I love reading and I love doing it loudly. Yep, I'm a loud reader. That's why I made this podcast. Dedicated to people who claim that they do love reading, only too busy and lazy to do it themselves. So, I'm reading it for you, Pals. You're welcome
Mahmoud Darwish adalah salah satu penyair maestro dari Palestina.
Sebuah cerita sederhana tentang kerinduan dan kepulangan.
Tahun 70an, ketika perang sudah tidak lagi mendera Indonesia, sisa semangat perjuangan yang masih menggebu disalurkan oleh segenap rakyat Indonesia dari berbagai elemen dengan bermain Drum Band. Maka, pada masa itu, olah raga sekaligus kesenian ini menjadi tren yang luar biasa marak di mana-mana hingga dikompetisikan. Tak hanya meramaikan acara besar kenegaraan, bukan pula hanya para militer atau kalangan akademik, bahkan kalangan partai pun ikut bermain drum band. Pada gilirannya, olah raga sekaligus kesenian ini, dapat dimanfaatkan pula untuk menarik simpati dan menyebarkan paham juga pemikiran tertentu kepada publik terutama politik.
Ketika rambut telah memutih, mata telah rabun dan tubuh semakin ringkih, segala macam fase hidup telah terlewati, maka apakah yang lebih pasti dari kematian?
Sebuah cerpen lawas yang menggambarkan betapa kehidupan yang melarat dapat juga memelaratkan akhlak.
Sebuah coretan kasar sang penulis tentang kisah Soekram dan karakter-karakter yang terlibat di dalamnya. Latar belakang tempat dan waktu juga konflik.
Saatnya membacakan novel lagi. Kali ini, saya memilih Trilogi Soekram karya almarhum Eyang Sapardi Djoko Damono. Novel ini berkisah tentang Soekram, seorang tokoh fiksi yang ditinggal mati penulisnya. Padahal, kisahnya belum lagi rampung. Maka, Soekram protes dan menuntut kepada "Saudara", disinyalir merupakan kerabat atau sahabat almarhum penulis, untuk menyelesaikan kisahnya.
Tuan Samodra pening kepalanya ketika sang putri dan ketiga cucunya pulang dengan air mata. Rumah tangganya di ujung tanduk sebab sang menantu diduga kuat main gila dengan sekretarisnya. Ia merasa permasalahan itu terjadi akibat campur tangannya dulu atas karir sang menantu. Namun, istrinya diam-diam mempunyai sebuah solusi untuk putri kesayangan mereka.
Masih cerpen dari tahun '70-an dan sama-sama memiliki plot twist ganda di akhir cerita seperti dua cerpen sebelumnya. Cerpen ini berkisah tentang seorang wanita tua yang kesepian dan mendamba seseorang untuk dicinta.
Cerpen ini ditulis tahun 70-an oleh Suparto Brata. Beliau disebut sebagai Begawan Sastra Jawa karena dedikasinya menulis berbagai karya sastra dalam bahasa Jawa. Meskipun begitu, ada beberapa karyanya yang berbahasa Indonesia. Cerpen ini mengisahkan kepada kita sekilas kondisi sosial ekonomi masyarakat di Jawa pada masa itu.
Seorang pria paruh baya untuk pertama kalinya merasakan jatuh cinta. Karena sudah tua, ia merasa malu dan berusaha menyembunyikan perasaannya. Suatu hari, ia hendak menemui lagi kekasih hatinya. Namun, ternyata sang kekasih tidak bisa datang.
Cerpen ini adalah persembahan untuk para guru Indonesia yang tulus berjuang mencerdaskan bangsa dan rela berkorban apapun demi menjaga integritasnya. Sekalipun telat seminggu, tapi Selamat Hari Guru Nasional.
Ini cerpen terakhir dari rangkaian cerpen asal Korea Utara yang saya bacakan di sini. Berkisah tentang kematian Pemimpin Besar Korea Utara, Jenderal Kim Il Sung pada tahun 1994. Kematian sang pendiri negara yang teramat dicintai oleh segenap rakyatnya itu sangatlah mendadak. Ia meninggal karena serangan jantung dan stroke. Meskipun sebenarnya, usianya memang sudah tua dan ia sudah lama mengidap diabetes dan sakit jantung. Berita kematiannya disebarkan melalui radio-radio nasional setelah sebelumnya disembunyikan selama 34 jam berdasarkan kepercayaan Konghucu untuk memberikan waktu berduka bagi keluarga. Seantero negeri amat berduka bahkan tidak dapat memercayainya. Bun Nyo, seorang nenek penjaga bendungan sekaligus penanam bunga adalah salah satu yang bahkan menolak mentah-mentah kabar itu. Baginya Kim Il Sung seperti Dewa yang akan selalu menjaganya dan tidak mungkin dapat meninggal. Demi membuktikan keyakinannya, ia berjalan kaki ke Pyongyang untuk menemui sang pemimpin langsung. Kim Jong Il, putra sekaligus penerus Kim Il Sung menetapkan masa berkabung selama 10 hari 10 malam.
Another story from North Korea. Cerpen ini berkisah tentang seorang pria yang berupaya mengurus perjodohan adik iparnya atas permintaan sang istri. Ditempuhnya perjalanan yang jauh dan sulit ke desa terpencil di kaki gunung, tempat dimana keluarga istrinya tinggal. Namun sesampainya di sana, ia mendapati kenyataan bahwa semua kepayahannya itu sia-sia.
Hello, all! How are you doing? Hope you're all doing good. It's been a whole month since my last episode. To be honest, I'd never had any intention to be off even for a day, I was at the peak of my enthusiasm as a storyteller. Hoho. But a lot of things had happened and kinda draining my energy and focus. I'm terribly sorry for making you all wait. Here is a story from Kim Jong Un's country: North Korea. Yes, you read it right! Cerita ini berkisah tentang perkenalan tak sengaja antara seorang pria tua pejabat tinggi partai dengan seorang perempuan muda jelata. Perempuan itu tertinggal kereta saat berusaha mengambil air untuk ember ikannya di sebuah stasiun pemberhentian. Sang pria yang berjiwa gentleman sigap menolong dengan mengamankan ember miliknya. Ia lalu turun di stasiun berikutnya dan menunggu perempuan itu datang menyusul. Mereka lalu bertukar kisah dan segera menjadi akrab. Tentu saja, sang pria merahasiakan status sesungguhnya. Ia tak mau suasana menjadi canggung.
Tahun 1998 memang banyak menyimpan kisah kelam di negeri ini, salah satunya peristiwa yang terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur. Bermula dari bocornya radiogram Bupati Banyuwangi saat itu yang berisi imbauan untuk para aparat agar mendata orang-orang yang memiliki ilmu hitam alias dukun. Hal itu membuat masyarakat menjadi takut sekaligus kalap. Alih-alih melaporkan orang-orang yang diduga dukun kepada aparat dan pejabat berwenang, mereka malah membantai sendiri orang-orang itu. Kemudian muncul isu ninja, yakni orang berpakaian ala shinobi Jepang yang akan menghabisi para dukun santet itu. Namun pada faktanya, para ninja itu malah membunuhi para ulama dan tokoh masyarakat yang lurus agamanya. Mereka terlebih dahulu mengintai dan menandai pintu rumah para calon korban itu dengan tanda silang merah atau putih. Dimana keesokan harinya bisa dipastikan penghuni rumah tersebut akan mati terbunuh. Teror ini kemudian merambah ke kota-kota lain di Jawa Timur. Beberapa ninja yang akhirnya tertangkap dan diserahkan ke aparat polisi atau tentara malah dibebaskan karena dianggap sebagai orang gila saja. Hal ini membuat masyarakat meyakini bahwa sebenarnya para ninja itu memang kiriman polisi atau tentara sendiri. Bahwasanya mereka dimunculkan untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari apa yang terjadi di ibukota: kekerasan aparat terhadap para mahasiswa pejuang reformasi. Namun ada pula dugaan bahwa para ninja itu sesungguhnya adalah utusan PKI yang masih hidup sebagai sebuah gerakan. Apapun kebenaran dibaliknya, pelanggaran HAM berat telah terjadi untuk kesekian kalinya di negeri ini.
Cerpen kedua dari Mbak Rilda. Kali itu, ketika Joseph dan Sam memencet bel rumahnya, ia memutuskan untuk tidak membukakan mereka pintu. Ia sedang demam. Lagipula, ia ingin sekali saja bersikap egois dan mendahulukan kepentingannya sendiri. Ia sudah lelah direpotkan oleh anak-anak kecil itu. Ia juga sudah muak akan kesemena-menaan sikap kedua orang tua mereka. Ia hanya ingin menjadi seorang wanita tua yang bebas. Akantetapi, ketidakpeduliannya ternyata malah berbuah penyesalan.
Mbak Rilda adalah juga salah satu cerpenis kesayangan saya, meski namanya mungkin belum sesohor Om Seno dll. Karya-karyanya kebanyakan berlatar di negara asing, karena memang beliau tinggal di UK sehingga selalu menawarkan warna yang baru dan berbeda. Cerpennya selalu sederhana namun menarik dan menyentuh apapun yang ingin ia sentuh. Cerpen kali ini berkisah tentang seorang perempuan yang bermimpi menjadi seorang ibu, namun ia terjebak dalam sebuah pernikahan yang salah.
Kekecewaan dan keputusasaan, itulah yang saya tangkap dari puisi ini.
Sebuah puisi yang mencoba mengartikan rasa kehilangan.
Another penyair muda Indonesia nih, listeners. Siapa belum pernah dengar namanya? Penyair ini mungkin semakin dikenal setelah karyanya menjadi bagian dari film AADC 2 yang lumayan happening itu. Tapi dia tak melulu menulis tentang cinta-cintaan, lho. Seperti tiga puisi pilihan saya yang saya bacakan satu per satu di sini. Happy listening.
Ini adalah cerita terakhir dalam buku kumpulan cerpen Dunia Sukab karya Om Seno. Berkisah tentang seorang preman perempuan yang berperan sebagai pahlawan bagi kaumnya maupun mereka yang lemah dari gangguan para penjahat kelas teri. Cerpen ini mengangkat tema perempuan dan kekerasan, dua hal yang merupakan kontradiksi.
Mei 1998 adalah satu noktah hitam besar dalam peta sejarah republik ini. Kerusuhan pecah dimana-mana, mengiringi upaya penggulingan Presiden Soeharto dari singgasananya. Bukan hanya ratusan ribu mahasiswa dan buruh yang turun ke jalan dan menduduki gedung DPR, tapi kerusuhan juga terjadi di sejumlah titik di ibukota. Aksi penjarahan, perusakan dan pembakaran terjadi di sana sini. Tak hanya itu, massa yang brutal juga menyerang dan menganiaya para warga beretnis Tionghoa. Bahkan mereka memperkosa dan membunuh perempuan-perempuannya. Dari yang berusia belia, 10 tahun hingga yang tua renta berusia 72 tahun. Kebanyakan dari mereka disiksa dan dibunuh secara brutal setelahnya. Entah datang dari mana para manusia berhati iblis yang kebiadabannya melebihi anjing-anjing liar. Sejarah mencatat, setidaknya ada 1.333 korban pemerkosaan pada hari-hari nahas itu. Sejarah pun mencatat bahwa hingga detik ini, kejahatan tersebut belum terungkap. Dan keadilan atas mereka belum juga dapat ditegakkan.
Lagi-lagi cerpen yang sarat akan kritik sosial dari Om Seno. Menceritakan sekilas kondisi negeri tercinta yang porak-poranda oleh korupsi yang mengakar dan sulit bahkan nyaris mustahil untuk diberantas. Juga porak-poranda oleh gerakan separatisme. Saat cerpen ini ditulis pada tahun 1999, Indonesia baru saja mengakhiri konflik bersenjata dengan GAM. Yang tersisa adalah kuburan demi kuburan massal para korban eksekusi tentara. Negeri ini hujan darah.
Wati baru saja lulus akademi dan diterima bekerja di sebuah perusahaan besar sebagai seorang sekretaris. Bersemangat untuk memulai profesi barunya, Wati malah 'tersandung' sepatu berhak tinggi.
Sita terpaksa bekerja ketika suaminya menganggur. Meski begitu, ia tetap berusaha menjadi istri dan ibu yang baik, setidaknya dalam menyediakan sarapan untuk suami dan anaknya. Namun pekerjaan Sita menuntutnya untuk pulang malam dan hal itu membuat sang suami kesal. Pertengkaran pun terjadi.
Sepotong cerita tentang seorang laki-laki bertato.
Pak Prawiro ditemukan warga dalam keadaan tidak bernyawa. Tak lama berselang, banjir besar melanda kompleks perumahan itu untuk pertama kalinya. Padahal tidak ada hujan atau pertanda apapun yang mengisyaratkan akan terjadinya bencana itu. Dalam sekejap semuanya terendam air dan dalam sekejap segalanya dihanyutkan banjir, termasuk jenazah Pak Prawiro.
Cerpen ini berkisah tentang seorang pejabat negara yang korup tetapi ia sama sekali tidak merasa bersalah dan berdosa. Sampai suatu ketika keanehan terjadi pada hidungnya. Setiap kali ia berkilah atas perbuatannya, hidungnya bertambah panjang sesenti demi sesenti. Rupanya ia terkena Penyakit Pinokio.
Nah, kini kita memasuki bagian dua dalam buku kumpulan cerpen Dunia Sukab. Pada bagian ini, nama Sukab tidak lagi disebut. Sukab hadir sebagai karakter-karakter tak bernama. Cerpen ini berkisah tentang seorang pemuda lugu dan naif yang nekat meninggalkan kampungnya dan berangkat ke Jakarta demi menukar nasibnya. Mintuk silau melihat sahabat masa kecilnya, Ngatiyo yang kembali dari Jakarta dengan gaya mentereng. Ia ingin sukses seperti Ngatiyo. Akantetapi, realita tidaklah seindah khayalan. Bahkan kadang, berbanding terbalik.
Di sebuah bangunan mal yang terbengkalai bekas terbakar sering terdengar suara-suara ganjil, seperti keluhan dan tangisan. Semua mafhum, suara-suara itu berasal dari alam ghaib, dari mereka yang pernah menjadi korban pembakaran massal. Sampai suatu hari, suara-suara itu menjelma menjadi sosok manusia api. Semakin hari, jumlah mereka semakin banyak. Rupanya mereka menuntut keadilan. Sukab adalah Camat di wilayah bangunan itu berada. Simak plot twist di akhir cerita. Cerpen ini ditulis tepat setahun setelah tragedi Mei 1998. Untuk mengenang betapa peristiwa kerusuhan besar itu sejatinya adalah sebuah rancangan jahat orang-orang keji yang hingga kini belum terungkap. Saya merekam ini setahun lalu, masih belum paham untuk menyesuaikan narasi dengan intonasi. Harap maklum.