POPULARITY
Resiliensi, atau ketangguhan, sering kali disalahartikan hanya sebagai kemampuan untuk bangkit kembali setelah jatuh. Namun, dalam pandangan Stuart Walker, resiliensi adalah sesuatu yang jauh lebih mendalam dan proaktif. Ini bukan sekadar tentang bertahan hidup di tengah badai, melainkan tentang membangun cara hidup yang sejak awal dirancang untuk selaras dengan alam, menghargai kearifan lokal, dan mengutamakan keberlanjutan jangka panjang. Di tengah dunia modern yang terobsesi dengan kecepatan, konsumsi berlebih, dan teknologi instan, resiliensi mengajak kita untuk melambat, merenung, dan menemukan kembali nilai-nilai yang telah lama kita tinggalkan demi kemajuan semu. Konsep ini menantang kita untuk meninjau ulang definisi "maju" dan "sukses". Alih-alih mengukur keberhasilan dari seberapa banyak yang kita miliki atau seberapa cepat kita bisa mengganti barang lama dengan yang baru, resiliensi mengajarkan kita untuk menemukan kebahagiaan dalam kecukupan, perawatan, dan komunitas. Ini adalah tentang memilih kursi kayu buatan tangan yang bisa diwariskan ke anak cucu daripada kursi plastik murah yang akan berakhir di tempat sampah dalam setahun. Resiliensi hidup dalam praktik sehari-hari—dalam cara kita menanam makanan sendiri, memperbaiki barang yang rusak, dan membangun hubungan yang bermakna dengan tetangga kita, bukan dalam ketergantungan pada sistem global yang rapuh. Pada akhirnya, memahami resiliensi adalah sebuah undangan untuk menjadi leluhur yang baik bagi masa depan. Ini bukan tentang menolak kemajuan teknologi, tetapi tentang memadukan inovasi dengan kebijaksanaan masa lalu untuk menciptakan dunia yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dengan penuh makna. Dengan mengadopsi pola pikir ini, kita tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga memulihkan jiwa kita sendiri dari kehampaan materialisme. Resiliensi adalah jalan pulang menuju kehidupan yang lebih utuh, etis, dan indah, di mana setiap tindakan kecil kita menjadi benang yang menenun kembali kain kehidupan yang lebih kuat bagi generasi mendatang.
"Ancestral Mindset" (Pola Pikir Nenek Moyang) adalah sebuah kerangka kerja fundamental untuk memahami mengapa kita bertindak seperti yang kita lakukan. Di dunia modern yang penuh dengan stres, bias irasional, dan model kepemimpinan yang gagal seperti "wortel dan tongkat", kita sering bertanya-tanya mengapa perilaku manusia begitu sulit dipahami. Buku "Ancestral Mindset" karya John Daniel berpendapat bahwa untuk memimpin dan berkolaborasi secara efektif, kita harus berhenti melihat ke depan untuk mencari solusi baru, dan sebaliknya, melihat jauh ke belakang—ke perangkat lunak bawaan yang diwariskan dari nenek moyang pemburu-pengumpul kita. Premis inti dari Pola Pikir Nenek Moyang adalah "Kesenjangan Evolusioner" (Evolutionary Mismatch). Sederhananya, perangkat lunak otak kita dirancang untuk dunia yang sudah tidak ada lagi. Selama ratusan ribu tahun, Homo sapiensberevolusi sebagai pemburu-pengumpul di lingkungan (EEA) di mana kelangsungan hidup bergantung pada kewaspadaan konstan terhadap ancaman (bias negativitas), kohesi suku yang erat (kita vs. mereka), dan pencarian sumber daya yang langka. Otak kita masih menjalankan sistem operasi kuno ini di dunia modern yang penuh dengan email, rapat, dan rangsangan digital, yang menyebabkan gesekan, kecemasan, dan perilaku yang tampak "irasional". Memahami Pola Pikir Nenek Moyang bukanlah latihan akademis; ini adalah alat kepemimpinan yang praktis. Alih-alih mencoba "memperbaiki" karyawan atau melawan sifat manusia, kerangka kerja ini mengajarkan kita untuk merancang lingkungan kerja yang selaras dengan dorongan bawaan kita. Dengan mengenali kebutuhan kita akan status (rasa hormat), keadilan (kesetaraan), otonomi (pilihan), dan koneksi (rasa memiliki), para pemimpin dapat berhenti berjuang melawan arus dan mulai menciptakan budaya yang aman secara psikologis di mana tim dapat benar-benar berkembang.
Pembentukan Komisi Percepatan Reformasi Polri menuai sorotan. Alih-alih menunjuk figur independen, mayoritas anggota tim justru berasal dari elit politik dan petinggi kepolisian. Akankah komisi ini membawa perubahan di kepolisian, atau hanya gimik semata?
Mengapa begitu banyak lingkungan kerja terasa menguras tenaga dan fokus pada masalah? Jawabannya terletak pada "bias negativitas" bawaan otak kita—sebuah mekanisme bertahan hidup kuno yang membuat kita secara otomatis terpaku pada apa yang salah, rusak, atau kurang. Dalam kepemimpinan, bias ini bisa menjadi bencana; ia membunuh inovasi, memadamkan semangat tim, dan mengubah pemimpin yang bermaksud baik menjadi manajer mikro yang reaktif. Namun, bagaimana jika Anda bisa meretas sistem bawaan ini? Bagaimana jika ada cara yang terbukti untuk mengubah fokus Anda secara fundamental dan, sebagai hasilnya, mengubah kinerja dan energi seluruh tim Anda? Inilah inti dari konsep "Lead Positive" yang transformatif dari Kathryn D. Cramer. Ini bukan sekadar ajakan klise untuk "berpikir positif," melainkan sebuah strategi kepemimpinan yang disengaja yang disebut Asset-Based Thinking(Pemikiran Berbasis Aset). Alih-alih terjebak dalam apa yang kurang, Anda secara sadar memilih untuk mengalihkan fokus pada kekuatan, peluang, dan apa yang sudah berhasil. Konsep ini dihidupkan melalui kerangka kerja "Lihat, Katakan, Lakukan" (See, Say, Do) yang sederhana namun kuat: apa yang Anda pilih untuk Lihat akan secara fundamental mengubah apa yang Anda Katakan kepada tim Anda, yang pada gilirannya akan menentukan apa yang Anda Lakukanuntuk mendorong hasil yang luar biasa. Menyelami konsep Lead Positive akan membekali Anda dengan alat praktis untuk mengubah interaksi sehari-hari. Anda akan belajar bagaimana menggeser persepsi dalam hitungan detik, berkomunikasi dengan "Substansi, Desis, dan Jiwa" (Substance, Sizzle, and Soul) untuk benar-benar menginspirasi, dan bertindak dengan cara yang membangun ketahanan, bukan kelelahan. Jika Anda siap untuk berhenti memadamkan api dan mulai menyalakannya, bersiaplah untuk menemukan sebuah kerangka kerja yang tidak hanya akan mengubah cara Anda memimpin—tetapi juga cara Anda memandang dunia.
Pernahkah anda merasa kita terus didorong untuk "tumbuh"? Ekonomi harus naik, pendapatan harus lebih, tapi apa itu benar-benar membuat kita lebih bahagia? Inilah pertanyaan besar yang diajukan Bill McKibben dalam bukunya, 'Deep Economy: The Wealth of Communities and the Durable Future'. Dia menantang kita, bahwa mungkin selama ini kita terlalu fokus pada "pertumbuhan" yang dangkal dan melupakan "kedalaman". 'Deep Economy' adalah sebuah pergeseran fokus. Alih-alih mengejar pertumbuhan tanpa henti yang seringkali membuat kita terisolasi dan merusak lingkungan, McKibben mengajak kita membangun ekonomi yang 'dalam'. Ini adalah ekonomi yang berbasis pada komunitas lokal, yang menghargai hubungan antarmanusia, kedekatan, dan kepercayaan. Ini adalah tentang membangun kekayaan yang sejati, yaitu kekayaan komunitas. Konsep ini sangat relevan dengan semangat INIKOPER. Salah satu model paling praktis untuk mewujudkan 'Deep Economy' adalah Koperasi—sebuah bisnis yang dimiliki dan dikendalikan oleh komunitas, untuk kepentingan komunitas itu sendiri. Untuk membahas lebih jauh ide-ide Bill McKibben ini, mari kita simak percakapan yang lebih dalam berikut ini.
Banyak yang memandang aliansi BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) sebagai fajar era baru tatanan dunia, sebuah kekuatan penyeimbang yang akhirnya menantang dominasi lama G7 dan Amerika Serikat. Mereka dipuji karena mendirikan lembaga-lembaga baru seperti New Development Bank, yang seolah menawarkan alternatif bagi IMF dan Bank Dunia. Namun, esai ini membongkar narasi optimistis tersebut dan mengajukan pertanyaan provokatif: Apakah BRICS benar-benar sebuah tatanan baru, atau sekadar tatanan lama dengan wajah dan manajer yang baru? Jauh dari menjadi kekuatan anti-imperialis, analisis mendalam ini mengemukakan bahwa BRICS lebih sering bertindak sebagai kekuatan "sub-imperialis". Alih-alih meruntuhkan kapitalisme global, mereka justru berkolaborasi di dalamnya sebagai "mitra junior" yang memperkuat sistem. Esai ini mengungkap bagaimana negara-negara BRICS mereplikasi pola-pola dominasi klasik di wilayah pengaruh mereka sendiri, menjalankan model ekonomi "ekstraktif" yang rakus di Afrika dan Amerika Latin, sambil mengandalkan "super-eksploitasi" terhadap kelas pekerja di dalam negeri mereka sendiri agar tetap kompetitif. Esai ini pada akhirnya mengungkap adanya dua BRICS yang sedang berperang: "BRICS dari Atas", yang terdiri dari para elite, pemodal, dan korporasi yang bertemu di KTT mewah, dan "BRICS dari Bawah", yang terdiri dari gerakan sosial dan serikat buruh yang menanggung biaya pembangunan tersebut. Dari protes besar-besaran di Brasil menentang biaya Piala Dunia hingga pemogokan tambang yang mematikan di Afrika Selatan, analisis ini menunjukkan bahwa harapan sejati untuk perubahan tidak terletak pada aliansi para elite, melainkan pada solidaritas mereka yang berjuang di akar rumput.
Sejumlah pertanyaan refleksi yang dapat dipertimbangkan untuk direnungkan bersama,Sudahkah saya berada di sebuah komunitas rohani yang benar, yang dapat menguatkan iman serta membuat bertumbuh serupa seperti Kristus? Sudahkah saya dimuridkan dalam gereja lokal, dan kembali memuridkan orang lain? Apakah saya memiliki sahabat rohani erat, yang membuat semakin dekat dengan Kristus?Alih-alih menuntut orang lain menjadi sahabat yang baik, sudahkah selama ini saya menjadi sahabat rohani yangi baik? Apakah komunitas yang saya ikuti memiliki visi dan misi, yakni mengenalkan Kristus pada dunia yang belum mendengar nama-Nya? Apa dampak komunitas gereja, bagi hidup saya selama ini?Bagaimana saya bisa menjadi berkat di dalam komunitas gereja? Bagaimana saya bisa menjadi berkat, bagi banyak orang di sekitar?—Pdm. drg. Hedwin Kadrianto, Sp.PM., Excellent Life: Our Relationship.
Kepribadian adalah inti dari apa yang menjadikan kita individu yang unik. Ini adalah seperangkat pola pikir, perasaan, dan perilaku yang stabil dan konsisten yang kita tunjukkan dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi. Mengapa sebagian orang secara alami periang dan mudah bergaul, sementara yang lain cenderung pendiam dan reflektif? Mengapa ada individu yang sangat teliti dan terorganisir, sementara yang lain hidup dalam spontanitas yang tidak terduga? Psikologi kepribadian berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, melampaui pengamatan biasa untuk memahami kekuatan internal yang membentuk cara kita berinteraksi dengan dunia. Sifat-sifat ini berfungsi seperti leitmotif atau tema yang berulang dalam hidup kita, memengaruhi pilihan karier, gaya hubungan, dan bahkan kesehatan serta kebahagiaan kita. Untuk memetakan medan yang kompleks dari perbedaan manusia ini, psikologi modern telah mengembangkan kerangka kerja yang kuat secara empiris yang dikenal sebagai "Model Lima Faktor" atau Big Five. Model ini mengusulkan bahwa sebagian besar variasi dalam kepribadian manusia dapat diringkas ke dalam lima dimensi utama: Ekstraversi (Extraversion), Neurotisisme (Neuroticism), Kesadaran (Conscientiousness), Keramahan (Agreeableness), dan Keterbukaan terhadap Pengalaman (Openness). Alih-alih mengkategorikan orang ke dalam "tipe" yang kaku, model ini menempatkan setiap individu pada sebuah spektrum untuk masing-masing dari lima sifat ini. Skor pada dimensi-dimensi inilah yang terbukti memiliki kekuatan prediktif yang luar biasa terhadap hasil-hasil penting dalam kehidupan nyata. Namun, pertanyaan yang lebih dalam tetap ada: mengapa keragaman ini ada? Jika sifat-sifat tertentu, seperti kesadaran tinggi atau neurotisisme rendah, tampak begitu menguntungkan, mengapa evolusi tidak menjadikan semua manusia seperti itu? Jawabannya terletak pada konsep trade-off atau pertukaran biaya-manfaat. Seperti yang dijelaskan oleh psikologi evolusioner, tidak ada satu pun "kepribadian optimal". Setiap sifat memiliki kelebihan dan kekurangan yang bergantung pada konteks lingkungan. Sifat pencemas (neurotisisme tinggi) mungkin menderita dalam kehidupan modern yang aman, tetapi di masa lalu leluhur yang berbahaya, kewaspadaan mereka mungkin telah menyelamatkan nyawa mereka. Dengan demikian, keragaman kepribadian yang kita lihat saat ini adalah warisan hidup dari berbagai strategi bertahan hidup yang berhasil yang diadopsi oleh leluhur kita.
Di tengah pergeseran lanskap pendidikan, "Super Course" muncul sebagai sebuah revolusi yang tidak digerakkan oleh teknologi canggih, melainkan oleh pemahaman mendalam tentang cara manusia belajar. Model ini secara fundamental menantang metode pengajaran tradisional yang berfokus pada penyampaian informasi satu arah. Alih-alih mengandalkan dosen sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, Super Course menciptakan lingkungan di mana mahasiswa secara aktif membangun pemahaman mereka sendiri. Filosofi ini mengakui bahwa pembelajaran sejati bukanlah tentang mengingat fakta untuk ujian, melainkan tentang mengubah cara kita berpikir, bertindak, dan merasa secara mendasar, yang berakar pada ilmu kognitif dan psikologi motivasi. Inti dari Super Course terletak pada beberapa elemen transformatif. Pertama, pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan besar yang menarik dan relevan, bukan sekadar daftar topik. Kedua, ia menciptakan lingkungan yang aman untuk "kegagalan produktif", di mana mahasiswa didorong untuk mengambil risiko intelektual, mencoba, gagal, dan belajar dari umpan balik tanpa takut akan hukuman nilai. Ketiga, Super Course sangat menekankan kolaborasi, otonomi mahasiswa, dan menumbuhkan "pola pikir bertumbuh" (growth mindset), yang meyakini bahwa kemampuan dapat dikembangkan. Dengan memberikan mahasiswa kendali atas pendidikan mereka dan membingkainya sebagai "petualangan yang didorong oleh gairah", pendekatan ini menyalakan motivasi intrinsik—keinginan untuk belajar demi kepuasan belajar itu sendiri. Dampaknya jauh melampaui ruang kelas. Melalui contoh-contoh nyata seperti program "Books Behind Bars" yang memberdayakan mahasiswa untuk mengajar sastra di pusat penahanan remaja, atau kurikulum berbasis proyek di Olin College of Engineering, Super Course terbukti mampu menghasilkan pembelajar yang lebih adaptif, kritis, dan kreatif. Pendekatan ini menata ulang sistem penilaian untuk menghargai proses dan usaha, bukan hanya hasil akhir. Pada akhirnya, Super Course bukan sekadar kumpulan teknik mengajar, melainkan sebuah filosofi pendidikan yang menghormati potensi mahasiswa dan memberdayakan mereka untuk menjadi pembelajar seumur hidup—menjadikannya cetak biru yang menjanjikan untuk masa depan pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah kini tengah menjadi sorotan publik. Alih-alih menuai pujian, pelaksanaannya justru diwarnai berbagai persoalan. Mulai dari kasus dugaan keracunan massal di sejumlah daerah, hingga menu makanan yang ternyata berisi bahan ultra proses yang dinilai kurang sehat bagi anak-anak.Situasi ini memunculkan desakan dari berbagai kalangan agar program MBG dihentikan sementara untuk dilakukan evaluasi menyeluruh. Padahal, sejak awal MBG digadang-gadang sebagai program strategis untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045, dengan meningkatkan kualitas gizi generasi muda.Namun, sederet permasalahan yang mencuat membuat publik bertanya-tanya: apakah program ini memang layak dilanjutkan dalam kondisi sekarang? Apa urgensi mempertahankan MBG di tengah pelaksanaan yang masih penuh masalah?Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami akan berbincang dengan Pakar Kebijakan Publik, Agus Pambagio, yang akan memberikan analisis terkait manfaat, risiko, serta langkah perbaikan yang perlu ditempuh agar program ini tidak sekadar menjadi proyek seremonial, melainkan benar-benar menghadirkan dampak positif bagi masa depan bangsa.
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa beberapa pertemuan terasa hidup dan menghasilkan terobosan luar biasa, sementara yang lain terasa membosankan dan tidak produktif? Selama beberapa dekade, kita telah memfasilitasi kelompok seolah-olah mereka adalah mesin: masukkan agenda, jalankan proses, dan harapkan output yang terprediksi. Namun, kenyataannya, kelompok bukanlah mesin. Mereka adalah entitas yang hidup, bernapas, dan penuh dengan kompleksitas. Inilah saatnya kita berhenti memperlakukan kelompok sebagai teka-teki linier yang perlu dipecahkan dan mulai memahaminya sebagai ekosistem yang dinamis. Paradigma New Science menawarkan lensa baru yang radikal untuk melihat dinamika kelompok. Alih-alih melihatnya sebagai mekanisme sebab-akibat yang sederhana, kita memahaminya sebagai sistem adaptif kompleks. Dalam sistem ini, interaksi terkecil bisa memicu efek yang sangat besar—mirip dengan efek kupu-kupu yang terkenal. Ini berarti bahwa ide-ide terbaik tidak bisa dipaksakan; mereka harus diizinkan untuk "muncul" secara spontan dari interaksi yang hidup, dari kekacauan yang terorganisir. Jadi, peran fasilitator berubah secara fundamental. Anda tidak lagi menjadi pengontrol yang mengatur setiap langkah, tetapi menjadi pemandu yang menciptakan kondisi ideal agar kecerdasan kolektif bisa berkembang. Anda melepaskan keinginan untuk mengendalikan hasil dan, sebaliknya, berfokus pada kualitas interaksi. Bayangkan diri Anda sebagai seorang ahli ekologi, yang tahu bahwa untuk membuat hutan tumbuh subur, Anda tidak perlu menanam setiap pohon, tetapi memastikan tanahnya subur, airnya mengalir, dan sinar matahari bisa masuk. Pendekatan ini sangat relevan untuk dunia kita yang semakin tidak pasti. Ketika lingkungan kerja dan tantangan bisnis terus berubah, sistem yang kaku akan cepat gagal. Sebaliknya, kelompok yang bisa beradaptasi, tangguh, dan bahkan berkembang dari ketidakpastian adalah mereka yang akan berhasil. Fasilitasi yang berbasis New Science membantu kelompok-kelompok ini menjadi lebih tangguh (resilient) dan lincah (agile), mampu menemukan jalan mereka di tengah ketidakpastian, dan bahkan menjadi lebih kuat karenanya. Jika Anda siap untuk melepaskan metode lama dan merangkul cara kerja yang lebih organik, dinamis, dan memberdayakan, panduan ini akan membawa Anda melampaui teori-teori konvensional. Kami akan mengeksplorasi bagaimana pemahaman tentang sistem kompleks, teori pembelajaran yang dipercepat, dan psikologi positif dapat mengubah cara Anda memfasilitasi kelompok selamanya. Ini bukan hanya tentang mendapatkan hasil yang lebih baik, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman yang lebih bermakna dan memuaskan bagi setiap individu di dalam kelompok.
Harun tidak mampu & gagal melakukan apa yang benar. Alih-alih memercayai Tuhan, Harun malah melemah di hadapan mayoritas, merasa takut akan keselamatan dirinya, gantinya berdiri teguh untuk kehormatan nama Tuhan, ia menyerah kepada tuntutan orang banyak.
Harun tidak mampu & gagal melakukan apa yang benar. Alih-alih memercayai Tuhan, Harun malah melemah di hadapan mayoritas, merasa takut akan keselamatan dirinya, gantinya berdiri teguh untuk kehormatan nama Tuhan, ia menyerah kepada tuntutan orang banyak.
Harusnya mereka melakukan tugas dan tanggung jawab mereka yang sangat mulia itu dengan baik. Amanah sebagai penyambung lidah masyarakat membawa mereka disebut ‘yang terhormat'. Kita serasa ditampar oleh kelakuan perwakilan kita yang sangat mengecewakan. Alih alih memperjuangkan kepentingan rakyat, mereka malah tertawa, berjoget dan meminta kesejahteraan mereka ditingkatkan. Kita tidak sedang tidak baik baik saja basudara. Ini tentang 28 dan 29 Agustus 2025. Cheers
Pernahkah Anda melihat sebuah ide brilian, yang didukung oleh rencana matang dan pendanaan besar, justru gagal total saat diluncurkan ke dunia nyata? Ini adalah kisah yang terlalu umum terjadi. Selama bertahun-tahun, kita diajarkan untuk merencanakan segalanya secara detail, mengamankan sumber daya, baru kemudian mengeksekusi. Namun, pendekatan tradisional "Rencanakan-Danai-Lakukan" ini sering kali menjadi resep untuk pemborosan, membangun solusi yang ternyata tidak dibutuhkan atau diinginkan oleh siapa pun, dan menyisakan kekecewaan serta sumber daya yang terbuang sia-sia. Bagaimana jika ada cara yang lebih cerdas untuk berinovasi? Inilah yang ditawarkan oleh metodologi Lean Startup, sebuah pendekatan revolusioner yang membalik logika lama. Alih-alih bertaruh besar pada sebuah rencana yang belum teruji, Lean Startup mengubah ide menjadi serangkaian eksperimen kecil yang cepat. Dengan siklus inti "Bangun-Ukur-Belajar", pendekatan ini memaksa kita untuk keluar dari asumsi dan berinteraksi langsung dengan pengguna sejak hari pertama, memastikan setiap langkah yang kita ambil didasarkan pada bukti nyata, bukan sekadar tebakan. Pada akhirnya, Lean Startup adalah sebuah pola pikir untuk menavigasi ketidakpastian dengan gesit dan efisien. Ini bukan hanya tentang membangun bisnis teknologi; ini adalah kerangka kerja universal bagi siapa saja yang ingin menciptakan perubahan—baik itu wirausahawan, aktivis sosial, atau bahkan manajer di perusahaan besar. Ini adalah tentang bagaimana kita bisa mengurangi risiko kegagalan secara drastis, memaksimalkan dampak dari setiap sumber daya yang kita miliki, dan yang terpenting, memastikan bahwa solusi yang kita bangun benar-benar menjawab kebutuhan nyata dan membawa perubahan yang berarti.
Korupsi sering kali dipandang sebagai masalah hukum dan ekonomi semata, sebuah kejahatan yang diukur dari kerugian negara dan dihukum dengan pasal-pasal pidana. Selama bertahun-tahun, fokus pemberantasan korupsi tertuju pada penegakan hukum yang tegas dan sistem pengawasan yang ketat. Namun, meski berbagai upaya telah dilakukan, praktik korupsi tetap subur dan sulit dihilangkan. Kegigihan masalah ini menunjukkan bahwa ada dimensi lain yang sering terabaikan: dimensi manusia. Pada intinya, korupsi adalah sebuah keputusan, sebuah perilaku yang dipilih oleh individu, yang didorong oleh proses berpikir dan pengaruh lingkungan yang kompleks. Di sinilah psikologi menawarkan sebuah lensa baru yang krusial untuk memahami dan pada akhirnya memerangi korupsi secara lebih efektif. Pendekatan psikologis mengajak kita untuk "masuk ke dalam kepala" pelaku korupsi dan masyarakat di sekitarnya. Mengapa orang yang tahu bahwa korupsi itu salah tetap melakukannya? Faktor-faktor seperti bias kognitif—misalnya kecenderungan untuk merasionalisasi tindakan buruk atau merasa optimis tidak akan tertangkap—memainkan peran besar. Selain itu, pengaruh sosial, seperti tekanan dari rekan kerja atau persepsi bahwa "semua orang juga melakukannya," dapat menormalisasi perilaku koruptif hingga menjadi sebuah kebiasaan yang sulit diubah. Dengan menguak berbagai mekanisme psikologis ini, kita dapat merancang strategi pencegahan yang lebih cerdas dan proaktif. Alih-alih hanya berfokus pada hukuman setelah kejadian, kita bisa menciptakan intervensi yang membentuk ulang lingkungan pengambilan keputusan. Ini bisa berupa "dorongan" (nudge) halus yang mengarahkan individu ke pilihan yang lebih etis, membangun norma sosial baru yang mengedepankan integritas, dan memanfaatkan prinsip-prinsip pengaruh untuk mempromosikan kejujuran. Memahami psikologi di balik korupsi bukanlah untuk memaafkan, melainkan untuk membentengi sistem dan individu dari dalam, menciptakan pertahanan yang lebih kuat dan berkelanjutan melawan penyakit sosial ini.
Keluarga harap penyelidikan kasus Diplomat Kemenlu diambil alih Mabes Polri, akankah ungkap misteri kematiannya?Talk: - Kuasa hukum keluarga ADP, Nicholay Aprilindo Dan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) yang juga mantan Kompolnas - Edi Hasibuan - Pengacara publik dari Pusat bantuan Hukum Masyarakat, Ralian Jawalsen
Ramadan jadi ladang terbesar para brand fashion modest untuk mendapatkan sales tertinggi dalam satu tahun. Namun, tak jarang juga momen ini justru jadi challenge dan satu titik kegagalan, seperti yang terjadi pada Zysku Xena. Alih-alih merasa gagal dan terpuruk, Zysku Xena justru menjadikan itu pelajaran berharga dan kembali menjadi lebih baik dan jauh lebih siap di Ramadan selanjutnya. Dengarkan selengkapnya di episode ini!
Bagi kamu yang sering merasa terjebak dalam lingkaran overthinking dan sulit menemukan ketenangan, buku A Cup of Zen: 21 Short Stories to Calm the Mind, Stop Overthinking, and Find Inner Peace menawarkan sebuah oase yang menyejukkan. Buku ini bukan buku pengembangan diri yang penuh teori, melainkan kumpulan 21 cerita pendek yang sederhana namun penuh makna. Setiap cerita adalah pengingat bahwa jalan menuju kedamaian batin tidak selalu rumit. Cukup dengan jeda sejenak, kita bisa menemukan perspektif baru untuk melepaskan beban pikiran dan kecemasan yang sering kita ciptakan sendiri. Daya tarik utama buku ini terletak pada kemampuannya untuk mengajarkan filosofi Zen yang mendalam melalui narasi yang ringan dan mudah dicerna. Alih-alih memberikan jawaban langsung, kisah-kisah di dalamnya mendorong kita untuk merenung dan menemukan makna pribadi dari pengalaman sehari-hari. Mulai dari cerita tentang seorang murid dan gurunya, hingga perumpamaan tentang cangkir teh yang penuh, buku ini mengajak kita untuk hadir seutuhnya di momen ini, melepaskan masa lalu, dan berhenti khawatir tentang masa depan. Dengan begitu, kita diajak menyadari bahwa kedamaian yang kita cari selama ini sebenarnya sudah ada di dalam diri kita. Konsep mencari ketenangan di tengah hiruk pikuk kehidupan modern ini sangat selaras dengan apa yang dibahas di podcast INIKOPER. Kami percaya bahwa setiap orang berhak menemukan zen mereka sendiri, dan podcast ini hadir untuk menjadi temanmu dalam perjalanan itu. Kami mengundangmu untuk mendengarkan episode terbaru INIKOPER, di mana kami akan mengupas lebih dalam bagaimana pelajaran dari buku A Cup of Zen ini bisa diterapkan dalam kehidupan kita. Jangan lewatkan, dan mari kita temukan kembali ketenangan yang hilang bersama-sama. Silakan simak percakpan berikut.
Panduan Jelajah Kolaboraya adalah kerangka kerja tiga hari bagi Fasilitator Ekosistem untuk memperkuat Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) melalui Pendekatan Berbasis Aset. Alih-alih fokus pada kelemahan, panduan ini mendorong identifikasi dan pemanfaatan kekuatan, kapasitas, serta sumber daya yang sudah ada dalam ekosistem. Kekuatan ekosistem OMS didefinisikan melalui tiga pilar utama: Koneksi (luas, beragam, saling ketergantungan, dan berkualitas), Kolaborasi (berbagi SDM, dana, teknologi, informasi, dan pengetahuan), serta Perubahan & Dampak (relevansi dan signifikansi hasil kolektif). Dengan pendekatan ini, "kelemahan" dianggap sebagai peluang untuk mengundang aktor atau peran baru yang dapat membawa aset pelengkap, sehingga ekosistem menjadi lebih tangguh, adaptif, dan efektif dalam mendorong perubahan sosial. Hari pertama Jelajah Kolaboraya didedikasikan untuk mengidentifikasi kekuatan dan aset dalam tiga ekosistem OMS yang berbeda secara paralel. Setiap ekosistem akan memetakan aktor-aktor utamanya dan aset unik yang mereka miliki terkait koneksi, kolaborasi, dan dampak. Pada hari kedua, ketiga ekosistem tersebut akan berkumpul dalam sesi pleno untuk berbagi kekuatan dan aset yang telah mereka temukan. Diskusi akan diperluas untuk menganalisis enam elemen krusial ekosistem (Ruang Sipil, Persepsi Publik, Model Pendanaan, Manajemen Talenta, Konteks & Momentum Aksi, serta Inkubasi & Akselerasi), diikuti dengan merumuskan aksi penguatan untuk setiap elemen. Di akhir hari kedua, ketiga ekosistem ini akan berpadu menjadi satu "ekosistem raya" yang lebih besar, dengan visi bersama dan rencana awal berbagi daya. Hari ketiga berfokus pada perumusan rencana penguatan ekosistem raya dan aksi kolektif transformatif untuk empat bulan ke depan, dengan memanfaatkan aset yang telah diidentifikasi. Uniknya, rencana aksi kolektif ini akan dikemas dalam format podcast. Setiap kelompok akan menyiapkan dan merekam podcast singkat yang merangkum visi ekosistem raya, aset utamanya, serta rencana aksi kunci mereka. Podcast ini bertujuan untuk dibagikan di Pasar Kolaboraya Nasional, tidak hanya sebagai bentuk akuntabilitas tetapi juga sebagai alat advokasi dan undangan bagi kolaborasi lebih lanjut, menunjukkan kekuatan kolektif yang telah dibangun.
Kebijakan pemerintah bisa mengambil alih lahan bersertifikat yang tidak dimanfaatkan selama dua tahun memunculkan kekhawatiran di Masyarakat. Kebijakan ini berlaku untuk seluruh bentuk hak atas tanah seperti Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), hingga hak pakai, tanpa pengecualian. Bagaimana mencermati kebijakan Pemerintah soal Lahan Kosong bersertifikat dan juga soal dokumen surat tanah AJB.. yang konon juga berpeluang dianggap tanah tak bertuan..? Talk: Pakar Hukum PerTanahan Guru Besar Fakultas Hukum Pertanahan UGM, Prof. Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si.
Tim Anda selalu setuju dengan semua ide, tapi organisasi terasa jalan di tempat? Mungkin yang Anda butuhkan bukanlah lebih banyak anggukan, melainkan sedikit "provokasi". Dalam episode INIKOPER kali ini, kita akan membongkar konsep radikal dari buku Robert Biswas-Diener, Positive Provocation. Lupakan konotasi negatif, provokasi di sini adalah seni membangunkan potensi yang tertidur, sebuah kunci untuk membuka pintu yang macet dan mendorong tim Anda dari sekadar "baik" menjadi "luar biasa". Apa itu Provokasi Positif? Bayangkan sebuah cubitan kecil saat Anda mulai mengantuk dalam rapat penting. Sakit sedikit, tapi membuat Anda kembali melek. Itulah intinya. Kita akan membahas bagaimana menggunakan "pandangan 90 derajat" untuk melihat masalah dari sudut yang tak terduga. Alih-alih sekadar menghibur sebuah kegagalan, kita belajar untuk bertanya, "Apa pelajaran paling mahal dari sini?". Kita akan menantang mitos-mitos usang dalam kepemimpinan, mulai dari larangan bertanya "mengapa" hingga pentingnya menyela secara strategis untuk menangkap momen emas. Metode ini bukan hanya untuk para pemimpin puncak, tapi untuk siapa saja yang ingin menciptakan terobosan: orang tua, guru, dan tentu saja, para penggerak koperasi. Temukan cara mengubah "PR" yang membebani menjadi "eksperimen" yang membebaskan dari rasa takut gagal. Dengarkan podcast INIKOPER untuk menguasai seni bertanya yang sedikit menusuk tapi bertujuan baik, dan bersiaplah untuk memantik percakapan yang benar-benar mengubah arah tim dan organisasi Anda. Selamat terprovokasi!
Pernahkah Anda merasa bosan dan lelah saat menyaksikan presentasi yang panjang dan bertele-tele? Di era informasi yang serba cepat ini, rentang perhatian kita semakin pendek, namun kita masih sering terjebak dalam fenomena "Death by PowerPoint". Presentasi yang tidak efektif ini tidak hanya membuang waktu, tetapi juga bisa mematikan ide-ide brilian. Namun, ada sebuah solusi, sebuah format presentasi revolusioner yang lahir sebagai jawaban atas masalah ini. Memperkenalkan Pecha Kucha (ペチャクチャ), sebuah format dari Jepang yang secara harfiah berarti "suara obrolan". Diciptakan oleh arsitek pada tahun 2003, aturannya sederhana namun sangat disiplin: 20 slide, dan setiap slide hanya ditampilkan selama 20 detik. Dengan total durasi 6 menit 40 detik, format ini memaksa para pembicara untuk menyampaikan gagasan mereka secara ringkas dan berdampak. Keajaiban Pecha Kucha terletak pada sifatnya yang otomatis. Slide akan terus berganti setiap 20 detik, memaksa pembicara untuk fokus pada inti pesan mereka dan membuang semua informasi yang tidak perlu. Alih-alih bergantung pada slide yang penuh teks, presentasi ini didorong oleh narasi lisan yang kuat dan gambar-gambar yang memukau secara visual. Slide tidak lagi menjadi contekan, melainkan panggung visual yang memperkuat cerita Anda.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan bahwa ia telah memiliki kelompok investor kaya raya yang siap mengakuisisi TikTok di Amerika Serikat. Trump menyatakan identitas para calon pembeli akan diumumkan dalam dua minggu ke depan. Namun, ia menekankan bahwa persetujuan dari Tiongkok tetap diperlukan
Pernahkah Anda merasa sudah mencoba segala cara untuk menyelesaikan suatu masalah, tetapi masalah itu terus kembali? Dari kemacetan lalu lintas yang seolah tak ada habisnya, hingga resolusi tahun baru yang selalu gagal di tengah jalan. Mungkin masalahnya bukan pada usaha kita, tetapi pada cara kita melihat masalah itu sendiri. Dalam episode kali ini, kita akan menyelami "berpikir sistem"—sebuah cara pandang revolusioner yang mengajarkan kita untuk melihat hubungan tak terlihat di balik setiap kejadian. Ini bukan teori rumit, melainkan sebuah lensa baru untuk memahami mengapa dunia bekerja seperti yang kita lihat, dan bagaimana kita bisa menjadi pemecah masalah yang lebih cerdas, bukan hanya pekerja keras. Kita akan membongkar "jebakan-jebakan sistem" yang sering kali membuat kita frustrasi. Misalnya, mengapa diet ketat justru sering berakhir dengan berat badan yang lebih tinggi? Atau bagaimana ketergantungan kita pada solusi instan—seperti kopi untuk melawan lelah—justru membuat kita semakin jauh dari solusi sebenarnya. Dengan berpikir sistem, kita menyadari bahwa ini bukanlah kegagalan pribadi, melainkan pola-pola yang bisa diprediksi. Memahami pola ini adalah langkah pertama untuk membebaskan diri dari siklus masalah yang berulang dan mulai menciptakan perubahan yang nyata dan bertahan lama. Yang paling menarik, kita akan membahas di mana letak "tombol rahasia" untuk mengubah sistem tersebut. Ternyata, perubahan terbesar sering kali tidak datang dari usaha yang paling keras, melainkan dari intervensi kecil di tempat yang tepat, atau yang disebut "titik ungkit". Alih-alih berusaha mengontrol segalanya, bagaimana jika kita belajar untuk "menari" dengan sistem kehidupan kita—baik dalam karir, keuangan, maupun hubungan? Dengarkan episode ini untuk menemukan cara mengubah pola pikir Anda dan mulai melihat solusi di tempat yang tak pernah Anda duga sebelumnya.
Merasa lelah karena selalu mengatakan "ya" untuk setiap permintaan? Anda tidak sendirian. Dalam episode podcast kali ini, kita akan membahas sebuah "keahlian super" yang sering terabaikan: kekuatan mengatakan "tidak". Kita akan mengupas mengapa menolak permintaan terasa begitu sulit, mulai dari rasa takut merusak hubungan hingga kekhawatiran akan reputasi. Temukan bagaimana "ya" yang terpaksa justru dapat membawa kita pada kelelahan, stres, dan kehilangan kendali atas hidup kita sendiri. Mari kita jelajahi konsep Empowered Refusal atau Penolakan yang Memberdayakan, sebuah cara revolusioner untuk merebut kembali waktu dan energi Anda. Penolakan yang Memberdayakan bukanlah tentang menjadi egois, melainkan tentang menjadi otentik. Alih-alih menolak dengan alasan eksternal seperti "Saya tidak bisa," seni ini mengajarkan kita untuk menolak dari dalam diri dengan berkata, "Saya tidak melakukan itu." Pendekatan ini mengubah penolakan dari sebuah keputusan sesaat menjadi sebuah cerminan dari prinsip dan kebijakan pribadi Anda. Dengan begitu, "tidak" yang Anda ucapkan terasa lebih final, tidak dapat dinegosiasikan, dan yang terpenting, tidak merusak hubungan karena penolakan itu adalah tentang diri Anda, bukan tentang menolak orang lain. Lalu, bagaimana cara mempraktikkannya? Kami akan membedah kerangka kerja A.R.T. yang sederhana namun kuat: Awareness (Kesadaran Diri), Rules (Membuat Aturan), dan Totality of Self (Totalitas Diri). Pelajari cara membangun kesadaran akan nilai-nilai Anda, menciptakan kebijakan pribadi yang melindungi prioritas Anda, dan mengomunikasikan penolakan dengan bahasa tubuh yang percaya diri. Dengarkan episode ini untuk mulai mengubah cara Anda berinteraksi dengan dunia dan menjadi arsitek sejati bagi kehidupan Anda.
Bayangkan sebuah pendekatan untuk perubahan yang tidak dimulai dengan pertanyaan "Apa masalahnya?", melainkan "Apa yang terbaik dari diri kita?". Inilah inti dari Inkuiri Apresiatif (AI), sebuah filosofi dan metodologi transformatif yang mengalihkan fokus dari memperbaiki kelemahan menjadi memperkuat apa yang sudah berhasil. Alih-alih memandang organisasi atau individu sebagai mesin yang rusak, AI melihatnya sebagai taman yang subur, penuh dengan potensi yang menunggu untuk ditemukan dan dipupuk. Dengan mencari dan mengapresiasi "inti positif"—kekuatan, nilai, dan keberhasilan masa lalu—AI membangun fondasi energi dan harapan yang kuat, menciptakan landasan yang subur untuk pertumbuhan yang otentik dan berkelanjutan, baik dalam skala organisasi, komunitas, maupun pengembangan diri pribadi. Inti dari praktik Inkuiri Apresiatif adalah Siklus 4-D yang dinamis: Discovery (Penemuan), Dream (Mimpi), Design(Rancangan), dan Destiny (Takdir). Perjalanan ini dimulai dengan Discovery, di mana kita secara kolektif menggali dan berbagi cerita tentang momen-momen puncak keberhasilan. Berbekal apresiasi ini, kita melangkah ke fase Dream untuk membayangkan masa depan yang paling ideal dan berani, tanpa terikat oleh batasan masa lalu. Dari visi yang menginspirasi ini, fase Design lahir, di mana kita secara kolaboratif merancang struktur dan proses konkret untuk mewujudkan impian tersebut. Akhirnya, fase Destiny adalah tentang implementasi, di mana setiap individu diberdayakan untuk mengambil tindakan dan menghidupkan visi bersama, memulai siklus perubahan positif yang berkelanjutan. Kekuatan transformatif dari Inkuiri Apresiatif tidak terletak pada pemikiran positif yang naif, melainkan pada kemampuannya untuk secara fundamental mengubah narasi. AI memahami bahwa pertanyaan yang kita ajukan membentuk realitas yang kita alami. Dengan secara sadar mengajukan pertanyaan positif dan berfokus pada kekuatan, kita mulai menulis ulang cerita kolektif kita—beralih dari kisah tentang kekurangan dan masalah menjadi narasi tentang potensi, kemungkinan, dan aspirasi. Narasi generatif inilah yang menjadi mesin perubahan, membangkitkan harapan, menginspirasi tindakan, dan pada akhirnya memberdayakan kita untuk secara sadar membangun masa depan yang kita inginkan, berdasarkan versi terbaik dari diri kita.
Selamat datang di sebuah cara pandang baru dalam menghadapi perubahan. Dalam "Holding Change," adrienne maree brown mengajak kita melampaui teknik fasilitasi dan mediasi biasa, dan masuk ke dalam sebuah praktik yang ia sebut sebagai "cara suci." Ini bukan tentang memimpin rapat dengan kaku, melainkan tentang bagaimana kita secara sadar dan penuh kasih memegang energi dinamis dari sebuah kelompok—baik itu keluarga, tim kerja, atau komunitas. Alih-alih menciptakan ruang yang statis, kita diundang untuk menjadi mitra dari perubahan itu sendiri, membimbingnya dengan kelembutan, dan menavigasi setiap dinamikanya dengan tujuan untuk bertumbuh dan menyembuhkan luka bersama. Inti dari filosofi ini adalah Emergent Strategy, sebuah pendekatan yang belajar dari kearifan alam. Sama seperti ekosistem yang kompleks dan tangguh lahir dari interaksi-interaksi sederhana, kita pun dapat menciptakan perubahan besar melalui hubungan dan praktik kecil yang disengaja. Konsep fraktal mengajarkan bahwa cara kita berkomunikasi dalam skala kecil akan tercermin pada budaya kelompok yang lebih besar. Dengan berakar pada kebijaksanaan Feminis Hitam, buku ini menekankan pentingnya membangun kepercayaan, mengarahkan perhatian pada hal-hal yang ingin kita tumbuhkan, dan memahami bahwa batasan yang sehat adalah bentuk cinta—baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Prinsip-prinsip dalam "Holding Change" tidak hanya relevan untuk para aktivis, tetapi juga sangat aplikatif dalam kehidupan kita sehari-hari. Ini adalah undangan untuk menjadi lebih sadar, sabar, dan terampil dalam setiap interaksi. Bayangkan bagaimana hubungan di tempat kerja, dinamika dalam keluarga, atau musyawarah di lingkungan Anda bisa berubah jika kita semua fokus pada mendengarkan lebih dalam dan membangun kepercayaan. Pada akhirnya, buku ini mengajarkan bahwa perubahan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau dikendalikan, melainkan sebuah tarian yang bisa kita ikuti dan bentuk bersama dengan penuh kebijaksanaan dan cinta.
Podcast INIKOPER mengupas cepat buku "Restoring Sanity: Practices to Awaken Generosity, Creativity, and Kindness in Ourselves and Our Organizations" karya Margaret J. Wheatley. Salah satu penulis favorit kami. Buku ini berargumen bahwa kepemimpinan di era modern menjadi luar biasa sulit akibat "badai sempurna" dari berbagai krisis global, keserakahan, dan ketakutan yang meluas. Alih-alih mencoba mengubah dunia secara keseluruhan—sebuah tugas yang mustahil—Wheatley mengusulkan pendekatan yang lebih realistis dan berdampak: para pemimpin harus fokus menciptakan "Islands of Sanity" (Pulau-Pulau Kewarasan). Pulau-pulau ini adalah lingkungan—baik dalam tim, departemen, atau organisasi—di mana kewarasan dipulihkan dengan cara membangkitkan kembali sifat-sifat dasar manusia yang paling mulia: kedermawanan (generosity), kreativitas (creativity), dan kebaikan hati (kindness). Hal ini dicapai melalui "kepemimpinan yang waras" (sane leadership) dan serangkaian praktik konkret yang dirancang untuk membangkitkan jiwa manusia (human spirit) yang tertidur. Selama menyimak episode keren ini.
Credit video: https://www.instagram.com/periplus.bookstore/reel/DEew58Py_PM/Puty Puar membuat sebuah buku bergambar untuk membantu para pembacanya menemukan diri mereka sendiri secara lebih utuh. Buku ini bukanlah “obat generik” atau “lensa sapujagad”. Ditulis dari perspektif seorang perempuan yang hidup dalam dinamika dunia sosial, Self-Improved Me lebih tepat dipahami sebuah peranti untuk memahami diri sendiri. Tentu saja, “proses” adalah sebuah kata yang diandaikan ketika membaca buku ini. Alih-alih sebagai sebuah menu makanan berat, ini adalah sajian kudapan yang ringan untuk disantap. Di dalam buku ini, kita akan menemukan ilustrasi sang penulis yang sangat membantu untuk memahami dan menjalani proses penemuan diri. Ada sekian banyak templat untuk latihan mandiri dan saran praktis untuk menyusun prioritas, mengukur kemajuan, dan membuat keputusan-keputusan yang lebih baik, berdasarkan refleksi dan evaluasi atas diri kita sendiri.
Di tengah tekanan kerjaan, gak jarang kita ngerasa kewalahan dan stres. Alih-alih rehat, kita sering malah denial, "gak kok.. ini capek doang". Hati-hati ya, jangan-jangan itu indikasi bahwa kita mengabaikan kesehatan mental. Ini berbahaya kalau dibiarin, kondisi psikologis yang gak balance bakal mengacaukan banyak hal, termasuk produktivitas. Pas banget nih, di Bulan Kesadaran Kesehatan Mental, Uang Bicara episode Kerja Produktif dan Tetap Waras, Muluk Gak sih? bakal ngomongin: 1. Gimana tingkat kesadaran pekerja Indonesia soal kesehatan mental?2. Apa saja dampak mengabaikan kesehatan mental?3. Bagaimana mendapatkan layanan psikologis yang ramah di kantong?Dengerin podcastnya di KBR Prime, Spotify, Noice, dan platform podcast lainnya.Kalau kamu suka konten ini, kasih bintang 5 ya!
Kalangan buruh tengah menanti realisasi janji Presiden Prabowo untuk menghapus sistem kerja alih daya alias outsourcing. Janji ini ia lontarkan di hadapan ribuan buruh pada aksi May Day di Lapangan Monas, Jakarta pada 1 Mei 2025.Komitmen itu bakal ditindaklanjuti lewat pembentukan Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional, yang akan melibatkan tokoh-tokoh buruh Indonesia. Mereka bertugas memberi nasihat ke Presiden terkait perbaikan regulasi yang berpihak pada pekerja, salah satunya pengapusan sistem alih daya.Janji Prabowo disambut positif kalangan buruh yang kerap dirugikan oleh sistem outsourcing. Sistem ini banyak disebut sebagai perbudakan modern.Di sisi lain, tak sedikit juga yang sangsi janji Presiden bakal terealisasi. Pasalnya, praktik outsourcing sudah lama berjalan dan dilegalkan sejak 2003 melalui UU Ketenagakerjaan di era pemerintahan Presiden Megawati.Apakah janji Prabowo akan jadi nyata atau omon-omon belaka? Bagaimana mekanisme penghapusan outsourcing? Apa saja dampaknya? Seperti apa wajah ketenagakerjaan Indonesia jika outsourcing dihapus?Di Ruang Publik KBR, topik ini akan dibahas mendalam bersama Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Presiden Partai Buruh, Said Iqbal dan Peneliti dan Pengamat Ketenagakerjaan, Tadjuddin Noer Effendi.
Cerita perjalanan tiap brand modest memang tidak sama, namun semuanya cukup setuju di masa pandemi adalah masa kejayaan brand modest khususnya untuk penjualan online. Meski setelahnya, perlahan mulai dihadapkan realita yang tak cukup indah. Alih-alih terpuruk karena produksian tidak mencapai angka sebelumnya, Atala Scarves justru menemukan solusi yang tak mudah namun tepat lewat 'melepaskan' konveksi perusahaan. Dengarkan selengkapnya di episode ini!
Bagi kita yang waras, demo “Indonesia Gelap” adalah peringatan agar Indonesia tidak ambruk dalam kehancuran. Alih-alih mendengar kritik publik , Presiden Prabowo malah mencibir dan memaki kritik itu dengan menyebutnya “Ndasmu!”. Prabowo seperti tak sadar bencana pemerintahannya dimulai dari pelbagai kebijakan Jokowi. Jika Anda tak cemas dengan pemerintahan yang takut kepada lukisan dan lagu, Indonesia benar-benar menuju kegelapan. - - - Kunjungi s.id/bacatempo untuk mendapatkan diskon berlangganan Tempo Digital. Unduh aplikasi Tempo untuk membaca berbagai liputan mendalam Tempo. Leave a comment and share your thoughts: https://open.firstory.me/user/cm2k3v5860000mbvp8f18bx61/comments Powered by Firstory Hosting
Pada episode podcast kali ini, kita akan bersama May Rio Christofer Pranata, seorang influencer muda dari Surabaya. Dalam episode ini, kita akan menyelami perjalanan seorang kreator konten yang memulai kariernya sejak bangku SMP. Dari sekadar iseng mengikuti tren hingga menjadikannya sebagai sumber penghasilan utama, Rio membagikan kisahnya yang penuh inspirasi tentang ketekunan dan adaptasi di era digital.Rio juga mengungkap bagaimana awalnya keluarganya menganggap konten digital sebagai sesuatu yang tidak serius, hingga akhirnya mereka menyadari potensinya sebagai karier yang menguntungkan. Perjalanan ini menggambarkan pentingnya komunikasi dan edukasi tentang profesi di industri kreatif, terutama bagi generasi muda yang ingin menjadikan passion mereka sebagai pekerjaan yang nyata. Dengan perkembangan media sosial yang terus berubah, Rio juga berbagi pengalamannya berpindah dari platform Dubsmash ke Musical.ly, hingga akhirnya menemukan momentum besar di TikTok selama pandemi.Namun, perjalanan ini tidak selalu mulus. Rio menghadapi tantangan besar, termasuk kehilangan akun TikTok dengan 20.000 followers yang sudah ia bangun dari nol. Alih-alih menyerah, ia justru bangkit dan menemukan strategi baru untuk membangun kembali kehadirannya di dunia digital. Dari kisah ini, kita belajar tentang ketahanan mental, pentingnya adaptasi, dan bagaimana generasi Z mampu mengatasi rintangan dengan kreativitas mereka.Selain itu, episode ini juga mengupas sisi emosional dari perjalanan seorang kreator muda, mulai dari tekanan untuk selalu tampil sempurna, perasaan overthinking, hingga kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain yang sering kali menghambat langkah pertama. Di sisi lain, ada banyak hal positif yang bisa diteladani dari generasi Z, seperti semangat inovasi, keberanian mencoba hal baru, dan perencanaan masa depan yang matang.
Rakyat Palestina di Gaza menyatakan kemarahannya atas pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Trump menyatakan hendak mengosongkan Gaza dan mengusir warga Gaza dari tanah airnya.
VOA This Morning Podcast - Voice of America | Bahasa Indonesia
Presiden AS Donald Trump ingin AS mengambil alih kepemilikan Gaza saat menjamu PM Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih. Sementara itu, pemerintah Indonesia secara tegas menolak rencana Presiden Trump untuk memindahkan warga Palestina di Gaza secara massal ke negara tetangga.
Di luar kampus perguruan tinggi, perpustakaan di AS relatif tak banyak dikunjungi warga. Tapi bagi sejumlah perpustakaan umum, ini menjadi kesempatan untuk mempertahankan relevansi mereka, yaitu dengan alih guna perpustakaan, untuk melayani kebutuhan lain bagi komunitas yang membutuhkan.
Sebuah Puisi karya Ardi Kamal Karima Disuarakan oleh Insom-Mia Puisi "Belajar Nama-Nama Makanan" oleh Ardi Kamal Karima menyampaikan kritik terhadap norma kesehatan dan kontradiksi dalam sistem sosial. Si aku lirik mempertanyakan nasihat medis yang memaksakan standar "sempurna," seperti makan sayur dan daging untuk menjadi sehat. Alih-alih mengikuti saran itu, ia mengekspresikan keinginan untuk hidup lebih bebas, seperti menjadi sayur yang tetap kuat meski dalam kondisi sulit, atau vegetarian yang memilih sesuai keinginannya. Puisi ini juga menggambarkan perjuangan melawan kebisingan pikiran dan kerumitan mental yang ingin dijinakkan. Di bagian kedua, puisi menyentuh ironi dan hipokrisi, mencerminkan frustrasi terhadap otoritas yang tidak konsisten. Dokter yang menganjurkan hidup sehat justru melanggar prinsipnya sendiri dengan minum miras. Hal ini melambangkan ketidakmampuan sistem modern menjawab kebutuhan emosional manusia, seperti kebahagiaan sederhana yang dilambangkan dalam "empat sehat lima bahagia." Dengan nada satir dan paradoks, puisi ini menjadi refleksi mendalam atas kompleksitas manusia dan keinginan untuk meraih kebebasan dari tekanan eksternal.
Mabes Polri memutuskan mengambil alih penanganan kasus pemerasan yang diduga dilakukan oleh 18 oknum polisi terhadap 45 warga negara Malaysia saat menghadiri konser Jakarta Warehouse Project (DWP). Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri, Irjen Abdul Karim mengungkapkan, hal tersebut bertujuan mempercepat proses penyelidikan dan memastikan objektivitas dalam penanganannya.
Prabowo Subianto ingin menghapus pemilihan kepala daerah secara langsung dan mengembalikannya kepada DPRD. Alih-alih maju, wacana ini justru membuat demokrasi mundur seperti era orde baru. Lagi pula menghapus pilkada langsung belum tentu jadi solusi dari bengaknya biaya politik. Justru membuat proses pemilihan menjadi lebih transaksional. - - - Kunjungi s.id/dukungtempo untuk mendapatkan diskon berlangganan Tempo Digital. Unduh aplikasi Tempo untuk membaca berbagai liputan mendalam Tempo. Leave a comment and share your thoughts: https://open.firstory.me/user/cm2k3v5860000mbvp8f18bx61/comments Powered by Firstory Hosting
VOA This Morning Podcast - Voice of America | Bahasa Indonesia
Ancaman Trump untuk ambil alih kendali Terusan Panama membuat gusar Panama dan Meksiko. Sementara itu, Aceh masih dibelenggu kemiskinan, meski bencana Tsunama sudah 20 tahun berlalu.
This episode, recorded live at the Becker's Healthcare 30th Annual The Business and Operations of ASCs, features Dr. Alih Mesilawa, Neurosurgeon for DISC Sports & Spine Center. Here, he discusses strategies for increasing patient volume while maintaining a high-quality patient experience. Alih also explores the benefits and challenges of integrating new technology within the ASC system and emphasizes the importance of financial transparency with patients.
Anamaria Sayre brings some exciting new sounds coming out Mexico City (while recording from Mexico City) including sweet new music from Colombian artist Elsa Y Elmar, while Felix Contreras shares new jazz-classical out of Barcelona and more.Songs featured in this episode:•Elsa y Elmar, "Palacio"•Alih Jey, "Luz de Gas"•Little Jesus, "Tierra Llamando A Sant"•Lucia Fumero, "Folklore II"Audio for this episode of Alt.Latino was edited and mixed by Simon Rentner. Editorial support from Hazel Cills. Our project manager is Grace Chung. NPR Music's executive producer is Suraya Mohamed. Our VP of Music and Visuals is Keith Jenkins.Learn more about sponsor message choices: podcastchoices.com/adchoicesNPR Privacy Policy
Anamaria Sayre brings some exciting new sounds coming out Mexico City (while recording from Mexico City) including sweet new music from Colombian artist Elsa Y Elmar, while Felix Contreras shares new jazz-classical out of Barcelona and more.Songs featured in this episode:•Elsa y Elmar, "Palacio"•Alih Jey, "Luz de Gas"•Little Jesus, "Tierra Llamando A Sant"•Lucia Fumero, "Folklore II"Audio for this episode of Alt.Latino was edited and mixed by Simon Rentner. Editorial support from Hazel Cills. Our project manager is Grace Chung. NPR Music's executive producer is Suraya Mohamed. Our VP of Music and Visuals is Keith Jenkins.Learn more about sponsor message choices: podcastchoices.com/adchoicesNPR Privacy Policy
Following reports of Australia-born baby where its Indonesian parents did not want to care for, SBS Indonesian contacted the Indonesian representative in Sydney regarding the extent to which this issue was the government's responsibility. - Menyusul laporan adanya bayi kelahiran Australia dari orang tua WNI yang diserahkan untuk diadopsi karena orang tuanya tidak mau merawat, SBS Indonesian menghubungi perwakilan RI di Sydney terkait sejauh apa isu ini menjadi tanggung jawab pemerintah.
Alih-alih mengingatkan Jokowi agar tak terjerembap dalam hasrat melanggengkan kekuasaan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno justru menjadi operator yang mewujudkannya. Bukan hanya tak patut, mantan rektor UGM itu juga mengkhianati intelektualitasnya sebagai akademikus. Temuan Tempo mengungkapkan bahwa ia berperan dalam melobi hakim konstitusi agar membuka jalan politik bagi Gibran serta membujuk partai politik agar menerima anak Jokowi itu dalam koalisi pemilihan presiden. - - - Kunjungi s.id/tempo199 untuk berlangganan Tempo Digital hanya Rp 199 ribu setahun. Unduh aplikasi Tempo untuk membaca berbagai liputan mendalam Tempo. --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/apakatatempo/message
Pernah gak kalian ngebayangin gimana rasanya jadi orang Indonesia ketika hidup pada awal masa kemerdekaan? Pastinya kita akan merasa lega yang luar biasa ya karena sudah 3 abad lebih negara kita terjajah. Sekarang coba kalian bayangin kalau ada kekuatan asing yang ingin merenggut kebahagiaan tersebut, dan akan melakukan apa pun agar kemerdekaan yang kita rasakan bisa direnggut kembali. Hmm, pastinya nggak terima dong dan mungkin bakal was-was mengantisipasi langkah licik yang dipersiapkan lawan kita. Well, perasaan itulah yang dirasain sejumlah penduduk Indonesia selama beberapa tahun setelah negara kita merdeka pada tahun 1945. Alih-alih menikmati kemerdekaan, beberapa kota di Indonesia pada saat itu diteror dengan ancaman sebuah agensi intelijen asal Belanda bernama NEFIS. Yang membuat NEFIS begitu menakutkan adalah mereka mampu menarik dukungan pribumi Indonesia. Bahkan, Mantan Menteri Penerangan sekaligus orang terdekat mantan Presiden Soeharto, Ali Moertopo, juga pernah dituduh sebagai anggota NEFIS. Lalu bagaimana sejarah dan kiprah NEFIS di Indonesia? Inilah Risalah NEFIS dan Upaya Terakhir Belanda!
Apa khabar Geng Momok semua jom tonton Malam Seram dengan kisah seram seperti gangguan seram di Asrama serta kisah anak dan ibu duduk dirumah yang berpuaka. Malam Seram The Horror Talk Show bukan sekadar cerita seram. Jangan mudah percaya dengan apa yang anda dengar. Anggap semua sekadar hiburan semata. MALAM SERAM adalah segmen LIVE perkongsian pengalaman seram dan misteri. Anggap ia hanya sekadar perkongsian sahaja. Jangan mudah percaya dan terlalu taksub dengan apa yang anda dengar! MALAM SERAM The Horror Talk Show Bukan Sekadar Cerita Seram. Background music Malam Seram dapatkan dari sini : (Free trial untuk 30 hari) https://www.epidemicsound.com/referral/n5l29b/
For decades, Sydney was seen as Australia's largest city but the Australian Bureau of Statistics says that has now changed, as Melbourne overtakes Sydney as Australia's largest state. - Selama beberapa dekade, Sydney dipandang sebagai kota terbesar di Australia tetapi Biro Statistik Australia mengatakan bahwa sekarang hal itu telah berubah, karena Melbourne menyusul Sydney sebagai negara bagian terbesar di Australia.