POPULARITY
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini dan Tirto dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Yehezkiel 24: 15-24; Mazmur tg: Ul 32: 18-21; Matius 19: 16-22 SYARAT MENGIKUTI YESUS IALAH PERTOBATAN SEJATI Renungan kita pada hari ini bertema: Syarat Mengikuti Yesus Ialah Pertobatan Sejati. Di dalam sebuah pertemuan untuk pendalaman kitab suci di sebuah lingkungan umat basis, Pastor Paroki hadir bersama umat lingkungan tersebut. Pada waktu sesi berbagi pengalaman iman, Pastor ditanya oleh salah seorang umat, yang berkata: “Apa perbedaan antara pertobatan sejati dengan yang tidak sejati”? Sang Pastor tidak langsung menjawab, tetapi ia membuka kesempatan kepada semua hadirin untuk memberikan jawabannya. Salah seorang ibu yang pertama menjawab dengan berkata, “Tobat yang tidak sejati ialah seeorang yang berbicara dan berjanji untuk bertobat, namun pada kenyataannya ia tidak bertobat. Ia tetap kembali berbuat dosa yang sama dan berulang-ulang. Sedangkan tobat sejati ialah kalau orang tersebut berkata tentang bertobat, dan ia sungguh menunjukkan pertobatan itu dalam kenyataan. Ia menunjukkan itu melalui kata dan tindakan yang berubah dari kebiasaan lamanya”. Jadi pertobatan itu sejati kalau kata dan perbuatan sesuai. Ada seorang pemuda memberi pendapatnya dengan berkata: “Seseorang yang bertobat sejati ialah kalau dia tidak mengulangi lagi dosa yang telah diperbuat. Selain itu, ia selalu berhati-hati supaya tidak jatuh dalam pencobaan, maka ia harus membentengi dirinya dengan selalu berdoa. Sedangkan orang yang bertobat tidak sejati adalah yang menjadi lawan dari itu semua. Ia dengan mudah melakukan kembali dosa yang sama. Ia juga mudah sekali jatuh ke dalam pencobaan”. Kemudian seorang kakek yang lanjut usia memberi pandangannya dengan berkata: “Orang yang bertobat sejati ialah dia memilih suatu kehidupan baru, maka kehidupan lamanya ditinggalkan. Ia melepaskan semua itu dengan tidak ada rasa menyesal atau mengalami kerugian apa pun. Semua itu memang tidak berguna lagi baginya. Sebaliknya ia memilih suatu kehidupan baru yaitu yang sesuai dengan ajaran dan perintah Tuhan baginya. Sedangkan orang yang bertobat tidak sejati ialah dia yang masih suka dengan kehidupan lamanya. Meskipun ia sudah menerima kehidupan baru, ia masih akan memakai cara hidup lama, karena baginya cara hidup lama yang lebih cocok dengannya.” Semua yang hadir termasuk Pastor Paroki tampak kagum dengan sharing kakek tadi. Jawabannya itu sebagai ringkasan semua penjelasan dan renungan tentang pertobatan sejati. Bacaan Injil pada hari ini mengungkapkan itu sebagai suatu penyangkalan diri secara total. Tuhan Yesus memberikan jawaban sekaligus tantangan bagi seorang yang sedang mencari cara terbaik untuk mempunyai hidup yang kekal, yang berarti hidup di dalam Tuhan. Jawaban itu ialah penyangkalan diri. Seseorang harus meninggalkan atau melepaskan segala yang menjadi milik dunia ini. Lalu ia memilih hidup baru dengan mengikuti Tuhan. Dengan memilih untuk mengikuti Tuhan berarti kita mengikuti gaya hidup Yesus Kristus, yaitu penyangkalan diri. Penyangkalan diri memang harus terjadi di dalam dunia ini, demi hidup yang mulia dan bahagia nanti di dalam surga. Di akhirat tidak ada lagi penyangkalan diri. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan Yesus, mampukanlah kami dalam penyangkalan diri kami untuk semakin mantap menjadi murid-murid-Mu. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Johanes Bambang dan Yuliana Manjung dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Nahum 1: 15; 2: 2; 3: 1-3.6-7; Mazmur tg Ul 32: 35cd-36ab.39abcd.41; Matius 16: 24-28 KEHILANGAN NYAWA KARENA TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Kehilangan Nyawa Karena Tuhan. Ada seorang Pastor Paroki bertemu dengan seorang umatnya yang sedang bekerja di sawah. Pastor menyalaminya dan berkata, “Bapak sangat ulet dan tekun mengerjakan sawah. Tampak sekali hasilnya yang dapat dipandang: padi tumbuh dengan subur, pematang sawah hijau dan rapi, tanaman lain di pinggir sawah yang sedang berbunga dan berbuah lebat.” Petani itu menganggapi, “Semua ini harus dikerjakan dengan penuh pengorbanan waktu, tenaga, uang, pikiran dan perasaan yang tercurah untuk sawah ini. Pengorbanan ini tidak ringan.” Petani itu melanjutkan, “Pastor sangat bagus berkotbah setiap kali merayakan Misa. Pastor sangat tekun mengajarkan dan membimbing kami agar kami bertambah kuat dalam iman kepada Tuhan. Pastor menyambut hangat anak-anak dan orang muda kami, sehingga mereka menganggap gereja dan pastoran sebagai rumah mereka yang kedua.” Pastor Paroki itu menanggapi dengan berkata, “Semua itu saya capai melalui latihan dan usaha yang tidak ringan. Saya perlu banyak pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, perasaan dan doa yang terus-menerus. Pengorbanan ini sungguh tidak ringan.” Dua ilustrasi di atas memberikan kita dua realita yang sama, yaitu suatu prestasi dan kesuksesan yang dibanggakan dan tentu saja disyukuri, kemudian realita kedua ialah suatu pengorbanan yang tidak ringan untuk sampai kepada kesuksesan tersebut. Di dalam pembicaraan umum, hal ini sering disebut dengan “Tiada kesuksesan tanpa ada pengorbanan”. Kita pengikut Kristus sering juga menyebut ini dengan “Tiada kemuliaan tanpa ada salib.” Bacaan Injil pada hari ini menekankan itu dengan menonjolkan ajaran Yesus Kristus tentang “kehilangan nyawa karena Tuhan” yang merupakan jalan utama pemuridan Kristen. Suatu pengalaman kehilangan nyawa atau mati mesti kita katakan sebagai puncak jalan salib seperti yang dilakukan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Ia melewati semua jenis penderitaan sampai kematian-Nya di salib, dan di atas kayu salib itu Ia menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa, dengan satu kata keluar dari mulut-Nya, “Selesai”. Jalan salib merupakan pengalaman kita orang Kristiani dan pengikut Kristus yang mengalami berbagai macam penderitaan, yang oleh Injil pada hari ini disebut penyangkalan diri. Motivasi atau alasan utama kita menyangkal diri ialah karena kita ingin konsisten dan tekun mendengar Firman Tuhan dan tekun melaksanakan perintah-perintah-Nya. Untuk dapat menunaikan tugas ini, kita harus mampu melawan semua godaan dan tipu muslihat setan. Seorang Kristen yang kehilangan nyawanya karena Tuhan sesungguhnya menjalankan suatu cara tertinggi penghayatan iman dan suatu persembahan yang amat mulia kepada Tuhan. Ia persembahkan nyawanya. Misalnya, pasangan suami istri berkomitmen hidup suci dengan perkawinannya, mereka sangat mengetahui bahwa alasan mereka ialah karena Tuhan. Mereka pertahankan itu sampai kematian memisahkan mereka, dan hal ini merupakan suatu contoh hidup dengan penyangkalan diri. Ini adalah cara kehilangan nyawa karena Tuhan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan, kuatkanlah kami selalu agar kami tetap berkomitmen untuk tekun mengabdi kepada-Mu. Salam Maria ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Albertus Novan dan Andi Situmorang dari Sekolah Saint Peter di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Roma 16: 3-9.16.22-27; Mazmur tg 145: 2-3.4-5.10-11; Lukas 16: 9-15 KEMURAHAN HATI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Kemurahan Hati. Santo Martinus, Uskup dari Tours (Perancis) yang peringatannya pada hari ini dapat dinamai juga seorang Santo kemurahan hati. Terlahir dari orang tua yang belum mengenal Tuhan, bapanya seorang tentara Romawi dan pada masa mudanya Martinus sudah menjadi tentara. Pada usia 18 tahun ia dibaptis menjadi Katolik. Satu kisahnya yang terkenal ialah ketika sebagai tentara di daerah Gaul (sekarang Perancis), suatu saat kembali dari tugas ketentaraan sambil menunggang kudanya. Ia menemui seorang pengemis yang mati kedinginan. Tak punya apa-apa di tangan, tetapi yang ia punya hanya mantel ketentaraan yang melekat di tubuhnya. Ia memotong mantel menjadi dua, setengahnya itu dipakaikan kepada pengemis itu. Sampai di gereja ia berdoa dan dalam penglihatan ia temukan Yesus yang memakai setengah mantelnya tadi. Selanjutnya Martin meninggalkan dunia ketentaraan lalu masuk pertapaan dan menjadi rabib Benediktin, kemudian diangkat menjadi Uskup di Tours. Sejalan dengan tindakan Santo Martinus, Santo Ambrosius dari kota Milan pernah dalam kotbahnya mengatakan: perut-perut orang miskin, rumah-rumah para janda, mulut-mulut anak-anak merupakan gudang harta yang bertahan sampai selama-lamanya. Menolong mereka adalah harta yang menjamin kehidupan kita di surga. Allah akan melimpahi mereka yang memberikan dengan kemurahan hati orang-orang yang berkekurangan. Bacaan Injil hari ini membandingkan antara kemurahan hati dan yang bukan. Lawan kemurahan hati ialah kerakusan dan pelit, yaitu kepentingan berlebihan demi kenyamanan dan keuntungan sendiri. Jika kerakusan dan kepelitan ini dihilangkan, orang baru dapat menjalani kemurahan hati karena apa yang ia miliki entah materi entah rohani diperuntukkan bagi sesamanya. Mengikuti Kristus dan Martinus yang murah hati, kita tak perlu kuatir dengan berbuat murah hati yang sesungguhnya yang tidak akan membuat kita berkekurangan, sebaliknya memperkayai kita seratus kali lipat. Kemurahan hati memperbesar dan mempelebar jiwa kita, sementara kepelitan dan kerakusan mengkerdilkan. Tanda orang-orang yang besar hatinya ialah mereka memiliki banyak teman dan dijadikan teman oleh banyak orang tanpa ada batas-batas status sosial. Suka cita dan duka cita dirasakan bersama-sama. Tanda yang lain ialah bahwa harta utama mereka ialah sesama manusia entah teman, kenalan dan sahabat. Benda dan materi bukan utama. Mereka sungguh menyatu dan hidup bersama para sahabat dan sesamanya itu. Apalagi kalau kebersamaan itu atas nama Allah, di situ Tuhan sungguh hadir di dalam mereka. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Bapa yang maha murah, dari penyelenggaraan-Mu kami memiliki hidup dan mengisinya dengan berbagi satu sama lain, dan diminta selalu untuk memperhatikan sesama kami yang berkekurangan. Perkuatkan kami selalu untuk mewujudkan saling berbagi ini. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Johanes Bambang dan Yuliana Manjung dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Maleakhi 3: 14 - 4: 2a; Mazmur tg 1: 1-2.3.4.6; Lukas 11: 5-13 PINTU DIKETOK DARI DALAM Tema renungan kita pada hari ini ialah: Pintu Diketok dari Dalam. Umumnya dipahami bahwa doa-doa permohonan kita merupakan kesempatan kita mengetok pintu hati Tuhan supaya memperhatikan keadaan kita. Namun yang sebenarnya ialah Tuhan yang pertama mengetok pintu hati kita, lalu kita menjadi sadar akan keadaan kita yang sebenarnya dan beranjak untuk meminta pertolongan-Nya. Ia mengetok pintu hati kita supaya kita mengetahui diri kita, kemudian kita yang harus mengetok pintu hati Allah. Bacaan Injil tadi menunjukkan bahwa kitalah yang mengetok pintu hati Tuhan. Doa-doa kita sepanjang masa menunjukkan itu. Permohonan dan ujud doa atau persembahan kita sampaikan kepada-Nya yang didahului oleh sapaan atau seruan nama-Nya yang suci merupakan tanda kita meminta perhatian. Itu adalah cara yang lazim kita mengetok pintu Tuhan. Namun ada hal yang tidak biasa dan dapat menjadi sesuatu yang sangat perlu kita benahi. Sering Tuhan mengetok pintu hati dan pintu keluarga kita. Namun kita mungkin bersikap seperti tuan rumah yang di tengah malam, pintu rumah sudah tertutup, sudah tidur bersama keluarganya dan tak ingin bangun membukakan pintu. Malas, bosan, malu, takut dan menolak membukakan pintu adalah sikap-sikap yang sering kita tunjukkan. Ada sejumlah besar orang menolak ketukan pintu dan ajakan untuk menghadiri ekaristi pada hari minggu dan hari raya. Ada banyak orang tak menghiraukan ketukan pintu untuk setia mendengarkan dan merenungkan firman Tuhan. Ada begitu banyak orang yang sengaja menyangkal ketukan pintu untuk memilih kebenaran tetapi cenderung kepada penyebaran berita-berita bohong melalui media sosial. Masih banyak contoh lainnya. Padahal undangan dan ajakan Tuhan ini merupakan pilihan yang lebih baik untuk dapat mengalami kemuliaan dan kebesaran-Nya yang terungkap dalam tanda-tanda nyata kehidupan. Berdoa, berkorban, beramal, berbela rasa, dan berbuat kasih adakah maksud-maksud undangan itu. Adalah lebih tepat untuk mengetuk pintu rumah dan hati manusia dari dalam. Maksudnya ialah karena seruan dan desakannya lebih kuat sehingga membangunkan dan menyadarkan orang-orang yang sengaja menutup pintu-pintu mereka dengan kuat. Tuhan berperan mengetuk pintu kita dari dalam, namun juga kita sendiri yang mesti melalukan itu. Pemeriksaan batin yang rutin, pengakuan dosa yang reguler dan bimbingan rohani yang teratur merupakan cara-cara mengalami bagaimana pintu kita diketuk dari dalam. Melalui itu semua, kita dapat terbangun dari tidur kita yang sering mengada-ada, supaya bisa beraktualisasi diri lebih baik lagi sebagai pengikut Kristus. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Bapa di surga, karuniakanlah kami hati yang selalu lembut dan terbuka untuk semua kebaikan dan kebenaran yang tercurah melalui firman-Mu yang kami terima. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Nancy Phanasta dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Sirakh 44: 1.9-12; Mazmur tg 149: 1-2.3-4.5-6a.9b; Markus 11: 11-26 JADILAH PEMBAGI RAHMAT ALLAH Renungan kita pada hari ini bertema: Jadilah Pembagi Rahmat Allah. Ada seorang imam lanjut usia meninggal dunia beberapa waktu lalu pada usia yang ke-100 di pastoran paroki tempat ia berkarya selama 45 tahun terakhir. Ia adalah seorang imam yang istimewa sehingga dipercayakan bekerja di paroki itu dalam waktu yang lama hingga akhir hidupnya. Banyak sekali kisah menarik yang diceritakan oleh umat paroki. Hidupnya terukir di dalam hati setiap umat paroki. Ada seorang umat paroki membagikan ceritanya begini. Di keluarganya, ada 5 tingkat keturunan yang diberkati pernikahannya oleh sang Pastor. Sakramen lain seperti Pembaptisan anak, Komuni Pertama, Sakramen Penguatan dan Pernikahan juga dilayani oleh sang Pastor. Cerita satu keluarga ini juga sama dengan banyak keluarga lain di paroki tersebut. Dari tangannya, keluarga-keluarga mendapat curahan rahmat dari Tuhan. Dari mulutnya, mereka mendengar dan menerima Firman Tuhan yang menerangi kehidupan. Dari hatinya, umat Paroki mendapat segala rasa dicintai dan dihargai sebagai orang-orang hidup dalam semangat damai sejahterah. Singkatnya, Pastor almarhum ini adalah seorang pembagi rahmat Tuhan seperti layaknya seorang kudus. Sang Pastor wafat dan pergi ke alam baka dengan meninggalkan kemasyurannya, khususnya namanya yang harum dan jasa-jasanya yang luar biasa baik. Kalau kitab Putra Sirakh di dalam bacaan pertama hari ini menggambarkan tentang kemasyuran orang-orang zaman dahulu yang diingat maupun tidak diingat lagi, satu contoh spesial ialah sang Pastor Paroki tersebut. Kemasyuran yang dikenang ialah kemurahan mereka untuk berbagi rahmat Allah kepada sesamanya. Bacaan Injil hari ini mendorong kita untuk berbagi rahmat kepada sesama kita dan yang diminta ialah rahmat pengampunan dosa. Tak seorang pun luput dari kenyataan bahwa satu, dua atau lebih orang telah terlanjur bersalah kepada kita. Kesalahan besar dan kecil telah membawa akibat negatif kepada kita. Namun demikian, kita yang menjadi korban atau yang dirugikan tidak pernah kehabisan rahmat Allah. Tuhan senantiasa mengaruniakan rahmat-Nya kepada kita melalui aneka jenis aktivitas dan pengalaman rohani kita tiap hari. Jadi sangat tidak sulit bagi kita untuk berbagi rahmat pengampunan kepada mereka yang bersalah kepada kita. Kiranya kita tidak menunda-nunda kesempatan untuk mengampuni sesama yang bersalah kepada kita. Tuhan Yesus menasihatkan kita, bahwa “Jika kalian berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapa-mu yang di surga mangampuni kesalahan-kesalahanmu.” Jangan pernah lupa untuk mengampuni sebagai akibat terlalu sering dan lama menunda untuk melakukannya. Jika tidak, dosa bisa membeku dan karatan di dalam dirimu. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha murah, semoga kami sungguh menjadi para pembagi rahmat-Mu secara benar melalui semangat untuk selalu mengampuni sesama kami. Bapa kami ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
Bacaan Injil dari Yohanes (15:12-17)
Bacaan Injil dari Yohanes (14:27-31a)
Bacaan Injil dari Yohanes (13:21-33.36-38)
Bacaan Injil dari Yohanes (12:1-11)
Bacaan Injil.dari Yohanes 5 : 31-47.
Bacaan Injil dari Mat5:20-26
Bacaan Injil dari Matius (7:7-12)
Bacaan Injil dari Matius (6:7-15)
Bacaan Injil dari Matius (25:31-46)
Bacaan Injil dari Markus (10:1-12)
Bacaan Injil dari Markus 9: 41 -50
Bacaan Injil dari Matius 16: 13-19.
Bacaan Injil oleh Markus (6:14-29)
Bacaan Injil dari Markus (6:7-13)
Bacaan Injil dari Lukas (2:22-40)
Bacaan Injil dari Lukas (2:22-40)
Bacaan Injil dari Markus 3:13-19.
Bacaan Injil dari Markus 3: 7 - 12.
Bacaan Injil dari Markus 2: 23 - 28.
Bacaan Injil dari Markus 2: 18-22
Bacaan Injil dari Markus. 6:45-52
Bacaan Injil dari Markus 6:34-44;
Bacaan Injil dari Matius 21: 28 - 32
Bacaan Injil dari Matius 21: 23-27
Bacaan Injil dari Lukas 5 : 17-26
Bacaan Injil dari Lukas. 19:45-48
Bacaan Injil sari Lukas 19:41-44;
Bacaan Injil oleh Lukas. 19:11-28
Bacaan Injil dari Lukas 19:1-10
Bacaan Injil dari Lukas. 18:35-43
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan Pertama dibawakan oleh Yanti Kosasih, Bacaan Kedua dibawakan oleh Michael Steven dari Gereja Santo Yohanes Bosco, Paroki Danau Sunter, Keuskupan Agung Jakarta, Bacaan Injil dan renungan dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas Salesian Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng. 1Raja-Raja 17: 10-16; Mazmur tg 146: 7.8.9a.9bc-10; Ibrani 9: 24-28; Markus 12: 38-44 MEMBERI SEPERTI TUHAN MEMBERI Renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-32 ini bertema: Memberi Seperti Tuhan Memberi. Memberi merupakan tindakan cinta kasih yang paling konkret dan praktis. Meskipun memberi itu hanya berupa tatapan mata dan senyum lalu disertai gerak tubuh yang menyambut, kita menghadirkan keramahan dan itu berarti kita mencintai. Pada hari minggu ini kita ingin belajar tentang memberi seperti yang Tuhan sendiri berbuat dalam memberi. Dengan belajar, maka kita dapat mempraktikkannya karena hal itu sebagai cara kita menjadi sempurna seperti diri-Nya yang sempurna. Kita juga dapat membedakan itu dari perbuatan-perbuatan memberi yang bukan dikehendaki oleh Tuhan. Perbuatan-perbuatan tersebut adalah dari keinginan daging dan iblis. Memberi seperti Tuhan memberi merupakan sebuah komitmen dasar Tuhan terhadap pilihan arah hidup kita yang bersifat satu kali dan tetap. Yesus memberikan contoh dengan pemberian diri-Nya dalam pengorbanan diri sebagai satu tindakan saja demi menebus dan menyelamatkan kita umat manusia. Contoh ini menjadi dasar bagi kita untuk membuat komitmen dan janji dalam hidup kita. Janji baptis, janji perkawinan suami isteri, janji imamat, kaul-kaul suci hidup membiara, dibuat untuk sekali dan berlaku tetap. Sering juga pilihan hidup yang penting seperti karier, kerja sama, persahabatan dan hubungan kerja, dibuat sebagai komitmen untuk membangun loyalitas. Ini adalah bagian dari pemberian diri dalam semangat cinta kasih. Memberi seperti Tuhan memberi, berarti juga suatu perbuatan kasih untuk menyelamatkan sesama yang sedang dalam kekurangan dan penderitaan. Kita belajar dari janda di Sarfat yang menyelamatkan Elia yang sedang dalam pelarian dan kelaparan. Banyak sekali perbuatan kasih yang kita lakukan bagi anggota keluarga, sahabat dan sesama yang lain. Kekurangan mereka adalah yang berkaitan dengan jasmani, materi dan rohani. Pemberian yang diberikan hendaknya dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Upah bagi mereka yang memberi seperti ini adalah rahmat yang besar dari surga. Menyelamatkan sesama adalah tugas kita. Memberi seperti Tuhan memberi adalah perbuatan mempersembahkan sesuatu dari kekurangan diri kita sendiri. Dalam suasana rapuh dan derita, kita dapat memberi. Dalam keterbatasan sumber daya, kita dapat memberikan sesuatu. Dalam keadaan tertekan, kecewa, sakit hati, dan putus asa, kita dapat menjadi tanah subur dan membuka diri supaya Tuhan dan sesama dapat memberikan perhatian seperlunya kepada kita. Di dalam kerapuhan diri kita, kita merelakan diri untuk mengambil bagian dalam pembangunan Gereja dan masyarakat kita. Di dalam keadaan diri kita yang berdosa, kita sepantasnya membuka diri dalam kerendahan hati supaya Tuhan berkenan menerima dan mengampuni kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa mahamurah, kuatkanlah kami untuk dapat memberi seperti diri-Mu sendiri. Bapa kami... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
Bacaan Injil dari Lukas 15 : 1 - 10.
Bacaan Injil dari Lukas 14: 25 - 33
Bacaan Injil dari Yohanes 6: 37 - 40.
Bacaan Injil dari Matius 5: 1-12a.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan Pertama dibawakan oleh Inke Oktavelia, Bacaan Kedua dibawakan oleh Gita Nurani Maria dari Gereja Santo Yohanes Bosco, Paroki Danau Sunter di Jakarta, Bacaan Injil dan renungan dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas SDB Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT. Ulangan 6: 2-6; Mazmur tg 18: 2-3a.3bc-4.47.51ab; Ibrani 7: 23-28; Markus 12: 28b-34 PERINTAH UTAMA DAN SELAMANYA Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-31 ini ialah: Perintah Utama dan Selamanya. Ada sepasang suami-istri sering bertengkar dan saling mengancam untuk menceraikan pasangannya. Namun ketika anak sulung mereka mulai berbicara, suami-istri itu langsung diam dan tidak ingin melanjutkan lagi pertengkaran. Anak sulung yang laki-laki itu selalu berkata: “Cinta Tuhan itu suci. Jangan bermain gila dengan Tuhan.” Menurut bacaan-bacaan kita pada hari minggu ini, ajaran cinta kasih merupakan perintah atau hukum utama kita dan bersifat selamanya atau abadi. Yesus yang mengajarkan ajaran cinta kasih itu. Perintah dari Tuhan yang maha kuasa perlu pertama-tama ditanggapi dengan mendengar. Subjek yang berbicara dan memerintah ialah Tuhan, maka kita sebagai manusia yang mendengarnya. Musa sebagai nabi besar dan utusan Allah kepada umat Israel ingin menguatkan iman umatnya dengan meminta keteguhan hati mereka untuk setia kepada perintah utama tersebut. Ia menyerukan berulang kali: “Dengarlah hari orang Israel”. Jauh di depan pada zaman Yesus dari Nazaret, seruan ini diulang lagi oleh Yesus seperti yang diwartakan dalam Injil hari ini: “Dengarlah, hai orang Israel.” Jelas sekali bahwa Tuhan membutuhkan perhatian kita untuk mendengar-Nya. Sebutan orang Israel merupakan simbol umat Allah yang mencakup semua orang yang percaya kepada-Nya, khususnya kepada kita yang percaya kepada Kristus. Bagian awal atau pembuka perintah utama ajaran Yesus Kristus ialah sebuah panggilan untuk beriman. Tuhan meminta untuk kita mendengarkan Dia sebagai satu-satunya Tuhan. Kita mengakui-Nya sebagai sumber cinta kasih. Di dalam perjalanan hidup kita sebagai orang-orang yang percaya, iman menjadi syarat pertama dan dasar untuk sebuah bangunan rohani berupa pribadi-pribadi dan komunitas orang-orang beriman. Pembaptisan menjadi tanda awal untuk meresmikan seseorang beriman, lalu ia mulai berjalan dalam ketaatan dan berbagai bentuk ungkapan imannya. Satu bentuk ungkapan iman yang paling utama ialah dengan cinta kasih, yang merupakan hukum utama dan selamanya dalam hidup Kristen. Kita nyatakan iman kepada Tuhan yaitu mengasihi-Nya dengan segenap hati dan kemampuan. Jika bukan dengan segenap hati dan kemampuan kita, berarti kita masih berbagi kasih itu dengan pihak yang lain. Demikian juga kita mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri sendiri. Setiap orang ingin dirinya damai, suka cita, dicintai dan diberikan perhatian yang layak. Hal seperti itu juga mesti dilakukan kepada sesama kita sendiri, entah saudara, pasangan, teman, kenalan. Cinta kasih itu adalah ajaran dan hukum yang tidak berubah. Sejak Yesus ajarkan, cinta kasih tetap sebagai cinta kasih, meski ia selalu ditantang, diganggu atau dicurangi. Bahkan cinta kasih mampu mengalahkan dosa. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, semoga kami senantiasa hidup dengan dan dalam cinta kasih-Mu. Bapa kami... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan Pertama dibawakan oleh Bruder Joni, SDB, Bacaan Kedua dibawakan oleh Frater Jodi, SDB (mereka dari Komunitas Skolastikat SDB di Jakarta), Bacaan Injil dan renungan dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas Salesian Don Bosco di Labuan Bajo, Flores. Yeremia 31: 7-9; Mazmur tg 126: 1-2ab.2cd-3.4-5.6; Ibrani 5: 1-6; Markus 10: 46-52 DOA UNTUK DAPAT MELIHAT Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-30 ini ialah: Doa Untuk Dapat Melihat. Pengalaman Bartimeus sebagai seorang buta sebelum disembuhkan oleh Yesus, sangat mungkin penuh dengan doa-doa untuk dapat melihat. Kita dapat membayangkan seperti apa doanya. Bisa saja ia berdoa novena berulang kali. Bisa saja ia menyempatkan diri berlama-lama di depan altar suci Tuhan Allah. Mungkin ia juga minta banyak orang di sekitarnya untuk mendoakan supaya kebutaannya lekas hilang, ia memperoleh kesembuhan dan dapat melihat dengan normal. Bartimeus berjumpa dengan kita pada hari Minggu ini dan mengundang kita semua dalam suatu gerakan bersama untuk berdoa supaya kita dapat melihat. Tetapi bukankah banyak dari kita sungguh menyatakan diri sebagai orang-orang yang mempunyai mata yang sehat, sehingga dapat melihat begitu jelas di sekitar kita? Dalam sudut pandang rohani, undangan Bartimeus ini adalah lebih menekankan cara kita melihat pada apa yang tidak bisa kita lihat secara jasmani, yaitu melalui indera mata kita. Kita diingatkan untuk menggunakan kemampuan rohani untuk dapat melihat secara rohani. Kemampuan ini biasanya kita sebut sebagai mata rohani. Doa kita bersama ialah: “Tuhan Yesus, semoga kami dapat melihat dengan jelas kehendak Tuhan atas pribadi kami dan hubungannya dengan sesama di sekitar kami.” Kiranya melalui doa ini, kita dapat melihat rahmat penghiburan yang bersumber dari Tuhan Allah. Di dalam kenyataan hidup manusia yang berkekurangan dan menderita sakit dan kesulitan, Tuhan mengirimkan penghiburannya. Nabi Yeremia melihat bahwa penghiburan itu dapat merupakan pemberian dari diri kita masing-masing. Setiap orang dikaruniai Tuhan kemampuan untuk memberikan penghiburan. Melalui kabar baik dan perbuatan baik, kita dapat menjadi penghiburan bagi orang-orang di sekitar kita yang sedang mengalami musibah atau sakit. Melalui doa ini, kiranya kita dapat melihat bahwa perjalanan rohani kita sebagai anggota Gereja yang satu, suci, dan kudus selalu di bawah bimbingan imam Agung kita yaitu Yesus Kristus. Tugas imam Agung Yesus Kristus ialah menghubungkan kita dengan Bapa yang maha kuasa. Yesus menjadikan kita juga sebagai para perantara bagi sesama kita kepada Allah Bapa. Yesus telah menjadi perantara sehingga Bartimeus yang sebelumnya tidak bisa melihat kemuliaan Tuhan, akhirnya dapat melihat. Di dalam keadaan dan pekerjaan kita masing-masing, kita dapat menjadi pengantara rahmat supaya orang lain dapat menikmati kemuliaan Tuhan. Kepentingan penghiburan dan bimbingan rohani yang bersumber dari Tuhan sendiri merupakan kebutuhan rohani kita yang tidak boleh diremehkan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, ke dalam tangan-Mu kami gantungkan harapan kami untuk selalu melihat kemuliaan-Mu dalam diri kami dan lingkungan di sekitar kami setiap hari. Bapa kami ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
Bacaan Injil dari Lukas. 12:54-59
Bacaan Injil dari Lukas. 12:54-59
Bacaan Injil dari Lukas. 12:39-48
Bacaan Injil dari Lukas (12:35-38)
Bacaan Injil dari Lukas 10: 1- 9.
Bacaan Injil dari Lukas 11: 5 - 13.
Bacaan Injil dari Lukas 11:1-4.
Bacaan Injil dari Lukas 10: 38-42