Om Swastyastu Mutiara Dharma merupakan Stasiun Radio Online Kelompok Kerja Penyuluh Agama Hindu Kabupaten Bangli, yang berisikan pesan-pesan Dharma Agama Hindu yang bersumber dari Kitab Suci Weda baik Sruti, Smerti, Sila, Acara dan Atmanastusti. Menyangkut Tattwa, Susila dan Acara Agama. Om Santih Santih Santih Om Mutiara Dharma
#mutiaradharma #SuluhBangli #ModerasiBeragama
Konsep Kearifan Lokal Masyarakat Bali yang hingga saat ini masih dijadikan modal dalam melakoni hidup harmonis, damai adalah Nyama Braya. Memandang orang lain sebagai saudara dan kerabat.
Kehebatan = Kelemahan Yang Belum Dikenali Om Swastyastu #mutiaradharma: "Seringkali kehebatan-kehebatan sesungguhnya adalah kelemahan yang belum dikenali". Hidup ini dapat diibaratkan laksana sebuah kamera, saat hendak digunakan, ia mesti fokus terhadap sesuatu yang penting semata. Dan pada saat yang tepat digunakan untuk membidik sasaran untuk dijepret. Diusahakan untuk meminimalkan hal-hal yang negatif. Dan bila hasilnya dirasa belum maksimal, kita dapat mengulang menjepretkannya kembali. Saudara/i semua, perjalan hidup tidak secara otomatis menghadirkan dan menghasilkan sesuatu yang hebat, langsung berhasil. Untuk bisa sampai pada pencapaian yang maksimum, kita harus mau belajar dari kelemahan-kelemahan secara maksimal. Karena dalam kelemahan tersimpan potensi-potensi yang menakjubkan. Diperlukan bukan saja kerja keras, namun juga ketabahan, dan ketenangan yang merupakan inti dari keheningan. Dalam keheninganlah kita akan mampu melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu yang lebih halus, lebih lembut, dan lebih murni. Inilah keajaiban dari sebuah Kelemahan. Sebuah pohon yang rindang dan berbuah ranum, bermula dari sebuah benih yang kecil dan mungil. Jika hari ini kita merasa belum berhasil, tak ada kelirunya kita hening sejenak-sambil mengenali kemurnian yang tersimpan dalam kelemahan kita. Om Santih Santih Santih Om ❤️ I Wayan Sudarma #mutiaradharma #Subakti #MangkuDanuQoutes #catatanharian @way_sudarma #penyuluhcerdas #SuluhHindu
#SuluhBangli Dalam rangka menyambut Hari Suci Galungan, PAH: I Wayan Sudarma dan Ni Wayan Sandi Pera Pertiwi, melaksanakan dialog Mutiara Darma atau Bimroh di Lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangli, melalui Studio Mini.. Adapun tema bahasannya terkait Rangkaian dan Makna Hari Suci Galungan, yang mana setiap rangkaiannya mengandung pesan sebagai bahan koreksi, sekligus strategi agar umat Hindu mampu memperbaiki kualitas kehidupannya ke arah kebaikan. Dapat hidup harmoni dengan alam dan dirinya sendiri. Keselarasan Bhuana Alit dengan Bhuana Agung akan sangat memudahkan manusia dapat memuliakan Ida Sanghyang Widhi Wasa, melalui akrivitas keberagamaan baik dalam tataran ritual dan juga spiritual (sdrm) #pokjaluhhindubangli #BangliEraBaru #Sinergitas #SmartTogether
Berpikir, Berkata, dan Bertindak yang benar dan baik wajib kita kelola dengan bijak dan bajik, sehingga dapat terus produktif di tengah masa Pandemi Covid-19
Hari Suci Pagerwesi: merupakan Hari Pemujaan Kehadapan Sanghyang Paramesri Guru; untuk meningkatkan Sraddha-Bhakti, Memperkuat Benteng/Perlindungan Sekala-Niskala, Jaba kelawan Jero. #pokjaluhhindubangli #SmartTogether #mutiaradharma
"Walau sebuah ruangan gelap gulita selama ribuan tahun, namun dengan satu pantikan cahaya-saat itu kegelapan akan sirna. Demikian pula pantikan satu Cahaya Kesadaran Diri Sejati akan mampu menerangi hidup kita yang terkelam sekalipun." Rahajeng Ngemargiang Brata Siwaratri, Semoga Cahaya Kasih Hyang Siwa melenyapkan Peteng Pitu (Sapta Timira) #pokjaluhhindubangli #SmartTogether #Sivaratri
Kerukunan merupakan modal dasar kita dapat membangun Keadaban Indonesia untuk lebih Damai. Hal ini didasari oleh Mantra Suci Veda: Jnanam bibharati bahudha vivacasam, Naandharmanam prthivi yathaikasam, Sahasram dhara dravinasya me duham, Dhraveva dhenuranapasphuranti (Atharwaveda XII.1.45) Artinya: Berikanlah penghargaan kepada bangsamu yang menggunakan berbagai bahasa daerah, yang menganut berbagai kepercayaan (agama) yang berbeda. Hargailah mereka yang tinggal bersama di bumi pertiwi ini. Bumi yang memberi keseimbangan bagaikan sapi yang memberi susunya kepada umat manusia. Demikian ibu pertiwi memberikan kebahagiaan yang melimpah kepada umatNya. #IndonesiaRukun #HABKementerianAgamaRI
Catur Phalaning Bhakti Wwang atuha‘, dalam Sarasamuscaya 250 menyebutkan : Abhivadanasilasya nityam vrddhopasevinah, catvari tasya vardhante kirtirayuryaso balam. Artinya : Akan pahala bhakti kepada orang tua ada 4 jenis, kirti, ayusa, bala, yasa. Kirti artinya pujian, ayusa berarti kemakmuran hidup, bala berarti kekuatan dan yasa berarti peninggalan/ jasa baik. itulah pahala bakti kepada orang tua.
Bekerja merupakan Kewajiban setiap manusia. Karena alam ini diikat oleh Hukum Kausal yakni Karmaphala. Tanpa bekerja berarti kita tidak ikut memutar roda kehidupan di jagat raya ini. Hanya mereka yang berkerja berdasarkan Dharma layak menikmati harta dan kama yang membahagiakan dan membawa suka cita. Demikian pula menjadi pekerja mesti mendasari setiap pekerjaan dengan landasan dharma. Hal ini sejalan dengan pesan Weda: Dharma Raksati Raksitah.
Kidung ini merupakan Kidung yang dapat digunakan untuk mengawali kegiatan upacara Panca Yadnya, agar tumbuh suasana hening dan suci. Kidung dibawakan oleh: Ni Wayan Gantiari, Ni Wayan Wiraswastini, Ni Nyoman Lestiawati. Peneges oleh: I Dewa Ayu Tri Juliani. Dan dibahas oleh: I Wayan Sudarma dan Wayan Suwirta. Siaran ini di pandu oleh: I Nyoman Mudana
Pangenter: Ni Ketut Suama, Penguacen: Ni Wayan Gantiari. Peneges: Dewa Ayu Tri Juliani. Pemidarta: I Nyoman Mudana & I Nyoman Manda.
Soma Ribek merupakan hari penuh Anugerah, berupa Sarining Amertha (Amertha Pawitra, Amertha Sanjiwani dan Amertha Kundalini.
Dharma adalah Pijakan Pertama dan Uttama yang mesti dijadikan acuan oleh Umat Hindu, tatkala ia menghendaki Kehidupan yang Bahagia
Sumber Moderasi Beragama Hindu: Wasudhaiwa Kutumbhakam, Tat Twam Asi, Ahimsa Paramo Dharma, Bhinneka Tunggal Ika, Iswara Sarwa Bhutanam, Wiswa Wirat Swarupa, Tri Hita Karana.
Lungsuran bukan saja bermanfaat bagi Manusia, tetapi juga alam. Lungsuran berupa sampyan, canang, san sisa upakara akan sangat bermanfaat bagi kesehatan alam, jika kita bawa ke tegalan, sawah, ladang.
Bekerja ikhlas adalah bekerja sepenuh hati dan bertanggung jawab
Pañca Klesa merupakan lima hal yang dapat menyebabkan manusia jaruh dan mengalami penderitaan (duhkha)
Penyuluh Magegitan Covid-19 Pupuh Ginanti: Jani liu warga bengkung Tusing krungu teken awig Guru Wisesa Duhkita Gradag grudug kemo mai Ke mall/pasar mebelanja Sing ngitungan ada Covid Pengwacen: Ni Wayan Gantiari Peneges: I Nyoman Mudana Pemilet: Ni Ketut Suama I Dewa Ayu Trijuliani Naskah dan Video: I Wayan Sudarma
Teks Sloka dan Palawakya ini diambil dari Kitab Sarasamuccaya. Dilantunkan oleh Penyuluh Agama Hindu Kec. Tembuku: I Gusti Kadek Arnawa Putra dan Ni Wayan Soma Ekasari.
Pelaksanaan suatu yadnya mesti mengikuti aturan susastra yang ada sehingga kualitas yadnya yang satwika dapat diwujudkan
Kajian makna Rangkaian Hari Suci Saraswati mulai dari Watugunung Runtuh hingga Pagerwesi
Makna Mantra Om Hrang Hring Sah Paramasiva aditya ya namah swaha Hrang: Diksa Mantra untuk Akasa Hring: Diksa Mantra untuk Pertiwi. Sah: Diksa Mantra Untuk Planet-planet lainnya. Om Hrang Hring Sah: Hormat kepada Akasa-Pertiwi dan Semesta Jagat Raya. Dan kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Seha menjadi: Om Pakulun Paduka Bhatara Sanghyang Surya Chandra Lintang Tranggana, Hyang Akasa-Pertiwi pinaka Saksining Bhuana Agung mwang Bhuana Alit. Itu sebabnya yang menjadi Saksi dalam Pemujaan adalah: Surya, Candra, Bintang (lintang), Planet-planet lain (tranggana), akasa (langit) dan pertiwi (bumi) Semoga bermanfaat Rahayu
Makna Dari Rahina Budha Cemeng Klawu Dalam Hindu Oleh: I Wayan Sudarma Bangli, 16 Juni 2020 Om Swastyastu Om Śri Lakṣmī Mahādevī, Pīta varṇā pītāmbarā, dala vāyavya sthānañ ca, sarva pāpa praharaṇam. (Aṣtadevīstava.6) (Om Hyang Vidhi dalam wujud-Mu yang sangat mulia, dewi Lakṣmī yang menganugrahkan kemakmuran yang maha agung. Warna dan bhusananya serba kuning, bersthana di Barat Laut dari daun bunga teratai. Melenyapkan segala kepapaan dan penderitaan). Rahina Budha Cemeng Klawu atau biasanya juga disebut dengan Buda Wage Klawu merupakan hari pemujaan terhadap Bhatara Rambut Sedana atau juga dikenal sebagai Dewi Laksmi, yang melimpahkan kemakmuran dan kesejahteraan. Upacara Buda Cemeng Klawu ini jatuh pada hari Rabu Wage wuku Klawu kalender Saka-Bali, yang diperingati setiap 210 hari atau 6 bulan sekali oleh masyarakat Hindu Bali. Umat Hindu Bali meyakini Ida Bhatari Rambut Sedana/Dewi Laksmi sedang melaksanakan yoga dan juga pada hari ini tidak diperbolehkan menggunakan uang untuk hal-hal yang sifatnya tidak kembali berupa wujud barang, misalnya membayar hutang atau menabung, karena dipercaya uang/kekayaan tersebut nantinya tidak dapat kembali selamanya dan menghilang oleh sifat tamak/serakah kita sebagai manusia. Upacara Budha Cemeng Klawu ini dilakukan oleh seluruh umat Hindu Bali, terutama mereka yang membuka usaha perdagangan, misalnya pedagang di pasar, pemilik warung, restaurant, jasa keuangan, bengkel, bahkan sampai ke perusahaan-perusahaan yang mengalirkan dana secara cepat dalam menjalankan perusahaaan. Biasanya pada setiap tempat yang digunakan untuk menyimpan uang, diberikan sesajen khusus untuk menghormati Ida Bhatara Sedana atau Dewi Laksmi sebagai wujud ungkapan rasa terima kasih atas pemberian-Nya. Filosofi dalam Budha Cemeng Klawu terdapat dalam kekawin Nitisastra IV.7 ada dinyatakan sebagai berikut: Singgih yan tekaning yuganta kali tan hana lewiha sakeng mahadhana. Tan waktan guna sura pandita widagdha pada mengayap ring dhaneswara. Artinya: kalau zaman kali sudah datang tidak ada yang lebih bernilai dari pada uang. Sudah susah dikatakan para ilmuwan, pemberani, orang suci maupun orang yang kuat semuanya pelayan orang kaya. Dari sumber Susastra Hindu tersebut diatas dapat dipahami bahwa uang itu pada hakikatnya adalah sarana bukan tujuan hidup, jadi tergantung cara manusia menggunakan sarana tersebut. Bila uang tersebut di dapat dan digunakan sesuai berdasarkan konsep ketuhanan maka uang itu amat berguna mengantarkan manusia mendapatkan hidup bahagia lahir batin, namun sebaliknya jika uang tersebut di anggap sebagai tujuan yang dianggap paling bernilai maka uang itu akan dapat membawa kesengsaraan. Karena itu tempatkanlah uang tersebut sebagai alat mewujudkan Dharma/kebenaran/kebaikan. Om Santih Santih Santih Om
Pavitri Karana atau Mandi Dengan Mantram Om Swastyastu Om apavitra pavitro va sarvavasthang gato'pi va yah smaret pundarikaksam sa bahya abhyantara sucih Sri Visnu, Sri Visnu, Sri Visnu". Artinya: Kesadaran kita waktu mengucapkan mantram tersebut hendaknya seperti ini: "Ya Tuhan YME, apakah hamba dalam keadaan tidak suci ataukah dalam keadaan telah disucikan, atau dalam keadaan apa pun hamba, dengan mengingat Tuhan Yang Maha Pengasih didalam hati, maka hamba akan disucikan lahir dan batin" Om Santih Santih Santih Om Semoga bermanfaat. (I Wayan Sudarma)
Om Swastyastu Salah satu ciri menonjol pulau Bali adalah adanya upacara agama di mana-mana. Uniknya, upacara ini tidak dilakukan untuk alam atas seperti: dewa, dewi, Tuhan semata, tapi juga memberi makan dan ruang pada alam bawah. Di hampir setiap rumah orang Bali ada penunggun karang, semacam rumah bagi spirit-spirit setempat yang sudah tinggal di sana terlebih dahulu. Di banyak upacara, sering kali diisi dengan memberi suguhan pada mahluk di alam bawah. Tentu ini bukan berarti orang Bali menyembah setan, sekali lagi bukan!. Ia adalah wakil kasih sayang yang sempurna. Bila bisa memberi suguhan pada para Bhuta, lebih mudah menghaturkan persembahan pada Tuhan. Jika bisa memberi ruang pada mahluk dari alam gelap, mudah menghormat pada mahluk dari alam cahaya. Om Santih Santih Santih Om ♡ I Wayan Sudarma #kemenagbangli @PokjaluhHinduBangli Kantor Kementerian Agama Kab. Bangli
Iswara Sarwa Bhutanam, demikian petikan Mantra Suci Weda mengemukakan akan KeMahaan Ida Sang Hyang Widhi. Pengetahuan dan pemahaman ini mengajak kita untuk dapat menghargai seluruh entitas yang ada baik yang bergerak maupun tidak bergerak. Konsep Iswara Sarwa Bhutanam ini pula yang mendasari manusia mesti selaras dan harmoni dengan semuanya (Tri Hita Karana). #sewakadharma #suluhdharma #mutiaradharma
Belajar Melantunkan Bhagawad Gita dan Mendiskusikannya. Adhaya 6 Śloka 1. श्रीभगवानुवाच | अनाश्रित: कर्मफलं कार्यं कर्म करोति य: | स संन्यासी च योगी च न निरग्निर्न चाक्रिय: || 1|| śrī bhagavān uvāca: anāśritaḥ karma-phalaṁ kāryaṁ karma karoti yaḥ sa sannyāsī ca yogī ca na niragnir na cākriyaḥ Kosa Kata: Śrī-bhagavān uvāca-Shri Krshna Bersabda; Anāśritaḥ-tidak menginginkan; Karma-phalam-hasil tindakan; Kāryam-wajib; Karma-kerja; Karoti-performa Yaḥ-orang yang; Saḥ-orang itu; Sanyāsī-dalam perintah yang ditolak; Ca-dan; Yogi-yogi; Ca-dan; Na-tidak/bukan; Niḥ-tanpa; Agniḥ-api; Na-tidak/bukan; Ca-juga; Akriyaḥ-tanpa aktivitas Artinya: Shri Krshna bersabda: Orang yang melaksanakan tugas kewajiban tanpa berlindung pada hasil dari pekerjaan-nya, sesungguhnya dia adalah seorang Sanyasi, orang yang sudah melepaskan diri dari keterikatan duniawi, dan ia adalah seorang Yogi, orang yang telah mencapai keinsyafan diri. Dan bukan (hanya) orang yang tidak menyalakan api suci (yang dinamakan sebagai seorang Sanyasi), dan juga bukan (hanya) orang yang meninggalkan pekerjaan (yang dinamakan sebagai seorang Yogi). Om Santih Santih Santih Om ❤ I Wayan Sudarma©️
Mekinyah artinya berjemur di Bawah sinar Matahari Pagi sambil memuja Bhatara Surya, yang bermanfaat untuk menambah sistem kekebalan Tubuh. Dalam agama Hindu Sinar Matahari Pagi diyakini mampu menghilangkan berbagai penyakit. Ini sesuai dengan bunyi Mantram sebagai berikut: Om Pranamya bhaskara dewam Sarwa klesa winasanm Pranamya adityasya sivartham Bhukti mukti warapradam. Om adityasya namaskaram Ye kurwanti dhine dhine Dhirgam ayur bhalam wiryam Wyadi soccam winasanam