POPULARITY
Kita akhirnya memanen dampak buruk penggunaan energi kotor selama ini. Tingkat polusi udara di Jakarta dan sekitarnya sudah sangat mengkhawatirkan. Di 2023 ini saja, ratusan ribu orang menderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) yang ditengarai karena menghirup udara tercemar. Pemerintah sepertinya tak hanya gagap menawarkan solusi, tapi juga saling silang pendapat tentang sumber polusi udara–apakah itu berasal dari asap kendaraan, asap PLTU batu bara, atau industri? Sejumlah negara lain sebenarnya telah berhasil menangani polusi dengan beralih ke energi yang lebih bersih. Masalahnya, apakah pemerintah kita ada kemauan politik untuk belajar dari pengalaman negara-negara tersebut dan menerapkannya di tanah air? Di episode ini, Lisa Siregar dan Setri Yasra ditemani Jerhemy Owen untuk berbincang soal polusi udara Jakarta. Owen adalah mahasiswa asal Indonesia yang sedang kuliah di Belanda dan sering membuat konten media sosial tentang isu lingkungan. - - - Kunjungi https://s.id/spesialmerdeka untuk mendapat diskon berlangganan Tempo Digital Premium selama setahun. Baca berbagai laporan mendalam majalah Tempo dan Koran Tempo dengan mengunduh aplikasi Tempo --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/apakatatempo/message
Editorial Tempo menyebut peristiwa di Stadion Kanjuruhan bukanlah “tragedi” melainkan “pembantaian”. Rentetan kelalaian prosedur dalam kejadian itu telah menewaskan 131 orang, termasuk 39 anak-anak. Tak ada yang merasa bertanggung jawab dan bersalah. Sebagaimana polisi, panitia pelaksana dan PSSI juga lepas tangan. Sungguh disayangkan, Presiden Joko Widodo juga menyederhanakan persoalan dengan menyebut masalahnya ada di tangga yang curam dan pintu yang terkunci. Lantas, seperti apa pertanggungjawaban dan perbaikan yang diperlukan dalam dunia sepak bola kita? Dengarkan obrolan Lisa Siregar dan Setri Yasra, yang kali ini ditemani oleh Rafli Arza dari podcast bola Umpan Tarik. - - - Baca berbagai laporan mendalam majalah Tempo dan Koran Tempo dengan mengunduh aplikasi Tempo. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
Keberadaan subsidi untuk BBM sudah seperti “benalu” dalam APBN kita. Padahal, mayoritas penikmat subsidi ini adalah masyarakat mampu. Anggaran untuk menyubsidi Pertalite dan solar telah melonjak dari target awal sekitar Rp 152 triliun menjadi 502 triliun. Angka ini tertinggi dalam sejarah. Dengan berkaca pada situasi ekonomi saat ini, apakah harga BBM memang perlu dinaikkan? Atau jangan-jangan masih mungkin memaksimalkan produksi minyak dalam negeri? Temukan jawabannya dalam obrolan Lisa Siregar dan Setri Yasra bersama Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan. - - - Baca berbagai laporan mendalam majalah Tempo dan Koran Tempo dengan mengunduh aplikasi Tempo. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
Film Indonesia "gitu-gitu aja"? Itulah salah satu topik yang dibahas dalam Apa Kata Tempo spesial akhir tahun. Selain itu, Lisa Siregar bersama Isma Savitri dan Adrian Jonathan Pasaribu akan berbincang mengenai laporan khusus Film Pilihan Tempo 2021, industri film Indonesia, hingga fenomena "spoiler" di media sosial. Jangan lewatkan juga rekomendasi film-film Indonesia yang patut diburu selama liburan tahun baru. --- **Film Pilihan Tempo: Penyalin Cahaya; Sutradara Pilihan Tempo: Wregas Bhanuteja (Penyalin Cahaya); Skenario Pilihan Tempo: Wregas Bhanuteja & Henricus Pria (Penyalin Cahaya); Aktor Pilihan Tempo: Khiva Iskak (Preman); Aktris Pilihan Tempo: Arawinda Kirana (Yuni); Aktor Pendukung Pilihan Tempo: Otig Pakis (Cinta Bete); Aktris Pendukung Pilihan Tempo: Putri Marino (Losmen Bu Broto). **Laporan khusus tentang Film Pilihan Tempo 2021 di majalah.tempo.co atau dengan mengunduh aplikasi Tempo. saran & kritik: podcast@tempo.co.id
Berkali-kali, Presiden Joko Widodo membuat pernyataan bahwa dirinya tidak berminat menjadi presiden hingga tiga periode. Namun setiap muncul wacana amendemen UUD 1945--guna pembahasan Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN)--isu mengenai perpanjangan masa jabatan presiden selalu menyertainya. Apa sebenarnya yang melatari hal tersebut? Lisa Siregar dan Setri Yasra berbincang dengan Direktur Pusat Studi Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Andalas, Feri Amsari, tentang mengapa rencana amendemen konstitusi untuk pembahasan PPHN sulit dilepaskan dari persoalan masa jabatan presiden dan kekhawatiran kembalinya rezim Orde Baru. -- **Cuplikan klip audio: Jokowi Soal Jabatan Presiden 3 Periode: Saya Tidak Ada Niat, Tidak juga Berminat.. © 2021 KOMPASTV **Laporan tentang munculnya dugaan skenario memperpanjang masa jabatan presiden bisa kamu baca di majalah.tempo.co atau dengan mengunduh aplikasi Tempo. **Untuk editorial “Dagang Sapi Tiga Periode” bisa di baca di link ini.
Selamat bergabung di Apa Kata Tempo season 2 bersama pemimpin redaksi majalah Tempo Setri Yasra dan dipandu oleh Lisa Siregar.
Lebih dari 80 episode sudah Arif Zulkifli (Azul) dan Lisa Siregar menemani kamu membahas berbagai topik pemberitaan dari dapur redaksi Tempo. Kini Azul harus pamit dari Apa Kata Tempo. Episode kali ini pun menandai akhir dari musim pertama. Kami merangkum lima episode teratas dengan jumlah pendengar terbanyak selama penayangan musim pertama--sejak akhir 2019. Kalau menurut kamu, episode mana yang terfavorit? Selain menanti jawaban kamu atas episode terfavorit, kami juga menantikan kritik dan saran kamu agar episode-episode selanjutnya jadi lebih seru. Kirimkan langsung komentarnya ke email podcast@tempo.co.id dengan subyek “Apa Kata Tempo”. Terima kasih sudah mendengarkan Apa Kata Tempo, nantikan kami kembali di musim kedua!
Setiap pemimpin akan melalui masa ‘bulan madu' dengan pendukungnya pada tahun-tahun pertama menjabat. Begitu janji-janji politiknya tidak kunjung terealisasi, tahun-tahun berikutnya akan terisi oleh kritik. Apalagi jika kebijakannya tidak berpihak pada kepentingan publik. Hal ini juga berlaku pada presiden Joko Widodo. Di satu tahun periode kedua pemerintahannya, Presiden Joko Widodo banyak ditempa kritik. Terkait pelemahan KPK, sengkarut penanganan pandemi COVID-19, kisruh omnibus law Cipta Kerja, hingga makin maraknya represi di ranah digital. Tempo mengambil peran untuk aktif mengkritik pemerintah. Hingga beberapa pihak beranggapan Tempo selalu ‘menyerang' pemerintahan Jokowi. Namun faktanya, berdasarkan arsip, Tempo selalu mengkritik pemerintahan apabila tidak sejalan dengan kepentingan publik -terlepas dari siapapun presidennya. Di episode 50 ini, Arif Zulkifli (Azul) dan Lisa Siregar ditemani oleh Robertus Robet, membedah sejumlah opini yang pernah diangkat Tempo saat mengkritik Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati, hingga Gus Dur. Selamat mendengarkan. Tautan arsip opini Tempo yang dibahas: Kapankah Gusdur Berhenti Terbang Jangan Perpanjang Darurat Militer Aceh SBY-JK, Duet atau Duel Rapor yang Tak Mengesankan Sumber klip audio: Jokowi Bantah Dinasti Politik, Akui Gibran dan Bobby Susah Cari Partai © 2020 KOMPASTV Harga Masker Mahal, Menkes: Salahmu Sendiri Kok Beli Ya © 2020 KOMPASTV Menkominfo: Kalau Menurut Pemerintah Hoaks, Ya Hoaks (Part 4) | Mata Najwa © 2020 Najwa Shihab Temu Wicara Presiden Soeharto pada Hari Anak Nasional di Istana 13-07-1994 © HM Soeharto
Beberapa hari terakhir, Tempo menyoroti ketidakompakan pemerintah pusat dan daerah, dalam menghadapi penyebaran Covid-19, yang belum ada tanda-tanda bakal menurun. Terutama soal keputusan Gubernur Anies yang kembali menerapkan PSBB. Ada yang menyambut keputusan ini, tapi ada juga yang keberatan. Dalam sejumlah laporan Tempo, disebut beberapa menteri keberatan atas kebijakan Gubernur Anies ini. Karena PSBB dilakukan saat pertumbuhan ekonomi mulai berbenah. Tak hanya menteri, salah satu orang terkaya di Indonesia juga menyurati langsung Presiden kalau PSBB tidaklah efektif. Dengarkan obrolan Arif Zulkifli bersama Lisa Siregar di episode terbaru ini. Baca juga laporan Koran Tempo soal PSBB Jilid II di koran.tempo.co
@adrianoqalbi ngobrolin kebebasan berbicara dengan Arief Zulkifli dan Lisa Siregar.
Pemerintah sudah sepatutnya kini hanya bersandar pada pertimbangan-pertimbangan medis dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pandemi Covid-19. Segala pertimbangan yang tidak ada kaitannya dengan medis, termasuk politik dan ekonomi, seharusnya disingkirkan terlebih dahulu. Hal ini semakin mendesak, apalagi banyak pihak meyakini bahwa angka resmi pemerintah soal jumlah kasus Covid-19 jauh di bawah situasi di lapangan. Sehingga pemerintah mesti memiliki kesiapan teknis dan infrastruktur medis dalam menghadapi perkiraan lonjakan jumlah pasien. Tanpa langkah-langkah terkoordinasi, sistem kesehatan nasional kita bisa ambruk. Jumlah rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya plus tenaga medis tidak akan mampu lagi menangani pasien. Dan jika itu terjadi, pasien-pasien pun tidak akan tertolong. Dengarkan obrolan lengkapnya bersama Lisa Siregar dan Arif Zulkifli. Jangan lewatkan juga 'curhat' para tenaga medis di berbagai daerah yang berjibaku menghadapi wabah corona dengan segala keterbatasan, hanya di episode ini (11:35).
Bagaimana editorial Tempo ditentukan? Apa landasan-landasan di balik opininya sehingga Tempo selalu yakin atas pemberitaannya? Kupas dalam episode ini bersama Kepala Pemberitaan Korporat Tempo, Arif Zulkifli dan dipandu Lisa Siregar.
Film-film Hollywood terlihat sedang berbenah diri. Seiring dengan kesuksesan “Black Panther’ dan “Crazy Rich Asians” di box office, aktor non kulit putih dan cerita di luar arus utama perlahan-lahan mulai mendapat tempat. Baru-baru ini, tokoh Ariel dalam “The Little Mermaid” dan agen 007 yang selama ini dipimpin oleh karakter fiktif bernama James Bond dikabarkan akan diganti oleh aktor perempuan berkulit hitam. Segala perubahan ini menimbulkan ragam perspektif dari banyak pengguna sosial media. Bagaimana pandangan Pangeran Siahaan, Lisa Siregar, Dinda S Paramitha, dan Dea Anugrah mengenai hal ini? Tonton #Artikulasi!
Kenapa sih orang Indonesia beragama? Karena diwajibkan ada di kolom KTP? Atau memang mereka punya alasan masing-masing untuk beragama? Kali ini, Artikulasi mendiskusikan kenapa Pangeran Siahaan, Lisa Siregar, Dinda S Paramitha, dan Dea Anugrah beragama. Apa argumentasi mereka ketika ditanya kenapa beragama? Simak #Artikulasi #Asumsi
In the last episode before the Lebaran break, Erin is joined in the studio again with Gentle Media and Asumsi’s Lisa Siregar. This week they host a very special guest, Human Rights Watch’s Indonesia researcher Andreas Harsono. Pak Andreas has spent years studying and monitoring Indonesia’s human rights situation and has just published his book Race, Islam and Power looking at political violence in post-Suharto Indonesia. He breaks down what happened last week and how the riots fit into Indonesia’s long history of violence.
Straight into it this week with a dramatic end to the pesta demokrasi. Hayat and Erin are joined by podcast producer and fellow journalist Lisa Siregar to take a look at the protests following the formal announcement of President Jokowi’s successful re-election. Lisa shares what she saw down on the frontlines while reporting for Asumsi and what it tells us about where Indonesia’s politics could be heading.
Timo Tjahjanto mengungkap banyak cerita di balik produksi film “The Night Comes For Us,” mulai dari kenapa film ini sempat tertunda hingga lima tahun, tantangan bikin film action di Indonesia, tebang pilih cast dan karakter di cerita, sampai kenapa ada adegan salib dibalik. Lalu, gimana sih seorang sutradara sekaliber Timo mendefinisikan sebuah “cinematic experience” setelah filmnya dibeli oleh Netflix? Simak episode terbaru Showbox bersama Lisa Siregar dan Angga Rulianto.
Jefri Nichol NANGIS?? Heh kok bisa? Apa yang Lisa Siregar tanya ya? Terus ternyata perjuangan Jefri untuk mencapai level seperti sekarang bukanlah hal yang mudah! Dengarkan perbincangan menawan nan ciamik Lisa bersama Jefri Nichol!