Turotsuna

Hakikat sesuatu itu pasti. Jika tidak pasti maka akan melahirkan relativitas. Sedangkan sesuatu yang relatif itu tak menjawab kebutuhan manusia yang butuh kepastian. Terlebih kepastian untuk masa depannya.

Karya-karya ulama klasik selalu penuh akan hikmah. Penggunaan diksi selalu terpikirkan dengan apik dan terkandung makna yang dalam. Kedalaman makna diksi tertulis dimulai dari mukadimah sampai akhir karya. Mukadimah sebagai asas satu karya, haruslah berisi bahasan yang memancing pembaca agar tertarik pada karya tersebut dengan membahas sedikit tentang isi dan penuh akan istilah-istilah kunci.

Era media sosial mengakibatkan privasi tak lagi ada. Semuanya menjadi panggung. Bahkan uniknya, kesempatan untuk menjadi artis begitu terbuka lebar. Hal ini juga dialami masyarakat muslim dan akhirnya lahirlah influencer yang menyampaikan pesan dakwah. Hal ini sangat positif dan perlu berkembang guna melahirkan generasi yang semangat akan Islam. Hanya saja perlu ada beberapa catatan agar generasi selanjutnya tak hanya melihat paras dan follower saja. Bagaimana caranya? Saksikanlah!

Belakangan ini, isu terorisme mencuat kembali. Peristiwa pengeboman dan penembakan menjadi corak kental akan aksi teror yang terjadi di Indonesia ini. Dengan terjadinya aksi teror tersebut, perdebatan dikalangan intelektualpun terjadi. Apakah terorisme memiliki agama? Jika tidak maka adanya aksi teror ini harus dikaitkan dengan apa? Jika iya benarkah berkaitan? Mari kita jawab di podcast ini.

Salah satu ciri khas metode pengajaran Islam adalah dengan membangun madrasah dan madzhab. Setiap elemen dari Islam berupa: Aqidah, Syariah dan Akhlaq masing-masing memeliki madrasah yang berusaha menciptakan kaidah dan istilah-istilah khusus untuk memahami hakikat elemen tersebut. Dalam ranah akhlaq, ilmu yang membahas tentang hal tersebut adalah ilmu tasawuf. Metode dan istilah yang digunakan oleh ulama tasawuf untuk mengantarkan pengikutnya menuju derajat ihsan sangat berbeda-beda. Dan berbagai macam metode tersebut juga masih mengundang kontroversi dengan diadakannya dzikir-dzikir yang cenderung asing di telinga kita. Lalu bagaimana kita menghukumi tasawuf? Disini kita tidak akan menghukuminya terlebih dahulu, saya akan mengajak kepada perluasan khazanah dan wawasan mengenai tasawuf. Karena kita tak akan bisa menghukuminya sebelum berkenalan dan kesimpulannya kembali kepada diri kita masing-masing. Berkaca dengan menariknya bahasan ini maka Turotsuna mencoba untuk mengajak kawan-kawan untuk berkenalan dengan tasawuf. Meski penuh kontroversi tetapi cukup banyak ulama dari kaum muslimin yang meyakininya. Sebagai adab sesama saudara muslim mari kita coba berkenelan dengannya.

Di era modern ini, pandangan masyarakat terhadap fiqh cukup baik. Kesadaran akan kezhanniahan fiqh dan tasamuh terhadap ikhtilaf semakin terpandang lebar. Sayangnya, hal tersebut tidak dibarengi dengan perasaan sakral ilmu Fiqh. Ilmu Fiqh dianggap sebagai ilmu yang dianggap tidak mengindikasikan kebenaran mutlak karena 1 pendapat tidak lebih baik ketimbang pendapat yg lain. Apakah benar seperti itu? Bagaimana memandang Fiqh secara benar? Saksikan Turotsuna Edisi 1 Januari 2021.

Dalam beberapa karyanya, Al-Ghazali membagi ilmu menjadi beberapa bagian. Singkatnya ilmu dibagi menjadi 2: Ilmu Syar'I dan non Syar'i. Dalam al-Mustashfa, Al-Ghazali membagi ilmu menjadi 3: Murni Aqal (non-Syar'i), Murni syariat dan gabungan ilm aqal dan syariat. Menariknya saat beliau menjelaskan tentang ilmu murni aqal beliau justru mengkritik ilmu tersebut dan enggan merekomendasikan mempelahari ilmu tersebut. Lalu apakah demikian? Apa maksud dari perkataan Al-Ghazali tersebut? Maka anda bisa temukan dalam Podcast ini.

Al-Qur'an tidak hanya dilihat dari isi yang terkandung di dalamnya. Dari lafadz yang tertera dalamnya didapati kaidah-kaidah yang mengatur sehingga Al-Qur'an dapat dibaca dengan benar. Tajwid merupakan ilmu yang wajib dipelajari bahkan harus dimulai dari kecil. Karena dengan mempelajari tajwid ini maka seseorang mampu merangkul Al-Qur'an secara utuh.

Kalimat dalam bahasa Arab bisa diawali dengan Fi'il dan bisa pula diawali dengan Isim. Setiap dari kalimat ini memiliki rukun yang harus terdapat dalam kalimat tersebut. Jumlah Fi'iliyyah adalah kalimat yang diawali dengan Fi'il serta memiliki rukun yaitu Fi'il dan Fa'il. Untuk lengkapnya bisa kita dapati dalam episode ini.

Islam memberikan perhatian lebih kepada manusia yang hidup dan yang sudah mati. Hak seseorang yang meninggal merupakan amanah besar dan harus segera ditunaikan. Salah satu hak seorang yang meninggal adalah harta, dan Islam memberikan rambu-rambu bagaimana mengatur harta peninggalan orang yang meninggal dengan adanya ilmu Faraidh. Ilmu Faraidh adalah ilmu yang sangat mulia. Buktinya, Allah merincikan permasalahan pembagian waris dalam Al-Qur'an yang tak dirincikan pada ibadah lain bahkan sholat sekalipun. Artinya, ilmu ini memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah.

Kalimat yang sempurna tak melulu terdiri dari fi'il dan isim. Tetapi 2 isim drngan rincian satu menjadi topi utama kalimat dan yang kedua menjadi penjelas maka kedua isim tersebut sudah menjadi kalimat yang sempurna. Mubtada' sebagai Isim pertama merupakan topik utama yang dibahas dalam kalimat yang terdiri dari 2 isim tersebut. Adapun khobar adalah penjelas dari mubtada'. Maka kesatuan dua isim tersebut bisa kita kenali dengan contoh-contoh yang terdapat dalam episode ini. Selamat menonton.

Dalam studi Bahasa Arab, tak semua perbuatan membutuhkan objek. Contoh: جلس محمد (Muhammad telah duduk), kalimat diatas sudah sempurna meski tak membutuhkan objek. Maka objek dalam kalimat diatas menjadi pelengkap bukan rukun dari kalimat. Melihat keunikan konsep objek ini maka memahaminya menjadi wajib dan perlu kepiawaian khusus untuk menentukannya. Apalagi jika kita dapati satu kalimat yang tak tertulis harokatnya.

Sebagai satu disiplin ilmu Islam, Sirah Nabawiyah bisa dikata salah satu ilmu yang sifatnya aplikatif dan sudah terbukti sukses. Perjalanan hidup Nabi yang dipenuhi makna dan peristiwa menjadi sumber rujukan manusia dalam menyelesaikan problematika kehidupan dunianya. Konteks yang berbeda tak berarti esensi berbeda pula, sebuah kaidah kehidupan dapat diterapkan meski konteks berbeda. Dan esensi dari kehidupan manusia dapat tercermin dari sirah nabawiyah. Itu mengapa menjadikannya sebagai rujukan utama kehidupan secara utuh adalah keputusan apik nan tepat.

Setiap Fi'il (kata kerja) mengharuskan adanya Fa'il (Subjek). Pembahasan Fa'il ini menjadi penting mengingat subjek merupakan inti dari terjadinya suatu pekerjaan. Tanpa Subjek maka sebuah kata kerja tak berarti. Itu mengapa subjek menandakan satu entitas tersendiri yang didalamnya ada sebuah nama-nama yang agung maupun yang buruk dengan dinilai dari peebuatannya.

Maqashid syariah sebagai inti terdalam dari syariat Islam mengharuskan pegiatnya menguasai seluruh kerangka hukum Islam. Dalam perjalanannya, maqashid syariah bukan hanya digeluti oleh para pakar hukum Islam. Hukama atau yang biasa diidentikkan dengan filsuf muslim ikut meramaikan khazanah maqashid syariah sebelum lahirnya Imam asy-Syatibi dalam kitabnya at-Ta'rif fi asrar at-taklif yang mengkodofikasi ilmu maqashid sehingga bisa kita pelajari secara tersendiri.

Tafsir merupakan madah yang paling sering diracuni oleh para orientalis dengan dalih relativisme dan desakralisasi. Hermeneutika dijadikan kaidah tafsir Alquran dan menjadikan konteks sebagai kiblat utama sehingga menghasilkan penafsiran sesat dan menyesatkan. Solusi pertama dalam menangkal pemahaman sesat ini bisa dimulai dengan memahami hakikat tafsir dan kesakralan sumber serta kepakaran para mufassir. Pengetahuan akan hal tersebut dimulai dari pengetahuan akan mabadi asyarah ilmu Tafsir.

Salah satu pembahasan yang paling banyak dan cukup sulit dalam bab kata Bahasa Arab adalah Fi'il. Bentuk keunikan pembahasan Fi'il dengan adanya pelajaran khusus yang membahas bab ini yaitu Ilmu Sharaf. Selain ilmu Sharaf, Nahwupun juga ikut membahas hal ini karena luasnya cakupan yang dikaji dalam bab Fi'il. Fi'il tak hanya bermakna kata kerja saja, sesungguhnya iapun memiliki ikatan waktu. Sehingga, saat seseorang menggambarkan perbuatan orang dengan Bahasa Arab maka iapun juga harus memperhatikan waktu pelaksanaan orang yang digambarkan.

Sekularisme kerap dibahas oleh cendekiawan muslim mengingat konsep ini banyak diamini banyak orang tanpa sadar. Salah seorang ulama yang kontemporer yang ikut andil dalam mengupas konsep sekularisme adalah Syaikh Yusuf al-Qaradhawi dalam karyanya 'Islam wa al-Ilmaniyyah wajhan li wajhin'. Syaikh Yusuf al-Qaradhawi mengkritisi konsep sekularisme dari sisi terjemahan kata tersebut kedalam Bahasa Arab 'Ilmaniyyah' dan akibat yang terjadi pada masyarakat Muslim jika konsep ini melekat pada diri umat.

Kemuliaan Islam adalah mengatur unsur dalam dan luar diri manusia. Menariknya, kedua unsur tersebut memiliki ilmu sendiri. Unsur dalam diri manusia diatur dengan Ilmu Aqidah sedangkan unsur luar diatur dengan Ilmu Fiqh. Ilmu Fiqh paling rinci dibahas dalam studi Islam, maka tak heran jika ada yang mengatakan bahwa Peradaban Islam adalah 'Peradaban Fiqh', sebagaimana Yunani disebut sebagai 'Peradaban Filsafat'. Rincinya pembahasan dalam Ilmu Fiqh tentu harus didasari dengan pemahaman global tentang Ilmu Fiqh.

Kalimat dalam setiap bahasa pasti tersusun dari beberapa kata. Dalam Bahasa Arab, kata dibagi menjadi 3: Isim (kata benda), Fi'il (kata kerja), dan Huruf (kata yang tak dapat dipahami kecuali bersambung dengan kata lain). Ketiga kata ini merupakan kerangka awal dalam memahami Bahasa Arab. Seseorang yang mampu membedakan mana Isim, Fi'il dan Huruf maka ia sudah berbekal dengan bekal yang mengenyangkan. Bermula dari pemahaman ke 3 kata diatas, maka kita sudah melangkah ketahapan yang lebih tinggi. Karena setiap teks dan ungkapan dalam bahasa, mustahil terlepas dari 3 kata diatas.

Fiqh dan Ushul Fiqh ibarat saudara kembar yang tak bisa dipisahkan. Uniknya, di dalam beberapa kitab Ushul Fiqh dibahas tentang mana yang harus dipelajari terlebih dahulu, apakah Ushul Fiqh atau Fiqh. Hal ini menjadi menarik untuk dibahas guna memberikan gambaran bagi setiap pelajar untuk memulai langkahnya dalam mempelajari ilmu hukum Islam.

Sebagai masdar kedua dalam syariat Islam. Hadist Nabi memiliki porsi besar dalam bidang ilmu syar'i. Salah satu pembahasan yang fikaji dalam ilmu Hadist adalah ilmu Mustholah Hadist. Ilmu yang dibukukan pertamakali oleh Imam ar-Ramahurmuzy dalam kitabnya 'al-Muhaddits al-Fashil bayna ar-Rawi wa al-Wa'i' menjadi penting untuk dibahas karena dengannyalah kita dapat mengetahui hadist yang sahih, hasan atau dha'if.

Kalimat yang sempurna dalam Bahasa Arab adalah kalimat yang memberikan pemahaman utuh bagi pendengar. Unsur yang harus diperhatikan dalam memahami kalimat Bahasa Arab adalah: 1. Kalimat tersebut minimal terdiri dari 2 kata. 2. Tidak memancing pendengar untuk mempertanyakan maksud dari kalimat tersebut. Jika 2 unsur kalimat diatas sudah terpenuhi maka sempurnalah kalimat tersebut. Dan kalimat sempurna itu dinamakan Jumlah Mufidah. Mengetahui unsur kalimat ini menjadi penting agar penulis atau penutur rapih dalam menyusun kalimat dan memberikan pemahaman utuh bagi pendengar.

Pada Juli 1983, Syaikh Yusuf al-Qaradhawi menyampaikan pandangannya tentang Ijtihd pada al-Multaqo al-Fikr al-Islami di Aljazair. Naskah presentasinya dibukukan dengan judul "Al-Ijtihad fi asy-Syariah al-Islamiyyah". Yang menarik dari karya ini, beliau membahas hubungan jihad dan ijtihad, seakan beliau ingin berkata bahwa keduanya tak bisa dipisahkan. Sayangnya sebagian orang mencoba untuk memisahkan 2 hal tersebut. Hal itu yang akhirnya menjadikan umat Islam berpecah dan timpang dalam bersikap. Harmonisasi antar keduanya merupakan kewajiban seorang muslim terutama bagi kalangan aktivis dan cendekiawan. Guna mengokohkan semangat dan kesatuan umat.

Sebagai kewajiban paling utama, Awidah dikaji denhan begitu luas oleh para ulama hingga detik ini. Peran Aqidah tak pernah padam meski diserang oleh musuh musuh Islam. Itulah mengapa umat Islah harus memeras otak dan tenaga untuk menjaga kemurnian Aqidah Islam. Sebagai langkah awal dalam memahami Aqidah maka seorang muslim wajib mengetahui Mabadi' Asyarah Ilmu Aqidah. Sehingga, pemahaman yang dibangun akan kokoh karena mengetahui pokok-pokok pembahasan Ilmu Aqidah.

Dalam sejarahnya, Ilmu Nahwu berperan besar dalam menyelamatkan bangsa Arab yang mulai terkikis kefasihannya. Peran ilmu Nahwu juga mengajarkan masyarakat Non Arab agar mengenal dan fasih dalam berbahasa Arab. Selain menjaga kemurnian bahasa Arab, Nahwu diciptakan agar seorang tidak keliru dalam memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dalam sejarahnya, Nahwu mengalami perkembangan berupa kodifikasi dan pengaturan bab-babnya guna memudahkan para pelajar untuk memahami isi yang terkandung didalamnya.

Dalam studi Islam memiliki berbagai permasalahan yang dibahas. Dan dari permasalahan tersebut, ada yang disepakati oleh para ulama dam ada pula yang diperselisihkan. Permasalahan yang disepakatipun terkadang menggunakan pendekatan yang berbeda. Untuk itu, mengkaji tata pikir para ulama menjadi penting supaya wawasan dan daya analitik kita berkembang serta memiliki ketajaman yang tinggi.

Sebagai pintu masuk suatu ilmu, al-Mabadi' al-Asyarah sering dilupakan sebagian pelajar sehingga mereka mengalami kebingungan saat memasuki pokok bahasan ilmu yang mereka pelajari. Kaidah yang sudah dirumuskan sekitar abad ke 8 ini merupakan tema penting yang harus dipahami setiap pelajar/penggiat studi tertentu, agar tak mengalami misinterpretasi saat mempelajari ilmu yang ia minati.

Seperti halnya buku, Ilmupun membutuhkan mukadimah guna memberikan pemanasan kepada jiwa agar mudah menyerap isi dari ilmu yang akan diterima. Begitupula ilmu Nahwu, sebagai salah satu cabang ilmu Bahasa Arab ia harus memiliki gambaran global dan materi sederhana yang memancing seseorang untuk menyelami lautannya. Mukadimah yang sederhana ini bisa dijadikan langkah awal untuk mengkaji ilmu Nahwu bagi para pemula agar kaidah-kaidah dasar yang akan dipelajari bisa dipahami secara utuh.