Pinter Politik adalah Suara Politik Milenial Indonesia, yang akan membicarakan seputar politik terkini dengan pembawaan yang santai.
Siapa yang tidak kenal dengan sosok Iron Man, pahlawan super dari dunia Marvel yang kini dikenal sebagai founding father-nya dari Marvel Cinematic Universe? Yess, Iron Man ini unik karena bukan hanya seorang superhero, tapi juga simbol dari dunia yang penuh teknologi canggih, inovasi, dan kisah yang saling terhubung antar karakter di MCU, sebuah jagat fiksi yang luas, yang bisa menggugah imajinasi para pengikutnya tentang kemungkinan-kemungkinan yang luar biasa.Tapi, tahukah kamu bahwa Indonesia juga pernah hampir punya jagat fiksi seperti itu? Di era Orde Baru, sempat ada sebuah upaya besar untuk menciptakan dunia fiksi ilmiah yang menggabungkan teknologi, cerita epik, dan karakter-karakter hebat yang bisa menginspirasi masa depan bangsa.
Mutual baret merah Kopassus di lingkar utama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto terasa bener. Sama sekali nggak salah karna jadi hak prerogatif Presiden Prabowo, tapi hal ini tetep menarik bener buat ditelisik lebih dalem karena pasti akan dicatet sebagai bagian dari sejarah relasi militer sama politik-pemerintahan Indonesia.Udah mah berlandaskan korsa sesama prajurit angkatan bersenjata, mutual sebagai prajurit Kopassus yang didukung sama kapasitas dan kemampuan pastinya, mertahanin, merekrut, dan merestui prajurit Kopassus untuk nempatin jabatan strategis di pemerintahannya.Kalo dicatet nih, kurang lebih ada 21 orang, termasuk purnawirawan sampe yang masih aktif ikut memperkuat positioning visi Presiden Prabowo sekaligus jadi metronom stabilitas pemerintahannya di pos terkait politik-pemerintahan dan keprotokolan.Nah, terus gimana interpretasi soal keterlibatan gerbong prajurit Kopassus di lingkar politik-pemerintahan Presiden Prabowo dan pengaruhnya kini dan nanti nih?
Di tahun 1864, seorang teman lama Karl Marx meninggal dunia. Sang teman ini, memberikan Karl Marx warisan sebesar £820. Jumlah uang tersebut sangat besar di zaman itu. Saya menghitung dengan kalkulator inflasi dan nilainya setara dengan £133 ribu saat ini – kalau dirupiahkan artinya mencapai sekitar Rp2,3 miliar. Marx yang hidupnya rada-rada susah karena bergantung dari karier jurnalis, penulis dan juga sumbangan dari rekan-rekannya, tentu akhirnya mendapatkan duit lebih. Rumahnya di London dapat perabotan baru, anak-anaknya dibelikan hewan peliharan berupa anjing, kucing dan burung. Marx bersama keluarganya bahkan ngambil liburan 3 minggu di wilayah Ramsgate, Kent – ini wilayah pesisir paling terkenal di Inggris pada abad ke-19. Walaupun saat liburan itu, si Marx rada-rada ngenes karena dia kena bisul di selangkangan yang bikin dirinya lebih banyak tinggal di penginapan. Anyway, di momen dapat durian runtuh duit warisan ini, Marx menulis sepucuk surat untuk pamannya di Belanda yang adalah seorang pengusaha kaya di daerah Zaltbommel. Ia menyebutkan bahwa dirinya juga spending beberapa dari duit itu di pasar saham. Yes, Marx main saham, walaupun, kisah ini masih jadi perdebatan karena para sejarawan belum menemukan bukti Marx main saham. Hanya dibuktikan dari kata-kata dia di surat ini. Nah, pertanyaannya, siapa sosok paman Marx yang kaya raya, kerap ngasih duit juga untuk dia, bahkan Marx sering numpang di rumah pamannya itu? Well, namanya adalah Lion Philips, dan yes, ada nama Philips di sana. Faktanya, dia adalah kakek dari Gerard dan Anton Philips – dua orang yang mendirikan Philips Electronics – perusahaan elektronik terkemuka di dunia yang kita kenal dengan slogan “terus terang terang terus”!
Mistisisme seakan telah menjadi unsur yang esensial dalam peradaban manusia. Mulai dari sejarah awal ketika era Mesopotamia kuno, Yunani, hingga era modern, masyarakat seluruh dunia selalu memiliki hubungan yang spesial dengan hal-hal berbau mistis. Khususnya kepada kelompok yang sering dianggap memiliki ikatan kuat dengan hal-hal gaib. Yess, kalau di Indonesia, para dukun dan orang pintar nih. Menariknya, bentuk kepercayaan kepada para dukun dan dunia mistis juga ternyata ditunjukkan oleh para pemimpin negara. Ketika peristiwa pemakzulan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol kemarin misalnya, muncul kabar bahwa ternyata ada sosok spiritual yang menjadi pemantik status Darurat Militer. Sosok tersebut adalah Noh Sang-won, Kepala Komando Intelijen Angkatan Darat yang disebut menjadi penasihat spiritual Yoon, dan membisikkan kepadanya untuk terapkan status Darurat Militer sejak tahun 2023. Sementara di Indonesia sendiri kepercayaan kepada dukun paling kentara ketika era Presiden Soeharto. Kala itu, Soeharto memiliki penasihat spiritual bernama Sudjono Humardani, sosok jenderal yang juga dikenal sebagai "Menteri Dukun"-nya presiden Indonesia ke-2 tersebut. Lalu, mengapa dunia politik yang penuh kalkulasi bisa begitu erat dengan unsur mistis? Apakah peran penasihat spiritual ini benar-benar nyata, atau justru ada intrik politik dan psikologis di baliknya? Well, inilah misteri mistisisme politik global!
Tahun 2024 sangat bersejarah bagi politik Indonesia. Selain ganti presiden dan akhirnya Pak Prabowo Subianto sukses di percobaan ke-4 nya di Pilpres, dinamika politik sangat menarik karena pada 2024 positioning para aktornya cair banget, termasuk relasi di antara Pak Jokowi dan PDIP, isu parcok, dan Pak Anies Baswedan yang satu barisan dengan PDIP. So, gimana recap politik core 2024. Get your coffee and let's get it started!
Setelah lebih dari 10 tahun menanti, Indonesia akhirnya resmi mendaftar sebagai anggota BRICS. Kabar ini langsung disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Sugiono saat menghadiri KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia, pada 22-24 Oktober lalu. “Kita bukan bergabung untuk berpihak pada blok tertentu, tetapi untuk berpartisipasi aktif di semua forum,” ujar Menlu Sugiono, menjelaskan alasan Indonesia bergabung dengan blok ekonomi yang dipimpin Xi Jinping dan Vladimir Putin itu. Meski BRICS hanyalah organisasi ekonomi, berita bergabungnya Indonesia tetap memicu rasa penasaran warganet, utamanya terkait keberanian politik luar negeri era Prabowo-Gibran. Maklum, negara-negara anggota BRICS kerap dianggap “berseberangan” dengan Amerika Serikat. Banyak pula yang bertanya-tanya tentang kemungkinan kecaman dari negara Barat. Dengan menjadi anggota BRICS, beberapa pihak memandang bahwa Indonesia bisa saja terkena sanksi atau tekanan dari Amerika Serikat. Namun, sebagai sosok yang paham dengan politik internasional, Prabowo Subianto besar kemungkinannya sudah mempertimbangkan risiko ini. Lantas, jika memang langkah ini sudah dipikirkan, apa alasan Prabowo berani mengambil keputusan bergabung? Mari kita telusuri lebih dalam. Inilah dugaan kuat mengapa Prabowo berani membawa Indonesia bergabung dengan BRICS!
Gue pertama kali pindah ke Jakarta tahun 2019. Sebagai pendatang dari Surabaya, hanya satu pikiran gue soal Jakarta waktu itu. Macet dan semrawut. I'm not saying Surabaya is a better city. Surabaya juga jadi kota metropolitan dengan persoalan-persoalannya sendiri. Tapi beban Jakarta bisa dibilang lebih besar ketimbang Surabaya. At least, dari sisi beban jumlah penduduknya dan mereka yang tinggal di sekitarnya. I mean, total populasi Gerbangkertasusila paling cuman 10 juta orang. Sementara, Jabodetabek bisa sampai tiga kali lipatnya, yakni sekitar 30 juta orang. Bayangin tiap hari orang-orang ini berlalu-lalang di jalan buat pergi bekerja dan sekolah.
Muncul satu diskusi menarik tentang apakah posisi Presiden Republik Indonesia yang dinilai lebih tepat diisi oleh sosok dengan latar belakang atau silsilah bangsawan, ningrat, atau "darah biru" dibandingkan "rakyat biasa". Diskursus ini praktis menantang narasi egaliter bahwa siapa pun, terlepas dari latar belakang mereka, berhak menjadi pemimpin. Nah, hal ini membawa kita pada penelusuran mengenai latar belakang para presiden Indonesia, terutama terkait dengan klaim bahwa hanya Soeharto dan Jokowi yang tidak memiliki "darah biru," sementara yang lain, seperti Soekarno, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), memiliki jejak aristokratis, baik trah bangsawan atau keturunan kerajaan, agama, serta ksatria atau militer. Penasaran seperti apa interpretasi mengenai pembahasan tersebut?
Pemilu Legislatif 2024 mungkin kalah seru dibandingkan dengan Pilpres-nya. I mean, we talk about Gemoy, debat yang saling serang, desak Anies, riuh ramai kampanye Ganjar-Mahfud, dan lain sebagainya. Kalau kata kami orang Timur: Seng ada lawan! Tapi nih kalau kita perhatikan hasil Pileg untuk tingkat nasional, ada satu pemandangan yang sangat menarik di pucuk teratas, di mana Partai Golkar berhasil menggerek posisi suaranya dan hanya berselisih 1,4 persen dibandingkan PDIP yang keluar sebagai pemenang. Dengan pencapaian ini serta peningkatan suara yang signifikan dibandingkan Pemilu 2019, Golkar memang mendapatkan momentum politik yang menjanjikan. Jika menerapkan strategi yang tepat, bukan tidak mungkin Golkar bahkan bisa mengalahkan PDIP dan merebut posisi sebagai partai pemenang di Pemilu 2029. Penasaran seperti apa strategi atau kita bisa bilang resep rahasia Golkar yang melibatkan satu sosok menarik ini? Get your coffee and let's get it started!
Kegagalan Partai Solidaritas Indonesia atau PSI untuk lolos ke parlemen pusat mungkin jadi salah satu topik yang menarik dalam beberapa waktu terakhir. Gimana enggak, sekalipun dipimpin oleh putra Presiden Jokowi lewat Mas Kaesang, nyatanya tak banyak membantu parpol yang kerap disebut netizen sebagai PDIP U-21 ini untuk lolos ke parlemen pusat. Berbagai analisis bertebaran di sana-sini. Ada yang bilang partai ini telat “pakai” Jokowi sebagai jargon kampanye. Ada yang bilang ini gara-gara caleg PSI kurang kompeten dan pengalaman. Dan lain sebagainya dan lain sebagainya. Dan menariknya, dalam beberapa hari ini, saya coba mendalami AD/ART PSI serta coba mengamati struktur partai dan kepengurusannya. Dan memang ada beberapa hal menarik yang bisa kita temukan di sana. Penasaran seperti apa dan apakah ada korelasinya dengan kekalahan PSI yang sudah 3 kali berganti Ketua Umum? Yoi yoi yoi, mari kita bahas.
Tahun 1400-an menandai periode penting di wilayah Kekaisaran Ottoman.Ini adalah periode ketika imperium Islam besar ini makin meluaskan pengaruhnya, salah satunya dengan menundukkan Konstantinopel.Ottoman kemudian menguasai jalur sutera perdagangan dari Eropa ke Asia. Jalur perdagangan juga berarti jalur manusia, dan jalur asimilasi budaya.Kita tahu budaya minuman beralkohol, keberadaan bar-bar, dan lain sebagainya, akhirnya ikut merambah ke Ottoman seiring dengan jalur perdagangan ini. Bar jadi tempat persinggahan dan peristirahatan bagi pedagang. Bar dan tempat minum minum kerap menjadi tempat untuk bersosialisasi dan bahkan menjadi tempat paling cepat bagi tersebarnya informasi dan diskusi.Namun, seperti yang kita tahu, minuman beralkohol adalah hal yang dilarang dalam Islam. Inilah yang membuat lahir tempat sosialisasi tandingan yang kemudian dikenal sebagai coffee house alias kedai kopi.Kopi yang kerap disebut sebagai minuman para Sufi ini seolah jadi tandingan alkohol. Ini juga momentum menguatnya posisi kopi sebagai minuman yang punya relasi erat dengan politik.
Pada 15 Agustus 1945, setelah perang dan pendudukan kejam oleh Jepang, Korea Selatan meraih kemerdekaannya. Namun, tonggak monumental ini justru membuat kehidupan warga Korea Selatan semakin mencekam, utamanya akibat ancaman perang dengan Korea Utara. Bagi sebagian warga di sana, pasukan Amerika Serikat yang kemudian datang ke negara itu seakan hanya menggantikan posisi pasukan Jepang yang dipaksa hengkang dari daratan Korea Selatan karena kalah dalam Perang Dunia II. Namun, mungkin tidak ada yang menyangka, bahwa karena kesulitan-kesulitan yang terjadi di periode inilah, salah satu tonggak penting budaya orang Korea mulai berkembang. Budaya inilah yang di kemudian hari kita kenal sebagai Hallyu, alias Korean Wave.
Di tahun 1922, sebuah aksi mogok dilakukan oleh para pegawai pegadaian Ngupasan, Yogyakarta. Mereka memprotes karena gaji mereka diturunkan, sementara mereka juga harus mengerjakan “pekerjaan-pekerjaan kuli”. Pegawai yang tak terima dan memprotes, justru tak dihiraukan dan malah dipecat. Aksi mogok ini didukung oleh hampir semua organisasi dan partai politik, termasuk oleh Boedi Oetomo. Dukungan Boedi Oetomo ini menarik karena organisasi ini kerap dipandang cenderung moderat dan menggunakan taktik yang kooperatif. Tidak heran banyak penulis yang menyebut ini adalah tonggak menjadi radikalnya Boedi Oetomo, tentu saja dalam konteks sikap frontal mendukung perjuangan kemerdekaan. Sikap keras juga ditunjukkan oleh wakil-wakil Boedi Oetomo di Volksraad atau Dewan Rakyat. Mereka mencela tindakan keras pemerintah yang memecat ratusan pemogok. Tak perlu diragukan lagi bahwa Boedi Oetomo telah berbelok ke jalan revolusioner. Jalan revolusioner Boedi Oetomo ini tak lepas dari konflik antara kelompok tua dan kelompok muda di organisasi itu. Para pemuda mendesak organisasi itu menempuh politik kerakyatan. Meski mendapatkan tentangan dari kelompok tua, Boedi Oetomo yang didirikan salah satunya oleh dr. Soetomo ini akhirnya bergerak menjadi frontal secara politik. Setelah Soetomo kembali bergabung sepulang dari Belanda, gerakan inilah yang di kemudian hari melahirkan sebuah partai politik legendaris di Indonesia. Mari sambut: Partai Indonesia Raya!
Di era Orde Baru, ada nama Ali Moertopo, yang menjadi perwira Kostrad kepercayaan Soeharto untuk memimpin satgas Operasi Khusus atau Opsus di Konfrontasi Indonesia -Malaysia. Ini jadi simpul kiprah perwira Kostrad di level tertinggi negara. Terdapat beberapa prestasi berupa operasi militer kontra insurjensi yang melibatkan Kostrad di era Orde Baru dan melahirkan perwira-perwira terbaik ya, seperti Umar Wirahadikusumah, Kemal Idris, Poniman, Wiranto, hingga SBY. Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat atau Kostrad merupakan salah satu komando tempur utama Tentara Nasional Indonesia yang melahirkan sederet elit politik, negarawan , hingga Presiden Republik Indonesia. Tercatat dua nama, yakni Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan perwira Kostrad yang sukses meraih karir pengabdian tertinggi bagi negara sebagai Presiden Republik Indonesia. Meski hakikatnya berasal dari Komando Pasukan Khusus atau Kopassus, Prabowo Subianto yang pernah menjadi bagian dari Kostrad, kini tengah berupaya menjadi nama ketiga yang membawa latar belakang Kostrad untuk duduk di kursi Istana. Sejak digagas oleh Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal AH Nasution pada awal 60an, Kostrad bertransformasi menjadi pasukan yang begitu diandalkan oleh pemerintah Indonesia. Di masa Dwifungsi ABRI dan Orde Baru, cukup banyak perwira Kostrad yang aktif terlibat langsung dalam aspek sosial kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak terkecuali dalam dinamika politik Indonesia. Lalu, seperti apa kisah perjalanan Kostrad sebagai satuan yang memberikan sumbangsih cukup besar bagi perjalanan sosial politik Indonesia?
Pembangunan ekonomi Jakarta di era Orde Baru memang melahirkan gairah baru. Berbagai pusat perbelanjaan, tempat hiburan, dan lain sebagainya pun bermunculan. Di tahun 70-an ekonomi memang membaik, sehingga orang kemudian jadi punya uang membeli mobil dan kendaraan. Namun, selain kemacetan, ada satu masalah baru yang kemudian juga ikutan muncul. Ya, masalah itu adalah parkir.
Di episode kali ini, PinterPolitik mendapatkan kesempatan untuk sharing mendengar perspektif dari Staf Khusus Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rizal Calvary. Rizal menyiratkan bahwa polemik pemberian konsesi tambang ke ormas keagamaan tidak perlu. Sebab, ormas keagamaan memiliki kontribusi besar dalam perjuangan Kemerdekaan hingga menjadi keutuhan dan stabilitas negara.
Soekarno membekukan Partai Murba pada September 1965 atas beberapa tuduhan, salah satunya menerima uang 100 juta dolar Amerika Serikat dari CIA untuk menggulingkan Sang Proklamator. Pertentangan antara Murba dan PKI sangat tajam jelang dan selama awal 60-an. Ketika PKI semakin kuat, Murba menginisiasi kerja sama dengan militer dan pihak lainnya untuk menjegal PKI dengan membentuk Badan Pendukung Soekarnoisme (BPS) yang ternyata kurang disukai Soekarno. 7 November 1948, Tan Malaka, Chaerul Saleh, Sukarni, dan Adam Malik menjadi pelopor pendirian Partai Musyawarah Rakyat Banyak atau Murba. Partai Murba mengusung ideologi unik racikan Tan Malaka yang merupakan paham sosialisme yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia saat itu. Sempat dibekukan pada September 1965, setahun kemudian Partai Murba direhabilitasi oleh pemerintah dalam masa peralihan dari Soekarno ke Soeharto. Hasil Pemilu 1955 yang tak memuaskan, diikuti oleh capaian yang tak berbeda di Pemilu 1971. Kegagalan Partai Murba jamak dinilai karena stigma rezim Orde Baru terhadap golongan kiri, sebelum akhirnya Murba dilebur ke dalam Partai Demokrasi Indonesia atau PDIP pada tahun 1973.
Pada awal 2024, kondisi geopolitik dunia terlihat semakin panas. Selain dari masih berlangsungnya Perang Rusia-Ukraina dan Perang Israel-Palestina, kini Amerika Serikat sendiri juga terjun langsung ke konflik Timur Tengah, dengan menyerang kelompok Houthi di Yaman. Amerika pun tidak jadi satu-satunya negara berkekuatan nuklir yang ikut campur. Sesuai perkembangannya, belakangan Iran juga tampak semakin melibatkan diri dalam konflik Timur Tengah, dengan menyerang Irak, Suriah, dan Pakistan. Karena perkembangan tensi geopolitik yang demikian, semakin banyak pihak yang khawatir bahwa dunia akan semakin dekat dengan yang namanya... Perang Dunia Ketiga. Wah, banyak banget sih ya media yang mulai muncullin narasi-narasi serem kayak gini. Perang akan meletus! Perang tinggal sebentar lagi!” Tapi, pertanyaannya kan tentu adalah, apakah kekhawatiran ini bisa dibenarkan? Kalau ngeliat potensi perang, mungkin selalu ada dua sisi ya. Pertama, yang optimis kalau sistem internasional akan selalu bisa mencegah perang, dan kedua, orang yang selalu punya pikiran bahwa sejarah akan selalu dapat terulang lagi. Tapi, kalau kata saya, kita bisa mencari jawaban terdekat dengan berkaca pada kondisi Perang Dunia Pertama sih”. Lantas, apakah kita bisa memprediksi kemungkinan Perang Dunia Ketiga dengan melihat Perang Besar yang meletus pada tahun 1914?
Tragedi 30 September 1965 adalah salah satu peristiwa paling berdarah dalam sejarah Indonesia. Namun, hingga hari ini masih banyak kontroversi dan seliweran teori soal siapa sebetulnya yang bertanggungjawab pada peristiwa-peristiwa ini. Tragedi ini juga mengakibatkan kematian tujuh perwira Angkatan Darat. Enam di antaranya merupakan jenderal yang cukup berpengaruh dalam pemerintahan Soekarno. Satu orang perwira lainnya yaitu Kapten Pierre Tendean, merupakan ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution. Lalu ada Bripka Karel Sadsuitubun, pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena. Pertanyaan soal siapa yang bertanggungjawab atas tragedi ini memang masih akan menjadi simpul yang tak terselesaikan. Yang jelas kini telah berkembang berbagai teori terkait rangkaian peristiwa yang oleh Sarwo Edhie Wibowo – mertua Pak SBY yang kala itu menjabat Komandan RPKAD – disebut menelan korban hingga 3 juta jiwa. Teori-teori ini menjadi pergunjingan masif di masyarakat dalam berbagai diskursus, entah terkait aktor dari dalam negeri, maupun yang dari luar negeri.
Konflik di Papua menjadi salah satu topik yang cukup panas dibicarakan para kandidat di debat Pilpres 2024 lalu.Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo saling menawarkan gagasan terbaik mereka untuk mengatasi konflik hingga tuntas dan membawa perdamaian di bumi Cendrawasih.Pendekatan dialog, merangkul semua elemen, hingga bagaimana menciptakan keadilan di Papua menjadi poin yang disepakati ketiga kandidat RI-1.Tetapi satu pernyataan Prabowo Subianto bahwa menuntaskan persoalan di Papua tidak sederhana, kiranya sangat relevan.Rumitnya penanganan penyanderaan pilot Susi Air, Kapten Philip Mehrtens yang nyaris satu tahun berlangsung menjadi salah satu sampel dari dampak turunan persoalan konflik di Papua yang selalu tak mudah untuk diurai.Lalu, seperti apa sebenarnya riwayat konflik di Papua dan masa depannya di tangan pemimpin baru Indonesia nantinya?Yuk simak video selengkapnya hanya di channel Youtube PinterPolitik TV!!!
Saat berbicara demokrasi dan Yogyakarta, banyak dari masyarakat Indonesia sepertinya masih belum memahami seutuhnya keistimewaan provinsi tersebut. Bahkan terkadang, ketidaktahuan itu menjadi masalah ketika dipakai sebagai isu untuk kepentingan dan manuver politik tertentu. Baru-baru ini ramai soal kasus politisi Partai Solidaritas Indonesia Ade Armando yang menyinggung soal keistimewaan Yogyakarta itu. Aspirasi mengenai keistimewaan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat telah menjadi poin penting sejak Perjanjian Giyanti tahun 1755. Ini tonggak penting, yang kemudian juga makin diperkuat ketika Indonesia merdeka di tahun 1945. Di sinilah, pemahaman mengenai dinamika politik Yogyakarta tampak sangat penting. Lalu, seperti apa sebenarnya sejarah demokrasi, politik, dan keistimewaan Yogyakarta?
Tahun 1740, Jakarta atau yang saat itu bernama Batavia berada dalam kegelapan saat terjadi peristiwa Geger Pecinan. Peristiwa ini merupakan tragedi berdarah yang merenggut lebih dari 10.000 jiwa etnis Tionghoa. Secara tidak langsung, Peristiwa Geger Pacian di Batavia yang terjadi pada 9 sampai 22 Oktober 1740 itu memantik pemberontakan masyarakat Jawa bersama etnis Tionghoa melawan VOC di berbagai wilayah pada tahun-tahun berikutnya. Rangkaian peristiwa ini diawali dari kesewenang-wenangan VOC kepada etnis Tionghoa saat kelompok dagang Belanda itu mulai mengalami kerugian. Eksistensi dan gelombang kedatangan penduduk Tionghoa dianggap sebagai beban. Dan, pembatasan aktivitas, pemerasan, hingga perampasan aset dilakukan VOC, utamanya di era Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier. Narasi minor dan isu yang bertendensi mengadudomba saat itu juga turut memperparah dan awalnya membuat beberapa etnis Nusantara di Batavia ikut menaruh prasangka kepada etnis Tionghoa. Perilaku sewenang-wenang VOC kemudian memantik reaksi keras dari etnis Tionghoa. Sayangnya, reaksi tersebut ditanggapi VOC dengan melakukan pembantaian 10 ribu orang Tionghoa di Batavia. Lalu, seperti apa tabir sesunguhnya peristiwa Geger Pecinan ini?
Gugur sebagai bunga bangsa pada 1946 di usia yang baru menginjak 21 tahun, nama Subianto Djojohadikusumo akan semakin harum dan abadi jika sang keponakan Prabowo Subianto berhasil memenangkan kontestasi elektoral 2024 dan menjadi Presiden ke-8 Republik Indonesia. Ya, Letnan Satu Subianto Djojohadikusumo, adik Sumitro Djojohadikusumo, merupakan seorang perwira Tentara Republik Indonesia atau TRI yang gugur dalam pertempuran Lengkong pada 25 Januari 1946. Sumitro juga dihadapkan pada duka mendalam saat adik bungsunya Sujono Djojohadikusumo, yang merupakan kadet Akademi Militer Tangerang, turut gugur dalam pertempuran yang sama. Sumitro kemudian mengabadikan nama adiknya di belakang nama sang anak, yakni Prabowo Subianto Djojohadikusumo yang lahir pada 17 Oktober 1951 dan Hashim Sujono Djojohadikusumo yang lahir pada 5 Juni 1954. Lalu, seperti apa kisah Subianto Djojohadikusumo sebenarnya?
Dua puluh lima tahun sudah Orde Baru berakhir. Dan kita masih terbayang naik turun dinamika di seputaran kisah kekuasaan Soeharto. Banyak yang membencinya, tapi tidak sedikit pula yang memuji pencapaian-pencapaiannya. Pak Harto adalah pemimpin yang membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi di era Soekarno dan menuntun negara ini ke arah pembangunan ekonomi yang lebih baik. But there are always be questions – pertanyaan-pertanyaan soal bagaimana sebetulnya kita harus memaknai warisan-warisan Pak Harto. Ini penting karena saat ini memang sedang terjadi upaya untuk meminggirkan warisan dan pencapaian-pencapaian Pak Harto – Keppres Nomor 2 tahun 2022 misalnya, tidak memasukkan nama Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949. Sehingga di episode kali ini, kita coba menggali ulang pro kontra penghapusan nama Soeharto, kelebihan Soeharto dalam perumusan kebijakan ekonomi, hingga persoalan pembangunan teknologi dan industri. Inilah Risalah Kisah di Balik Kuasa!
Di balik hiruk pikuk dan dinamika seputar Pilpres 2024, tersimpan satu masalah yang aromanya mulai tercium oleh masyarakat. Ya, itu adalah permasalahan lahan investasi di Rempang. Latar belakangnya, Badan Pengusahaan Batam memiliki rencana untuk memindahkan sekitar 7.500 penduduk yang tinggal di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau. Tujuan dari pemindahan ini adalah untuk mendukung rencana pengembangan investasi di Pulau Rempang, yang akan mencakup pembangunan kawasan industri, jasa, dan pariwisata. Ambisi tersebut dinamakan Rempang Eco City. Proyek ini bahkan telah menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dicanangkan oleh pemerintah pusat. Namun, proses pengalihan tersebut mengalami penolakan keras dari masyarakat Rempang. Menurut laporan Tempo, warga di sana merasa masyarakat adat dirasa tidak dilibatkan. Kedua, mereka merasa pemerintah seharusnya melindungi lahan rakyat. Dan ketiga, secara dasarnya mereka memang menolak gagasan relokasi.Kalau kita lihat-lihat ya, memang persoalan di Rempang ini cukup memprihatinkan. Pada 7 September kemaren, penolakan tersebut meletus menjadi sebuah kerusuhan yang melukai puluhan warga, dan juga sekitar 10 siswa SMP. Dan kalau kita coba telisik akar permasalahannya, sebetulnya Tiongkok menjadi salah satu aktor utamanya. Kalau memang benar polemik di Rempang terjadi akibat bisnis dengan Tiongkok, mengapa Negeri Tirai Bambu bisa mempunyai pengaruh yang begitu powerful di Indonesia? Bahkan sampai isu HAM seperti di Rempang saja tidak mampu menghalaunya?
Dalam pidatonya di Rakerda PDIP Banten pada 10 September 2023, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengeluarkan pernyataan menarik. Pak Hasto mengklaim kalau PDIP, partainya adalah partai kiri Waduh, maksudnya gimana nih Pak Hasto? Pengakuan ini bahaya loh. Kalau kata anak zaman sekarang, “enggak bahaya ta?” Apa enggak takut nanti dikira komunis atau bahkan PK*?
Momentum yang penuh gejolak menjelang Pilpres 2024 semakin terasa. Dengan hanya beberapa bulan lagi, kita semua akan menjadi saksi dari pesta demokrasi terbesar di Indonesia. Tentunya, semakin kita dekat dengan dengan bulan Februari 2024, nama-nama yang akan bermain di kontestasi politik tersebut pun semakin mengerucut. Masalahnya, antusiasme politik bukan satu-satunya hal yang akan mengiringi kita menuju Pilpres 2024. Perkembangan berita politik dan hukum baru-baru ini tampak memunculkan satu bayangan mengerikan yang sepertinya akan menghantui Pilpres 2024. Munculah kemudian pertanyaan, mengapa hal-hal ini bisa terjadi? Dan, seberapa mungkin sebetulnya potensi penjegalan hukum pada capres-cawapres di 2024?
Wait, wait, wait! Kalian pasti ngira kita bakal mencoba minuman anggur merah di episode Brand Story kali ini, kan? Well, unfortunately, we don't because… Tapi jangan kecewa, guys, karena Orang Tua Group bukan hanya soal minuman anggur melulu kok. Dengan kata group dalam namanya, kitapun tahu bahwa Orang Tua Group ini bukan cuma berjualan anggur. Bisnisnya pun bergerak di banyak sektor, mulai dari minuman kesehatan, makanan instan, saus, kecap, baterai, hingga makanan ringan kayak Tango Tapi, meski sekarang udah jadi konglomerat gede, Orang Tua Group tidak serta merta langsung sukses di awal-awal buka bisnis. Semuanya bermula dulu dari botol ini, Anggur Kolesom. Hmm, emang-nya gimana sih ceritanya? Bagaimana bisnis yang bermula dari anggur kolesom ini bisa begitu sukses sampai berjualan pasta gigi juga? Let's find it out on Brand Story!
Harus diakui, dari ketiga bacapres saat ini, Anies Baswedan yang paling menarik menjadi sorotan mata berita. Tidak seperti Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto yang masih “bermain aman”, pernyataan-pernyataan Anies lebih berani dan provokatif. Salah satunya ketika Anies menyebut Jawa Tengah bukan kandang pihak tertentu. Anies bahkan menyebutnya sebagai mitos Meski tidak menyebut spesifik pihak yang dimaksud, dengan jelas pernyataan Anies menyasar ke PDIP. Sudah lama Jateng disebut sebagai kandang banteng alias kandangnya PDIP. Lantas, benarkah pernyataan Anies kalua Jateng sebagai kendang banteng hanya mitos?
Di episode kali ini Prof Yusril Ihza Mahendra berbagi kisah soal Jepang dan apa yang bisa kita pelajari dari negara itu, juga soal tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh anak-anak muda zaman sekarang. Prof Yusril juga berkisah soal bagaimana kemajuan teknologi seperti Artificial Intelligence atau AI harus diposisikan dengan tetap mengutamakan manusia sebagai pusat utamanya. Penasaran seperti apa kisahnya? Yukss disaksikan video lengkapnya ya!
Pada tahun 1946, Jepang berkutat dengan kesulitan-kesulitan pasca kalah Perang Dunia II. Kelangkaan makanan, ketiadaan sumber energi dan bahan bakar, serta banyak warga yang kehilangan tempat tinggal. Berbagai perusahaan juga gulung tikar. Namun, di masa-masa sulit sering kali ide brilian lahir. Mari sambut Soichiro Honda. Dialah orang yang dalam kesulitan pasca perang, memasangkan mesin generator bekas dipakai tentara Jepang pada sepeda kayuh – menjadikannya sepeda dengan mesin – yang kini kita kenal sebagai sepeda motor. Setelah mesin-mesin bekas makin langka, Soichiro akhirnya membuat mesin sendiri yang menjadi awal dari lahirnya brand sepeda motor Honda. Saat ini, Honda adalah perusahaan sepeda motor terbesar di dunia. Yess, di dunia. Di Indonesia saja, brand ini menguasai 70-80 persen pasar sepeda motor nasional. Mereka juga memproduksi mobil dan kendaraan lainnya. Tapi, mungkin belum banyak yang tahu kisah awal Soichiro yang merupakan anak orang miskin dari pelosok yang bertaruh nasib melamar pekerjaan di usia 15 tahun, mendapati dirinya bekerja sebagai baby sitter dulu, lalu sempat jadi pembalap juga, dan pernah juga loh mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Namun semangatnya membuat Honda kini dikenal sebagai salah satu brand paling terpercaya di dunia lewat sepeda motor, mobil, perlatan perkebunan, generator, bikin jet pribadi, bahkan di dunia AI dan robotic lewat robot ASIMO. Penasaran seperti apa kisahnya? Let's find out, this is Brand Story!
Gudang Garam mungkin jadi salah satu jenama paling populer di Indonesia. Perusahaan rokok yang kini jadi terbesar kedua di Indonesia ini – hanya kalah dari HM Sampoerna – adalah brand yang melekat di kalangan para penikmat asap. Menyebut Gudang Garam ikonik bukan tanpa alasan. Selain karena logonya yang unik, tetapi juga karena bisnis yang dirintis dari bawah ini berhasil mengantarkan sang pendiri - Tjoa Ing Hwie atau yang dikenal sebagai Surya Wonowidjojo – menjadi salah satu orang terkaya di republik ini. Sejarah Gudang Garam yang panjang ternyata cukup menarik. Mungkin belum banyak yang tahu kalau ternyata Gudang Garam pernah jatuh. Ini adalah periode di tahun 60-an ketika perusahaan ini sedang jaya-jayanya, namun justru mengalami kemunduran karena peristiwa Gerakan 30 September 1965. Yes, di era pemberontakan PKI. Penasaran seperti apa kisahnya. Bumper dulu ya, this is Brand Story.
Jakarta dan Polusi. Dua kata ini mungkin sekarang menjadi istilah yang tak terpisahkan. IQAir, sebuah perusahaan teknologi asal Swiss yang memantau kualitas udara di kota-kota seluruh dunia beberapa kali mencantumkan Jakarta sebagai kota paling berpolusi sedunia. Tidak hanya itu. Belakangan pamor Jakarta sebagai kota yang sangat berpolusi semakin parah setelah banyak warga Jakarta mengeluhkan sesak napas akibat polusi yang terlalu pekat. Namun, biang keladi polusi Jakarta masih mengambang. Di satu sisi, tidak sedikit yang menyalahkan masalah polusi udara kepada PLTU batu bara misalnya yang letaknya dekat Jakarta. Sedang di sisi lain, tidak sedikit juga yang menyalahkan jumlah kendaraan berbahan bakar minyak yang jumlahnya sangat banyak di Jakarta. Tentu pertanyaannya adalah, bila polusi kendaraan bermotor begitu bermasalah, kenapa pemerintah terlihat kurang mampu membatasinya? Apakah kita tak begitu berkuasanya membendung sektor bisnis penjualan kendaraan bermotor?
Ridwan Kamil mengaku ditawari oleh Megawati untuk menjadi cawapres Ganjar. Respons Golkar menarik, partai beringin menegaskan tidak bisa melarang kadernya itu untuk menjadi cawapres Ganjar. Lantas, jika RK menerima tawaran Megawati, mungkinkah Golkar akan meninggalkan Prabowo?
Adalah di tahun 2008, pertikaian antara Gus Dur dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin memasuki posisi terpanas. Drama saling pecat dan saling gusur dalam tajuk “Perang Paman Melawan Keponakan” jadi warna utama tensi politik perebutan kepemimpinan di Partai Kebangkitan Bangsa. Ujung akhirnya, mari sambut kemenangan The One and Only: Cak Imin. Ini adalah awal perjalanan karier politik paling menarik dari seorang politisi yang dikenal murah senyum dan murah tawa. Eits, tapi di balik pembawaannya yang demikian, nyatanya Cak Imin adalah seorang politisi yang brilian. Ini mungkin yang menyebabkan “bumi gonjang-ganjing” di Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan dalam beberapa minggu terakhir. Partai Demokrat yang ingin mengusung AHY sebagai cawapres Anies, harus pupus harapannya setelah Cak Imin dipinang Surya Paloh untuk posisi itu. Tapi, ada proses panjang untuk sampai di titik ini, termasuk yang melibatkan strategi cukup mind blowing – hal yang membuat Cak Imin patut diwaspadai karena sangat handal. Penasaran seperti apa? Well, get your coffee and let's get it started.
Di episode kali ini PinterPolitik berkesempatan berbincang dengan Profesor Yusril Ihza Mahendra, Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara. Yusril membagikan kisah perjalanan politiknya, terutama di seputaran pencalonannya sebagai presiden di tahun 1999 dengan berbagai intrik politik di belakangnya. Ini terkait pendaftaran capres, permohonan agar Yusril mundur, dan bagaimana koalisi yang terbentuk memenangkan Gus Dur di Pilpres tahun tersebut. Yusril juga berbagi kisah soal politik Islam, dan pesan-pesannya bagi anak muda Indonesia hari ini. Ia menyebut anak-anak muda saat ini harus membaca dari banyak sumber dan jangan terpaku hanya dari satu buku saja. Memperluas khazanah berpikir akan membantu kita berkontribusi pada kemajuan bangsa.
Pada tahun 2022, pemerintah Indonesia mulai melaksanaan pembangunan Ibu Kota Nusantara, atau IKN. Presiden Jokowi memang sudah berulang kali menegaskan bahwa IKN adalah proyek Indonesia yang paling ambisius hingga saat ini. Ia juga memastikan dalam waktu 10 sampai 15 tahun mendatang IKN akan selesai dibangun. Para investor yang disebut bakal nyemplung di IKN pun tidak main-main. Belakangan, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebutkan kalau bakal ada dua nama investor kelas kakap. Mereka adalah Sugianto Kusuma atau Aguan, dan Sukanto Tanoto. Menurut Bahlil, konglomerat-konglomerat raksasa tersebut telah bersiap menggelontorkan modal hinggga Rp30-40 triliun.
Kendati pemerintah menyatakan kesiapan menyongsong dampak “kiamat beras” dunia, Indonesia disebut-sebut tetap akan terdampak kebijakan India, yang menghentikan ekspor beras non-basmati sejak 20 Juli 2023 lalu. Sebagai informasi, larangan ekspor dilakukan India setelah terjadi gagal panen di sentra-sentra produksi beras seperti Punjab dan Haryana. Satu hal yang membuat kiamat beras bisa saja terjadi karena India merupakan eksportir beras terbesar dunia. Dan celakanya, hal itu bisa diperparah oleh proyeksi dampak alam, yakni El Nino bagi produksi pangan dunia.
Untuk beberapa lama tuduhan komunis dan Yahudi menjadi dua predikat yang dianggap paling “menyeramkan” di Indonesia. Kisah sejarah dan gesekan sosial yang mengikat di balik dua predikat ini jauh melampaui friksi atas identitas lain yang terjadi di republik ini. Survei Wahid Foundation menyebutkan bahwa komunis adalah kelompok atau predikat yang paling tidak disukai di Indonesia. Ini serupa dengan kebencian pada kelompok LGBT yang juga sangat tinggi. Sementara untuk Yahudi, menurut survei Anti-Defamation League, Indonesia adalah negara peringkat ke-4 dengan pembenci Yahudi terbanyak. Narsum/Dean Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, kenapa masyarakat kita bisa begitu membenci Yahudi dan komunis? Apalagi, kalau kita melihat catatan historis, kelompok yang benar-benar pernah menyengsarakan masyarakat Indonesia adalah orang-orang Jepang dan Belanda. Narsum/Dean – tapi visualnya bisa pakai footage atau video Fakta ini menarik mengingat saat ini Indonesia punya hubungan yang relatif harmonis dengan Jepang dan Belanda. Selain hubungan bisnis, berbagai program pertukaran pelajar juga menjadi warna tersendiri dalam relasi dengan para mantan penjajah itu. Mengapa memori kolektif atas kelam penjajahan lebih kurang terasa dibanding Yahudi-Komunis?
The Fed menjadi salah satu entitas ekonomi paling powerful di dunia. Bank sentral Amerika Serikat ini menjadi salah satu aktor penting di balik perubahan dan dinamika yang terjadi dalam ekonomi global. Memang ada banyak teori konspirasi dari awal kelahiran lembaga yang didorong oleh tokoh macam JP Morgan ini. Namun, The Fed bisa menjadi alat untuk mencegah kepanikan ekonomi yang bisa berubah menjadi kekacauan terus terulang dalam sejarah. Tulis pendapat kalian soal ini di kolom komentar ya!
Berapa banyak dari kalian yang menggemari minuman yang satu ini. Fanta rasa-rasanya jadi brand minuman yang sangat populer. Saking populernya, produk The Coca Cola Company ini punya 200-an varian rasa di seluruh dunia. Rasa-rasa yang nggak terbayangkan kayak choco orange atau pisang juga ada. Di Polandia ada Fanta Shokata yang rasanya itu gabungan jeruk dan bunga Elder. Anyway, tapi kalian tahu nggak, kelahiran minuman yang identik dengan warna-warna cerah ini ternyata ada andil dari tokoh paling kontroversial sepanjang sejarah manusia. Dia adalah Adolf Hittler. Yess, kalian nggak salah dengar, Fanta yang jadi minuman favorit kalian ini lahir karena tokoh kunci Perang Dunia II – perang terbesar dan paling mematikan sepanjang sejarah manusia yang menyebabkan korban jiwa hingga 80 juta jiwa ini. Hmm, penasaran seperti apa kisahnya? Bumper dulu! Let's find it out!
Udah berapa sering kalian nonton film yang satu ini di setiap akhir bulan September? Dan pada perhatiin nggak, potongan film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI tadi merupakan scene ketika para pendukung PKI menyanyikan salah satu lagu yang kerap diidentikkan dengan gerakan komunis tersebut. Saking dianggap begitu “berbahaya”, lagu yang satu ini bahkan dilarang untuk dinyanyikan dan orang-orang yang menyanyikannya akan ditangkap oleh aparat keamanan. Yess, lagu itu adalah Genjer-Genjer. Lagu ini pernah sangat populer di masanya. Versi Lilis Suryani yang barusan adalah penghias siaran-siaran radio di tahun 60-an. Ada juga versi seniman Bing Slamet yang juga sangat populer di era tersebut. Walaupun Orde Baru telah berakhir dan PKI pun sudah tutup buku, nyatanya citra kelam lagu Genjer-Genjer masih terasa. Di tahun 2017 lalu, LBH Jakarta diserbu massa dan ormas karena beredar hoaks bahwa ada acara dukungan kepada PKI dan ada aktivitas menyanyikan lagu Genjer-Genjer. Tentu pertanyaannya adalah apa sih yang membuat lagu yang satu ini begitu identik dengan PKI dan mengapa ya sebuah lagu atau karya musik bisa begitu diasosiasikan dengan gerakan politik atau ideologi tertentu? Well, inilah Kelam Kisah di Balik Genjer!
Setelah mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai bacapres pada April 2023, elektabilitas Ganjar justru menurun. Dalam temuan Lembaga Survei Indonesia (LSI), misalnya, tren penurunan terjadi sejak Mei 2023. Dan kini, elektabilitas Ganjar sudah disalip oleh Prabowo Subianto. Selain soal elektabilitas, koalisi penyokong Prabowo juga tengah menguat. Masuknya Partai Golkar dan PAN membuat koalisi Prabowo menjadi yang terbesar saat ini. Lantas, untuk membalikkan keadaan, apakah PDIP harus mengevaluasi Ganjar Pranowo? Haruskah PDIP mengganti Ganjar sebagai capres?
Kesempatan kali ini PinterPolitik ngobrol dengan politisi muda Dara Nasution. Ada banyak hal yang dibahas. Dimulai dari alasan Dara keluar dari PSI, bahas akses politik bagi perempuan, hingga kenapa anak muda kerap diekspektasikan berlebihan dalam politik
Nope, kita nggak lagi mengkonfrontir pengguna Apple dan Samsung kok. Lagian, relasi Samsung dan Apple sebenarnya baik-baik aja. Misalnya, Samsung udah jadi pemasok berbagai komponen buat Apple seperti prosesor, display screen, hingga flash memory yang ringan, bahkan sampe sekarang. Tapi, persaingan antara Apple dan Samsung kayaknya emang cukup seru buat diulik lebih lanjut, terutama di ranah perponselpintaran yang bakalan dibahas kali ini. Samsung sendiri sebenernya udah memproduksi banyak banget ponsel, sampai pada tahun 2010 produsen asal Korea Selatan itu merilis Galaxy S series untuk merespons iPhone yang diluncurkan tiga tahun sebelumnya. Saat itu, di mata Apple, Samsung Galaxy S series adalah salinan langsung dari iPhone, dan Jobs ingin meluncurkan "perang termonuklir" dengan Android. Tim Cook, orang yang mengurusi supply chain Apple dan penerus Jobs di masa depan, mendorongnya untuk bersabar agar tidak merusak hubungan mereka dengan pemasok penting seperti Samsung. Sejak saat itu lah, persaingan ponsel pintar flagship iPhone dan Samsung dengan Galaxy S seriesnya berlangsung sengit dan kayaknya masih akan sangat menarik ke depannya. Dan mungkin, cuma kiamat teknologi yang bisa menghentikannya wiets nggak nggak ya lebay. Anyway, lalu seperti apa sebenernya persaingan di antara Apple dan Samsung yang oleh Forbes sempat diberi tajuk “brutal war” ini? Please, get your coffee and let's get it started!
Kali ini PinterPolitik mengobrol dan sharing banyak hal terkait teknologi, Artificial Intelligence serta masalah gap generation bersama Bapak Jenderal TNI (Purn.) Andika Perkasa. Pak Andika juga berkisah banyak soal keberadaan perusahaan teknologi besar atau big tech dan bagaimana dampaknya mempengaruhi dunia secara keseluruhan. Sharing-sharing gagasan juga terjadi terkait persoalan food security dan tax ratio Indonesia yang terus turun. Saksikan perbincangan selengkapnya di episode One Step Closer kali ini. Jangan lupa tulis pendapat kamu soal isu-isu yang dibahas di kolom komentar ya.
Pada tanggal 24 Juni 2023 dunia dihebohkan oleh berita pemberontakan di Rusia. Pemberontakan yang dilakukan oleh perusahaan militer swasta bernama Wagner Group tersebut sempat dikabarkan bakal memantapkan barisan dan berjalan ke Ibukota Moskow. Namun, setelah hiruk pikuk yang terjadi, bos Wagner Yevgeny Prigozhin akhirnya menyepakati gencatan senjata dan menegaskan ambisinya bahwa pemberontakan yang dilakukan Wagner murni merupakan protes terhadap Kementerian Pertahanan Rusia. Menariknya, meskipun sudah menciptakan kegaduhan di Rusia, Prigozhin malah diizinkan sama Putin untuk pindah ke Belarus. Padahal, sebelumnya banyak yang prediksi kalau dia bakal dibunuh karena dianggep udah mencoreng citra strongman Om Putin. Gak cuman itu, Prigozhin beberapa waktu kemarin justru mejengin fotonya bareng seorang diplomat asal Afrika ketika menghadiri pertemuan di kota St. Petersburg. Tentunya keanehan ini pantas membuat kita bertanya-tanya, mengapa Prigozhin bisa seakan dibebaskan begitu saja oleh Putin, setelah sebelumnya membuat citra Putin agak goyang lewat seruan pemberontakan? Well, inilah Misteri Kongkalikong Putin- Prigozhin!
Pada tanggal 3 Agustus 2023, PinterPolitik berkesempatan mewawancarai politisi PDI-P, Budiman Sudjatmiko. Sosok yang belakangan ramai dibicarakan publik karena pertemuannya dengan bakal calon presiden (bacapres), sekaligus Ketua Umum (ketum) Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Namun, di interview ini Budiman tidak hanya blak-blakan soal pertemuannya dengan Prabowo, tapi juga berbicara tentang fenomena sosial-politik yang saat ini terjadi, seperti munculnya fenomena "jurnalisme gerilya". Budiman juga diminta untuk mendeskripsikan para bacapres (Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto) dengan satu kata. Penasaran apa yang Budiman katakan? Yuk saksikan video lengkapnya! Oh iya, and don't forget to share your thoughts in the comments ya!
Jakarta tahun 1960-an terasa seperti medan tarung berbagai macam operasi intelijen. Agen CIA bermain, MI6 bermain. Agen Soviet jangan ditanya, Tiongkok juga ada. PKI tak ketinggalan. Demikianpun dengan kelompok-kelompok lainnya ikut bermain dalam perebutan pengaruh. Bisa dibilang saat itu berasa kayak versi nyata dari film-film soal intelijen. Nah, di seputaran pertarungan intelijen kala itu, ada satu nama yang sempat menjadi pergunjingan – bahkan hingga kini masih menjadi topik menarik. Dia adalah Pater Beek. Bagi kalian yang mengikuti kisah sejarah di seputaran tahun 1965, pasti sering banget membaca sempalan kisah dan konspirasi tentang rohaniwan yang satu ini. Pater Beek adalah seorang anti komunis yang kerap dituduh sebagai agen CIA dan menginfiltrasikan gagasan-gagasan politik ke tokoh-tokoh nasional. Bahkan ide untuk mendirikan garis politik berhaluan korporatif yang hingga kini kita kenal sebagai Golkar, disebut datang dari Pater Beek. Mungkin itu alasan mengapa ia masuk dalam daftar 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia. Benarkah demikian? Get your coffee and let's get it started!
Kalau kamu penggemar kisah-kisah mata-mata, pasti bakal suka nih ngomongin soal operasi-operasi intelijen militer yang terjadi di Indonesia. Walaupun penggambarannya mungkin nggak se-wow kayak di film-film James Bond, tapi setidaknya nggak kalah seru cerita-ceritanya. Nah, kali ini PinterPolitik menghadirkan episode khusus untuk membahas legenda-legenda di bidang intelijen yang pernah dimiliki Indonesia. Mereka-mereka ini adalah sosok-sosok yang membuat dunia operasi klandestin Indonesia menjadi begitu disegani. Penasaran siapa saja mereka? Yuk mari kita bahas.
Cuplikan tadi adalah aksi Korps Speciale Troepen atau KST, sebuah unit pasukan khusus Tentara Kerajaan Hindia Belanda atau KNIL yang dibentuk untuk melawan kaum revolusioner selama masa Revolusi Nasional Indonesia. Menariknya nih, terdapat dua perwira KST yang kisah dan reputasinya bagai bumi dan langit, terutama dari perspektif Indonesia. Mereka adalah Raymond Pierre Paul Westerling serta Rodes Barendrecht "Rokus" Visser a.k.a Idjon Djanbi. Yap, Westerling jadi sosok yang meninggalkan luka sejarah mendalam bagi rakyat Indonesia. Namanya bahkan diabadikan sebagai peristiwa pembantaian ribuan rakyat sipil di Sulawesi Selatan di tahun 1946 hingga 1947. Di sisi lain, garis tangan membawa Idjon Djanbi bergabung dengan TNI dan membantu merintis pasukan komando yang menjadi cikal bakal Kopassus. Bahkan, Idjon Djanbi berhasil memimpin dan membentuk para serdadu TNI yang mampu menjinakkan bekas pasukan Westerling. Lalu, seperti apa kisah dari Westerling dan Idjon Djanbi? Well, get your coffee and let's get it started!