A brief chew on Scripture, served by short reflective sermon. Freshly made by @carmia_margaret, @febriantotayoto, and @riggruben
Sejarah manusia dipenuhi dengan siklus pergi & kembali kepada Allah. Namun, di dalam semuanya itu, kita tidak pernah benar-benar ditinggalkan. Allah ada di dalam semuanya itu.
Injil yang pertama dan terutama adalah tentang Allah. Dosa tidak membuat Injil tercipta. Sebaliknya, dosa sekalipun tidak bisa menghalangi Injil Allah dinyatakan kepada seluruh ciptaan.
Ketika Allah menciptakan segala sesuatu sungguh amat baik, manusia lebih memilih keindahan versinya sendiri.
Kidung Agung Pertama dalam kehidupan manusia sudah dinyanyikan oleh manusia pertama kepada pasangannya. Pola relasi yang begitu indah nampak diperlihatkan Adam dan Hawa. Bahkan pola inilah yang nantinya didemonstrasikan Kristus bagi sang mempelai perempuan gereja-Nya.
Apa arti Sabat bagi kita saat ini? Dan apa arti Sabat sesungguhnya dari perspektif penciptaan?
Perkataan bukanlah sesuatu yang dapat dipandang remeh. Hidup kita dapat terasa sangat indah, dan sebaliknya juga menjadi sangat buruk, berdasarkan kata-kata tertentu yang kita dengar. Apa makna dan nilai penting dari kata-kata itu sebenarnya? Mengapa kata-kata begitu berkuasa? Dalam renungan ini, kita akan melihat makna dan signifikansi kata-kata, berdasarkan kenyataan bahwa Allah sendiri berkata-kata pada mulanya untuk mencipta dan memungkinkan terjadinya segala sesuatu.
Kej. 1 merupakan narasi penciptaan yang dikatakan bahwa segala sesuatunya amat sangat baik. Namun bagaimana jika saat mendengar narasi penciptaan ini sebenarnya ada beberapa hal yang menakutkan bagi orang Israel? Dengan kedaulatan Allah atas itu semua menjadikan narasi penciptaan merupakan bagi penghiburan bagi yang mengalami ketakutan.
Pada eps. pertama kali ini, kita diajak untuk berpikir bahwa kekosongan apa yang kita miliki saat ini? Narasi penciptaan sesungguhnya dapat menjadi titik berangkat pengharapan bagi manusia yang dekat dengan kekosongan itu untuk mendapatkan kepenuhan di dalam Allah. Bukankah pola yang demikian juga yang dipertontonkan Kristus dalam inkarnasi-Nya?
Sebagai orang percaya, kita erat dengan misi Allah. Namun tak jarang kita gagal berfokus pada misi-Nya. Dengan begitu, sudahkah kita kembali berfokus dan kembali mengerjakan misi Allah?
Mengapa pelayanan selalu identik dengan penderitaan? Dan bagaimana kita seharusnya melaluinya?
Apakah konsep panggilan bisa terpenuhi pada dirinya sendiri? Dalam renungan ini saya melihat ada satu faktor yang tidak boleh tidak ada ketika panggilan itu Tuhan berikan kepada kita.
Pernahkah kita merasa dalam perjalanan iman kita bahwa Allah kita belum menjadi ‘hidup' untuk kita? Orang Atena pun pernah dan Paulus ingin mengundang kita melalui khotbahnya untuk merenungi Allah yang hidup.
Secercah ingatan muncul dalam benak Paulus ketika ia sedang berhadapan dengan Imam Besar. Rasanya, pengalaman ini bukan pengalaman yang baru baginya...
Kalau seandainya jalan cerita kita melayani Tuhan berarti penderitaan, masihkah kita mau menaatinya?
Seringkali tanpa kita sadari kita sedang menjinakkan peran Roh Kudus dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Spirit materialisme, kesuksesan, kenyamanan, dan hedonisme membentuk kerja the Holy Spirit tersebut. Namun apakah Alkitab berbicara demikian, secara khusus bagaimana Paulus dalam perjalanan misinya melihat peran Roh Kudus tersebut?
Salah satu halangan untuk pekabaran Injil adalah karena diri kita tidak tersedia (unavailable) untuk dipakai Tuhan. Bagaimana supaya bisa menjadi available untuk pekerjaan Injil?
Tatapan itu bisa melihat secercah anugerah di tengah kerapuhan dan kegelapan seseorang. Tatapan seperti apa yang kita miliki?
Kira-kira apa yang membedakan kiprah pelayanan gereja dalam narasi Kisah Para Rasul dengan gereja masa kini?
Sebutan kerajaan memberikan trauma bagi beberapa orang. Kata tersebut bernuansa tiranikal, hegemoni, dan terlintas bayangan penindasan. Rasanya tidak asing untuk kita lihat baik dari pelajaran sejarah hingga berita-berita aktual masa kini. Masalahnya, Yesus sendiri menggunakan kata kerajaan untuk menggambarkan pemerintahan-Nya. Apa yang Kerajaan Allah dapat katakan bagi kerajaan dunia?
Dia adalah Allah yang menemukan kita sebelum kita menemukan Dia. Dia menemukan kita di mana kita berada. Saat ini, disini.
Kisah Para Rasul 5 memberikan satu perspektif yang menarik mengenai kebahagiaan/sukacita. Bagaimana motif sukacita dalam tulisan Lukas di pasal ini dapat mengevaluasi narasi "American Dream" yang menjadi pengejaran sukacita masyarakat masa modern ini?
Apa artinya ketika mengatakan kita "dipenuhi" oleh Roh Kudus?
Kita seringkali terlalu lama memandang ke langit, mencoba mengontrol masa depan, tetapi lupa untuk menghidupi kekinian bersama dengan Allah yang diam dalam kita.
Obrolan santai dari para admin dalam mensharingkan perenungan terhadap kitab nabi-nabi kecil. Semoga bisa menjadi berkat buat setiap pendengar!
Bangsa Yehuda pasca-pembuangan Babel mengalami masalah secara khusus dalam disiplin mereka dalam perpuluhan. Apa yang sesungguhnya dipermasalahkan dari keengganan mereka memberikan perpuluhan? Apakah hanya sekedar masalah finansial atau ada yang lebih di balik itu?
Kasih Allah adalah kasih yang berbobot, dan ketidaktahuan kita adalah dosa terbesar yang pernah kita lakukan sebagai umat-Nya.
Ada dua jenis krisis di dalam kehidupan manusia. Krisis karena hidup di dalam dosa, atau krisis karena menanggung kesaksian Injil. Krisis mana yang sedang kita alami sekarang?
Seorang yang hidup adalah seorang yang berharap. Di saat situasi tidak menentu, kita diajak untuk bermimpi dan hidup menerima janji Allah.
Jangan biarkan kondisi krisis membuat kita terlena dan mengabaikan pembangunan rumah Allah!
Dalam eps kali ini Pdt. Titus Christianto akan memberi perenungannya dari kitab Zefanya mengenai hari Tuhan dan kaitannya terhadap kesempatan kedua.
Kadang-kadang, Tuhan membuat jalan cerita kehidupan yang sangat tidak masuk akal. Mari menjadi pengintai dan melihat apa yang sebenarnya akan Dia lakukan!
Di tengah kisah dunia yang timpang dan berada di dalam krisis keadilan, maka Allah, Sang Dalang, akan menunjukkan orkestrasi agung-Nya dengan menunggangbalikkan takhta dan kuasa.
Kata hesed (yang berarti kasih setia) seringkali dikaitkan kepada karakter dan nama Allah sendiri. Kata ini memiliki makna yang mendalam di mana mempunyai komitmen dan cinta di dalamnya. Dalam Mikha 6:8 kata ini juga lah yang Tuhan harapkan bagi bangsa Israel. Ia merindukan hesed ini juga boleh dimiliki oleh setiap orang percaya, adakah kita mau mencintai kesetiaan?
Semua orang membutuhkan suntikan harapan untuk dapat bertahan di masa krisis, tetapi harapan seperti apakah?
Mari merayakan kemerdekaan dengan kematian
Perjalanan hidup Kristen ibarat sebuah tarik-menarik antara berada "di luar Tuhan" dan "di dalam Tuhan." Apakah yang membuat kita benar-benar bisa ada "di dalam Tuhan" dan tidak mau beranjak lagi dari-Nya? Mungkinkah kita sampai di sana, dan bagaimanakah caranya?
Melarikan diri dari Tuhan adalah sebuah kemustahilan
Budaya Asia adalah budaya yang dekat dengan konsep honor and shame. Oleh karena itu, pride menjadi hal yang penting bagi harga diri setiap kita orang timur ini. Bangsa Edom menjadi suatu jendela bagaimana kita bisa melihat bahwa persoalan ini adalah permasalahan klasik dalam diri manusia, dan kita bisa melihat juga bagaimana Yesus yang terlahir dalam budaya Timur tidak lagi menganggap hal yang seperti itu perlu dipertahankan.
"Istirahatlah kata-kata" merupakan puisi yang disuarakan oleh aktivis HAM bernama Wiji Thukul. Suatu kritik sosial yang digaungkan atas ketiadaan harapan akan kaum-kaum tertindas. Kata-kata dari pinggir ini ternyata sudah lahir ribuan tahun lamanya, bahkan sejak zaman PL, dan kata-kata itu disuarakan oleh seorang sederhana bernama Amos. Kata-kata minoritas yang semakin senyap, tetapi tidak pernah mati. Diberkatilah kata-kata.
Kita mungkin sering berupaya keras untuk membuat ibadah yang mengesankan manusia dan "menyenangkan Tuhan," tetapi bagaimana kalau akhirnya semua itu ditolak Tuhan?
Ketika kita makin kaya, selalu ada orang lain yang makin miskin
Khotbah Pertobatan bukanlah suatu khotbah yang diminati oleh orang-orang di zaman sekarang, terlebih bagi orang-orang yang lebih senang dengan khotbah-khotbah bernuansa moral therapeutic deism. Nabi Yoel memberikan pola bahwa suara pertobatan adalah berita yang senantiasa perlu dinyatakan dan dimaknai dengan benar.
Kita terbiasa dengan gambaran romantis tentang Allah yang mencari, mengasihi, dan mengampuni orang berdosa. Padahal, bukankah itu semua justru terlihat sebagai sebuah kebodohan? Mengapa Allah sampai perlu melakukan begitu banyak untuk menunjukkan kasih kepada kita tidak terlalu menginginkan dikasihi Allah?
Kerjaan Tuhan bukan cuma hadir, tapi undur diri alias tidak hadir. Di saat itulah kita disadarkan bahwa kita tidak bisa menjinakkan Dia, apalagi menggunakan Dia.
Alkitab mengatakan bahwa Allah adalah Kasih. Ialah definisi kasih dari yang sejati itu. Sayangnya manusia tidak bisa menyelami akan kasih Allah yang begitu dalam, inilah the inscrutable love. Namun sekalipun manusia tidak mengerti kasih-Nya bahkan berubah setia dan membelakangi-Nya, sang Kasih tersebut tidak pernah undur. Gambaran seperti inilah yang diwujudkan dalam kisah Hosea dan Gomer untuk merepresentasikan Allah dan bangsa Israel, juga untuk masa ini antara gereja Tuhan dan Kristus.
Tuhan telah mencintai kita bahkan dengan cinta yang tidak sederhana, maukah kita juga mencintainya meskipun tidak sederhana?
Banyak dialog yang menarik dari isu-isu yang diangkat dalam kitab hakim-hakim dengan kaitannya untuk permasalahan sosial dan gereja masa kini. BTP (Behind the Podcast) adalah seri wrapping-up dari keseluruhan perenungan yang sudah kami angkat untuk didiskusikan kembali secara lebih santai oleh @carmiamargaret @febriantotayoto @riggruben. Enjoy!
Mengapa kitab segelap Hakim-hakim perlu diikut-sertakan dalam keseluruhan Kitab Suci? Bukankah berita dalam Kitab Suci seharusnya berisikan kasih karunia, anugerah, dan Kabar Baik? Bagaimana kita bisa menemukan Kabar Baik dalam kitab yang gelap dan buruk ini?
Kata "kebetulan" biasa dianggap negatif dalam iman kekrirstenan. Tentu saja karena tidak ada yang kebetulan dalam kacamata Allah. Namun dalam narasi penulisan kitab Rut, kata "kebetulan" muncul dua kali. Akan merangkai apa kisah-kisah yang "kebetulan" tersebut? Temukan dalam perenungan pasal penutup kitab Rut ini.
Di tengah kegelapan, penebus itu hidup dan menaungi kita di bawah sayap-Nya
Ketika segala sesuatu seolah tiada harapan, satu-satunya yang dapat kita lakukan hanyalah pulang ke rumah yang tepat.