POPULARITY
Pada suatu waktu, hidup seorang wanita yang sangat kaya di kota Kuraraghara, sekitar 120 yojana jaraknya dari Savatthi. Dia mempunyai seorang anak bernama Sona yang telah menjadi Bhikkhu. Pada suatu hari, atas permintaan ibunya, Bhikkhu Sona membabarkan Dhamma kepada ibunya dan orang-orang di kota kelahirannya di sebuah paviliun. Ibunya mengajak seluruh orang di rumahnya dan hanya meninggalkan seorang pembantu.Saat pembabaran Dhamma sedang berlangsung, sekawanan perampok masuk ke rumahnya. Pemimpin perampok sengaja pergi ke paviliun tempat wanita tersebut berada dan mengawasinya, dengan tujuan untuk membunuhnya apabila dia pulang ke rumah lebih awal. Pembantunya yang melihat para perampok memasuki rumah, pergi melapor kepada majikannya, tetapi dia hanya berkata, “Biarkan para perampok mengambil semua uangku, aku tidak peduli; tapi jangan datang dan menggangguku saat aku mendengarkan Dhamma. Pulanglah.” Si pembantu pulang, namun ketika melihat para perampok mengambil barang dan emas dan perak, dia kembali melaporkan kepada majikannya, tapi selalu mendapatkan jawaban yang sama. Pimpinan perampok yang melihat semua itu menjadi tergugah dan menyuruh anak buahnya mengembalikan semua barang yang dicuri, kemudian datang mendengarkan Dhamma, dan bahkan akhirnya mereka semua menjadi Bhikkhu. Buddha, dari jarak 120 yojana, mengetahui kejadian ini. Apa nasihat Buddha kepada mereka? Apa yang harus dilakukan oleh seorang Bhikkhu untuk mencapai Nibbāna?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 368-376 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Suatu ketika, seorang Bhikkhu murid Buddha, yang menjadi sangat akrab dengan seorang pengikut Devadatta, berkunjung ke vihara tempat Devadatta berdiam dan tinggal di sana selama beberapa hari. Para Bhikkhu yang lain melaporkan hal tersebut kepada Buddha, bahwa terdapat seorang Bhikkhu murid Buddha yang bukan hanya berkumpul dengan pengikut Devadatta, tapi bahkan telah mengunjungi vihara Devadatta, tinggal di sana beberapa hari, serta makan, tidur, dan menikmati makanan dan kenyamanan vihara milik Devadatta. Buddha kemudian mengundang Bhikkhu tersebut dan menanyakan kebenaran dari berita yang telah didengar oleh Buddha. Bhikkhu tersebut mengakuinya, namun beliau berkata bahwa beliau tidak mengikuti ajaran Devadatta. Apa yang kemudian dikatakan oleh Buddha kepada Bhikkhu tersebut? Bagaimana seharusnya seorang Bhikkhu bersikap?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 363-367 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Suatu waktu, terdapat lima orang Bhikkhu yang tinggal di Savatthi. Masing-masing dari mereka mempraktekkan pengekangan diri terhadap salah satu dari lima indrianya, dan mereka masing-masing menganggap bahwa yang mereka praktekkan adalah yang tersulit. Terjadilah perdebatan, dan oleh karena tidak ada kesamaan pendapat, maka mereka menemui Buddha untuk menanyakan mengenai hal tersebut. Apa jawaban Buddha kepada mereka? Indria manakah yang sesungguhnya paling sulit dikendalikan? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 360-363 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada suatu waktu, raja Pasenadi dari Kosala datang untuk memberi penghormatan kepada Buddha. Ia menjelaskan kepada Buddha alasan keterlambatannya adalah karena beliau harus mengambil alih semua kekayaan seorang miliuner yang meninggal dunia di Savatthi dikarenakan orang tersebut tidak meninggalkan ahli waris. Raja kemudian menceritakan mengenai riwayat hidup orang tersebut, yang meskipun kaya namun sangat kikir. Semasa hidupnya, ia tidak pernah menyumbangkan apapun dan bahkan enggan untuk menggunakan uangnya bagi dirinya sendiri, sehingga ia makan dengan sangat hemat dan hanya memakai pakaian yang murah dan kasar saja. Buddha kemudian menceritakan mengenai kehidupan lampau orang tersebut kepada raja dan hadirin bahwa di kehidupan lampau, pria itu juga adalah seseorang yang kaya. Apa yang terjadi di kehidupan lampau orang tersebut dan kamma apa yang telah diperbuatnya sehingga ia terlahir sebagai manusia yang kaya tapi kikir? Apa akibat menjadi orang seperti itu menurut Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 355-361 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada suatu waktu, sejumlah besar Bhikkhu tiba di vihara Jetavana. Untuk memberikan tempat bagi para Bhikkhu, Samanera Rahula harus pergi dan tidur di dekat pintu, tepat di luar kamar Buddha. Setan (Mara), yang ingin mengganggu Buddha melalui putra-Nya, mengambil bentuk seekor gajah dan melingkari kepala Samanera dengan belalainya, serta mengeluarkan suara yang menggelisahkan dengan harapan untuk menakut-nakutinya. Namun, Rahula tidak bergerak. Buddha yang mengetahui kejadian tersebut dari kamar-Nya kemudian mengatakan sesuatu kepada Mara. Apa yang dikatakan Buddha terkait perbuatan Mara tersebut? Mengapa Rahula bisa tidak jatuh dalam tipu muslihat Mara? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 351-354 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada suatu waktu di Rajagaha, hidup putra seorang hartawan yang masih muda bernama Uggasena. Suatu hari ada rombongan pemain drama keliling datang ke Rajagaha, dan ketika Uggasena menyaksikan seorang putri pemain akrobat yang masih muda menari dan bernyanyi di atas sebuah galah bambu yang panjang, Uggasena pun jatuh cinta dan akhirnya menikahi putri tersebut, serta ikut dalam rombongan pemain drama keliling bersama istrinya. Namun karena Uggasena tidak bisa menari atau bermain akrobat, maka ia hanya bisa membantu mengangkut kotak-kotak, mengemudikan kereta, dan hal-hal sepele lainnya. Ketika istri Uggasena melahirkan seorang anak laki-laki, istrinya sering menyanyikan lagu yang liriknya mengolok-olok suaminya sebagai orang yang tidak berguna. Uggasena yang merasa terluka dan tertekan pun meminta ayah mertuanya untuk mengajarinya bermain akrobat, dan setelah setahun berlatih, ia menjadi pemain akrobat yang handal.Suatu hari, Uggasena kembali ke Rajagaha dan mempertunjukkan keterampilannya berakrobat. Namun di saat yang sama, Buddha memasuki Rajagaha dan membuat semua orang mengalihkan perhatian kepadanya, bukan kepada pertunjukan Uggasena. Apa alasan Buddha berbuat demikian? Kemudian bagaimana nasib Uggasena selanjutnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 348-350 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada suatu waktu hidup seorang Bhikkhu yang merupakan murid dari Y.A. Mahakassapa, yang telah mencapai empat Jhāna. Namun pada suatu hari, saat pergi untuk menerima dana makanan di rumah pamannya, beliau melihat seorang wanita dan berkeinginan untuk memilikinya. Akibatnya, beliau melepaskan jubah, namun sebagai seorang perumah tangga, beliau mengalami kegagalan karena tidak bekerja keras. Oleh karena itu beliau diusir dari rumah oleh pamannya, kemudian beliau bergabung dengan beberapa pencuri. Ketika melakukan aksinya, mereka tertangkap oleh pihak berwajib dan dibawa ke pemakaman untuk dieksekusi. Y.A. Mahakassapa melihat muridnya tersebut, kemudian menginstruksikan muridnya untuk berkonsentrasi pada satu objek meditasi, yang menyebabkan beliau lalu masuk ke dalam Jhāna dalam dan menjadi sangat tenang, serta tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan atau kecemasan saat akan dieksekusi. Para pengawal sangat terkesan dan melaporkannya kepada raja dan juga Buddha. Apa pendapat Buddha mengenai kejadian tersebut? Bagaimana kehidupan Bhikkhu tersebut selanjutnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 344-347 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Suatu ketika, saat Buddha sedang melakukan Pindapatta di Rajagaha, Beliau tersenyum saat melihat seekor babi betina muda yang kotor. Ketika ditanya oleh Yang Mulia Ananda, Buddha menjawab, “Ananda, babi betina muda ini dulunya adalah seekor ayam betina pada masa Buddha Kakusandha. Karena ia tinggal di dekat ruang makan sebuah vihara, ia terbiasa mendengar pengulangan teks suci dan diskursus Dhamma. Ketika meninggal, ia terlahir kembali menjadi seorang putri.”Buddha melanjutkan, “Pada suatu saat, ketika sang putri sedang menuju ke jamban, ia melihat belatung dan menjadi sadar akan sifat menjijikkan dari tubuh, dan lain-lain. Ketika sang putri meninggal, ia terlahir kembali di alam Brahma sebagai brahma putthujjana, tapi kemudian diakibatkan oleh beberapa kamma buruknya, ia terlahir kembali sebagai seekor babi betina.” Mengapa bisa terjadi hal demikian? Bagaimana cara melepaskan diri dari lingkaran kehidupan yang bisa menjadi tiada akhir ini menurut Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 334-343 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Suatu waktu, terdapat seekor ikan yang hidup di sungai Aciravati. Ikan tersebut memiliki tubuh yang sangat indah berwarna keemasan, namun mulutnya mengeluarkan bau yang sangat busuk dan menusuk hidung. Suatu hari, ikan tersebut ditangkap oleh beberapa nelayan, dan karena keindahannya, mereka membawanya untuk diserahkan kepada raja. Raja kemudian membawa ikan tersebut ke Buddha. Ketika ikan tersebut membuka mulutnya, bau busuk dan menusuk hidung menyebar ke sekitarnya. Raja pun bertanya kepada Buddha mengapa ikan seindah itu harus memiliki bau yang sedemikian busuk dan menusuk hidungnya. Apa penjelasan Buddha mengenai sebab musabab fenomena tersebut? Bagaimana nasib ikan tersebut selanjutnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 334-337 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Suatu saat, ketika Buddha sedang berdiam di dekat Himalaya, Beliau melihat banyak orang yang diperlakukan sewenang-wenang oleh para raja yang keji. Kemudian muncul pikiran dalam batin Buddha, apakah mungkin untuk mencegah para raja tersebut menyiksa mereka yang tidak seharusnya disiksa, dan membuat para raja memimpin dengan adil dan bijaksana? Mara (setan) mengetahui pemikiran Buddha tersebut dan berencana membujuk Buddha untuk memerintah sebagai seorang raja. Apa jawaban Buddha terhadap bujukan Mara tersebut? Sesungguhnya hal-hal apa yang dapat memberikan kebahagiaan menurut Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 327-333 dari Kelompok Stanza tentang Naga (Nagavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Raja Pasenadi merasa tidak nyaman setelah makan dalam porsi yang besar. Ketika bertemu dengan Buddha, beliau menceritakan tentang rasa tidak nyaman ini. Buddha kemudian memberikan nasihat kepada raja dan kejadian ini membuat raja menjadi sadar dan mulai berubah. Apa nasihat jitu dari Buddha kepada raja?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 324-326 dari Kelompok Stanza tentang Naga (Nagavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Saat berada di Wihara Jetavana, para rahib laki-laki melihat para pertapa telanjang Nigaṇṭha yang sedang berjalan untuk menerima derma makanan. Para pertapa telanjang ini memakai kain untuk menutupi bagian depan tubuh mereka yang juga menutupi mangkuk makanan mereka. Para rahib laki-laki lalu memuji para Nigaṇṭha ini karena masih menutupi bagian tubuh mereka dan tidak benar-benar telanjang, namun para Nigaṇṭha mengatakan mereka menggunakan kain bukanlah untuk menutupi bagian depan tubuh mereka melainkan untuk menutupi mangkuk makanan. Mengapa mereka melakukan hal itu? Bagaimana pendapat Buddha tentang kelakuan para Nigaṇṭha ini?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 316-319 dari Kelompok Stanza tentang Neraka (Nirayavagga) dan stanza 320-324 dari Kelompok Stanza tentang Naga (Nagavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Kelas ini merupakan kelas terakhir untuk penjelasan tentang Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga).
Saat berada di Wihara Jetavana, para rahib laki-laki melihat para pertapa telanjang Nigaṇṭha yang sedang berjalan untuk menerima derma makanan. Para pertapa telanjang ini memakai kain untuk menutupi bagian depan tubuh mereka yang juga menutupi mangkuk makanan mereka. Para rahib laki-laki lalu memuji para Nigaṇṭha ini karena masih menutupi bagian tubuh mereka dan tidak benar-benar telanjang, namun para Nigaṇṭha mengatakan mereka menggunakan kain bukanlah untuk menutupi bagian depan tubuh mereka melainkan untuk menutupi mangkuk makanan. Mengapa mereka melakukan hal itu? Bagaimana pendapat Buddha tentang kelakuan para Nigaṇṭha ini?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 311-319 dari Kelompok Stanza tentang Neraka (Nirayavagga) dan stanza 320-322 dari Kelompok Stanza tentang Naga (Nagavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Kelas ini merupakan kelas terakhir untuk penjelasan tentang Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga).
Saat berada di Wihara Jetavana, Buddha dan para murid-Nya sempat difitnah oleh sekelompok pertapa bahwa mereka telah membunuh seorang pengembara fakir perempuan yang bernama Sundarī. Bagaimana kejadian sebenarnya? Mengapa Buddha dan para murid-Nya bisa mengalami buah kamma buruk seperti ini?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 305 dari Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga) dan 306-314 dari Kelompok Stanza tentang Neraka (Nirayavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Kelas ini merupakan kelas terakhir untuk penjelasan tentang Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga).
Saat saudagar kaya Anāthapiṇḍika mengundang Buddha dan para murid-Nya untuk menerima dana makanan untuk esok hari di kediamannya, Buddha menolak dengan mengatakan bahwa Beliau telah menerima undangan dari putri Anāthapiṇḍika yang bernama Cūḷasubhadda. Mendengar hal itu Anāthapiṇḍika kaget karena kediaman putrinya berjarak sangat jauh dari tempat Buddha saat itu. Bagaimana cara Cūḷasubhadda mengundang Buddha? Bagaimana Buddha dan para murid-Nya pergi ke kediaman Cūḷasubhadda?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 303-305 dari Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Kelas ini merupakan kelas terakhir untuk penjelasan tentang Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga).
Seorang umat perumah tangga yang bernama Citta beserta tiga ribu pengikutnya menempuh perjalanan yang jauh untuk bisa berdana kepada Buddha dan para murid-Nya. Citta berdana selama 1 bulan dan juga memberi makan kepada 3000 pengikutnya. Kendati demikian, bahan makanan di kereta-kereta miliknya tidak pernah berkurang dan selalu terisi penuh. Mengapa bisa demikian? Apakah ini karena Citta berdana kepada Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 296-303 dari Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Sebagai kelas penutup di tahun ajaran 2022/2023 ini, Ashin Kheminda menjelaskan tentang pentingnya pengetahuan Abhidhamma dalam menunjang pemahaman kita terhadap ajaran Buddha, termasuk memahami isi Suttanta. Dalam kesempatan ini beliau menjelaskan salah satu stanza di Dhammapada yaitu stanza ke-69 yang ada di Kumpulan Stanza tentang Orang-Orang yang Bebal (Bālavagga) dari sudut pandang kamma dan buahnya menurut Abhidhamma.
Seorang pedagang kaya raya yang bernama Mahādhāna bersama dengan rombongannya tidak dapat melewati sungai yang sedang meluap dan terjebak di pinggir sungai selama tujuh hari. Kemudian si pedagang memutuskan untuk menghabiskan barang-barang bawaannya dengan tinggal di pinggir sungai selama musim hujan, dingin dan panas. Saat Buddha mengetahui pemikiran dari pedagang tersebut, Buddha lalu tersenyum. Seperti yang kita ketahui, Buddha tidak akan tersenyum untuk alasan duniawi. Lalu apa hal yang membuat-Nya tersenyum?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 286-289 dari Kelompok Stanza tentang Jalan (Maggavagga) dan Stanza 291-295 dari Kelompok Stanza tentang Serbaneka hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Setelah kembali dari Vesali, Buddha menerima berbagai cara penghormatan dari para dewa, brahma, naga, dan manusia. Penghormatan yang besar seperti ini bukan dikarenakan oleh kekuatan Buddha di saat ini namun merupakan buah dari kebajikan kecil yang dilakukan oleh-Nya di masa lampau. Apa kebajikan yang telah dilakukan oleh Beliau di kehidupan sebelumnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 286-289 dari Kelompok Stanza tentang Jalan (Maggavagga) dan Stanza 290 dari Kelompok Stanza tentang Serbaneka hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Di zaman Buddha Gotama, terdapat seorang rahib laki-laki yang Bernama Poṭṭhila, beliau adalah seorang rahib laki-laki yang berpengetahuan Dhamma dan mampu mengajarkan kepada 500 rahib laki-laki lainnya. Akan tetapi, kendati menguasai pariyatti, setiap kali sesepuh Poṭṭhila menghadap dan memberikan penghormatan kepada Buddha, Buddha selalu memanggilnya sebagai Poṭṭhila yang tidak berguna. Mengapa Buddha melakukan hal itu? Apa tujuan dari Beliau?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 282-285 dari Kelompok Stanza tentang Jalan (Maggavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.
Saat sedang berjalan bersama Y.M. Lakkhana di daerah Bukit Gijjhakuta, Y.M. Mahamoggallana tersenyum setelah melihat sesosok hantu yang berkepala babi dan berbadan manusia. Diceritakan oleh Buddha Gotama bahwa hantu tersebut di kehidupan sebelumnya di zaman Buddha Kassapa merupakan seorang rahib laki-laki yang pintar memberikan ceramah Dhamma. Apa yang dilakukannya sehingga membuahkan kelahiran yang demikian? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 277-281 dari Kelompok Stansa tentang Jalan (Maggavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada awalnya Buddha mengajarkan para rahib laki-laki untuk tidak berbicara atau diam saat sedang menerima derma makanan, namun tidak halnya para pertapa dari aliran lainnya, mereka akan mengucapkan kata-kata yang penuh berkah kepada para penderma. Hal ini kemudian jadi perbincangan publik sehingga Buddha kemudian menetapkan bahwa para rahib laki-laki boleh mengucapkan kata-kata penuh berkah setelah menerima dana makanan. Hal ini tentu diprotes oleh para pertapa lainnya. Bagaimana cara Buddha menghadapi mereka?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 258-269 dari Kelompok Stanza tentang Orang yang Adil (Dhammatthavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada awalnya Buddha mengajarkan para rahib laki-laki untuk tidak berbicara atau diam saat sedang menerima derma makanan, namun tidak halnya para pertapa dari aliran lainnya, mereka akan mengucapkan kata-kata yang penuh berkah kepada para penderma. Hal ini kemudian jadi perbincangan publik sehingga Buddha kemudian menetapkan bahwa para rahib laki-laki boleh mengucapkan kata-kata penuh berkah setelah menerima dana makanan. Hal ini tentu diprotes oleh para pertapa lainnya. Bagaimana cara Buddha menghadapi mereka?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 258-269 dari Kelompok Stanza tentang Orang yang Adil (Dhammatthavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Saat sedang membabarkan Dhamma kepada lima umat perumah tangga, hanya ada satu yang mendengarkan dengan penuh perhatian, sedangkan yang lainnya ada yang tertidur, menatap ke langit atau menggambar di tanah dengan menggunakan jari tangannya. Mengapa reaksi mereka bisa berbeda dalam menerima Dhamma bahkan dari Buddha sendiri? Bagaimana dengan Anda?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 251-253 dari Kelompok Stanza tentang Noda-Noda (Malavagga) dan 255-257 dari Kelompok Stanza tentang Orang yang Adil (Dhammatthavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Bersakit-sakit Dahulu Bersenang-senang Kemudian".
Para pertapa dari aliran lain terus mencegah miliuner Meṇḍaka untuk bertemu dengan Buddha dengan terus membicarakan kesalahan-kesalahan Buddha, namun akhirnya miliuner tetap berhasil mencapai tingkat kesucian yang pertama, bagaimana kisah lengkapnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 249-252 dari Kelompok Stanza tentang Noda-Noda (Malavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Mari Damaikan Dunia".
Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Dua Bagian Pikiran".
Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Saat Biduk Rumah Tangga Kandas".
Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Kebahagiaan pun Tercurah Kepadanya".
Seorang rahib laki-laki yang bernama Cūḷasāri berkeinginan untuk mendermakan sebagian makanan yang beliau dapatkan dari umat perumah tangga kepada YM. Sāriputta, namun beliau terus berjalan dan menolak derma tersebut. Mengapa demikian?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 242-250 dari Kelompok Stanza tentang Noda-Noda (Malavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Melawan Kemarahan".
Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Model Suami Istri Ideal".
Sesepuh Laludayi mengatakan kepada orang-orang bahwa mereka juga akan memuji dia, seperti halnya mereka memuji Y.M Sariputta dan Y.M Mahamoggallana, setelah mereka mendengarkan ceramah Dhamma darinya. Akan tetapi saat diminta untuk berceramah, sesepuh tidak mampu melakukannya? Mengapa bisa demikian?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 239-241 dari Kelompok Stanza tentang Noda-Noda (Malavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Sedikit Demi Sedikit Lama-Lama Menjadi Bukit".
Atula dan 500 pengikutnya berharap untuk mendengarkan Dhamma, lalu mereka pun pergi menemui para sesepuh murid Buddha, namun tidak ada satu pun ajaran dari para sesepuh ini yang dapat memuaskan mereka. Semua sesepuh dicela baik yang diam, yang mengajarkan Dhamma yang mendalam maupun yang singkat, bahkan mereka melaporkan hal tersebut kepada Buddha. Bagaimana caranya Buddha mengatasi hal ini? Apa nasihat Buddha kepada mereka?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 226-234 dari Kelompok Stanza tentang Kemarahan (Kodhavagga) dan stanza 235-238 dari Kelompok Stanza tentang (Malavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Saat mengunjungi alam surga, Sesepuh Mahāmoggallāna bertanya kepada para dewa yang memiliki tempat tinggal yang mewah, beliau bertanya tentang kebajikan yang telah mereka lakukan sehingga membuahkan kelahiran di alam dewa. Para dewa memberikan jawaban yang berbeda-beda. Ada satu dewa yang terlahir kembali di alam surga bukan karena memberi dalam jumlah banyak maupun karena mendengarkan Dhamma namun karena hanya memberi sedikit saja. Mengapa bisa demikian? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 221-222, dan 224-225 dari Kelompok Stanza tentang Kemarahan (Kodhavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Menyelamatkan Harta".
Sirima yang terbakar oleh kecemburuan, menyiram mentega panas ke Upāsikā Uttarā, namun saat menyentuh tubuh Upāsikā Uttarā, mentega tersebut terasa seperti air dingin. Mengapa bisa demikian? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 221-223 dari Kelompok Stanza tentang Kemarahan (Kodhavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.
Di kelas sebelumnya Ashin Kheminda sudah menjelaskan bagaimana rasa kasih, rasa sayang, dan kegandrungan terhadap kenikmatan-indriawi dapat menimbulkan kesedihan dan rasa takut. Semua ini terjadi akibat adanya pelekatan yang tentu saja menyebabkan penderitaan. Lalu bagaimana caranya agar terbebas dari penderitaan ini?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 216-220 dari Kelompok Stanza tentang Hal-Hal yang Dicintai (Piyavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Kelas ini merupakan kelas terakhir tentang Kelompok Stanza tentang Hal-Hal yang Dicintai (Piyavagga).Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.
Seseorang sering dilanda oleh kesedihan bahkan tangisan saat dia kehilangan seseorang yang dia sayangi. Demikian juga halnya dengan Visākhā, donatur perempuan terkemuka di zaman Buddha Gotama. Visākhā merasakan kesedihan dan menangis saat salah satu cucunya meninggal walaupun dirinya adalah seorang sotāpanna. Mengapa bisa demikian?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 212-216 dari Kelompok Stanza tentang Hal-Hal yang Dicintai (Piyavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.
Di masa akhir kehidupan Buddha Gotama, Beliau sempat menderita disentri dan saat itu yang merawat Buddha adalah Sakka, raja dewa Surga Tāvatiṃsā, walaupun Buddha mengatakan banyak rahib laki-laki yang bisa merawat diri-Nya, namun Dewa Sakka tetap melakukan pelayanan kepada Buddha. Para rahib laki-laki sungguh memuji perbuatan beliau, lalu Buddha mengungkapkan penyebab di balik kesetiaan dari dewa Sakka dengan membabarkan stanza-stanza yang direkam di Dhammapada stanza 206-208. Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 206-208 dari Kelompok Stanza tentang Kebahagiaan (Sukhavagga) dan Kelompok Stanza tentang Hal-Hal yang Dicintai (Piyavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.
Saat sedang mendengarkan Diskursus dari Buddha, Raja Pasenadi malah tertidur sehingga tidak mampu menyimak pembabaran Dhamma dengan baik. Setelah selesai menguraikan Dhamma, Buddha kemudian memberikan nasihat kepada raja agar tubuhnya bisa menjadi sehat. Apa nasihat dari Buddha? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 203-205 dari Kelompok Stanza tentang Kebahagiaan (Sukhavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.
Kerabat-kerabat Buddha Gotama yang berasal dari suku Sakya dan Koliya hampir melancarkan peperangan demi merebut aliran Sungai Rohiṇī. Buddha yang mengetahui hal ini segera pergi ke sungai tersebut untuk menghentikan tindakan yang tidak bijak tersebut. Bagaimana cara Buddha mencegah terjadinya peperangan tersebut? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 197-202 dari Kelompok Stanza tentang Kebahagiaan (Sukhavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.
Sebagai umat Buddha kita sering mendengar tentang kata stupa dan cetiya. Namun apakah pemahaman kita tentang dua kata ini sudah benar? Apakah stupa dan cetiya ini boleh diperuntukkan oleh siapa saja?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 188-192; 195-196 dari Kelompok Stanza tentang Buddha (Buddhavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.
Raja Erakapatta merupakan seorang rahib laki-laki saat zaman Buddha Kassapa, tetapi di zaman Buddha Gotama, dia terlahir sebagai seekor naga yang memiliki seorang putri yang cantik jelita. Dia kemudian menemukan Buddha Gotama melalui putrinya tersebut. Mengapa seorang rahib laki-laki bisa terlahir kembali sebagai seekor naga? Apakah Buddha Gotama berhasil mencerahkan Raja Erakapatta?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 182-185 dari Kelompok Stanza tentang Buddha (Buddhavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.
Pada suatu hari Buddha memperlihatkan Sepasang Keajaiban di kota Sāvatthī. Kemudian Buddha pergi ke Surga Tāvatiṃsa untuk mengajarkan Abhidhamma selama tiga bulan masa vassa kepada ibu-Nya yang telah terlahir menjadi dewa Santusita. Sebagai hasilnya ibu-Nya mencapai Buah Sotāpatti.Selama periode vassa tersebut, Y.M. Sāriputta mengajarkan Abhidhamma kepada 500 bhikkhu sesuai yang diinstruksikan oleh Buddha. Selama tiga bulan beliau pun berhasil mengajarkan semuanya. Menjelang masa vassa berakhir, Y.M. Moggallāna pergi ke surga Tāvatiṃsa untuk menemui Buddha. Di sana dia diberitahu bahwa Buddha akan kembali ke dunia para manusia menuju ke tempat di mana Sesepuh Sāriputta menghabiskan masa vassa. Bagaimana cerita lengkapnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata Stanza 181 dari Kelompok Stanza tentang Para Buddha (Buddhavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).Silakan mengikutinya dengan penuh perhatian.
Brahmana Magandiya datang bersama dengan istri dan putrinya yang cantik jelita untuk bertemu dengan Buddha. Mereka bermaksud untuk menikahkan putrinya dengan Buddha. Lalu Buddha menceritakan kepada brahmana dan istrinya tentang tiga putri dari Māra. Apa maksud Buddha menceritakan hal ini kepada mereka?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 179-181 dari Kelompok Stanza tentang Buddha (Buddhavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.
Tiga puluh rahib laki-laki berpendapat bahwa Y.A. Sāriputta masih memiliki pandangan salah saat beliau mengatakan tidak percaya akan sesuatu hanya karena dikatakan oleh Buddha. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Y.A. Sāriputta belum sepenuhnya percaya dengan Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 97-98 dari Kelompok Stanza tentang Ke-Arahanta-an hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.
Suatu waktu Y.A. Sāriputta difitnah oleh salah seorang rahib laki-laki yang tidak senang dengannya. Fitnahan tersebut bahkan diceritakan kepada Buddha. Bagaimana reaksi Y.A. Sāriputta atas hal ini?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 94-96 dari Kelompok Stanza tentang Ke-Arahanta-an hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Silakan mengikuti dengan penuh perhatian.