Literasi isi hati Follow instagram @renungansblmtdr
Mungkin hilang arah adalah bagian yang muncul saat kita mencoba melupakan kepingan-kepingan masa lalu.
Aku ingin setiap bagianmu tau, bahwa aku telah memaafkanmu (from: kata.puan)
Saat tak ada dirimu, titik-titik waktuku seolah memutar kembali memori saat-saat kita bersama
Jika aku menyakiti hatimu. Ini adalah hukuman yang tepat. Seharusnya aku tak mengatakan bahwa aku mencintai orang lain. Tapi hari itu, aku hanya tak ingin terjadi sesuatu yang lebih merepotkan suatu hari nanti. Jika kamu pernah sekali melihatku untuk pertama kalinya dan aku tak tau itu. Hari ini aku melihatmu setelah sekian lama dan aku tak tau apakah kamu menyadari keberadaanku. Jika kukatakan aku merindukan suaramu. Apa yang kamu pikirkan? Jika kukatan mungkin aku jatuh cinta padamu apa kamu mau menerimanya? Tidak mungkin. Bahkan saat kamu tau siapa yang aku cintai saja. Kamu justru pergi. Menyesali pertemuan kita. Lalu hilang tanpa kembali. Hari ini. Tanpa senja yang kita kagumi.
Kamu yang sudah berubah. Sedangkan aku masih sama seperti kabut setelah hujan yang dulu selalu mengiringi kemana kita pergi
Aku benci hujan saat sendirian di luar sana. Tapi aku suka hujan saat bersamamu.
Jadi aku harus bagaimana agar kamu tau betapa aku mencintaimu
Seperti sekelebat warna kuning saat aku duduk dan menatap bintang warna jingga itu pulang
Terkadang.... Di sela-sela rasa rinduku. Kamu tiba-tiba muncul. Mengulas sepersekian detik senyumku. Kamu tau? Saat itu dunia tiba-tiba seperti slow motion dalam film. Memberiku kesempatan menatap wajahmu yang sulit kutemui setiap hari. Dulu betapa aku selalu mengucap namamu kepada Tuhanku. Berharap semoga Dia mendengar apa yang aku ingin. Yaitu terus bersamamu di dunia ini. Namun aku tau. Bahwa hidup tak selalu tentangmu. Dan kamu tak harus selalu peduli padaku dengan terpaksa. Jadi aku tidak tau. Apakah aku masih menunggu jawaban. Atau sejujurnya aku telah menghapus doaku?
Jadi terkadang, bertemu orang baru akan membuat kita sadar, bahwa kita bukan satu-satunya manusia terhebat
jadi akan aku biarkan Kamu jatuh cinta
Aku tau itu kedengaran seperti paksaan tapi aku tak tau harus bagimana untuk berhenti mencintaimu
Mengenang salah satu karya terbaik sang maestro sastra puisi, Eyang Sapardi. Selamat jalan eyang, karyamu adalah setiap jengkal kehidupan hati manusia.
Lalu kenapa kamu tak lagi seperti yang lalu-lalu. Apakah sulit untuk mengatakan bahwa ada sesuatu yang mengganggumu?
Beberapa hari ini aku memikirkanmu. Kadang aku berpikir betapa serakahnya diriku. Ketika aku berniat melepasmu aku bahkan tak bisa seutuhnya melakukan itu. Aku rasa Tuhan sedang mengabulkan sebagian doaku bahkan ketika aku sangat merindukanmu di hari-hari terberatku. Aku menunggu wajahmu tiba-tiba muncul menghapus kekecewaanku. Apakah mungkin? Tapi hari ini Tuhan mewujudkannya. Walaupun aku tak bisa menatapmu dengan lama, tapi rasanya seperti matahari yang menyinari kegelapan palung yang gelap dan dingin. Aku sudah berjanji tak akan menyebut namamu dalam untaian doaku lagi. Karena aku takut ketika Tuhan tak pernah memilihmu untukku, aku akan terluka lebih dalam lagi. Namun mengapa aku terus menyebut namamu dalam celah hari-hariku? Ketika aku sangat merindukanmu. Aku akan sangat bahagia jika jalan yang ditunjukkan Tuhan, adalah kamu.
Kamu adalah senja Aku menyadarinya setelah semuanya pergi kamu sekejap memberi ketenangan sekejab memberi kepiluan di antara sinar matahari dan hujan yang mendera indah tanpa cacat tak seperti yang kamu bilang aku sangat rindu kedatanganmu yang menghibur itu mengajariku hal yang orang lain tak bisa paham atas diriku warnamu cantik sedikit dengan polesan yang tak pernah menawarkan kesedihan tapi bukankah sejujurnya kamu begitu rapuh? tertutup awan mendung di sore hari pun kamu tak akan datang aku kira kamu akan datang lagi begitu menghilang ditelan malam namun sepertinya kamu tak ingin kembali menjadi sandaran manusia-manusia kesepian sungguh, kedatanganmu membuatku sedikit lebih baik namun kepergianmu juga melukaiku
Hari cepatlah berlalu. Aku ingin tau. Apakah aku dapat kembali bertatap muka dengannya lagi atau tidak. Apakah aku tidak akan menangis ketika menatap matanya lagi atau tidak. Apakah aku berhasil melupainya atau tidak. Setiap harimu datang. Samar-samar bayanganmu mengikuti segala sesuatu tentangmu. Beriringan dengan hal-hal yang pernah kita lakukan bersama. Dalam hatiku selalu terbesit tanya-tanya tak terjawab. Apakah kamu bahagia saat itu? Saat bersamaku dalam malam kelabu. Saat menatap mataku. Saat membelai rambutku. Saat mencubit hidungku. Aku bahagia. Namun pada akhirnya Aku harus rela melihatmu kembali pulang.
Didedikasikan kepada seseorang yang bersinar seperti matahari
Pagi masih sangatlah hitam. Aku sedikit membuka mataku. Kantuk merajaiku, namun bayangan wajahmu mengalahkannya. Kamu apa kabar? Kita sangat dekat. Namun aku tak bisa dengan mudah menggapaimu. Aku rindu saat-saat dimana kamu datang seperti sinar matahari. Aku rindu saat kamu menyapaku dengan senyum candu itu. Pagi ini aku kembali memejamkan mataku. Bukan untuk mengulang mimpi. Tapi untuk memohon. Semoga kita dipertemukan kembali. Bukan sebagai orang biasa Tapi sebagai dua insan yang ditakdirkan bersama. Biarkan aku tetap dalam pendirianku. Mencintaimu walau dalam kesendirian. Tapi aku menyukainya. Karena kamu tak pernah membuatku berpaling. Aku hanya ingin akhirnya kita dalam takdir yang sama.
Merindukanmu begitu dalam Hari ini sangat sendu Tak hujan tak cerah Kupikir hujan benar-benar akan datang Seperti biasa Mengiringimu Bersama jutaan jarum yang tanpa ampun menghujam jantungku Hari ini aku hanya bisa melihatmu dari jauh Tak ada daya untuk sekedar menyapa atau bertukar senyum Menemuimu bahkan melihatmu dari dekat aku tak sanggup Tak sanggup karena begitu banyak kenangan yang tergambar di antara tatapan mata kita Aku ingin kita kembali bersama seperti dulu Sungguh aku tidak tau, Tuhan menghukumku Atau sejujurnya menyelamatkanku?
Yang tidak pernah aku sadari ketika aku telah memiliki matahari baru Matahari ku lalu telah meredup Terasa telah aku tinggalkan jauh Dia begitu rapuh Dia begitu kelelahan Rasanya menyesakkan melihat dia tersenyum Senyum penghiburan untuk dirinya sendiri Aku takut sinarmu tak lagi membuatku terkesima seperti dulu Mengagumimu Kamu dulu terlihat begitu sempurna Namun sekarang Aku merasa tak punya daya untuk membuatmu kembali bersinar Membuatmu kembali penuh dengan kesempurnaan Yang kala itu tak ada tandingannya Maafkan aku yang tak mampu bersabar denganmu
Seperti hujan yang telah berakhir Datangmu tak lagi membawa luka Kepergianmu bahkan tak lagi diiringi suara gemeritik air dari langit Saat itu aku sadar Bahwa ini adalah awal sebuah kenangan Pergi bersama angin rindu yang mungkin juga akan hilang Aku mencintaimu penuh harapan yang jelas-jelas tak mungkin Tapi sungguh bersamamu bukanlah sebuah kesalahan yang aku sesali Mungkin sudah waktunya Tuhan menghukumku Membiarkan hatiku kembali beku oleh rasa yang tersimpan tanpa ada yang tau
Aku pernah berjanji Bahwa kita pasti akan berada di langit yang sama Walaupun sekejab Dan tak ada temu Tapi kita sangat dekat Aku melewati jalan yang selalu kamu lewati Aku mendatangi tempat yang ada kenanganmu Rasanya menyesakkan setiap menapaki tempat demi tempat Bayanganmu menyeruak Seolah beberapa tempat yang aku lewati sangat lekat olehmu Hatiku terus menerus bergejolak mengingatmu Kamu dan kota itu Senyaman itu Dan aku sangat ingin memilikinya Seperti aku menginginkanmu Namun seperti adanya, bahwa kita adalah halaman yang berbeda
Kemarin... Bukanlah cara Tuhan untuk memperlihatkan apakah kita bisa bersama kembali Tapi cara Tuhan untuk menunjukkan jawaban yang aku tanyakan padamu selama ini Jawaban yang aku dustai ketika perpisahan terjadi Bahwa kamu benar-benar mencintaiku Seperti yang aku ingini dulu Aku menyadari bahwa akulah yang ada di depan matamu Kamu melihatku seperti yang aku harapkan Aku menyadari bahwa akulah yang selalu kamu cari dalam sebuah kesempatan Namun betapa bodoh aku yang selalu menyalahkanmu dan memenangkan egoku untuk melupakanmu
Tuhan, yang aku panjatkan di setiap sujudku Kumohon biarkan terkabul
Sedang aku hanya si bodoh yang menyesali hal yg seharusnya telah kutebak akhirnya