Podcast Produktiv

Ini adalah episode terakhir dari Podcast Produktiv untuk season pertama. Setelah hampir 2 tahun, podcast ini akan berhenti untuk setidaknya 4 sampai 6 bulan. Saya sangat berterima kasih untuk semuanya yang mendengarkan podcast ini. Bila ada teman-teman yang punya feedback, saran, kritik, ide, atau input apapun, bisa kirimkan email ke id.produktiv@gmail. Terakhir, sebagai penutup season ini, saya share juga 5 lesson learned dari pengalaman saya pribadi di tahun 2020. Photo by Sapan Patel on Unsplash

Focus Funnel adalah upgrade dari Eisenhower Matrix, dan ini yang gw rasakan saat beberapa hari terakhir mengimplementasikan framework ini. Dari sekian banyak productivity framework yang umum, kebanyakan sudah tidak relevan dengan kompleksitas yang ada di era modern. Focus funnel memberikan filter atas distraction yang ada terhadap task yang bermanfaat secara signifikan. Detil Focus Funnel bisa di akses di web Rory Vaden. https://www.roryvaden.com

Salah kaprah produktivitas yang sering terjadi adalah bekerja keras dan lebih lama, artinya lebih produktif. Ketika yang dikejar adalah output, maka Busyness menjadi norma yang umum bagi banyak orang. Kerja lembur dan kerja di hari libur sering di identikkan dengan produktivitas juga karena image produktif yang dikaitkan dengan output. Padahal, ketika output yang banyak tidak selalu diikuti dengan outcome yang optimal. Pada episode kali ini akan dibahas mengapa outcome lebih baik dari sekedar output. [Photo: Possessed Photography/Unsplash]

Di episode app review pertama ini membahas tiga aplikasi yang terbukti membantu untuk bisa tidur teratur. Pada episode awal Podcast Produktiv sempat dibahas pentingnya tidur, tapi pada kenyataaanya memang susah untuk bisa mem-prioritaskan tidur. Sejauh ini, kombinasi 3 aplikasi ini paling efektif membantu gw tidur teratur. 1) Time Limit: Native app 2) Sleeptown: IOS: http://apple.co/33RBR6D Android: https://bitly.report/3lZmlf2 3) Alarmy: IOS: https://apple.co/2K3Se92 Android: https://bit.ly/3lXKmTF

Bayangkan kalau kita bisa menemukan productivity system yang sempurna untuk diri kita. Pasti hidup kita akan simpel, produktif, bebas stres, dan punya cukup waktu luang. Namun, berdasarkan pengalaman, sangat sulit menemukan productivity system yang benar-benar sempurna (... dan permanen). Nyatanya, penyesuaian harus terus dilakukan karena dinamika hidup kita akan selalu berubah dari waktu ke waktu. [Photo: Nick Owuor/Unsplash]

Sebagian dari kita mungkin sering berfikir mengapa orang lain bisa bekerja tanpa ada gangguan, sedangkan kita tidak bisa. Atau mungkin sebaliknya, kita sering bingung melihat orang yang kesulitan untuk catch-up dengan cara kerja kita. Faktornya memang banyak, tapi bisa jadi antara diri kita dan orang lain memiliki tingkat controllable time yang berbeda. Controllable time di definisikan disini sebagai waktu dimana kita punya otonomi untuk menentukan pekerjaan apa yang mau kita lakukan.

Siapa yang tidak ingin menjadi produktif? Tidak harus dalam konteks pekerjaan kita, dalam kehidupan sehari-hari pun kita ingin menjadi produktif. Bisa menyelesaikan banyak hal secara efisien tentu akan memberikan manfaat untuk kita. Namun, menjadi terlalu efisien ternyata tidak selalu baik. Malah ada resiko dimana dalam jangka panjang, menjadi terlalu efisien berpotensi lebih merugikan. [Photo: Kevin Ku/Unsplash]

To-Do List or not To-Do List? Saya vote untuk menggunakan To-Do List (lagi). Jadi, setelah mencoba berbagai macam alternatif untuk manage outstanding tasks, ternyata memang memiliki to-do list yang “baik” terbukti membuat lebih fokus. Di podcast ini, kita bahas mengapa memiliki to-do list yang baik dan terintegrasi dengan keseharian kita, bisa membuat kita lebih fokus.

Sepertinya saya selama ini salah. Menjadi produktif adalah bukan cuma bagaimana kita menciptakan nilai tambah. Tapi, kepada siapa nilai tambah itu dihasilkan. Menciptakan nilai tambah bisa untuk diri sendiri dan bisa juga untuk pihak lain dengan mengaplikasikan ilmu yang di miliki. Untuk seseorang yang suka membaca buku, Ilmu yang dimiliki memang bernilai, namun akan lebih bernilai bila bisa di praktikkan di dunia nyata. [Photo: EliFrancis/Pixabay]

Bisa multitasking memang seakan-akan seperti memiliki suatu skill yang penting dan luar biasa. Sekilas seseorang yang bisa multitasking terlihat mampu mengerjakan pekerjaan lebih banyak. Hal ini tidak salah, tapi mengerjakan dan menyelesaikan itu berbeda. Di podcast ini, kita bahas lebih detil tentang korelasi waktu, swicthing cost, focus build-up, dan mengapa single-tasking lebih produktif dibandingkan multi-tasking.

Kemampuan untuk bisa multitasking adalah sesuatu yang setiap orang ingin miliki. Sekilas multitasking adalah skill yang wajib dimiliki di era modern seperti sekarang. Seseorang yang mampu multitasking dianggap lebih produktif. Padahal kenyataannya tidak juga. Justru sudah banyak penelitian yang menjelaskan efek negatif multitasking. Tapi, apakah memang multitasking itu hal yang buruk? [Photo: Austin Distel/Unsplash]

Dengan keterbatasan energi dan waktu yang kita miliki, kadang kita merasa kewalahan dengan pekerjaan yang kita. Eisenhower Matrix adalah salah satu productivity framework berguna mengatasi masalah ini. Namun, berdasarkan pengalaman, evaluasi berdasarkan urgency dan importance tidak cukup. Maka, dengan menambahkan faktor complexity sebagai pertimbangan lain, akan membantu kita menentukan pekerjaan yang menjadi prioritas.

Akhirnya memutuskan untuk benar-benar mencoba gaya hidup minimalis. Sejauh ini masih dalam tahap coba-coba, tapi manfaatnya ternyata sudah sangat terasa dan ternyata positif. Bukan cuma untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga dan orang-orang terdekat. Menjadi minimalis bukan sekedar gaya hidup, tapi perubahan pola pikir untuk lebih fokus pada apa yang esensial di hidup kita. [Photo: Roman Bozhko/Unsplash]

Jangan mudah percaya dengan apa yang kita dengar atau kita baca. Terlalu "polos" dalam memproses informasi akan merugikan kita serta membuat kita mengambil keputusan yang salah. Podcast ini akan membahas pentingnya untuk bersikap skeptis yang sesuai sesuai dengan konsep Productive Skepticism dari Shane Snow (ref: http://sumo.ly/149U5)

Menjadi produktif tanpa kompetensi yang cukup adalah hal yang sia-sia. Justru pada saat awal kita belajar aktivitas baru, sebaiknya kita meningkatkan kompetensi kita terlebih dahulu. Pada episode ini, kita akan bahas mengapa produktivitas tidak selalu menjadi prioritas. Selain itu, akan dibahas juga bagaimana menyeimbangkan antara kapan fokus pada kompetensi dan kapan mulai meningkatkan produktivitas di aktivitas kita. [Photo: Alexander Andrews/Unsplash]

Menjadi produktif tidak harus selalu bekerja non-stop karena energi kita sebenarnya terbatas. Podcast ini sebenarnya terinspirasi dari podcast Thirty Days of Lunch episode 12. Disini dibahas bagaimana tipe energi yang mempengaruhi produktivitas bisa dipahami layaknya sebuah game.

Work life balance adalah terminologi yang menjelaskan bahwa seorang individu harus seimbang antara pekerjaan dan kehidupan personal. Dalam kondisi normal, banyak orang yang kesulitan mencapai work life balance. Namun, pada saat pandemi COVID-19 banyak dari kita yang diharuskan bekerja dari rumah. Tapi, apakah Work Life Balance lebih realistis dan mudah? [Photo: Cartoons Plural/Unsplash]

Masa pandemi COVID-19 mengakibatkan ketidakpastian apa yang akan terjadi kedepannya. Akibatnya, berita dan informasi terkait COVID-19 tidak pernah berhenti setiap waktunya. Hal inilah yang mengakibatkan "Information Overload". Podcast ini menjelaskan bagaimana "Information Diet" bisa membantu kita tetap produktif tanpa harus cemas ketinggalan informasi.

Di saat pandemi Covid-19, kondisi ini mengharuskan banyak orang untuk bekerja dari rumah. Akibatnya tidak sedikit orang kaget dan kesulitan untuk mengatur waktu. Podcast ini akan menjelaskan bagaimana timeboxing bisa membantu kita untuk lebih teratur dalam mengalokasikan waktu yang ada. (Link: bit.ly/2XfpFtI). [Photo: Milan Degraeve/Unsplash]

Membuat keputusan yang tepat itu penting. Tapi, terlalu lama membuat keputusan, atau bahkan tidak membuat keputusan, bisa jadi lebih beresiko dan merugikan. Podcast ini akan membahas bagaimana framework dari Adam Grant ini bisa membuat kita lebih produktif dan efisien. (Link to Adam Grant's Tweet: bit.ly/2Jc3bSh)

Mengapa sih membangun kebiasaan buruk susah? Padahal kebiasaan buruk sangat mudah dilakukan walapun kita mengetahui hal itu tidak baik. Pada episode ini, kita akan bahas apa penyebab kebiasan baik sulit dilakukan, langkah-langkah serta tips untuk bisa membangun kebiasaan yang lebih baik. [Photo: Ana Juma/Unsplash]

Ternyata tidak selamanya stress atau tekanan yang kita rasakan itu buruk. Kira-kira seperti itulah menurut Yerkes-Dodson Law. Berdasarkan hukum tersebut, selama trigger dari stress tersebut dalam batas toleransi kita, maka Kinerja kita akan lebih efesien dan lebih produktif

Terdapat banyak pilihan dan kesempatan yang bisa kita lakukan di hidup kita. Maka tidak salah bila kita merasa ingin mendapatkan banyak hal di hidup kita. Namun sayangnya, waktu, perhatian dan energi kita terbatas. Sehingga, penting untuk kita membuat batasan pada diri sendiri agar kita bisa fokus pada prioritas kita. [Photo: Marvin Ronsdorf/Unsplash]

Pada variasi jenis Podcast Productiv kali ini, yaitu QuickTake, kita akan membahas trade off antara value, quality dan effort. Hal ini terkait dengan Good is better than perfect. Salah satu konsep untuk menghindari perfeksionisme adalah dengan mengetahui kapan suatu aktivitas bisa dikategorikan sebagai "good enough". Sehingga, kita bisa efisien dalam mengalokasikan waktu dan effort kita pada tiap aktivitas.

Siapa orang yang tidak ingin menjadi sempurna di hidupnya? Semenjak kita sekolah, yang mendapatkan nilai 100 atau A, adalah yang paling baik. Sayangnya, semakin kita dewasa menjadi sempurna di semua hal tidak mungkin dilakukan. Di episode ini kita akan membahas efek negatif menjadi perfeksionis, pentingnya konsep kualitas, dan bagaimana menghindari sifat perfeksionisme. [Photo: Hello I'm Nik

Bagi yang masih awam dengan mindfulness, konsep ini memang sekilas terdengar abstrak. Namun, sebenarnya mindfulness adalah suatu soft skill yang bisa dilatih. Di episode ini, kita akan bahas cara melatih mindfulness dan manfaat yang bisa di dapat, khususnya terhadap produktivitas personal kita. [Photo: mali maeder/Pexels]

Perkembangan teknologi dan digital saat ini, pastinya sangat memudahkan hidup kita. Tapi sayangnya, penggunaan teknologi yang salah,  malah akan membuat kita tidak produktif. Jadi, apa yang harus dilakukan? [Photo: Kilian Seiler/Unsplash]

Saat ini, Email adalah channel komunikasi formal yang paling umum digunakan. Salah satu filosofi email management yang paling terkenal adalah Inbox Zero. Namun, walaupun tujuan pendekatan Inbox Zero adalah mengurangi stress dan meningkatkan produktivitas, masih ada pro dan kontra mengenai Inbox Zero. Bahkan ada yang menganggap Inbox Zero tidak realistis. [Photo: Miguel Á. Padriñán/Pexels]

Pada episode ini menjelaskan pentingnya tidur serta dampak kurang tidur terhadap produktivitas kita saat kita kurang tidur. Selain itu, akan dibahas juga tips untuk mendapatkan tidur yang baik dan berkualitas. [Photo: Tracey Hocking/Unsplash]

Episode perdana ini akan membahas salah satu aspek fundamental dalam produktivitas yaitu PRIORITAS. Tanpa prioritas yang jelas, sulit untuk menentukan nilai tambah masing aktivitas. [Photo: Marek/Pexels]