POPULARITY
Categories
Jebolan pesantren jatuh cinta dengan filosofi teh yang akhirnya menjadi Tea Master. Ikuti diskusi bersama Oza Sudewo, Master Blender of OZA Tea bagaimana teh bisa merubah cara kita berpikir dan merasa. #cauldroncontent #andinieffendi #uncensoredwithandinieffendi #podcastindonesia #ozasudewo #ozatea #teamaster #specialtytea #businessowner — Uncensored bersama Andini Effendi ingin memulai percakapan mengenai isu yang kerap dianggap tabu. The Elephant in the Room adalah topik yang diketahui semua orang, namun tidak banyak yang berani membicarakannya. Dengan berdiskusi secara terbuka, kami harap masyarakat bisa lebih terbuka pikiran dan hatinya.୨♡୧ New episode drops every Thursday! ୨♡୧☆ Jangan lupa follow & Subscribe kami ☆https://www.instagram.com/cauldroncontent/https://www.youtube.com/playlist?list=PLZ3JpwVKQYqY6XA9E0ufQ6gWBL6H__NYw☆ Dengarkan juga podcast kami ☆https://open.spotify.com/show/6pHdBM4Jr0JMwBvbVCMiQI?si=cc66a009ea964c3a&nd=1&dlsi=4f0c2d2242694a34https://podcasts.apple.com/id/podcast/uncensored-with-andini-effendi/id1627192280☆ Host Andini Effendi ☆https://www.instagram.com/andinieffendi/☆ Oza Sudewo ☆https://www.instagram.com/ozasudewo/☆ Love, Bonito ☆https://www.instagram.com/lovebonito/—Time stamp00:00 Intro 01:02 Latar belakang 09:44 Teh reguler vs speciality tea14:19 Budaya minum teh di Indonesia17:08 Sejarah afternoon tea di Inggris23:16 Kandungan teh & efek menenangkan31:57 Momen Spiritual39:38 Teh celup & mikroplastik48:13 Perbedaan matcha dengan greentea powder
The 2025 Indonesia Festival Melbourne will be held on October 17, 19, and 20, with the theme "Glorious Sriwijaya." What does "Glorious Sriwijaya" mean? - Festival Indonesia Melbourne 2025 akan diselenggarakan pada tanggal 17, 19 dan 20 Oktober, dengan mengambil tema Gemilang Sriwijaya. Apa yang dimaksudkan dengan Gemilang Sriwijaya?
Gareth Morgan menyajikan pandangan yang revolusioner tentang organisasi. Ia berpendapat bahwa semua teori manajemen berakar pada metafora yang tersirat. Metafora ini membentuk cara kita melihat, memahami, dan mengelola suatu organisasi sehari-hari. Buku "Images of Organization" karya Gareth Morgan ini mengajarkan bahwa tidak ada satu pun pandangan yang sempurna. Setiap metafora menawarkan wawasan yang kuat, namun sifatnya selalu parsial. Tantangannya kini adalah mengembangkan kemampuan untuk memanfaatkan banyak perspektif secara bersamaan. Ini adalah kunci untuk menjadi pemimpin yang efektif dalam menghadapi dunia yang penuh ambiguitas. Metafora tidak hanya memperindah bahasa, tetapi juga cara kita berpikir. Ketika kita menyebut "organisasi adalah mesin," kita menyoroti aspek rasional dan strukturalnya. Morgan mengajak kita untuk menyadari adanya distorsi yang diciptakan oleh setiap perumpamaan. Metafora pertama dan paling umum adalah organisasi sebagai mesin. Pandangan ini melahirkan sistem birokrasi yang terpusat dan berjenjang hierarki. Organisasi dirancang agar beroperasi secara efisien, andal, dan sangat terprediksi. Dasar pemikiran ini berasal dari era Revolusi Industri dan praktik militer klasik. Frederick Taylor, dengan konsep manajemen ilmiah-nya, memecah pekerjaan menjadi tugas-tugas kecil yang rutin dan spesifik. Tujuannya memastikan setiap orang bertindak persis seperti komponen mekanis. Kelebihan model mesin adalah efisiensi luar biasa dalam melaksanakan tugas yang sederhana dan stabil. Ini terbukti sukses di lini perakitan atau layanan cepat saji, seperti yang diterapkan McDonald's. Namun, kelemahannya adalah ketidakmampuan untuk beradaptasi cepat terhadap perubahan lingkungan. Model ini juga dapat menciptakan birokrasi yang kaku dan menghambat pemikiran kreatif. Pengkotak-kotakan tugas dan spesialisasi yang ketat cenderung menciptakan fragmentasi di dalam organisasi. Hal ini sering menimbulkan masalah seperti apatis dan minimnya inisiatif di kalangan karyawan. Morgan menyarankan kita harus siap beralih dari pola pikir mekanistik ini di tengah era perubahan yang cepat. Metafora kedua melihat organisasi sebagai organisme hidup. Organisasi dipandang sebagai sistem terbuka yang mutlak bergantung pada lingkungan luar. Ia memiliki "kebutuhan" yang harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup. Konsep organisme menekankan pentingnya lingkungan dan kemampuan adaptasi. Teori ini melahirkan Teori Kontingensi, yang menegaskan bahwa tidak ada satu cara pun yang terbaik untuk berorganisasi. Bentuk organisasi yang tepat sangat bergantung pada jenis lingkungan dan tugas yang dihadapi. Stabilitas lingkungan memerlukan struktur yang mekanistik, sementara turbulensi membutuhkan struktur yang organik dan fleksibel. Organisasi organik dicirikan oleh fleksibilitas tinggi, jaringan komunikasi terbuka, dan desentralisasi kekuasaan. Contohnya adalah adhocracy atau organisasi yang berbasis tim proyek inovatif. Model ini lebih mampu beradaptasi karena fokus utamanya adalah kelangsungan hidup total, bukan sekadar pencapaian tujuan operasional. Morgan mengupas teori ekologi populasi yang menempatkan lingkungan sebagai kekuatan seleksi utama. Teori ini berpendapat bahwa hanya organisasi yang "paling cocok" yang akan bertahan di tengah kelangkaan sumber daya. Namun, pandangan ini dikritik karena dianggap terlalu deterministik dan meremehkan pilihan strategis manajemen. Batasan mendasar metafora organisme adalah asumsi kesatuan fungsional internal. Organisasi sebenarnya tidak seutuh atau seharmonis organisme biologis. Selain itu, organisasi pada dasarnya adalah konstruksi sosial yang dibentuk oleh ide dan keyakinan, bukan hanya struktur fisik yang kaku. Metafora otak menyajikan organisasi sebagai sistem pemrosesan informasi yang kompleks. Organisasi dipandang memiliki kemampuan belajar dan mengatur diri sendiri secara cerdas. Inti dari pandangan ini adalah cybernetics, yakni ilmu kontrol dan komunikasi. Terdapat konsep umpan balik negatif yang menjelaskan mekanisme regulasi diri sistematis. Ini membantu sistem mendeteksi dan mengoreksi penyimpangan dari norma yang telah ditetapkan. Pembelajaran sejati memerlukan "double-loop learning," yaitu kemampuan untuk mempertanyakan dan mengubah norma operasional yang mendasarinya. Birokrasi sering terjebak dalam "single-loop learning" yang statis dan repetitif. Morgan juga memperkenalkan konsep holografik dalam mendesain organisasi modern. Holografi menyiratkan bahwa visi dan kecerdasan keseluruhan dikodekan di setiap bagian. Ini memungkinkan adanya kecerdasan terdistribusi dan redundansi fungsi yang efektif. Organisasi yang cerdas harus menggabungkan spesialisasi yang kuat dengan desentralisasi penuh. Prinsip desain holografik mencakup requisite variety dan minimum specs. Requisite variety menuntut mekanisme internal harus mencerminkan keragaman lingkungan luar yang kompleks. Minimum specs memastikan karyawan memiliki otonomi yang cukup untuk mengatur pekerjaan mereka sendiri. Penerapan prinsip ini menciptakan "learning organizations" yang adaptif dan dinamis. Organisasi juga dapat dipahami sebagai budaya yang unik dan hidup. Metafora ini berfokus pada nilai, norma, keyakinan, ritual, dan makna bersama yang menuntun kehidupan organisasi. Budaya adalah realitas sosial yang diciptakan, dikomunikasikan, dan dipertahankan bersama-sama. Budaya ini seringkali jauh lebih kuat daripada struktur formal yang didokumentasikan. Contohnya adalah perusahaan Jepang yang sangat menekankan harmoni, komitmen total, dan rasa saling memiliki. Budaya korporat yang kuat dapat menyatukan karyawan dan memberikan panduan yang jelas saat ada ambiguitas. Budaya yang sehat mendorong inovasi dan adaptasi yang berkelanjutan dan organik. Budaya dapat dianggap sebagai DNA organisasi, yang memberikan cetak biru bagi reproduksi diri. Morgan menunjukkan bagaimana budaya terbentuk dari interaksi sehari-hari, termasuk humor, cerita, dan ritual kecil. Memahami budaya membantu manajer menyadari peran mereka sebagai pencipta realitas kolektif. Konsep Enactment of a Shared Reality menjelaskan proses penciptaan ini. Orang-orang "menjalankan" realitas bersama mereka melalui serangkaian tindakan dan interpretasi. Perubahan organisasi harus dimulai dari transformasi citra, asumsi, dan nilai-nilai inti, bukan sekadar mengganti struktur. Meskipun metafora budaya kuat, ia cenderung mengabaikan konflik dan dominasi kekuasaan. Terlalu fokus pada idealisme harmoni dapat menyamarkan isu politik dan kekuasaan yang nyata. Budaya yang terlalu kuat dan homogen justru bisa menjadi "penjara psikis" baru yang menghambat adanya kritik. Metafora politik melihat organisasi sebagai sistem yang didorong oleh kepentingan, konflik, dan kekuasaan. Pandangan ini menggeser fokus dari rasionalitas ideal ke perjuangan nyata untuk alokasi sumber daya. Organisasi adalah arena tempat individu dan kelompok mengejar tujuannya masing-masing. Kekuasaan bersumber dari banyak aspek, bukan hanya wewenang formal yang melekat pada posisi. Ini termasuk kontrol terhadap sumber daya yang langka dan kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian. Kekuasaan juga dapat berasal dari aliansi interpersonal dan kontrol terhadap informasi atau pengetahuan. Konflik timbul karena perbedaan kepentingan, baik di tingkat individu maupun fungsional atau subkultur. Morgan membedakan berbagai sistem pemerintahan dalam organisasi, seperti otokrasi (kekuasaan absolut) dan teknokrasi (kekuasaan berdasarkan keahlian). Adanya demokrasi di tempat kerja, seperti serikat pekerja, menunjukkan upaya perimbangan kekuasaan yang terus-menerus. Kekuatan politik selalu ada dalam organisasi, meskipun tidak diakui secara eksplisit oleh manajemen. Memahami politik organisasi memungkinkan manajer untuk bersikap realistis dan strategis. Mereka dapat menganalisis kepentingan (Tugas, Karier, Ekstramural) yang berbeda untuk memprediksi perilaku yang muncul. Dengan demikian, manajemen yang efektif melibatkan negosiasi dan pembangunan koalisi yang strategis. Konflik tidak selalu bersifat disfungsional; ia dapat menjadi katalisator bagi perubahan dan inovasi yang diperlukan. Namun, manajemen harus berhati-hati agar tidak terperangkap dalam permainan kekuasaan yang berlarut-larut dan merusak. Metafora politik mengungkap drama nyata yang sering tersembunyi di balik fasad rasionalitas. Metafora ini adalah yang paling abstrak, melihat organisasi sebagai penjara yang diciptakan oleh pikiran sendiri. Kita sering terperangkap oleh ide, asumsi, dan gambaran mental yang tanpa sadar kita ciptakan. Morgan mengajak kita untuk menggali ranah alam bawah sadar organisasi. Morgan mengutip teori Freud dan Jung dalam konteks ini. Organisasi dapat mewujudkan obsesi bawah sadar terhadap kontrol dan ketertiban yang berlebihan. Kepemimpinan yang otoriter mungkin merefleksikan dinamika keluarga patriarkal yang telah direpresi. Organisasi juga dapat menjadi sarana pencarian keabadian kolektif atau proyeksi ketakutan. Beberapa praktik organisasi, seperti obsesi pertumbuhan yang tidak sehat atau kebutuhan akan warisan, mungkin didorong oleh kecemasan akan kematian. Metafora ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika irasional yang memengaruhi keputusan strategis. Kelemahan metafora ini adalah kecenderungannya untuk mengabaikan faktor eksternal dan terstruktur yang nyata. Fokus yang terlalu kuat pada psikodinamika dapat membuat kritik menjadi nihilistik atau pesimistis. Namun, metafora ini vital untuk memahami mengapa organisasi sulit melakukan perubahan yang rasional. Metafora ini memandang organisasi sebagai pola perubahan yang berkelanjutan, bukan entitas yang statis. Perubahanadalah logika yang tidak terhindarkan, yang membentuk dan mengubah realitas organisasi secara konstan dari waktu ke waktu. Ini secara langsung menantang pandangan linier tentang perencanaan dan kontrol. Morgan memperkenalkan konsep Autopoiesis, di mana organisasi adalah sistem yang memproduksi dan mereproduksi dirinya sendiri secara tertutup. Organisasi cenderung berinteraksi dengan proyeksi diri mereka sendiri, menciptakan narcissism organisasi yang merusak. Mereka seringkali memiliki "identitas" yang menghambat adaptasi dengan dunia luar. Konsep Chaos and Complexity menyoroti perubahan yang bersifat non-linier dan tak terduga. Pergeseran kecil dapat menghasilkan konsekuensi besar yang tak terduga dalam sistem yang sangat kompleks. Organisasi harus belajar untuk mengelola di tengah ketidakpastian, yakni dengan menemukan pola-pola yang muncul di dalam kekacauan. Konsep Dialectical Change menekankan perubahan yang didorong oleh kekuatan yang saling berlawanan (contradiction). Misalnya, ketegangan antara kontrol dan otonomi dapat memicu krisis yang melahirkan struktur baru. Metafora ini menuntut manajer untuk merangkul paradoks yang ada dalam organisasi. Metafora terakhir adalah Instrumen Dominasi, yang secara kritis menyoroti sisi eksploitatif dan manipulatif organisasi. Organisasi besar sering dilihat sebagai alat kekuasaan yang digunakan untuk mencapai kepentingan sekelompok kecil pemodal atau elit. Fokusnya adalah pada dampak negatif di tempat kerja dan masyarakat luas. Morgan mengkritik bagaimana organisasi menggunakan dan mengeksploitasi karyawan. Ini termasuk bahaya kerja, penyakit akibat kerja, dan stres mental yang ditimbulkan oleh ritme kerja yang brutal. Organisasi memperkuat sistem kelas dan kontrol sosial di dalam masyarakat. Peran perusahaan multinasional disoroti sebagai kekuatan global yang dominan. Mereka menggunakan sumber daya dan memengaruhi kebijakan ekonomi global demi keuntungan finansial mereka sendiri. Morgan mempertanyakan etika di balik operasi global yang sering mengorbankan komunitas lokal. Meskipun kuat untuk kritik yang radikal, metafora ini harus digunakan bersama dengan metafora yang lain. Ia cenderung mengabaikan potensi organisasi untuk kebaikan, kolaborasi, dan kemanusiaan. Metafora dominasi merupakan perpanjangan dari metafora politik, tetapi dengan fokus etika dan moral yang lebih tajam. Kekuatan utama buku Morgan terletak pada pluralisme metaforisnya yang kaya. Buku ini memberdayakan pembaca untuk "membaca" organisasi secara mendalam dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Tidak ada satu pun lensa yang dapat menangkap keseluruhan kompleksitas organisasi. Manajer yang mahir harus mampu berganti lensa tergantung pada situasi yang dihadapi. Mereka perlu melihat organisasi sebagai mesin, organisme, budaya, otak, dan sistem politik secara simultan. Morgan menyarankan agar kita menggunakan metafora sebagai alat diagnostik yang aktif dan terintegrasi dalam praktik. Tujuan utamanya bukan untuk menemukan teori yang "benar" secara absolut, melainkan untuk melihat organisasi sebagai fenomena yang kaya, kompleks, dan multidimensi. Inilah inti dari kebijaksanaan organisasi modern yang diperlukan saat ini. Kemampuan untuk mengintegrasikan pandangan-pandangan ini adalah kunci untuk memimpin di dunia yang terus berubah dengan cepat.
Tamu PutCast kali ini kita kedatangan Bambang Paningron — seorang budayawan, pemerhati tari, sekaligus pendiri Festival Asiatri, ajang seni tari lintas negara yang mempertemukan seniman dari lebih dari 30 negara. Dalam perbincangan ini, Mas Bambang mengurai lapisan-lapisan dunia seni pertunjukan: dari mitos dan legitimasi kekuasaan dalam tari keraton, dinamika teater rakyat dan ketoprak, hingga tari kontemporer yang berjuang di tengah sempitnya ruang dan minimnya dukungan negara.
After taking a break last year, SoundSekerta is back this year with promise to return to its roots. - Setelah vakum tahun lalu, SoundSekerta kembali hadir tahun ini dan menjanjikan untuk "kembali ke Indonesia".
Indigenous Australian athletes have long inspired the nation, uniting communities and shaping our identity. Olympian Kyle Vander-Kuyp and Matildas goalkeeper Lydia Williams are two such Indigenous athletes that have shaped our national identity. Their stories show the power of sport to foster inclusion, equality, and pride for future generations. - Dari lapangan sepak bola hingga lintasan atletik, para atlet Pribumi Australia menghubungkan budaya dan komunitas sekaligus berkontribusi pada identitas nasional kita. Terinspirasi dari para pendahulunya, kehebatan atletik mereka meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di negeri kita.
This Kawanua event is not just entertainment, but also a journey into the beauty of Indonesian culture. Celebrating pride as part of Indonesia's rich diversity. - Acara Kawanua kali ini tidak hanya sekedar hiburan melainkan juga sebuah perjalanan menelusuri indahnya budaya Indonesia. Merayakan kebanggaan sebagai bagian dari Indonesia yang kaya akan keanekaragaman.
Tujuan dari penyelenggaraan Festival Torang Pe Musim Semi di Melbourne, 20 September 2025, bukan hanya mempromosikan budaya Kawanua namun juga untuk membantu desa di Palamba.
Di episode kali ini, kita akan membahas kenapa Bali itu berbeda, terutama dalam hal menjaga budaya dan kulinernya. Upacara adat menjadi salah satu media utama pewarisan kuliner, dan inilah yang membuat potensi kuliner Bali begitu kaya, namun masih banyak yang belum dieksplorasi. Kita akan melihat bagaimana para pelaku F&B dapat memulai eksplorasi ini, berangkat dari apa yang mereka miliki di daerahnya sendiri. Tonton video selengkapnya di #RayJansonRadioOTP #38 SEMUA BERAWAL DARI MAKANAN X BUDAYA WITH WIRA HARDIYANSYAH | ONTHEPASEnjoy the show!Instagram:Wira Hardiyansyah https://www.instagram.com/wirahardiyansyah2.0/DON'T FORGET TO LIKE AND SUBSCRIBE !On The Pas is available on:Spotify: https://spoti.fi/2lEDF01Apple Podcast: https://apple.co/2nhtizqGoogle Podcast: https://bit.ly/2laege8iAnchor App: https://anchor.fm/ray-janson-radioInstagram: https://www.instagram.com/onthepasbali/TikTok: https://www.tiktok.com/@onthepasLet's talk some more:https://www.instagram.com/renaldykhttps://www.instagram.com/backdraft_projecthttps://www.instagram.com/mariojreynaldi#OnThePasPodcast #BaliPodcast #RayJansonRadio #FnBPodcast #PodcastAfterService #wirahardiyansyah #budayabali
Budaya organisasi adalah jiwa dan denyut nadi sebuah perusahaan. Lebih dari sekadar logo di kartu nama atau misi yang tertempel di dinding, ia adalah kumpulan keyakinan, nilai, dan norma tak tertulis yang membentuk cara setiap individu berpikir, berperilaku, dan berinteraksi. Ia adalah kekuatan tak kasat mata yang menentukan apakah suatu tim akan maju bersama atau tercerai-berai, apakah ide-ide inovatif akan disambut hangat atau mati sebelum sempat diucapkan. Budaya inilah yang membedakan organisasi yang sekadar bertahan hidup dari organisasi yang benar-benar berkembang, menciptakan lingkungan di mana orang-orang merasa terhubung dengan tujuan yang lebih besar daripada sekadar gaji. Transformasi budaya adalah tantangan terbesar bagi setiap pemimpin di era modern. Ini bukan tentang memaksa perubahan dari atas ke bawah, melainkan tentang menginspirasi pergeseran dari dalam ke luar. Budaya yang sehat akan menjadi magnet bagi talenta terbaik, menjaga loyalitas karyawan, dan mendorong inovasi tanpa henti. Sebaliknya, budaya yang beracun akan mengikis semangat, mematikan kreativitas, dan pada akhirnya, menghancurkan fondasi perusahaan itu sendiri. Memahami budaya organisasi adalah langkah pertama untuk membangun masa depan yang lebih kokoh dan bermakna. Dalam perjalanan evolusinya, budaya organisasi telah melalui tiga tahap revolusioner: dari sistem agraris yang berfokus pada komunitas, ke mentalitas industri yang mengedepankan efisiensi, hingga paradigma berpengetahuan yang menjadikan ide sebagai aset paling berharga. Setiap transisi ini meninggalkan jejak dan pelajaran penting. Menggali akar budaya ini membantu kita melihat mengapa beberapa organisasi masih terjebak di masa lalu, sementara yang lain melesat menuju masa depan. Pertanyaannya bukan lagi "apa yang harus kita lakukan?" tetapi "siapa yang harus kita jadikan?" karena pada akhirnya, budaya yang kita bangunlah yang akan mendefinisikan kesuksesan kita.
Sebuah organisasi, pada dasarnya, adalah sebuah kredo. Ia tak hanya terdiri dari struktur dan angka. Ia adalah kisah yang terus-menerus berevolusi, beradaptasi dengan tantangan yang datang. Setiap perubahan adalah penanda zaman. Ia menuntut tubuh yang lincah dan pikiran yang cair. Oleh karena itu, kita harus melepaskan cara-cara lama yang kini tak lagi relevan. Kini, peta jalan tak lagi tertera. Ia dibentuk oleh jejak-jejak yang baru. Pergerakannya dinamis, tidak lagi bisa diprediksi. Maka, fondasi pertama adalah cahaya digital. Ia bukan sekadar alat kerja baru. Teknologi digital menjadi esensi yang merasuk ke dalam setiap fungsi organisasi. Kita pindahkan semua beban ke atas awan. Di sana, data-data berbicara dalam bahasa baru. Ini memastikan sistem menjadi fleksibel dan kapasitasnya dapat disesuaikan tanpa batas. Proses-proses lama dijemput oleh algoritme. Efisiensi bukan lagi kata hampa. Transparansi pun menjadi keniscayaan, sebab semua data kini dapat dilacak.Kita pun mengundang kecerdasan buatan. Ia membaca polanya, menemukan makna yang tersembunyi. Dengan itu, kita mendapatkan wawasan yang lebih dalam dari data yang ada.Dengan itu, kita membangun platform yang terintegrasi. Setiap bagian bisa saling menyapa. Hasilnya, organisasi berfungsi sebagai satu kesatuan yang kohesif. Namun, tubuh saja tak cukup. Diperlukan sebuah jiwa yang baru. Organisasi membutuhkan jiwa yang terbuka terhadap perubahan dan berani menghadapi risiko. Dinding-dinding usang kini dirobohkan. Tak ada lagi ruang yang tertutup rapat. Komunikasi dan umpan balik kini mengalir bebas di antara semua tim.Budaya pun berubah menjadi sebuah sungai. Alirannya penuh kolaborasi dan ide. Setiap orang merasa aman untuk mencoba hal baru tanpa takut gagal. Mindset yang stagnan kini tak lagi berlaku. Kita peluk erat mentalitas pertumbuhan. Ini adalah pola pikir di mana setiap langkah menjadi kesempatan untuk belajar dan berkembang. Inovasi menjadi nyala api di kegelapan. Ia menuntun kita ke arah yang tak terbayangkan. Kita kini didorong untuk bereksperimen, menjadikan setiap upaya sebagai bagian dari proses. Sebab itu, struktur lama harus diluruhkan. Ia terlalu kaku dan membatasi gerak. Hierarki yang menjulang tak lagi relevan karena menghambat kecepatan dan kelincahan. Kita bentuk tim-tim lintas fungsi. Mereka bergerak lincah seperti gerombolan burung. Tim-tim ini dibentuk untuk menyelesaikan masalah secara holistik dan cepat. Pengambilan keputusan tak lagi di puncak. Ia mengalir ke setiap sudut organisasi. Ini adalah langkah desentralisasi yang memberdayakan setiap individu untuk bertindak. Tata kelola organisasi pun direvisi ulang. Aturannya jelas, namun fleksibel. Ia menjadi tulang punggung yang kuat, yang menopang stabilitas tanpa membatasi kelincahan. Di tengah semua itu, manusia menjadi pusatnya. Mereka tak boleh ditinggalkan begitu saja. Talenta adalah harta yang sejati, karena keberlanjutan organisasi bergantung pada kapabilitas mereka. Maka, kita tingkatkan kapabilitas mereka. Kita ajarkan bahasa masa depan. Ini memastikan setiap karyawan memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi era baru. Keempat langkah ini adalah sebuah simfoni. Ia tak bisa dimainkan sendiri-sendiri. Transformasi ini harus dilakukan secara terpadu, di mana setiap pilar saling menguatkan satu sama lain. Transformasi ini, pada akhirnya, adalah sebuah jalan tak berujung. Ia bukan sekadar rangkaian proyek yang selesai. Ia adalah proses panjang untuk menjadi lebih utuh, lebih hidup, dan lebih relevan bagi zaman.
Khotbah Kebaktian 2 Bulan Budaya - Nuansa Batak KaroGKP Jemaat BandungMinggu, 31 Agustus 2025 pukul 09.30 WIBTema : "Belajar Rendah hati"Bacaan Alkitab : Lukas 14:1-14Pelayan Firman : Pdt. Sri Yusuf Wibowo, S.Si.@GKP Bandung Agustus 2025
Kebaktian 1 Bulan Budaya - Nuansa Batak KaroGKP Jemaat BandungMinggu, 31 Agustus 2025 pukul 07.00 WIBTema : "Belajar Rendah hati"Bacaan Alkitab : Lukas 14:1-14Pelayan Firman : Pdt. Louise Fredely Caroline Zebua, S.Si.@GKP Bandung Agustus 2025
Follow juga sosmed kami untuk mendapatkan update informasi terkini!
Khotbah Kebaktian 1 Bulan Budaya SundaGKP Jemaat BandungMinggu, 24 Agustus 2025 pukul 07.00 WIBTema : "Dilepaskan dari Ikatan yang Membelenggu"Bacaan Alkitab : Lukas 13 : 10-14Pelayan Firman : Pdt. Titin Meryati Gultom, Th.M.@GKP Bandung Agustus 2025
Kebaktian 2 Bulan Budaya SundaGKP Jemaat BandungMinggu, 24 Agustus 2025 pukul 09.30 WIBTema : "Dilepaskan dari Ikatan Yang Membelenggu"Bacaan Alkitab : Lukas 13 : 10-14Pelayan Firman : Pdt. Titin Meryati Gultom, Th.M.@GKP Bandung Agustus 2025
Transformasi organisasi adalah pergeseran fundamental, bukan sekadar perubahan kecil. Ini berarti organisasi mengubah cara mereka beroperasi, berpikir, dan bertindak secara mendalam. Intinya, transformasi ini berpusat pada perubahan konsep diri setiap individu di dalam organisasi—bagaimana mereka melihat peran mereka, tim mereka, dan "organisasi saya." Ini adalah tentang merevisi narasi kolektif yang memandu rutinitas dan tanggung jawab, karena sebuah organisasi tidak dapat benar-benar berubah kecuali orang-orang di dalamnya juga berubah. Mengapa organisasi perlu bertransformasi? Pemicunya bisa datang dari luar, seperti pergeseran preferensi konsumen, kemajuan teknologi yang disruptif, perubahan regulasi, atau persaingan yang meningkat. Sinyal internal juga penting, seperti penurunan kinerja, masalah budaya, atau konflik internal yang menghambat efisiensi. Tantangan utamanya adalah mengenali sinyal-sinyal ini, karena organisasi seringkali memiliki "kekebalan" terhadap perubahan, menolak ancaman terhadap identitas yang sudah ada. Untuk mewujudkan transformasi ini, diperlukan kerangka kerja yang holistik. Ini mencakup empat pilar utama: memahami kontrak psikologis (ekspektasi tak terucapkan antara karyawan dan organisasi), membangun keamanan psikologis (lingkungan di mana karyawan merasa aman untuk berekspresi dan mengambil risiko), membina kemitraan lintas perusahaan, dan memanfaatkan keterlibatan karyawan yang inklusif. Pilar-pilar ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pergeseran konsep diri individu dan memastikan perubahan budaya yang berkelanjutan. Proses transformasi seringkali mengikuti empat tahap: Mengidentifikasi, Memulai, Mendatang, dan Melembagakan.Tahap Mengidentifikasi adalah saat sinyal perubahan dikenali dan narasi awal dibangun. Tahap Memulai melibatkan peluncuran "kampanye" perubahan dengan investasi dan eksperimen. Tahap Mendatang adalah fase implementasi yang genting, di mana perilaku lama dan baru dapat hidup berdampingan, seringkali dengan gesekan. Akhirnya, tahap Melembagakan adalah ketika perubahan mengakar, menjadi "cara organisasi berbisnis sekarang," dan narasi baru sepenuhnya menggantikan yang lama. Peran kepemimpinan sangat krusial dalam setiap tahap ini. Pemimpin harus mampu mengidentifikasi sinyal, membangun narasi yang jelas, meluncurkan kampanye perubahan, dan menumbuhkan rasa kepemilikan di antara karyawan. Mereka harus transparan, adil, dan konsisten dalam pesan mereka, serta bersedia berinvestasi dalam pengembangan karyawan. Transformasi yang berhasil pada akhirnya menciptakan organisasi yang tangguh dan mampu beradaptasi secara berkelanjutan, karena perubahan telah diinternalisasi ke dalam identitas kolektifnya.
Pdt. Rubin Ong
Khotbah Ibadah Minggu III Bulan Budaya & Kebaktian Syukur HUT RI ke-80GKP Jemaat BandungMinggu, 17 Agustus 2025 pukul 07.00 WIBTema : "Taklukkan Egomu"Bacaan Alkitab : Lukas 12 : 49-59 Pelayan Firman : Pdt. Fierdhaus Y. Nyman, M.Si.@GKP Bandung Agustus 2025
Kalau denger kata "punk rock," mungkin yang terbayang di kepala Anda adalah jaket kulit, rambut mohawk, dan musik yang berisik. Tapi, sebenarnya ada lebih dari itu. Hari ini, kita bakal kupas tuntas mengapa punk bukan cuma sekadar genre musik, tapi sebuah cara pandang, sebuah filosofi, dan bahkan sebuah panduan hidup. Kita bakal bahas bagaimana gerakan ini lahir dari rasa frustrasi di New York dan London tahun 70-an, dan gimana semangat Do It Yourself (DIY)-nya jadi sangat relevan buat kita semua yang mau bikin karya di era digital ini. Jadi, siapkan diri Anda, karena kita mau menyelam lebih dalam ke dunia punk rock, dan temukan kenapa semangat pemberontakannya tetap hidup—dan masih dibutuhkan—di zaman sekarang.
Kasus kematian akibat dugaan budaya kekerasan senior-junior di lembaga pendidikan akademi milter masih terjadi. Metode pengawasan pun mendapatkan sorotan publik , bahwa Itikad menghapus kekerasan didunia akmil harus benar-benar dilakukan. Apa yg harus dievaluasi, agar tidak menjadi momok bagi orangtua dan calon taruna utk mengikuti pendidikan di Akmil ?Wawancara bersama Pakar pendidikan karakter, Doni Koesoema dan Anggota Komisi I DPR RI Mayjen TNI, (Purn) TB Hasanuddin
Kebaktian 1 Bulan Budaya BaliGKP Jemaat BandungMinggu, 10 Agustus 2025 pukul 07.00 WIBTema : "Jangan Khawatir Allah Mencukupkan"Bacaan Alkitab : Lukas 12 : 22-34Pelayan Firman : Pdt. Fierdhaus Y. Nyman, M.Si.
Kebaktian 2 Bulan Budaya BaliGKP Jemaat BandungMinggu, 10 Agustus 2025 pukul 09.30 WIBTema : "Jangan Khawatir Allah Mencukupkan"Bacaan Alkitab : Lukas 12 : 22-34Pelayan Firman : Pdt. Fierdhaus Y. Nyman, M.Si.@GKP Bandung Agustus 2025
Kebaktian 2 Bulan Budaya Daerah Jawa Tengah (Solo)GKP Jemaat BandungMinggu, 3 Agustus 2025 pukul 09.30 WIBTema : "Bijaksana Dalam Menggunakan Berkat Tuhan"Bacaan Alkitab : Lukas 12 : 13 - 21Pelayan Firman : Pdt. Gumilar Kristianto, M.Si.@GKP Bandung Agustus 2025
Di episode ini, Respati dan Adri akan berbagi cerita seru saat menjelajahi sake dan Izakaya di Jepang. Mulai dari pengalaman mencicipi sake otentik di brewery kecil, kulineran di Izakaya lokal, hingga momen lucu dan unik selama perjalanan.Tonton video selengkapnya di #RayJansonRadio#527 "MELIHAT BUDAYA DAN INDUSTRY F&B DI JEPANG" | RAY JANSON RADIOEnjoy the show!Instagram:Adri Syahbana https://www.instagram.com/adrisyahbana/Respati https://www.instagram.com/rtamio/DON'T FORGET TO LIKE AND SUBSCRIBE !Ray Janson Radio is available on:Spotify: https://spoti.fi/2lEDF01Apple Podcast: https://apple.co/2nhtizqGoogle Podcast: https://bit.ly/2laege8iAnchor App: https://anchor.fm/ray-janson-radioTikTok: https://www.tiktok.com/@rayjansonradioLet's talk some more:https://www.instagram.com/rayjanson#RayJansonRadio #FnBPodcast #Indonesia
Dalam bukunya, "So Far from Home: Lost and Found in Our Brave New World", Margaret J. Wheatley mengungkapkan realitas pahit dunia saat ini: kita tersesat. Budaya global kita, yang didorong oleh keserakahan dan kekuasaan, telah menjauhkan kita dari kemanusiaan kita dan menyebabkan kelelahan yang meluas. Wheatley menolak gagasan konvensional tentang harapan, menyebutnya sebagai "jebakan" yang menguras energi dan mengarah pada kekecewaan. Ia berpendapat bahwa kita harus menghadapi kenyataan bahwa dinamika yang merusak saat ini tidak dapat dihentikan. Sebagai solusi, Wheatley memperkenalkan konsep "prajurit bagi jiwa manusia". Para prajurit ini tidak berusaha menyelamatkan dunia, karena mereka tahu itu tidak mungkin. Sebaliknya, mereka berfokus pada pekerjaan mereka dengan dedikasi, menolak untuk menambah ketakutan dan agresi yang ada di dunia. Senjata mereka adalah kasih sayang dan wawasan, yang diasah melalui disiplin diri dan kesadaran diri. Dengan menerima kenyataan, para prajurit ini menemukan kekuatan batin—kelembutan, kesusilaan, dan keberanian—yang selalu tersedia bagi kita. Tugas prajurit adalah menavigasi lanskap batin mereka sendiri, menemukan "pekerjaan yang benar" yang memberi mereka makna dan kegembiraan, terlepas dari hasil eksternal. Ini melibatkan penolakan gangguan teknologi, yang merusak kemampuan kita untuk berpikir dan berhubungan secara mendalam. Para prajurit ini memupuk hubungan sejati, memahami bahwa koneksi adalah dasar bagi semua kehidupan. Pada akhirnya, tujuan mereka bukanlah untuk mencapai tujuan yang spesifik, melainkan untuk tetap berada di jalan yang benar, menemukan kepuasan dalam tindakan kesadaran dan pelayanan itu sendiri
Membangun organisasi sebagai ekosistem hidup adalah sebuah pendekatan holistik yang memandang entitas bisnis bukan sebagai mesin statis, melainkan sebagai sistem dinamis yang saling terhubung, adaptif, dan berkelanjutan, layaknya ekosistem alam. Konsep ini menekankan interdependensi antar bagian, kemampuan beradaptasi terhadap perubahan, pencarian keseimbangan kepentingan, fokus pada keberlanjutan jangka panjang, dan resiliensi untuk pulih dari gangguan.Pendekatan ini krusial di tengah lanskap bisnis yang kompleks dan tidak pasti, memungkinkan organisasi untuk tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang secara organik, memastikan relevansi dan pertumbuhan berkelanjutan di masa depan. Implementasi ekosistem organisasi merupakan perjalanan transformasi yang terstruktur dalam empat fase utama: Asesmen dan Persiapan, Desain Struktur Ekosistem, Implementasi dan Integrasi, serta Monitoring dan Optimalisasi.Proses ini dirancang untuk membangun fondasi yang kokoh dalam waktu sekitar 9 hingga 12 bulan, namun merupakan evolusi berkelanjutan. Untuk mendukung implementasi yang holistik, organisasi perlu mengintegrasikan tiga kerangka kerja utama: Orang & Budaya, Proses & Sistem, serta Kemitraan & Jaringan, yang masing-masing berfokus pada aspek manusia, operasional, dan hubungan eksternal. Keberhasilan dalam membangun ekosistem ini sangat bergantung pada beberapa faktor kunci, termasuk komitmen kuat dari kepemimpinan, manajemen perubahan yang efektif, dukungan teknologi yang memadai, dan penyelarasan budaya organisasi dengan prinsip-prinsip ekosistem. Meskipun menjanjikan manfaat besar, perjalanan ini juga menghadapi potensi risiko seperti penolakan terhadap perubahan, kompleksitas implementasi, keterbatasan sumber daya, dan ketidakselarasan budaya. Oleh karena itu, organisasi harus proaktif dalam merencanakan strategi mitigasi dan terus belajar serta beradaptasi sepanjang perjalanan transformasi ini untuk memastikan ekosistem yang resilien dan berkelanjutan.
Kepemimpinan Transglobal muncul sebagai respons terhadap kompleksitas dan interkoneksi era global, melampaui keterbatasan gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional yang berfokus pada aspek lokal. Didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang memengaruhi berbagai negara dan budaya, konsep ini bersifat universal dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup semua bangsa di seluruh dunia. Pemimpin transglobal dianggap sebagai "warga negara global yang berpikiran terbuka" dengan pemahaman ekonomi, budaya, hukum, dan politik yang kuat, seringkali kontroversial namun mampu membawa perubahan transformatif yang signifikan. Untuk berhasil dalam peran ini, seorang pemimpin transglobal harus mengembangkan enam jenis kecerdasan kunci: kognitif (IQ tinggi untuk analisis), moral (panduan etika yang jelas dan pemahaman dampak global), emosional (empati dan kemampuan terhubung secara sosial), budaya (memahami dan memanfaatkan nilai budaya lokal), bisnis (pemahaman holistik tentang komponen bisnis yang sukses), dan global (memahami hukum, regulasi, ekonomi lintas negara, serta menyeimbangkan standardisasi global dengan kepentingan lokal). Keenam kecerdasan ini saling terkait dan esensial untuk menavigasi lingkungan global yang beragam dan kompleks. Implementasi kepemimpinan transglobal sangat bergantung pada nilai-nilai dasar seperti kepercayaan antar-karyawan dan budaya organisasi yang kuat. Kepercayaan, yang terdiri dari harmoni, keandalan, dan kepedulian, adalah komponen kunci yang mendorong kinerja pekerjaan dan sinergi, terutama dalam tim yang beragam latar belakang. Budaya organisasi yang kuat berfungsi sebagai acuan tindakan, membentuk identitas, dan mengarahkan perilaku karyawan menuju kinerja yang lebih tinggi. Studi kasus Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) di Indonesia menunjukkan bahwa kurangnya kepercayaan antar-karyawan dapat menghambat kinerja, sementara kepemimpinan transglobal dan budaya organisasi yang mendukung terbukti mampu meningkatkan kepercayaan dan efektivitas operasional dalam lingkungan yang sensitif dan multikultural.
"The Culture Code" karya Daniel Coyle mengungkap rahasia di balik kelompok-kelompok yang sangat sukses. Buku ini mendefinisikan budaya sebagai seperangkat kebiasaan kolektif yang memupuk rasa aman, mempromosikan kerentanan, dan membangun tujuan bersama. Fondasinya terletak pada tiga keterampilan inti: Membangun Keamanan (Build Safety) dengan menciptakan lingkungan yang aman secara psikologis; Berbagi Kerentanan (Share Vulnerability) untuk mendorong kepercayaan dan kolaborasi; dan Menetapkan Tujuan (Establish Purpose) untuk menyelaraskan upaya menuju visi yang jelas. Pentingnya budaya yang kuat dalam sebuah organisasi tidak dapat diremehkan. Budaya yang sehat, seperti yang diuraikan Coyle, mendorong komunikasi terbuka, memungkinkan pengambilan keputusan yang cepat, dan memfasilitasi pemecahan masalah secara kolektif. Sebaliknya, budaya yang lemah menyebabkan ketidakamanan, sikap defensif, dan kegagalan dalam mengidentifikasi serta memperbaiki masalah, yang pada akhirnya menghambat inovasi dan pertumbuhan. Dengan memprioritaskan keamanan psikologis, mendorong keterbukaan, dan menyelaraskan setiap individu dengan misi organisasi, kelompok dapat membuka potensi penuh mereka dan mencapai kinerja yang luar biasa. Membangun dan menerapkan "Culture Code" melibatkan langkah-langkah praktis. Untuk "Membangun Keamanan," organisasi harus memprioritaskan sinyal rasa memiliki melalui mendengarkan secara aktif, menunjukkan apresiasi, dan memastikan keadilan. "Berbagi Kerentanan" dicapai dengan pemimpin yang mencontohkan keterbukaan, mendorong umpan balik yang jujur, dan mengakui kesalahan. Akhirnya, "Menetapkan Tujuan" memerlukan artikulasi yang jelas mengenai nilai-nilai, tujuan yang terarah, dan narasi yang kuat yang menginspirasi tindakan. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini ke dalam operasi sehari-hari, organisasi dapat menumbuhkan lingkungan di mana kepercayaan berkembang, kolaborasi menjadi otomatis, dan kinerja kolektif mencapai tingkat yang luar biasa, mengubah kelompok biasa menjadi tim yang berkinerja tinggi.
Este año, la nostalgia se reinventa y encuentra su lugar en la pista de baile. A 25 años de su lanzamiento, “Tengo Frío”, una de las piezas más íntimas y melancólicas de Ely Guerra, regresa con una nueva piel sonora de la mano de BUDAYA, proyecto reconocido por su elegante fusión electrónica. Esta reinterpretación es más que un cover: es un diálogo entre generaciones, una conversación entre lo orgánico y lo digital, entre el bosque y la ciudad, entre el alma y la pista de baile.
Selamat datang di INIKOPER, podcast yang mengupas tuntas isu-isu penting seputar dunia kerja dan pengembangan diri! Episode kali ini akan membawa Anda menyelami pembahasan mendalam tentang bagaimana nilai-nilai pribadi dan perusahaan menjadi fondasi utama dalam membentuk budaya organisasi yang kuat dan bermakna. Kami akan membahas mengapa budaya perusahaan bukan sekadar slogan di dinding, melainkan cerminan dari setiap keputusan dan tindakan individu di dalamnya. Dalam episode ini, kami menyoroti pentingnya "kalibrasi nilai" yang berkelanjutan. Anda akan memahami mengapa perusahaan besar bisa goyah akibat pilihan individu yang mengabaikan nilai fundamental, dan bagaimana proses rekrutmen yang cerdas dapat menggali nilai-nilai inti calon karyawan. Kami juga akan memperkenalkan konsep inovatif "Momen Nilai"—sebuah praktik sederhana namun powerful untuk memperkuat nilai-nilai perusahaan dalam aktivitas sehari-hari. Jangan lewatkan wawasan berharga tentang bagaimana Anda, sebagai individu maupun pemimpin, dapat berkontribusi dalam membangun budaya perusahaan yang otentik dan berdampak. Dengarkan INIKOPER sekarang dan temukan kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang tidak hanya produktif, tetapi juga dipenuhi integritas dan makna!
BUDAYA es un proyecto mexicano conformado por Maya Piña y Tulio Almaraz, que explora diversos géneros de la música electrónica. Acaban de lanzar una nueva versión de "Tengo frío" de Ely Guerra, en colaboración con ella, donde la reimaginan como un track para la pista de baile. BUDAYA se distingue por la nostalgia que se cuela en sus canciones, aunque estas sean hechas para la fiesta. Y es por eso que además de entender su mundo musical también les pregunté sobre el cruce entre el rave, lo espiritual, el baile y la introspección. Parece serio pero todo fue entre muchas risas y escenarios imaginarios donde están los Chemical Brothers, Daft Punk y Buscabulla. Maya Piña y Tulio Almaraz son músicos y diseñadores oriundos de Durango y Guanajuato. Su sonido es una mezcla de synth pop, electro pop, trip hop, con toques sutiles de ritmos latinos. Budaya nació en el Bajío y ha logrado posicionarse en la escena independiente mexicana presentándose en diversos festivales como Bahidorá así como shows en algunas ciudades de Estados Unidos. Su trabajo discográfico consta de su primer EP Motionless (2014), su LP Calma (2019) y ClaroOscuro en el (2023). Sigue a BUDAYA: https://www.instagram.com/budayamusic/ Ve el video de la nueva canción: https://www.youtube.com/watch?v=fOd37ExC1Sk Learn more about your ad choices. Visit megaphone.fm/adchoices
Football West will host Indonesia's Liga 1 team, Persebaya Surabaya and dozens of it's supporters, Bonek, in a game in Perth this week. - Tim Liga 1 Indonesia, Persebaya Surabaya, akan dijamu oleh tim sepak bola negara bagian Australia Barat dalam pertandingan di Perth pada pekan ini. Puluhan Bonek juga akan ikut menonton secara langsung.
In 2024, Raidah Shah Idil published her first novel How to Free a Jinn, telling the story of a girl of Malaysian heritage who possesses the power to see creatures that are invisible to others and even inherits a jinn from her family. - Pada tahun 2024, Raidah Shah Idil menerbitkan novel pertamanya How to Free a Jinn, menceritakan kisah seorang gadis keturunan Malaysia yang memiliki kekuatan untuk melihat makhluk yang tidak terlihat oleh orang lain dan bahkan mewarisi jin dari keluarganya.
Chinese-Indonesian chef Michelle Santoso discovers Palestinian cuisine and uses her platform to share cultural stories through food. - Chef Indonesia keturunan Tionghoa, Michelle Santoso, menggunakan dapur dan media sosialnya untuk menceritakan budaya Palestina yang jarang tersorot.
This is what they who come to the Indonesian Night Market 2025 have to say about the event. - Ini kata mereka yang datang di Indonesian Night Market 2025.
The Indonesian diaspora in Melbourne celebrates their identity through cultural events that bring people together, spark connection, and keep traditions alive. - Hidup di tengah masyarakat beragam seperti Australia, diaspora Indonesia terus merawat identitas budayanya. Mereka melakukannya melalui berbagai acara yang mempererat kebersamaan dan memperluas koneksi antarwarga.
From supporting her parents from afar, celebrating religious events, to deciding on a surname—this is the story of an Indonesian-Australian navigating life in an intercultural marriage. - Dari memberi dukungan untuk orang tua, perayaan hari-hari besar keagamaan, hingga soal nama belakang, ini cerita warga Australia yang berasal dari Indonesia dan menikah dengan pasangan beda budaya.
Positive Partnerships works to help caregivers and communities involved with an autistic person to better understand the condition. How do they do it? - Positive Partnerships berupaya untuk membantu para pengasuh dan komunitas yang terlibat dengan seorang autis untuk dapat memahami kondisi ini dengan lebih baik. Bagaimana caranya?
'Ilmu untuk Anak Bangsa' strives to preserve Indonesian cultures especially for children in Australia. - 'Ilmu untuk Anak Bangsa' berupaya untuk melestarikan budaya Indonesia di kalangan anak-anak di Australia.
This illustrator highlights the richness of multiculturalism through her work exhibited in Melbourne. - Ilustrator ini menyoroti kekayaan multikulturalisme melalui karyanya yang dipamerkan di Melbourne.
PERWIRA (Perhimpunan Warga Indonesia di Victoria) akan mengadakan acara tahunannya Festival Satai dan Reog 2025 di Pahran Square, Melbourne, pada tanggal 5 dan 6 April. Festival kali ini akan dimeriahkan dengan penampilan Reog Ponorogo Melbourne.
Episode spesial Lebaran kali ini, Wira Hardiansyah kembali ke Ray Janson Radio Podcast dan akan masak dua menu Ramadan yang unik dan jarang ditemui—kolak ayam dan nasi pindang. Setelah masak, kita bakal ngobrol sambil menikmati hidangan, dan bahas soal makanan khas Ramadan, sejarah-sejarah dibalik makanan tersebut, serta kuliner-kuliner Indonesia. Tonton video selengkapnya di #RayJansonRadio#494 "BEDA BUDAYA GAPAPA TAPI JANGAN MENGHINA!" WITH WIRA HARDIANSYAH | RAY JANSON RADIOEnjoy the show!Instagram:Wira Hardiansyah: www.instagram.com/wirahardiyansyah2.0DON'T FORGET TO LIKE AND SUBSCRIBE !Ray Janson Radio is available on:Spotify: https://spoti.fi/2lEDF01Apple Podcast: https://apple.co/2nhtizqGoogle Podcast: https://bit.ly/2laege8iAnchor App: https://anchor.fm/ray-janson-radioTikTok: https://www.tiktok.com/@rayjansonradioLet's talk some more:https://www.instagram.com/rayjanson#RayJansonRadio #FnBPodcast #Indonesia
Pdt. Raguel Lewi
Untuk mempromosikan makanan dan budaya Indonesia, ICAV (The Indonesian Culinary Association of Victoria) bersama dengan Melbourne Food and Wine Festival) akan menyelenggarakan Indonesian Street Food Festival di Melbourne - 22 dan 23 Mar 2025 di Victoria Market.
Bpk. Ichwan Cahyadi
Anyone new to Australia can appreciate how important it is to keep your mother tongue alive. Language is integral to your culture and Australia's Indigenous languages are no different, connecting people to land and ancestral knowledge. They reflect the diversity of Australia's First Nations peoples. More than 100 First Nations languages are currently spoken across Australia. Some are spoken by only a handful of people, and most are in danger of being lost forever. But many are being revitalised. In today's episode of Australia Explained we explore the diversity and reawakening of Australia's First languages. - Siapa pun yang baru ke Australia dapat menghargai betapa pentingnya menjaga bahasa ibu Anda tetap hidup.
Ps. Wigand Sugandi
Did you know that Indigenous Australians have been using fire to care for the land for tens of thousands of years? Evidence show that cultural burning practices not only help reduces the intensity and frequency of wildfires but also plays a vital role in maintaining healthy ecosystems. Experts share insights on the latest evidence behind this ancient practice. - Tahukah Anda bahwa penduduk asli Australia telah menggunakan api untuk merawat tanah selama puluhan ribu tahun? Bukti menunjukkan bahwa praktik pembakaran budaya tidak hanya membantu mengurangi intensitas dan frekuensi kebakaran hutan tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga ekosistem yang sehat.
