Dhammavihārī Buddhist Studies (DBS) adalah pusat pendidikan Buddhis untuk semua kalangan usia. DBS menyediakan kelas pembelajaran mulai dari anak-anak usia 2 tahun hingga orang dewasa.

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan kisah Buddha Mangala yang ada di Stanza 3-9.

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan kisah Buddha Mangala yang ada di Stanza 1-2.

Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan Ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda di Perayaan Kathina 2569 BE / 2025 lalu. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Para Dewa Satullapa".

Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Para Dewa Satullapa".

Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan Ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda di Perayaan Waisak 2569 BE / 2025 lalu. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Empat Jenis Kekayaan".

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan kisah Buddha Kondanna yang ada di Stanza 5-38.

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan kisah Buddha Koṇḍañña yang ada di Stanza 1-4

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan kisah Buddha Dipankara yang ada di Stanza 11 - 31.

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan kisah Buddha Dipankara yang ada di Stanza 2 - 11.

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan kisah Buddha Dipankara yang ada di Stanza 1 - 4.

Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Basis untuk Mempertahankan Hubungan Baik".

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna kepergian ke tiga perlindungan (Tisaranagamana) berdasarkan Kitab Komentar.

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 177 - 187 dan Bab III Kitab Buddhavamsa Stanza 1 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 155 - 175 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Di kelas kali ini Ashin Kheminda akan menyampaikan teladan dari kitab suci tentang kualitas-kualitas baik yang seharusnya kita miliki, yaitu kepatuhan dan lain-lain.

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 130-159 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 107-124 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 77 - 107 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Sayadaw Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 59 - 80 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 54 dan 62 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Di kelas ini Ashin Kheminda melanjutkan penjelasan tentang sepuluh jenis kotoran batin yang menjadi satu-satunya musuh setiap makhluk berdasarkan Kitab Abhidhamma.

Di kelas ini Ashin Kheminda melanjutkan penjelasan tentang sepuluh jenis kotoran batin yang menjadi satu-satunya musuh setiap makhluk berdasarkan Kitab Abhidhamma.

Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan sepuluh jenis kotoran batin yang menjadi satu-satunya musuh setiap makhluk berdasarkan Kitab Abhidhamma.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 39-54 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 33-39 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 32-33 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 27-31 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 13-26 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 4-13 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Bab II Kitab Buddhavamsa Stanza 1-3 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Stanza 78-81 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Stanza 73-77 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Stanza 65-72 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Stanza 47-64 hanya berdasarkan Kitab Komentar.Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Stanza 39-46 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Stanza 14–38 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Stanza 9 - 13 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Ashin Kheminda melanjutkan pembahasan Kitab Buddhavamsa. Di kelas ini beliau menjelaskan makna setiap kata di Stanza 2 - 5 hanya berdasarkan Kitab Komentar.

Penjelasan untuk Stanza 1 dan 2(1) Brahma, Sang Adipati Dunia, yang bernama Sahampati, sembari menangkupkan kedua telapak tangan sebagai tanda pemberian hormat memohon kepada Yang Tidak Tertandingi: “Di dunia ini ada makhluk-makhluk yang memiliki sedikit debu, ajarkanlah Dhamma pada makhluk-makhluk ini karena belas kasih.”(2) Kewelas-asihan terhadap semua makhluk muncul pada Dia yang memiliki tiga pengetahuan yang sejati (vijjā) dan lima belas perilaku yang benar (caraṇa), •Yang stabil, yang merupakan pembawa kecerahan, pembawa tubuh terakhir-Nya, Tathāgata yang tidak tertandingi.Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 1 dan 2 dari Buddhavaṃsa (Garis Silsilah Para Buddha) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Praktikkan Dhamma Sekarang".

Brahma, Sang Adipati Dunia, yang bernama Sahampati, sembari menangkupkan kedua telapak tangan sebagai tanda pemberian hormat memohon kepada Yang Tidak Tertandingi:“Di dunia ini ada makhluk-makhluk yang memiliki sedikit debu, ajarkanlah Dhamma pada makhluk-makhluk ini karena belas kasih.”Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 1 dari Buddhavaṃsa (Garis Silsilah Para Buddha) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.

Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Kelenyapan Tipitaka".

Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Apakah Semua Manusia Akan Menjadi Buddha".

Pada suatu waktu, Raja Pasenadi dan Ratu Mallika melakukan persembahan dana makanan kepada Buddha dan para bhikkhu yang keseluruhannya berjumlah 500 bhikkhu, dalam skala yang tidak dapat dilampaui oleh siapapun. Pada upacara tersebut, setiap bhikkhu akan didampingi oleh seekor gajah yang memegang payung putih yang menutupi kepala bhikkhu tersebut dari dari sinar matahari. Namun, mereka hanya bisa mendapatkan 499 ekor gajah yang terlatih sehingga mereka harus menggunakan seekor gajah yang belum terlatih, dan gajah tersebut ditempatkan untuk memegangi payung bagi Angulimala Thera. Semua orang khawatir gajah yang belum terlatih tersebut akan menimbulkan masalah, tetapi ketika berada di dekat Angulimala Thera, gajah tersebut menjadi jinak.Sehubungan dengan kejadian tersebut, para bhikkhu kemudian bertanya kepada Angulimala apakah ia merasa takut atau tidak. Angulimala menjawab bahwa ia tidak takut. Para bhikkhu kemudian menemui Buddha dan berkata bahwa Angulimala mengaku telah mencapai ke-Arahanta-an. Apa jawaban Buddha kepada mereka? Apakah seorang Arahanta masih bisa merasa takut?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 422-423 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Pada suatu waktu, ada seorang pengikut awam Buddha bernama Visākha di Rājagaha. Setelah mendengar diskursus Buddha berulang-ulang, Visākha mencapai tingkat kesucian Buah Anāgāmi dan berkata kepada istrinya, “Terimalah semua propertiku; mulai hari ini, aku tidak akan ikut campur dalam urusan rumah tangga ini.” Istrinya yang bernama Dhammadinnā membalas, “Siapa yang akan menelan ludah yang telah engkau buang?” Kemudian ia meminta izin untuk masuk ke dalam Sangha dan menjadi bhikkhuni. Setelah itu ia pergi ke sebuah wihara di sebuah desa kecil bersama para bhikkhuni lain untuk berlatih meditasi. Dalam waktu singkat, ia berhasil mencapai Ke-Arahanta-an dan kembali ke Rājagaha. Visākha yang mendengar kembalinya Dhammadinnā menemuinya dan menanyakan beberapa pertanyaan. Ketika ia menanyakan mengenai tiga magga pertama, Dhammadinnā menjawabnya, namun ketika ia menanyakan mengenai Arahanta magga dan phala, Dhammadinnā menjawab, “O pengikut awam! Hal ini berada di luar kemampuanmu; jika engkau mau, engkau dapat pergi menanyakannya kepada Buddha.” Visākha pun pergi bertanya kepada Buddha. Apa jawaban Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 419-421 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Di kehidupan yang lalu, Candabha mempersembahkan kayu cendana ke stupa di mana relik Buddha Kassapa diabadikan. Karena perbuatan baik ini, ia terlahir kembali di sebuah keluarga brahmana di Savatthi dengan tanda lahir berupa sebuah lingkaran cahaya yang melingkari pusarnya. Karena lingkaran cahaya ini menyerupai bulan, ia dikenal sebagai Candabha. Beberapa brahmana mengambil keuntungan dari keistimewaan ini dengan membawanya berkeliling kota untuk pertunjukan dan hanya orang yang membayar seratus atau seribu boleh menyentuhnya.Suatu saat mereka berhenti di suatu tempat antara kota dan wihara Jetavana. Mereka berkata kepada para ariya yang berjalan ke wihara Jetavana bahwa tidak ada gunanya mereka pergi menemui Buddha dan mendengarkan Ajaran-Nya, karena tidak ada yang sehebat Candabha. Para ariya membalas dengan mengatakan hanya Guru merekalah yang hebat dan tiada bandingannya, sehingga para brahmana kemudian membawa Candabha untuk bertemu Buddha. Namun ketika Candabha sedang bersama Buddha, lingkaran cahaya Candabha menghilang. Ketika Candabha berada di luar pandangan Buddha maka lingkaran cahayanya kembali menyala, namun menghilang lagi ketika dia kembali ke hadapan Buddha. Candabha kemudian meminta Buddha untuk memberinya mantra yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Buddha memberitahu bahwa mantra tersebut hanya dapat diberikan kepada anggota Sangha. Candabha kemudian memberitahu para brahmana untuk menunggu di luar karena ia akan mendapatkan mantra yang akan membuatnya menjadi orang terhebat se-Jambudipa. Apakah sesungguhnya mantra yang dimaksud Buddha? Bagaimana kisah Candabha selanjutnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 413, 417, 418 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Putri Suppavasa dari Kundakoliya hamil selama 7 tahun dan kemudian selama 7 hari dia mengalami nyeri persalinan. Dia terus merenungkan kualitas unik dari Buddha, Dhamma dan Sangha, kemudian menyuruh suaminya untuk menemui Buddha, memberikan penghormatan atas namanya, dan memberitahukan mengenai kondisinya. Ketika mengetahui keadaan Putri Suppavasa, Buddha berkata, “Semoga Suppavasa terbebas dari bahaya dan penderitaan; semoga dia melahirkan seorang putra yang mulia dengan selamat.” Bersamaan dengan itu, putri Suppavasa melahirkan. Sebagai perayaan atas kelahiran bayi tersebut, Buddha beserta beberapa bhikkhu diundang utk menerima persembahan makanan selama 7 hari, dan bayi yang baru lahir tersebut mempersembahkan air yang sudah disaring kepada Buddha dan para bhikkhu.Setelah dewasa, bayi tersebut menjadi bhikkhu dan dikenal dengan nama Sivali. Setelah rambutnya dicukur, Bhante Sivali mencapai ke-arahanta-an dan selanjutnya beliau dikenal sebagai bhikkhu yang paling banyak menerima persembahan. Pada suatu hari, para bhikkhu bertanya kepada Buddha, mengapa Bhante Sivali yang memiliki kualifikasi untuk menjadi seorang Arahat bisa terkurung di dalam rahim ibunya selama 7 tahun. Bagaimana jawaban Buddha? Apa yang diperbuat Bhante Sivali di masa lalu yang menyebabkan penderitaan tersebut?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 408-414 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Mahāpanthakatthera merupakan seorang arahat ketika adik laki-lakinya Culapanthaka bergabung menjadi bhikkhu. Culapanthaka terlahir sebagai seorang yang dungu karena ia pernah menertawakan seorang bhikkhu yang sangat dungu pada salah satu kehidupan lampaunya. Culapanthaka tidak dapat bahkan mengingat satu stanza dalam waktu empat bulan. Mahāpanthaka sangat kecewa dengan adiknya dan menyuruhnya untuk meninggalkan wihara karena dia tidak pantas menjadi seorang bhikkhu.Terkait dengan hal tersebut, pada suatu kesempatan para bhikkhu bertanya kepada Buddha mengapa Mahāpanthaka, meskipun adalah seorang arahat, mengusir adik laki-lakinya keluar dari wihara. Mereka juga menambahkan, “Apakah para Arahat masih kehilangan kesabaran mereka? Apakah mereka masih mempunyai kotoran batin seperti niat jahat dalam batin mereka?” Bagaimana jawaban Buddha? Apakah tindakan Mahāpanthaka tersebut didasari oleh kemarahan?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 405-407 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Pada suatu waktu, para bhikkhu membicarakan mengenai Arahat Theri Uppalavanna yang dilecehkan oleh pemuda Nanda yang kemudian ditelan bumi. Sehubungan dengan ini, mereka bertanya kepada Buddha apakah Arahat tidak menikmati kenikmatan indriawi meskipun mereka memiliki fisik yang sama dengan orang lain. Apa jawaban Buddha? Bagaimana sikap seorang Arahat terhadap kenikmatan indriawi?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 401-404 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Suatu ketika saat Buddha sedang berdiam di wihara Veluvana, YA. Sāriputta, dengan ditemani oleh 500 bhikkhu, memasuki desa Nālaka dan berdiri di depan pintu rumah ibunya sendiri untuk ber-piṇḍapāta. Ibunya mengundang mereka masuk ke dalam rumah, namun ketika ia sedang mempersembahkan makanan kepada anaknya, ia berkata, “Wahai pemakan makanan sisa, kau yang telah meninggalkan 80 crore untuk menjadi seorang bhikkhu, kau telah menghancurkan kami.” Kemudian ia mempersembahkan makanan kepada bhikkhu lain sembari berkata kepada mereka dengan kasar, “Kalian semua telah memanfaatkan anakku sebagai pembantumu; sekarang makan makananmu.”YA. Sāriputta tidak menjawab apa pun, melainkan hanya mengambil mangkuk makanannya dan kembali ke wihara. Sekembalinya ke wihara, para bhikkhu memberitahu Buddha bagaimana YA. Sāriputta dengan sabar menahan omelan dan hinaan dari ibunya. Apa jawaban Buddha? Bagaimana YA. Sāriputta bisa memiliki kesabaran seperti itu?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 395-400 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Pada suatu waktu, Buddha tiba di Rājagaha dengan rombongan para Bhikkhu, salah satunya adalah YA. Assaji. Upatissa (yang kelak menjadi YA. Sāriputta) sangat terkesan dengan penampilan YA. Assaji yang mulia, sehingga dengan hormat ia bertanya kepada YA. Assaji siapakah gurunya, ajaran apakah yang diajarkannya, dan juga memohon YA. Assaji mengajarkan secara singkat ajarannya. Setelah menjawab dua pertanyaan pertama, YA. Assaji kemudian mengutip sebuah stanza singkat yang berhubungan dengan Empat Kebenaran Mulia. Di pertengahan stanza tersebut dibabarkan, Upatissa mencapai buah Sotapatti. Upatissa kemudian memberitahu sahabatnya Kolita mengenai Dhamma sejati yang telah ditemukan, lalu keduanya menemui Buddha di wihara Veluvana dan ditahbiskan sebagai Bhikkhu. Selanjutnya mereka berdua dikenal sebagai YA. Sāriputta dan YA. Moggallāna.YA. Sāriputta selalu mengingat bahwa berkat YA. Assaji-lah Beliau dapat bertemu Buddha dan mencapai keadaan Tanpa Kematian, sehingga Beliau selalu menghormat ke arah mana pun YA. Assaji berada dan tidur dengan kepala menghadap ke arah yang sama. Para Bhikkhu lain yang tinggal bersamanya salah mengartikan tindakan Beliau tersebut sebagai menyembah ke berbagai arah dan melaporkannya kepada Buddha. Bagaimana tanggapan Buddha mengenai hal tersebut? Bagaimana seharusnya sikap seorang murid terhadap gurunya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 391-394 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).