Pandangan Nanda merupakan podcast yang menyajikan pandangan terhadap dunia ini terkait pendidikan,bahasa, sastra, budaya, logika, filsafat, dan ilmu agama.
"Tak Apa" Ketika ku tanya mengapa Kau hanya menjawab tak apa Tapi sikapmu sebaliknya Menjebakku dalam tanya Aku paham, mungkin kau hanya ingin menjaga rasa Tapi bagaimana mau menjaga Jika rasa yang kau rasa Tak bisa aku rasa Seandainya saja aku cenayang Mungkin aku bisa paham, tanpa kau bilang Sayangnya, aku hanya sayang Mungkin itu tidak cukup Untuk memadamkan api sebelum menjadi arang #musikalisasipuisi #ibadahpuisi
Senandung Nelayan Angin yang kini letihbersujud di pelupuk ibulaut! apakah pada debur ombakmuterangkum sunyi ajalku? Oi, buih-buih zaman saling memburukali ini doaku lumpuhgagal mengusap tujuh penjurupada siapa 'kan kulepas napas cemburu? Jika sebutir air mata adalah permatatolong simpan di jantung telukmu! Dari bisik ke bisik perahu beringsut majujika nanti bulan datang menyingkap teka-tekimutak sia-sia kujilat luka purbatempat senyum menetasjadi iman dan layar.
Ibu, kalau aku merantau lalu datang musim kemarau sumur-sumur kering, dedaunan pun gugur bersama reranting hanya mata air airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir bila aku merantau sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku di hati ada mayang siwalan memutihkan sari-sari kerinduan lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar ibu adalah gua pertapaanku dan ibulah yang meletakkan aku di sini saat bunga kembang menyerbak bau sayang ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi aku mengangguk meskipun kurang mengerti bila kasihmu ibarat samudra, ibu sempit lautan teduh tempatku mandi, mencuci lumut pada diri tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan namamu ibu, yang kan kusebut paling dahulu lantaran aku tahu engkau ibu dan aku anakmu bila aku berlayar lalu datang angin sakal Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala sesekali datang padaku menyuruhku menulis langit biru dengan sajakku
Bibirku bersujud di bibirmu Oleh: Hasan Aspahan Wahai, pelayar malam, tiga kapal karam, masam dendam apa lagi yang kau pendam, sebelum semuanya tenggelam? Kita pun kehilangan ombak, pasir dan berabad rakaat, terlelap dalam perangkap, sekejap malam yang cacat. Tanpa sujud, bagaimana menyebut ini sebuah tahajud. Aduhai laut yang mengenal semua kapal, kau tahukah? Pada separuh luruh usia tubuh, ada sepertiga subuh yang tak pernah hendak menunggu jangkarmu berlabuh. Dan pada lipatan pantai sajadah yang tak lagi basah Tajam musimmu makin meranjau: aku kian kemarau Aku masih sabar menunggu, kau kirim tanda zikir-zikir, Semakin mendekat gemetar bibir, pada persujudan pasir, rukuk musafir, sampai mengerti isyarat ombak terakhir. Kau bertanya: hauskah? – Aku jawab: ya, beri aku air Kau bertanya: haruskah? – Aku minta: atau sebaiknya kau usir Siapa yang menangis di dermaga? Siapa menghangatkan laut dengan airmata? Siapa yang melambai di atas palka? Siapa yang menghentak kaki berlari ke surut samudera? Siapa mengarak riak jadi mahagelombang maharaksasa? Aku semakin tak sanggup. Dengar. Dendang itu semakin sayup: kenapa harus gelombang, gelombang, gelombang, gelombang, gelombang, gelombang, kenapa harus gelombang, gelombang, gelombang, gelombang, gelombang, gelombang, kenapa harus gelombang. Bibirku bersujud di bibirmu, lalu kita lafazkan zikir pasir. Bibirku bersujud di bibirmu, hampar mulut yang pesisir. Bibirku bersujud di bibirmu, pagut sebutir pungut sebutir. *** Puisi ini menceritakan Tsunami Aceh dan Konflik Aceh-RI. Semoga puisi ini dapat menghibur. Ayo kita jaga perdamaian Aceh. Ayo kita kawal MoU Helsinki dan UUPA. Aceh Beujaya, Aceh Beu Meucuhu lage Nyang ka ka.
Tapi• Dibaca oleh nandagibral aku bawakan bunga padamu tapi kau bilang masih aku bawakan resahku padamu tapi kau bilang hanya aku bawakan darahku padamu tapi kau bilang cuma aku bawakan mimpiku padamu tapi kau bilang meski aku bawakan dukaku padamu tapi kau bilang tapi aku bawakan mayatku padamu tapi kau bilang hampir aku bawakan arwahku padamu tapi kau bilang kalau tanpa apa aku datang padamu wah!
Ku mencintai putrimu, Pak Oleh: nandagibral Pak, putrimu kini telah tumbuh besar dia tumbuh menjadi gadis cantik memiliki senyuman manis yang mampu menawan hati siapa saja yang melihatnya Pak, terimakasih telah membesarkan putrimu dengan penuh kasih sayang sehingga dia tumbuh menjadi perempuan yang paling penyayang Hingga wajar saja, Saya sebagai lelaki normal jatuh cinta pada putrimu, pak Pak, ku mencintai putrimu Izinkan saya memiliki putrimu Saya berjanji padamu, pak akan membahagiakan putri kesayanganmu Sebagaimana kau membahagiakannya Banda Aceh, 14 Mei 2021
"Penanti" Karya: MIHP Paling tidak Aku pernah menggilaimu Diantara ribuan bahkan milyaran pasang mata di galaksi ini Menjadikanmu matahari tempat rinduku berotasi Hingga hanya namamu yang menggema di atas langit-langit doa Membuat malaikat sibuk memunguti semogaku untuk dihadapkan pada Tuhan Selepas pergimu, Aku hanya sibuk meramu doa terbaik untukmu Sebab rinduku telah kulucuti Lalu kumakamkan diatas pusara potret kenangan kita Ia tidak lagi menemaniku, Aku enggan menjadi pendosa ulung yang terus merinduimu Hanya Tuhan yang mampu menjawab pertanyaanku perihal pergimu Suatu saat akan ada utusan-Nya bernama waktu Aku percaya, Waktu adalah kendaraan yang tak pernah bisa dihentikan Mampu melukai juga mampu mengobati, mampu mengukir namun juga mampu menghapus Jika saat ini waktu menghampiri ku lalu menggoreskan luka Aku hanya perlu menepi sejenak Menunggu waktu kembali untuk mengobati Kemudian menghapus lukanya Mungkin aku bukanlah seseorang yang ahli bermain-main dengan penantian Tapi aku tahu, Untuk memenangkannya kita perlu bersabar Meskipun selama prosesnya Kita akan menemukan jalan yang berliku dan tidak sesuai dgn harapan Namun itu cara waktu untuk mengujiku Memang seperti itu kan? Jika ingin naik kelas Harus ada ujian yang mungkin melelahkan Ingin jd pintar Harus banyak belajar Ingin bisa brjalan harus banyak-banyak terjatuh Untukmu seseorang yang pernah senanda dalam satu janji Akan ada masanya, aku berhenti menggilai Dan tak terkulai dengan luka Ketika hari itu tiba Jika namamu kutasbihkan Aku akan biasa-biasa saja
Kita Terlena Kita begitu terlena niat Ramadhan ini Khatam Alquran, kini hanya tinggal angan Kita begitu lalai ingin menghidupkan malam namun malah tertidur pulas memeluk bantal Kita begitu abai teringin shalat Dhuha malah azan Zhuhur mulai terdengar Kita begitu cuai Cita-cita berzikir siang dan petang kita malah sibuk dengan urusan dunia Banda Aceh, 11 Mei 2021
Demi Masa Oleh: nandagibral Demi masa, waktu begitu terlena bergerak maju meliindas siapa yang lalai Demi masa, yang begitu fana denting jarumnya berdetak beraturan Membuat lalai orang terlena Demi masa, kita semua fana, Lalu kembali pada yang maha Baqa Demi masa dengan segala kefanaanya kita telah lalai dan lunglai waktu subuh terus berganti Dzuhur Lalu berubah ashar, hingga magrib menjadi Isya Namun yang dilakukan hanya kesiaan belaka Demi masa, waktu bukan saja seperti emas berharga tapi juga seperti pedang yang menebas siapa saja yang lalai Banda Aceh, 11 Mei 2021
Sebuah puisi yang ditulis oleh Hasan Aspahan. Dibaca ulang oleh nandagibral
Menjadi pernah pada akhirnya tetap punah Selamat untuk hatimu yang akan hidup di satu rumah Biarkan aku kembali berkencan dengan khayalan Bercerita tentang rencana setelah sah Petak bangunan, pagar di halaman, posisi jendela Letak pot bunga, motif sofa, tebal selimut, nama anak pertama Dan hal-hal yang hampir terjadi lainnya. Saat gaun pengantin sudah kauunggah Dan undangan pun tersebar untuk pesta meriah Maka perayaan lengkaplah sudah Cincinmu tersemat Jantungku terlumat.
Persia memiliki kebudayaan yang layak dikaji, salahsatunya puisi.
Suara Hati Aldebaran: Kemana Lagi Oleh: nandagibral Kemana lagi, harus kubawa benci dan dendam yang membuatku semakin tenggelam Kemana lagi, harus ku sembunyi, dari benci yang kian menghujam Kemana lagi, harus ku berlari Kau yang ku benci nyatanya semakin ku sayang Kemana lagi, Kemana lagi, Kemana lagi, seluruh sudut sudah ku rotasi kini ku lelah berlari lelah bersembunyi hingga aku semakin kelam lalu ku tenggelam, dan terjebak antara cinta dan dendam (Banda Aceh,22 Desember 2020)
Sebuah Puisi yang terinspirasi dari Sinetron Ikatan Cinta. Suara Hati Andin: 3 bulan berlalu oleh: nandagibral 3 bulan berlalu pernikahan kita kau tak pernah menyentuhku Katamu, "mudah saja ku melakukannya tanpa cinta" 3 bulan berlalu setelah akad kau masih belum mencintaiku Entah apa yang menghalangimu hingga enggan mencintaiku 3 bulan berlalu sebelum usai kau masih saja diam membisu tanpa noleh, tanpa rasa, tanpa kata-kata (Banda Aceh, 20 Desember 2020) @mncp.ikatancinta_rcti @mnc_pictures
Hukum Newton 3 dalam bahasa Rindu. F aksi= R reaksi (Rindumu adalah rinduku)
Sebuah Puisi yang dibaca oleh nandagibral. Puisi ini merupakan karya Kim Kataba
Ada Rindu Untukmu merupakan tembang lagu lawas yang dipopulerkan oleh Pance Pondang. Kini dipuisikan kembali oleh nanda
Rindu itu berat, sayup-sayup suaranya rintih menghanyutkan jiwa. Mungkin ini yang Joko Pinurbo jelaskan dalam puisinya. Puisi ini dibacakan oleh nanda atau akrap disapa kang Dilan atau bang Gibral.
Selamat mendengarkan bagi yang terasa asing padahal pernah saling
Menjelaskan syarat-syarat mengenal Allah SWT dan hukum-hukum akal yang wajib kita ketahui sebagai mukmin Islam
Dalam percakapan ini menjelaskan kalimat dalam bentuk sedang (fi'il Mudhori)
Chairil Anwar atau dikenal sebagai si binatang jalang. Penyair asal Indonesia yang melegenda.
Ternyata puisi mencintai mu dengan sederhana ternyata gak sesederhana itu
Bagaimana yang dimaksud dengan filsafat menurut Rocky Gerung? Apakah benar bahwa perempuan lemah dalam berpikir? Penasaran, ayo simak di podcast ini.
Membahas tentang takdir, apa yang baik bagi Allah maka itu yang terbaik buat kita.
Corona adalah makhluk Allah, maka sudah sepantasnya kita memohon pada Allah untuk selamat dari CORONA. Dengan pandemi ini menunjukkan betapa lemahnya manusia tanpa sang yang Maha Kuasa. Lalu apa yang hendak di sombongkan
Sebuah Puisi: Zaman Terkutuk-Em Yasin Arief oleh Nandagibral
Pada Suatu Hari Nanti-Sapardi Djoko Darmono oleh Nandagibral
Membedakan puasa Syariat dan Puasa Hakikat
Cerdasnya Orang Beriman adalah ia yang mampu mengolah hidup yang sesaat untuk hidup yang panjang
Menjelaskan tipe-tipe orang berpuasa menurut Imam Al-Ghazali