Fortetalks adalah podcast yang dipandu oleh Andreas Arianto, berfokus pada obrolan seputar pengalaman dan tips berkarir dalam industri musik dengan musisi, sound engineer, penulis lagu, komposer, produser, arranger dan lain sebagainya.
Sama-sama terinspirasi album "Salute to Koes Bersaudara" karya Erwin Gutawa, gue dan Figgy sama-sama akhirnya memilih karir sebagai musisi, penata musik orkestra dan produser. Ketika album itu dirilis di tahun 2004, Figgy masih tinggal di Ambon, dan gue di Jakarta. Ternyata jarak gak memisahkan passion dan inspirasi untuk berkarya, karena gak lama setelahnya Figgy berangkat ke Jakarta untuk memperdalam musik langsung ke pusat industrinya, tempat di mana pertukaran ide musikal terjadi begitu rapat, cepat dan tepat. Setelah itu sisanya adalah sejarah, dan waktu mempertemukan Figgy dengan mentor demi mentor yang mendorong dan memaksanya untuk terus berkembang. Alvin Lubis, Oni Krisnerwinto, juga Erwin Gutawa masing-masing berperan dalam memperlebar cakupan bahasa musikal dari permainan dan produksi musik yang ia hasilkan, baik di atas panggung, di layar kaca, maupun di balik dapur rekaman. Menjadi saksi dari perihnya kerusuhan bertema SARA di kota kelahirannya, Figgy memetik suatu pelajaran berharga. Musik ternyata tak memisahkan manusia, melainkan menyatukan umat dari beragamnya latar belakang. Kekuatan musik inilah yang terus membuatnya bertahan, termasuk di era pandemi seperti sekarang ini. 00:00 Intro 01:28 Halo Figgy! 05:40 Memutuskan pindah dari Ambon ke Jakarta 10:06 Pengaruh album Erwin Gutawa, “Salute to Koes Bersaudara” 13:08 Kuliah musik itu penting gak sih? 15:09 Tuntutan pekerjaan musisi di televisi 18:23 Bagi tugas antara 3 pemain keyboards dalam 1 band di Indonesian Idol 24:30 Standarisasi musisi di industri musik 26:01 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan musikalitas 34:26 Pengalaman belajar produksi rekaman 40:05 Tentang mentorship 46:37 Misi musikal Figgy lewat KAK5 51:56 Kekuatan musik 55:27 What's next? Figgy Papilaya: https://www.instagram.com/figgypapilaya/ Fortetalks © 2020 by Forteplay Records --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Yaya mencelupkan kakinya di banyak kolam, setidaknya ia ada di kolam per-oboe-an orkestra ibukota - baik sebagai pemain maupun sebagai pengajar, lalu ia juga memulai sebuah start up pendidikan anak-anak usia dini lewat musik bernama Maestro in Training - @maestrointraining di instagram, ia menjalankan usaha fotografi dan videografi, selain itu ia juga aktif berolahraga panahan kapanpun ia sempat. Kecermatan dan kedalaman fokusnya bukan hal yang main-main, ia sanggup beradaptasi dengan sangat cepat ketika berpindah antara kolam-kolam yang berbeda ini, namun ia tetap bisa menjalankan aktivitasnya dengan maksimal di masing-masing kolam. Mengenal Yaya sejak 2004, ketika kami sama-sama bergabung di Twilite Youth Orchestra ketika kami sama-sama newbie dengan instrumen masing-masing, membuat gue ngeh bahwa salah satu kemampuan terpenting untuk dimiliki seseorang untuk bisa bertahan dan stay significant walau waktu berlalu, adalah kemampuan beradaptasi. Terlatih sebagai atlet sejak pra-remaja telah memampukan Yaya untuk memiliki ketahanan tak hanya fisik tapi juga mental sejak dini. Berkuliah psikologi ternyata malah memperlengkapinya dengan kombinasi keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkannya untuk mengejar mimpi berkuliah musik (dan juga fotografi) di Inggris. Kemampuan ini pula yang membantunya beradaptasi ketika mengembangkan Maestro in Training dari nol. Semoga obrolan ini juga bisa menginspirasi teman-teman yang mendengarkan! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Ada sesuatu yang menyengat seperti listrik dari setiap musik yang Tommy Pratomo hasilkan, sama seperti selalu ada sihir di balik tiupan nmelodi di setiap penampilannya di atas panggung. Gue yakin ini didasari dari suatu awal yang menarik, yang ternyata terus mendorong Tommy untuk terus berkarya, baik lewat dual albumnya "TnD" bersama Dimas Pradipta (tamu di episode sebelumnya), hingga single terbarunya "Jetlag" yang baru dirilis minggu lalu. Dan menariknya, Tommy tidak ingin menganggap dirinya hanya sebagai seorang saksofonis, jadi ia tidak membatasi diri hanya bisa bermusik lewat medium alat musik ini saja. Hal ini terasa sangat kuat bila kita mendengarkan aneka warna yang beragam dari setiap single yang sudah ia rilis setelah "TnD" dirilis 2015. Selamat terinspirasi! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Dimas Pradipta adalah musisi paket komplit, dengan skillnya ia banyak beredar di atas panggung maupun di balik studio. Tak hanya menjadi solusi bagi kebutuhan musisi-musisi lain lewat permainan drum dan mixing/mastering skillnya, ia pun juga aktif merilis materinya sendiri sebagai artis. Karenanya muncul pertanyaan, “kapan lo tidurnya Dims?”
Rachman Noor adalah salah seorang cellist favorit gue, terbukti dari keindahan bunyi instrumen yang dia mainkan di awal episode ini. Obrolan kali ini banyak mengupas tips latihan dari Rachman, juga bagaimana dia terus belajar untuk mengembangkan diri lewat cello. --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Eko Sulistiyo adalah salah satu mixing engineer terdepan Indonesia saat ini. Karya-karya rekamnya sebagai engineer maupun sebagai produser telah menjadi soundtrack bagi bangsa ini, termasuk memenangkannya beberapa penghargaan Anugerah Musik Indonesia. Namun di balik itu, ada kesederhanaan di balik semua pencapaiannya meracik bebunyian untuk garapan Erwin Gutawa dan Tohpati. Tak pernah berusaha terlalu keras untuk menghasilkan bunyi yang optimal, Mas Eko juga orang yang sangat santai di dalam kondisi live event yang paling hectic sekalipun. Gue rasa ketenangan dan kemauannya untuk selalu belajar itu yang gue kira memampukannya mencapai lebih tinggi lagi dalam karirnya. . Apa yang mengawali karirnya dan apa pemikiran di balik setiap karya rekam yang ideal bagi Mas Eko? . Semoga obrolan ini bisa menginspirasimu juga ya! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Melanjutkan episode 14 yang lalu, kita akan lebih banyak ngobrol soal teknis produksi musik yang selama ini Dimas lakukan sebagai produser. Logic Pro, Battery, Kontakt Player, Spitfire Audio LABS, LA Scoring Strings, Ethno World 5/6 menjadi keyword yang banyak dibahas di sini. Semoga makin menginspirasi kamu yang mendengarkan ya! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Gue kenal Dimas Wibisana sejak gue mulai ikut bermusik bareng Sketsa di sekitar tahun 2009, duo gitar akustik bentukannya dengan Gerald Situmorang tahun 2007. Eksplorasi musikal Dimas pun terbentang lebar, termasuk menjadi gitaris session untuk Soulvibe, Alika, Isyana, Raisa, lalu pada 2016 ia membentuk band rock, JIVVA, sebelum akhirnya membentuk duo Biancadimas dengan istrinya, Bianca Nelwan, dengan album perdana mereka yang dirilis di 2018. Selama perjalanan itu pun Dimas terus mengasah kemampuan produksi musiknya dan banyak terlibat sebagai penulis lagu dan produser dalam penggarapan banyak sekali single dan soundtrack untuk film-film nasional, di antaranya adalah "Marmut Merah Jambu" (2014), "Dilan 1990" (2018), "Imperfect" (2019), dan "Bebas" (2019). Obrolan ini terbagi menjadi dua episode, dengan bagian pertama lebih banyak membahas segi kreatif dalam penulisan lagu, dan bagian kedua lebih banyak membahas segi teknis produksi musik. Selamat mendengarkan! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Setelah puas ngobrol tentang sisi artistik dan sisi teknis, di episode ini segi bisnis dalam bermusik banyak dikupas. Andre membagikan apa yang ia pelajari dalam bekerja di industri ini secara profesional, praktik seperti apa saja yang menurutnya sangat membantunya mengembangkan diri dan perusahaan post audio production-nya, juga pemikiran di balik keputusan-keputusannya. Ternyata tugas seorang CEO itu tak terlalu berbeda dengan tugas seorang produser. Apa saja persamaan dari keduanya? Bisnis dalam bidang jasa, termasuk di bidang musik, itu bukan melulu soal uang, tapi terutama tentang kepercayaan dari orang lain dan hubungan baik. Semoga obrolan ini bisa membantu kamu juga dalam mengembangkan diri ya! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Multifungsi, itulah musisi Andre Harihandoyo dalam profesi yang dijalaninya sejak 14 tahun yang lalu. Berawal dari kesenangannya bermain Lego waktu kecil, hingga kini ia selalu senang mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya berfungsi. Sesimpel itulah awal mula ketertarikannya untuk bisa menguasai keterampilan apapun yang harus ia kuasai, termasuk bermain gitar, bernyanyi, menulis lagu, memproduksi karya rekam, membuat musik untuk film dan iklan, hingga menjalani Alunan, perusahaan post audio production yang ia gawangi bersama Aria Prayogi, seorang komponis musik film yang kiprahnya membawanya ke industri film dan televisi Amerika Serikat dan Inggris. Gue sangat beruntung berteman dan bermusik bareng Andre sejak SMA sampai sekarang, baik di dalam band kami, Andre Harihandoyo and Sonic People maupun di proyek-proyek lepasan lainnya. Di banyak kesempatan gue selalu bisa belajar banyak hal terutama tentang produksi audio dan juga tentang profesionalisme. Gak kerasa obrolan dua sobat lama ini terbentang menjadi dua jam. Alhasil podcast kali ini dibagi menjadi dua episode, dengan episode ini lebih banyak membahas soal sisi teknis dan sisi artistik, dan di episode selanjutnya membahas soal sisi bisnis. Selamat menikmati! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Dika Chasmala adalah pemain biola multi genre, tak membatasi dirinya hanya bermain Jazz saja, tapi juga melatih fleksibilitas dan perbendaharaan bunyi biola dalam konteks musik yang sangat beragam. Ia aktif bermain ensembel di beragam orkestra dan grup musik, tapi juga terus mengasah keterampilan improvisasinya di musik Timur Tengah, Melayu, juga Pop. Lahir dari keluarga musisi dengan nama-nama besar seperti Denny Chasmala, Reggie Chasmala dan Irvan Chasmala merupakan suatu anugerah yang diterimanya dari lahir, namun orang tuanya tak pernah memaksa Dika berprofesi sebagai musisi. Jadi apa saja hal yang membuatnya terus mencintai musik? Markimak, mari kita simak! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Andika Candra @fluteranger adalah seorang pemain Flute dan Saksofon yang sering beredar di macam-macam orkestra terbesar ibukota karena tingkat musicianship-nya yang sangat tinggi. Candra juga rajin mengulik alat-alat tiup lainnya seperti suling-suling Nusantara dan juga Bansuri dari India. Perjalanan bermusik Candra mempertemukannya dengan segala rupa suling bambu dari beragam budaya dan tempat. Itu gak hanya menunjukkan seberapa besar cintanya akan musik, tapi juga keuletannya dalam mempelajari banyak sekali bahasa musikal yang sangat khas dari setiap daerah itu. Gue sangat beruntung bisa kenal dan sering bermusik bareng Candra, termasuk dalam penggarapan beberapa single barunya. Salah satunya adalah "Brown Sugar" yang dirilis Februari 2019 lalu. Penasaran latar belakang apa aja yang mendorongnya mempelajari semua hal tentang musik yang membawanya hingga ke titik ini, gue ajak Candra ngobrol di hari terakhir petualangan musikalnya di Pulau Dewata tahun ini. Gue yakin banyak banget yang bisa dipelajari dari pengalaman Candra yang sangat warna-warni ini :D Enjoy! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Malem-malem gak bisa tidur, akhirnya malah bikin podcast. Kepikiran akan banyak sekali yang gue pelajari lewat hal-hal yang terjadi di luar keinginan gue selama ini. Termasuk di antaranya adalah kehilangan anggota keluarga, teman, juga beberapa hubungan personal yang harus berakhir. Menurut gue justru kita lebih banyak belajar dari hal-hal seperti ini, ketimbang dari hal-hal yang terjadi sesuai rencana yang kita buat. Semoga bisa membantu temen-temen yang mungkin juga sedang menghadapi hal-hal serupa. Be strong! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Di jaman informasi seperti sekarang ini, kebutuhan akan audio dan visual sudah menjadi kebutuhan standar utama. Terutama di era di mana media sosial menjadi lahan utama bagi aneka perusahaan memasarkan produknya, kehadiran media composer dan audio engineer juga menjadi semakin penting. Gue ngobrol dengan Timothy Luntungan, in-house composer di Anatman Pictures, juga Hari Kurnia, in-house audio engineer di Anatman Pictures, dan menemukan banyak sekali tips untuk bekerja secara efektif dan efisien. Walau secara estetik pasti setiap pekerja audio akan memiliki seleranya sendiri, tapi workflow yang efisien sangat diperlukan karena konten-konten baru harus segera dirilis dan kita bekerja dengan deadline yang pakem. NB: Media composer adalah istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada para pembuat musik untuk keperluan media, bisa berupa film, iklan, atau apapun media yang membutuhkan kehadiran musik, seperti audio bumper di awal dan di akhir episode ini yang gue bikin tahun lalu :D Kalau ada pertanyaan atau usulan mengenai topik pembahasan selanjutnya, silakan kirim voicenote di link di bawah ini atau kirim DM ke @andreasarianto di IG. --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Ian Stevenson adalah salah satu musisi komplit, tak hanya pengalamannya sebagai vokalis dan gitaris bersama dua grupnya yang terdahulu, Kaimsasikun dan Zat Kimia, ia juga adalah seorang produser yang punya kejelian dan ketelitian yang tinggi. Kami berdua sama-sama tengah memproduseri rekaman album terbaru Leanna Rachel di Bali, dan di setiap sesi selalu ada hal yang menarik yang mendorong gue untuk mendokumentasikannya dalam episode ke-7 ini. Banyak obrolan mendalam tentang gimana pengalaman kami yang berbeda ini ternyata membuahkan teknik dan pemahaman serupa yang memudahkan kami berproses lebih efektif dan efisien di dalam studio, gak peduli apapun jenis musik yang sedang digarap. Keyword yang sering muncul dalam obrolan ini adalah "kecenderungan". Ini adalah suatu pedang bermata dua yang bisa berdampak positif maupun negatif, tergantung gimana setiap produser menggunakannya. Benda yang dilepaskan dari tempat yang lebih tinggi pasti akan bergerak jatuh ke bawah, begitulah fisika mekanik bekerja. Hal yang sama juga banyak berlaku di dalam musik, yang juga adalah fenomena fisika bunyi. Akhirnya semua hal yang tak kasat mata ini juga memiliki kecenderungan yang bisa kita manfaatkan atau kita kendalikan supaya bisa menghasilkan musik yang akhirnya akan menggerakkan pendengarnya. Semoga obrolan ini bisa menginspirasi! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Isu kesehatan mental udah makin sering dibahas dan diperhatikan, tapi masih menjadi topik yang kesannya berat bagi kebanyakan orang, padahal pada kenyataannya banyak sekali orang yang berjuang menghadapi masalah-masalah psikologis walau secara umum kita terlihat baik-baik saja di depan orang lain. Gue akan membahas tentang permasalahan yang gue sendiri hadapi dan cara gue mengatasinya. Mungkin bisa berguna untuk temen-temen yang dengerin, atau bahkan membuka obrolan yang lebih luas lagi tentang ini. Bagi gue, caranya adalah dengan terus memacu diri untuk bertumbuh. Dalam kasus gue terus bikin musik ternyata banyak membantu gue menghadapi isu-isu ini. Semoga bisa membantu ya! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Salah satu sesi ngobrol terasik yang gue alami adalah bareng Eda dan Mario, mereka sekaligus adalah Duo Budjang (duo MC dan penyiar di Prambors Radio dan Narasi.TV) dan Dead Bachelors, grup musik yang gue produseri. Bagi gue, mereka berdua adalah salah satu sosok ideal kolaborator yang paling gue nikmati proses penggarapan musiknya. Kenapa gitu? Silakan simak aja obrolan satu jam lebih ini, ringan tapi berbobot, santai tapi serius, kekanakan tapi juga dewasa, juga segala jenis tesis-antitesis yang ada pada mereka muncul semua di episode ini. Ada juga di dalamnya obrolan soal cerita masa lalu di balik sepak terjang Dead Bachelors, termasuk awal-awal gue kerja bareng Eda sejak tahun 2012 (!) Oh ya, musik latarnya itu baru aja gue tulis minggu lalu, sangat mungkin akan ada di rilisan Dead Bachelors selanjutnya. Judul masih dirahasiakan karena liriknya pun belum ditulis :P Enjoy! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Ini gue rekam 4 April 2016, bahkan 3 tahun sebelum gue rekam obrolan bareng Adra di episode 1. Semoga memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru tentang eksistensi diri --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Ini gue rekam Agustus 2017 yang lalu, tapi gue rasa topiknya masih diperlukan hingga kini supaya makin banyak musisi yang bisa menghidupi dirinya lewat karya, dan menghidupi karyanya lewat hidup, gak hanya sekadar lewat penampilan setiap kali manggung. Silakan! --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message
Ini baru yang namanya studi banding! Tumbuh di Indonesia ngga menghalangi Adien untuk mendalami musik Flamenco dan segala kerumitannya. Beristri Angela Lopez, musisi Spanyol yang bertahun-tahun mendalami musik Indonesia mungkin menjadi salah satu pendukung Adien untuk belajar Flamenco dengan mendalam, tapi pasti ada banyak hal lainnya yang makin menajamkan kecintaan Adien terhadap musik ini. Apa aja itu? Markimak, mari kita simak!
Di episode perdana ini gue mau share obrolan bulan April 2019 yang lalu (yes, baru gue upload sekarang, 7 bulan setelahnya, karena procrastination - tentang ini kayanya seru juga untuk dibahas di episode selanjutnya) bareng Adra Karim yang lagi main ke Sanur untuk persiapan pernikahannya dengan Carmen Caballero, flutist dari Spanyol yang menjadi love of his life --- Send in a voice message: https://anchor.fm/andreasarianto/message