Podcasts about lembaga ilmu pengetahuan indonesia lipi

  • 5PODCASTS
  • 13EPISODES
  • 12mAVG DURATION
  • ?INFREQUENT EPISODES
  • Mar 31, 2021LATEST

POPULARITY

20172018201920202021202220232024


Best podcasts about lembaga ilmu pengetahuan indonesia lipi

Latest podcast episodes about lembaga ilmu pengetahuan indonesia lipi

Diskusi Biologi
Diskusi Biologi - Onny N Marwayana

Diskusi Biologi

Play Episode Listen Later Mar 31, 2021 76:11


Untuk mengetahui keanekaragaman ikan, ternyata sekarang bisa menggunakan sampel air, sedimen tanah, atau berbagai hal yang dapat mewakili suatu individu atau komunitas. Nah, kali ini Diskusi Biologi kedatangan teman diskusi Mas Onny N Marwayana dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Disini Mas Onny bercerita tentang environmental DNA. Apakah itu? Yuk langsung simak Diskusi Biologi kali ini. #environmentaldna #edna #dna #molekuler #ikan #biodiversitas #keanekaragamanhayati #diskusibiologi #diskusi #biologi #akademisi #praktisi #industri #kolaborasi #multidisiplin #interdisiplin #transdisiplin #podcast #podcastindonesia Backsound Cool Jazz Loops by JuliusH from Pixabay

dna nah untuk apakah yuk pixabay diskusi biologi lembaga ilmu pengetahuan indonesia lipi
BroadCash By Bisnis Indonesia
Polemik Ekspor Lobster, Antar Susi Pudjiastuti Kembali Jadi Menteri?

BroadCash By Bisnis Indonesia

Play Episode Listen Later Dec 2, 2020 25:34


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan potensi benih lobster alam di laut Indonesia mencapai 20 miliar ekor per tahun. Pakar crustacea Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Rianta Pratiwi mengatakan faktor alam yang mencakup dinamika oseanografi dan klimatologi sangat mempengaruhi keberadaan dan stok benih lobster alam di laut Indonsia. Di samping itu, kualitas lingkungan perairan laut dan aktivitas penangkapan juga berpengaruh terhadap keberadaan stok benih lobster di alam. Hemm, dengan melihat potensi benih lobster alam di laut Indonesia, apakah kebijakan ekspor benur dianggap tepat? Atau, lebih baik benihnya dibudidaya di dalam negeri?  Bagaimana, menurut Sobat Bisnis? --- This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app Support this podcast: https://anchor.fm/broad-cash/support

News Beat
News Beat 23 Mei 2019

News Beat

Play Episode Listen Later May 23, 2019 1:41


- Pemerintah Indonesia membatasi penggunaan media sosial untuk memerangi hoax - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama pemerintah menyiapkan peta hotspot infeksi zoonosis di Indonesia guna mengamankan keanekaragaman hayati - Baju hangat yang dikenakan vokalis Nirvana, Kurt Cobain dalam pemotretan terakhirnya laku terjual 75 ribu USD atau Rp1 milyar dalam sebuah pelelangan

indonesia nirvana usd kurt cobain rp1 lembaga ilmu pengetahuan indonesia lipi
Sains Sekitar Kita
043 - Apa Yang Salah Dengan Pendidikan Sains Kita?

Sains Sekitar Kita

Play Episode Listen Later Jan 20, 2019 5:46


Bertahun-tahun bapak-ibu guru bicara di depan kelas tentang rumus-rumus fisika, kimia, dan matematika. Sementara anak-anak pesimistis dengan manfaat pelajaran sains di sekolah. Apa yang salah dengan pendidikan sains kita? Simak penjelasan Intan Suci Nurhati, peneliti iklim dan kelautan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan fisikawan LIPI Haryo Sumowidagdo di Sains Sekitar Kita. Ceritanya disusun Ikhsan Rahardjo. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id

kita apa salah dengan kami simak pendidikan sementara ceritanya sains lembaga ilmu pengetahuan indonesia lipi sains sekitar kita
Sains Sekitar Kita
039 - Yang Tidak Kamu Ketahui dari Bakteri Baik

Sains Sekitar Kita

Play Episode Listen Later Jan 20, 2019 5:57


Reputasi bakteri memang telanjur jelek. Orang lebih mengenal bakteri sebagai biang keladi berbagai penyakit. Padahal tak semua jahat. Selengkapnya di Sains Sekitar Kita bersama Dr Puspita Lisdiyanti, peneliti mikrobiologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id

kami orang tidak kamu baik padahal selengkapnya ketahui bakteri lembaga ilmu pengetahuan indonesia lipi sains sekitar kita
Sains Sekitar Kita
037 - Apa Yang Terjadi Ketika Kita Keracunan Makanan?

Sains Sekitar Kita

Play Episode Listen Later Jan 20, 2019 6:02


Sains Sekitar Kita kali ini mengupas penyebab seseorang bisa keracunan makanan. Menghadirkan Dr Puspita Listiyanti, peneliti bakteri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Kisahnya disusun Ikhsan Raharjo. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id

kita kami ketika makanan terjadi lembaga ilmu pengetahuan indonesia lipi sains sekitar kita
Sains Sekitar Kita
026 - Mengapa Sentimen Primordial Kerap Dipolitisasi?

Sains Sekitar Kita

Play Episode Listen Later Jan 20, 2019 6:13


Meskipun kita tahu fakta keberagaman, sebagian dari kita ragu menoleransinya. Walhasil kemajemukan seringkali malah jadi batu sandungan demokrasi. Peneliti demografi politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Riwanto Tirtosudarmo menyebutnya sebagai disintegration from within. Selengkapnya di Sains Sekitar Kita. Kisahnya disusun Ikhsan Rahardjo. Selamat Mendengarkan. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id

kami mengapa primordial meskipun selengkapnya peneliti lembaga ilmu pengetahuan indonesia lipi sains sekitar kita
Sains Sekitar Kita
Sains Sekitar Kita: Pembelajaran sains, mengapa begitu dogmatis?

Sains Sekitar Kita

Play Episode Listen Later Jan 20, 2019 5:46


Kwanchai.c/ShutterstockIndonesia mengalami darurat kualitas pembelajaran sains. Sebagian besar lulusan sekolah menengah atas, belum menguasai matematika sederhana (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian angka sederhana), kemampuan yang semestinya telah dikuasai saat sekolah dasar. Apa yang salah dengan pendidikan sains di Indonesia? Intan Suci Nurhati, peneliti iklim dan kelautan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), punya kenangan kurang baik terhadap pelajaran sains di SMA. Walau dia belajar ilmu pengetahuan alam, gurunya tidak pernah mengajarkan tentang El Niño–Osilasi Selatan (ENSO). Padahal, menurut dia, ENSO merupakan siklus alam dan fenomena iklim terbesar abad ke-21. Fisikawan LIPI Suharyo Sumowidagdo mengkritik pengajaran sains di Indonesia yang dogmatis. Sangat sedikit diterangkan atau bahkan tidak pernah dijelaskan bagaimana asal usul suatu konsep dasar ilmu pengetahuan. Bertahun-tahun siswa mendengarkan penjelasan guru tentang rumus-rumus fisika, kimia, dan matematika. Apa itu belum cukup? Menurut Suharyo, dampak pelajaran sains akan lebih terasa jika siswa banyak bereksperimen sederhana. Karena itu, metode pembelajaran pendidikan sains di sekolah harus segera dibenahi. Edisi ke-42 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!

indonesia apa selamat sma mengapa padahal malika begitu sangat edisi walau sebagian enso kwanchai lembaga ilmu pengetahuan indonesia lipi sains sekitar kita
Sains Sekitar Kita
Sains Sekitar Kita: Kenali tanda keracunan makanan

Sains Sekitar Kita

Play Episode Listen Later Dec 2, 2018 6:02


Ilustrasi tiga dimens bakteri Salmonella, yang kerap menginfeksi makanan. Kateryna Kon/ShutterstockMakan banyak harusnya bikin tenaga Anda berlipat. Tapi kalau setelah makan Anda justru demam, perut melilit, dan mual-muntah, awas! Jangan-jangan Anda keracunan makanan! Menurut Puspita Listiyanti, peneliti bakteri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), makanan yang terkontaminasi bakteri itu akan terlihat berlendir dan bau, serta teksturnya hilang jadi lembek. Apa yang sebenarnya terjadi ketika kita keracunan makanan? Keracunan makanan terjadi karena mengonsumsi makanan basi, makanan yang tidak dimasak dengan baik, atau makanan yang terlalu lama di udara luar. Udara banyak bakterinya, seperti salmonela, yang menyebar melalui kotoran. Ini bakteri yang bisa menyebar melalui makanan terkontaminasi dan juga udara yang menjadi penyebab diare. Daging dan susu sangat disukai oleh mikroba. Walau hanya satu sel menempel di situ, dengan cepat dia akan berkembang biak. Bakteri-bakteri itu dalam waktu 1 x 24 jam bisa berkembang biak dari satu sel jadi miliaran sel yang bisa menyebabkan manusia sakit. Kontaminasi bakteri mematikan pernah terjadi di beberapa negara. Awal 2017, produk daging asal Afrika Selatan tercemar bakteri jenis Listeria. Sekitar 1000 orang terinfeksi dan 216 orang tewas karena bakteri ini. Gara-gara itu lembaga kesehatan dunia WHO mencatat kasus tersebut sebagai wabah Listeria terparah sepanjang sejarah. Bakteri hidup dan berkembangbiak di mana-mana termasuk di air, panci, piring, sendok, gelas, dan semua peranti dapur. Pemanasan adalah salah satu sterilisasi untuk membunuh bakteri. Atau juga bisa memasukkan ke dalam kulkas, supaya bakteri tidak bisa berkembang biak. Bakteri hidup pada suhu 30 derajat. Yang mesti digarisbawahi, bakteri bukan pelaku tunggal keracunan makanan. Singkong, bayam, tomat juga bisa bikin kita keracunan karena di dalamnya ada racun alami untuk menghalau predator, jamur, dan serangga. Puspita Listiyanti menjelaskan bakteri yang kerap menyerang manusia. Edisi ke-37 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!

Sains Sekitar Kita
Sains Sekitar Kita: Bakteri baik untuk manusia, bagaimana mereka bekerja

Sains Sekitar Kita

Play Episode Listen Later Nov 26, 2018 6:44


Sevka Abdullah/Flickr, CC BY-SAReputasi bakteri memang terlanjur jelek. Orang awam lebih mengenal bakteri sebagai biang keladi penyakit diare, TBC alias tubercolosis, atau tifus. Padahal, sebenarnya semua makhluk hidup itu punya dua sisi, jahat dan baik. Begitu juga mikro organisme. Ada yang jahat dan baik. Mikroba tugasnya adalah mengurai. Di tubuh manusia, misalnya, bakteri mengurai kulit dengan cara memakannya. Lendir-lendir juga mereka dimakan. Mereka mengurainya menjadi zat yang lebih sederhana sehingga bisa dimakan oleh mikroba yang lain. Di dalam tubuh kita banyak sekali bakteri baik dan jahat. Tugasnya menguraikan senyawa-senyawa, apa pun senyawa itu. Tanpa bantuan mikroskop, jangan harap bisa lihat wujudnya. Bentuknya sangat kecil. Namun, bakteri makhluk super kuat, karena bisa hidup di kondisi paling ekstrem. Dia juga makhluk yang kompleks. Sebagian bakteri dalam tubuh manusia bikin manusia sakit, sebagian lainnya justru bikin kita sehat. Ada bakteri sahabat bapak-ibu petani dan industri makanan. Namanya asam laktat dan asetat. Di Eropa, duet bakteri ini dipakai untuk membuat cuka. Di sini, bisa dibuat masker dan minuman maknyus dari fermentasi kelapa, nata de coco. Puspita Lisdiyanti, peneliti mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menjelaskan bakteri baik dan berguna bagi manusia. Dia dan ilmuwan-ilmuwan lain sedang mendalami potensi manfaat bakteri yang berasal dari tubuh hewan. Dari sana, bisa muncul vaksin dan obat berguna untuk melawan seabrek penyakit. Di tangan para ilmuwan, bakteri baik bisa bikin sehat. Tapi di tangan kita, bakteri jahat bisa bikin mules-mules. Edisi ke-36 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Aisha Rachmansyah. Selamat mendengarkan!

Sains Sekitar Kita
Sains Sekitar Kita: Bahaya mikroplastik di balik konsumsi harian kita

Sains Sekitar Kita

Play Episode Listen Later Aug 12, 2018 6:18


Sampo berisi butiran halus (microbead) yang jadi sumber mikro plastik. Berbahaya bagi lingkungan. KYTan/ShutterstockPlastik adalah anak kandung Revolusi Industri yang bergemuruh di tanah Eropa pada abad ke-19. Penemunya, Alexander Parkes dari Inggris, pernah menciptakan perkakas dapur berbahan plastik. Peminatnya banyak. Tapi sayang plastik generasi pertama itu masih kelewat mahal dan mudah retak. Penemuan plastik kemudian disempurnakan oleh ilmuwan-ilmuwan berikutnya. Sampai akhirnya era kejayaan plastik dimulai bersamaan dengan genderang Perang Dunia Kedua. Di Amerika Serikat saja, produksi plastik naik 300%. Kebanyakan dipakai sebagai komponen penting peralatan militer. Baru sekitar 1950-an, kurang dari 70 tahun lalu plastik dikomersialkan, seperti untuk kotak makanan dan kantong plastik. Masalahnya, biaya membuat plastik itu lebih murah dari biaya daur ulang plastik itu sendiri. Yang berbahaya bukan hanya sampah plastik yang tampak oleh mata, tapi juga pecahan kecil plastik yang ukurannya kurang dari setengah sentimeter yang disebut mikroplastik. Ada pula plastik seukuran virus yang disebut nanoplastik. Sampai sini plastik berubah jadi masalah. Peneliti mikroplastik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Muhammad Reza Cordova, menjelaskan dampak konsumsi plastik bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Ilmuwan memprediksi pada 2050 jumlah sampah plastik di laut lebih banyak daripada jumlah ikan. Ada dua sumber utama pencemaran mikroplastik. Pertama, sampah plastik besar seperti botol minuman atau sedotan yang hancur berkeping-keping di lautan. Kedua, produk kosmetik yang mengandung microbeads. Kalau Anda pernah mencuci muka dengan sabun yang ada butiran halus, itulah yang disebut microbeads, sumber utama pencemaran sampah mikroplastik. Bila mikroplastik itu masuk ke saluran pencernaan manusia, bisa merobek usus atau lambung karena pecahan ini tidak bisa dicerna. Bisa saja sebagian keluar bersama kotoran, tapi masih ada yang tertinggal. Apalagi bila masuk sel darah, plastik mikro ini ikut terserap dalam jaringan sel darah dan bisa mengganggu sistem syaraf pusat. Bila terlalu sering bisa menyebabkan gangguan sistem pencernaan atau sistem syaraf, dan perlahan bisa mati. Edisi ke-21 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!

Sains Sekitar Kita
Sains Sekitar Kita: Saat ilmu sosial makin relevan di dunia digital

Sains Sekitar Kita

Play Episode Listen Later Jun 3, 2018 6:09


Kmls/ShutterstockIlmu sosial pada era digital justru menemukan ladang yang subur dalam penyelesaian masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh ilmu-ilmu komputer. Sebab, secanggih apa pun algoritme, perilaku manusia dan masyarakat membutuhkan penjelasan dari ilmuwan sosial seperti psikologi, sosiologi, antropologi, dan ilmu sosial lainnya. Bahkan ilmu bahasa makin dibutuhkan untuk mengenali pola-pola komunikasi di media sosial. Suharyo Sumowidagdo, fisikawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan ilmu sosial sampai kapan pun, selama masih ada manusia, masih relevan. Kecuali semua manusia menjadi robot, tapi itu tidak mungkin. Bagaimana pun juga algoritme itu mesin. Dia butuh data, yang memasukkan data itu adalah manusia, makhluk sosial. Apa pun ilmunya, yang terpenting adalah mengembangkan berpikir kritis, agar tidak terjebak dengan berfikir dogmatis. Kali ini Suharyo Sumowidagdo bercerita tentang relevansinya ilmu sosial dari perspektif fisikawan. Edisi ke-13 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Ikram Putra. Selamat mendengarkan!

digital apa selamat saat bagaimana makin dunia bahkan ilmu sosial sebab edisi lembaga ilmu pengetahuan indonesia lipi sains sekitar kita
Sains Sekitar Kita
Sains Sekitar Kita: Abad manusia bikin bumi makin panas, di laut ada jawaban

Sains Sekitar Kita

Play Episode Listen Later Apr 8, 2018 6:50


Lamun tumbuh di perairan dangkal Raja Ampat, Indonesia. Ethan Daniels/ShutterstockPerubahan iklim sebenarnya alamiah bagi planet bumi. Misalnya, iklim bumi pada periode Cretaceous sekitar 144 juta tahun lalu jauh lebih hangat daripada saat ini. Keadaan yang berubah itu memicu makhluk di planet ini beradaptasi walau sebagian berakhir mati. Sebaliknya planet ini juga pernah mengalami beberapa kali zaman es. Ada empat kali zaman es dalam 500 ribu tahun terakhir. Selama periode ini, suhu bumi turun drastis, mengubah laut menjadi gunung es dan sungai menjadi gletser. Semua berjalan alamiah dan makan waktu sangat lama. Bandingkan perubahan iklim bumi di era tersebut dengan keadaan pasca revolusi industri pada abad ke-19. Hari ini lapisan atmosfer bumi terkepung gas karbon monoksida dan metana dari bahan bakar industri dan kendaraan bermotor. Hutan yang menyerap karbon habis dibabat, berubah menjadi lahan perkebunan dan perumahan. Akibat semua ini, suhu bumi naik setengah derajat hanya dalam waktu ratusan tahun saja. Periode ini yang disebut oleh ilmuwan meteorologi penerima penghargaan Nobel, Paul Crutzen sebagai Antroposen. Manusia sebagai aktor yang sangat mempengaruhi planet ini. Bagaimana mengurangi dampak pemanasan global? Intan Suci Nurhati, peneliti iklim dan laut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menjelaskan Indonesia punya senjata pamungkas untuk mengurangi dampak pemanasan global. Senjata itu bernama lamun, sejenis tumbuhan hijau di pesisir pantai Indonesia yang selama ribuan tahun terbukti efektif menyimpan karbon. Lamun memang tidak populer karena tidak secantik karang dan seeksotis mangrove, tapi tumbuhan ini punya kemampuan untuk menyerap karbon. Edisi kelima Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh tim dengan produser Ikhsan Raharjo dan narator Prodita Sabarini. Selamat mendengarkan!