Rekam jejak manusia dan pikirannya saat bertemu dengan peristiwa sejarah, pertarungan nilai kebaikan dan keburukan, dan usaha untuk bertahan menjadi manusia ditengah gelombang godaan untuk berubah menjadi setan dan binatang... semoga menjadi jejak jariah
Jejak perjalanan menemukan makna di bumi Kinanah
Perjelanan menghadirkan pesanya di Ardh Kinanah
Khutbah Jum'ah sebuah pesan, ditulis di Egypt 08 mei 2022
Rekam jejak perjalanan dari pesan yang dihadirkan olehNya
hanya merekam apa yang dihadirkan olehnya, di masjid Ibn Thalun, qata'i'
Hanya merekam jejak perjalanan, atas apa yang dihadirkan olehNya
Jejak perjalanan saat menghirup debu kinanah 2022
Jejak perjalanan di bumi kinanah, sebuah catatan tahun 2022.
lagu menunggu kekasih di hujung hari berteman baik dan buruk adalah kerinduan berbincang dengan seorang teman, dulu saat maghrib dirindukan...
Puisi dibaca pada acara PKA-Unida 2021 dengan lagu APi Perjuangan, sebagai closing untuk menemukan nilai
ayat ini dalam al-baqarah menempati urutan yang ke 255, ayat yang paling sering dibaca orang dan yang paling banyak menelisik ke dalam tubuh mereka, seperti ia adalah ruh yang menghidupkan, di dalamnya memuat kata hidup itu
al-baqarah 254 kata nafs di dalamnya hadir lalu duduk di beranda pikiran, dan karenanya hadir pada realitas tulisan, lalu berubah menjadi suara yang menemukan telingamu, selamat menikmati
Bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupmu, tiada badai tiada topan kau temui, ikan dan udang menghampiri dirimu - lagu kus plus ini menyeret ruang delapan puluhan hadir di semesta mereka anak anak melinial dan aku goreskan jejaknya disana
Nyanyian Jiwa iwan fals, mengundangmu datang dalam imaginasiku..
pka-unida-2021-sebuah catatan sebab ditarik oleh lagu sisi sunyi nusantara the Panas Dalam...
ide puisi mengawal lagu sisi sunyi nusantara dicover oleh Raihan DKP-21, Puisi dinarasikan oleh Faldi, dua karim yang bertanggung jawab atas suksesnya acara pka-unida 2021, dalam proses itu lagu The Panas Dingin ini menarik sisi manipulatif peristiwa yang dirasakan... selamat menikmati
al-baqarah 267, tayammamu adalah memalingkan muka, ekspresi tidak suka. kata ini digunakan Allah dalam menggambarkan orang pelit, yang evident darinya adalah - jika ia memberi, ia membari sesuatu yang ia sendiri tidak inginkan - fala tayamamu al-khabitsu minhu tunfiqun... selamat mendengar...
al-Baqarah 266, ia bicara cinta, dan cermin yang dipantulkanya, adalah apa yang anda dengar di episode ini
al-baqarah 265, tsabat adalah tertancamnya keyakinan dalam hati, untuk tidak goyah sebab hantaman badai kehidupan, untuk tidak berubah memegang kebenaran, tsabat adalah doa agar hal hal itu ditetapkan untuk selamanya bersama kita dalam perjalanan menujunya, semoga ada gunanya
dari kumpulan catatan surah al-baqarah, saya sebut sebagai cermin, sebab lintasan ayat itu seperti cermin dan yang nampak saat wajahku berhadapan denganya adalah apa yang saat ini anda dengar, semoga menjadi jariyah.
Laila dan cinta Majnun, tidak sekedar kisah cinta, ia penggaris untuk mengukur sejauh mana cinta dipahami, atau ia penakar sebarat apa cinta ditimbang. “Qul in kuntum tuḥibbunallah fattabiʻūni”, cinta itu telah menjadi bagian dari kalamNya, ayat diatas bagiku berbunyi, jika engkau mengklaim mencintai Allah, cintailah aku! (Rasulullah) Bukti cinta adalah mengikuti yang dicintai, pecinta lupa mendengar suara selain suara kekasihnya, pecinta lupa memilih tempat duduk selain tempat duduk yang ada kekasihnya, pecinta lupa mengejar kerelaan selain kerelaan kekasihnya. Dan objek cinta tertinggi, tentu saja adalah wujud yang tertinggi, sebagaimana object ilmu tertinggi adalah ada yang tertinggi. Akhirnya, jika bicara cinta, ungkapan dan diskripsi indah –menurutku- ada pada kisah laila dan majnun, yang hendak aku hadirkan untukmu. Tentu saja, totalitas cinta yang mereka contohkan adalah bagaimana idealnya cinta diaplikasikan, agar engkau bisa menimbang, seberapa banyak cinta yang kau miliki… selamat menemukan cintamu!
Apa yang dikatakan oleh Sahabat Ali bin Abi Thalib seribu tahun yang lalu, masih sesuai untuk kita renungkan pada kondisi kita saat ini, itu menunjukan bahwa ada yang tetap meski rentang waktu telah berlalu begitu lama, cara kita melihat pendosa, cara kita mensikapi kemaksiatan yang dilakukan saudara kita, membersitkan perasaan yang sama “Idhā waqaʻat ʻAinuka ʻAlā Ṣāḥibi dhanbin falā yaqaʻu fī nafsika al-ʻizzatu wa annaka khairan minhu, huwa futina wa anta bi raḥmatillah najawta, fadʻullāha bi l-hidāyati wa linafsika bi l-tsabāt” seringnya penampakan mereka menghadirkan perasaan lebih mulia, seolah-olah kebaikan yang telah kita lakukan, menjadi jaminan bahwa kita benar-benar baik, lalu telodor untuk mengontrol hadirnya tipuan yang dibawa perasaan... untuk direnungkan.
Ada tiga kunci keselamatan di dalam hidup seorang muslim. Pertama, agar badan jasmaninya selamat, maka seorang muslim hendaknya mensedikitkan makanan yang masuk, seorang muslim adalah kaum yang tidak makan kecuali lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Kedua, kunci keselamatan jiwa adalah sedikitnya dosa, sebab banyaknya dosa menutup jiwa dari petunjuk dan hidayah pemilik kehidupan. Yang ketiga adalah kunci keselamatan pada agama, terletak pada shalawat kepada kanjeng nabi Muhammad S.A.W, disini terletak rahasia cinta, shalawat adalah ungkapan mendasar dari rasa cinta kepada manusia yang dicintai Allah dan seluruh alam raya, cinta mensyaratkan ketundukan, bukti ketundukan adalah menjalankan apa yang diperintahkan oleh yang dicintai, dan melaksanakan hanya apa yang disukai, tidak membuat-buat sendiri pilihan, apa yang harus dijalankan dan apa yang harus ditinggalkan, cinta itu mensyaratkan untuk tidak melakukan apapun, kecuali ia menghendakinya...
Din itu agama, secara kata ia mengandung makna berbeda dengan agama ataupun religion dalam bahasa Inggris, sebab agama yang dipahami oleh ahli theologi adalah bagian dari budaya, ia mengalami proses adaptasi dan perkembangan, ajaranya akhirnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi berkembangnya budaya masayarakat. Din, mengandung makna konsep, ia adalah petunjuk tetap bagaimana hidup harus dijalankan, dan tatacara menjalankan kehidupan itu tidak berubah, ia tetap dari awal turunnya, ia diperintahkan kepada orang-orang seribu tahun yang lalu sama dengan apa yang diperintahkan orang-orang sekarang, tidak mengalami perkembangan, sebab ia bukan bagian dari budaya. Memahami Din dengan frame agama atau religion, bisa menjebak kita untuk salah mengerti, bahwa agama adalah budaya, perlu diperbaiki dan diperbaharui. Tidak, kita tidak memerlukan memperbaharui, yang kita perlukan adalah memperbaiki kesalahan berfikir kita, lalu mengeluarkan din dari tafsiran-tafsiran ulama' palsu, yang karena itu makna dari konsep-konsep kuncinya menjadi rancu, ya.. kita memerlukan membuang debu yang menempel dan menutupi kecantikan Islam sebagai Din ini...
Kisah sisipus yang dihukum oleh zeus untuk mendorong batu dari kaki bukit sampai ke puncak, lalu batu itu menggelinding ke bawah lagi, lalu didorong ke atas lagi berulang-ulang tanpa ujung, telah menjadi model barat dalam memandang kehidupan, Nietszhe dalam ungkapan berbeda menyebutkan bahwa dunia adalah lautan tanpa pantai dan kita ada diatasnya dengan sebuah perahu, kemanapun arah perahu ditujukan, hanya lautan yang ada, itulah hidup bagi barat, tragis... seluruh nilai tidak ada beda, baik dan buruk dihukumi sama, peradaban itu akhirnya berpuncak pada nihilisme... hati-hati dengan kerasukan cara pandangnya, ia akan pasti meremehkan ajaran agama
Kebahagiaan tidak pada kecantikan, kekayaan, kekuatan, kepadaian, tetapi ia ada pada cara bagaimana segala potensi yang diberikan itu digunakan, penggunaan yang menyaratkan pengetahuan, sebab jika digunakan tidak tepat ia berakibat kebalikanya, yakni derita atau saqawah. Kecantikan, kekayaan, kekuatan, yang tidak tepat cara penggunaanya hanya akan mendatangkan penderitaan. Mengetahui bagaimana potensi itu digunakan dengan tepat, disitulah letak kebahagiaan...
Jadi menurutmu, tahumu itu objektif, dan sebab objectif ia menjadi bebas nilai? pengetahuanku adalah apa yang ingin aku tahu, inginku adalah apa yang menjadi dorongan dan kecendrungan yang ada di dalam diriku, kecendrungan yang ada padaku adalah informasi-informasi dari tahu yang telah menjadi keyakinan, yang muncul karena pergaulan dengan bacaan, lingkungan dan kondisi masa, jadi jika akhirnya ia ku gunakan untuk membaca object yang baru lalu karenanya lahir pengetahuan baru, maka ia tidak bebas dari nilaiku yang telah menjadi kacamataku melihat sesuatu, jadi, jika pengetahuan itu dilahirkan oleh orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan, maka pasti ia dikandungi nilai-nilai atheis, dan bisa jadi tidak sesui dengan kehendak penciptaan...
Hidup jangan dijalani karena komentar orang, komentar mereka tentangmu bukan gambaran sesungguhnya dari dirimu, tidak membuatmu berubah menjadi baik sebab dikomentari baik, tidak juga merubahmu menjadi buruk sebab dikomentari manusia, baik dan buruk itu ada pada dirimu, engkau tahu persis seperti apa sebenarnya dirimu... jangan sibuk dengan komentar manusia, focus saja pada perjuangan untuk setia kepada kebenaran
pesan lewat pembacaan puisi, bahwa berbuat baik tidak perlu direlasikan dengan hasil akhir, proses menyempurnakan kebaikan lebih utama ketimbang memikirkan hasil, taburlah benih, itu saja tugas pembuat kebaikan, sebab menjadi pohon atau tidak benih itu, bukan menjadi urusanmu, apa yang bukan urusan kita biar yang punya urusan yang mengurusnya, adapun kita hanya melakukan yang menjadi urusan kita dan itu diperintahkan oleh pemilik kehidupan... selamat menikmati
Jangan merasa sebab tidak ada yang melihat lalu perbuatan bisa dilakukan semuanya, jangan merasa bahwa sebab keadilan tidak bisa ditegakan lalu kita bisa berbuat anianya, apa yang kau lakukan hari ini, tidak bisa dibela nanti oleh perkataan dusta dan argumentasi pikiran yang menyuruh lidahmu merangkai kata, sehingga keburukan tertutupi, sehingga kejahatan dikesankan sebagai kebaikan. Pada pengandilanNya, mulut terkunci lidah tak mampu menyusun kalimat, saat itu bumi bersaksi atas apa yang kau lakukan diatasnya, secara menyeluruh, tak ada jengkal kecuali engkau akan terdiam sebab kesaksianya tidak mampu kau bantah... berhati-hatilah dengan hari yang akan datang jika memang engkau orang yang berakal...
jika kita hendak mengkatagorikan perbuatan kita, perbuatan itu tidak akan lepas dari tiga macam, perbuatan yang bernilai pahala, perbuatan yang bernilai dosa, dan perbuatan yang tidak dinilai sebab ia hanya mubah saja. Jika anda cerdas, dan percaya bahwa perbuatan di dunia berakibat pada hasil di akherat, maka memperbanyak perbuatan yang buahnya pahala adalah satu-satunya pilihan, meskipun manusia akan sulit sekali menghindar dari perbuatan dosa, setindaknya ada bangunan kesadaran dalam diri kita, bahwa perbuatan haruslah yang bernilai pahala...
"Wa l tandzur nafsun ma qadamat lighad" adalah garis haluan hidup seorang muslim, bahwa aktivitas apapun yang dilakukan selama hidup adalah demi investasi kehidupan setelah hari kebangkitan kelak. karena itu, seorang muslim selalu memperbaiki niat setiap saat, jangan sampai segala apa yang dilakukan bukan sebagai amal untuk menanam kebaikan agar kelak setelah kehidupan berganti ia mendapatkan peluang untuk memanen buahnya... kebahagiaan abadi, kebahagian yang tidak diikuti oleh penderitaan selamanya
Eksistensi wujud di ukur dari fungsi utamanya, jika fungsi utama wujudnya tidak bisa dilakukan, ia akan mengambil fungsi yang lebih rendah darinya. sebab mengambil fungsi yang lebih rendah, maka ia sebenarnya tidak sedang mewujud dalam tugas dan fungsi utamanya, seperti pisau fungsi utamanya adalah untuk mengiris, kalau pisau itu tumpul, mungkin fungsinya berubah menjadi ganzal pintu. Kuda -dulu- fungsi utamanya adalah untuk kendaraan perang, namun jika ia tidak layak untuk digunakan dalam peperangan, maka fungsinya jadi jatuh menjadi seperti keledai yang hanya untuk mengangkut beban. Manusia fungsi utamanya adalah untuk ibadah kepada penciptanya, kalau ibadah tidak berfungsi pada dirinya, ia mengambil fungsi binatang sebagai bentuk mengeksistensinya.... wallahu a'lam
Imam al-Ghazali menjelaskan kebahagiaan pada manusia itu terletak pada materi penciptaanya. Setiap manusia memiliki ukuran kebahagaiaan yang berbeda tergantung dari bahan baku penciptaanya, kalau asal materinya sama dengan setan, maka kebahagiaanya terdapat pada perbuatan curang, menipu dan aniaya. Kalau materinya sama dengan binatang ternak (bahimah), maka kebahagiaan pada sandang pangan, materi dan kekayaan. Kalau asal materinya sama dengan binatang buas (siba') maka kebahagiaanya pada kekuasaan, kedudukan dan jabata. Namun kalau asal materinya sama dengan malaikat, maka kebahagiaanya pada mendapatkan pengetahuan dan ilmu, jika asalmu adalah malaikat, maka sesungguhnya manusia melampaui malaikat, sebab manusia memiliki iradah yang membuatnya harus berjuang untuk sampai level tersebut, dan jika dia berhasil, manusia itu akan melampaui malaikat dalam kemenanganya..
Innallāha yaqūlu yawma al-Qiyāmati Yā ibna Adam, Mariḍtu falam Taʻudnī Qāla; Kaifa Aʻūduka wa Anta rabba al-ʻĀlamīn Qāla: Amā ʻAlimta Anna ʻAbdī fulānan Mariḍa falam Taʻudhu Amā ʻAlimta annaka law ʻUdtahū lawajadtanī ʻIndahū – Rawahu Muslim – Di hari dibangkitkanya manusia Allah Subhana wa ta'alā berfirman Wahai hambaku… Aku sakit, dan kau tak menjenguk-KU Sang hamba menjawab: Wahai Allah, bagaimana aku menjengukmu sedangkan Engkau Tuhan seluruh Alam Allah subhana wa ta'alā berfirman Bukankah engkau tahu hamba-Ku si fulan sakit dan kau tak menjenguknya Bukankah engkau tahu akan kau dapati Aku bersamanya jika kau menejenguknya
Ghaflah adalah kondisi terpaling dari focus yang telah ditetapkan sebelumnya. Ia lebih dari sekedar lupa, ia lupa sebab tertarik oleh yang datang kemudian sebagai penggodanya. Hidup focusnya adalah ibadah, lalu jika dalam perjalananya ia tidak lagi tertuju untuk ibadah, maka hal-hal yang memalingkan dari tujuan sesungguhnya itulah makna ghaflah.
"al-Nasihatu sahlun, wa al-Mushkilu qubuluha" Nasehat itu mudah, menerimanya yang rumit - Imam al-Ghazali-
Antum kalau cocok dengan saya syukur kalau enggkak yo wis! Jangan mudah-mudah ta'ajub pada siapa siapa Jangan mudah-mudah minta dipuji atas prestasimu Omong kosong! Orang yang memujimu omong kosong! karena kamu sebetulnya tau tentang kelebihan kekuranganmu Betul? Jangan punya pikiran itu? Maka orang mungkin jengkel dengan saya Kok saya kok enggak ta'ajub gitu? Buat apa ta'ajub, pada diri sendiri saja tidak ta'ajub fahimtum? -KH. Hasan Abdullah Sahal-
“Kalau perhatian kita hanya berkisar kepada apa dan berapa dan bagaimana mendapatkannya, maka derajat kita hanyalah sampah-sampah kehidupan, kata ahli hikmah, barang siapa yang perhatianya hanya yang masuk ke perutnya, derajatnya setinggi yang keluar daripadanya, maka hati-hati kepada oportunis-oportunis! yang hanya mementingkan urusan pribadi! interest-interest pribadi!” -KH. Dr. Abdullah Syukri Zarkasy, M.A.-
“Tamāmu l-saʻādati mabniyun ʻalā tsalātsati asyyāʼin Quwwatu l-ghadabi, Quwwatu l-Syahwati, Quwwatu l-“ilm” -Abu Hamid al_Ghazali-