POPULARITY
Categories
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Victor dan Ade dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Kejadian 2: 4b-9.15-17; Mazmur tg 104: 1-2a.27-28.29bc-30; Markus 7: 14-23BERSYUKUR ATAS FIRDAUS Renungan kita pada hari ini bertema: Bersyukur AtasFirdaus. Orang Eropa sangat bersyukur atas keindahan alam tanah airnya, namunketika mereka berkesempatan mengunjungi belahan dunia lain, mereka lebihbersyukur lagi karena dunia ini sangat indah untuk dinikmati. Orang Asia begitubangga dengan kekayaan alam dan dunia tropisnya. Namun ketika mengalami Eropaatau Amerika, mereka tambah kagum dan bersyukur bahwa dunia ini amat indah. Orang Amerika sangat memuji budaya dan tanah airnyasebagai surga di dunia, namun ketika datang ke Eropa, Asia atau Afrika, merekamenjadi diperkaya oleh kenyataan dunia ini yang begitu indah dan harusdisyukuri. Demikian juga orang Afrika yang sangat yakin dengan keindahan aslitanah airnya penuh dengan hasil bumi. Namun mereka akan bertambah senang danbersyukur ketika mereka sampai ke Eropa, Amerika, dan Asia untuk ikut mengalamikeindahan dunia ini. Kesimpulannya, kita berterima kasih dan kagum dengan Tuhanyang mengadakan dan menyerahkan semua itu kepada kita. Rasa kagum, bangga, berterima kasih dan bersyukur pertamakali dibuat oleh manusia yang pertama Adam dan Hawa. Setelah mereka diciptakansesuai gambar dan rupa Allah sebagai pria dan wanita, Tuhan menempatkan merekake taman Firdaus yang begitu lengkap dan indah. Sebenarnya kita semua mengikutisebuah proses utama yang sama. Saya dilahirkan sebagai orang dari ras danbudaya yang khas, ditempatkan di dalam sebuah lingkungan yang sesuai denganfaktor-faktor keturunan saya. Tuhan membuat kita masing-masing gambar danrupa-Nya dari sudut ciptaan yang khas tentang diri dan tempat kita berasal. Maka saya menerima, bangga, dan bersyukur ataspenciptaanku dan penempatanku di tempat saya berasal. Anda, dia, dan merekajuga demikian: masing-masing dikarunia pribadi yang khas dan dibuat melekatdengan keindahan dan keutuhan dalam lingkungan tempat tinggal yang sesuaidengan pribadi masing-masing orang. Kejahatan dan dosa timbul ketika seseorangtidak betah dengan lingkungan atau “firdaus” tempat ia berada. Ketika relasiantara seorang dengan yang lainnya di dalam “firdaus” itu bukan lagi sebagai sesamamanusia yang bermartabat tetapi musuh yang mengancam dan merugikan, di situterjadi bencana kemanusiaan. Firdaus berubah menjadi taman dosa. Hubungan antara pribadi dan pribadi dengan lingkungannya,menurut teks Injil pada hari ini, menjadi rusak karena niat jahat dan keinginannegatif yang keluar dari hati manusia. Datangnya kejahatan adalah dari dalamdiri manusia. Kita perlu memperkuat rasa syukur dan bangga karena kitadikaruniai rahmat untuk hidup bersama dengan sesama kita di dalam firdaustempat kita berada, maka kejahatan-kejahatan dapat dihindari dari kehidupankita.Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Allah kami,semoga Roh-Mu selalu menjiwai hidup kami setiap saat dan di tempat ini. Bapakami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Johanes Bambang dan Yuliana Manjung dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Kejadian 1: 20 - 2: 4a; Mazmur tg 8: 4-5.6-7.8-9; Markus 7: 1-13BERSIHKAN DUNIA INI DARI KEMUNAFIKAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Bersihkan Duniaini dari Kemunafikan. Ada satu pasangan yang baru menikah kurang dari setahunbertengkar sangat keras. Sang istri menuduh suaminya memiliki hubungan denganteman wanita di kantor. Tetapi setiap tuduhan itu dibantah keras oleh suami.Sampai saat suami sedang mandi di kamar mandi, istri menemukan ada directmessage di seluler suami yang tertinggal di atas meja kamar mereka. Istri beranikan diri untuk mengecek langsung pesan masukitu. Ternyata dugaan-dugaannya terbukti benar. Setelah mandi, suaminya langsungdikonfrontasi dan ia tidak mampu membantah lagi. Istri secara mutlak menuntutsupaya suami tidak boleh munafik lagi. Ia harus hentikan hubungan tersebutdalam bentuk apa pun, jika perkawinan mereka hendak dimurnikan dandipertahankan. Sikap tegas istri tersebut dapat kita posisikan dalamkategori tugas besar Yesus yang ingin menghapus semua bentuk kemunafikan dimuka bumi ini. Kaum Farisi dan para ahli Taurat adalah pelaku utama kemunafikanselama masa hidup Yesus di dunia. Mereka turun dari Yerusalem ke tempat Yesusberada untuk membuktikan bahwa Yesus dan pengikut-Nya melanggar aturan adat danagama Yahudi. Aturan yang mereka tekankan ialah interpretasi manusia atasperintah Allah dari Musa. Contohnya mereka temukan para rasul Yesus tidakmencuci tangan dahulu sebelum makan. Yesus tegas menanggapi bahwa mereka sungguh mengkhianatifirman Tuhan yang sebenarnya. Misalnya, perintah dari Musa untuk menghormatidan mengasihi orang tua, terlebih-lebih yang menderita dan sakit di dalamkeluarga sendiri. Biaya yang sebenarnya untuk mengobati anggota keluarga,dialihkan untuk berbagai jenis pajak di rumah ibadat alias persembahan. Umatdiharuskan untuk penuhi ini dan ternyata uangnya untuk kerakusan mereka. Jeniskorupsi ini sudah menjadi mental hidup mereka bahkan mendarah-daging sampaisaat ini. Motivasi mereka ialah uang. Hidup agama mereka bukan untukmelakukan kehendak Tuhan, tetapi mendapatkan uang melalui praktek beragama.Untuk memperkuat strategi utama ini mereka harus mengarang-ngarang semua aturanpenampilan manusia seperti kebiasaan mencuci tangan atau membasuh diri.Tampilan diri mereka harus suci, bibir dan mulut mereka harus berkata-katabagus, dan gerak-gerik mereka harus sempurna. Orang-orang mesti sangat percayakepada mereka. Ini yang sangat dilawan dan dikecam Yesus. Tuhan Allah menguduskan semua yang telah diciptakan dansemua itu baik bagi kehidupan kita. Tugas kita ialah menaati perintah-Nya, danbukan sebaliknya membuat diri kita munafik yaitu menjadi Tuhan supaya dipujaorang lain.Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus,perkuatkanlah kami untuk mampu melawan semua kepalsuan yang kami hadapi.Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Innocentius Peni dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Kejadian 1: 1-19; Masmur tg 104: 1-2a.5-6.10.12.24.35c; Markus 6: 53-56RUANG BAGI TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Ruang Bagi Tuhan.Ruang dimaksudkan di sini bukan sebuah tempat atau lokasi. Karena prinsipnyaTuhan tidak bisa dikondisikan ke dalam sebuah tempat. Sebaliknya, Tuhan beradadi dalam ruang yang melingkupi dan menaungi kita. Ruang itu menandakan sebuahkehadiran dan keberadaan. Tuhan menyediakan ruang itu dan Dia sendiri berada disana. Ruang terbesar yang pernah ada dan ukurannya sebesar TuhanAllah sendiri ialah semesta alam, atau langit dan bumi yang Tuhan ciptakan dariketiadaan, seperti yang dikisahkan dalam kitab Kejadian pada hari ini. TuhanAllah membuat semuanya ada dan Ia tidak membiarkan itu terlepas darikontrol-Nya atau tanpa jamahan tangan-Nya, namun Ia memberkati, menyertai, danmemelihara-Nya dalam seluruh kasih dan kekuasaan-Nya. Ruang bagi Tuhan Yesus Kristus yang jaraknya jauh ialahkota-kota dan desa-desa seberapa pun jaraknya, yang memperlihatkan orang-orangberbondong-bondong datang menemui Yesus untuk mendapatkan kesembuhan danpenghiburan. Itu namanya ruang publik yang terbuka dan menjurus dengan jarakpuluhan, ratusan dan ribuan kilometer. Misi Yesus Kristus di dunia ialahmembuat seluruh dunia ini sebagai ruang bagi penyebaran Injil suka cita yangmembebaskan manusia. Yesus mencapai sebuah tempat dan orang-orang mengenal-Nya,lalu mereka segera mendekati untuk menyalami dan berbicara, menyapa halo atauperkenalkan diri. Itu adalah ruang sosialnya Yesus. Pasti orang-orang bersorakgembira karena bisa memandang Yesus dari dekat, melambaikan tangan, dan suaramereka dapat didengar oleh Yesus. Sebagian mereka mendapatkan suka cita danpenghiburan karena perjumpaan itu. Mereka yang sakit bahkan mencapai ruang pribadi dan ruangintim Yesus melalui jamahan tangan Tuhan atau mereka sendiri yang menjamahjumbai jubah Yesus. Di sini Yesus mengajarkan kalauthe power of touchatau kekuatan menyentuh sangatlah penting untuk penguatan dan penyembuhan.Dalam menyentuh tak ada jarak lagi yang tampak. Itu adalah ruang tubuh kita yang mengizinkan kontak danenergi dari tubuh yang satu terserap oleh tubuh yang lain. Energi Yesus masukke dalam orang-orang sakit dan mereka menjadi sembuh. Jadi ruang tubuh, ruangpribadi bahkan ruang sosial dan publik kita sangat instrumental untukterjadinya kontak dengan orang lain. Tuntutan kedekatan dan kehadiran kitasangat penting, karena kita berbagi ruang dari diri kita dan ini selalu menjaditanda penguatan dan pembaharuan hidup. Ini adalah cara kita menghadirkan ruangbagi Tuhan yang bekerja melalui kita.Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus, mampukanlahkami untuk memanfaatkan semua kehadiran kami sebagai ungkapan cinta kasih-Mu.Salam Maria penuh rahmat... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini, Hendry, Tirto dan Pater Peter, SDB dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Yesaya 6: 1-2a.3-8; Mazmur tg 138: 1-2a.2bc-3.4-5.7c-8; 1 Korintus 15: 1-11; Lukas 5: 1-11NOTHING TO LOSE Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-5 ini ialah:Nothing To Lose. Di dalam perlombaan atau kompetisi apa pun, prinsipnothingto lose atau berjuang dan berlomba tanpa beban apa pun, membuat orang-orangyang berpartisipasi hanya fokus pada perlombaan itu. Dalam menghadapi ujian disekolah atau tes menjadi pegawai di kantor, semangatnothing to losemembuat seseorang tidak berambisi dan tetap tulus dengan kemampuannya yangsebenarnya. Ketika seorang menjalankan sebuah pekerjaan yang diberikandan ada target pencapaian yang diproyeksikan, sikap mentalnothing to losemembuat dia bekerja sesuai detail standar operasionalnya dan ia sangat percayadiri. Seorang yang berjuang mempertahankan harga dirinya karena telah difitnahdan direndahkan, keyakinannothing to lose mendorongnya untuk menempuhjalan hukum yang seadil-adilnya. Atau berdasar pada keyakinan itu ia relamenyelesaikannya secara kekeluargaan dan bijaksana, dengan tanpa ada beban kemarahanatau kebencian apa pun. Singkatnya, prinsipnothing to lose berperan untukmembuat seseorang berbuat sesuatu dengan benar, lancar, tulus, fokus, serius,tanpa beban dan jelas targetnya. Kita belajar dari bacaan-bacaan pada hari initentang sikap mental tersebut. Prinsipnya ialah kita berangkat dari ketulusandan totalitas sikap Tuhan yang memilih untuk datang ke dalam dunia. Tuhan tidakpunya beban dan tak ada keberatan untuk hidup bersama kita manusia. YesusKristus total menjadi bagian dari kita, bahkan Ia memilih yang terburuk daridunia ini. Kita sebagai pengikut Kristus memiliki kewajiban untukmenjalankan kehendak Tuhan. Panggilan Tuhan kepada kita masing-masing untukmemiliki jalan hidup, profesi, pelayanan, dan pengabdian, merupakan tindakanTuhan untuk menyatakan kehendak-Nya. Ketika kita menerima dan menyanggupinya,sikap kita hendaknya total dan tulus seperti Tuhan Yesus sendiri yang total dantulus. Nabi Yesaya sebagai teladan bagi kita dengan ungkapannya yang terkenal:Inilah aku, utuslah aku. Sementara itu, para murid yang dipanggil oleh Yesusdengan tugas untuk menjala manusia, meninggalkan segala sesuatu lalu mengikutiYesus. Santo Paulus menguatkan kita dalam ketulusan dan totalitaskristiani, yaitu sebagai seorang pribadi yang kredibel. Bagi dia, tidak adakesaksian Kristen yang hakiki, kalau tidak ada kesesuaian antara pengajaran dankehidupan, yang dipikirkan dan yang dibuat, yang diwartakan dan yang dihayati,yang didoakan dan yang dihayati. Jika Anda berkata yang satu dan berbuat yanglain, kredibilitas Anda sebagai seorang Kristen harus dipertanyakan. Anda tidakmemiliki prinsipnothing to lose dalam perjalanan sebagai seorang muridmenuju kepada Bapa. Oleh karena itu marilah kita bersikap tulus, fokus, dantotal sebagai pengikut Kristus.Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Bapa yang baik,berkatilah dan rahmatilah kami untuk menjadi anak-anak-Mu yang sejati. Bapakami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Angelina Tanardi dari Paroki Kristus Raja Jayapura di Keuskupan Jayapura, Indonesia. Ibrani 13: 15-17.20-21; Mazmur tg 23: 1-3a.3b-4.5-6; Markus 6: 30-34CHAS ENERGI Renungan kita pada hari ini bertema: Chas Energi. Adabanyak kesaksian baik secara langsung maupun melalui media sosial tentangbahaya memakai hp atau telpon seluler saat sedang di-chas. Orang-orang salingmemberikan peringatan untuk tidak menelepon atau beraktivitas dengan hp ketikasedang di-chas. Katanya hp bisa terbakar atau meledak. Sudah ada banyak buktitentang ini dan menyebar viral untuk diperhatikan oleh banyak orang. Maksudnya, hp itu harus dalam keadaan diam atau istirahatsehingga proses penambahan energi listrik ke dalam baterainya, tidak terganggudengan penggunaan energi yang sama untuk proses komunikasi. Pertimbangan ituada benarnya, karena baterai itu seperti gudang. Ia menerima dahulu energi,lalu nanti selesai baru ia menyalurkan keluar untuk berbagai pemakaian. Iabukan selang yang menerima dan langsung mengalirkan energinya. Pengalaman chas energi secara rohani digambarkan olehbacaan-bacaan kita pada hari ini. Doa yang diucapkan melalui Surat kepada orangIbrani menunjukkan tindakan Tuhan untuk memperkuat dan melengkapi diri manusiayang rapuh. Doa itu berkata demikian, “Semoga Allah memperlengkapi kaliandengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya. Dan semoga Ia mengerjakandi dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, berkat Yesus Kristus.” Yesus dan para rasul menyempatkan suasana sepi untukmereka sendiri dalam istirahat, berdoa, dan memperkuat persekutuan di antaramereka di tengah-tengah kesibukan pelayanan mereka terhadap begitu banyakorang. Namun kenyataannya orang banyak tidak surut keinginannya untukmendengarkan dan mendapatkan penyembuhan dari Tuhan. Mereka mengikuti terus kemana pun tempat menyepinya Yesus dan para rasul. Setelah proses chas kembalienergi itu, kekuatan dan semangat baru bangkit dengan passion, bela rasa, gerakanhati, kobaran semangat, yaitu “tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepadamereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.” Chas energi yang baru atau menambah dan memperkuat yangsudah ada sangat penting untuk tugas selanjutnya, tantangan baru, perjuanganyang berkelanjutan, dan kesulitan-kesulitan yang bakal dihadapi. Kita memilikisaat-saat pemeriksaan batin, pengakuan dosa, ekaristi harian dan mingguan,puasa, rekoleksi, dan retret; semua ini adalah kesempatan chas kembali energirohani. Ini bukan sekedar kegiatan-kegiatan rohani, karena nantinyamenghasilkan orang-orang seperti selang: terima chas energi langsung menguap dankeluar. Ini adalah cara kita mengisi gudang rohani kita, supaya pada saatnyakita menyalurkannya dalam aneka kegunaannya.Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus,perkuatkanlah kami dalam memberikan kesaksian yang benar tentang Dikau.Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Margareta Cahaya dan Florensia dari Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Kesambi di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ibrani 13: 1-8; Mazmur tg 27: 1.3.5.8b-9abc; Markus 6: 14-29 KATA HATI KITA Renungan kita pada hari ini bertema: Kata Hati Kita. Ada seorang pemuda disukai tiga orang teman wanitanya. Masing-masing mempunyai keinginan yang sama, yaitu supaya dikawini pemuda itu. Dalam keadaan dilema, ia berkonsultasi dengan orang tuanya. Bapa dan ibunya memberikan semua pertimbangan yang diperlukan. Kemudian anaknya diberikan segala kebebasan untuk memutuskan. Ibu berkata, "Dengarkan kata hatimu, dan tentukan pilihan yang terbaik." Umumnya kita mengerti kata hati kita sebagai kebenaran yang memiliki tuntutan moral yang tinggi. Kata hati sebagai keputusan terakhir setelah melalui berbagai pertimbangan dan analisa. Diskusi, pembahasan dan konsultasi pada umumnya berguna untuk memberikan pencerahan dan pemahaman yang lebih luas. Usulan atau kritikan juga sering kita jadikan sebagai faktor yang diperlukan untuk memberikan keseimbangan dalam pemikiran dan pembahasan. Pada akhirnya keputusan itu memang benar-benar hasil dari kata hati yang jujur dan jernih. Kita mengetahui bahwa kata hati itu adalah suara hati nurani kita. Tuhan memilih untuk tinggal di dalam hati nurani kita. Maka ketika kita memikirkan dengan tenang, damai, positif dan dalam suasana berdoa, kata hati nurani kita tentu akan berisi kebaikan, pujian dan syukur kepada Tuhan, kebenaran yang membebaskan, dan suka cita yang membawa kedamaian. Sebaliknya, jika kita diliputi kebencian, kemarahan, kesombongan dan segala jenis hawa nafsu, maka kata hati nurani memang selalu berisi kejahatan dan dosa. Kata hati kita sangat bergantung pada niat, intensi, maksud dan perasaan kita sebagai manusia. Bacaan-bacaan kita pada hari ini menggambarkan dua contoh kata hati nurani yang sangat berlawanan. Yang pertama ialah kata hati seorang yang beriman, seperti yang digambarkan oleh Surat kepada orang Ibrani. Ini adalah sebuah gambaran orang beriman yang mementingkan kebaikan, sehingga ia menghindari perbuatan jahat. Ia menggantungkan hidupnya dalam kemurahan Tuhan dan berbekal belas kasih Tuhan ia sungguh percaya bahwa hidupnya sangat dirahmati dan diberkati oleh Tuhan. Pada gilirannya, ia akan menjadi berkat dan penyalur rahmat bagi orang lain. Yang kedua ialah kata hati seorang yang tidak beriman dan yang hidup dalam sebuah sistem hukum rimba. Sistem hidup ini membenarkan mereka yang kuat dan berkuasa mematikan mereka yang lemah dan yang menghadirkan kebenaran. Herodes memiliki kata hati yang jahat dan penuh dosa. Tidak ada kasih dan kebenaran di dalam hatinya. Kata hatinya memerintahkan dia untuk melakukan kebohongan dari pada kebenaran, kegelapan dari pada terang, kekacauan dari pada kedamaian, kebencian dari pada cinta. Kita dapat bertanya pada diri kita sendiri: keadaan saya saat ini, apakah diwarnai kata hati yang baik dan benar, ataukah kata hati yang salah dan jahat? Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus, murnikanlah hati kami supaya kami kembali hidup dalam kebenaran-Mu. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Dewi Felani dari Paroki Santo Albertus de Trapani Malang di Keuskupan Malang, Indonesia. Ibrani 12: 18-19.21-24; Mazmur tg 48: 2-3a.3b-4.9.10.11; Markus 6: 7-13 KEKUATAN SEBUAH KEPERCAYAAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Kekuatan Sebuah Kepercayaan. Secara umum kita bisa kategorikan kepercayaan, mandat, tanggung jawab, atau komitmen menjadi dua. Yang pertama ialah kepercayaan untuk melakukan perbuatan-perbuatan jasmani seperti bekerja mencari nafkah, memimpin organisasi, dan menjual atau membeli barang-barang. Yang kedua ialah kepercayaan terkait dengan melakukan kegiatan-kegiatan rohani seperti pelayanan firman Tuhan, beribadat, berdoa, dan berpuasa. Raja Daud memberikan kepercayaan kepemimpinan kerajaan kepada putranya Salomo, dan ini kita bisa menganggapnya sebagai wakil dari suatu kepercayaan jasmani. Orang tua atau orang dewasa memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan mereka. Banyak sekali aspek jasmani kehidupan kita ditentukan oleh kepercayaan yang diberikan kepada kita, baik di dalam keluarga maupun di luarnya. Sementara itu, Yesus Kristus memberikan kepercayaan dan mengutus para murid-Nya, dapat kita anggap sebagai wakil dari suatu kepercayaan rohani yang kita miliki. Kehidupan kita kapan dan di mana pun yang berkaitan dengan aspek rohani, semuanya ditentukan oleh kepercayaan atau nasihat dan bimbingan rohani yang diberikan kepada kita. Seseorang menghadiri Misa pada hari Minggu, dan dari sana ia membawa suatu kepercayaan untuk menjalani perutusan yang disampaikan oleh imam pada akhir perayaan ekaristi. Pertanyaan yang penting adalah ini: apakah yang menjadi kekuatannya sehingga kepercayaan baik jasmani maupun rohani itu memiliki martabat, kewibawaan, dan membuahkan kepercayaan yang lebih besar lagi dari orang lain di sekitar kita? Kedua bacaan kita hari ini memberikan satu jawaban pokok, ialah ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan yang memberikan kepercayaan itu. Nasihat, perintah, dan aturan-aturan yang ditetapkan senantiasa dijalani. Semua itu untuk menjamin kalau kepercayaan itu berasal dari sebuah kuasa yang jauh lebih besar dan menjamin legitimasi terlaksananya tugas-tugas kita. Ketaatan berarti Tuhan yang memberikan kepercayaan adalah benar dan kehendaknya bersifat tetap. Jadi tidak ada pertimbangan apa pun dari kita untuk berdebat bahkan memperbaikinya. Yang kita perbuat ialah mendengar, memahami, dan menjalankannya. Kesetiaan merupakan sisi mata uang untuk ketaatan. Kesetiaan bertahan sampai ujung kehidupan karena orang taat tanpa syarat. Banyak kali kita menjadi seperti Daud atau Petrus, yang mengakui iman untuk taat, namun terkadang kita tidak setia dalam berkomitmen. Yang penting ada penyesalan, lalu membaharui diri untuk kembali setia. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, pakailah kami dengan apa adanya kami ini untuk menunaikan kepercayaan yang Engkau berikan kepada kami. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Andre dan Felicia dari Paroki Roh Kudus Surabaya di Keuskupan Surabaya, Indonesia. Ibrani 12: 4-7.11-15; Mazmur tg 103: 1-2.13-14.17-18a; Markus 6: 1-6 SUDUT PANDANG Tema renungan kita pada hari ini ialah: Sudut Pandang. Agata adalah seorang wanita perawan yang menolak untuk dilecehkan secara tidak manusiawi, dan khususnya sebagai perempuan. Ia kemudian menerima siksaan dan hukuman mati dalam pemerintahan kaisar Romawi, Desius yang tidak beriman. Santa Agata menginspirasikan kita tentang memiliki sudut pandang di dalam hidup. Ia memilih untuk menjadi perawan bagi Tuhan, dan ia konsisten mempertahankan itu bahkan sampai diancam mati, ia bertahan dengan pilihannya tersebut. Sebuah sudut pandang mencakup aspek dari posisi mana kita melihat, cara kita melihat dan memahami seseorang atau sesuatu, dan kehendak untuk melakukan yang sudah kita putuskan. Mungkin kita sering mengikuti sudut pandang pada umumnya bahwa disiplin, didikan dan ajaran sebagai sesuatu yang menyiksa dan menyakitkan. Namun menurut Surat kepada orang Ibrani, itu adalah cara Tuhan melatih dan mendidik kita. Justru melalui itu semua kita akan menjadi baik dan selamat. Yesus Kristus tampil di publik sebagai seorang yang memiliki daya tarik luar biasa. Banyak sekali kesan dari orang-orang di sekitarnya sehingga menghasilkan aneka macam sudut pandang tentang diri-Nya. Para penggemar, murid-murid, dan para musuh-Nya memandang Dia secara berbeda-beda. Roh-roh jahat memandang bahwa Ia dapat digodai dengan segala taktik busuknya, namun Yesus mengalahkan mereka. Para rasul pertama pernah bertanya: di manakah engkau tinggal Guru? Mereka memandang bahwa Yesus bakal memberikan mereka jaminan hidup jiwa dan raganya. Injil pada hari ini berkisah tentang pandangan orang-orang sekampung dan sanak keluarga tentang pribadi dan pekerjaan Yesus Kristus. Ternyata sudut pandang mereka terhadap Yesus sangat terbatas dan amat dangkal. Yesus dipandang sebagai seorang yang merupakan bagian dari mereka. Tidak ada sesuatu yang spesial pada-Nya. Intinya, ini adalah sebuah sudut pandang untuk meremehkan dan menolak Yesus, meskipun mereka mengetahui bahwa Dia telah berbuat yang luar biasa dalam menolong dan mengatasi kesulitan orang-orang. Sebuah sudut pandang yang kita miliki sangat bergantung pada standar pengetahuan, kebijaksanaan dan iman kita masing-masing. Kalau kita dibimbing oleh Roh Kudus dan iman kepada Yesus Kristus, sudut pandang kita tentu berdasarkan kehendak Tuhan. Kita tentu selalu meminta terang Ilahi melalui doa dan refleksi supaya mendapatkan sebuah sudut pandang yang baik dan benar. Kita harus dapat membebaskan diri dari memiliki sudut pandang negatif, sempit atau subjektif, dan destruktif. Ini pasti bukan dari terang Roh Kudus. Jangan membiasakan diri memiliki sudut pandang seperti ini! Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha murah, semoga pada hari ini kami senantiasa memandang Dikau dengan gembira. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...
Dalam episode podcast kali ini, kami membahas salah satu pendekatan dalam dunia sales yang bisa mengubah cara kita melihat dan menjalankan bisnis. Bersama Hans Mario, seorang profesional dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di dunia sales, kita akan menggali bagaimana layanan yang tulus dapat menjadi kunci utama dalam meningkatkan penjualan. Mario berbagi perjalanan kariernya yang dimulai sejak masa kuliah sebagai anggota tim direct sales. Ia menekankan bahwa dunia sales bukan sekadar pekerjaan sampingan, tetapi bisa menjadi pilihan karier utama yang penuh dengan pembelajaran berharga. Dengan berinteraksi dengan berbagai tipe pelanggan, kita bisa mengasah keterampilan komunikasi, membangun empati, dan memahami kebutuhan orang lain dengan lebih baik. Dalam diskusi ini, kita juga akan membahas bagaimana pelayanan yang baik bukan hanya soal menjual, tetapi juga soal memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan, bahkan ketika menghadapi keluhan. Banyak orang melihat komplain sebagai hambatan, padahal ini adalah peluang emas untuk membangun kepercayaan. Kita juga akan melihat bagaimana prinsip pelayanan dalam bisnis dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hubungan keluarga. Jika kita bisa melayani pelanggan dengan tulus, mengapa tidak menerapkan sikap yang sama dalam kehidupan pribadi kita? Dengan memahami bahwa melayani adalah inti dari penjualan, kita bisa membangun hubungan jangka panjang yang tidak hanya menguntungkan bisnis, tetapi juga memperkaya diri secara pribadi.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Salesian Don Bosco Gerak di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ibrani 11: 32-40; Mazmur tg 31: 20.21.22.23.24; Markus 5: 1-20 CARA MENGHADAPI PROVOKASI Renungan kita pada hari ini bertema: Cara Menghadapi Provokasi. Seorang remaja Katolik bercerita bahwa di sekolah yang mayoritas siswanya non Katolik, ia sering dibully. Ia sering dihina dan dipermalukan, lantaran selalu ada yang provokasi. Seorang atau dua orang yang memulai dengan sindiran atau candaan, lalu teman-teman lain beramai-ramai menghakimi dirinya. Seandainya mereka tidak memprovokasi, situasinya akan baik-baik saja. Para provokator sepertinya tidak ingin damai, tenang dan bersahabat. Mereka memiliki niat jahat untuk membuat suasana kacau atau ingin supaya orang lain tidak bahagia. Setelah melalui berbagai dialog dan konsultasi, siswa Katolik itu akhirnya pindah ke sekolah lain yang lebih aman. Setan tidak pernah berhenti melalukan tugas-tugasnya, yang salah satunya ialah melakukan provokasi untuk melawan kebenaran dan kebaikan. Setan pasti ingin melawan Tuhan dan segala kuasa-Nya. Ia selalu lakukan itu dengan merasuki manusia-manusia yang melakukan provokasi. Sadar atau tidak sadar, para provokator itu sebenarnya sedang dipakai oleh setan, yang biasanya untuk memperburuk kenyataan hidup manusia dan lingkungan sekitarnya. Karena dikuasai oleh setan para provokator itu merealisasikan maksud setan, yaitu tidak suka ada kebaikan dan kebenaran di dalam hidup ini. Mereka hanya menjadi senang dan puas kalau ada kekacauan, kerugian, dan pihak lain sebagai korban. Pada hari ini, melalui bacaan-bacaan kitab suci, kita mendapatkan dua gambaran mengenai provokasi. Yang pertama ialah yang dilakukan oleh Legion kepada Yesus. Setan yang banyak itu memang berniat supaya suasana di daerah itu menjadi sangat kacau. Tetapi Yesus dengan kuasa Ilahi-Nya yang jauh lebih kuat berhasil melumpuhkannya. Provokasi yang kedua ialah yang datang dari semangat dunia pada umumnya yang merupakan gudang beraneka ragam potensi dan rencana kejahatan. Surat kepada orang Ibrani dalam bacaan pertama menggambarkan betapa susahnya orang-orang beriman yang hidup di tengah dunia seperti ini. Tokoh-tokoh iman seperti Abraham, Gideon, Barak, Simson, Daud, Samuel telah membuktikan bahwa mereka berhasil mengalahkan provokator besar dunia ini. Namun mereka mempunyai kekurangan, yaitu mereka belum memiliki Tuhan Yesus Kristus sebagai kekuatan utama mereka. Jadi pada hari ini kita diajarkan untuk menghadapi tindakan-tindakan provokatif yang mungkin sering kita alami dalam hidup kita sehari-sehari, yaitu menghadapi langsung seperti Yesus Kristus, atau memakai kekuatan Yesus Kristus yang ada di dalam diri kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Allah Bapa kami, murnikanlah pikiran dan hati kami supaya kami tidak terjerumus di dalam semua perbuatan sengaja yang melawan kehendak-Mu. Salam Maria... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Itak Jen dan Elen Bangun dari Paroki Katedral Roh Kudus Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ibrani 12: 1-4; Mazmur tg 22: 26b-27.28.30.31-32; Markus 5: 21-43 JALAN TERUS DAN TETAP SEMANGAT Tema renungan kita pada hari ini ialah: Jalan Terus dan Tetap Semangat. Ungkapan dalam bahasa Inggris yang mirip dengan tema ini ialah: the game must go on. Orang Italia menyebutnya “sempre avanti”. Kita menyadari bahwa setan-setan tidak berhenti atau tidak lelah menggodai kita. Demikian juga kita paham bahwa kesulitan dan penderitaan akan selalu kita alami. Kita mengingat tentang godaan terhadap Yesus sebanyak tiga kali ketika Ia berpuasa selama 40 hari di pada gurun. Diceritakan bahwa ketika Yesus mengusir si penggoda itu dengan seruan: Enyalah engkau, Setan!, Penjahat itu memang pergi, namun ia tetap menunggu kesempatan lain yang tepat agar ia dapat menjalankan tugasnya menggodai dan memperdayai Yesus. Hari ini bacaan-bacaan kita sepertinya memberikan kesan bahwa setan-setan sedang istirahat sejenak. Dengan begitu Yesus mempunyai kesempatan yang leluasa untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Mungkin setan sedang kasihan juga kepada orang-orang sakit, sehingga ia tidak ingin menambah penderitaan atas mereka. Atau mungkin mereka menghormati Yesus yang sedang bekerja. Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus harus memotivasi kita untuk tetap bekerja dan tetap juga sadar bahwa selalu ada godaan untuk menghalangi kita bekerja. Surat kepada orang Ibrani memotivasi kita dengan berkata: “Marilah kita berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita ... dengan mata yang tertuju kepada Yesus.” Fokus bekerja dan kekuatan Tuhan merupakan sumber daya kita. Kita harus berjalan terus dan tetap bersemangat. Tugas utama, mandat, perutusan, dan tanggung jawab harus tetap menjadi urusan kita setiap saat. Meski godaan, tantangan, gangguan, kesulitan, bahkan ancaman apa pun bentuknya menghadang, kita jalan terus saja, semangat saja. Tuhan tahu kita sedang berjuang dan diancam sekali pun, tapi Ia mengizinkan kita jalan terus dan Ia akan turun tangan membantu pada saat kita sudah tidak mampu lagi. Hal ini paling kurang mencegah dua kebiasaan buruk yang sering kita lakukan. Pertama, ketika sudah berhasil melewati sebuah ujian atau kesulitan kita menjadi santai, kurang waspada, dan menjadi kendor semangatnya. Ini justru menjadi kesempatan baik bagi setan untuk mendekat dan melakukan tugasnya. Kedua, ketika sudah melewati semua rintangan atau kesulitan tidak lama berselang datang lagi kesulitan yang lain. Akibatnya orang menjadi putus asa, lelah, dan menyerah. Ini juga menjadi kesempatan bagi setan untuk mendekat dan bersemangat bekerja. Jadi untuk mengatasi sikap santai dan putus asa, kita perlu memiliki satu kekuatan, yaitu berjalan terus dan tetap bersemangat. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, kuatkanlah iman kami supaya kami dapat mengalahkan sikap santai dan putus asa di dalam diri kami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Novi dan Retty dari Paroki Katedral Roh Kudus di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ibrani 11: 1-2.8-19; Mazmur tg Lukas 1: 69-70.71-72.73-75; Markus 4: 35-41 KEKUATAN SEBUAH PENGAKUAN Renungan kita pada hari ini bertema: Kekuatan Sebuah Pengakuan. Seorang kakek dan nenek sedang menikmati kopi pada sore hari sambil berbagi kisah tentang anak-anak dan cucu-cucunya. Mereka semua hidup mandiri dan menikmati hidup yang layak. Kakek berkata kepada nenek, “Pada waktu memilihmu dan saat kita menikah dulu saya miskin sekali. Saya anak yatim piatu dan tidak memiliki siapa-siapa dan apa-apa.” Nenek juga menanggapi dengan berkata: “Saya wanita yang tidak menarik. Hampir semua lelaki di kampung tidak tertarik padaku. Tapi kenyataannya kita bisa jodoh, menikah dan memiliki yang keluarga besar.” Jika Anda mengajukan pertanyaan kepada kedua orang tua itu alasan pokok yang membuat mereka jodoh dan sampai kepada perkawinan, sudah pasti jawabannya ialah cinta. Surat kepada orang Ibrani yang menjadi bacaan pertama hari ini menambah jawabannya, yaitu karena iman. Cinta dan iman adalah dua kekuatan yang mempersatukan kita entah itu perkawinan entah itu suatu persekutuan lain di dalam hidup kita. Yang ditekankan oleh surat ini ialah atas dasar dan pegangan iman, semua perbuatan cinta dapat diungkapkan dengan tulus, iklas dan bertanggung jawab. Abraham adalah profil seorang beriman yang sangat kuat dan kita semua tahu bahwa semua perbuatannya dalam mencintai Tuhan Allah dan mencinta orang lain yang berada di sekelilingnya bersumber pada imannya itu. Abraham sesungguhnya mengajarkan kita bahwa iman adalah pokok hidup kita dan cinta adalah buah-buah kehidupan itu. Pengakuan iman adalah mutlak bagi setiap orang beriman, mencintai adalah kewajiban setiap orang beriman. Menurut Injil pada hari ini, bahkan yang membuat pengakuan iman ialah danau yang ganas, yang dikuasai setan. Kalau setan saja mengakui Tuhan, apalagi kita yang beriman. Pada peristiwa redahnya angin ribut, pengakuan kejahatan atau lebih tepat kekuatan jahat yang diwakili oleh angin dan gelombang ternyata datang lebih dahulu. Sedangkan pengakuan para murid bahwa Yesus adalah Tuhan yang menghentikan kekuatan jahat tersebut justru datang kemudian. Mengapa? Karena setan dan roh jahat lebih takut akan Tuhan. Mereka tak ingin disiksa dan dihabiskan oleh Tuhan. Mereka sudah setan, tidak mau disiksa menjadi lebih setan lagi. Siapakah di antara kita senang dan mau kalau dianggap setan? Sedangkan kita manusia, masih berpikir-pikir untuk mengakui kepada Tuhan, apalagi mengakui dosa-dosa kita. Mungkin kita terlalu menunggu tanda-tanda besar baru bisa mengakuinya. Jangan-jangan kita sudah tidak lagi takut akan Tuhan sehingga Ia murkah terhadap kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa, buatlah kami pribadi-pribadi yang takut akan Dikau secara benar, supaya kami juga dapat mengakui Engkau dengan benar. Salam Maria ... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Yen Asmat dan Chaca Laiskodat dari Paroki Santo Vitalis Cewonikit Ruteng di Keuskupan Ruteng, Indonesia. Ibrani 10: 32-39; Mazmur tg 37: 3-4.5-6.23-24.39-40; Markus 4: 26-34 BERTEGUH DALAM PENGHARAPAN Renungan kita pada hari ini bertema: Berteguh Dalam Pengharapan. Setiap tanggal 31 Januari, Serikat Salesian Don Bosco, Keluarga Salesian, dan banyak pihak yang menjalani semangat hidup Santo Yohanes Bosco merayakannya sebagai pesta, yaitu hari kenangan wafatnya orang kudus asal Turin, Italia Utara itu. Ia seorang imam diosesan Keuskupan Agung Turin, yang dikaruniai karisma khusus oleh Roh Kudus, untuk bekerja bagi pendidikan orang-orang muda yang terlantar dan termiskin. Ia mendirikan Serikat hidup bakti pria yang dinamakan SDB, dan wanita yang dinamakan FMA (Puteri-Puteri Maria Penolong Umat Kristiani). Ia juga mendirikan kolaborator awam yang dinamakan Kooperator Salesian. Ia mengikuti semangat kerohanian dan ajaran Santo Fransiskus dari Sales, Uskup di Jeneva (Swiss) yang hidup 200 lebih tahun sebelum Don Bosco, maka tarekat-tarekat dan Keluarga besar yang didirikannya dinamakan Salesian. Sistem pendidikan orang-orang muda yang dipopulerkan Don Bosco, diakui oleh Gereja dan dimanfaatkan sebagai sistem pendidikan Katolik yang efektif, namanya sistem preventif atau sistem pencegahan. Di awal kerjanya bagi kebaikan dan keselamatan para remaja dan orang-orang muda, Don Bosco menemukan hidup dan keadaan mereka sangat memprihatinkan. Mereka sama dengan sampah yang dibuang dan diinjak-injak atau dihancurkan. Kehidupan keluarga dan masyarakat dengan kondisi generasi muda seperti ini, jelas masuk dalam kategori darurat kemanusiaan. Kemiskinan, kebodohan, kejahatan, sakit, pelecehan dan pemaksaan kerja di pabrik atau industri, merupakan situasi umum generasi muda saat itu. Nampaknya kehilangan harapan bagi Gereja dan masyarakat sangat nyata. Tetapi Don Bosco berteguh dalam iman dan prakarsa kemanusiaannya yang didukung oleh sebuah mentalitas perubahan ke arah yang lebih cerah. Don Bosco adalah produk asli zaman pencerahan setelah abad pertengahan dunia. Ia ingin perubahan dan metode baru dalam pendidikan. Ia ingin supaya keteguhan iman dan prakarsa kemanusiaannya dapat menghadirkan di dalam masyarakat dan Gereja sebuah harapan akan kebaruan. Ia harus mulai dengan pendidikan generasi muda, yang pada gilirannya akan menciptakan perubahan dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Surat kepada orang Ibrani menguatkan kita bahwa, seperti Don Bosco, kita memiliki tanggung jawab untuk berpegang teguh pada pengharapan, yang diwujudkan dengan saling memperhatikan dan mendukung dalam cinta kasih di antara kita. Terang dan kekuatan yang ada pada kita harus dapat dibagikan. Yang ada pada kita dan yang dibagikan akan semakin ditambahkan oleh Tuhan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan Yesus, jadikanlah kami sebagai pembawa dan penyebar harapan kepada sesama kami. Bapa kami yang ada di surga... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Florensia dari Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Kesambi Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ibrani 10: 19-25; Mazmur tg 24: 1-2.3-4ab.5-6; Markus 4: 21-25 CAHAYA PELITA Renungan kita pada hari ini bertema: Cahaya Pelita. Pada zaman Yesus, belum ada listrik. Orang-orang memakai pelita atau obor untuk penerangan di rumah dan di perjalanan. Tetapi pada zaman kita, pelita hampir tidak digunakan karena listrik sebagai penerangan utama. Pelita di dalam kitab suci dan ajaran Yesus tetap relevan dengan kita saat ini, yaitu lebih memberikan penekanan pada pesan rohaninya. Di dalam suasana gelap karena listrik mati, orang-orang bergantung pada penerangan yang ada misalnya hp, tablet, atau lampu senter. Namun jika tidak ada satu pun alat-alat listrik-elektronik yang tersedia, salah satu penerangan yang diandalkan ialah pelita. Lilin yang dibakar, obor minyak tanah, atau pembakaran kayu dapat disejajarkan dengan lampu pelita yang dengan muda disediakan di rumah-rumah kita. Tuhan Yesus memakai simbol cahaya pelita untuk mengajarkan kita tentang peran setiap orang beriman sebagai lampu yang memiliki nyala apinya. Roh Kudus yang ada pada kita sejak pembaptisan selalu menyalakan api-Nya sehingga pikiran kita terbuka kepada firman yang disampaikan kepada kita dan berelasi dengan semua kenyataan hidup yang kita alami. Api Roh Kudus juga membakar dan menyemangati hati kita, sehingga kita senantiasa memiliki pengharapan setiap kali ada kesulitan dan sakit yang menyusahkan kita. Setiap orang memiliki pelita dan api di dalam dirinya, karena Tuhan bermaksud untuk menjadikan dirinya sebagai rekan kerja-Nya. Para pengikut Kristus secara sah mengambil bagian dalam perutusan Yesus Kristus. Maka mereka adalah rekan kerja Tuhan di dalam dunia ini. Fungsi pelita atau api di dalam diri setiap orang yang diutus oleh Tuhan pada umumnya ada dua, yaitu sebagai penerang jalan kepada Tuhan dan penerang kehidupan di dalam dunia. Jalan kepada Tuhan tidak selalu mulus dan gampang. Yesus sendiri bahkan mengatakan bahwa jalannya sangat sempit. Perjalanan hidup yang panjang sering dihalangi oleh aneka bentuk kegelapan. Maka pelita di dalam diri setiap orang sangat berguna dalam menerangi dan membimbing dirinya, bahwa jalan kepada Tuhan adalah jalan Yesus Kristus. Dunia dengan segala keadaannya sering menjadi gelap karena segala kekurangannya seperti kebodohan, diskriminasi, kebohongan, kekerasan dan kematian. Perutusan kita sebagai pengikut Kristus mewajibkan kita menjadi pelita dengan cahaya yang menerangi, membimbing, dan mencerahkan dunia ini. Semoga pelita kita tetap bernyala sampai hidup kita di dunia ini berakhir. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus, penuhilah selalu diri kami dengan terang Roh-Mu agar kami semakin menjadi saksi-saksi-Mu bagi kebaikan dan keselamatan di dunia ini. Salam Maria... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Juan dan Loly dari Paroki Maria Bunda Tak Bercela Orong di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ibrani 10: 11-18; Mazmur tg 110: 1.2.3.4; Markus 4: 1-20 ORISINALITAS DAN KEPATUHAN Renungan kita pada hari ini bertema: Orisinalitas Dan Kepatuhan. Sekarang ini, kalau Anda berbelanja barang-barang mekanik dan elektronik, pikiranmu terbagi antara membeli yang orisinal atau bukan alias polesan dan bajakan. Karya tulis dan penelitian, karangan musik dan lagu, pidato dan kotbah, pikiran dan tindakan ketika dipresentasikan, publik dapat menilai dengan lugas apakah yang dihadirkan itu orisinal atau hanya buatan orang lain. Demikian juga dalam hal kepatuhan. Ada standar dan norma yang selalu menyertai hidup kita setiap saat. Tidak ada manusia yang hidup tiap-tiap harinya berada di luar lingkup batasan-batasan tersebut. Meskipun kehidupan itu dijalankan oleh seorang dalam kesendiriannya, ia mesti patuh pada struktur atau kondisi yang ada. Masuk ke pintu yang sempit atau melewati batasan atas yang lebih rendah daripada tubuhnya, ia harus patuh untuk memiringkan badannya dan menunduk. Bila datang angin dan hujan, ia pasti berusaha melindungi dirinya. Manfaat orisinalitas antara lain adalah mempertahankan apa yang menjadi jati diri sehingga memperkuat identitas seperti yang sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Ini adalah sebuah indikasi dasar bagi setiap makhluk baik hidup maupun mati. Barang atau hal yang diciptakan oleh manusia juga menunjukkan orisinalitas, karena ia menghadirkan identitas baik dari barang atau hal tersebut, maupun sang penciptanya. Dengan kata lain, sebuah orisinalitas menunjuk pada kepatuhan kepada siapa yang mengadakannya atau menciptakanya. Manfaat kepatuhan adalah berada dan berjalan di jalan yang sudah ditetapkan supaya orang tidak keluar dari batas atau melampaui apa yang tidak diharapkan. Dengan kata lain, kepatuhan selalu mengarahkan seseorang supaya setia kepada orisinalitasnya. Jika identitas dirimu adalah seorang guru, maka kepatuhan menuntutmu untuk tetap menjadi guru, meskipun Anda menjalankan sebuah pekerjaan lain atau untuk sementara berperan dalam suatu kegiataan tertentu yang berbeda. Pada hari ini, bacaan-bacaan suci kita memberikan kita pengajaran tentang menjadi original apa adanya sebagaimana Tuhan telah menetapkan kita sedemikian. Yesus memberikan perumpamaan tentang penabur yang menabur. Ia seorang penabur, dan tidak pergi mengajar di kelas atau menjaga toko. Itu adalah keaslian. Keberadaan kita di mana pun, dan pekerjaan apapun, harus menghadirkan keaslian kita. Di dalam karya-Nya Yesus, kita yang telah dipanggil dan dikuduskan-Nya melalui pembaptisan, diberikan orisinalitas kita sebagai bagian dari diri Yesus Kristus. Kita tidak mungkin menjadi bagian dari Setan atau siapa pun di luar Yesus. Kepada Yesus, kita persembahkan semua kepatuhan kita, maka hidup kita tetap original. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan Yesus, jadikanlah kami selalu setia kepada kehendak Tuhan seperti diri-Mu sendiri yang setia. Salam Maria... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Makrina dan John dari Paroki Katedral Roh Kudus Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ibrani 10: 1-10; Mazmur tg 40: 2.4ab.7-8a.10.11; Markus 3: 31-35 KARENA KEHENDAK TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Karena Kehendak Tuhan. Sesuai dengan kodratnya, manusia memiliki hak dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya. Ini berakar pada kekuasaan Tuhan Pencipta yang melengkapi diri setiap orang dengan akal budi dan kehendak. Kemampuan intelektual mengarahkan diri kita masing-masing untuk menyatakan diri, misalnya memberikan argumen, pendapat, memberikan alasan, dan memberikan penilaian atau kritik. Secara khusus, kita membuat pembenaran atas perkataan atau perbuatan yang telah kita lakukan. Untuk melakukan itu kita memberdayakan kemampuan mental dan intelektual kita. Seorang anggota kepolisian baru saja mendapatkan kenaikan pangkat, dan bersamaan dengan itu anak bungsunya baru saja menerima Komuni Pertama. Pada saat yang sama, ia ditugaskan oleh pimpinan untuk berdinas di salah satu pelosok pulau terluar Indonesia. Di hadapan semua hadirin pada acara syukuran di rumahnya, ia sangat yakin berkata bahwa semua kejadian itu ialah kehendak Tuhan. Ini adalah salah satu contoh penegasan dan pembenaran yang sering kita lakukan, dengan pegangan kita ialah kehendak Tuhan. Yesus Kristus sendiri menjadi teladan utama dalam pembenaran karena kehendak Tuhan. Surat kepada orang-orang Ibrani menekankan tentang pengorbanan diri Yesus Kristus yang berwujud pada semua bentuk pelayanan dan penderitaan-Nya untuk menyelamatkan umat manusia. Ia wafat di salib. Mengapa Ia sampai melakukan semua ini, Ia sendiri menjawab, karena kehendak Dia yang mengutus-Nya ke dunia. Atas kehendak Allah yang sama, Bunda Maria, ibu Yesus, dan kita semua juga diperintahkan Yesus untuk setia melakukannya. Maka kita dapat memiliki sebutan sebagai saudara dan saudari Yesus Kristus. Pembenaran kita karena melakukan kehendak Allah paling kurang memiliki dua makna, seperti yang diinspirasikan bacaan-bacaan pada hari ini. Pertama ialah sebagai tanda ketaatan kita. Ketaatan merupakan syarat dasar untuk menjadi kudus. Kita hendaknya menyebutkan “Karena Kehendak Allah” bukan sekedar pernyataan kosong atau sekedar gaya berbicara. Kita perlu menjadikan itu sebuah ungkapan iman, bahwa karena Tuhan menghendaki kita di dalam keberadaan dan tugas masing-masing, maka kita harus menaatinya. Tidak melakukannya, berarti kita bukan anak-anak-Nya. Kedua, dengan berkata dan berbuat karena kehendak Allah, kita memiliki keyakinan bahwa setiap pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan merupakan milik Tuhan. Tuhan mempercayakan kebun anggur-Nya, yaitu dunia ini ke dalam tangan kita untuk dikerjakan dan dibaharui. Jika sering ada kegagalan dan kerusakan tertentu, kita laporkan saja kepada Dia, karena semua itu milik-Nya. Marilah kita berdoa. Dalam nama... Ya Allah, pandanglah dan penuhilah kami dengan rahmat belas kasih-Mu supaya setia berbagi belas kasihan kepada sesama kami. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...
As social workers, how often do we hold the expectation that people should tell us the truth? How does that contradict with our mainstream entertainment, a tv show that is focused on lies and deception? In this short episode I'm inviting you to think about why people lie, and why we should avoid taking it personally as social workers. Recommended reading:https://www.glamourmagazine.co.uk/article/the-traitors-unconscious-biasA great read on organisational deception with definitions of different types of lies:Jenkins, S., & Delbridge, R. (2020). Exploring Organizational Deception: Organizational Contexts, Social Relations and Types of Lying. Organization Theory, 1(2).An alternative perspective on lying for patients in dementia care:Frederik Schou-Juul & Sigurd Lauridsen. (2024) Caregivers' perceptions of lying to people with dementia in Denmark: a qualitative study. Aging & Mental Health 28:11, pages 1471-1478.Lets connect!To book in a free 15 minute chat with me, to talk about training, development, courses or membership email vicki@socialworksorted.com Sign up to my free newsletter Join The Collective Ebook Guides Email: vicki@socialworksorted.comLinkedIn: Vicki Shevlin Instagram.com/@vickishevlin_Youtube.com/@socialworksortedFacebook.com/socialworksortedDisclaimer Thank you so much for listening. Please rate, review and share with one other person - it makes such a difference and I really appreciate your support.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Josef Ardiansyah dan Angelia dari Paroki Katedral Roh Kudus Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ibrani 9: 15.24-28; Mazmur tg 98: 1.2-3ab.3cd-4.5-6; Markus 3: 22-30 KITA PUNYA IDENTITAS Renungan kita pada hari ini bertema: Kita Punya Identitas. Ada sekitar dua puluhan turis asing dan lokal datang ke satu kampung di pelosok Indonesia. Menurut tradisi di kampung itu, setiap tamu yang masuk ke kampung harus diterima secara adat, dengan dipakaikan pakaian adat di gerbang kampung. Pakaian untuk kaum lelaki berbeda dari pada yang untuk perempuan. Kepala kampung menjelaskan bahwa cara penyambutan ini merupakan ciri identitas mereka. Setiap orang dan kelompok berhak menyatakan identitasnya. Namun ketika tuntutan dan penegakan hak itu menjadi berlebihan, terjadilah yang dinamakan dengan politik identitas. Politik ini sering berdampak negatif dan jelek. Lawan dari sisi negatif politik identitas ini ialah pemberian identitas kita oleh Tuhan. Ia jadikan kita sebagai gambar dan rupa-Nya sendiri. Yesus Kristus memakaikan kita identitas Kristen kepada setiap orang, keluarga, dan Gereja kita. Penetapan identitas ini sudah permanen di dalam Yesus Kristus. Melalui pembaptisan kita, Yesus Kristus mengenakan ciri khas diri-Nya kepada kita. Salah satu tanda yang utama di dalam Yesus Kristus seperti yang diwartakan oleh Surat kepada orang-orang Ibrani pada hari ini ialah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus terjadi hanya satu kali untuk menyelamatkan dunia dan umat manusia. Kita juga tentu mengalami ini semua hanya satu kali karena kita bersama Kristus. Ciri khas ini sungguh membedakan Dia dari semua orang hebat yang pernah ada dan hidup di dunia ini. Penguatan identitas Tuhan ini hendak dilawan oleh para musuh Yesus, yaitu mereka yang tidak percaya bahwa Yesus adalah sungguh Anak Allah, Mesias sesungguhnya dari Allah. Jadi mereka hendak menggantikan identitas Yesus menjadi anak kepala setan, Belzebul, atau paling kurang bagian dari golongan setan. Anggapan dan perlakukan terhadap Yesus dengan menggantikan identitas-Nya merupakan dosa yang amat besar. Dosa ini karena terlalu besar, sampai-sampai disebut melawan Roh Kudus, dan karena itu tak bisa diampuni. Bayangkan kalau identitas Anda berganti, misalnya dari seorang manusia menjadi hewan, atau setan. Itu memang sangat memalukan, merendahkan, dan menyakitkan. Bayangkan juga, misalnya urusan tentang data diri yang disimpan secara elektronik dan digital, ketika keamanannya tidak terjamin, kita pasti tidak mau dan suka. Bayangkan juga, ketika seorang suami ganti identitasnya demi curangi istri, anak-anak, dan keluarganya sendiri, pasti ini sangat meresahkan. Dan yang sangat parah ialah identitas sebagai pengikut Kristus berganti ke pengikut pihak lain yang bukan Tuhan, ini yang namanya identitas palsu, dosa yang tak dapat diampuni. Hari ini luangkan waktu untuk berdoa bagi kekuatan dan kemurnian identitas Anda. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, kuatkan kami untuk selalu menyatu dengan Dikau saja sebagai Tuhan dan penyelamat kami. Salam Maria... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Hendry, Rini, Tirto dan Pater Peter, SDB dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Nehemia 8: 3-5a.6-7.9-11; Mazmur tg 19: 8.9.10.15; 1 Korintus 12: 12-30; Lukas 1: 1-4; 4: 14-21 SABDA SEBAGAI ROTI DAN KEHIDUPAN Renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-3 ini bertema: Sabda Sebagai Roti dan Kehidupan. Bagi kita manusia sebagai makhluk yang berkomunikasi, sabda merupakan alat yang sangat fundamental. Sabda adalah kata atau perkataan yang diungkapkan melalui bahasa yang dapat dimengerti. Saat ini dengan bantuan media komunikasi yang semakin canggih, kita juga semakin canggih dan berkembang dalam menggunakan ungkapan pikiran, perasaan dan perkataan dalam bentuk verbal dan non verbal. Media memperbanyak dan mempercepat penyebaran sabda itu. Jadi sabda adalah alat yang sangat esensial untuk komunikasi dan relasi di antara kita. Sabda merupakan tanda peradaban manusia yang tinggi. Jika makanan jasmani seperti nasi, roti atau daging sungguh bermanfaat untuk memberikan pertumbuhan tubuh kita, sabda sesungguhnya merupakan makanan yang cocok untuk kehidupan dan kegiatan mental kita seperti berpikir, berbicara, dan berkomunikasi. Semua kegiatan mental itu akan memberikan kita kepuasan rohani, ketika ada pengertian atau pemahaman yang membentuk keyakinan dan komitmen hidup kita. Kalau memakai istilah yang dipakai kitab Nehemia, Sabda Tuhan dibaca dengan sangat jelas sehingga dimengerti oleh para pendengarnya. Menurut Injil Lukas, Yesus menegaskan bahwa kitab suci terpenuhi saat Ia sendiri yang berbicara, para pendengar mengenal-Nya, mendengarkan, dan menerima Dia sebagai Mesias. Kita masing-masing mempunyai makanan kesukaan. Setelah menikmatinya kita pasti menjadi puas dan membaharui semangat hidup. Tuhan menciptakan kita lengkap dengan selera akan makanan. Untuk itu banyak sekali bagian kitab suci yang menyinggung istilah makan, hidangan, dan perjamuan. Sama dengan selera untuk makanan jasmani, kita juga dilengkapi dengan selera makan rohani. Selera rohani kita tertuju pada santapan utama yang satu dan abadi yaitu Sabda Tuhan. Bagi kita, Sabda Tuhan adalah roti dan kehidupan. Hal ini diwartakan oleh Mazmur Tanggapan pada hari minggu ini. Sabda menjelma menjadi satu Tubuh Kristus dan kita yang menyantapnya adalah para anggota. Kita baik sebagai pribadi maupun bersama dalam Gereja atau umat Allah menjadi bagian dari Tubuh itu. Setiap orang terbaptis wajib mengambil bagian di dalam diri Yesus Kristus. Tanda yang kita pakai dalam mengartikan dan membuatnya hidup selalu di dalam diri kita ialah Ekaristi, yang berwujud pada roti yang kita santap. Tidak ada ekaristi untuk memaknai persekutuan jika tanpa roti dan tanpa memiliki maknanya sebagai makanan. Sebagai makanan rohani, manfaatnya tentu saja mendukung dan menciptakan kehidupan. Sabda Tuhan dan Ekaristi yang selalu kita rayakan harus dapat menumbuhkan raga dan jiwa kita. Jika tidak, berarti bisa saja kita sedang mengalami krisis di dalam iman kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, kuatkanlah hasrat kami akan Sabda-Mu yang menjadi makanan yang tak akan habis. Jadikanlah kami pewarta-pewarta Firman-Mu yang bertanggung jawab. Bapa kami ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Meita Adhie Moelya dari Paroki Santo Yosep Purwokerto di Keuskupan Purwokerto - Jawa Tengah, Indonesia. Kisah Para Rasul 22: 3-16; Mazmur tg 117: 1.2; Markus 16: 15-18 BENCI ITU BENAR-BENAR CINTA Renungan kita pada hari ini bertema: Benci Itu Benar-Benar Cinta. Kata “benci” yang diperpanjang dan diartikan menjadi benar-benar cinta, sudah tidak asing lagi bagi kita. Ada seorang gadis remaja memberi nama kedua anjing kecilnya si Benci dan si Cinta. Ini adalah dua nama yang menunjukkan perlawanan, yang ditunjukkan begitu jelas oleh masing-masing anjing itu. Si anjing Benci dikenal suka kasar dan memusuhi temannya. Sebaliknya anjing Cinta selalu bermain, menemani dan bersikap tenang. Suatu cara pandang yang transformatif atau yang bersemangatkan perubahan, dapat memberikan kita suatu pemaknaan dua sikap berlawanan itu untuk menjadi sesuatu yang membuat senang dan bangga. Ungkapan “Benci itu benar-benar cinta” seharusnya menjadi inspirasi untuk transformasi ini. Singkatnya kita bisa katakan bahwa pengalaman, atau semangat, dan perbuatan kebencian mengalami perubahan dalam suatu situasi dan waktu, sehingga orang yang benci dan penuh dengan amarah itu berubah menjadi orang baik yang penuh cinta kasih. Perubahan dari benci menjadi cinta merupakan contoh untuk perubahan yang lain seperti malas menjadi rajin, kotor menjadi bersih, kekanak-kanakan menjadi dewasa dan sebagainya. Pada hari ini kedua bacaan mencerahkan kita tentang perubahan ini. Semoga kita tidak berhenti dengan rasa senang karena pencerahan, tetapi kita mesti dapat membuatnya nyata yaitu berubah dari benci menjadi cinta. Ini sejalan dengan tugas utama Tuhan untuk membawa kita kepada terang, cinta dan keselamatan. Ada satu kejadian di sebuah paroki di mana Pastor Paroki dibenci oleh setengah bagian umatnya. Alasannya banyak. Namun salah satu yang selalu disebutkan oleh para pembenci ialah karena Pastor Paroki ini tidak segesit, selincah, dan sekocak dengan humor-humor seperti Pastor Paroki sebelumnya. Pastor Paroki membalasnya dengan selalu kunjungi keluarga, kampung, stasi tempat para pembencinya, lalu selalu bercerita dengan mereka. Perbuatan cinta itu justru perlahan-lahan mengubah kebencian umat paroki menjadi cinta dan bersahabat dengan Pastor Paroki. Pastor Paroki itu mengikuti teladan Yesus Kristus. Berhadapan dengan semua kebencian orang-orang, ia sudah memastikan bahwa itu akan mengantar Dia ke Salib di Golgota. Ia juga tentu sangat sakit hati ketika anggota keluarga-Nya sendiri atau orang-orang dekat bersikap jahat dan benci terhadap-Nya. Mereka menganggap dia gila. Ini sama dengan orang-orang dekat kita sendiri yang menaruh benci kepada kita. Tetapi Yesus tak berbalik membenci. Ia mengorbankan diri sebagai ungkapan cinta paling besar untuk melawan kebencian. Jadi kita punya contoh-contoh luar biasa untuk menyingkirkan dan mengalahkan kebencian dengan cinta kasih. Semua itu tergantung kita saja. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah yang bijaksana, semoga hati, pikiran, dan kehendak kami dipenuhi cinta-Mu supaya kami mampu mengalahkan kebencian di dalam diri kami. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Adi Wibowo Bunggulawa dari Paroki Santo Yoseph Pekerja Gotong-Gotong di Keuskupan Agung Makasar, Indonesia. Ibrani 8: 6-13; Mazmur tg 85: 8.10.11-12.13-14; Markus 3: 13-19 INDAHNYA PILIHAN TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Indahnya Pilihan Allah. Ada begitu banyak pemilihan Tuhan atas orang-orang terpilih yang akan menjalankan perutusan yang dipercayakan. Menurut Surat kepada Orang Ibrani, Tuhan membuat suatu pilihan yang besar, yaitu menetapkan perjanjian baru supaya melengkapi atau menyempurnakan perjanjian lama yang terbukti bercacat. Yesus Kristus sang Imam Agung terbukti hadir sebagai tanda perjanjian baru itu bagi kita. Yesus Kristus melanjutkan tugas-Nya di dalam dunia dengan membuat pemilihan, dan secara khusus Ia bertindak langsung atas pemilihan kedua belas rasul-Nya. Kekuasaan dan kehendak-Nya menjadi syarat utama untuk membuat pilihan. Kalau syarat yang dipakai kental dengan motivasi manusiawi, tentu saja pilihan itu berisi pilih kasih, kekuasaan, diskriminasi, dan pemaksaan kehendak. Pilihan Tuhan itu indah karena terpenuhi unsur kesakralan dan ketulusan. Firman-Nya langsung tertuju kepada orang-orang terpilih, sama seperti seorang pemuda berkata langsung “Aku sayang kamu” kepada pemudi pujaannya. Maka firman itu mendapat tanggapannya, yaitu jawaban pasti atas undangan dan pilihan Tuhan. Sebuah pilihan kehilangan keindahannya jika tidak dinyatakan secara langsung dan pribadi. Kita semua dibuat indah ketika pilihan terhadap kita itu disakralkan dengan pembaptisan suci. Sakramen-sakramen lain yang kita terima menjadi kesempatan bagi kita untuk disucikan, bahkan penyucian diri kita terjadi berulang kali melalui Ekaristi, pengakuan dosa, dan perbuatan-perbuatan kasih. Tuhan sungguh mengurapi dan menyucikan kita dalam banyak waktu dan peristiwa. Pilihan Tuhan itu indah karena orang-orang pilihan itu dipenuhi dengan kebijaksanaan untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan kebaikan. Atas dasar ini, maka setiap dari kita diikutsertakan oleh Yesus Kristus di dalam tugas perutusannya. Gereja yang mendapat langsung mandat dari Yesus senantiasa menugaskan kita dan melengkapi kita dengan segala bentuk dukungannya. Para rasul menerima pengurapan dan pilihan mereka dilengkapi dengan karunia perutusan mereka. Tak mungkin karunia ini berisi juga kekerasan dan kejahatan. Kita yang mengambil bagian dalam perutusan ini adalah pembawa damai dan suka cita kehidupan. Sering terjadi, satu perbuatan jahat dapat merusak banyaknya kebaikan yang sudah dilakukan. Hari ini firman Tuhan membimbing kita untuk memelihara pilihan-pilihan Tuhan yang sedang kita jalani dan wujudkan sampai kepada pemenuhannya. Kita juga dapat membuat pilihan-pilihan dalam semangat inisiatif dan kreativitas atas pilihan dasar kita mengikuti Kristus, agar iman kita semakin mantap. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Allah maha kuasa, penuhilah kami dengan rasa syukur dan kemurahan hati, supaya kami dapat melayani-Mu dan sesama kami dengan benar. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Karni dan Kristanti dari Paroki Katedral Roh Kudus Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ibrani 7: 25 - 8: 6; Mazmur tg 40: 7-8a.8b-9.10.17; Markus 3: 7-12 PELAYANAN YANG UNGGUL Tema renungan kita pada hari ini ialah: Pelayanan Yang Unggul. Kita selalu memahami pelayanan Kristen sebagai perbuatan nyata cinta kasih untuk menolong dan memberikan perhatian kepada sesama. Namun yang sering luput dari perhatian kita ialah suatu bentuk pelayanan yang spesial seperti yang dilakukan oleh seorang katekis atau guru agama di sebuah stasi terpencil, nama katekis itu ialah Yohana. Yohana adalah seorang ibu untuk empat orang anak dan istri bagi seorang petani desa yang bersahaja. Semua pekerjaan sebagai katekis, yaitu tangan kanan Pastor Paroki untuk mengajar agama dan mengurusi peribadatan di Stasi, ia lakukan dengan suka rela. Ia tidak memerlukan upah dari tugas-tugas Gereja tersebut. Bila Pastor Paroki menghargainya dengan sedikit uang atau barang, ia memilih untuk memberikannya itu kepada keluarga-keluarga yang lebih membutuhkan. Orang-orang selalu bertanya kepadanya tentang semua kerelaan dan pengorbannya itu, dengan santai Ibu Yohana mengatakan bahwa, suaminya mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Maka ia yang juga seorang petani dengan senang hati membantu suami, namun juga mempunyai waktu dan kemauan untuk melayani Gereja. Bertahun-tahun ia menjalani tugas itu, dan keluarganya banyak diberkati Tuhan. Apa yang dilakukan oleh Ibu Yohana ini merupakan sebuah bentuk pelayanan yang unggul. Santo Petrus, Paulus, Yohanes, para rasul lainnya, dan Gereja perdana juga memiliki komitmen untuk teguh dalam iman kepada Yesus Kristus dan memberikan pelayanan-pelayanan yang unggul, terutama ialah mewartakan Injil tentang kerajaan Allah dan pertobatan. Hasilnya ialah Gereja semakin mengakar kuat di dalam Tuhan dan melebar sejauh ujung-ujung bumi. Surat kepada orang-orang Ibrani berkata bahwa Yesus Kristus sebagai pencipta sebuah pelayanan yang unggul dan agung. Ia melebih semua imam, nabi dan rabi yang dikenal di Israel. Tidak hanya orang-orang kebanyakan dan kaum beragama mengakui kekuasaan pelayanan Yesus Kristus, namun di dalam dunia supernatural juga terdapat pengakuan yang sama. Contohnya setan dan para pembantunya mengakui keunggulan di dalam diri Yesus. Setan dan pembantunya bisa saja sangat ganas pada manusia, tapi mereka sangat takut kepada Tuhan. Jika kita selalu bersama Tuhan, memakai nama Tuhan di dalam perkataan dan perbuatan, memakai kekuatan-Nya di mana dan kapan saja keadaan hidup ini, kita akan melakukan pelayanan-pelayanan yang unggul dan dapat menghalau Setan dan semua pengaruhnya di dalam hidup kita. Setan memang tanpa henti mengganggu kita, tetapi ia memang harus dikalahkan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... ya Tuhan mahamurah, karuniakanlah rahmat keunggulan di dalam aktivitas pelayanan kami, baik yang di dalam Gereja maupun di luar. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Angelia dan Makrina dari Paroki Katedral Roh Kudus Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ibrani 7: 1-3.15-17; Mazmur tg 110: 1.2.3.4; Markus 3: 1-6 TUHAN HENDAK MENYEMBUHKAN KITA Renungan kita pada hari ini bertema: Tuhan Hendak Menyembuhkan kita. Ada beberapa anak tangga yang membawa orang-orang untuk masuk ke dalam gereja. Bagi mereka yang berjalan normal, tidak ada masalah untuk masuk dan keluar gereja. Tetapi bagi yang sudah tua atau yang cacat kaki dan tubuh, mereka tentu perlu dibantu. Namun, seorang gadis, Silvia namanya, meski kedua kakinya cacat sejak lahir, dengan bantuan tongkat di kedua tangannya, ia tidak ingin dibantu. Ia sangat menikmati naik dan turun tangga dengan kemampuannya sendiri. Ketika ditanya alasan ia berusaha sendiri naik-turun tangga, padahal kelihatan sangat susah payah, Silvia mengatakan bahwa secara rohani ia merasa sangat enteng. Semangatnya sungguh melampaui kelemahan fisiknya. Ia sungguh merasakan kalau kedua kakinya kuat untuk menahan seluruh tubuhnya. Begitu turun dari mobil yang mengantarnya, ia memandang pintu gereja dengan sebuah kerinduan yang begitu tinggi. Ia mendengar seruan dari suara hatinya begini: Angkatlah hatimu, dan ulurkanlah tangan dan kakimu. Tuhan Yesus menyambut di pintu. Ia menaiki tangga dan merasa seperti kedua kakinya menjadi lurus. Perintah Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya supaya mengangkat tangan dan mengulurkannya, merupakan sebuah pengalaman rohani yang sangat kaya maknanya bagi kita. Tidak banyak orang yang memiliki pengalaman seperti Silvia ketika mereka datang ke gereja atau ikut serta dalam ibadat. Namun banyak dari kita memiliki kekeringan, kecacatan, dan kehilangan aspek-aspek rohani yang melekat pada diri kita ketika kita berjumpa dengan Tuhan. Banyak hal yang dilupakan ketika kita hendak berdoa dan bersyukur kepada Tuhan. Konsentrasi kita terpecah-pecah atau mungkin hilang pada saat firman Tuhan diwartakan. Hati kita sebagiannya sedang sakit atau luka, ketika kita hendak menerima komuni kudus dalam Misa. Singkatnya, keadaan kita tidak dalam kondisi mantap dan siap ketika hati dan pikiran sedang kontak dengan Tuhan. Ini merupakan bukti-bukti sebagian atau banyak bagian dari rohani kita mati. Kita perlu mengangkat seluruh diri kita kepada Tuhan. Kita menaruh diri kita di hadapan Tuhan, mengulurkan tangan dan meluruskan kaki untuk berdiri, sambil membuka diri untuk menerima berkat penyembuhan dari Yesus. Yesus ingin menyembuhkan kita. Yesus menghendaki agar tubuh dan jiwa kita disembuhkan dan dalam keadaan normal. Namun demikian, kita mesti tetap berhati-hati, sebab Setan dan para pengikutnya berusaha keras untuk mencederai kita hingga mati. Apa yang sudah dipulihkan Yesus, dicoba untuk dirusak oleh Setan. Kita harus kuat dan tetap berada dalam terang kebijaksanaan Tuhan, sehingga dapat terhindar dari pengaruh si Jahat. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Tuhan Yesus, lindungilah kami dari upaya si Jahat untuk mematikan tubuh dan jiwa kami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Clifford Erikson Kwandang dari Paroki Santo Vincentius a Paulo di Keuskupan Malang, Indonesia. Ibrani 6: 10-20; Mazmur tg 111: 1-2.4-5.9.10c; Markus 2: 23-28 JURUS KOMPAK YESUS-DAUD Tema renungan kita pada hari ini ialah: Jurus Kompak Yesus-Daud. Ada sebuah rumah di tengah hutan belantara yang dihuni oleh seorang wanita yang cantik sekali. Kata orang-orang, ia adalah wanita tercantik di seluruh dunia. Sudah banyak sekali lelaki yang ingin memperistri dia, tetapi tidak berhasil. Orang terakhir yang tidak berhasil ialah seorang raja tampan yang sangat hebat. Semua lelaki yang telah berusaha tetapi gagal telah mengalami peristiwa yang sama, yaitu ketika mereka hendak memasuki rumah itu, tembok besar berdiri menghalangi mereka. Tembok itu muncul secara ajaib yang bermaksud melindungi wanita cantik itu dari segala bentuk gangguan dari luar. Tembok itu juga ingin mengubah nafsu orang-orang dunia ini yang selalu ingin menguasai dan menaklukkan sesamanya. Tuhan memberikan kepercayaan-Nya kepada Gereja untuk mengubah mental dunia ini. Dunia ini harus dapat dibaharui untuk menjadi lebih beradab, bermoral dan beriman. Perubahan mental itu hanya dapat terjadi kalau motor penggeraknya juga rohani. Akan sulit terjadi perubahan mental kalau penggeraknya bukan rohani. Banyak di antara kita telah mengalami perubahan mental. Perubahan itu bersumber pada Tuhan. Setan dan kekuatannya juga bersifat rohani, tetapi jurusannya kepada kebinasaan yang berlawanan dengan jurusan Tuhan. Hari ini kita diperkenalkan oleh bacaan-bacaan kitab suci tentang sebuah cara Tuhan untuk mengubah mental kehidupan manusia, dengan tokoh penggeraknya ialah Daud dan Yesus Kristus. Dua profil ini istimewa. Mereka menampilkan sebuah garis lurus, atau jurusan rencana Allah untuk membaharui dunia. Ada sejumlah kesamaan dari keduanya. Satu di antaranya ialah mereka datang dari Bethlehem. Yesus Kristus lahir di Bethlehem, sedangkan Daud yang kelahiran Bethlehem, di kemudian hari menjadi raja. Tentang penekanan pada politik kekuasaan dan merendahkan martabat manusia, orang-orang farisi dan para ahli Taurat adalah biangnya. Mereka sangat ketat dan menomorsatukan aturan daripada keselamatan jiwa manusia. Seorang itu dipandang baik hanya kalau ia dekat dengan kekuasaan. Yang tidak baik ialah mereka yang menabrak aturan buta yang menindas dan merusak hidup manusia. Yesus dan para murid-Nya dilawan habis-habisan karena penabrakan ini. Jadi jurus yang dimainkan oleh para tokoh Bethlehem, Daud dan Yesus, ialah hidup sederhana dan dekat dengan setiap pribadi manusia untuk menyelamatkan mereka. Daud si penggembala “ternak-ternak” jiwa manusia ialah raja baru, yang dari keluarga besarnya itu, datanglah Mesias ke dunia. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa yang baik, perkuatkanlah kami dalam mengutamakan keselamatan jiwa-jiwa kami di atas semua bentuk kemajuan dan prestasi di dunia ini. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra ... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Josef Ardian dan Christin dari Paroki Santo Mikael Kumba di Keuskupan Ruteng, Indonesia. Ibrani 5: 1-10; Mazmur tg 110: 1.2.3.4; Markus 2: 18-22 PERUBAHAN DI TANGAN TUHAN Renungan kita pada hari ini bertema: Perubahan Di Tangan Tuhan. Ada seorang Indonesia sedang berlibur di kota Paris, Prancis. Ia membeli sepatu baru bermerek yang harganya mahal. Sesampainya di Indonesia baru ia tahu bahwa sepatu itu buatan Indonesia. Globalisasi telah membuat dunia ini menjadi satu kota dan pasar bersama. Globalisasi mengubah banyak segi kehidupan manusia saat ini. Ada 20 orang mengadakan rapat panitia HUT Paroki. Menjelang usai, seseorang menyampaikan bahwa makanan sudah siap untuk makan siang. Padahal sejak awal tidak terlihat ada meja khusus untuk menyiapkan makanan. Ternyata makanan dan minuman dipesan online. Teknologi telah membuat semua ini terjadi. Meski kita mengakui kalau globalisasi dan teknologi sangat berperan mengubah hidup kita, sebagai orang beriman kita mesti lebih mengakui lagi bahwa perubahan-perubahan itu memang ada di tangan Tuhan. Tuhan menyelenggarakan hidup kita, kemajuan teknologi, dan meluasnya globalisasi. Pesatnya globalisasi dan kemajuan teknologi mampu memberikan jawaban atas berbagai kebutuhan kita saat ini. Tetapi persisnya kejadian mengenai nasib kita di masa depan belum jelas. Yang satu-satunya membuat jelas semua ialah Tuhan. Kita jalani hidup tiap hari dengan diterangi oleh cahaya belas kasih-Nya dan kekuatan firman-Nya, itu yang memberikan kita kepastian hidup. Satu-satunya kepastian kita ialah kehendak Tuhan. Tuhan ada di dunia karena misi yang dilakukan ialah membuat perubahan. Kalau bukan perubahan, Ia tidak perlu datang. Sekalipun Putra Allah itu mulia dan berada bersama Bapa dan Roh Kudus di dalam surga, perubahan dimungkinkan supaya Putra Allah itu menjadi manusia. Aneka perubahan terjadi harus dapat dipahami bahwa Tuhan melihat dan mengizinkan itu terjadi, meskipun suatu perubahan bisa saja menyakitkan. Yesus memakai perumpamaan tentang anggur baru yang harus disimpan dalam kantong atau tempayan yang baru, untuk mendorong kita agar perubahan memang harus terjadi di dalam hidup kita. Dunia kita saat ini sungguh terus berubah dan Tuhan memang mengaturnya demikian. Siapa pun yang tidak mengikuti, berarti ketinggalan. Perubahan di dalam kita harus menjadi perubahan sebagai orang beriman. Ini berarti perubahan atas dasar pola lama dengan kejahatan dan dosa. Kita dapat mengubah dunia ini untuk menjadi lebih baik dengan memakai jalan Tuhan. Hendaknya setiap hari kita membuat tekat untuk perubahan itu. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan maha kuasa, penuhilah dan semangatilah hidup kami hari ini dengan kekuatan untuk pembaharuan hidup yang lebih baik. Salam Maria... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini, Hendry, Tirto dan Pater Peter, SDB dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Yesaya 62: 1-5; Mazmur tg 96: 1-2a.2b-3.7-8a.9-10ac; 1 Korintus 12: 4-11; Yohanes 2: 1-11 HIDUP YANG BERISI, BUKAN KOSONG Tema renungan kita pada hari Minggu ke-2 masa biasa ini ialah: Hidup Yang Berisi, Bukan Kosong. Penciptaan alam semesta oleh Tuhan yang maha kuasa adalah dari ketiadaan, kehampaan, kosong. Tuhan tidak perlu bahan dasar atau materi mentah. Ia hanya memakai Sabda-Nya, dengan cukup menyebutkan barang itu untuk berada, maka beradalah dia. Maka sejak terjadinya penciptaan itu, seluruh isi langit dan bumi membentuk apa yang disebut creature beings, atau ciptaan. Dengan demikian hidup dan keadaan alam semesta ialah berisi, bukan kosong. Hidup kita sebagai manusia ada isinya, tak ada satu pun manusia yang kosong atau hampa. Meskipun psikolog Schopenhauer mengatakan bahwa pribadi manusia itu bagai kertas kosong, ini tidak sepenuhnya benar. Ia tidak melihat manusia dalam keseluruhan dirinya. Ia hanya melihat dari segi kognitif saja. Walaupun entah gurauan entah sindirian serius misalnya di dalam diskusi, seseorang dicap kepalanya kosong untuk mengatakan bahwa ia bodoh sekali, anggapan ini juga sebenarnya tidak benar. Ia hanya melihat diri manusia pada satu aspek saja. Padahal pribadi secara keseluruhan adalah jasmani dan rohani, serta seluruh sejarah hidupnya. Jadi hidup kita sebenarnya berisi dan bukan sekedar bodoh, kurang pengetahuan, keterbelakangan atau kelemahan lainnya. Hidup kita sangat berisi, atau lebih tepat diri kita sebagai manusia sangat berharga antara lain didasarkan pada alasan-alasan penting yang merupakan pengajaran dari ketiga bacaan dan mazmur tanggapan pada hari ini. Ungkapan terkenal dari Mazmur 8 ayat 5 menyebutkan bahwa begitu spesialnya manusia sehingga Tuhan Allah memperhatikannya. Ini diperkuat lagi seruan mazmur tanggapan hari ini bahwa kemuliaan dan kehebatan Tuhan dinyatakan dalam setiap manusia dan suku bangsa. Hidup dan diri kita sungguh berisi dengan hikmat Allah, atau wisdom, karena seperti yang dikatakan nabi Yesaya, Tuhan menjadikan diri kita masing-masing berkenan kepada-Nya sebagai kekasih-Nya. Ini bagaikan perkawinan pria dan wanita. Diri kita sungguh spesial maka Tuhan memilih untuk bersama kita. Dengan lebih spesial lagi, di dalam diri kita dikaruniakan talenta dan panggilan-panggilan yang sangat pribadi. Maka seorang imam mengambil bagian imamnya Tuhan. Seorang pendoa dan pembawa mujizat mengambil bagian kuasa mujizatnya Tuhan. Seorang pekerja dan pelayan mengambil bagian Tuhan sebagai pekerja dan pelayan. Hidup dan diri kita berisi karena kita dibaharui dan terus-menerus berada dalam pembaharuan demi mencapai kesempurnaan. Kita bagaikan anggur baru yang dibaharui dari air atau dari anggur lama, dan akan terus-menerus demikian. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus, baharuilah kami supaya diri kami senantiasa menjadi seperti diri-Mu. Bapa kami... Dalam nama Bapa ....
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Ari dan Lani dari Paroki Santo Albertus de Trapani Malang di Keuskupan Malang, Indonesia. Ibrani 4: 12-16; Mazmur tg 19: 8-9.10.15; Mark 2: 13-17 SAMPAH MENJADI BERKAT Renungan kita pada hari ini bertema: Sampah Menjadi Berkat. Kreativitas demi kreativitas dalam mengolah sampah menjadi berkat sudah menjadi hal biasa. Sampah-sampah seperti plastik dan logam kian hari kian menumpuk, dan hal ini cepat atau lambat membahayakan kehidupan manusia dan lingkungannya. Maka ada gerakan lokal, nasional, dan global mendaur ulang sampah-sampah itu. Ada satu OMK paroki membuat rak bertingkat untuk menaruh pot-pot bunga di atasnya. Mereka terbagi dalam 6 kelompok, sehingga ada enam rak yang dibuat. Bahan untuk rak-rak itu adalah plastik kemasan aqua yang dikumpulkan dari berbagai tempat. Ukurannya, demikian juga design bentuk rak bergantung pada kreativitas setiap kelompok. Yang penting setiap rak adalah tempat untuk mengakomodasi 20-30 pot bunga. Akhirnya kreasi OMK itu berhasil memberi sebuah pemandangan baru di halaman paroki dan pastoran. Taman paroki menjadi sangat menarik untuk dipandang. Kreativitas itu oleh umat paroki sebagai berkat bagi seluruh paroki. Plastik-plastik yang tidak berguna, sudah berubah menjadi bagian taman yang indah untuk kebaikan semua umat Paroki. Kreativitas itu menginspirasikan keluarga-keluarga untuk membuatnya sendiri di rumah masing-masing. Yang terjadi dengan sampah berubah menjadi berkat, menjadi contoh untuk kita membuat suatu pemberdayaan rohani dalam jalan kepada keselamatan. Misi utama Yesus Kristus di dunia ialah menyelamatkan kita dan seluruh dunia dari dosa dan kematian. Karena semangat dunia ini dan kuasa iblis serta kerajaannya, hidup kita dan seluruh isi dunia ini berada di dalam keterasingan dan kegelapan. Setiap kali kita tergoda oleh si Jahat dan akhirnya jatuh dalam dosa, pribadi dan hidup kita menjadi sampah. Di hadirat Tuhan kita adalah sampah yang busuk. Maka Tuhan Yesus sendiri mengatakan: “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Ia datang untuk menjumpai kita dalam kondisi sampah-sampah, memanggil kita, membersihkan kita, dan menyertakan kita di dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya. Kita bersuka cita ketika Ia menghampiri kita dengan kerahiman Allah, berarti kita sangat dikasihi dan dibuat berarti. Oleh karena itu ada yang menjadi rasul, seperti Lewi anak Alfeus, ada yang menjadi rasul para bangsa seperti Paulus dan ada yang menjadi seperti kita masing-masing pada saat ini, sebagai anggota Tubuh Kristus yang satu. Melihat dan merenungkan diri kita masing-masing pada saat ini, sadarilah bahwa kita selalu menjadi sampah ketika berbuat dosa, tetapi Tuhan juga selalu mengubah kita menjadi berkat ketika kita menyesali, mengakuinya dan bertobat. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Allah, ampunilah kesalahan kami dan jangan masukkan kami ke dalam pencobaan. Salam Maria... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Clementine Puji Utami dari Paroki Gembala Yang Baik Surabaya di Keuskupan Surabaya, Indonesia. Ibrani 4: 1-5.11; Mazmur tg 78: 3.4bc.6c-7.8; Mark 2: 1-12 GAMPANG MENGAMPUNI DENGAN MULUT Tema renungan kita pada hari ini ialah: Gampang Mengampuni Dengan Mulut. Pepatah “Lidah tak bertulang” bermaksud untuk menggambarkan kelemahan umum pada manusia. Ini adalah kelemahan dalam berbicara. Jika orang berbicara sesuai dengan ukuran-ukurannya, maka pembicaraan itu memenuhi harapan dalam relasi dan komunikasi antar pribadi. Namun sering pembicaraan tidak memakai ukuran, tidak pada tempat dan waktunya, maka pembicaraan itu mengganggu atau merusak relasi dan komunikasi antar pribadi. Pada aspek ini, pepatah tadi benar adanya. Seseorang bergurau di antara teman yang saling mengerti, mungkin tidak ada masalah. Namun karena kurang mengontrol diri, gurauan yang sama dipakai pada orang-orang yang berbeda, akibatnya gurauan itu menimbulkan salah paham dan marah. Sambutan atau pidato yang lepas kontrol bisa saja menghadirkan kata-kata atau ungkapan yang tidak sesuai dengan pemahaman orang banyak yang sebagai pendengarnya. Kebohongan entah untuk maksud jahat entah untuk kebaikan menunjuk pada aspek lidah tak bertulang. Orang yang cerewet, selalu mengomel, mengomentari berlebihan atas orang lain, situasi dan peraturan, dapat dikategorikan sebagai akibat dari kelemahan manusiawi lidah tak bertulang. Demikian juga halnya dengan kebiasaan manusia yang berbicara sepertinya sangat meyakinkan dan menampakkan kebenaran, tetapi di dalam perbuatan tak ada buktinya. Dengan kata lain, lidah berkata lain namun perbuatan menunjukkan hal yang lain lagi. Dalam hal keutamaan pengampunan, ini menjadi sesuatu yang sudah klise atau suatu kelemahan yang umum. Kita sepertinya gampang mengampuni dengan mulut. Tetapi kita sering menjadi kaku dan sulit mewujudkan pengampunan itu dalam tindakan. Memang benar, dalam mengampuni, yang paling diharapkan pertama muncul ialah kata-kata seperti: “Saya memaafkan engkau”, atau “Kamu telah saya ampuni.” Tuhan Yesus mengungkapkan kata-kata itu kepada orang lumpuh yang disembuhkan, setelah itu orang tersebut diperintahkan untuk bangun, tinggalkan tempat itu dan pulang ke rumahnya sebagai orang yang baru. Sering yang menjadi kelemahan kita sebagai manusia ialah, kata-kata diucapkan dengan begitu lancar dan meyakinkan, namun selanjutnya kita meninggalkan dosa, kemarahan dan sakit hati. Perasaan sakit hati masih ada, luka masih terbuka, dan keperihan masih segar. Padahal perintah Yesus untuk bangun dan berjalan sebagai orang yang baru merupakan pengalaman pembebasan dan pembaharuan. Seharusnya, begitu mengampuni, kita melupakan itu dan selesai masalahnya. Kita menjadi bebas dan tahap baru kehidupan perlu kita mulai kembali. Marilah kita berdoa. Dalam nama... Ya Yesus ajarilah kami untuk mengampuni secara benar dan tulus seperti Engkau sendiri. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Andre dan Felicia dari Paroki Roh Kudus Surabaya di Keuskupan Surabaya, Indonesia. Ibrani 3: 7-14; Mazmur tg 95: 6-7.8-9.10-11; Markus 1: 40-45 TAK ADA TERLAMBAT UNTUK MENGASIHI Renungan kita pada hari ini bertema: Tak Ada Terlambat Untuk Mengasihi. Ada dua orang bersaudari, semuanya gadis dan sudah bekerja. Mereka adalah anak-anak kesayangan kedua orang tuanya. Usia mereka adalah usia siap menikah, tetapi tidak pernah terdengar mereka berbicara tentang jodoh dan rencana membangun keluarga. Padahal kedua orang tuanya semakin bertambah usia dan ingin melihat cucu. Mereka ingin menikmati hidupnya yang penuh bersama anak-anak dan cucu-cucu sebelum akhirnya meninggal dunia. “Saya belum dapat memastikan apakah saya yang lebih dahulu menikah atau kamu,” kata kakak kepada adiknya. Adiknya berdiam sebentar, lalu berkata: “Usia saya sudah menjelang kepala tiga. Saya pernah berpikir serius untuk menikah, tapi sekarang pikiran itu menjauhi saya. Saya tidak tahu juga apakah kakak yang duluan menikah atau saya.” Intinya, mereka berdua tidak memakai target 6 bulan, satu tahun, atau tiga tahun lagi sebagai batas dalam memutuskan untuk menikah. Sampai akhirnya pada suatu malam, kakak kembali dari kerja sudah hampir tengah malam. Ia diantar oleh seorang lelaki yang masih muda, sepertinya teman sekantornya. Ibunya menyambut di pintu. Pandangan ibu juga jatuh ke lelaki yang ada di dalam mobil, yang tidak sempat turun dari mobil karena ia harus segera pulang. Perasaan ibu lebih kuat tentang jodoh anak pertamanya itu. Di waktu lalu sudah ada dua pemuda menyukai putrinya. Yang pertama bertahan setahun, menyusul yang kedua sampai tiga tahun. Semua itu kisah kegagalan. Semoga pemuda di dalam mobil tadi adalah calon menantu sesungguhnya. Bagi ibu, tidak ada cinta yang terlambat. Kedua putrinya bukan masuk kategori tidak beruntung dalam berjodoh, dan tidak terlambat untuk menikah. Selalu ada waktu yang tepat dari Tuhan yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan manusia. Ibu berpamitan dengan putrinya untuk istirahat, sekaligus berbisik ke telinga anaknya itu: “Tidak ada terlambat untuk mengasihi”. Tuhan Allah mengilhami kita untuk mewujudkan bahwa tidak ada terlambat dalam mencintai. Orang yang sedang di ambang maut: masih dapat mengampuni, menyebut nama Tuhan, dan mau diajak foto selfie. Berada di tempat sepi dan menyendiri di dalam gereja untuk berdoa, seseorang tetap dapat merasakan kasih yang begitu intim. Itu semua adalah bukti kalau mengasihi tidak terlambat dan selalu ada. Surat kepada Orang Ibrani menasihatkan bahwa di dalam kasih kita harus bisa mengubah orang-orang yang keras hati dan hidupnya penuh dengan dosa. Tidak ada terlambat untuk berbagi kasih itu. Cinta tidak mungkin menyerah terhadap benci, marah dan dosa. Perbuatan cinta dari Yesus dalam mentahirkan orang kusta, mengajarkan kita bahwa berbuat cinta untuk dialami seharusnya pada saat ini dan di sini. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus yang baik, ajarilah dan perkuatkanlah kami dalam mencintai dengan benar. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Makrina dan Kristanti dari Paroki Katedral Roh Kudus Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ibrani 2: 14-18; Mazmur tg 105: 1-2.3-4.6-7.8-9; Markus 1: 29-39 KELUARGA TIDAK BOLEH DIKORBANKAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Keluarga Tidak Boleh Dikorbankan. Ada seorang suami bekerja di kantor berjarak tidak jauh dari rumah. Letak kantor hanya di dalam kota, sehingga tidak sulit dalam hal transportasi dan komunikasi. Istri adalah ibu rumah tangga yang memiliki tanggung jawab mengurusi rumah tangga sehari-hari, terlebih-lebih membesarkan anak-anak yang masih kecil. Sejak kelahiran anak pertama, pola hidup suami mulai berubah. Istri melihat pertama kali bagaimana suami membawa mereka makanan. Suami bersama teman-teman makan di restoran, dan ia membelikan juga untuk orang-orang kesayangannya di rumah. Pertama kali juga, suami pulang kerja lebih awal dan langsung ke rumah. Biasanya setelah kantor ia masih singga di tempat lain bersama teman-temannya sekedar untuk makan, minum, menikmati hiburan, dan bersantai-santai. Ia berubah dengan memilih berada di rumah dan bersama dengan istri dan anak-anaknya. Istri melihat perubahan itu dan bertanya kepadanya: “Apa yang sedang terjadi padamu, ini serius atau sekedar main-main sebentar saja?” Suami menatap istri dalam keadaan tenang dan menjawab: “Saya telah membuat pilihan untuk memberikan fokus perhatian saya: keluarga adalah pertama, kemudian baru kantor dan urusan-urusan lain.” Contoh sikap keluarga dan khususnya suami itu menggambarkan dengan konkret apa yang diwartakan oleh bacaan-bacaan liturgi kita pada hari ini. Istilah “Mesias” menggambarkan keperkasaan dan kekuatan luar biasa pada diri seseorang. Yesus Kristus mendapatkan nama ini, dan orang-orang sangat bernafsu supaya Ia menjadi pemimpin mereka dalam berperang. Maka popularitas, kekuatan senjata, harta, intelektual, dan daya pikat massa, harus sungguh-sungguh melekat pada diri-Nya. Yesus tidak mengikuti arah pandangan tersebut. Ia harus menjalankan kehendak Bapa, yaitu melayani orang-orang yang dipercayakan Bapa kepada-Nya. Menurut Surat kepada orang-orang Ibrani, kehendak Bapa telah membawa Yesus untuk masuk kepada hidup nyata di dunia ini dalam sebuah keluarga entah keluarga inti Nazareth entah keluarga besar orang-orang yang percaya. Ia menyatu dengan mereka semua supaya mati dalam dosa-dosa mereka, kemudian bangkit untuk menyelamatkan mereka semua. Secara khusus, Yesus bertindak untuk membebaskan orang-orang yang sedang mengalami sakit dan kesulitan hidup. Yesus menyelamatkan keluarga-keluarga. Ia memperhatikan dahulu orang-orang dalam keluarga, supaya mereka dapat berfungsi sebagai fondasi bagi semua pelayanan lain bagi sesama dan masyarakat. Prinsipnya ialah: keluarga tidak boleh dikorbankan hanya untuk kepentingan lain yang sekedar kesenangan sementara. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Yesus, semoga kami setia mengasihi dan berbakti kepada keluarga-keluarga kami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Angelia dan Margaretha dari Paroki Katedral Roh Kudus Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ibrani 1: 1-6; Mazmur tg 97: 1.2b.6.7c.9; Markus 1: 14-20 SAATNYA AHLI YANG BEKERJA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Saatnya Ahli yang Bekerja. Setelah masa Natal berlalu, memulai masa biasa ini kita diingatkan oleh profil Yohanes Pembaptis. Ia menemani kita dalam masa Adven, menjelang Natal dan masa Natal. Khususnya di dalam masa Natal, Yohanes selalu bersaksi tentang Yesus Kristus, yang puncaknya ialah dia yang membaptis Yesus di Sungai Yordan. Setelah peristiwa pembaptisan itu, pertanyaannya ialah: apa tugas Yohanes Pembaptis selanjutnya? Yohanes sendiri memberikan kita jawabannya, yaitu seperti yang dikatakan olehnya: “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh 3,30). Peristiwa Yohanes ditangkap, dipenjarakan, dan akhirnya dibunuh oleh raja Herodes membuktikan perkataannya tersebut. Lalu semua kesaksiannya tentang Yesus Kristus itu akhirnya memasuki realitasnya ketika Yesus Kristus tampil di depan umum dan mulai berkarya. Itu berarti ke dalam medan karya yang sesungguhnya, yaitu kebun anggur Tuhan dan dunia yang berisi seluk-beluk urusannya berada dalam tangan orang yang sesungguhnya, dan kita dapat menyebutnya dengan menyerahkan dunia untuk diurus oleh ahlinya. Yesus Kristus adalah ahli sesungguhnya karena Ia diutus oleh Bapa untuk mengurusi keselamatan dunia, dan ini tidak bisa ditangani oleh ahli atau pengurus yang lain dan mana pun. Dengan kata lain, seperti yang dikatakan oleh Surat kepada Orang Ibrani di dalam bacaan pertama, yang menjadi penentu segalanya ialah Tuhan Allah. Semua utusan Tuhan adalah perantara, seperti orang tua Yesus sendiri Yosef dan Maria. Mereka memiliki adalah manusia-manusia pilihan Allah. Bunda Maria sendiri mempercayakan semua panggilan hidupnya kepada Tuhan saja. Namun demikian, saat setelah nabi terakhir Yohanes Pembaptis, adalah saatnya Tuhan Allah berbicara dan berbuat melalui Anak-Nya sendiri, maka kehadiran Yesus Kristus adalah kehadiran Allah sendiri. Yesus Kristus yang kita sebut sebagai ahli sesungguhnya bagi urusan keselamatan dunia ini, tidak lain tidak bukan adalah Tuhan kita. Ia tidak pernah berbicara atau berbuat atas nama siapa-siapa, karena yang berbicara atas nama pihak lain ialah para nabi. Misalnya nabi selalu berkata, “Allah bersabda...”. Sebaliknya, Yesus Kristus di dalam perkataan-Nya, Ia selalu berkata: “Aku berkata kepadamu...” atau di dalam perbuatannya, Ia mengatakan: “Aku melakukan ini” dan “Aku berbuat itu”. Pada hari ini kita diberitahukan bagaimana Ia bertindak sendiri dalam memilih para murid, dan Ia berkata: “Mari, ikutlah Aku”. Yesus tidak memakai atas nama pihak yang lain. Yesus juga berkata dan berbuat langsung kepada diri kita masing-masing di dalam keadaan kita yang berbeda-beda tiap-tiap hari. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, buatlah kami selalu bersedia untuk menyanggupi undangan untuk mengikuti-Mu. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Andre dan Felicia dari Paroki Roh Kudus Surabaya di Keuskupan Surabaya, Indonesia. 1 Yohanes 5: 14-21; Mazmur tg 149: 1-2.3-4.5-6a.9b; Yohanes 3: 22-30 SUKACITAKU PENUH Tema renungan kita pada hari ini ialah: Sukacitaku Penuh. Bahasa kitab suci ini, “Sukacita penuh” tidak gampang dimengerti banyak orang. Paling kurang oleh pemuda desa, Darius, yang sehari-harinya sebagai tukang mebel. Ia bukan pemilik mebel, tapi sebagai tukang yang dibayar oleh pemilik mebel. Ia ikut ibadat di lingkungannya, dan di sana dibicarakan bersama tentang sukacita yang penuh, inspirasi dari kesaksian Yohanes Pembaptis tentang diri Yesus dari Nazareth, ketika Yohanes mencapai sebuah prestasi rohani, karena menjadikan Yesus Kristus sebagai mempelai laki-laki bagi semua orang yang mengharapkan keselamatan. Bagi Yohanes, sukacitanya menjadi penuh karena Yesus memenuhi dirinya. Ini dinyatakan dengan jelas di dalam bacaan Injil pada hari ini. Pemuda itu disadarkan dalam sharing bersama di lingkungan itu, bahwa setiap bentuk perjumpaan dengan Tuhan yang mencerahkan dan membaharui hidup manusia, itu adalah tanda sukacita yang penuh, atau suatu kepenuhan hidup. Lalu ia bercerita bahwa, sebagai tukang mebel ia sebenarnya mengalami kehadiran Tuhan dan itu adalah sukacita yang ia miliki, namun ia tidak menyadarinya. Lemari, kursi, rak, meja, bangku, dan perabot lainnya selalu laku terjual. Bahkan para pembeli selalu memberikan apresiasi bahwa kualitas produksi usaha mebel itu bagus. Sukacita tukang mebel penuh karena berangkat dari cinta, berbuat karena cinta, dan berbagi dalam cinta. Tuhan Allah adalah cinta, begitu kata penginjil Yohanes. Pekerjaannya adalah untuk kesejahteraan keluarganya sendiri, kebaikan perusahaan, dan pelayanannya kepada para konsumen. Jika semua itu terlaksana dengan semestinya, lahirlah sukacita itu. Tuhan memberkati semuanya. Jadi pengalaman sederhana ini membuka kesadaran kita bersama bahwa tiap-tiap orang perlu memiliki tanggung jawab dalam hidupnya untuk menciptakan terjadinya sukacita itu. Sama seperti Yohanes Pembaptis dan tukang mebel itu, kita mestinya tidak mengada-ada untuk mencari dan menciptakan strategi pencarian Tuhan Yesus Kristus. Tuhan sudah ada dalam diri kita, dalam diri sesama kita, dan dalam keberadaan lingkungan di sekitar kita. Kita cukup saja meningkatkan kesadaran, mensyukuri hidup tiap-tiap harinya, dan menjalankan tugas-tugas kita tiap hari atas nama cinta kasih, di situlah mengalir dan bertumbuhnya karunia sukacita. Jangan lupa satu hal ini: dalam setiap perbuatan dan kegiatan tugas-tugas kita, mintalah Tuhan Yesus untuk menemani dan usahakan supaya orang-orang yang bersama dengan kita atau mereka yang kita layani, mengetahui bahwa melalui perbuatan kita, mereka berjumpa dengan Tuhan. Di situ akan selalu ada pengalaman suka cita yang tidak dapat hilang bersama angin yang berlalu. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, berkatilah kami hari ini supaya kami menjadi sumber suka cita bagi orang lain. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Angelina Tanardi dari Paroki Kristus Raja di Keuskupan Jayapura, Indonesia. 1 Yohanes 5: 5-13; Mazmur tg 147: 12-13.14-15.19-20; Lukas 5: 12-16 MENGALAHKAN DUNIA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Mengalahkan Dunia. Ada seorang anak SD kelas 1 pulang dari sekolah dan langsung bertemu ibunya, ia berkata: “Ma, aku sudah bisa membaca dan menulis dengan cepat.” Ibu ingin mengetes apakah anaknya benar atau belum. Lalu ibu meminta anaknya untuk membaca satu dua kata yang ditulisnya dalam selembar kertas. Anak juga diminta untuk menulis kembali kata-kata itu. Ternyata benar, ia sudah bisa membaca dan menulis dengan cepat. Sang ibu menjadi percaya dengan kemajuan anaknya. Pengalaman sederhana anak SD kelas 1 itu merupakan satu contoh kemampuan mengalahkan dunia. Di dalam dunia ini berkumpullah aneka macam kesulitan seperti kebodohan, kemalasan, kebosanan, kejahatan, sakit, derita, kebohongan dan lain sebagainya. Anak SD itu paling kurang sudah menempuh satu langkah maju, yaitu menang melawan dunia iliterasi, alias buta huruf. Pengalaman kecil itu membukakan kita sebuah cakrawala kesempatan dan pengalaman untuk mencapai kemajuan demi kemajuan dalam mengalahkan berbagai kesulitan, supaya hidup kita dapat melewati aneka tantangan dan halangan, dan akhirnya mencapai tujuan yang diharapkan. Tuhan sebenarnya punya rencana untuk mengalahkan dunia, yaitu sejak manusia jatuh pertama kali ke dalam dosa, yang akibatnya ialah seluruh isi dunia, termasuk pribadi-pribadi manusia terkena virus dosa. Rencana Tuhan itu disebut rencana keselamatan. Realisasi rencana itu sudah nyata, yaitu terjadinya inkarnasi yang ditandai dengan peristiwa besar kelahiran Yesus Kristus, yang baru saja kita rayakan peringatannya. Latar belakang dasar dan besar inilah yang selalu menjadi pegangan kita untuk setiap usaha atau proyek kita dalam mengalahkan dunia. Setiap kita atau keluarga dan kelompok telah mendapatkan kekuatan perutusan dari Yesus Kristus untuk mengalahkan dunia. Hal itu dikatakan dengan jelas oleh surat pertama Santo Yohanes pada hari ini, yaitu “Orang yang mengalahkan dunia adalah dia yang percaya pada Yesus sebagai Anak Allah”. Yesus sendiri sudah buktikan itu dalam setiap perkataan dan perbuatan-Nya, misalnya yang Ia lakukan dengan mengalahkan sakit kusta, sehingga penderita itu menjadi tahir. Seorang kepala sekolah berhasil disiplinkan beberapa gurunya yang melanggar aturan, ia kalahkan dunia kecurangan di sekolah yang dilakukan oleh oknum guru tertentu. Seorang wartawan kalahkan arus kebohongan yang berembus kuat oleh sebagian anggota masyarakat, dengan memberitakan kebenaran fakta suatu peristiwa. Setiap dari kita mampu mengalahkan dunia melalui pekerjaan dan profesi kita, dan yang sangat dibutuhkan ialah kemauan dan eksekusinya. Marilah kita berdoa. Dalam nama... Ya Tuhan, semoga kami semakin menjadi jujur dan tulus dalam perkataan dan tindakan. Bapa kami... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan olah Juan dan Loly dari Paroki Maria Bunda Tak Bercela Orong di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. 1 Yohanes 4: 19 - 5: 4; Mazmur tg 72: 1-2.14.15bc.17; Lukas 4: 14-22a PADA HARI INI DIGENAPILAH KITAB SUCI Renungan kita pada hari ini bertema: Pada Hari Ini Digenapilah Kitab Suci. Banyak di antara kita mengakui kalau mereka sulit mengerti dan menghafal isi kitab suci. Ada seorang bapak berusia 70 tahun berkata bahwa ia sudah membaca kitab suci baik perjanjian lama maupun baru sejak masih di SD. Namun ia tidak mengerti hampir semua isinya, dan ia hanya menghafal dua ayatnya. Yang pertama ialah “Sarungkanlah pedangmu itu” di dalam Injil menurut Yohanes 18,11; dan yang kedua ialah ketika Yesus wafat di atas salib dan berkata terakhir kalinya: “Selesai sudah” dalam Injil menurut Yohanes 19,30. Keadaan bapak 70 tahun ini tidak jauh berbeda dengan kebanyakan umat beriman. Sebagian besar anggota Gereja berkata bahwa menghidupi atau menghayati kitab suci seperti mengampuni sesama, berdoa yang tekun, menjunjung tinggi nama Tuhan, dan melayani sesama, jauh lebih mudah dibandingkan dengan mengerti dan menghafal isi kitab suci. Sebagian lagi mempunyai pandangan bahwa lebih baik mereka yang punya pendidikan teologi dan kitab suci, yang berperan untuk mengajarkan dan memberikan pencerahan tentang isi kitab suci. Sedangkan umat kebanyakan cukup mendengarkan dan dibuat mengerti melalui proses pengajaran tersebut. Masih banyak lagi kisah dengan aneka situasinya tentang usaha membuat kitab suci menjadi bagian dari langkah hidup kita setiap hari. Jadi sebenarnya keadaan secara umum dalam kaitan bermanfaatnya kitab suci bagi hidup mereka, terletak pada pemahaman yang kurang diperhatikan di satu pihak, dan penghayatan dalam hidup nyata yang lebih muda di pihak lainnya. Perbedaan ini sangat terasa, ketika misalnya sebuah keluarga didatangi oleh para tetangga untuk ibadat lingkungan basis. Tuan rumah sangat ramah dan dikenal sangat bermurah hati. Kepada tetangganya itu, ia mengakui bahwa kitab suci yang dipajang di lemari tidak pernah dibuka sejak dibeli dua tahun lalu. Baginya lebih mudah mendengarkan homili pastor di gereja, daripada membaca sendiri di rumah. Keadaan seperti ini adalah kenyataan di banyak keluarga dan komunitas kita. Maka terhadap situasi ini, tema renungan kita hari ini ingin menegaskan sebuah komitmen: setiap hari diusahakan supaya ada penggenapan kitab suci kepada tiap-tiap orang dalam keluarga dan komunitas kita. Yesus membuka dan membaca kitab suci, dan ini merupakan dorongan bagi kita untuk melakukan yang sama. Kepada mereka yang punya kesempatan dan kemampuan untuk melakukannya, hendaknya melakukan itu dengan suka cita. Ada juga orang-orang mendengarkan yang dibaca atau diwartakan. Mereka yang punya kesempatan dan kemampuan, diusahakan supaya melakukannya. Yang penting ialah jangan sampai tidak melakukan kedua-duanya, maka tidak terjadi sama sekali penggenapan kitab suci di dalam hidup mereka. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus, buatlah kami tekun dengan Sabda-Mu, maka kami digenapi oleh firman-Mu. Salam Maria... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Florensia dari Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Kesambi, Labuan Bajo, di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. 1 Yohanes 4: 11-18; Mazmur tg 72: 1-2.10-11.12-13; Markus 6: 45-52 MELIHAT TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Melihat Tuhan. Untuk orang-orang yang hidup dalam zaman yang sama, melihat Tuhan atau melihat Yesus merupakan sebuah kenyataan. Sedangkan masa setelah Yesus bangkit dan naik ke surga, bukan lagi melihat Tuhan dengan mata fisik, tetapi dengan mata rohani dan iman. Atas keterbatasan tersebut, Yesus meninggalkan ajaran-ajaran untuk memperkuat mata iman dan rohani, sehingga ketika orang-orang beriman mengalami perjumpaan dan melihat Tuhan, mereka tidak memakai indra matanya tetapi hati dan budinya. Salah satu cara melihat Tuhan dengan memakai kemampuan bukan indra mata ialah seperti yang terjadi dengan seorang anak kecil yang ingin melihat Tuhan. Ia bertanya kepada ibunya, “Ma, Tuhan itu seperti apa?” Ibunya agak bingung untuk menjawabnya. Kemudian ia menemukan jawabannya. Ia menarik anaknya mendekat, dan memeluknya erat-erat penuh kasih sayang. Lalu ia berkata kepada anaknya: “Tuhan yang kamu ingin lihat, adalah seperti itu.” Anak itu langsung mengerti, karena terbentuk kesadaran imannya bahwa Tuhan yang ia percayai adalah Dia yang memiliki segala kebaikan dan kasih sayang, dan ia alami itu melalui orang tuanya. Apa yang diperlihatkan oleh ibu dan anak itu adalah sebuah pemaknaan Tuhan sangat konkret, yang menurut Surat Yohanes yang pertama sebagai bacaan pertama hari ini, Tuhan Allah adalah kasih. Kitab suci mengajarkan tentang ini, demikian juga ajaran para Bapa Gereja dan seterusnya pengajaran-pengajaran di dalam Gereja. Sepuluh perintah Allah berisi satu hukum saja, yaitu cinta kasih, yang diwujudkan oleh setiap orang beriman kepada Tuhan dan sesamanya. Dengan lebih konkret, santo Yohanes menjelaskan bahwa kita tidak perlu risau atau terlalu mengada-ada untuk mencari Tuhan, bahkan dengan berbagai pengorbanan yang dilakukan. Cara kita melihat Tuhan, menurut dia ialah dengan berbuat kasih. Di dalam satu perbuatan kasih, misalnya mendengarkan dan memahami orang yang sedang berbicara kepada kita, yang dirasakan oleh orang-orang yang terlibat adalah sebuah kehadiran yang menguntungkan. Pihak yang berbicara dan mendengar saling menikmati keuntungannya. Mereka saling memperhatikan sama sekali tidak menjadi ancaman atau pengganggu bagi yang lainnya. Yesus yang tampak berjalan di atas air dan hadir di tengah para rasul-Nya adalah seorang yang memberikan rasa nyaman, tenang, dan damai. Bahkan Ia menjamin supaya para pengikut-Nya itu tidak usah takut. Perbuatan kasih kita mestinya bukan sebagai hal yang mengkuatirkan, mencurigakan atau menakutkan. Sebaliknya perbuatan kasih kita harus membawa keuntungan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah, penuhilah diri kami dengan iman yang kuat, supaya kami mampu menjalankan kehendak-Mu. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Margaretha dan Novi dari Paroki Katedral Roh Kudus Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. 1 Yohanes 3: 7-10; Mazmur tg 98: 1.7-8.9; Yohanes 1: 35-42 INILAH ANAK DOMBA ALLAH Renungan kita pada hari ini bertema: Inilah Anak Domba Allah. Di dalam pesta-pesta publik, peran MC (master of ceremony) sangatlah vital. Ada sebuah pesta nikah yang resepsinya dihadiri banyak tamu yang memenuhi seluruh ruangan. Tetapi MC berpengalaman yang sudah dipandang matang tiba-tiba berhalangan. Semua kerabat kerjanya yang lain tidak mampu menggantikannya karena mereka tidak menyiapkan diri untuk itu. Pestanya akan segera dimulai tetapi nyaris terlambat dan terhambat karena orang-orang masih mencari seorang MC dadakan. Tidak semua orang bisa. Akhirnya dari sekian banyak hadiran, seorang pemuda desa berani tampil dan menyanggupi menjadi MC. Penampilannya sangat sederhana karena bukan berprofesi sebagai MC. Semua orang memandang lelaki itu tidak percaya. Pesta resepsi bakal menjadi lelucon saja karena MC-nya orang kampung dan dadakan. Tetapi panitia diyakinkan bahwa pemuda sukarelawan itu perlu diberikan kesempatan, karena ia sendiri menyanggupi. Harus ada sebuah keyakinan bahwa meski ia dari kampung dan hanya bertugas dadakan, ia tentu saja tidak ingin mempermalukan pasangan yang berbahagia dan semua hadirin. Pertanyaannya ialah: siapakah pemuda kampung nekat itu? Ia adalah mantan pacarnya mempelai yang sedang menikmati pernikahan dengan pengantin pujaannya. Ketika ditanya mengapa pemuda kampung itu nekat sekali menjadi MC, ia tidak hanya mengaku sebagai mantan pacar si mempelai, tetapi yang lebih penting ialah karena ia mengenal dengan baik kedua temannya yang sedang berbahagia itu. Dari mengenal secara baik dan banyak, ia dapat menjelaskan dengan lebih tepat siapa dan bagaimana pasangan suami-istri yang baru saja menikah itu. Ia harus membuktikan dirinya sebagai seorang MC yang kredibel. Yohanes Pembaptis perlu kita pandang sebagai seorang MC handal dalam tugasnya memperkenalkan Yesus Kristus kepada seluruh dunia, dalam seluruh resepsi pesta keselamatan, yang dipimpin Yesus sendiri. Yohanes sudah mengenal Yesus secara utuh di dalam Roh, sebelum mereka berdua lahir ke dalam dunia. Ketika mereka masih di dalam kandungan ibunya masing-masing, Yohanes sudah mengetahui Yesus, demikian juga Yesus sudah lebih dahulu mengetahui siapa itu Yohanes Pembaptis. Kepada seluruh dunia, Yohanes memberikan kesaksian bahwa Yesus Kristus itu adalah Anak Domba Allah, yang tugasnya ialah berkorban diri untuk menghapus dosa-dosa seluruh umat manusia dan menyelamatkan segenap ciptaan Allah. Anak Domba Allah itu adalah makanan pesta bagi seluruh ziarah hidup orang-orang beriman. Menurut Santo Yohanes dalam suratnya yang pertama bacaan pertama hari ini, makanan Anak Domba Allah adalah kebenaran kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, berilah selalu kami keberanian untuk menyatakan diri-Mu dengan benar. Salam Maria... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Ana Asriani Don dan Imelda Wawuk dari Paroki Santa Maria Fatima Cancar di Keuskupan Ruteng, Indonesia. 1 Yohanes 2: 29 - 3: 6; Mazmur tg 98: 1.3cd-4.5-6; Yohanes 1: 29-34 ROH KUDUS TURUN ATAS KITA Renungan kita pada hari ini bertema: Roh Kudus Turun Atas Kita. Ketika melewati sebuah kampung di pelosok, Anda akan merasa ada kesucian yang menyelimuti diri. Di gerbang kampung itu langsung terlihat gereja stasi yang hanya berjarak 100-an meter dari jalan utama. Sekitar 30 meter dari halaman gereja, ada sebuah makam dengan tulisan nama orang yang telah meninggal, dan yang menarik adalah tulisan ukuran lebih kecil di bawah nama itu berbunyi: “Roh Kudus Turun Atas Kita.” Anda mungkin bertanya maksud apa tulisan itu di bawah nama almarhum guru agama ulung dari kampung itu. Singkat ceritanya begini: semua generasi keluarga di kampung itu adalah binaannya. Ia menyiapkan mereka semua untuk dibaptis dan untuk sakramen-sakramen lainnya. Bagi setiap keluarga, guru agama itu suci. Ia berdiri di depan sesama umat, ia kunjungi keluarga-keluarga, atau sekedar lewat di tengah-tengah kampung, aroma kesuciannya sangat terasa. Itulah sebabnya ia mampu membuat semua yang ada di kampung memeluk Gereja Katolik dan kini tetap setia. Bagi orang-orang kampung, melihat dan berjumpa dengan sosok guru agama itu merupakan kesempatan mengalami karya Tuhan yang maha tinggi. Mereka menyebut pengalaman itu sebagai “Roh Kudus Turun Atas Kita.” Pengalaman rohani di kampung itu begitu kuat, sehingga setelah meninggal dunia, diputuskan supaya makamnya dibuat dekat gereja, dan pada nisannya tertulis kata-kata tersebut. Yohanes Pembaptis dahulu pernah mengatakan hal yang sama, ketika ia bersaksi tentang Yesus Kristus. Ia melihat Roh Kudus turun seperti burung merpati dan hinggap pada Yesus. Siapa pun di antara kita, seperti guru agama tadi, memiliki Roh Kudus yang menetap di dalam diri kita karena kita adalah bagian dari Yesus Kristus. Pembaptisan, Krisma dan sakramen lainnya membuat diri kita sebagai rumah permanen bagi tinggal dan bekerjanya Roh Kudus. Ungkapan iman dalam bentuk doa, ibadat, devosi, dan pelayanan kasih merupakan instrumen rohani bagi kita untuk mengalami betapa jiwa dan roh kita dipenuhi Roh Kudus. Doa dan permohonan kita untuk meminta datangnya Roh Kudus supaya kita dipenuhi dan dirahmati, merupakan saat pembaharuan. Sering kita terbuai oleh situasi dunia ini yang membuat kita tidak menyadari keberadaan Roh Tuhan di dalam diri dan di sekitar kita. Maka doa permohonan itu dimungkinkan. Kita hanya ingin supaya diri kita masing-masing tampil dalam wajah dan tubuh Kristus sendiri, sehingga sesama kita mengalami Tuhan yang bekerja bagi mereka. Dengan demikian kita sungguh menciptakan bagaimana “Roh Kudus Turun Atas Kita.” Si Guru Agama bisa, maka kita juga bisa. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, penuhilah kami dengan Roh-Mu agar kami menjadi pembagi rahmat-Mu kepada sesama kami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...
Andai Aku bisa menyeduh segelas kopi hanya dengan menjentikan jari. Tiba-tiba *duar* muncul orang sakti yang bawain kopi. Aku bertanya-tanya kenapa kok yang muncul orang saktinya dulu sambil bawa kopi. ah sudah lah, mending aku ambil gitar aja. *search google lirik lagu biasa sa cinta* Biasa sa cinta, satu sa pintaJang terlalu mengekang rasaKarna kalau sa su bilangSa trakan berpindah karna su sayangJangan kau berulah, sa trakan menduaCukup jaga hati biar tambah cintaKarna kalau sa su bilangSa trakan berpindah karna su sayangDan ini semua tentang hatiJadi coba pikir kembaliJanji tra mungkin sa ingkariKarna alasan tra kabariKasih ko begitu curigaBerubah kini ko berbedaIkat sa kuat atas nama cintaSa tra suka paksa itu masalahnyaBiarkan cinta tumbuh sebisanyaCinta dan resah itu pelengkapnyaJang hanya datang dan tinggalkan laraSa tetap cinta walo tra bersuaraBiasa sa cinta coba ko pahamiSa su bilang sayang jaga sap hatiTra mendua sa berhenti mencariCukup ko dalam mimpi, kini dan nantiBiasa sa cinta satu sa pintaJang terlalu mengekang rasaKarna kalau sa su bilangSa trakan berpindah karna su sayangJangan kau berulah sa trakan menduaCukup jaga hati biar tambah cintaKarna kalau sa su bilangSa trakan berpindah karna su sayangBilang pada sa kalo rinduPasti sa ada jangan raguTetapi bukannya begituKo malah marah sampe lupa waktuTra balas sa pu pesanJujur sa sayang ko membingungkanSa cuma butuh sedikit sandaranKo pikir semua itu cuma jalanSa dekati selingkuhanDan coba renungkan kembaliSap rasa tumbuh dan tra matiKo masih jadi kekasihJadi jang takut sa ke lain hatiBiasa sa cinta satu sa pintaJaga hati biar sa makin cintaPercaya rasa jang dengar ceritaPegang sap janji sa tra coba berpindahBiasa sa cinta satu sa pintaJang terlalu mengekang rasaKarna kalau sa su bilangSa trakan berpindah karna su sayangJangan kau berulah sa trakan menduaCukup jaga hati biar tambah cintaKarna kalau sa su bilangSa trakan berpindah karna su sayangBiasa sa cinta satu sa pintaJang terlalu mengekang rasaKarna kalau sa su bilangSa trakan berpindah karna su sayangJangan kau berulah sa trakan menduaCukup jaga hati biar tambah cintaKarna kalau sa su bilangSa trakan berpindah karna su sayang
Hello Listeners! Di episode kali ini Wulan ngobrol-ngobrol dengan penyanyi asal Surabaya yang baru saja merilis single terbarunya bersama Lafa Pratomo sebagai Produser. Episode kali ini kita ditemani Mirelle G. Edith Mirelle G. Edith lahir di Surabaya dan mencintai musik sejak masih berusia 5 tahun yang mana ia kini sudah menguasai 4 alat musik sekaligus diusianya yang terbilang sangat muda. Setelah merilis beberapa single, Mirelle kembali merilis karya terbarunya yang bertajuk ‘Ini Tak Biasa'. Mirelle berkolaborasi bersama Lafa Pratomo sebagai sosok yang terlibat langsung sebagai Producer hingga proses Mastering. Dalam single ‘Ini Tak Biasa', Mirelle menggambarkan perjalanan emosional yang mendalam dengan menggunakan elemen alam, misalnya hujan untuk menggambarkan kesedihan, suara daun jatuh untuk menggambarkan rasa bimbang, dan langit biru juga kicauan burung untuk menyimbolkan harapan. Untuk Cerita lebih lengkapnya yuk dengarkan obrolan Langsung di Channel Podcast Bingkai Suara Season 6 di Spotify, Apple Podcast, Youtube atau kunjungi website kita di www.bingkaikarya.com
Sekedar bercerita bahwa pendiri (founder) perusahaan ditendang dari perusahaan yang dia dirikan itu bukan hal yang baru. Adalah kisah Steve Jobs dengan Apple Computer, Jim Clark dengan Silicon Graphics, dan seterusnya.
Istilah femisida masih asing bagi khalayak ramai, bahkan di tataran pemerintah atau penegak hukum. Padahal, kasusnya terus bermunculan dan memakan korban jiwa. Salah satu kasus yang paling menyita perhatian adalah pembunuhan terhadap Dini Sera Afrianti oleh kekasihnya, Ronald Tannur. Kasus ini termasuk femisida, sebab pelaku menganiaya dan membunuh korban karena jenis kelamin atau gendernya. Kategori kejahatan luar biasa lantaran kekerasannya berlapis dan ekstrem. Di kampanye 16 Hari Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP), alarm soal femisida turut digaungkan para aktivis. Mereka ingin menggugah kesadaran masyarakat dan negara agar tidak menganggap femisida sebagai pembunuhan biasa. Di Ruang Publik KBR kali ini, kita akan berbincang lebih jauh tentang femisida dan bagaimana mendorong negara memberikan perhatian lebih pada isu tersebut, bersama Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Mona Ervita dan Direktur Program Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta, Anindya Vivi. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id
Bebek, bebek apa yg paling laris taun 90an? Yuk simak obrolan bapak-bapak gagasan kali ini.
Dalam episod NoTapis kali ini, kita selami dunia pendidikan khas bersama dua pendidik berpengalaman, Cik Sofia Abdullah dari Persatuan Disleksia Singapura (DAS) dan Cik Masayu Hidayah, Pegawai Kanan Intervensi Awal privet. Bersama-sama, NoTapis meneroka cabaran, kepuasan dan juga salah tanggapan yang sering timbul dalam sektor pendidikan khas.See omnystudio.com/listener for privacy information.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Suster Amaria SSpS dari Paroki Salib Suci Nansan di Keuskupan Nagoya, Jepang. Roma 10: 9-19; Mazmur tg 19: 2-3.4-5; Matius 4: 18-22 MENJADI KECUALI, TAPI MENJADI PILIHAN Renungan kita pada hari ini bertema: Menjadi Kecuali, Tapi Menjadi Pilihan. Kalimat tema ini dapat diklarifikasi begini, tampaknya sesuatu atau seseorang itu tak dihiraukan atau dikecualikan. Tetapi sebenarnya dia sangat penting dan menjadi pilihan. Orang suka melihat dan menghitung uang kertas di dompet. Uang logam ada di dalam tas, tak dipikirkan sama sekali. Pada saat membayar sesuatu yang hanya pakai coin, ia baru sadar kalau uang logam itu penting. Banyak orang bekerja di belakang layar. Mereka tidak nampak, tidak tampil bahkan tidak pergi ke sana dan ke sini, tetapi peran mereka sangat penting. Tanpa mereka urusan pekerjaan dan proses berjalannya suatu dinamika tidak berlangsung dengan baik. Santo Andreas, salah satu dari dua belas rasul Yesus yang pestanya kita rayakan pada hari ini, adalah contoh bagi kita. Ia yang membawa saudaranya Petrus untuk bertemu dengan Yesus pada waktu pemanggilan para rasul yang pertama. Selanjutnya Andreas tidak lagi tampil dominan. Yesus selalu membawa tiga rasul pertama: Petrus, Yakobus dan Yohanes, antara lain waktu mujizat penyembuhan putri Jairus (Mk 5,37), penampakan di gunung Tabor (Mk 9,2) dan di taman Getsemani (Mt 26,37). Andreas tidak diundang atau diikutsertakan. Pengalaman kita menjadi kecuali banyak sekali. Bagaimana rasanya menjadi urutan ketiga dari dua yang terpilih? Atau dalam antrean, Anda ada di nomor empat dari tiga yang dibutuhkan? Atau Anda berusaha sekuat tenaga tapi hanya sampai pada nomor lima dari empat posisi yang tersedia? Banyak orang bereaksi dengan marah, kecewa, sakit hati, menyerah bahkan dendam ketika pihaknya menjadi terkecuali. Tetapi rasul Andreas menanggapi itu dengan imannya, yaitu berteguh pada pendiriannya dari awal untuk mengikuti Kristus. Ia tetap tinggalkan keluarga dan pekerjaannya sebagai nelayan, supaya meneruskan panggilannya menjadi rasul dan penginjil Yesus Kristus. Ia tanggapi pengalaman menjadi terkecuali itu dengan kasih. Tidak tampilnya di depan umum, tak ikut serta disebut-sebut namanya dan tidak ikut dikenal, itu semua ia penuhi dengan datang membawa Yesus Kristus kepada setiap orang. Jika Anda alami tak diperhitungkan, tak diingat, tak diundang, tak dihiraukan, berbagi pengalaman itu dengan Yesus Kristus, karena sejak lahir hingga wafat-Nya, Ia alami dihina, ditinggalkan, ditolak dan sampai puncaknya dihukum mati. Tanggapi pengalaman dikecualikan itu dengan pilihan kasih, yaitu bersama Kristus untuk berbagi kasih kepada orang lain bahkan kepada mereka yang membuatmu sedih dan menderita. Cara itu bakal membuatmu bahagia dan unggul seperti Santo Andreas. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa yang baik, buatlah aku menjadi orang yang tidak kalah dan menyerah ketika tidak dihiraukan, tetapi berusaha untuk berbagi bersama Kristus untuk mengampuni dan tetap melayani sesama. Bapa kami yang ada di Surga ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Suster Wilhelmina OSA dari Paroki Santo Yusuf Karang Pilang di Keuskupan Surabaya, Indonesia. Wahyu 20: 1-4.11-15; 21: 1-2; Mazmur tg 84: 3.4.5-6a.8a; Lukas 21: 29-33 MENJEMPUT DAN MELAKUKAN PEMBAHARUAN Renungan kita pada hari ini bertema: Menjemput dan Melakukan Pembaharuan. Sepanjang tahun kita menjemput pergantian musim alam: panas ke dingin, dingin ke panas, gugur ke semi, semi ke gugur. Secara liturgis, tinggal sehari lagi kita menjemput tahun liturgi yang baru. Efek langsung dari penjemputan ini ialah tindakan adaptasi karena kita perlu seiring dengan musim yang baru. Jadi di sini kita melakukan pembaruan hidup kita. Tuhan Yesus berbicara tentang datangnya kerajaan Allah, dan Ia menyemangati kita untuk menangkap tanda-tandanya, lalu bersedia menyambutnya dan akhirnya membaharui diri kita. Bahkan ketika tanda-tanda itu mengungkapkan bahwa yang kita jemput adalah sebuah akhirat, mau tidak mau kita mesti menjemput karena yang datang ialah Tuhan sendiri yang menjemput. Kita perlu siap menerima Dia, dan persiapan kita itu mengandung arti kalau kita memulai pembaruan dan selanjutnya hidup dalam bentuk yang baru. Dalam hidup kita mentalitas membuat rencana untuk kegiatan apa pun merupakan suatu kebutuhan yang konkret. Dari kegiatan sederhana seperti ajakan makan malam di rumah teman hingga ke suatu perencanaan perusahaan multinasional atau reksa pastoral sebuah keuskupan, kehidupan dan kegiatannya menjadi lancar dan menyenangkan kalau direncanakan. Sebab kalau tak ada rencana, kegiatan apa pun akan kacau-balau, dan kita tidak mengetahui apa yang akan dilakukan dan tidak ada arah pasti yang hendak kita tujui. Kalau tak ada rencana, bagaimana kemudian kita tahu apa atau siapa yang kita jemput, dan seperti apa penyesuaian diri sebagai bentuk pembaruan diri yang perlu kita lakukan. Hanya mereka yang punya rencana yang dapat mengalami pengalaman indahnya menyambut Tuhan dan menikmati suka cita sebagai pribadi-pribadi yang baru. Jika Tuhan datang menemui kita dalam perayaan ekaristi, misalnya, rencana penyambutan itu mestinya sudah ada lebih awal, maka nantinya pertemuan itu menjadi sebuah suka cita yang istimewa, yang selanjutnya menjadi terang untuk pembaruan diri ke yang lebih baik. Sebaliknya kalau tak ada persiapan sebelumnya, pertemuan dalam ekaristi itu bakal diwarnai dengan situasi yang serba kekurangan: entah Tuhan dirasakan diam saja dan begitu jauh, entah kita yang terbawa malas sehingga mengantuk melulu, entah kita hanya terpaksa menghadiri ekaristi karena pengaruh atau tekanan pihak lain, entah sekedar ikut ramai dan memanfaatkan satu hari libur. Tuhan yang datang dalam perayaan Ekaristi, Dia yang sama juga datang pada berbagai kesempatan lain hidup ini. Ia pasti membawa pembaruan hidup kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa semoga kerinduan kami untuk berjumpa dengan-Mu menjadi kebutuhan kami tiap hari dan bukan hanya ketika kami mengalami kesulitan hidup. Salam Maria... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Suster Wilhelmina OSA dari Paroki Santo Yusuf Karang Tilang di Keuskupan Surabaya, Indonesia. Wahyu 18: 1-2.21-23; 19: 1-3.9a; Mazmur tg 100: 2.3.4.5; Lukas 21: 20-28 KEJATUHAN KOTA DUNIA Renungan kita pada hari ini bertema: Kejatuhan Kota Dunia. Hari-hari menjelang akhir tahun liturgi, pewartaan Firman Tuhan tentang akhir zaman menjadi dominan. Kitab Wahyu yang ditampilkan dalam bacaan pertama memberikan gambaran berupa imajinasi masa depan, yang cenderung menampilkan gejala alam yang sangat dahsyat. Siapa saja yang meluangkan waktu untuk memikirkan satu persatu gambaran itu bakal dibawa sampai ke mimpi yang menakutkan di malam hari. Tentang gambaran yang pada hari ini diwartakan dalam bacaan pertama, prediksi untuk sebuah dunia nyata diungkapkan dengan sangat lugas. Dikatakan bahwa kota raya Babilon jatuh. Pernah umat Israel diasingkan ke kota atau kerajaan itu. Profil Babilon di masa itu memang amat menakutkan karena ia dianggap sebagai kerajaan paling hebat yang bisa disejajarkan dengan kuasanya Tuhan. Namun dalam pewartaan tentang akhir zaman, jangankan sebuah bagian kecil dari bumi yaitu kerajaan Babilon, langit dan bumi juga diguncangkan oleh sebuah bencana yang amat dahsyat. Babilon yang jatuh dan hancur merupakan gambaran nyata bagi kerapuhan, kesementaraan, kefanaan semua kekuasaan di dunia, dan mewakili semua kemegahan kota-kota atau bangsa-bangsa di dunia. Yesus dalam pengajaran-Nya juga meyakinkan pendengar-Nya bahwa kota suci Yerusalem akan mengalami saat suram yang sangat memalukan. Ia akan diinjak-injak oleh para bangsa asing dan dengan berakhirnya kerajaan di Yerusalem sekitar pertengahan abad ke-1, selesai juga zaman bangsa-bangsa lain. Dua contoh keruntuhan kota dan bangsa tersebut, sungguh menandakan bahwa segala sesuatu di bumi ini tidak abadi. Pada akhir zaman, semua itu akan lenyap, yaitu semua yang sampai saat ini dunia miliki dan melingkupi hidup kita. Sejujurnya, keguncangan dan kehancuran dunia ini sudah muncul dan menjadi nyata sejak kelahiran Yesus di Bethlehem. Penubuatan tentang Dia jauh sebelumnya oleh para nabi, sudah cukup membuat orang-orang penasaran dan cemas. Yang merasa guncang amat mendalam ialah Herodes dan seterusnya semua pihak yang berada di dalam arus yang tidak menerima Yesus sebagai Mesias sebenarnya dari Bapa. Sebagai jawaban Allah atas penolakan tersebut, pada akhir zaman, kota-kota, bangsa-bangsa dan para penguasanya akan dibuat tidak berdaya. Mereka yang tetap tidak menerima Yesus, akan mendapatkan hukuman yang kekal. Mereka yang menerima dan mengimani Yesus tentu mendapatkan keselamatan. Pada hari ini, kita mendapatkan satu kesempatan untuk sekali lagi menyerukan di dalam hati, bahwa: Saya berada di pihak Yesus, maka saya akan selamat. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Allah, semoga kami tetap bersemangat mempersiapkan diri untuk menyambut akhir zaman dalam iman dan kasih yang tulus. Salam Maria... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Casmira Peni dan Raimundus Uran dari Paroki Santa Maria Banneux Lewoleba, Lembata di Keuskupan Larantuka, Indonesia. Wahyu 15: 1-4; Mazmur tg 98: 1.2-3ab.7-8.9; Lukas 21: 12-19. SEGALA SESUATU TERHITUNG OLEH DIA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Segala Sesuatu Terhitung Oleh Dia. Pengakuan iman kita dan kesadaran bahwa Tuhan sangat memperhitungkan manusia merupakan isi doa-doa kita yang sangat nyata dan bermakna. Di dalam kitab suci dapat kita temukan bunyi doa seperti ini: Siapakah manusia, ya Tuhan, sehingga Engkau perhatikan? Kitab Mazmur 144,3, kitab Ayub 7,17, Ayub 25,6, dan Surat kepada Orang Ibrani 2,6-8 bersama-sama berisi seruan doa yang sama. Sejalan dengan seruan doa-doa dalam kitab suci tersebut, doa seorang ibu setiap pagi sangat jelas menggambarkan bahwa ia sangat menaruh imannya kepada Tuhan atas setiap penyelenggaraan-Nya kepada keluarganya. Begitu bangun dari tidur ia berdoa: “Ya Tuhan, terima kasih atas penyelenggaraan-Mu atas diriku dan keluargaku, dari ujung rambut sampai ujung kaki diri kami Engkau pelihara. Semoga kami tidak mengecewakan Dikau melalui perbuatan kami, dari ujung rambut sampai ujung kaki.” Ini adalah contoh pengungkapan iman melalui doa yang sederhana tetapi total. Artinya, doa tersebut cukup mengungkapkan apa yang disebut dalam tema tadi: Segala sesuatu terhitung oleh Tuhan. Dalam arti yang positif, seperti yang dikatakan Injil hari ini, Tuhan sangat baik hati dan total dalam memperhatikan kita anak-anak-Nya. Setiap orang dipelihara, dikasihi secara total, hingga saat terakhir hidupnya biarpun sehelai rambut juga terhitung oleh-Nya. Segala bentuk ancaman, kebencian, dan penganiayaan yang diterima oleh anak-anak Tuhan hanya karena mereka berada di pihak Yesus Kristus, tetapi Tuhan meyakinkan mereka bahwa setiap pengikut-Nya sangat istimewa bagi-Nya. Satu butir rambutnya pun tak akan hilang. Dalam arti yang negatif, ini sangat berkaitan dengan persiapan kita untuk menyongsong akhir zaman yang datang menjemput kita. Karena menurut kitab Wahyu dalam bacaan pertama hari ini, telah nyata saat penghakiman bagi setiap orang yang percaya. Maka dalam persiapan untuk penghakiman tersebut, kesaksian diri seorang manusia tidak boleh setengah-setengah atau hanya sebagian kecil seperti sekedar sebutir rambut atau setitik di ujung kukuhnya. Kita diharapkan tidak boleh hadir dengan persembahkan diri kita yang sangat minim, karena itu adalah sebuah ketidakadilan bagi Tuhan. Karena Ia telah memperhatikan kita dari ujung rambut sampai ujung kaki, di akhir zaman entah suasananya begitu dahsyat seperti yang digambarkan oleh kitab Wahyu pada hari-hari ini, kita harus berkomitmen untuk mempersembahkan diri kita seutuhnya. Tuhan memperhitungkan kita sampai sekecil-kecilnya, jadi kita tidak punya alasan untuk menyembunyikan sesuatu apa pun dari-Nya. Diri kita seutuhnya adalah untuk Tuhan saja. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, semoga Engkau tetap meraja di dalam setiap sikap dan tingkah laku kami. Bapa kami yang ada di surga... Dalam nama Bapa...
Pernah nggak kamu mikir kalau kamu cuma orang biasa aja dan nggak ada yang spesial? Kalau iya, stop deh! Kali ini, saya bakal bahas kenapa kamu sebenarnya unik dan spesial dengan caramu sendiri. Kita semua punya keunikan diri yang bikin kita berbeda dari orang lain, entah dari pengalaman hidup, kepribadian, atau cara kita melihat dunia. Jadi, nggak perlu ragu lagi deh buat merasa spesial! Yuk, simak informasi ini dan mulai kenali keistimewaan yang kamu punya. Karena setiap orang itu istimewa dan kamu unik dengan caramu sendiri! Leave a comment and share your thoughts: https://open.firstory.me/user/clhb6d0v60kms01w226gw80p4/comments Powered by Firstory Hosting
Pembawa Renungan : RD. Stevanus Micky Kojongian Manado Mrk. 6:17-29.
MALAM SERAM, PODCAST CERITA SERAM | ZIANA ZAIN KONSERT 2024, 28 SEPT 2024 STAR THEATREDapatkan tiket anda untuk Ziana Zain Konsert 2024 Singapore pada 28 Sept 2024, 8 malam di The Star Theatre.Tiket amat terhad dan hanya tinggal untuk 2 kategori sahaja.Suka bacaan kisah-kisah seram, sila subscribe ke saluran Malam Seram! Malam Seram LIVE show Isnin hingga Khamis 11 malam dan Jumaat 11.59 malam MALAM SERAM adalah segmen LIVE perkongsian pengalaman seram dan misteri. Anggap ia hanya sekadar perkongsian sahaja. Jangan mudah percaya dan terlalu taksub dengan apa yang anda dengar! MALAM SERAM The Horror Talk Show Bukan Sekadar Cerita Seram.Become a supporter of this podcast: https://www.spreaker.com/podcast/malam-seram--3347472/support.