Sudut Pandang merupakan hasil dari pemrosesan informasi terkait dinamika manusia beserta masalahnya yang pernah terjadi ada di masa lalu atau yang mungkin akan datang dimasa depan. Podcast ini biasanya diawali dengan membahas fenomena yang terjadi disekitar kita sampai ditengah proses bermonolog dan…
When you get down, have you ever asking to the universe why You are the one who suffer? and have you ask the same questions when you are in the top of the wheels?
/ta·mak/ selalu ingin beroleh banyak untuk diri sendiri, sebuah akibat dari inferioritas yang dipupuk. See acast.com/privacy for privacy and opt-out information.
"Belong. Apa bahasa indonesia yg tepat untuk feel belonging? Entahla, tapi rasanya menyenangkan. Semoga kita pernah punya kesempatan megenal belongingness" See acast.com/privacy for privacy and opt-out information.
Ternyata berkomunikasi gk semudah itu, atau kita yang gk pernah belajar? atau cara berkomunikasi yang udah gk sama lagi? entahlah... See acast.com/privacy for privacy and opt-out information.
Kadang progres yg kita butuh dari terbiasa mundur atau lari karna takut jadi diam ditempat meski harus disanggah. See acast.com/privacy for privacy and opt-out information.
kenapa kalau udah ada kata "mau" semuanya dikerahkan biar sampai ke tujuan? See acast.com/privacy for privacy and opt-out information.
Banyak bertanya dengan diri sendiri siapa tau jawaban bulan lalu berbeda dengan hari ini. See acast.com/privacy for privacy and opt-out information.
Sering kita gak menyadari gimana diri sendiri berproses dalam menyelesaikan sesuatu, mungkin mencatat track record kita lebih penting dari mencatat resolusi. See acast.com/privacy for privacy and opt-out information.
Membandingkan diri kita hari ini sama hari kemarin mungkin gak ada perubahan. Tapi membandingkan diri kita saat ini dan waktu kecil mungkin bisa mengingatkan kalau kita tumbuh dengan baik.
Karena apapun yang kita pernah alami gak akan pernah dilalui orang lain.
Banyak hal yang kita gak tau dari bagaimana badan dan otak kita bekerja. Terkadang lebih baik mempercayai tubuh dan seluruh sistem di badan kita untuk memproses hal-hal yang ternyata secara sadar kita gak mampu untuk memprosesnya.
Seringkali makin kesini makin susah untuk memahami orang yang dekat dengan kita dibandingkan memahami orang lain. Mungkin karena ekspektasi, asumsi, dan memori yang udah terbentuk membuat kita jadi sulit untuk melihat dari sudut pandang lain
Coba mulai dari mengerjakan suatu hal yang gak butuh alasan untuk memulai, sebelum mengejar pekerjaan yang punya beribu alasan untuk dicapai.
Memaksakan diri untuk mengetahui sesuatu atau tau sesuatu yang diluar kemampuan kita untuk memproses informasi itu, nyatanya cuman menyusahkan diri sendiri.
Ketika diberi kesempatan untuk memilih orang lain menjadi diri kita, would you choose yourself? Kadang ekspektasi untuk diri sendiri terlalu berat dipinggul apalagi kalau tidak diimbangi dengan self-love selama proses berusaha menjadi orang yang kita ekspektasikan. So, would you choose you?
Turut berdukacita atas segala kehilangan yang kita alami, kehilangan orang-orang terdekat, kehilangan sumber penghidupan, kehilangan alasan, kehilangan diri sendiri, atau kehilangan hal lainnya. Tidak apa kan untuk sejenak berduka bersama?
Ternyata sekuat apapun tekanan dan dorongan eksternal yang bisa membuat kita maju atau jatuh tidak akan punya jalan untuk menjadikan diri menjadi utuh. Bersama CEO Global Millennial Group, Muflih Dwi Fikri, episode ini menjadi sebuah diskusi dan evaluasi.
Memilih mengambil alih lagi hidup yang berapa saat dikontrol oleh keadaan, menoleransi konsekuensi yang akan selalu menjadi kausalitas dari sebuah pilihan.
Terkadang kita terlalu menghayati masa lalu sampai membuat memori yang bahagia jadi terkontaminasi karna tau bahwa kita tidak akan pernah bisa kembali.
Ternyata kita gak pernah ditinggal sendiri sama semesta di keadaan sulit, tanpa modal yang cukup untuk bertahan dan berjuang. Tapi sering kali modalnya cukup abstrak dan butuh kepekaan dari diri sendiri untuk paham pesan dari semesta.
"Membersamai Project" --> bit.ly/membersamai Anggap semua kondisi sekarang adalah trial menjadi manusia modern dimasa depan, dimana semua serba bergantung dengan teknologi dan dimudahkan dengan teknologi. Apa kita sudah siap secara mental? Apa nanti ketika semua menjadi efisien dan kita punya andil banyak atas 24 jam waktu yang ada, bisakah kita manfaatkan dan nikmati?
Mungkin lo main kurang jauh, jadi gak bisa memahami orang lain dan bikin asumsi kalau semua hal bisa dilakukan dengan cara yang sama. Coba main lebih jauh, biar bisa tau gimana cara berkomunikasi di masing-masing situasi yang berbeda. Kalo main lebih jauh, lo mungkin bisa ngebantu mempersempit gap antar kelas sosial. Kalo lo main lebih jauh.
Sering kali kita belum selesai dengan diri sendiri, sampai akhirnya tanpa sadar menjadikan orang lain sebagai korban.
Nyatanya beberapa skill yang jarang diakui dan sering kali dilihat dari sudut pandang negatif justru membawa peruntungan di dunia yang cukup memaksa seseorang untuk menjadi oportunis. Oportunis, bukan egois atau destruktif.
Ada satu peran yang ingin diraih dan terus diusahakan agar dapat dimainkan dengan sempurna. Tapi banyak peran lain yang ditujukan untuk dimainkan tanpa butuh persetujuan dari diri sendiri. Sayangnya seringkali tidak disadari lalu dimainkan seadanya. Entah apa yang semesta mau tapi semestalah yang tau. Yang kita tau, pemeran utamanya adalah kita.
Terkadang hidup memosisikan kita pada kondisi tertekan dan memaksa untuk bertahan. Bertahan selalu melelahkan tapi tidak selalu tidak menyenangkan. Maka, bertahanlah.
Memaafkan memang harus sulit. Kalau tidak sulit, kita tidak akan berusaha untuk tidak menyakiti orang lain. Kalau tidak sulit kita tidak akan mencoba untuk memahami situasi yang terjadi. Kalau tidak sulit, kita gak akan berusaha untuk memaafkan siapapun termasuk diri kita sendiri. Memaafkan memang harus sulit, biar kita dapet belajaran yang lebih banyak.
Kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan manusia zaman ini didapatkan bukan dari hasil pemikirkan, namun dari perilaku dan percobaan. Dengan langkah pertama yang pasti salah. Tapi semakin cepat salah semakin cepat tau apa yang harus diubah. Semakin cepat salah semakin cepat bertemu dengan diri kita yang sesungguhnya.
Sudah cemas kah hari ini? mencemaskan banyak hal yang mungkin terjadi pada diri sendiri. Terkadang manusia hanya berpusat pada pribadi serta untung dan rugi. Tanpa ingat hidup di dunia tidak sendiri. Entah mengapa, rasanya empati kini berubah menjadi ladang peluang membesarkan diri. Sampai mulai terasa dampaknya menggerogoti negri.
Manusia sering banget inget kalo hidup cuman sekali, jadi banyak banget hal-hal yang mau dilakuin. Tapi kita juga sering banget lupa kalo mati juga cuman sekali, jadi harusnya bisa milah dan milih lagi hal yang harus dilakuin dan dituntasin. Karna gak ada yang tau waktu kita berapa lama lagi.
Karena hidup gak akan pernah lebih mudah, tapi semua manusia selalu punya pilihan untuk lari atau bertahan. ps: sorry for the bad audio on last fifteen minutes
Berbohong merupakan hal yang manusiawi, namun berbohong tidak akan pernah bisa dibenarkan. Apalagi membohongi diri sendiri entah apapun alasannya. Untuk kalian yang sudah lelah berbohong, hadapilah kejujuran.
Tujuh miliar manusia hidup di planet Bumi, namun untuk menatap mata orang yang baru dikenal terasa canggung, ketika berjubel terpepet dalam kereta lebih memilih berdialog dalam hati ditemani headset dan masker penutup mulut. Sudut Pandang kali ini ditemani Podcast Petjah dan Podcast Sebelum Tidur.
Dua podcast yang sempat tertunda untuk di upload. Pertanyaan besar kali ini adalah: apakah sistem menghilangkan rasa ketertarikan manusia sehingga banyak orang dewasa tidak lagi memiliki mimpi? dan apa kalian masih tau mimpi kalian apa saat ini? saya rasa, saya tersesat dalam sistem.
Apa kita bisa bertahan di perubahan yang massive ini? Obrolan (semoga) bermanfaat dari inovasi sampai keluarga bersama mas Mantjah.
Semua orang pasti pernah merasa tertinggal dan tidak berarti, merasa tidak dipedulikan, dan paling bodoh. Semoga segmen ini membuka sudut pandang kalian, bahwa kalian tidak sendiri. music by Calm
Sudut padang manusia-manusia terhadap kesempatan yang datang silir berganti, seperti halnya sempat yang menjadi sempit.