beban diri sendiri atau beban orang lain, akan menumbuhkan sayap-sayap iman yang memampukan kita terbang tinggi mengatasi beban yang kita pikul. Tuhan sudah berjanji bahwa pencobaan yang kita alami tidak melampaui kekuatan kita. Tuhan yang akan memberi jalan keluar sehingga kita dapat menanggungnya. Jika saat ini kita sedang menanggung beban yang berat, relakan punggung kita untuk memikulnya. Jangan lupa, pencobaan menjadikan kita lebih dewasa dan memiliki kualitas kerohanian yang semakin matang. Jika kita merasa bahwa Tuhan sedang memakai kita untuk memikul beban bagi orang lain, lakukanlah dengan sukacita. Tuhan yang akan memberi kekuatan bahkan "sayap-sayap" rohani yang memampukan kita untuk terbang. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, terima kasih atas setiap pencobaan yang Kau izinkan terjadi dalam hidupku. Jangan biarkan keputusasaan menguasai ku, tapi biarlah kekuatan-Mu senantiasa melingkupi aku. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 2 Agustus 2025Bacaan: "Bersukacitalah dalam pengharapan sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa." (Roma 12:12)Renungan: Ada seorang anak laki-laki asal Scotlandia terpisah dari keluarganya. Anak laki-laki itu kemudian diasuh di sebuah yayasan. Setelah dewasa ia bekerja di sebuah perusahaan pelayaran di Chicago. Di dalam hatinya terpendam kerinduan besar untuk bertemu ibu dan kedua saudara perempuannya. Untuk itu ia mengirimkan surat ke beberapa tempat di Scotlandia. Tapi hasilnya nihil. Suatu hari ia membaca firman Tuhan yang membangkitkan imannya akan pertolongan Tuhan. "Sebab Tuhan Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan: Ia tidak menahan kebaikan dari orang hidup tidak bercela." (Mzm 84:12). Ketika berdoa, di hatinya terbersit ide untuk menulis surat ke Yayasan yang ada di Massachusetts. Ternyata di sana ada sepucuk surat yang dikirim oleh saudara perempuannya dari Scotlandia. Dengan cucuran air mata ia membaca surat yang mengabarkan bahwa ibunya masih hidup dan mencarinya. Tanpa membuang waktu lagi, ia segera menemui keluarga yang dirindukannya sejak kecil. Setelah melepas rindu, saudara perempuannya menceritakan bahwa ibunya tidak pernah berhenti berdoa untuknya sejak mereka berpisah 19 tahun lalu. Air mata yang tertumpah selama 19 tahun di Scotlandia telah dijawab Allah di Amerika yang jauh. Terbukti sudah bahwa, " Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya." (Yak 5:16b). Kuasa doa yang dipanjatkan di dalam nama Tuhan Yesus tidak pernah bisa dibatasi oleh jarak dan waktu. Karena itu jika ada doa-doa kita yang belum terjawab, mungkin saja jawabannya sedang dalam "perjalanan". Satu prinsip yang harus kita tanamkan di dalam hati kita bahwa Tuhan tidak pernah berdusta atau mengingkari janji-Nya. Dia selalu memegang teguh janji-janji-Nya! Jika Dia sudah berjanji, maka Dia akan menjawab doa yang dipanjatkan dengan iman. Pada waktu yang sangat indah, jawaban-Nya akan menjadi nyata. Jangan lelah menanti jawaban Tuhan. Tetaplah tekun dalam doa, dan Tuhan akan melakukan apa yang harus Dia lakukan yaitu menjawab doa-doa kita. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau senantiasa mendengar dan menjawab doa-doaku. Sendengkanlah selalu telinga-Mu untuk mendengarkan doa-doa atas berbagai masalah yang menjadi pergumulan hatiku. Kuduskan dan sucikanlah hatiku, agar tidak menjadi batu sandungan bagi kuasa-Mu untuk bekerja dalam diriku. Aku percaya walaupun doaku belum terjawab, namun akau sudah mendapatkannya. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Minggu, 3 Agustus 2025Bacaan: "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b)Renungan: Ada seorang raja yang hendak menikah dan ia harus membuat suatu perjalanan yang lama dan panjang. Tahun tahun telah berlalu, tunangan raja menanti dengan sedih hati, tetapi tanpa kehilangan harapan bahwa sang raja akan kembali. Beberapa teman gadisnya berkata, "Nampaknya kekasihmu sudah melupakan engkau dan tidak akan kembali." Gadis ini bertambah sedih dan sakit hati. Ia pun menangis sejadinya dan mengurung diri. Kemudian gadis itu mengambil surat terakhir dari sang raja di mana sang raja bersumpah bahwa dia tetap setia dan sungguh dalam cintanya. Setelah membaca surat itu, hatinya merasakan adanya kedamaian, semangatnya pulih kembali dan dia terus menanti dengan sabar sampai sang raja kembali. Sesudah bertahun-tahun sang raja itu pulang. Dengan keheranan dia bertanya kepada calon istrinya, "Bagaimana mungkin engkau tetap tinggal setia kepadaku dalam waktu sekian lama?" Gadis itu menjawab, "Rajaku, saya masih tetap menyimpan suratmu dan saya percaya padamu." Apakah saat ini mulai ada keragu-raguan di hati kita untuk mengikuti Yesus? Apakah kita merasa saat ini beban hidup terlalu berat sehingga merasa bahwa Yesus tidak bisa berbuat apa-apa? Ataukah saat ini kekasih kita yang berbeda iman telah menawan hati kita sehingga diam-diam kita mulai meninggalkan Yesus? Hari ini kembali kita diingatkan, bahwa apapun masalah dan keadaan kita saat ini, tetaplah setia pada-Nya, karena janji penyertaan-Nya senantiasa ada untuk kita. Jangan sampai janji itu terhilang dari diri kita, karena kita mulai meragukan dan meninggalkan-Nya. Peganglah firman ini, "Kata Yesus kepadanya, 'Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.'". (Yoh 14:6) Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk setia mengiring Engkau dalam perjalanan hidupku. Jangan biarkan kesusahan, penderitaan, sakit penyakit, dan pergumulan hidupku membuat aku meragukan kuasaMu dan meninggalkan Engkau. Tanamkan dalam hidupku bahwa pergumulan hidup yang Kau ijinkan terjadi dalam hidupku adalah alat uji untuk membentuk kepribadianku dan kesetiaanku pada-Mu. Amin. (Dod).
In this episode of "Down to Business," Bobby Kerr sits down with Hari Abburi to delve into his thought-provoking book, "Ideas Don't Die, Companies Do." Hari challenges the prevailing notion of customer obsession, arguing that the future lies in organizations that prioritize innovative ideas.He shares insights on how many companies focus on efficiency but neglect the importance of curiosity and imagination in driving true innovation.
Is Big Pharma really healing us — or profiting from keeping us sick? NYT best-selling author Johann Hari (Stolen Focus, Lost Connections, Chasing the Scream, Magic Pill) returns with a powerful breakdown of the real causes of depression, anxiety, and the global attention crisis. Johann Hari reveals why only 2 of the 9 causes of depression are biological, exposing how Big Pharma, social media addiction, and modern lifestyle traps are fueling mental health issues. He dives into the dark rise of GLP-1 drugs (like Ozempic) and society's toxic beauty obsession, while uncovering the overlooked role of sleep, community, and social connection in healing. Hari shares his personal experience with antidepressants, and explores how childhood shame and trauma drive addiction, weight gain, and despair. You'll learn why even pets are being diagnosed with ADHD, what Silicon Valley insiders confessed about attention-hacking technology, and how our loss of focus is sabotaging relationships, careers, and democracy itself. If you're ready to challenge the myths of mental health, regain your focus, and take back control of your mind, don't miss this eye-opening conversation with Johann Hari. Check out all of Johann Hari's Books: https://johannhari.com/ Our first episode with Johann Hari: https://youtu.be/JKFuI96biDU Follow us on Substack for Exclusive Bonus Content: https://bialikbreakdown.substack.com/ BialikBreakdown.com YouTube.com/mayimbialik Learn more about your ad choices. Visit megaphone.fm/adchoices
Kencan Dengan Tuhan - Kamis, 31 Juli 2025Bacaan: ...."Cukuplah kasih karuniaku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaku menjadi sempurna." (2 Korintus 12:9)Renungan: Suatu ketika seorang pemuda bernama Malcolm diserang oleh seekor induk beruang di dalam hutan. Induk beruang itu meremukkan tulang di tubuhnya dan menancapkan cakarnya pada wajah Malcolm dan mencakar lurus hingga ke kepala bagian belakang. Selama 8 tahun ia berulang-ulang menjalani operasi pemulihan, namun itu semua tidak memberi hasil yang baik. Ia memandang dirinya sebagai si buruk rupa.Suatu ketika karena kecewa, ia naik dengan kursi rodanya ke atap lantai 10 gedung pusat rehabilitasi dan siap untuk menterjunkan dirinya ke bawah. Tiba-tiba ia mendengar suara ayahnya yang berkata, "Malcolm, tunggu sebentar. Setiap manusia memiliki bekas luka di suatu tempat yang tersembunyi dalam dirinya. Rata-rata mereka menyembunyikannya dengan senyuman, kosmetik dan pakaian indah. Kebetulan kau harus memakai bekas luka itu pada bagian luar. Namun kita semua sama anakku. Kita sama-sama punya luka." Mendengar itu Malcolm menangis dan tidak jadi bunuh diri. Paul Jeffers seorang wiraniaga terkenal berkata, "Halangan diberikan kepada orang-orang biasa agar mereka menjadi luar biasa." Akhirnya Malcolm termotivasi, ia memutuskan untuk menjadikan kekurangannya sebagai modal utama. Setahun kemudian dia menjadi agen asuransi nomor 1 di Vancouver. Setiap orang memang memiliki keterbatasan, kelemahan dan pengalaman pahit yang bisa menghalanginya untuk maju. Rasul Paulus pun mempunyai duri di dalam dagingnya. Namun ia tidak menjadikan kelemahan itu sebagai penghalang baginya untuk menjadi alat Tuhan. Apakah yang menjadi penghalang hidup kita untuk maju? Jangan menyerah, jangan menyalahkan Tuhan atau orang lain. Sebab kasih karunia Tuhan cukup untuk memberi kemampuan bagi kita untuk menghadapi tantangan hidup itu. Tuhan dapat memakai setiap penghalang untuk menjadikan kita pribadi yang tangguh, sebab di dalam kelemahanlah kuasa-Nya akan nyata. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, biarlah semua penghalang yang ada dalam diriku dapat menjadikan aku kuat untuk bertahan dan bergantung sepenuhnya kepada-Mu. Amin. (Dod).
Is Big Pharma really healing us — or profiting from keeping us sick? NYT best-selling author Johann Hari (Stolen Focus, Lost Connections, Chasing the Scream, Magic Pill) returns with a powerful breakdown of the real causes of depression, anxiety, and the global attention crisis. Johann Hari reveals why only 2 of the 9 causes of depression are biological, exposing how Big Pharma, social media addiction, and modern lifestyle traps are fueling mental health issues. He dives into the dark rise of GLP-1 drugs (like Ozempic) and society's toxic beauty obsession, while uncovering the overlooked role of sleep, community, and social connection in healing. Hari shares his personal experience with antidepressants, and explores how childhood shame and trauma drive addiction, weight gain, and despair. You'll learn why even pets are being diagnosed with ADHD, what Silicon Valley insiders confessed about attention-hacking technology, and how our loss of focus is sabotaging relationships, careers, and democracy itself. If you're ready to challenge the myths of mental health, regain your focus, and take back control of your mind, don't miss this eye-opening conversation with Johann Hari. Check out all of Johann Hari's Books: https://johannhari.com/ Our first episode with Johann Hari: https://youtu.be/JKFuI96biDU Follow us on Substack for Exclusive Bonus Content: https://bialikbreakdown.substack.com/ BialikBreakdown.com YouTube.com/mayimbialik Learn more about your ad choices. Visit megaphone.fm/adchoices
Kencan Dengan Tuhan - Rabu, 30 Juli 2025Bacaan: ...."Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." (Matius 13:33)Renungan: James William Sidis adalah seorang yang sangat cerdas. Sejarah mencatat bahwa ia termasuk orang yang jenius melebihi Einstein, Da Vinci dan John Stuart Mills. Ia memiliki IQ 250-300, menguasai 200 jenis bahasa, menjadi profesor sebelum berumur 20 tahun. Namun karena ia memutuskan untuk tidak memberikan kontribusi apa-apa, maka pengaruhnya pada duniapun tidak ada sehingga namanya terhapus dari catatan sejarah dunia. Einstein dan tokoh-tokoh besar lainnya bisa mencapai sukses melalui kecerdasan mereka, itu dikarenakan ada dampak yang diberikan dari kecerdasan mereka bagi dunia. Tidaklah penting berapa lama kita hidup di dunia. Hal yang benar-benar penting adalah apakah ada yang telah kita lakukan selama hidup kita yang bermanfaat bagi orang lain? Sebagai orang percaya, kita adalah orang-orang yang telah tercatat dalam buku sejarahnya Tuhan, yaitu buku kehidupan. Jika nama kita telah tercatat dalam buku kehidupan Tuhan, dampak apa yang akan kita berikan selama kita hidup di dunia? Yesus mengatakan bahwa hal kerajaan sorga itu bagaikan ragi yang mengkhamiri adonan, artinya hidup kita harus bisa membawa pengaruh yang baik kepada keluarga, sahabat, lingkungan dan dunia yang kita tempati. Seseorang yang memiliki hidup yang berarti bukan diukur dari seberapa banyak yang bisa ia miliki untuk dirinya, tetapi diukur dengan seberapa besar pengaruh positif yang sudah ia berikan kepada sesama dan lingkungan. Oleh karena itu, jadilah pribadi yang memberi dampak bagi kemuliaan nama Tuhan sebagaimana Tuhan menginginkannya. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, banyak orang di sekitarku yang menderita baik jasmani maupun rohani dan mereka membutuhkan uluran tangan banyak orang untuk sekadar memberikan senyum dan penghiburan serta doa bagi mereka. Mampukan aku agar aku dapat menjadi berkat bagi mereka, sehingga hidupku yang hanya sekali ini dapat berarti bagi banyak orang. Amin. (Dod).
ON TODAYS SHOW: It's out one and only Azura Lanes birthday! Plenty of special birthday messages including Drake & Zac Efron joining the show. Plus, Charlie the theatre dad shares how his middle child Pili went last night in his school play. For more, follow our socials: Instagram Facebook TikTokSee omnystudio.com/listener for privacy information.
Kencan Dengan Tuhan - Selasa, 29 Juli 2025Bacaan: ..."Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18)Renungan: Penolong yang sepadan adalah istilah yang sangat akrab di telinga pengikut Yesus. Namun, tidak sedikit orang yang tidak mengerti dengan benar arti penolong yang sepadan, sehingga terkadang tindakannya salah baik perempuan maupun laki-laki. Ketika belum ada penolong yang sepadan bagi laki-laki, Tuhan berfirman bahwa tidak baik kalau laki-laki sendirian. Itu artinya ketika Tuhan memberikan penolong yang sepadan bagi laki-laki, maka keadaannya akan lebih menguntungkan. Jika perempuan tidak menyadari bahwa dirinya adalah penolong yang sepadan bagi suami, maka dia akan diam di rumah karena minder atau sebaliknya malah ia bertindak berlebihan sehingga istilah suami-suami takut istri menjadi nyata dalam hidup ini. Betapa banyak perempuan menggugat cerai suaminya, demikian pula tidak sedikit laki-laki yang meninggalkan dan menceraikan istrinya. Keduanya sama-sama tidak menyadari bahwa posisi perempuan adalah penolong yang sepadan yang tidak bisa dipisahkan dari laki-laki kecuali oleh kematian. Adam memakai istilah "tulang dari tulangku, daging dari dagingku". Sementara itu orang Jawa memakai istilah "garwo, sigaraning nyowo atau belahan jiwa." Jika kita tidak menerapkan prinsip tentang posisi istri sebagai penolong yang sepadan, kita akan kehilangan janji Tuhan untuk kehidupan yang lebih baik. Sudah pasti kehidupan keluarga akan berantakan. Oleh karena itu, "Hai istri, posisikan dirimu sebagai penolong yang sepadan bagi suamimu! Hai suami, akui dan terimalah istrimu sebagai penolong yang sepadan!" Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, aku mau berdoa untuk pasanganku dan juga kedua orang tuaku, agar mereka boleh menyadari bahwa istri dan juga mamaku Engkau berikan sebagi penolong yang sepadan buat suami dan buat papaku. Jangan biarkan keegoisan menguasai ku dan mereka, sehingga masing-masing ingin saling menguasai dan menghancurkan. Yesus, bertakhtalah dalam keluargaku, agar aku dapat menjadi berkat bagi semua anggota keluargaku. Amin. (Dod).
While driving up to visit family in the Philippines, a man encounters one of the country's most infamous creatures—but will he and his driver be able to survive the experience unscathed? Ghost Maps follows an unnamed narrator as he chronicles true accounts of the supernatural across Southeast Asia. ►GHOST MAPS CREDITS:Kyle Ong - DirectorWayne Rée - WriterJoline Lim - Art Director►SUPPORT & FIND US HERE:HANTU InstagramHANTU YouTubeHANTU TikTokHANTU FacebookHANTU TwitterHANTU WebsiteHANTU Patreon►MUSIC CREDITS:Kevin Macleod: https://incompetech.comMyuu: https://www.youtube.com/user/myuujiArtlist: https://artlist.io/ ►EQUIPMENTS:Ghost Maps is recorded on Audio-Technica Mics.►THANK YOU TO OUR SUPPORTERS ON PATREON: Stanley SantosAustin ChongLinda HadenNeoVegasAssassinMai Jake Lee YJSofeaCeph, the Ghost WriterSlajaSajkaNicolez PhuaAndika BramantioMedidi StephensMiranda Pruett Abby WintkerDyah Candra Hapsari SubagyoAdnan SalimPhani ShankarTom JohariR.YAayush GuptaNikoHeather TanKai LinJulie HolochwostMonica DuboisLexiHanni LaurenChristopher SmallwoodAshley ChanØyvind Husebø Kismet Sith Socheata ►ABOUT HANTU:#trueghoststory #ghoststory #ghoststories #horrorstory #horrorstories #southeastsia #singapore #ghostmaps #deadair #podcast #wearehantu #hantu #hantusg Hosted on Acast. See acast.com/privacy for more information.
Kencan Dengan Tuhan - Senin, 28 Juli 2025Bacaan: "Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (Amsal 15:3)Renungan: Dr. John Todd seorang penulis terkenal, tidak akan pernah melupakan kejadian itu. Waktu itu ayahnya yang sedang sakit keras menyuruhnya pergi membeli obat. Tetapi John Todd yang waktu itu masih anak-anak tidak mau pergi. Untuk itulah ia membuat cerita bohong dan mengatakan kepada ayahnya bahwa obat yang dimaksud tidak dijual di apotik. Tetapi kemudian ia merasa tidak tenang dan merasa bersalah, akhirnya ia pergi juga untuk mencari obat itu. Tetapi sudah terlambat. Ketika kembali ke rumah ayahnya sudah sekarat dan hampir mati. Ayahnya hanya bisa berbisik kepada John, "John, kasihi saya dan berkatalah benar senantiasa, karena mata Tuhan selalu tertuju padamu. Sekarang, ciumlah saya sekali lagi dan ucapkanlah selamat jalan." Dunia ini memang tidak memberikan teladan yang baik tentang ketaatan dan kasih seorang anak kepada orang tua. Banyak remaja dan pemuda yang hidup sesuka hati mereka bahkan tidak sedikit yang mengancam jika orang tua tidak menuruti kehendaknya. Tetapi diberkatilah mereka yang tetap menaruh kasih dan hormat terhadap orang tuanya tanpa mencemarkan dirinya dengan kebiasaan orang-orang durhaka yang akan menuai hasil dari apa yang mereka tabur. Anggap saja kata-kata ayah John menjelang kematiannya, mewakili kerinduan setiap orang tua terhadap anak-anaknya, "Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (Amsal 15:3). Hai anak-anak remaja dan pemuda-pemudi, sekalipun tidak ada orang yang tahu dan tidak ada yang melihat apa yang kita lakukan, tetapi mata Tuhan selalu tertuju kepada kita. Buatlah hati Tuhan senang dan bersukacita karena kita dan buatlah orang tua kita bangga karena memiliki anak-anak yang taat kepada Tuhan dan hormat kepada orang tua. Tuhan Yesus memberkati.Doa:Tuhan Yesus, aku mau belajar taat pada orang tuaku. Kini aku sadar bahwa matamu ada di segala tempat dan melihat apa saja yang aku perbuat. Bantulah aku agar seluruh keberadaanku dapat menyenangkan orang tuaku, sehingga aku boleh melihat senyum mereka setiap saat. Amin. (Dod).
Śrīmad Bhāgavatam mentions that those who are chanting Hare Kṛṣṇa are at such a high level because The Holy Name is the pinnacle of all Vedic knowledge. "Aho bata śva-paco 'to garīyān yaj-jihvāgre vartate nāma tubhyam tepus tapas te juhuvuḥ sasnur āryā." Devahūtī says, "Aho bata śva-paco 'to garīyān," which means, "Oh, how wonderful it is!" "Tepus tapas te juhuvuḥ sasnur āryā brahmānūcur nāma gṛṇanti ye te." (SB 3.33.7) This means that those who have somehow or other come to chant Hare Kṛṣṇa, even if it's just a little bit, with the tip of their tongue, they just say Hare Kṛṣṇa once —these people you should understand to have already graduated. There are levels of education. For instance, one has to go through a process to become a lawyer, an attorney, what to speak of after that, to become a judge. You know that if somebody is a judge, he or she has gone through law school, and that's why that person is sitting behind the bench giving verdicts. In a similar way, Devahūtī is saying, if someone can say Hare Kṛṣṇa, they have to be counted amongst those who somehow or other have come to this high level of connection with the Supreme Personality of God, through His Holy Name. And if someone can chant Hare Kṛṣṇa and does so with sincerity, it's also known that that person has superseded the level of Brāhmaṇism. So, accepting The Holy Name as one's life and soul and one's main meditation is the recommendation of the Śrīmad Bhāgavatam. At the outset of the Bhāgavatam, in the First Canto, First Chapter (SB 1.1.14), it is said: "āpannaḥ saṁsṛtiṁ ghorāṁ yan-nāma vivaśo gṛṇan tataḥ sadyo vimucyeta yad bibheti svayaṁ bhayam'" So, there's no difference at all between Kṛṣṇa and His Holy Name. Therefore, anyone can take advantage of the association of Kṛṣṇa and can get protection from Him just by saying "Hare Kṛṣṇa," because Kṛṣṇa is personally present. And near the end of the Śrīmad Bhāgavatam, it is said that the essence of everything is the chanting of Hari, the Lord's holy names. https://vedabase.io/en/library/sb/3/33/7 https://vedabase.io/en/library/sb/1/1/14 ------------------------------------------------------------ To connect with His Grace Vaiśeṣika Dāsa, please visit https://www.fanthespark.com/next-steps/ask-vaisesika-dasa/ ------------------------------------------------------------ Add to your wisdom literature collection: https://iskconsv.com/book-store/ https://www.bbtacademic.com/books/ https://thefourquestionsbook.com/ ------------------------------------------------------------ Join us live on Facebook: https://www.facebook.com/FanTheSpark/ Podcasts: https://podcasts.apple.com/us/podcast/sound-bhakti/id1132423868 For the latest videos, subscribe https://www.youtube.com/@FanTheSpark For the latest in SoundCloud: https://soundcloud.com/fan-the-spark ------------------------------------------------------------ #spiritualawakening #soul #spiritualexperience #spiritualpurposeoflife #spiritualgrowthlessons #secretsofspirituality #vaisesikaprabhu #vaisesikadasa #vaisesikaprabhulectures #spirituality #bhaktiyoga #krishna #spiritualpurposeoflife #krishnaspirituality #spiritualusachannel #whybhaktiisimportant #whyspiritualityisimportant #vaisesika #spiritualconnection #thepowerofspiritualstudy #selfrealization #spirituallectures #spiritualstudy #spiritualquestions #spiritualquestionsanswered #trendingspiritualtopics #fanthespark #spiritualpowerofmeditation #spiritualteachersonyoutube #spiritualhabits #spiritualclarity #bhagavadgita #srimadbhagavatam #spiritualbeings #kttvg #keepthetranscendentalvibrationgoing #spiritualpurpose
Back on the show for the fifth time will be Amanda Hari, a CrossFit Content Creator, YouTuber, and Reporter.Become a supporter of this podcast: https://www.spreaker.com/podcast/the-real-deal-with-courtney-harden--3678816/support.
Kencan Dengan Tuhan -Sabtu, 26 Juli 2025Bacaan: "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4)Renungan: Ada seorang pemuda yang berdiri sebagai seorang hukuman karena kejahatan-kejahatan yang dilakukannya. Hakim yang akan mengadili pemuda tersebut sudah kenal betul dengannya sejak ia masih kecil. Apalagi ayahnya adalah seorang penegak hukum yang terkenal. Sebelum sidang dimulai sang hakim bertanya kepada pemuda tersebut, "Apakah engkau ingat pada ayahmu yang sudah engkau permalukan dengan kelakuanmu?" Pemuda itu menjawab, "Ya, saya sangat mengingat dia. Dulu ketika saya datang kepadanya untuk meminta nasihat karena saya butuh teman, ia mengangkat kepalanya sejenak dari buku hukum yang dibacanya dan ia berkata kepada saya, "Pergi sanal Papa sedang sibuk!" Papa kini selesai membaca buku tersebut dan ia menjadi ahli hukum yang terkenal tetapi saya berada di sini sebagai orang hukuman." Seringkali kita lebih sibuk dengan karier, pekerjaan dan keberhasilan yang kita kejar, namun kita melupakan hal yang sangat penting dan juga memerlukan perhatian kita yaitu keluarga. Kita mengabaikan suami, atau istri, dan anak-anak yang sangat membutuhkan uluran tangan dan perhatian kita. Salah satu faktor juga yang membuat keluarga dan anak-anak kita jauh dari Tuhan adalah kurangnya perhatian kita pada keluarga. Kita terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu untuk berdoa bersama, ke gereja bersama, membaca Alkitab bersama.Betapa menyedihkan kalau kita berhasil mendidik dan mengajarkan jalan-jalan Tuhan kepada orang lain tetapi tidak kepada keluarga dan anak-anak kita. Betapa menyedihkan jika kita berhasil di dalam usaha kita tetapi rumah tangga yang berisı hanya sedikit orang malah hancur tak terurus. Berikanlah waktu dan perhatian untuk anak-anak kita dan kita akan bangga karena kita tidak hanya berhasil di dalam pelayanan dan karier, tetapi juga kita berhasil melayani keluarga kita sendiri. Tuhan Yesus memberkatiDoa:Tuhan Yesus, aku mohon ampun karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku sehingga tidak bisa memberikan waktu dan perhatian untuk suami, istri, anak-anak dan orang tuaku. Ingatkan aku bahwa keluargakupun butuh perhatianku. Yesus, kembalikan hatiku pada semua anggota keluargaku dan kembalikan hati mereka kepadaku. Amin. (Dod).
Classy People, di momen Hari Anak Nasional, Classy FM menghadirkan obrolan penuh makna bersama Pak Freddo Syukri, Direktur Utama ClassyCorp.Sebagai seorang pemimpin, beliau akan berbagi refleksi dan pandangannya tentang pentingnya peran dunia usaha dalam mendukung tumbuh kembang anak-anak Indonesia—karena masa depan bangsa dimulai dari bagaimana kita memperlakukan generasi penerus hari ini.
Le Shri Hari Ka Naam Re : Ashram Kirtan
Le Shri Hari Ka Naam Re : Ashram Kirtan
Kencan Dengan Tuhan - Kamis, 24 Juli 2025Bacaan: "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkhotbah 3:1) Renungan: Suatu kali seorang anak laki-laki menonton konser simfoni. Ia begitu kagum atas suara orkes yang keras dan penuh semangat. Di antara alat musik yang banyak itu, ada satu alat musik yang menarik hatinya, yaitu simbal. Sepanjang pengamatannya selama konser, hanya sesekali saja simbal itu dibunyikan, sementara alat musik lainnya selalu dimainkan. Setelah konser selesai, anak laki-laki tersebut menemui pemain simbal itu dan bertanya kepadanya, "Pak, mengapa bapak jarang sekali membunyikan alat musik ini, sementara pemain musik yang lain selalu memainkan alat musiknya?" Pemain alat musik simbal itu menjawab, "Nak, aku sama sekali tidak perlu banyak memainkannya. Yang diperlukan hanyalah tahu kapan waktu memainkannya dengan tepat." Jika kita tahu kapan waktunya yang paling tepat, maka semuanya akan berjalan dengan baik. Jika tahu kapan harus menahan diri untuk berbicara, kita tidak akan menemui masalah. Jika tahu kapan harus menyampaikan kritik dan memberi semangat kepada karyawan, tentu orang-orang yang bekerja pada kitapun akan senang. Jika tahu kapan waktunya mengajak pasangan bertukar pikiran, kita akan mendapatkan hasil yang baik. Jika tahu kapan waktunya bercanda bersama teman, kita tidak akan menyakiti orang lain. Mari mulai saat ini, kita belajar peka terhadap situasi di sekitar kita, sehingga kita tahu kapan harus bertindak, berbicara dan diam. Karena orang yang berkata-kata lebih cepat daripada ia berpikir akan seringkali menemukan masalah. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, kuasailah perkataan dan perbuatanku, agar aku tahu kapan saat yang tepat berkata-kata dan bertindak terhadap orang lain. Jangan biarkan emosiku meledak-ledak sehingga banyak orang yang merasa kecewa dan sakit hati dengan kehadiranku. Yesus, jadikanlah seluruh keberadaanku menjadi keberadaan-Mu sendiri. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Rabu, 23 Juli 2025Bacaan: "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmul Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2)Renungan: Pernahkah kita ditolong oleh orang lain? Tidak peduli berapa banyak uang dan harta yang kita miliki, kita masih membutuhkan pertolongan dari orang lain. Mungkin saja pertolongan yang kita butuhkan datang dari seseorang yang tidak pernah kita duga sebelumnya, entah itu orang yang kita tidak suka atau orang yang statusnya berada jauh di bawah kita. Jadi jangan pernah meremehkan siapun. Sebaliknya walaupun kita hidup berkekurangan dan mempunyai banyak masalah, kita tetap bisa memberi kepada orang lain. Jangan tertipu dengan keadaan luar seseorang. Mungkin hari ini kita bertemu dengan seorang yang kaya raya dan sepertinya dia tidak membutuhkan apa-apa dari kita, namun ternyata dia butuh teman untuk bicara atau sekadar menemaninya pergi ke suatu tempat. Ingatlah bahwa semua orang membutuhkan pertolongan, mereka sedang menanti uluran tangan kita. Pertolongan yang dibutuhkan tidak berdasarkan dari materi saja, jadi jangan pernah berpikir bahwa tidak ada sesuatu yang dapat kita berikan. Karena itu bertolong-tolonganlah satu dengan yang lain, karena itu yang Tuhan inginkan. Hargai siapapun yang bertemu dengan kita hari ini yang membutuhkan pertolongan kita. Selalu tanamkan dalam hati bahwa siapapun dia, mungkin saja dia adalah utusan Tuhan untuk menolong kita atau untuk menguji kasih kita. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, tambahkanlah belas kasih-Mu dalam hatiku, agar aku selalu tergerak untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolonganku. Jangan keraskan hatiku sehingga aku merasa bahwa aku tidak membutuhkan pertolongan dari orang lain sehingga aku tidak mau untuk menolong mereka. Amin. (Dod).
Foundation: Season 3, Episode 2 "Shadows in the Math" Gaal and Hari advance their plans on Ignis; Empire grapples with an unforeseen prediction; Pritcher enlists help to investigate the Mule. Feedback : blackgirlcouch@gmail.com (audio/written) Tumblr: blackgirlcouch Youtube: ChristinaBCG
Kencan Dengan Tuhan - Selasa, 22 Juli 2025Bacaan: "Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memerhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu." (Lukas 21:1a)Renungan: Status janda membuat seorang wanita Yahudi kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Namun Yesus memberi acungan jempol terhadap janda miskin yang memberi persembahan lebih kecil dari semua orang yang datang ke Bait Allah. Di sepanjang zaman janda ini telah menjadi contoh pemberi persembahan yang berkenan kepada Tuhan, yang memberi dari hati yang tulus. Ia belajar mendisiplin dirinya untuk memberi kepada Tuhan. Saat ia mempersembahkan semua harta yang dimilikinya, ia mengerti bahwa Tuhan berkuasa memeliharanya. Walaupun nama janda dalam kisah tersebut tidak disebutkan dalam Alkitab, tetapi yang lebih penting adalah teladan memberi yang bisa ditularkannya di sepanjang masa. Tidak ada orang yang memberitahu Yesus bahwa wanita itu adalah seorang janda, tetapi secara detil Yesus menyebutnya sebagai janda miskin yang memberikan semua nafkah yang dimilikinya. Hal ini mau mengajarkan kepada kita bahwa semua orang mendapat perhatian dari Tuhan. Kalau Yesus saja tahu secara pribadi mengenai janda itu, maka Yesus yang sama itupun pasti tahu dan mengenal anda dan saya. Pernahkan kita berpikir bahwa ada miliaran orang di dunia ini, tetapi Tuhan memerhatikan kita seolah-olah hanya kita sendiri saja yang menghuni dunia ini? Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, kini aku tahu bahwa Engkau senantiasa memerhatikanku setiap kali aku memberi persembahan kepadamu. Sebagaimana janda yang tidak dipandang oleh masyarakatnya saat itu, tetapi ia sudah menarik perhatian-Mu karena pemberiannya yang tulus, kini ajarilah aku agar akupun mampu meneladan janda itu untuk mau memberi dengan tulus hati apa yang kupunya bahkan persembahan diriku untuk memuliakan namaMu. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Senin, 21 Juli 2025Bacaan:"Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus." (Markus 10:50) Renungan: Bartimeus adalah seorang pengemis yang buta. Entah apakah dia masih berharap untuk mendapatkan kesembuhan dari cacatnya itu atau sudah putus harapan, kita tidak tahu. Tapi saat ia mendengar tentang Yesus, pengharapannya muncul kembali. Ini terlihat dari teriakan-teriakannya. Setelah diizinkan untuk bertemu Yesus, Bartimeuspun menanggalkan jubahnya, berdiri dan mendapatkan Yesus. Bartimeus tidak membutuhkan jubah yang setia menemaninya meminta-minta selama ini karena dia yakin akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Dia yakin bahwa Yesus akan membawanya ke status yang baru, bukan lagi sebagai pengemis, yang hidupnya bergantung pada belas kasihan orang lain. Bartimeus telah meninggalkan statusnya yang lama, dan bersama Yesus ia mendapat status yang baru. Mungkin saat ini orang lain sudah memberikan label kepada kita karena jubah yang selalu kita pakai. Kita memakai jubah kesombongan, sehingga orang menyebut kita sebagai orang sombong. Kita memakai jubah ketakutan dan kekhawatiran; kita memakai jubah kemalasan; kita memakai jubah pemarah dan sebagainya. Marilah kita tanggalkan jubah-jubah itu dan segera bangkit serta berlari mendapatkan Yesus. Yesus akan membawa kita menemukan status yang baru, yaitu sebagai seorang pemenang. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, bantulah aku untuk melepaskan jubah-jubah negatif yang selama ini aku pakai untuk menutupi kekuranganku. Masuklah dalam hatiku dan berkuasalah, sehingga Engkau memperbaharui hatiku untuk siap menjadi seorang pemenang yang menjadi kebanggaan-Mu dan menjadi berkat bagi sesamaku. Amin. (Dod).
Modern Wisdom: Read the notes at at podcastnotes.org. Don't forget to subscribe for free to our newsletter, the top 10 ideas of the week, every Monday --------- Jeffrey Katzenberg is a media mogul, film producer, and co-founder of DreamWorks. Hari Ravichandran is a serial entrepreneur, founder, and CEO of Aura. From bringing joy to millions of childhoods through beloved Disney films to now addressing the digital challenges facing today's youth, Jeffrey Katzenberg has partnered with Hari Ravichandran to lead a new revolution focused on safeguarding the mental health and online safety of the next generation. At the heart of it all is this vital question: how do we keep children safe online? Expect to learn what Jeffery Katzenberg is up to and the current state of modern media and film, how to reinvent yourself at pivotal moments, how to get better at dealing with change and disappointment, what the data says about kids, online safety & how parents can better protect their kids online, the big problems with mental health of the younger generation & how to best address their growing issues, and much more… Sponsors: See discounts for all the products I use and recommend: https://chriswillx.com/deals Get a Free Sample Pack of LMNT's most popular Flavours with your first purchase at https://drinklmnt.com/modernwisdom Get 35% off your first subscription on the best supplements from Momentous at https://livemomentous.com/modernwisdom Get a 20% discount on Nomatic's amazing luggage at https://nomatic.com/modernwisdom Get the best bloodwork analysis in America at https://functionhealth.com/modernwisdom Timestamps: (00:00) What Jeffrey Does & What Makes a Good Story? (10:51) What Drives Jeffrey & Hari? (16:40) What's The State Of Modern Cinema? (23:04) Jeffrey & Hari on the Star Wars Universe, Gaming, & Dealing With Change (38:05) What Technology Is Doing To Younger Kids? (46:45) The Data Behind Keeping Kids Safe Online (1:00:01) Should We Ban Social Media For Anyone Under 16? (1:07:24) Why Parents Are the Key to Digital Safety (1:14:09) The Impact Of Wearable Devices & Celebrity Endorsements On Aura (1:23:24) How Early Screen Habits Affect Lifelong Patterns (1:32:51) The Hidden Costs Of Fame & How To Learn From Your Failures (1:41:32) The Trends Associated With Bullying & What Parents Can Do About It (1:51:38) Chris' Thoughts On Adolescence (1:58:50) Learn More About Jeffrey, Hari, & Aura.com Extra Stuff: Get my free reading list of 100 books to read before you die: https://chriswillx.com/books Try my productivity energy drink Neutonic: https://neutonic.com/modernwisdom Episodes You Might Enjoy: #577 - David Goggins - This Is How To Master Your Life: https://tinyurl.com/43hv6y59 #712 - Dr Jordan Peterson - How To Destroy Your Negative Beliefs: https://tinyurl.com/2rtz7avf #700 - Dr Andrew Huberman - The Secret Tools To Hack Your Brain: https://tinyurl.com/3ccn5vkp - Get In Touch: Instagram: https://www.instagram.com/chriswillx Twitter: https://www.twitter.com/chriswillx YouTube: https://www.youtube.com/modernwisdompodcast Email: https://chriswillx.com/contact - Learn more about your ad choices. Visit megaphone.fm/adchoices
Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 19 Juli 2025Bacaan: "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2)Renungan: Suatu ketika pasangan ganda putra bulutangkis Indonesia, Chandra dan Tony merasa tegang saat menghadapi babak final bulutangkis ganda di Olimpiade Sidney 2000. Dalam keadaan seperti itu mereka menghubungi Andrie Wongso, konsultan non teknis/motivator mereka. Ia menyarankan agar mereka membuka kran air dan berteriak keras-keras, "Aku juara!" Mereka mempraktikkan nasihat itu. Teriakan itu membantu melepaskan segala beban yang menindih mereka. Kegelisahan dan kecemasan mereka juga hilang, sehingga pada saat pertandingan, mereka bisa bermain dengan tenang dan tanpa beban. Akhirnya mereka menang dan mendapat medali emas untuk Indonesia. Mungkin kita juga pernah menghadapi kesulitan dan ketegangan dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Mungkin kita terjepit masalah keuangan, sakit penyakit, problem rumah tangga yang berat atau pekerjaan. Pada saat seperti itu kita tidak tahu harus mencari pertolongan ke mana atau menghubungi siapa. Tetapi Tuhan berfirman, "Berserulah kepadaku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." (Mzm 50:15). Tuhan selalu siap menjadi motivator, konselor dan penolong kita. Sebagai penolong dalam kesesakan, Allah tidak pernah mengecewakan dan sungguh sangat terbukti. Datanglah pada-Nya dan kita akan melihat kuasa-Nya bekerja. Tuhan Yesus memberkati.Doa: Tuhan Yesus, kini aku tahu kemana aku harus datang saat kehidupanku tidak mengalir seperti yang aku kehendaki. Engkaulah satu-satunya sumber kekuatan dan pengharapanku. Yesus, jangan biarkan hatiku meragukan kuasa-Mu, tetapi tambahkanlah iman percayaku pada-Mu, maka aku akan melihat kuasa-Mu bekerja secara sempurna dalam hidupku. Amin. (Dod).
In this week's episode of Business Buying Strategies, we are treated to a special Q&A session from the annual Marbella retreat featuring a panel of seasoned members from Jonathan's inner circle group. These accomplished entrepreneurs, who have collectively acquired dozens of businesses, discuss their experiences and share invaluable tips on acquiring businesses with minimal capital outlay. The panellists, including Hari, Simon, Tim, Jon, and Ben, dive deep into topics such as the importance of getting started, whether to take a targeted or scattergun approach, managing acquisitions without creating a 'job' for oneself, and the key factors in post-acquisition success. Additionally, they candidly share lessons learned from their own business failures and discuss strategic exits. The episode offers rich, firsthand insights, practical advice for aspiring deal-makers, and underscores the importance of learning from those who have successfully navigated the business acquisition landscape. Key moments 00:42 Panel Discussion Introduction 01:11 Hari's Business Journey 01:58 Simon's Acquisition Experience 02:35 Tim's Business Ventures 02:57 Jon's Acquisition Success 03:24 Ben's First Acquisition 04:06 Audience Q&A: Getting Started 06:51 Audience Q&A: Targeted vs. Scattergun Approach 09:18 Audience Q&A: Selecting the Right Business 11:24 Audience Q&A: Post-Acquisition Decisions 14:02 Audience Q&A: Increasing Deal Flow 16:56 Audience Q&A: Personal Growth and Mindset 22:11 Audience Q&A: Handling Failures 25:47 Audience Q&A: Using PR for Deal Flow 28:04 Audience Q&A: Exiting Strategies 31:08 Conclusion and Final Thoughts ** Looking for a great acquisition lawyer in the UK? Use mine! ** If you are looking for a lawyer in the UK to help you get the deal over the line, then use my own lawyer, John Andrews. You can phone his office at (0345) 2412494 or email him at johnandrews.deallawyer@jmw.co.uk. Ready to get started? Here's how you can start your business buying journey… Download our free Business Buying Toolkit https://dealmakers.co.uk/business-buying-toolkit Join our Business Acquisition FastTrack programme https://www.dealmakers.co.uk/fast Already bought a business? if you've already bought a business, you should be part of my Inner Circle group where we discuss raising capital, integration management, and exiting. Email Maria on hello@thedealmakersacademy.com for more information.
Indonesians in Sydney celebrated the 80th Independence Day of the Republic of Indonesia by organizing a public bazaar. - Warga Indonesia di Sydney merayakan Hari Kemerdekaan RI yang ke 80 dengan menyelenggarakan bazar umum.
Jeffrey Katzenberg is a media mogul, film producer, and co-founder of DreamWorks. Hari Ravichandran is a serial entrepreneur, founder, and CEO of Aura. From bringing joy to millions of childhoods through beloved Disney films to now addressing the digital challenges facing today's youth, Jeffrey Katzenberg has partnered with Hari Ravichandran to lead a new revolution focused on safeguarding the mental health and online safety of the next generation. At the heart of it all is this vital question: how do we keep children safe online? Expect to learn what Jeffery Katzenberg is up to and the current state of modern media and film, how to reinvent yourself at pivotal moments, how to get better at dealing with change and disappointment, what the data says about kids, online safety & how parents can better protect their kids online, the big problems with mental health of the younger generation & how to best address their growing issues, and much more… Sponsors: See discounts for all the products I use and recommend: https://chriswillx.com/deals Get a Free Sample Pack of LMNT's most popular Flavours with your first purchase at https://drinklmnt.com/modernwisdom Get 35% off your first subscription on the best supplements from Momentous at https://livemomentous.com/modernwisdom Get a 20% discount on Nomatic's amazing luggage at https://nomatic.com/modernwisdom Get the best bloodwork analysis in America at https://functionhealth.com/modernwisdom Timestamps: (00:00) What Jeffrey Does & What Makes a Good Story? (10:51) What Drives Jeffrey & Hari? (16:40) What's The State Of Modern Cinema? (23:04) Jeffrey & Hari on the Star Wars Universe, Gaming, & Dealing With Change (38:05) What Technology Is Doing To Younger Kids? (46:45) The Data Behind Keeping Kids Safe Online (1:00:01) Should We Ban Social Media For Anyone Under 16? (1:07:24) Why Parents Are the Key to Digital Safety (1:14:09) The Impact Of Wearable Devices & Celebrity Endorsements On Aura (1:23:24) How Early Screen Habits Affect Lifelong Patterns (1:32:51) The Hidden Costs Of Fame & How To Learn From Your Failures (1:41:32) The Trends Associated With Bullying & What Parents Can Do About It (1:51:38) Chris' Thoughts On Adolescence (1:58:50) Learn More About Jeffrey, Hari, & Aura.com Extra Stuff: Get my free reading list of 100 books to read before you die: https://chriswillx.com/books Try my productivity energy drink Neutonic: https://neutonic.com/modernwisdom Episodes You Might Enjoy: #577 - David Goggins - This Is How To Master Your Life: https://tinyurl.com/43hv6y59 #712 - Dr Jordan Peterson - How To Destroy Your Negative Beliefs: https://tinyurl.com/2rtz7avf #700 - Dr Andrew Huberman - The Secret Tools To Hack Your Brain: https://tinyurl.com/3ccn5vkp - Get In Touch: Instagram: https://www.instagram.com/chriswillx Twitter: https://www.twitter.com/chriswillx YouTube: https://www.youtube.com/modernwisdompodcast Email: https://chriswillx.com/contact - Learn more about your ad choices. Visit megaphone.fm/adchoices
These verses have spiritual power in them. Puṇya, śravaṇa-kīrtana. Puṇya! Everyone wants some puṇya, but what's the best way to get puṇya? By just staying in contact with these ślokas. They're pregnant with puṇya. And when one reads them, hears them, memorizes them, it comes out because they are transcendental. "Itaṁ bhūta-guṇo Hari"—they have the same quality as Krishna does; they're transcendental. So, when you stay absorbed in these ślokas and these śāstras, you'll get this kind of spiritual enlivening and spiritual credit that comes from this very powerful, uttama-śloka. So, they purify us. They prepare us for the time of death. In the Gajendra-mokṣaṇa, we'll find that Gajendra, who had been King Indradyumna in his last life, when he offended the sage, the sage became angry at him and cursed him, “You become a dumb animal in your next life!” So, he became an elephant. And then Gajendra was bathing one day with his family, and he got captured by a crocodile. And when he was in great anxiety, he remembered the ślokas that he had recited dutifully in his previous life. In that section of the Bhāgavatam, Śrīla Prabhupāda mentions that besides chanting, “Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare, Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare,” one should also learn some Stotram, like Cintāmaṇi-prakara-sadmasu (like we're learning the Brahma-saṁhitā altogether), or the Nṛsiṁha prayers, or some other kind of Stotram. And one should become very well acquainted with it, he said, because if some of my students don't happen to—you know, if they happen to make some slip and they become an animal in the next life—they'll even be saved from that. This is how potent memorizing these ślokas are. They're indelible. They go into the heart, the subtle body, and they stay there. And one can take shelter of those ślokas at any time, even in the next lifetime. So, think of it as the best investment of your time. So here are a few quotes from Śrīla Prabhupāda about learning verses. ------------------------------------------------------------ To connect with His Grace Vaiśeṣika Dāsa, please visit https://www.fanthespark.com/next-steps/ask-vaisesika-dasa/ ------------------------------------------------------------ Add to your wisdom literature collection: https://iskconsv.com/book-store/ https://www.bbtacademic.com/books/ https://thefourquestionsbook.com/ ------------------------------------------------------------ Join us live on Facebook: https://www.facebook.com/FanTheSpark/ Podcasts: https://podcasts.apple.com/us/podcast/sound-bhakti/id1132423868 For the latest videos, subscribe https://www.youtube.com/@FanTheSpark For the latest in SoundCloud: https://soundcloud.com/fan-the-spark ------------------------------------------------------------ #spiritualawakening #soul #spiritualexperience #spiritualpurposeoflife #spiritualgrowthlessons #secretsofspirituality #vaisesikaprabhu #vaisesikadasa #vaisesikaprabhulectures #spirituality #bhaktiyoga #krishna #spiritualpurposeoflife #krishnaspirituality #spiritualusachannel #whybhaktiisimportant #whyspiritualityisimportant #vaisesika #spiritualconnection #thepowerofspiritualstudy #selfrealization #spirituallectures #spiritualstudy #spiritualquestions #spiritualquestionsanswered #trendingspiritualtopics #fanthespark #spiritualpowerofmeditation #spiritualteachersonyoutube #spiritualhabits #spiritualclarity #bhagavadgita #srimadbhagavatam #spiritualbeings #kttvg #keepthetranscendentalvibrationgoing #spiritualpurpose
Last time we spoke about the allied invasion of Balikpapan. In June 1945, the war in the Pacific escalated as American forces, spearheaded by Generals Eichelberger and Krueger, fiercely battled the entrenched Japanese on Luzon. Despite harsh conditions and fierce resistance, the Americans made crucial advances, capturing key positions that rekindled hope for the Filipino people. Concurrently, preparations for the invasion of Balikpapan intensified. The Australian 7th Division assembled for a July 1 amphibious assault against a heavily fortified Japanese defense, known for its formidable coast artillery and entrenched positions. The Australians faced fierce opposition upon landing; however, skilled maneuvering and robust artillery support allowed them to swiftly gain a foothold. As the Australians secured their beachhead, they marked the beginning of a challenging campaign against determined Japanese forces in Balikpapan, setting the stage for further confrontations in the Pacific theater. This episode is Victory at Bougainville Welcome to the Pacific War Podcast Week by Week, I am your dutiful host Craig Watson. But, before we start I want to also remind you this podcast is only made possible through the efforts of Kings and Generals over at Youtube. Perhaps you want to learn more about world war two? Kings and Generals have an assortment of episodes on world war two and much more so go give them a look over on Youtube. So please subscribe to Kings and Generals over at Youtube and to continue helping us produce this content please check out www.patreon.com/kingsandgenerals. If you are still hungry for some more history related content, over on my channel, the Pacific War Channel you can find a few videos all the way from the Opium Wars of the 1800's until the end of the Pacific War in 1945. We last left off on Bougainville, by mid-April, Brigadier Heathcote Hammer's 15th Brigade had commenced its crucial task of relieving Brigadier Field's weary and battered 7th Brigade. This transition came at a pivotal moment when Brigadier Stevenson's 11th Brigade successfully secured the Soraken Peninsula, a strategic point on Bougainville's southern coast, while also continuing their efforts to contain enemy forces along the notorious Numa Numa Trail, a crucial supply route for Japanese troops. Supported by reinforcements in artillery and air power, Generals Savige and Bridgeford were optimistic about continuing their limited offensive toward the south. Their immediate objective was to capture the line of the Hongorai River, considered a significant tactical advantage, followed by the Hari River, which would serve as the 15th Brigade's main aim. On the opposing side, General Kanda had learned a harsh lesson about the ineffectiveness of banzai charges during the fierce fighting at the Battle of Slater's Knoll. This costly experience prompted him to alter his strategy significantly. He decided to pull his remaining troops back to a defensive perimeter focused around Buin, which is located in the southern region of Bougainville. Here, he reinforced his defenses with garrison troops from Kieta, situated on the eastern side of Bougainville, the Shortlands Islands to the northwest, and the Fauros Islands to the northeast. However, with this concentration of forces not expected to be operational until July, the troops stationed in the forward areas were tasked with executing a critical delaying action in the meantime, buying precious time for reinforcements to arrive. Meanwhile, on April 17, the Australian 24th Battalion began its advance along the Buin Road, a vital route for both supply and troop movement. Two companies made their way toward Dawe's Creek, while another company launched an assault against the enemy strongholds at Kindara. Remarkably, they broke through enemy lines the following day, pushing further to Sindou Creek and Umam Creek. Here, they faced multiple sharp counterattacks over the next week, demonstrating the fierce resistance from Japanese forces determined to hold their ground. As patrols moved deeper into the thick jungle on either side of the Buin Road, the struggle became increasingly intense. Each advance was hard-fought, marked by skirmishes that tested the resolve and endurance of the Australian soldiers. Finally, on April 26, the advance resumed in earnest, making rapid gains toward the Hongorai River. The combination of heavy air support and relentless artillery bombardment had effectively dispelled any opposition along the route, allowing the Australians to push forward with renewed vigor. By May 4, as the 24th Battalion finally approached the banks of the Hongorai River, they encountered significant resistance. However, on the 4th Lieutenant Lawn's platoon was advancing with two tanks and a bulldozer when the crew of the leading tank came to a log across the road and saw movement in the bush. A burst of machine-gun fire from the tank cut the leaves away and revealed the barrel of a field gun. The first round fired from the tank's 2-pounder disabled the enemy gun and the enemy seemed to flee. Farther ahead, however, a mine exploded at the rear of the second tank. It was discovered that it had been exploded with a wire by a Japanese concealed in the bush. Henceforward mines and concealed guns were encountered more and more frequently. They were detected chiefly by the practised eyes of the engineer teams of Major Needham's 15th Field Company who became increasingly skilful. Mechanical detectors were defeated by several sorts of mine employed wooden boxes filled with T.N.T., for example; but their presence was betrayed by protruding fuses, wires, disturbed earth, and confirmed by prodding with a bayonet. As the 24th Battalion neared the Hongorai it became evident that the Japanese intended to make the Australians pay a price for each advance, and that they were willing to trade a field gun for a tank at every opportunity. On the 4th and many later occasions leading tanks were fired on at a range of a few yards by guns cleverly concealed beside the track, but in positions from which the Japanese could not hope to extricate them. In other respects also the Japanese tactics were improving and their striking power was strengthened. Each forward Australian battalion was now under frequent artillery fire, evidently directed by Japanese observers who remained close to the Australian advance, and it was this which was now causing most of the casualties. The shells usually burst in the trees and their fragments were scattered over a wide area with lethal effects. To counter the tanks the Japanese were now establishing their positions not astride the track but about 100 yards from it in places where the tanks could not reach them until a side track had been made. The Hongorai River, a critical geographical landmark, ran through Bougainville's lush terrain, acting as both a natural barrier and tactical objective. In late April, the 9th Battalion had continued to push forward across the Huio River, a vital waterway that intersected with Japanese defenses. They faced some enemy resistance but managed to clear the Horinu-Rumiki Trail by the end of the month. This narrow, winding path had strategic importance, connecting various units and enabling supplies to move closer to the frontline. On May 3, the 9th Battalion was finally relieved by the 57th/60th Battalion, which, due to its relative inexperience, found progress challenging along the Commando Road a route named after the elite Australian commandos who often operated in this area. Their inexperience in facing seasoned Japanese troops led to slower advances in the crucial days that followed. Meanwhile, the 2/8th Commando Squadron had been conducting deep reconnaissance patrols towards the Hari River and along the Tiger Road, determined to discover the extent of Japanese defenses south of the Hongorai. The Tiger Road, notorious for its rugged conditions, was pivotal for troop movements in the region. On May 5, the 24th Battalion, now bolstered by a newly assigned tank squadron, resumed its advance with renewed determination. However, they were once again halted by fierce defenders who launched a strong yet costly counterattack the following morning. This desperate but valiant effort by the Japanese troops resulted in significant casualties and demonstrated their resolve to maintain control of the Hongorai line. Subsequently, the Japanese forces ultimately abandoned their positions along the Hongorai during the night. Finally, on May 7, the Australians reached the Hongorai River, marking a significant milestone in their campaign. At that moment, the 57th/60th Battalion was securing a crucial crossing over the Hongorai on the Commando Road, enabling further advances into enemy territory. With the next objective focused on the line stretching from the Hari River to Monoitu and Kapana, Brigadier Hammer's battalions shifted their tactics for the second and third weeks of May. They undertook deep patrols into Japanese-occupied territory, gathering vital intelligence while also seeking to harass the enemy and disrupt their operations. Additionally, the commandos maintained their patrols along the challenging Tiger Road and established a new patrol base further north at Monorei. This base would serve as a critical outpost for monitoring enemy movements and launching further operations. Meanwhile, the 58th/59th Battalion explored the rugged areas south of the Buin Road, successfully clearing the Aitara Mission. This mission played a crucial role in their broader strategies, as it prepared them to execute a wide flanking maneuver aimed at cutting the road east of the Hongorai, further encircling Japanese forces. To support the advancing Australian forces, New Zealand aircraft launched significant attacks on Japanese concentrations positioned along the Buin and Commando Roads. On May 17, the 57th/60th Battalion crossed the upper reaches of the Hongorai River, advancing across a wide front along the Commando Road to draw the enemy's attention to that area. On the eve of this move Hammer issued an order of the day in a characteristic style. He spoke of his "undying admiration" for and "extreme confidence" in his men and told them that the next few weeks might see the major defeat of the Japanese in south Bougainville. "Go to battle as you have done in the last month and no enemy can withstand you." In the subsequent days, they successfully secured territory up to the Torobiru River, creating pressure on the Japanese lines and disrupting their defensive operations. On May 20, following a powerful air and artillery bombardment, the 24th Battalion finally launched its long-anticipated assault across the Hongorai River. This marked a turning point as they occupied the strategically significant Egan's Ridge by May 22. Egan's Ridge offered an elevated position that overlooked the surrounding terrain, making it crucial for controlling movement in the vicinity. Meanwhile, the 58th/59th Battalion executed a stealthy wide flanking maneuver towards Mayberry's Crossing, positioning themselves strategically to disrupt Japanese supply lines and communication. On May 21, the Australians moved out once more to cut the Buin Road at Runai, an essential route that facilitated movement and supplies for the Japanese forces. In the following days, the remaining sections of this critical road were secured as the Japanese forces west of the Hari River were forced to retreat, effectively diminishing their operational capabilities in the region. As these operations unfolded, the 2/8th Commando Squadron established a new base on Morokaimoro, positioning themselves for further reconnaissance and engagements. They began patrolling towards Taitai and the Mivo River, both vital points of interest as the Australians sought to gather intelligence on enemy movements. In the meantime, the 57th/60th Battalion pressed on to capture the Oso Junction by May 27. However, they encountered harassment from night raiding parties and artillery fire, which highlighted the persistent threat of Japanese resistance in this area. On 2nd June the main advance was resumed, the 58th/59th moving forward without opposition through positions which had been "completely devastated by air, artillery and mortars". "Not one enemy was found alive or dead," wrote the battalion diarist, "although a strong smell of death pervaded the whole area." A prisoner taken later in the day said that the air strike had completely demoralised the defenders, and when they heard the tanks approaching they had fled. On the left the 57th/60th reached the Sunin River against slight opposition. On the 3rd and 4th the 58th/59th continued the advance, moving slowly because of the need to disarm an unprecedentedly large number of mines and booby-traps-more than 100 in three days-until they reached the Peperu River. Patrols moving stealthily forward to the Hari and across it found evidence of much confusion, many positions dug but unoccupied, and small groups of Japanese at large. It was decided to attack frontally towards the Hari next day. At the same time, the 57th/60th Battalion also reached the Sunin River, facing only slight opposition during their advance. On June 6, the 58th/59th Battalion launched an attack towards the Hari River, but despite their efforts, they only managed to gain about 500 yards against strong defensive positions held by the Japanese. The next three days proved challenging as the 58th/59th Battalion, supported by tanks, found their progress impeded by swampy terrain, a road littered with hidden mines, and intermittent shellfire threatening their advance. The combined obstacles of the natural environment and determined enemy resistance severely limited their ability to make significant gains. In light of the pressing circumstances, Brigadier Hammer made a pivotal decision to send the 58th/59th Battalion on a shallow outflanking march to the north. Their mission was clear: cut the Buin Road several miles east of the Hari River. At the same time, the 57th/60th Battalion was tasked with thrusting wide to the south, maneuvering around the Ogorata River to intercept the same road near Rusei. After four days of concentrated air and artillery bombardment designed to weaken enemy defenses, the 58th/59th Battalion commenced its operation on June 12. They sent two companies forward to secure a position along the road, located 2,000 yards east of the Hari. This forward position was critical for their strategy to disrupt Japanese supply lines. Two days later, on June 14, these forces continued their advance eastward toward the Ogorata River, while the remainder of the battalion engaged the enemy at the Hari ford, a crucial crossing point. Despite the fierce opposition, the ford was finally secured on June 15, following another extensive bombardment that significantly diminished the Japanese presence along the road west of the Ogorata. This success was instrumental in facilitating further operations in the area. Concurrently, the 57th/60th Battalion had embarked on their mission on June 11, making slow but steady progress through the challenging, trackless bush. They ultimately found a path leading from Kingori to Rusei, where they began encountering Japanese resistance. Pushing through treacherous swampy terrain and dense bamboo thickets, the Australians reached the Buin Road at Rusei by June 15, successfully coordinating with patrols from the 58th/59th Battalion the following day. In addition to securing Rusei, a robust patrol from the 57th/60th Battalion set out along the northern flank to establish a patrol base north of Musaraka. This base detected a significant enemy presence behind them, leading to a critical reassessment of their positions. Consequently, in late June, the 24th Battalion was dispatched to take over the Taitai-Kingori-Katsuwa area, reinforcing the Australian foothold and securing vital routes in the region. Meanwhile, back to the south, the 57th/60th Battalion began to push eastward toward the Mobiai River on June 16. However, their advance quickly met strong opposition just 400 yards into enemy territory. Faced with determined resistance, the battalion executed a wide outflanking maneuver, a tactical shift that successfully forced the Japanese forces to withdraw by June 19, allowing the Australians to continue their advance. In the following days, the 57th/60th Battalion pressed steadily forward, ultimately encountering increased opposition near the Mobiai River on June 24. A heavy bombardment was launched in an attempt to dislodge the entrenched Japanese forces, but it proved ineffective. However, the next day, the Japanese troops had mysteriously withdrawn, allowing the Australians to secure a vital crossing over the river. Taking advantage of this opportunity, the 58th/59th Battalion moved in to occupy the newly attained Mobiai positions. Meanwhile, the 57th/60th and 24th Battalions advanced farther north, preparing for an outflanking maneuver aimed at Shishigatero, a critical tactical point lying to the northeast. In anticipation of an Australian offensive, General Kanda dispatched the 23rd Regiment to establish a defensive base near the Mivo ford. This strategic relocation was part of his preparations for the final defenses behind the Mivo River, as Japanese troops sought to hold their ground against the advancing Australians. By June 28, the 57th/60th and 24th Battalions reached their designated assembly areas, where they successfully repelled several Japanese counterattacks. The next morning, they began their advance southeast, shrouded in the loud thunder of artillery barrages that paved the way for their push. They reached the Buin Road at the confluence of the Ivana, Koopani, and Mivo Rivers, making significant headway. At the same time, the 58th/59th Battalion aimed to open the road for the 24th Battalion, positioned about 1,000 yards away. However, they encountered sharp resistance from Japanese forces defending their positions fiercely. Following this notable success, as Hammer's units faced and repelled various Japanese counterattacks at their new positions, General Bridgeford directed Brigadier Noel Simpson's 29th Brigade to the frontline to relieve the beleaguered 15th Brigade. Each incoming battalion was met with sharp clashes as they moved up, as Japanese forces sought to maintain their hold on strategic territory. Finally, on July 10, Hammer's units were relieved, a long-awaited reprieve after weeks of grueling combat. Despite the shift in command, Simpson's battalions began sending patrols forward in preparation for a crossing of the Mivo River. Unfortunately, due to the heavy resistance encountered and the onset of relentless rains that would continue throughout the month, this final offensive was never carried out. Instead, the troops were limited to vigorous patrolling activities during July and August, maintaining a presence but unable to launch significant offensives in the harsh conditions. Many of these patrols encountered fierce opposition, signaling that the enemy intended to mount a determined defense along the Mivo line. These patrols regularly captured crucial documents from Japanese soldiers ambushed along the tracks leading to their forward positions, allowing Australian forces to construct a clearer picture of the enemy's intentions and deployments. Among these daring reconnaissance missions was one conducted by a patrol from the 42nd Battalion, led by Lieutenant Oldfield. Tasked with scouting a potential crossing at the Mivo, Oldfield and four other soldiers discovered the river was in flood. Undeterred, they stripped off their gear, swam across the turbulent waters, and advanced 500 yards beyond the riverbank, without any weapons. The weight of the Australian artillery and mortar bombardments altered the enemy's tactics. Rather than holding fixed positions, the Japanese began to dig in less and instead employed a strategy of hit-and-run raids and ambushes executed by small groups of three to ten men. Before July 10 arrived, the relentless rain compelled a second postponement of the advance; the new date for the operation was set for July 24. However, the downpour continued to intensify. By July 10, even the patrols could not cross the flooded Mivo. "Torrential rain flooded the divisional area, reducing the Buin Road to a treacherous sea of mud and creating a series of islands between the various rivers." On July 17, conditions worsened further, with a dramatic eight inches of rain falling in just 36 hours. The new challenge was no longer about advancing troops but ensuring that the men were fed where they remained. Virtually all the bridges along the lines of communication were washed away, and all the rivers were flooded; the Mivo was now surging at a speed of twelve miles an hour. As a result, the forward units could only be supplied via air transport. It would take weeks to repair the damaged roads and bridges, leading to D-day being postponed until late August. As the southern operations unfolded, General Savige made a strategic decision to bring Brigadier Arnold Potts' 23rd Brigade from Munda and its surrounding islands to Torokina. Upon arrival, Savige immediately tasked the 27th Battalion with taking over the central sector beyond Pearl Ridge. The Australians quickly began bombing and launching attacks in the Berry's Hill-Hunt's Hill area, ultimately securing this crucial location on May 16. Following the seizure of Berry's Hill, the 27th Battalion conducted patrols toward key positions at Sisivie, Tokua, Base Point 3, and Wearne's Hill throughout late May. On June 3, they initiated an attack towards Tiernan's Spur, making significant progress before being relieved by the 7th Battalion. The 7th Battalion, upon taking over, adopted an aggressive posture, and on June 11, they attacked Tiernan's Spur, successfully securing the feature this time. Soon after, a combination of reconnaissance and air bombardment set the stage for an assault on Wearne's Hill on June 16. However, they encountered strong opposition and were unable to seize its crest until June 20. In parallel operations, a company captured Sisivie without encountering resistance on June 12. Another company was dispatched to establish a forward base in the Wakunai Valley, successfully creating observation posts that overlooked Inus Point and the large Numa Numa Plantation by June 21. After conducting extensive bombardments against remaining Japanese positions, the Australians finally secured the remainder of Wearne's Hill on June 24. Starting June 26, the 7th Battalion began probing towards Centre Hill, which they ultimately found abandoned on July 6. Meanwhile, on July 3, Tokua was occupied as a base for future operations probing north toward Ibu and Buritsiotorara. Artillery and aircraft continued to harass North Hill, which was finally captured on July 13. Just five days later, Cameron's Hill was also successfully attacked and secured. The 7th Battalion then pressed forward along the main track towards Charlie Creek and McInnes Hill, achieving their objectives by August 8 as the remaining Japanese forces were forced to retire to Numa Numa. Looking north, the 55th/53rd Battalion took over from the exhausted 26th Battalion in early April, following the fall of the Soraken Peninsula. Upon assuming command, Lieutenant Colonel Stevenson immediately directed the 55th/53rd to cross the Nagam River and launch an attack towards Pora Pora, a key strategic location in the region. The battalion pressed on along the main coastal track, but on April 13, they faced an unsuccessful assault against the enemy positioned at McKinnon's Ridge. Meanwhile, a company from the battalion moved through an inland route, encountering no resistance as they advanced to a position just two miles from Pora Pora. Recognizing the resolute enemy defenses along the main track, the Australians initiated a program of heavy artillery bombardment, complemented by flanking maneuvers designed to outmaneuver the entrenched defenders. This relentless strategy began to pay off, eventually forcing the Japanese to retreat on April 21. During this critical period, the unopposed company on the inland track continued to push forward until it was only one mile from Pora Pora. In the following four days, the 55th/53rd Battalion fought its way into the Pora Pora bottleneck, engaging in fierce combat that successfully expelled the Japanese forces by April 30. With this victory, the Australians were able to continue their advance northward, making rapid gains against a retreating enemy. On May 4, they captured the Ratsua jetty, a vital logistics point that facilitated further operations. Two columns of the 55th/53rd commenced a swift march towards Ruri Bay, while a company from the 26th Battalion successfully seized Torokori Island on May 6. Three days later, as they finally approached Ruri Bay, the Australians successfully repelled an enemy ambush. However, Brigadier Stevenson's orders were now to halt their advance at the Ratsua-Ruri Bay line and focus on active patrolling extending northward to Tarbut and Tarlena. Despite this directive, the situation became increasingly precarious. The Japanese, bolstered by four small provisional battalions of naval troops under Captain Kato Ekichi, grew aggressive beyond the established line. Daily patrol clashes erupted, with Australian positions and supply lines subjected to constant ambushes. Recognizing the need for reinforcements, the weary 55th/53rd Battalion was relieved by the 26th Battalion on May 21. In response, the 26th immediately dispatched two companies to thrust forward in the area south and east of Buoi Plantation. However, these units quickly encountered strong counterattacks, while patrols faced heavy resistance around Siara and Chindawon. As Stevenson's forces found themselves facing a fortified opponent stronger than anticipated, permission was granted to send two companies from the 31st/51st Battalion to take over the western sector on June 3. Despite this reinforcements, the Australians continued to struggle to make meaningful progress northward. After the 26th Battalion had been in the line for three hard weeks its diarist wrote that the campaign had become one of "holding a superior number of enemy by the aggressive action of a tired depleted battalion-companies were no more than half strength and had been in forward areas continuously for four months". The battalion's fighting strength on 3rd June was only 23 officers and 353 other ranks. The constant patrolling, the artillery fire and the raids on jeep trains on tracks well to the rear were wearing down the men's spirits. In response to the persistent challenges, a strategic decision was made to outmaneuver the Japanese by landing a reinforced company of the 31st/51st Battalion at Porton Plantation, aiming to approach the enemy from the western flank. During the early hours of June 8, the assault force successfully landed unopposed and swiftly established a perimetric defense reaching 150 yards inland. However, the surprised defenders quickly regrouped, unleashing a barrage of machine-gun fire that effectively thwarted the unloading of heavy weapons, reserve ammunition, and essential supplies. Although supporting artillery fire was effectively directed at the Japanese positions, the Australians soon found themselves pinned down as Captain Kato reinforced the defenses surrounding their perimeter. To complicate matters further, a convoy of Australian supplies and reinforcements attempting to reach the newly established perimeter was successfully repelled by the tenacious defenders during the night. The next morning, it was decided to withdraw the force late that evening. However, as the Australians prepared for their retreat, the Japanese launched a strong counterattack from three sides. The enemy attacked in relentless waves, and although they were met with devastating Australian fire, the pressure forced the company to pull back towards the beach. In the morning they launched what was evidently intended as a final blow, thrusting from three sides. Now estimated at over 400 they attacked in waves and were mowed down by the Australian fire. To confuse their enemy they shouted English phrases such as "Watch the right flank", "Throw it in the middle", "It's only me, Jack", and so on. The Australians pulled back towards the beach and at 1 p.m. During the afternoon, three landing craft moved towards the beach under heavy enemy fire in an effort to embark the soldiers. Unfortunately, two of the crafts were overloaded and became stranded. One eventually drifted off with the tide during the evening; however, the other remained besieged by heavy fire throughout the night. On June 10, Australian forces continued their attempts to rescue the stranded men, launching efforts under the cover of a strong air attack. At dawn on June 10, there were 38 living men on board the besieged landing craft, commanded by Corporal Hall. Their meager arsenal included two Bren guns, five Owen submachine guns, and nine rifles. The remaining rations consisted of eight tins of fruit or vegetables, three or four tins of meat, and three tins of condensed milk. Corporal Hall devised a defensive plan to maximize their chances of survival. He removed the wooden shelves under the overlapping sides of the ALCA to create protective cover under the flaps for all the troops. The dismantled wireless set was discarded overboard to free up additional space. To assist with breathing during rising tides, each man was issued six-inch lengths of copper piping. A continuous watch was kept from the coxswain's enclosure to monitor Japanese movements and report any developments. The soldiers cleaned and oiled their weapons using lubricant sourced from the engines, ensuring that they were well-maintained and ready for use. A medical kit was placed in the capable hands of a member of the 19th Australian Field Ambulance, who diligently distributed morphine and dressings as needed. At 15:30 on June 10, a concerted effort to rescue the stranded survivors commenced. An intense and precise air attack targeted the enemy positions, but unfortunately, it failed to hit the pillbox from which most of the fire directed at the barge was originating. Bombers dropped inflated rubber rafts near the landing craft in an attempt to assist, but Japanese gunfire prevented any men from reaching these lifelines. Under the cover of an artillery smoke screen, a landing craft attempted to reach the shore. However, enemy fire wounded several crew members, including the coxswain, damaging the steering gear and causing the craft to circle out of control. Amidst this chaos, Corporal Hall attempted to silence the pillbox with a Bren gun, but his efforts were in vain. In a desperate bid to assist the aircraft in locating the target, he splashed bullets towards the pillbox, yet the attempt proved futile as the damaged landing craft was forced to withdraw. They successfully repelled several Japanese parties attempting to swim out to the immobilized craft during the night. Finally, in the early hours of June 11, the besieged Australians were rescued by three assault boats, managing to pull them from the critical situation. In this endeavor, the Australian forces suffered significant losses, with 23 men reported killed or missing and 106 wounded. Among these casualties, five killed and seven wounded belonged to the 42nd Landing Craft Company. Estimates suggest that the Japanese forces faced losses of approximately 147 confirmed dead, with an additional 50 likely killed. The infantry units suffered specifically dire consequences, with two officers killed and three wounded, these included both company commanders, leaving only Lieutenants Patterson and Reiter, two young veterans from the 6th Division, as the sole surviving leaders from six platoon commanders. Additionally, 14 other ranks were reported killed or missing, while 57 were wounded. Of those wounded, five were sent to the field ambulance suffering from exposure, and nine sustained cuts and bruises. The repulse of the Australian attempt to land near Porton on June 8, 9, and 10 significantly boosted Japanese morale. Observers reported that the landing occurred on a rough strip of beach, making it difficult for the enemy to negotiate the surrounding reefs. The high ground in the vicinity provided an excellent vantage point for the Japanese, allowing for optimal placement of automatic weapons. In response to the Australian advance, Captain Kato swiftly dispatched 150 troops from Chabai to reinforce the approximately 100 men already engaged in combat. These reinforcements succeeded in thwarting any further enemy landings, ultimately pushing the Australians back to the beach, from where their remaining forces were evacuated in haste. Kato estimated that around 250 Australians had landed, resulting in the loss of 60 killed and 100 wounded, alongside 26 Japanese fatalities. If the Japanese report regarding their own losses is accurate, it suggests that both sides engaged in this grim action sustained approximately equal losses. Moreover, during this battle, the reinforced 26th Battalion failed to exploit this diversionary attack, missing the opportunity to push against the stubborn resistance of Captain Kato's isolated posts. On June 20, Brigadier Potts' 23rd Brigade began taking over the northern sector, with orders to contain the Japanese forces in the Bonis Peninsula and patrol towards Buka Passage. This relief operation was completed by the end of the month. However, the 8th and 27th Battalions continued to face harassment from Kato's deep patrols throughout July. Ultimately, the overextended 27th Battalion on the right flank was withdrawn on July 22 to allow the 8th Battalion to successfully attack and capture Commo Ridge the following day. On July 24, the 8th Battalion launched an unsuccessful attack on Part Ridge. However, this heavy assault shook the defenders, paving the way for the Australians to capture the ridge against light opposition on August 5. This marked the last major action of the Bougainville Campaign. In total, Savige's 2nd Corps endured losses of 516 Australians killed and 1,572 wounded. It is estimated that approximately 8,500 Japanese soldiers were killed by Australian forces and their native allies, while an additional 9,800 succumbed to illness during the Australian period on Bougainville. By the end of the campaign, only 23,571 men remained out of about 65,000 who had been on the island when the Americans launched their attack in November 1943. Now, attention turned westward to Balikpapan, where General Milford's 7th Australian Division successfully landed on July 1. They secured an important perimeter extending through Santosa Hill, Parramatta, Mount Malang, and Stalkudo. The battle resumed the following day, with the 2/14th Battalion advancing along the Vasey Highway to seize the Sepinggang airstrip unopposed. Meanwhile, the 2/3rd Commando Squadron took over the area northeast of Stalkudo, though they made little progress toward the Lady Schofield feature due to heavy enemy fire. The 2/27th Battalion strengthened and extended its hold on the high ground northwest of Stalkudo. The 2/16th Battalion pressed northward, successfully capturing Resort, Owen, and Oxley without sustaining any losses. The 2/12th Battalion took Potts and consolidated its position on Portee. The 2/10th Battalion conducted mopping-up operations in the secured areas, patrolling vigorously forward, and also seized Mount Sepuluh. Lastly, the 2/9th Battalion, supported by a troop of tanks, cleared Kandasan town along the coast as far as Signal Hill. By the end of the day, Brigadier Eather's 25th Brigade had landed to take over the central portions of the front, tasked with pushing inland astride the Milford Highway. On July 3, one company of the 2/10th Battalion advanced through the port, while another cleared the Tank Plateau, and a third focused on the lower ground between the plateau and Parramatta. Concurrently, the 2/9th Battalion, supported by its troop of tanks, successfully took the Santosa barracks, which they had bypassed the previous day. The division now held a bridgehead approximately five miles wide and one mile deep, successfully securing one of the two airstrips. On July 3, light aircraft began operating from this newly established base. However, unloading heavy equipment and stores proved to be a challenging task, causing considerable anxiety among the troops. A swell made it difficult to transfer loads to Landing Craft Tank (LCTs) and small craft, while it was impossible to run the Landing Ship Tank (LSTs) directly onto the beach. By 06:00 on July 3, progress was evident, with 985 vehicles and 1,932 tons of various equipment and stores successfully landed, alongside 16,950 men ashore. Later that morning, an LST began unloading at a pontoon jetty constructed on Green Beach by an American naval construction battalion. The captured port was a scene of devastation, characterized by wrecked workshops and warehouses, leaving little more than twisted, rusty steel and piles of rubble where houses once stood. The seven wharves designed for ocean-going vessels had all been burned, rendering them unusable. Among the debris, one dump of scrap iron collected by the Japanese from the ruins measured 520 yards long, with another scrap pile opposite it stretching about 150 yards. As unloading operations continued on the main beaches, the 2/14th Battalion began moving towards the Manggar airstrip but found themselves halted at Batakan Kechil. The 2/27th Battalion took over the defense of the Sepinggang strip, and the 2/3rd Commando Squadron discovered the Lady Schofield feature abandoned, allowing their patrols to press on more than a mile across the high ground overlooking the Sepinggang River. Meanwhile, the 2/33rd Battalion encountered heavy opposition in the hills above Chilton Road but managed to capture Opus, Operator, and Oxygen, as well as a height to the northeast named Orange. The 2/31st Battalion advanced along Milford Highway, facing increasing opposition, but they rapidly secured the junction with Chilton Road. However, they were unable to capture the strong enemy defenses at Nobody and Nurse. The 2/12th Battalion began a march towards Pandansari but had to assault Nail to eliminate the threat of enemy harassing fire. The following day, while the 2/33rd Battalion occupied Letter and Lewis, the 2/31st found Nobody and Nurse abandoned, allowing them to easily secure these features. One company also took control of Nail and began probing towards Lodge. At the same time, the 2/14th Battalion resumed its advance towards Manggar. They successfully crossed the river and pushed 1,300 yards across the airstrip without facing any opposition. However, after midday, heavy Japanese fire unexpectedly swept across the airfield, resulting in the deaths of several officers at the control tower. Despite this setback, and aided by the fire from destroyer Eaton, the Australians pressed on and ultimately secured Manggar and its airfield. By the end of the day, General Milford had successfully pushed the enemy out of Balikpapan and further secured the Sepinggang and Manggar strips. However, it became clear that Admiral Kamada was attempting to withdraw the remnants of his force to the Batuchampar area, aiming to delay any advance along the Milford Highway for as long as possible. The 454th Independent Battalion continued to hold the commanding terrain north of Manggar, and on July 5, its defenses came under intense naval, air, and artillery bombardment, which initially failed to silence the Japanese guns. Meanwhile, Brigadier Eather pressed his advance north in the center. The 2/25th Battalion took control of the positions at Nurse and Nail, while the 2/33rd pressed on against dwindling opposition to capture Mackay, Marshall, Mutual, and Margin. The 2/31st Battalion moved forward to seize Letter and Lewis, followed by the capture of Laverton and Liverpool. Recognizing the necessity of securing the western side of Balikpapan Bay to facilitate port operations, Milford ordered Brigadier Chilton's 18th Brigade to land the reinforced 2/9th Battalion at Penadjam. Following a naval and artillery bombardment, the landing was executed unopposed during the afternoon of July 5, with patrols of the 2/9th immediately probing north and south to secure the perimeter. The following day, a patrol moved south toward Nanang village and onward to the Sesumpu River, while other units explored the area towards the Riko River and Separi. On July 6, the 2/33rd Battalion successfully attacked and captured Metal and Muffle, but they were ultimately repelled from Judge. Meanwhile, the 2/25th pressed onward, taking control of Liverpool and occupying Huon. Looking southeast, the 2/14th Battalion began to probe enemy positions on this day. A strong patrol successfully captured Waites' Knoll but had to repel a series of strong counterattacks during the night, while another patrol was forced back along Vasey Highway. Over the next few days, the Australians continued to engage, probing and bombarding the commanding enemy positions. Ultimately, the 2/14th launched an attack and captured the Frost and Brown features on July 9, effectively eliminating the enemy threat in that area. Meanwhile, the 2/16th Battalion and the 2/5th Commando Squadron attacked an enemy concentration at Gate on July 6 and secured the position two days later, further solidifying their hold on Grand by July 9. To the northwest, on July 7, the 2/25th Battalion moved to Cult and then attempted an assault on Jam but was repelled by fierce defenders. The following day, while Jam underwent probing and bombardment, the 2/33rd Battalion discovered Justice abandoned after heavy shelling and pressed on toward Joint and Judge. Concurrently, Brigadier Eather had dispatched the 2/6th Commando Squadron into the hills overlooking the Sumber River. They successfully occupied Job on July 8 and seized Freight the following day. By July 9, after a concentrated artillery barrage, Jam, Joint, and Judge finally fell as the 25th Brigade secured the first stretch of the Milford Highway to Batuchampar. The 2/31st Battalion then advanced to a road bend due north of Junior, where they encountered an ambush by Japanese raiders. Meanwhile, a company of the 2/9th Battalion landed unopposed at Djinabora on the afternoon of July 8, and on the following day, a patrol base was established at Teloktebang. I would like to take this time to remind you all that this podcast is only made possible through the efforts of Kings and Generals over at Youtube. Please go subscribe to Kings and Generals over at Youtube and to continue helping us produce this content please check out www.patreon.com/kingsandgenerals. If you are still hungry after that, give my personal channel a look over at The Pacific War Channel at Youtube, it would mean a lot to me. General Hammer launched a fierce campaign across Bougainville, battling entrenched Japanese troops, they secured the strategic Soraken Peninsula and advanced toward the vital Hongorai River. By July, they had reached the Hari River, significantly weakening Japanese defenses. However, relentless rain hindered further operations.
ohe! vaiṣṇaba ṭhākura, doyāra sāgara, e dāse koruṇā kori' diyā pada-chāyā, śodho he āmāya, tomāra caraṇa dhori (2) chaya bega domi', chaya doṣa śodhi', chaya guṇa deho' dāse chaya sat-sańga, deho' he āmāre, bosechi sańgera āśe (3) ekākī āmāra, nāhi pāya bala, hari-nāma-sańkīrtane tumi kṛpā kori', śraddhā-bindu diyā, deho' kṛṣṇa-nāma-dhane (4) kṛṣṇa se tomāra, kṛṣṇa dīte pāro, tomāra śakati āche āmi to' kāńgāla, 'kṛṣṇa' 'kṛṣṇa' boli', dhāi tava pāche pāche TRANSLATION 1) O venerable Vaisnava, devotee of Krsna! O ocean of mercy, be merciful unto your servant. Give me the shade of your lotus feet and purify me. I hold on to your lotus feet. 2) Teach me to control my six passions; rectify my six faults, bestow upon me the six qualities, and offer unto me the six kinds of holy association.* 3) I do not find the strength to carry on alone the sankirtana of the holy name of Hari. Please bless me by giving me just one drop of faith with which to obtain the great treasure of the holy name of Krsna. 4) Krsna is yours. You have the power to give Him to me. I am simply your servant running behind you shouting, "Krsna! Krsna!" To connect with His Grace Vaiśeṣika Dāsa, please visit https://www.fanthespark.com/next-steps/ask-vaisesika-dasa/ ------------------------------------------------------------ Add to your wisdom literature collection: https://iskconsv.com/book-store/ https://www.bbtacademic.com/books/ https://thefourquestionsbook.com/ ------------------------------------------------------------ Join us live on Facebook: https://www.facebook.com/FanTheSpark/ Podcasts: https://podcasts.apple.com/us/podcast/sound-bhakti/id1132423868 For the latest videos, subscribe https://www.youtube.com/@FanTheSpark For the latest in SoundCloud: https://soundcloud.com/fan-the-spark ------------------------------------------------------------ #spiritualawakening #soul #spiritualexperience #spiritualpurposeoflife #spiritualgrowthlessons #secretsofspirituality #vaisesikaprabhu #vaisesikadasa #vaisesikaprabhulectures #spirituality #bhaktiyoga #krishna #spiritualpurposeoflife #krishnaspirituality #spiritualusachannel #whybhaktiisimportant #whyspiritualityisimportant #vaisesika #spiritualconnection #thepowerofspiritualstudy #selfrealization #spirituallectures #spiritualstudy #spiritualquestions #spiritualquestionsanswered #trendingspiritualtopics #fanthespark #spiritualpowerofmeditation #spiritualteachersonyoutube #spiritualhabits #spiritualclarity #bhagavadgita #srimadbhagavatam #spiritualbeings #kttvg #keepthetranscendentalvibrationgoing #spiritualpurpose
(1) hari haraye namaḥ kṛṣṇa yādavāya namaḥ yādavāya mādhavāya keśavāya namaḥ (2) gopāla govinda rāma śrī-madhusūdana giridhārī gopīnātha madana-mohana (3) śrī-caitanya-nityānanda śrī-advaita-sītā hari guru vaiṣṇaba bhāgavata gītā (4) śrī-rūpa sanātana bhaṭṭa-raghunātha śrī-jīva gopāla-bhaṭṭa dāsa-raghunātha (5) ei chay gosāir kori caraṇa vandan jāhā hoite bighna-nāś abhīṣṭa-pūraṇ (6) ei chay gosāi jār—mui tār dās tā-sabāra pada-reṇu mora pañca-grās (7) tādera caraṇa-sebi-bhakta-sańe bās janame janame hoy ei abhilāṣ (8) ei chay gosāi jabe braje koilā bās rādhā-kṛṣṇa-nitya-līlā korilā prakāś (9) ānande bolo hari bhaja bṛndāban śrī-guru-vaiṣṇaba-pade majāiyā man (10) śrī-guru-vaiṣṇaba-pada-padma kori āś nāma-sańkīrtana kohe narottama dāsa TRANSLATION 1) Hari! Obeisances to Lord Hari, unto Krsna, and Yadava. Obeisances to Lord of the Yadus, Madhava, Kesava. 2) Gopala! Govinda! Rama! O vanquisher of Madhu! Giridhari! Lord of the gopis! Bewilderer of cupid! 3) Sri Caitanya, Nityananda, Sri Advaita-Sita! Hari! Guru! Vaisnavas! Srimad Bhagavatam! Bhagavad Gita! 4) All glories to Srila Rupa Goswami, Sanatana Goswami and Raghunatha Bhatta Goswami, to Srila Jiva Goswami, Gopala Bhatta Goswami, and Raghunatha Dasa Goswami! 5) I bow to the feet of these six Goswamis. By their grace, our obstacles can be destroyed and all desires are fulfilled. 6) I am the servant of these six Goswamis. The dust of their lotus feet is my fivefold subsistence. 7) To be a servant of their lotus feet and to reside in the company of devotees--this is my aspiration birth after birth. 8) When these six Goswamis lived in Vraja, they revealed the eternal pastimes of Sri Sri Radha and Krsna. 9) In ecstasy, sing the name of Lord Hari and worship Vrndavana, joyfully fixing your mind upon the lotus feet of the bona-fide spiritual master and the pure devotees. 10) The lotus feet of my guru and the Vaisnavas are my aspiration. Narottama Dasa thus sings Hari-nama sankirtana. To connect with His Grace Vaiśeṣika Dāsa, please visit https://www.fanthespark.com/next-steps/ask-vaisesika-dasa/ ------------------------------------------------------------ Add to your wisdom literature collection: https://iskconsv.com/book-store/ https://www.bbtacademic.com/books/ https://thefourquestionsbook.com/ ------------------------------------------------------------ Join us live on Facebook: https://www.facebook.com/FanTheSpark/ Podcasts: https://podcasts.apple.com/us/podcast/sound-bhakti/id1132423868 For the latest videos, subscribe https://www.youtube.com/@FanTheSpark For the latest in SoundCloud: https://soundcloud.com/fan-the-spark ------------------------------------------------------------ #spiritualawakening #soul #spiritualexperience #spiritualpurposeoflife #spiritualgrowthlessons #secretsofspirituality #vaisesikaprabhu #vaisesikadasa #vaisesikaprabhulectures #spirituality #bhaktiyoga #krishna #spiritualpurposeoflife #krishnaspirituality #spiritualusachannel #whybhaktiisimportant #whyspiritualityisimportant #vaisesika #spiritualconnection #thepowerofspiritualstudy #selfrealization #spirituallectures #spiritualstudy #spiritualquestions #spiritualquestionsanswered #trendingspiritualtopics #fanthespark #spiritualpowerofmeditation #spiritualteachersonyoutube #spiritualhabits #spiritualclarity #bhagavadgita #srimadbhagavatam #spiritualbeings #kttvg #keepthetranscendentalvibrationgoing #spiritualpurpose