La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Follow La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Share on
Copy link to clipboard

Renungan harian katolik yang ditulis oleh Pastur Peter Tukan SDB. Diupdate setiap harinya.

Media La Porta


    • Aug 5, 2025 LATEST EPISODE
    • daily NEW EPISODES
    • 7m AVG DURATION
    • 3,632 EPISODES


    Search for episodes from La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy with a specific topic:

    Latest episodes from La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

    Reading and meditation on the Word of God on Wednesday of the eighteenth week in ordinary time, August 6, 2025, Feast of the Transfiguration of the Lord

    Play Episode Listen Later Aug 5, 2025 7:00


    Delivered by Ariel from the Parish of Saint Albert the Great in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Numbers 7: 9-10.13-14; Rs psalm 97: 1-2.5-6.9; 2 Peter 1: 16-19; Luke 9: 28b-36.EYES AND EARS ON GUARD Our meditation today is entitled: EyesAnd Ears On Guard. There is a young man for the third time dating with the girlhe so loves and he thinks that this time must give a positive result. Theprevious two occassions always ended in sadness because there were many problems.He evaluated himself and knew that his negative attitude had contributed to thefailure of those love relationships. Then he talked about it with his parents.His parents' adviced him in this way: our heart's decision to say and act forsomething is very dependent on our ability to see and hear. Our eyes and ears must always beactive to respond to the reality of other persons we love. When you see thatthe person next to you is busy with various jobs, or when the ears hear thatthe person's voice is rather soft and heavy, the decision of your heart willdetermine the action of your attention to him or her. The young man agrees tothat advice and is determined to make the opportunity of the third time dating tobe a good result. This can develop their love relationship up to the level ofmarriage. On the day of the feast Jesus revealsHis glory, transfiguration, the Word of God teaches us to experience the gloryand greatness of God through our capacity of seeing and listening. All threereadings describe the physical sight and hearing experienced by the prophetDaniel, the apostle Peter and his two colleagues. They saw the appearance ofGod and heard the sound that came directly from God. This is a direct faithexperience and for sure desired by many of us. When you happen to have suchexperience, you are like on the Mount Tabor where you can so marvel at theappearance of God's glory like the three apostoles. Today almost all of our faithexperiences are indirect happenings, but are considered and believed direct.Jesus says and manifests His glory through the action of the Holy Father,bishops or priest, or a brother who does good and loves us. Jesus is personallypresent but symbolized by the Eucharistic Bread which we always worship andeat. Jesus also stands at the pulpit and says directly but is represented by apreacher. Experiences like these are highly valued and continously help thegrowth of our faith. Our eyes and ears are very important intruments for thisgrowth. The problem is that if we do notlisten and see with good attention, we will lose the experience of the glory ofGod present in others, the environment, and the events of our lives. Let's pray. In the name of theFather ... O most loving Jesus, may we always desire to see and hear You inevery situation of our lives. Hail Mary full of grace ... In the name of theFather ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Rabu dalam pekan ke-18 masa biasa, 6 Agustus 2025, Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya

    Play Episode Listen Later Aug 5, 2025 8:39


    Dibawakan oleh Olivia Ivania dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Daniel 7: 9-10.13-14; Mazmur tg 97: 1-2.5-6.9; 2 Petrus 1: 16-19; Lukas 9: 28b-36.MATA DAN TELINGA YANG BERJAGA Renungan kita pada hari ini bertema: Mata dan Telinga Yang Berjaga. Seorangpemuda untuk kali ketiganya berpacaran dan ia berpikir kalau kali ini mestimemberikan hasil positif. Dua kali sebelumnya selalu berakhir dengan kesedihanlantaran ada banyak ketidak-sesuaian. Ia mengevaluasi diri dan mengetahui bahwaada sisi negatif dari dirinya yang ikut menyebabkan kegagalan pacaran selamadua kali. Lalu ia bicarakan itu dengan kedua orang tuanya. Nasihat kedua orangtuanya begini: keputusan hati kita untuk berkata dan bertindak sangatbergantung pada kemampuan melihat dan mendengar.  Mata dan telinga kita harus senantiasa aktif untuk mendapatkan kenyataantentang orang lain yang kita kasihi. Ketika melihat bahwa orang di sampingmusedang sibuk dengan berbagai pekerjaan, atau ketika telinga mendengar kalauorang tersebut suaranya sudah tidak berdaya, keputusan hatimu akan menentukantindakan untuk memperhatikan dia. Pemuda itu mengamini nasihat itu dan bertekatuntuk membuat kesempatan pacaran yang ketiga kali itu berbuah baik dan bisameningkat menjadi hubungan ke jenjang perkawinan. Pada hari pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya ini, Sabda Tuhanmengajarkan kita untuk mengalami kemuliaan dan kebesaran Tuhan melalui matakita yang melihat dan telinga kita yang mendengar. Ketiga bacaan menggambarkanpenglihatan dan pendengaran fisik yang dialami oleh nabi Daniel, rasul Petrusdan kedua rekannya. Mereka melihat penampakan Tuhan dan mendengar suara yangdatang langsung dari Tuhan. Suatu pengalaman iman yang secara langsung sepertiini sangat didambakan oleh banyak dari kita. Kita bagaikan terangkat setinggigunung Tabor tempat para rasul menyaksikan penampakan kemuliaan Tuhan. Saat ini hampir semua pengalaman iman kita ialah kejadian-kejadian tidaklangsung namun dipertandai secara langsung. Yesus bersabda dan menampakkankemuliaan-Nya melalui diri Bapa Suci, atau seorang imam, atau seorang saudarayang berbuat baik dan mengasihi kita. Yesus hadir secara pribadi langsungtetapi diperlambangkan oleh Roti Ekaristi yang selalu kita sembah dan santap.Yesus juga berdiri di mimbar dan bersabda secara langsung tetapi ditandai olehseorang pewarta. Pengalaman-pengalaman seperti ini sangat bernilai tinggi danmembantu pertumbuhan iman kita. Mata dan telinga kita sangat berperan untukpertumbuhan iman ini. Yang menjadi masalah ialah jika kita tidak mendengar dan melihat dengansuatu perhatian yang baik, kita bakal kehilangan pengalaman akan kemuliaanTuhan yang hadir di dalam diri sesama, alam lingkungan, dan peristiwa hidupkita.  Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Yesus yang baik, semoga kami selalu inginmelihat dan mendengarkan Dikau dalam setiap situasi hidup kami. Salam Mariapenuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Tuesday of the eighteenth week in ordinary time, August 5, 2025

    Play Episode Listen Later Aug 4, 2025 8:34


    Delivered by Kezia Nikita from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Numbers 12: 1-13; Rs psalm 51: 3-4.5-6a.6bc-7.12-13; Matthew 14: 22-36.THEBLIND DON'T GUIDE THE BLIND  Ourmeditation today is entitled: The Blind Don't Guide the Blind. The work ofguiding is of the same quality as leading, directing and teaching. Thispresupposes that the person who guides is a person more qualified than the onebeing guided. For example, teachers guide students and parents guide theirchildren or grandchildren. Godprovides our lives with a learning model to become something that is expected.The animals live naturally in this law, and how much more human beings who havecivilization, where reason and faith are the basic instruments used to guideand teach, must be something more extraordinary. God's chosen people such asprophets, apostles and priests are gifted with this ability. Thisspecial task can be seen as a privilege or honour. The elects are well aware ofthis special gift. Just like a bishop or priest or president with his specialduties, he is compelled to perform it responsibly and fairly. But on the otherhand, people who are jealous or don't like this privilege tend to see it assomething unfair, unnatural and untrue. Usually there is the influence of Satanwho fills them with ambition to power, then want that position or privilege. Thathappened with God's care and compassion for the Israelites who were inBabylonian captivity, but were illuminated by the prophet Jeremiah's prophecythat their deliverance really happened. This prophecy was opposed by people whodo not like God's will. They were like blind men leading the blind Israeliteson their way to their native land. Their behaviour is similar to that of thePharisees whom Jesus denounced. They were against the Lord Jesus Christ. Theevents described by today's Gospel reading are enough to explain to us that asmall or weak faith as shown by the apostle Peter, cannot be relied on to guideand teach others whose faith is not yet strong. What has happened is thaterroneous believers like the Pharisees thought they were capable of guidingothers. Yet it is the same as the blind leading the blind. It could be thatthey together fell into ruin. Or worse, it could be that they plunge peopleinto the valley of sin, while they know how to escape. To avoid this, one wisepiece of advice for us should be this one: the blind don't lead the blind. TheApostle Peter has now become a true model of our faith, because his faith isalready genuine. Let'spray. In the name of the Father... O Lord and our God, may in Your grace we canfill this whole day always with words and deeds that acknowledge Your greatnessand glorify Your name. Hail Mary full of grace... In the name of the Father...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Selasa dalam pekan ke-18 masa biasa, 5 Agustus 2025

    Play Episode Listen Later Aug 4, 2025 8:53


    Dibawakan oleh Eland Parera dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Bilangan 12: 1-13; Mazmur tg 51: 3-4.5-6a.6bc-7.12-13; Matius 14: 22-36.ORANG BUTA JANGAN MENUNTUN ORANG BUTA Renungan pada hari ini bertema: Orang Buta Jangan MenuntunOrang Buta. Pekerjaan menuntun sama kualitasnya dengan membimbing, mengarahkandan mengajarkan. Ini mengandaikan bahwa yang menuntun itu adalah orang yanglebih berkualitas dibandingkan dengan yang dituntun. Misalnya guru menuntunmurid-murid dan orang tua menuntun anak-anak atau cucu-cucu. Tuhan menyelenggarakan hidup kita dengan suatu modelpembelajaran untuk menjadi sesuatu yang diharapkan. Dunia binatang saja secaranatural juga berlaku hukum ini, apalagi manusia yang punya peradaban, di manaakal budi dan imannya menjadi instrumen mendasar yang dipakai untuk menuntundan mengajarkan. Orang-orangpilihan Allah seperti nabi, rasul dan imam dikaruniai kemampuan ini. Tugas istimewa ini bisa lebih dipandang sebagai suatuprivilese atau keistimewaan.  Orang-orang pilihan sangat menyadari tentang hal ini. Sama seperti seorang Uskupatau imam atau presiden dengan tugas-tugasnya yang istimewa, ia terdorong untuk menjalankannya secara bertanggungjawab dan adil. Tetapi di sisi lain, orang yang iri atau tidak suka dengan keistimewaan ini pasti memandangnya sebagaisesuatu yang tidak adil, tidak wajar dan tidak benar. Biasanya ada pengaruh Setan yang memenuhi mereka dengan ambisi berkuasa, lalumenginginkan posisi atau privilese tadi.  Itu yang terjadi dengan perhatian dan belas kasih Tuhan kepada bangsa Israelyang dalam pembuangan Babel, namun diterangi oleh nubuat nabi Yeremia bahwapembebasan mereka sungguh terjadi. Nubuatini dilawan oleh orang-orang yang tidak suka dengan kehendak Tuhan. Mereka seperti orang buta yang menuntun bangsaIsrael yang buta sedang menuju ke tanah asalnya. Kelakuan mereka mirip dengan orang-orang Farisi yangdikecam oleh Yesus. Merekamelawan Tuhan Yesus Kristus. Kejadian yang digambarkan oleh bacaan Injil pada hari inicukup menjelaskan kepada kita bahwa iman yang kecil atau lemah seperti yangditunjukkan oleh rasul Petrus, tidak bisa diandalkan untuk membimbing danmengajarkan orang lain yang belum kuat imannya. Yang sudah terjadi ialah orangyang salah beriman seperti orang Farisi menganggap diri mampu membimbing oranglain. Padahal itu sama dengan orang buta menuntun orang buta. Bisa jadi mereka bersama-samajatuh ke dalam kehancuran. Atau lebih parah, bisa jadi mereka menjurumuskanorang-orang ke dalam lembah dosa, sementara mereka tahu untuk meluputkandirinya. Untuk menghindari ini, satu nasihat bijaksana buat kita ialah:janganlah menjadi yang buta menuntun yang buta. Rasul Petrus kini telah menjadi model iman kita, karenaimannya sudah sejati. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan dan Allahkami, semoga di dalam rahmat-Mu kami dapat mengisi seluruh hari ini selaludengan perkataan dan perbuatan yang mengakui kebesaran-Mu dan memuliakannama-Mu. Salam Maria penuh rahmat... Dalam nama Bapa...

    Readings and meditation on the Word of God on the 18th Sunday in ordinary time, August 3, 2025

    Play Episode Listen Later Aug 3, 2025 10:32


    Delivered by Lukita Ananda Putra dan Grace Larope from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral in the Archdiocese of Makassar and Evelyn Lo and Christiana Lengkong from the Parish of Saint Therese in the Archdiocese of Jakarta, Indonesia. Ecclesiastes 1: 2; 2: 21-23; Rs psalm 90: 3-4.5-6.12-13.14.17; Colossians 3: 1-5.9-11; Luke 12: 13-21.HOPE TO BECOME RICH The title for our meditation on this18th Sunday  in ordinary timeis: Hope To Become Rich. Naturally people in the world tend to make things,their fellow human beings, and non-material things to be their possessions. Itnormal for humans to have tendency to become rich. This is an element inherentin the human person and family or group of people. Hoping to be rich in thisworld becomes a basic desire. There is a family that has a habit ofpraying together, especially at night before or after meal. Every one reminds oneanother for that special opportunity so that all can participate. When one ortwo family members are rather late due to work outside, those in the house arewilling to wait. For the one who is out of town, he or she will pray alone, sothat it will be the same as those at home. In essence, every family membermakes this prayer together as a quality time, a very valuable opportunity theytreasure. Absent means a loss for the person concerned. By taking advantage of this specialopportunity, that family truly enjoys the real wealth or richness every memberand the entire family can have. What we mean by wealth, richness orpossession,  there are at least threeimportant elements we can reflect here. First is a sense of belonging to oneanother as a family. Here there is a family or home to be the first andfundamental element, therefore, people do not depend on the house, equipment,money and goods of this world. Every individual cares for each other and relateeach other so that they realize that none from them is excluded. Second, the sense of belonging issustained by the needs that unite every member to make a family. Notnecessarily people have a sense of belonging, create a strong binding amongthem and to be a very valuable home, if they do not strengthen their unity as afamily or community. The way to strengthen it is with regular meetings orencounters. Love and the need to complement each other will be stronger ifpeople regularly meet and interact. Third, a communion in and with God.Praying together, services and the priority for the glory of the kingdom of Godare the lifestyles of the followers of Christ. If Christians and followers ofChrist choose only the first two elements and are not complied with this third,they do not have the real wealth meant by God. We should hope for these richesto be our possessions: a sense of belonging as a neighbor, life in common aschildren of God, and the glory of God's kingdom. Don't make  your life useless just because these threethings are ignored. Let's pray. In the name of theFather ... O God, bless us that this Sunday celebration will be a renewedrichness for our journey of faith, and to make You our fundamental wealth inlife. Hail Mary full of grace ... In the name of the Father ...

    Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Minggu Biasa ke-18, 3 Agustus 2025

    Play Episode Listen Later Aug 3, 2025 10:40


    Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Salesian Don Bosco Gerak di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Pengkhotbah 1: 2; 2: 21-23; Mazmur tg 90: 3-4.5-6.12-13.14.17; Kolose 3: 1-5.9-11; Lukas 12: 13-21.BERHARAP MENJADI KAYA Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-18 ini ialah: Berharap MenjadiKaya. Secara natural manusia di dunia cenderung menjadikan barang, sesamamanusia, benda dan hal-hal non materi untuk menjadi miliknya. Kecenderunganuntuk menjadi kaya bagi manusia merupakan hal biasa. Ini adalah sifat yangmelekat pada pribadi manusia dan keluarga atau kelompok orang. Harapan menjadikaya di dunia ini menjadi keinginan yang mendasar. Satu keluarga mempunyai kebiasaan berdoa bersama sudah berjalan sejak lama,terutama pada malam hari sebelum atau sesudah makan. Setiap orang salingmengingatkan untuk kesempatan istimewa itu supaya semua dapat terlibat. Ketikasatu atau dua anggota keluarga agak terlambat karena urusan pekerjaan di luarrumah, anggota yang lain rela menunggu. Bagi yang berada di luar daerah,berusaha berdoa sendiri, agar sama dengan yang ada di rumah. Intinya, setiapanggota keluarga menjadikan doa bersama itu sebagai sebuah quality time, kesempatan yang sangat berharga. Absen, berarti rugibagi yang bersangkutan. Dengan memanfaatkan sungguh-sungguh kesempatan istimewa tersebut, keluargaitu benar-benar menikmati yang namanya kekayaan yang dimiliki  baik sebagai pribadi maupun bersama dalamkeluarga. Yang dimaksudkan kekayaan itu, paling kurang ada tiga unsur yangpenting di sini. Pertama ialah rasa memiliki satu sama lain sebagai satukeluarga. Di sini ada keluarga atau home, jadi tidak bergantung pada rumah,perlengkapan, uang dan barang-barang dunia ini. Setiap pribadi salingmemperhatikan dan berhubungan supaya dapat dihindari seseorang yang tidakterhitung. Kedua, rasa memiliki itu dipertahankan dengan ikatan kebutuhan yangmempersatukan sebagai keluarga. Belum tentu orang-orang punya rasa memiliki,menjadi sebuah kekuatan dan sangat bernilai, jika mereka tidak memperkuatpersekutuan sebagai keluarga atau komunitas. Cara memperkuatkannya ialah denganpertemuan atau perjumpaan yang rutin. Rasa cinta dan kebutuhan untuk melengkapisatu sama lain akan semakin kuat jika orang secara rutin bertemu danberinteraksi. Ketiga, sebuah kebersamaan itu adalah dalam dan bersama Tuhan. Doa bersama,pelayanan dan pengutamaan kemuliaan kerajaan Allah adalah gaya hidup parapengikut Kristus. Jika orang-orang kristiani dan pengikut Kristus memilih hanyadua unsur pertama tadi dan tidak dilengkapi yang ketiga ini, mereka belum dapatdikatakan memiliki kekayaan yang sesungguhnya. Hendaknya kita berharap untukterpenuhi kekayaan-kekayaan ini: rasa memiliki sebagai sesama, persekutuansebagai anak-anak Allah, dan kemuliaan kerajaan Allah. Jangan membuat hidupmenjadi sia-sia hanya karena ketiga hal ini tidak diindahkan. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Allah, berkatilah kami agar perayaan hariMinggu ini menjadi kekuatan baru bagi kami, yaitu menjadikan Dikau sebagaikekayaan kami yang utama. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Saturday of the 17th week in ordinary time, August 2, 2025

    Play Episode Listen Later Aug 1, 2025 8:02


    Delivered by Vanessa Anggoro from the Church of Saint Ignatius in the Diocese of Singapore. Leviticus 25: 1.8-17; Rs psalm 67: 2-3.5.7-8; Matthew 14: 1-12.TO DIE FOR THE TRUTH The title for our meditation today is:To Die for the Truth. The human tradition that shows a person dies for the sakeof truth is widely known in the cultures of the world. Our world history andreligions have personages that allow themselves to be tortured and killed fordefending the truth they hold firm. Usually, those who torture and kill arerulers who feel disturbed by the truth being raised and presented, becausetheir life styles are really in contrary with the truth. John the Baptist and Jesus Christ arethe two examples of many deaths in the name of the truth that had occured inthe history of mankind. Following Jesus and John the Baptist are many men andwomen throughout the ages who have been willing to sacrifice their lives fordefending the truth that comes from God. Heroes, whatever religion they belong,are people who die for the truth. Then the question would be: Should atruth be paid by death? The first answer is that those who oppose the truthsuch are bad persons, liars, traitors and so on have the potential to be verystrong in this world, whose purpose is to eliminate the truth and all that isgood. One of their main targets is to destroy persons who struggle for thetruth, who defend the truth and who live the truth. Another answer, if there are noopponents with strong power or even those who oppose the truth are more or lessweak, that truth must still be maintained in this world. The threat of sheddingblood is no longer relevant. The threat is more spiritual, actually as achallenge to live that truth, to give testimony and to make many others live inthe truth as well. In this regard, people need to remove in themselveslaziness, boredom, stupidity, selfishness, forgetfulness and other personalshortcomings. The truth is definitely connected withreality or fact. Its opposite is what is not real or fake. Truth is alsoaccording to rules, norms, morals; so it's against the violation of rules. Thetruth is to do God's will and command; so it is against the will from othersthan God Himself. So let us defend our truth, even to die for the truth. Let's pray. In the name of theFather ... Almighty God, we are grateful for all the goodness and truths fromyou that Jesus Christ, your Son, teaches us. May we commit to implement anddefend them until the time you call us back to your Kingdom. Hail Mary full ofgrace ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Sabtu dalam pekan ke-17 masa biasa, 2 Agustus 2025

    Play Episode Listen Later Aug 1, 2025 8:18


    Dibawakan oleh Eland Parera dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Imamat 25: 1.8-17; Mazmur tg 67: 2-3.5.7-8; Matius 14: 1-12.MATI DEMI KEBENARAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Mati Demi Kebenaran. Tradisimanusia yang mempertontonkan seseorang manusia mati demi kebenaran dikenal luasdi dalam budaya-budaya di dunia. Sejarah dunia dan agama kita memilikiprofil-profil pribadi yang merelakan dirinya disiksa dan dibunuh karenamempertahankan kebenaran yang dipengangnya teguh. Biasanya, yang menyiksa danmembunuh ialah penguasa yang merasa terganggu oleh kebenaran yang diangkat,karena perilaku hidupnya menyimpang dari kebenaran itu. Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus merupakan dua contoh dari banyakkematian atas nama kebenaran yang pernah terjadi dalam sejarah umat manusia.Menyusul Yesus dan Yohanes Pembaptis ialah banyak pria dan wanita sepanjangzaman yang telah rela mengorbankan nyawanya karena mempertahankan kebenaranyang berasal dari Tuhan. Para pahlawan apa pun agamanya, adalah orang-orangyang mati demi kebenaran. Lalu pertanyaanya: apakah kebenaran itu harus dibayar dengan kematian?Jawaban paling pertama ialah bahwa pihak yang melawan kebenaran seperti orangjahat, pembohong, pengkhianat dan sebagainya berpotensi sangat kuat di duniaini, yang tujuannya ialah menghilangkan kebenaran dan segala yang baik. Salahsatu targetnya yang utama ialah membinasakan orang-orang yang berjuang dalamkebenaran, yang mempertahankan kebenaran dan yang menghidupi kebenaran.  Jawaban lain, jika memang tidak ada penentang berpotensi kuat bahkan pihakyang melawan kebenaran itu sangat lemah, kebenaran itu masih harusdipertahankan di dunia ini. Ancaman penumpahan darah tak relevan. Ancamannyalebih rohani, sebenarnya sebagai tantangan untuk menghidupi kebenaran itu,memberikan kesaksian dan membuat banyak orang lain hidup di dalam kebenaranjuga. Di sini orang perlu mematikan kemalasan, kebosanan, masah bodoh, egois,lupa dan kekurangan pribadi lainnya. Kebenaran itu para prinsipnya ialah sesuai kenyataan atau fakta. Maka iaberlawanan dengan bukan nyata atau  bukanfakta. Kebenaran juga sesuai aturan, norma, moral; maka berlawanan denganpelanggaran aturan. Kebenaran itu ialah melakukan kehendak dan perintah Allah;maka berlawanan dengan kehendak bukan dari Tuhan. Jadi marilah kita pertahankankebenaran kita, bahkan sampai mati demi kebenaran itu. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Tuhan yang maha kuasa, kami bersyukur atassegala kebijakan dan kebenaran dari-Mu, yang disampaikan kepada kami oleh YesusKristus, Putra-Mu. Semoga hidup kami selalu berkomitmen untuk menjalankan dan mempertahankanyahingga saat Engkau memanggil kami kembali mengahap-Mu. Salam Maria penuh rahmat... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Friday of the 17th week in ordinary time, August 1, 2025, Memorial of Saint Alphonsus Liguori, Bishop and Doctor of the Church

    Play Episode Listen Later Jul 31, 2025 10:00


    Delivered by Evelyn from the Parish of Holy Spirit in the Archdiocese of Singapore. Leviticus 23: 1.4-11.15-16.27.34b-37; Rs psalm 81: 3-4.5-6ab.10-11ab; Matthew 13: 54-58.CELEBRATION OF FAITH Our meditation today is entitled:Celebration of Faith. Someone is said to have good faith if he possesses thesethree elements: knowledge, celebration and practice or life of faith. Knowledgecontains doctrines, teachings or dogmas. Celebration manifests in worship,sacrament, prayer and devotion. The practice or life of faith is manifested inthe testimony, dedication and service in real life. In particular regarding thecelebration of faith, institutions or the set-up of time, procedures, placesand participation are the basic elements. This establishment is intended that acelebration of faith is to be celebrated together in the fellowship of thepeople of God. The old testament testifies that Mosesstarted the institution of celebrations of faith as said the first reading oftoday. There is a number of the institutions of celebrations made by Moses inthe law, for example the Passover or God's victory falls on the 14thday of the first month. The 15th day of the same month is thecelebration of unleavened bread, and so on. This legacy of Moses was thenpassed on in the New Testament and continues being celebrated in the Church tothis day. The third commandment of God is tosanctify the Lord's day. The Church sets the rules not only for our obligatorySundays, but also holidays and feasts. This is the command of God, so it is anobligation. One who fails to do this, he is against God. Beside, there arepractices of devotion that are celebrated in the Church, although not anobligation, but it is very useful to strengthen our faith. For example theRosary and spiritual songs, they really strengthen our faith. One of the celebrations of faith whichis our main duty as followers of Christ is the celebration of the Word of God.We have many celebrations when the Word of God is read, listened to,contemplated and shared. Worship can be done in chapel or church with orwithout the eucharist, the opportunity to celebrate the Word is badly needed.The synagogue is where the Word of God is celebrated according to Jewish rule.But when Jesus was about to celebrate the Word in his place of origin, His ownpeople refused and did not want the Word to be celebrated with them. As aresult of rejecting this celebration of faith, there was no blessing from Godand none of God's great deeds came upon them. The celebration of faith aims topraise and glorify God, is to open ourselves to receive blessings from God. Letus be joyful to always celebrate our faith. Let's pray. In the name of theFather ... O Lord Jesus Christ, we thank You for the opportunity every day forus to celebrate Your Word. Glory to the Father and to the Son and to the HolySpirit ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Jumat dalam pekan ke-17 masa biasa, 1 Agusus 2025, Peringatan Santo Alfonsus Maria Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja

    Play Episode Listen Later Jul 31, 2025 10:35


    Dibawakan oleh Olivia Ivania dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Imamat 23: 1.4-11.15-16.27.34b-37; Mazmur tg 81: 3-4.5-6ab.10-11ab; Matius 13: 54-58.PERAYAAN IMAN Renungan kita pada hari ini bertemakan: Perayaan Iman. Seseorang dikatakanberiman dengan baik kalau dalam dirinya terpenuhi tiga unsur ini: pengetahuan,perayaan dan pratek atau penghayatan iman. Pengetahuan berisi doktrin, ajaranatau dogma-dogma. Perayaan berwujud pada ibadat, sakramen, doa dandevosi-devosi. Penghayatan terungkap dalam kesaksian, dedikasi dan pengabdianiman itu dalam kehidupan nyata. Khususnya tentang perayaan iman, institusi atau penetapan waktu, tata cara,tempat dan partisipasi merupakan unsur-unsur dasarnya. Penetapan dimaksudkanuntuk dirayakan bersama dan dalam persekutuan umat.  Insitusi perayaan-perayaan iman dalam perjanjian lama dimulai oleh Musaseperti yang dikisahkan dalam bacaan pertama hari ini. Ada sejumlah institusiperayaan yang ditetapkan Musa dalam hukum taurat, misalnya perayaan Paskah ataukemenangan Tuhan jatuh pada hari ke-14 dalam bulan pertama. Hari ke-15 bulanyang sama adalah perayaan roti tak beragi, dan seterunya. Warisan Musa inikemudian diteruskan oleh Gereja di Perjanjian Baru dan terus berlangsung hinggasaat ini.  Hukum Tuhan menetapkan ini sebagai perintah ketiga, yaitu kuduskanlah hariTuhan. Gereja memberikan ketetapannya tidak hanya berupa hari Minggu wajib,tetapi juga sejumlah hari raya dan pesta. Karena sebagai perintah Tuhan, makasifatnya ialah kewajiban. Tanpa menjalankannya berarti bersalah melawan Tuhan.Selain itu ada praktek devosi yang ada dilaksanakan di dalam Gereja kita, meskibukan kewajiban, tetapi sangat berguna untuk menyemangati iman kita. Misalnyadoa rosario dan lagu-lagu rohani ya sangat menguatkan iman kita. Salah satu perayaan iman yang merupakan kewajiban kita pengikut Kristusialah perayaan Sabda Tuhan. Perayaan dibuat ketika Sabda Tuhan itu dibacakan,didengarkan, direnungkan dan dibagikan. Ibadat sabda di lingkungan, kapel ataugereja entah ada ekaristi atau tanpa ekaristi merupakan aneka kesempatan untukmerayakan Sabda itu. Sinagoga ialah tempat Sabda Tuhan dirayakan menurut tatacara Yahudi. Namun ketika Yesus hendak melakukan perayaan Sabda itu di tempatasalnya, orang-orang dari kalangan-Nya justru menolak dan tidak mau Sabda itudirayakan. Akibat menolak perayaan iman ini, tidak ada berkat Tuhan danperbuatan besar Allah turun ke atas mereka.  Perayaan iman itu bertujuan selain memuji dan memuliakan Tuhan, ialahmembuka diri kita untuk mendapatkan berkat-berkat dari Tuhan. Marilah kita bersemangat selalu merayakan imankita. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur danberterima kasih kepada-Mu atas adanya kesempatan tiap hari bagi kami untukmerayakan Sabda-Mu. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalamnama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Thursday of the seventeenth week in ordinary time, July 31, 2025, Memorial of Saint Ignatius of Loyola, Priest

    Play Episode Listen Later Jul 30, 2025 6:40


    Delivered by Joanna from the Parish of Saint Gabriel in the Diocese of Bandung, Indonesia. Exodus 40: 16-21.34-38; Rs psalm 84: 3.4.5-6a.8a.11; Matius 13: 47-53.GOD DETERMINES THE END The title for our meditation today is:God Determines the End. We often have a reliance attitude when a problem weencounter shows only a little sign for solution. Reliance or being dependentmeans giving up and stop to speak or to do action. But an act of reliance isnot becoming despair then aggravated with disappointment and sadness. The onewho relies or depends his problem to another person still leaves space forhope, because he is aware that the solution will eventually come with the helpof supporting factors such as time, other people, luck, even God. The most common one is our surrenderand reliance to God. For example, a fight between two parties that never ends.Family, religious and civil laws have their roles to offer solutions but theyare unable to come up with the best solution. The one who feels unlucky alwaysdisagrees and continues provoking the fight. Because they are sure that therewill be no point to end it up, they just give up. The last hope is for God todecide and judge. The trial will be done later on when ecah of them dies. Each mustbe responsible for his life in front of God. This example illustrates how Goddetermines the end of our earthly journey or exactly the problems we face inthis world. Jesus gives us the appropriate parable for this, namely that in theend the judgement in heaven will decide who is right and who is wrong. God doesnot make big decisions and judgements when there is still time for people inthe world to resolve their problems. God is very patient and tolerant toprovide sufficient opportunities so that we who are already bad and sinful canturn out to be good before we finally die. This strategy is of course theopposite of the way people commonly want to win over the problems they encounter and the loser will be certainly forothers. This mentality simply believes that the joy of victory achieved or thesadness of losing is already final. We need to believe that even only a small partof problem that comes along our way, it is not perceived to be the end orfinal. Our judgement is of this world, while the highest and final one is ofGod. Therefore the decision of God is the end that is for salvation or eternalpunishment. Like Moses and the people of Israelwho were guided by the power of God during the time of wandering in the desert,we are also guided in our pilgrimage in this world until we finally reach thefinal judgment. We only have the choice to believe and accept the judgement,because fearing and even rejecting it means we reject God Himself. Let's pray. In the name of theFather ... O Lord Jesus Christ, Your teaching through this parable reallyreminds us to welcome the final judgement for each one of us. May we alwayslook forward to that moment with faith and optimism. Our Father who art inheaven ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Kamis dalam pekan ke-17 masa biasa, 31 Juli 2025, Peringatan Santo Ignasius Loyola, Imam

    Play Episode Listen Later Jul 30, 2025 8:05


    Dibawakan oleh Eland Parera dan Meri Kaona dari Komunitas Kongragasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 40: 16-21.34-48; Mazmur tg 84: 3.4.5-6a.8a.11; Matius 13: 47-53.TUHAN YANG MENENTUKAN DI AKHIR Tema renungan kita pada hari ini ialah: Tuhan Yang Menentukan di Akhir.Kita sering mengambil sikap pasrah ketika suatu persoalan yang dihadapi takkunjung mendapatkan solusi. Pasrah berarti menyerah dan berhenti untukmelanjutkan entah itu pembicaraan atau perbuatan. Namun itu bukan putus asaditambah dengan kekecewaan dan kesedihan. Sikap pasrah masih menyisahkan ruangyang cukup buat berharap, bahwa yang dapat memberikan solusi bisa pihak lainseperti waktu, orang lain, keberuntungan, bahkan Tuhan. Yang paling umum ialah pasrah kita kepada Tuhan. Misalnya pertengkaranantara dua pihak yang tak kunjung selesai. Solusi kekeluargaan, keagamaan danhukum sipil sudah tak mampu menyelesaikannya. Pihak yang merasa tidak beruntungselalu mempersoalkan sehingga masalah semakin berlarut-larut. Karena yakin takada gunanya lagi berusaha, mereka pasrah saja. Harapan terakhir ialah padaTuhan yang memutuskan dan mengadili. Pengadilannya nanti setelah mati, dansetiap orang wajib bertanggung jawab atas hidupnya. Contoh ini menggambarkan bagaimana Tuhan yang menentukan di akhirperjalanan atau persisnya persoalan-persoalan yang kita hadapi. Yesusmemberikan kita perumpamaan yang pas untuk ini, yaitu bahwa pada akhirnyapengadilan di surga itu akan memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah.Tuhan tidak memberikan keputusan besar dan akhir ketika masih ada waktu buatmanusia berproses dan bertumbuh. Tuhan sangat sabar dan toleran untukmemberikan kesempatan yang cukup supaya manusia yang terlanjur jelek dan berdosadapat berubah menjadi baik, sebelum ia akhirnya mati.  Strategi ini tentu saja berlawanan dengan cara manusia yang ingin menangdan mengalahkan orang lain. Seakan-akan suka cita kemenangan yang dicapai sudahfinal atau kesedihan karena kalah sudah selesai. Padahal itu hanyalahsepotong-sepotong persoalan yang datang dan pergi, maka itu belum dikatakanfinal. Standar pengadilan kita hanya untuk hidup di dunia ini, sedangkanpengadilan yang jauh lebih tinggi dan final ialah standarnya Tuhan. Karena itupenentuan dari Tuhan adalah akhir dan menentukan keselamatan abadi atau hukumanabadi. Seperti Musa dan umat Israel yang dibimbing oleh kuasa Allah selamapengembaraannya di padang gurun, kita juga dibimbing dalam ziarah kita di duniaini sampai akhirnya kita mencapai pengadilan terakhir. Kita hanya punya pilihanuntuk percaya dan menerima pengadilan itu, sebab takut bahkan menolaknyaberarti kita menolak Tuhan sendiri. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, pengajaran-Mu melaluiperumpamaan tentang pukat sungguh mengingatkan kami untuk menyongsongpengadilan terakhir bagi kami masing-masing. Semoga kami senantiasa menantikansaat itu dengan penuh iman dan optimisme. Bapa kami yang ada di surga ...Dalamnama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Wednesday of the 17th week in ordinary time, July 30, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 29, 2025 7:42


    Delivered by Stella Wijaya and Svara Nirmala from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Exodus 34: 29-35; Rs psalm 99: 5.6.7.9; Matthew 13: 44-46.CIRCLE OF LIGHT  The title for our meditation today is:Circle of Light. Starting from Jesus, then the Virgin Mary, Saint Joseph, theapostles, and all saints, seeing at their images, there are always halos intheir heads. Sometimes rather than referring to the word “holy”, “immaculate”or “perfect”, people simply demonstrate a symbol of a circular gesture abovetheir heads to reveal the purpose. The circle of light above the headmeans the person concerned is holy or sacred. Why do these halos reserved onlyfor the saints? Because the fullness of God's grace is upon them. Because theyfulfill all the conditions to be in the fullness of grace as Jesus says alwaysthat one should become perfect like the Father is ever perfect. There is a haloabove the head of the saint, because he is intended to be the model ofperfection for others. In today's first reading, Moses isdescribed as having a halo and his face is shining brightly as he descends fromthe mountain where he met God. Every time He met and spoke with God, it wasseen by the people around him, the light came out from Moses' head and face.The question: is Moses' experience of holiness our experience too, because wealso always encounter God? We need to remember, that theplacement of halos on saints' heads that describes holiness, is somethinginfluenced by the culture of Christian faith in history of the Church. But theexperience of meeting God happens to anyone and at any time. This experiencedoes not depend on the presence or absence of halos. Every time we can meet Godfor example through personal prayer, celebration of sacraments, serving othersor being served and loved by our neighbors. We are more special, and Moses doesnot have it, because we are always under the guidance of the Holy Spirit tomeet and speak with the Lord. The Holy Spirit allows us to have ahalo not just above our heads to be seen by people, or the appearance of ashiny and bright face. Jesus Christ is always with us with His teaching so thatwe choose God's Kingdom as our only choice. It is God Himself, and by havingthat Kingdom of God we are even more radiant and shiny, because we are filledwith the light of God the almighty. Today, you will certainly be a brightperson, if from morning to night you truly become another Christ for ohersaround you. Let's pray. In the name of theFather ... O Lord our God, bless us especially today, so that we can bringforth Your glory through our words and deeds by imitating Your Son our LordJesus, for all times. Hail Mary full of grace ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Rabu dalam pekan ke-17 masa biasa, 30 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 29, 2025 7:55


    Dibawakan oleh Olivia Ivania dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 34: 29-35; Mazmur tg 99: 5.6.7.9; Matius 13: 44-46.LINGKARAN CAHAYA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Lingkaran Cahaya. Mulai dari Yesus,kemudian Bunda Maria, Santo Yosef, para rasul sampai ke orang-orang kudus, padagambar-gambarnya, selalu ada lingkaran cahaya di kepala mereka. Nama lainnyaialah halo. Terkadang orang daripada menyebut istilah kudus, suci atausempurna, mereka cukup membuat simbol gerakan tangan berbentuk lingkaran diatas kepala untuk menyampaikan maksud tersebut. Lingkaran cahaya di atas kepala berarti pribadi bersangkutan orang kudusatau suci. Mengapa harus orang kudus? Karena kepenuhan rahmat Tuhan adapadanya. Karena ia memenuhi kriteria kepenuhan rahmat itu seperti yangdikatakan Yesus bahwa seseorang itu menjadi sempurna seperti Bapa yang sempurnaadanya. Ada lingkaran cahaya atau halo di atas kepalanya, supaya pribadi itumenjadi model kesempurnaan bagi kita.  Di dalam bacaan pertama hari ini, Musa digambarkan memiliki halo danwajahnya berkilau begitu ia ditemui setelah turun dari gunung tempat iaberjumpa dengan Tuhan. Selanjutnya setiap kali Ia bertemu dan berbicara denganTuhan, dilihat oleh orang-orang di sekitarnya cahaya berkilau pada kepala danwajah Musa. Pertanyaannya: apakah pengalaman Musa itu menjadi pengalaman kitajuga, karena kita juga selalu mengalami perjumpaan dengan Tuhan?  Perlu diingat, bahwa penempatan lingkaran cahaya itu merupakan teknikpenggambaran pribadi tertentu yang suci, dipengaruhi oleh kultur pemahamanKristiani tertentu dalam sejarah. Tetapi pengalaman berjumpa dengan Tuhanterjadi pada siapa saja dan kapan saja. Pengalaman itu tidak bergantung padaada atau tidaknya halo atau lingkaran cahaya. Setiap saat kita bisa berjumpadengan Tuhan misalnya melalui doa pribadi, perayaan sakramen, melayani oranglain atau dilayani dan dikasihi sesama kita. Bahkan kita lebih spesial, danMusa tidak memilikinya, karena kita selalu dalam bimbingan Roh Kudus. Roh Kudus memungkinkan kita untuk memiliki halo bukan sekedar di ataskepala supaya dilihat orang, atau tampilan wajah ceria dan cemerlang. YesusKristus selalu menyertai kita dengan pengajaran-Nya supaya kita menjadikanKerajaan Allah sebagai satu-satunya pilihan. Itu adalah Allah sendiri, dandengan memiliki Kerajaan Allah itu kita justru lebih bercahaya lagi, karenakita dipenuhi cahaya Allah Bapa yang maha kuasa. Pada hari ini, Anda tentu akanmenjadi pribadi yang bercahaya, jika dari pagi hingga menjelang tidur malamAnda benar-benar menjadi Kristus yang lain bagi kehidupan di sekitarmu. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan dan Allah kami, padanglah danberkatilah kami khususnya pada hari ini, supaya kami dapat menghadirkankemuliaan-Mu melalui kata dan perbuatan kami dengan meneladani Putra-Mu Tuhankami Yesus Kristus, sepanjang segala masa. Salam Maria penuh rahmat ... Dalamnama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Tuesday of the 17th week in ordinary time, July 29, 2025, Memorial of Saints Martha, Mary and Lazarus

    Play Episode Listen Later Jul 28, 2025 8:32


    Delivered by Shendy and Andrew Jost from the Parish of Saint Albert the Great in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Exodus 32: 15-24.30-34; Rs psalm 106: 19-20.21-22.23; Matthew 13: 31-35.THE REAL WORLD, NOT A DREAM The title for our meditation today is:The Real World, Not a Dream. We have just heard the Gospel reading about themeaning of sowing seeds and the growth of weeds with them until the harvestseason. One element of the meaning of the parable, said Jesus, is the field orland interpreted as the world. The world meant here is the real world, whereyou and I are in here and now. The real world is filled with ourlives. God is so dear and caring for people in the world, so He sent His onlySon to come to the world to save them. Jesus Christ established His kingdom inthe world through the foundation of the Church to ensure that all God's peoplecould obtain salvation, and finally enter into the eternal kingdom of heaven. This world and the people who inhabitin it become the vineyard to which Jesus Christ came to serve and to lead toperfection. He was willing to die for their salvation. We acknowledge our beingsinners and we also face many difficulties because we are surrounded by allkinds of weeds. But Jesus never gives up or stops giving us His attention. Eventhough we always do good, there are still many around us who dissatisfy,disagree, dislike, slander, envy and bring us trouble. All of them are weedsthat never allow us to walk free. But Jesus Christ does not lose control ofourselves, and the Holy Spirit faithfully accompanies us. We cannot avoid the reality of thisworld. We can only arm ourselves with attitudes and abilities in accordancewith the truth and goodness of God. Like Moses and God's people who returnedfrom practicing idols and turned to God, we also make ourselves alwaysoptimistic and have good intentions while living in this real world. Thisattitude helps us to have feeling at home and to continue renewing ourselvesand the world in which we spend our life. People must be free from dreams andfantasies that can make them pessimistic and fear of the real world. The world's current situation can makepeople of today dream of being freed from it because they cannot bear its heavychallenges and burdens. This can be compared with a four-wheeled car that runson the road every day. The back wheels keep on dreaming or fantasizing: We wantto be in the front position so that we will arrive first, but when and how canwe... Many of us often fall into this kind dream, which means that they are notcomfortable, not optimistic and realistic about life in this world. We hope weare not of this type, but we are still realistic and optimistic about life hereand now. Let's pray. In the name of theFather ... O generous heavenly Father, You fill our real world today with allpossibilities that we can make it a happy dwelling place under the guidance ofYour Spirit. May we always be faithful in the way that Jesus Christ Your Sonalways commands us to do in this world. Glory to the Father and to the Son andto the Holy Spirit ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Selasa dalam pekan ke-17 masa biasa, 29 Juli 2025, Peringatan Santa Marta, Maria dan Santo Lazarus

    Play Episode Listen Later Jul 28, 2025 8:14


    Dibawakan oleh Sania Tangur dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Kesukupan Maumere, Indonesia. Keluaran 32: 15-24.30-34; Mazmur tg 106: 19-20.21-22.23; Matius 13: 31-35.DUNIA NYATA,BUKAN MIMPI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Dunia Nyata, Bukan Mimpi. Kita barusaja mendengar bacaan Injil tentang makna penaburan benih dan tumbuhnya lalangbersamanya sampai saat musim panen. Satu unsur dari pemaknaan perumpamaan itu,kata Yesus, ialah ladang atau lahan penanaman yang dimaknai sebagai dunia.Dunia yang dimaksudkan di sini ialah dunia nyata, tempat kita berada sekarangdan di sini. Dunia nyata ialah dunia yang natural, sosial, budaya, danspiritual. Dunia nyata diisi dengan kehidupan kita. Allah begitu sayang dan menaruhperhatian kepada manusia di dunia, maka Ia mengutus Putra tunggal-Nya datang kedunia untuk menyelamatkannya. Yesus Kristus mendirikan kerajaan-Nya di duniayang berwujud Gereja untuk mewadai semua umat Allah dapat mencapai keselamatan,dan akhirnya masuk dalam kerajaan surga yang abadi. Dunia ini dan pribadi-pribadi manusia yang mendiaminya menjadi pilihanYesus Kristus. Ia rela mati demi kebaikan mereka. Selain sebagai orang berdosa,kita juga menghadapi banyak kesulitan karena kita dikelilingi semua jenislalang. Namun Yesus tak pernah menyerah atau berhenti memperhatikan kita.Meskipun kita selalu berbuat baik, di sekitar kita tetap saja ada orang yangtidak puas, tidak setuju, tidak menyukai, masah bodoh, iri dll. Semua ituadalah lalang yang tak pernah membuat kita bebas. Namun Yesus Kristus tak lepaskontrol atas diri kita, dan Roh Kudus setia mendampingi kita.  Kenyataan di dunia ini tak bisa kita hindari. Kita hanya bisa mengambilsikap dan memiliki kemampuan yang dibekali dengan semua ajaran kebenaran dankebaikan dari Tuhan. Seperti Musa dan umat Allah yang kembali dari praktikberhala dan berpaling kepada Tuhan, kita berusaha juga untuk selalu optimis danberniat baik selagi hidup di dunia nyata ini. Sikap ini mendukung rasa betahdan tetap berusaha aktif untuk membaharui diri dan dunia tempat kita berada.Orang harus terlepas dari angan-angan, khayalan dan mimpi yang bisa membuatnyapesimis dan anti akan dunia nyata ini. Bermimpi untuk terlepas dari dunia nyata ini hanya karena tidak tahandengan situasinya saat ini, mungkin bisa disamakan dengan empat roda mobil yangberputar di atas bahu jalan berbatu dan aspal. Roda belakang terus sajabermimpi atau berkhayal: saya ingin berada di posisi depan biar tiba duluan,tapi kapan ya saya bisa... Banyak dari kita sering jatuh dalam angan-anganseperti ini, yang berarti bahwa mereka tidak betah, tidak optimis dan realististentang hidupnya di dunia ini. Semoga Anda dan saya tidak seperti ini, tetapitetap realistis dan opitimis. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah Bapa maha murah, dunia tempat kamihidup Engkau penuhi dengan segala kemungkinan untuk kami berjuang danmembaharuninya di bawah bimbingan Roh-Mu. Semoga kami senantiasa setia dalamjalan yang telah dilalui Yesus Kristus Putra-Mu untuk mencintai-Mu dan sesamakami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa...

    Reading and meditation on the Word of God on Monday of the 17th week in ordinary time, July 28, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 27, 2025 7:19


    Delivered by Father Peter Tukan, SDB from Salesian Don Bosco Gerak in the Diocese of Labuan Bajo, Indonesia. Exodus 32: 15-24.30-34; Rs psalm 106: 19-20.21-22.23; Matthew 13: 31-35.MUSTARD SEEDS AND YEAST The title for our meditation today is:Mustard Seeds and Yeast. These two kinds of objects are special for those whoneed them. Mustard seeds wrapped in plastic like any other grains. If a buyercould buy it and remove the plastic then see the real situation of the seeds,its secret begins to unfold. Likewise the yeast that is wrapped in its cover.If a mother happens to glance and buy it, the yeast is ready to be used formaking bread. If these two things do not show up to the buyer but simply storedor hidden deep from many things displayed, they will not produce anything andtheir stories go unnoticed. These two objects are immovable,tightly wrapped, small in size, and hidden from all other objects around them.If you are someone who has been in the shop but doesn't want to buy anything,what you generally see is big and attractive items. You never take theslightest time to think and see small objects such as mustard seeds or yeast.Only people who have a particular purpose for small objects will try to findand buy it. Then they will be used according to the person's intention.  Jesus made the Kingdom of God the coreof His teaching to people who increasingly grew following and hearing Him. Theyhad never received such teaching since the days of Abraham and the prophets.What they never imagined was the kingdom of God, even though Jesus is thepersonification of the Kingdom itself who was actually talking with them. If anew teaching is directed to innocent people, it must start from its smallestand simplest aspect. Whereas for those who are full of knowledge and beliefs,the God's kingdom must be taught in a very delicately and patiently manner. Jesus uses ordinary and simple objectsin his parabolic teachins with the purpose of describing the important meaningof the Kingdom. If you read and listen to the word of God every day, pleasejust be aware of symbols of mustard seeds and yeast. They are simply to explainthat the word you receive is hidden within you, but has the potential powerthat renews you day after day. If you receive Holy Communion regularly, orregularly make confession, the profile of mustard seeds and yeast give youenough strength for growth in faith. Their influence is real and the fruits ofthis growth will be harvested at the proper time. God puts the secrets of Hiskingdom in us in various events and forms. Even though they are hidden withinus, they are growing and nurtured by God without our notice. In difficulttimes, trials, struggles, and sacrifices, they will appear to help us speak,act and behave.Let's pray. In the name of theFather ... O Lord Jesus, may we become worthy place for the growth of theKingdom of God. Our Father who art in heaven ... In the name of the Father...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Senin dalam pekan ke-17 masa biasa, 28 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 27, 2025 8:09


    Dibawakan oleh Hendrik Monteiro dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 32: 15-24.30-34; Mazmur tg 106: 19-20.21-22.23; Matius 13: 31-35.BIJI SESAWI DAN RAGI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Biji Sesawi Dan Ragi. Dua jenisbenda ini mendapat perhatian istimewa. Biji sesawi terbungkus plastik bersamabiji-bijian lain. Jika ada pembeli sempat membelinya di tokoh benih,keistimewaannya mulai terkuak. Demikian juga ragi yang terbungkus ditempatnya,jika seorang ibu sempat melirik dan membelinya, ia siap dipakai untuk pembuatanroti. Jika mereka berdua tidak dilirik pembeli dan tersimpan atau tersembunyisaja, keduanya tidak akan menghasilkan cerita dan sejarah hidupnya. Kedua benda ini tidak bergerak, dibungkus rapat, berukuran kecil, dantersembunyi dari semua benda lain di sekitarnya. Kalau Anda adalah seseorangyang sempat berada di toko namun tidak ingin membeli sesuatu, yang tampakpadamu ialah barang-barang yang besar dan mencolok. Anda tidak pernahmeluangkan waktu sedikit pun untuk berpikir dan melihat benda-benda kecilseperti biji sesawi atau ragi. Hanya orang yang memiliki maksud tertentu atasbenda-benda kecil itu, akan berusaha menemukan dan membelinya. Selanjutnyamereka akan digunakan sesuai dengan maksud orang tersebut. Yesus menjadikan kerajaan Allah sebagai inti pengajaran-Nya kepadaorang-orang yang kian hari kian bertambah mengikuti dan mendengar-Nya.Pengajaran seperti itu tidak pernah mereka dapatkan sebelumnya sejak zamanAbraham dan para nabi. Seperti apa kerajaan Allah itu tak pernah merekabayangkan. Padahal Yesus adalah personifikasi kerjaan itu sendiri yang sedangbericara dengan mereka. Jika suatu pengajaran baru untuk orang-orang yang masihpolos, pengajaran harus mulai dari yang paling kecil dan sederhana. Bagi merekayang sudah penuh dengan pengetahuan dan keyakinan lama, hal tentang kerajaanAllah mesti diajarkan dengan sangat rumit dan penuh kesabaran. Banyak perumpamaan dipakai Yesus dengan benda-benda yang sudah biasa dansederhana supaya kerumitan itu dapat diuraikan. Jika setiap hari Anda membacadan dengarkan firman Tuhan, gambaran biji sesawi dan ragi ini cukup untukmenjelaskan bahwa firman yang Anda terima tersembunyi di dalam pikiran danhatimu, tetapi punya potensi untuk hidup yang membaharui dirimu. Jika Andamenerima Komuni Kudus secara rutin, atau dengan teratur melakukan pengakuandosa, profil biji sesawi dan ragi cukup memberimu kesadaran bahwa potensipertumbuhan iman sungguh nyata dan buah-buahnya tinggal dipanen pada masa yangtepat. Tuhan menaruh aspek-aspek kerajaan-Nya di dalam diri kita dalam anekaperistiwa dan bentuk. Semua itu meski tersembunyi di dalam diri kita, merekasedang bertumbuh dan dipelihara Tuhan meski sering di luar kesadaran kita. Didalam saat-saat sulit, pencobaan, perjuangan, dan pengungkapan diri kita, semuaitu akan tampil untuk membantu kita berbicara, berbuat dan bersikap. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus, semoga diri kami menjadi tempatyang layak bagi tumbuhnya Kerajaan Allah. Bapa kami yang ada di surga ... Dalamnama Bapa ...

    Readings and meditation on the Word of God on the seventeenth Sunday in ordinary time, July 27, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 26, 2025 12:17


    Delivered by Chendani Budhi, Maria Delie, Josephine Mercy Ho, and Erica Tanzil from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Genesis 18: 20-33; Rs psalm 138: 1-2a.2bc-3.6-7ab.7c-8; Colossians 2: 12-14; Luke 11: 1-13.GOOD REQUEST The theme for our meditation on this17th Sunday in ordinary time is entitled: Good Request. Last Sunday,our meditation highlighted on our good acceptance for what is given. There wasa teenager after hearing the sermon of the Pastor wrote to his parish Priests aWhatsapp message in this way: "Father, for the sake of fairness, before wecan accept  with good manner, we shouldfirst ask with the same manner, right?" The comment and reflection of that boycan be an inspiration for our meditation today. We accept something or somebodywith or without request. When it is without request, what we receive is a freegift or reward. Whereas if we accept with request, it means we are expected toask well for it. In our readings today, we are enlightened to ask God in goodand proper manner. There are at least three things here about our good request. First, concerning urgency or promptingneeds, we ask God with strong faith and we can make calculations with Him. Eachof our urgent need is certainly related to the matters of life or death.Abraham did that with God as told in our first reading today. For the sake ofthe salvation of soul, when faced with the threat of deadly sin, we can ask alot and with complain like Abraham, to insist God to help and to save us. Second, we ask God based on theprinciple that we are always dependent on God's providence. This is very much concerningour lives as mortals and our humble situation of life. Indeed, we have manyneeds to be attended, but we should behave like children towards the Father,namely we surrender our lives while asking for the outpouring of His blessingsupon us. The answers will be given according to His will; its quantity many or few,its time right or not, we depend all to the Father. He has the power to makethings happen. The prayer of "Our Father" that we always say is theway we ask and surrender to the Father's will to happen. There is no urgencyhere. Third, in the matter of the quality ofour lives as believers, we should ask for something that is new, better,relevant, and future. We want to leave the old, the useless, and the bad ones.We also try not to request to have a lot, to be rich, to become full of thethings of the world, and to be attached to this world. So the good news for ustoday reminds us to ask God in good manners, namely the urgency of oursalvation, our submission to His will, and the importance of the quality oflife. Let's pray. In name of theFather ... Almighty and generous Father, may we always hope and dependourselves on your provicence and care. Glory to the Father and to the Son andto the Holy Spirit ... In the name of the Father ...

    Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Minggu Biasa ke-17, 27 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 26, 2025 16:06


    Dibawakan oleh Oliva Ivania, Elia Monteiro, Meri Kaona dan Hendrik Monteiro dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Kejadian 18: 20-33; Mazmur tg 138: 1-2a.2bc-3.6-7ab.7c-8; Kolose 2: 12-14; Lukas 11: 1-13.MEMINTA DENGANBAIK Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-17 ini adalah: Meminta DenganBaik. Hari minggu lalu, renungan kita menekankan tentang menerima dengan baik. Adaseorang remaja setelah mendengar renungan itu, ia menulis di pesan whatsappkepada Pastor Parokinya, begini: “Pastor, kalau begitu sebelum kita dapatmenerima dengan baik, seharusnya kita lebih dahulu meminta dengan baik kan?”  Komentar dan refleksi remaja itu dapat menjadi inspirasi renungan kita ini.Kita menerima sesuatu atau seseorang, berdasarkan permintaan atau tidak denganpermintaan. Tanpa permintaan, yang kita terima itu adalah hadiah atau pemberianyang cuma-cuma. Sedangkan jika kita mendapatkan sesuatu dengan permintaan, ituberarti kita diharapkan meminta dengan baik. Di dalam bacaan-bacaan kita padahari ini, kita dapat dituntun untuk meminta dengan baik kepada Tuhan. Palingkurang ada tiga hal di sini tentang meminta dengan baik. Pertama, menyangkut kemendesakan atau kepentingan yang urgen, kita memintaTuhan dengan keyakinan yang kuat dan dapat membuat perhitungan dengan Tuhan.Setiap kebutuhan kita yang mendesak tentu berkaitan dengan nasib hidup ataumati. Abraham berbuat itu dengan Tuhan seperti yang dikisahkan dalam bacaanpertama. Demi nasib keselamatan jiwa, ketika berhadapan dengan ancaman dosayang mematikan, kita dapat meminta banyak atau cerewet seperti Abraham, bahkanmendesak Tuhan untuk berpihak pada kita, demi keselamatan jiwa kita. Kedua, kita meminta kepada Tuhan didasarkan pada prinsip bahwa kitasenantiasa bergantung pada penyelenggaraan Tuhan. Hal ini sangat berkaitandengan hidup kita yang fana dan sikap kita yang rendah hati. Memang kitamemiliki banyak kebutuhan untuk dipenuhi, tetapi kita harusnya bersikap sepertianak terhadap Bapa, yaitu kita pasrahkan hidup kita sambil meminta curahanberkat-Nya supaya dilimpahi kepada kita. Soal akan diberikan sesuai dengankeinginan kita, jumlahnya banyak atau sendikit, waktunya tepat atau tidak, kitaserahkan kepada Bapa. Ia yang memiliki kehendak untuk terjadi. Doa “Bapa Kami”yang selalu kita ucapkan merupakan cara kita meminta dan berpasrah kepadakehendak Bapa untuk terjadi. Tak ada kemendesakan di sini. Ketiga, dalam soal kualitas hidup beriman, hendaknya kita meminta untuksuatu kebaruan, yang lebih maju dan lebih baik. Kita ingin meninggalkan yanglama, yang tidak berguna, dan yang jelek. Kita juga berusaha menghindaripermintaan untuk mendapatkan yang banyak, menjadi kaya, menjadi penuh dengansemangat duniawi, dan menjadi melekat dengan dunia ini. Maka kabar gembira bagikita pada hari ini mengingatkan kita untuk meminta kepada Tuhan dengan carayang baik, yaitu kemendesakan keselamatan kita, kepasrahan kita kepadakehendak-Nya, dan kepentingan kualitas hidup iman kita. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Bapa maha murah, jadikanlah kamiorang-orang beriman yang selalu berharap dan bergantung pada setiappenyelenggaraan-Mu kepada kami di dalam segala situasi kehidupan. Kemuliaankepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Saturday of the 16th week in ordinary time, July 26, 2025, Memorial of Saints Joachim and Anne, Parents of the Blessed Virgin Mary

    Play Episode Listen Later Jul 25, 2025 5:38


    Delivered by Elyanne from the Parish of Saint James in the Diocese of Surabaya, Indonesia. Sirach 44: 10-15; Rs psalm 132: 11.13-14.17-18; Matthew 13: 16-17.LONGING TO SEE GOD The title for our meditation today is:Longing to See God. A long history of salvation illustrates the life and growthof the faith of those called to fulfill the will of God. Their communicationand relationship with God were manifested in the covenant that God would revealHimself as the savior of mankind. God always spoke and promised, for example toAbraham, Noah, kings and prophets, but He did not show up as a human being thatthey could meet face to face. A communication or relationship thatstill exists as a promise always gives us the consequence to wait for itsrealization. This is true with all the stories in the old testament. All thosewho accepted the promise and understood it very well can only hope in faiththat the promise of the coming of the Messiah, the awaited messenger of Godcould be realized. They all had the desire to see God. Their longing was notsomething empty but a real one, because God Himself already spoke about that,divine miracles and many other signs had really strengthened their faith in thecoming of the One sent from Heaven. But until they all died and left thisworld their dreams and wishes had not been realized. This illustration can helpus to reflect about this. There were two grandparents did not see one of theirgrandchildren to become a priest and if possible a bishop. They did not seewhat they had dreamt of. They had already died when one of their grandchildrenafter following all his formation proceses then to be ordained as a priest.This situation is similar to the people in the old testament. About these people, there are someexceptions. The scriptures only record a number of persons who did not directlyexperience the coming of the Messiah into the world. The parents of John theBaptist, Zakaria and Elisabeth should belong to this category. This includesalso the parents of Our Lady, Saint Joachim and Saint Anne, whose feast day wecelebrate today. This couple and grandparents were certainly very happy andproud because the Son of God who was born as Jesus Christ, is from the womb ofMary, their own daughter. When Jesus says, "Many prophetsand righteous people want to see what you see", He actually points this toSaints Joachim and Anne, and all other people including us, who see andexperience the incarnated God in this world. Jesus wants to say that by seeingand experiencing Himself in a real and personal way, this makes us a people sospecial and blessed. Therefore, we must be always grateful and happy. Let's pray. In the name of theFather ... O Lord Jesus, may through the intercession of Saints Joachim andAnne, we will remain faithful to You in all our lives. Glory to the Father andto the Son and to the Holy Spirit ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Sabtu dalam pekan ke-16 masa biasa, 26 Juli 2025, Peringatan Santo Yoakim dan Santa Ana, orang tua Santa Perawan Maria

    Play Episode Listen Later Jul 25, 2025 7:49


    Dibawakan oleh Oliva Ivania dan Meri Kaona dari Komunitas Kongragasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Sirakh 44: 10-15; Mazmur tg 132: 11.13-14.17-18; Matius 13: 16-17.KERINDUAN MELIHAT ALLAH Tema renungan kita pada hari ini ialah: Kerinduan MelihatAllah. Kisah panjang dalam sejarah keselamatan berisi tentang kehidupan danpertumbuhan iman orang-orang yang terpanggil menjalankan kehendak Tuhan.Komunikasi dan relasi mereka dengan Tuhan diwujudkan dalam perjanjian bahwaTuhan akan menyatakan diri-Nya sebagai penyelamat umat Manusia. Tuhansenantiasa berbicara dan berjanji, misalnya kepada Abraham, Nuh, para raja dan nabi,namun tidak kunjung mewujudkan diri secara nyata sebagai manusia. Mereka tidakbertemu langsung dengan Tuhan. Suatu komunikasi dan relasi yang masih berwujud sebagaijanji selalu memberikan kita konsekwensi untuk menunggu realisasinya. Hal initerjadi selama perjanjian lama. Mereka semua menerima janji dan sangatmemahaminya. Mereka hanya bisa berharap dalam iman supaya datangnya Mesias,utusan Allah yang maha kuasa dapat terwujud. Mereka rindu untuk melihat Allah.Karena semangat, perbuatan, mujizat dan banyak tanda lain sudah sangat nyatamenguatkan iman mereka, kerinduan itu sungguh bukan sesuatu yang kosong ataumengada-ada. Itu sangat nyata. Namun sampai mereka semua meninggal dan beralih dari duniaini kenyataan itu belum berpihak pada mereka. Mungkin ini cocok dengan sepasangkakek-nenek yang amat merindukan salah seorang cucunya menjadi seorang imam dankalau bisa uskup. Tetapi kerinduan itu belum terwujud, ketika salah seorangcucunya yang masih belajar menjadi imam dan belum sampai ditahbiskan, pasanganlansia itu telah lebih dahulu meninggal dunia. Keadaan ini kurang lebih miripdengan kerinduan orang-orang di dalam perjanjian lama. Tentang orang-orang tersebut, ada beberapa pengecualian.Kitab suci hanya mencatat beberapa peran mereka yang tidak secara langsungmengalami kedatangan Mesias ke dalam dunia. Orang tua Yohanes Pembaptis,Zakaria dan Elisabeth mestinya masuk di dalam kategori pengalaman tidaklangsung ini. Demikian juga orang tuanya Bunda Maria, Santo Yoakim dan SantaAnna, yang pestanya kita peringati pada hari ini. Kita dapat memahami danmengimani bahwa kedua orang kudus ini sebagai kakek dan nenek yang tentu sangatbersuka cita dan bahagia karena Putra Allah yang lahir sebagai Yesus Kristusadalah dari kandungan Maria, putri mereka sendiri. Ketika Yesus sendiri berkata, “Banyak nabi dan orang benaringin melihat apa yang kamu lihat”, Ia menunjuk ke Santo Yoakim dan Anna, dansemua orang lain termasuk kita, yang melihat dan mengalami Tuhan yangberinkarnasi di dalam dunia ini. Dengan dapat mengalami diri Yesus secara nyatadan pribadi, sungguh membuat kita orang-orang yang sangat beruntung. Kita patutbersyukur dan berbahagia. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Yesus, semogamelalui peringatan Santo Yoakim dan Santa Ana, kami menjadi tetap setiakepada-Mu. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa...

    Reading and meditation on the Word of God on Friday of the 16th week in ordinary time, July 15, 2025, Feast of Saint James, Apostle

    Play Episode Listen Later Jul 24, 2025 5:44


    Delivered by Gladys from the Parish of Saint Gabriel in the Diocese of Bandung, Indonesia. 2 Corinthians 4: 7-15; Rs psalm 126: 1-2ab.2cd-3.4-5.6; Matthew 20: 20-28INVERTED POWER The theme for our meditation today is:Inverted Power. What we mean by this term is that Jesus reverses humanunderstanding in general about power, authority and office which puts intoconflict relationship between master-servants, leader-members, and  the first-the last. If this relationship is followedaccordingly and correctly, the results would be orderliness, obedience to thelaw and the process goes well. But the negative effects of this relationshipwould be discouraging, namely selfishness, unhealthy competition, abuse ofpower, unavoidable discrimination, oppression of subordinants, corruption andviolence. Jesus worried if this would happen tothe apostles who were undergoing training of discipleship with Him. A specialrequest by John and his brother James whose feast we celebrate today, is anexample of desire that must be opposed by the principle of inverted power. WhatJesus wants to emphasize is to forget search and desire to be special, thefirst and in power. It would be very dignified and helpful to use revertedpower in the way of the Lord Jesus. In the reverted power, the veryimportant element is the power that contains love of the one towards othersdriven by sacrifice and service in humility. There are many examples for us.One of them is the man named Anthony. This elementary school teacher has beenworking at the very remote corner of Indonesian archipelago. He spent one fullyear at the beginning of his service to get to know each of his studentspersonally, their families and their backgrounds. He intended give attention to eachstudent appropriately and fairly. This young teacher committed to postpone hisintention to get married before his dream came true. Thus he could spend allhis energy, time, mind and faith to serve his students. In order for him to beclose and united with his students and their families, Anthony tried to speakthe local language, became friend to the children and making himself loved bythem, and ate with the children and their families. For this humble teacher, the LordJesus Christ became his source of life. Anthony always wanted to follow  the Master Jesus Christ who was willing tosuffer in all forms, for the sake of those He loved so much. Anthony would be agood example for us as we are celebrating today the feast of the Apostle James. Let's pray. In the name of theFather ... Almighty God, may through the intercession of the apostle James, we continueto grow in our perseverance to become truly your committed servants in your Kingdomin this world. Glory to the Father and to the Son and to the Holy Spirit ... Inthe name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Jumat dalam pekan ke-16 masa biasa, 25 Juli 2025, Pesta Santo Yakobus, Rasul

    Play Episode Listen Later Jul 24, 2025 9:46


    Dibawakan oleh Sania Tangur dan Hendrik Monteiro dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. 2 Korintus 4: 7-15; Mazmur tg 126: 1-2ab.2cd-3.4-5.6; Matius 20: 20-18.KEKUASAAN TERBALIK Tema renungan kita pada ini ialah: Kekuasaan Terbalik.  Yang dimaksudkan dengan istilah ini ialahYesus membalikkan pemahaman manusia pada umumnya tentang kekuasaan, otoritasdan jabatan yang memperlawankan hubungan tuan-hamba, bos-anak buah, pertama danterakhir.  Kalau hubungan ini diikuti secara benar, nampak ada keteraturan, kepatuhansetiap orang dan proses berjalan baik. Namun efek negatifnya meresahkan, yaitusifat ingat diri menjadi kuat, kompetisi tidak sehat, kekuasaansewenang-wenang, diskriminasi tak terhindarkan, penindasan terhadap bawahan dankejahatan korupsi dan kekerasan menjadi tak terbendung. Yesus kuatir jika ini bakal terjadi pada para rasul yang sedang menjalani training bersama Dia. Permintaan khususoleh Yohanes dan saudaranya Yakobus yang hari ini kita rayakan pestanya,merupakan contoh keinginan yang harus dilawankan dengan konsep kekuasaanterbalik. Yang ingin Yesus tekankan ialah lupakan nafsu dan keinginan untukmenjadi spesial, pertama dan mengejar kekuasaan. Akan sangat bermartabat jikakita memakai jalan kekuasaan terbalik. Di dalam kekuasaan terbalik elemen-elemen sangat penting ialah kekuasaan mengandungcinta kasih, jabatan atau posisi digerakkan oleh pengorbanan dan pelayanandijiwai oleh kerendahan hati. Ada banyak contohnya bagi kita. Salah satunyaialah Pa guru Antonius. Guru SD di salah satu pelosok Indonesia ini membutuhkansatu tahun penuh di awal pengabdiannya untuk mengenal setiap anak didiknyasecara pribadi, keluarga dan latar belakang mereka.  Tujuannya supaya ia dapat berikan perhatian ke masing-masing murid secaratepat dan adil. Guru muda ini berkomitmen menahan niatnya untuk menikah sebelumcita-citanya itu terwujud. Dengan demikian ia dapat luangkan semua tenaga,waktu, pikiran dan imannya untuk melayani para muridnya. Supaya ia menjadidekat dan menyatu dengan anak-anak dan keluarganya masing-masing, Antoniusberusaha untuk berbicara bahasa setempat, berada dan bermain bersama anak-anak,makan makanan yang disediakan oleh warga setempat. Sesungguhnya bagi guru yang bersahaja ini, pegangan yang ia tak bolehtinggalkan ialah Yesus Kristus yang rela menderita dalam segala bentuknya, demisebuah kebaikan dan keselamatan yang menjadi cita-cita bagi setiap manusia.Antonius menjadi contoh istimewa bagi kita pada pesta rasul Yakobus yang kitarayakan pada hari ini. Sebuah kekuasaan terbalik ialah kekuasaan dijalankandengan melayani. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Tuhan dan Allah kami, semoga berkat perantaraandoa rasul Yakobus, kami bertumbuh selalu dalam ketekunan untuk menjadipelayan-pelayan yang sungguh berkomitmen dan berkorban demi perwujudankerajaan-Mu di dunia ini. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ...Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Thursday of the 16th week in ordinary time, July 24, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 23, 2025 9:03


    Delivered by Kezia Nikita from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Exodus 19: 1-2.9-11.16-20b; Rs psalm Dan 3: 52.53.54.56; Matthew 13: 10-17.WAY TO UNDERSTAND HIM Our meditation todayis entitled: Way To Understand Him. There were three girls who fell in lovewith a young man who was of their age. Each girl always tried to win the heartof the young man with her best way of appearance. Sometimes they competed unfairlyin the manner that one tended to highlight the weaknesses of her other friends.Sometimes they competed in a healthy and positive way in order to show the realpersonality of each. The young man alsohad his own way to a appear nicely to each girl who was so fond of him. As timewent on, each of them became bored and tired. The three girls were confusedabout who really deserved to be the best and chosen, because it was not possiblefor all three of them to be chosen. The three of them agreed to discuss aboutthis. They finally concluded that the young man would definitely have his ownway to understand them and to choose only one whom he loved. This illustrationshows how love is expressed. A self-expression certainly has a peculiar qualityto make other people have their impressions on it. A good impression wouldnormally develop the feeling of attraction. A guitarist appears so talented,then those who have passion for music would be attracted to him. A person'sself-expression aims to make other people understand about him and theynormally support him. If this is a kind ofhuman attrativeness that deserves appreciation by all of us, it should be allthe more the attractiveness of God's love that always move our hearts to be inlove with Him and to love our fellow brothers and sisters as well. The Lord firstrevealed Himself to us humans. The quality and power of the expressions of Hislove are beyond the one of ours, simply because God incarnates in us. Throughincarnation He purifies, empowers and perfects our lives in the world. Hereveals Himself in order to sanctify the world and all of us. To the Israelites,God had revealed Himself as the Lord who was so kind and merciful to them fortheir obedience and faithfulness. But He also became the Lord who had punishedthis people because of their ungratefulness and sinfulness. Jesus also made Hislisteners to understand Him through His various ways of preaching or teaching.He uses parables, so that His listeners understand that He is so concernedabout those who are humble, suffering, alienated and persecuted. He also opensthe mind of those who are great, powerful, rich, proud, and smart but they arenot willing to accept and understand Him. So we have a duty tobe always ready to understand the Lord who reveals Himself through His wordsand deeds that help our faith grow. But we also have the same important task tomake our neighbors understand us for the witnesses of our faith. This is alsothe way we serve others. Let's pray. In the name of the Father... O Lord Jesus Christ, help us to always have good understanding about Youand our neighbors. Our Father who artin heaven ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Kamis dalam pekan ke-16 masa biasa, 24 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 23, 2025 9:45


    Dibawakan oleh Oliva Ivania dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 19: 1-2.9-11.16-20b; Mazmur tg T. Dan 3: 52.53.54.56; Matius 13: 10-17.CARA UNTUK MENGERTI DIA           Renungan kita pada hari ini bertema: Cara Untuk MengertiDia. Ada tiga gadis jatuh cinta kepada satu pemuda yang hampir seumur denganmereka. Masing-masing gadis berusaha tampil sebaik mungkin untuk memenangkanpujaan hatinya itu. Kadang mereka bersaing kurang sehat karena yang satumenonjolkan kejelekan teman yang lain. Kadang-kadang mereka bersaing sehat danpositif seperti menunjukkan siapa dirinya sebenarnya.  Pemuda itu juga mempunyai strategi untuk tampil secarapositif kepada masing-masing gadis yang menyukainya. Sekian waktu berjalan,masing-masing dari mereka menjadi bosan dan lelah. Khususnya ketiga gadis itu,masing-masing dari mereka justru bingung tentang siapa sesungguhnya yang pantasdipilih, karena tidak mungkin ketiga-tiganya dipilih. Mereka bertigaberdiskusi, dan mereka akhirnya sepakat bahwa pemuda itu mempunyai caranyasendiri untuk memilih satu yang dicintainya.  Ilustrasi ini menunjukkan seperti apa cinta itudiungkapkan. Ungkapan diri seseorang tentu memiliki kekhasan sehingga oranglain yang mendapatkan kesannya tentu sesuai dengan daya tariknya. Seorangpemain gitar tampil begitu berbakat, maka mereka yang mempunyai kesukaan denganmusik tertarik kepadanya. Ungkapan diri seseorang itu bertujuan untuk membuatorang lain mengerti tentang dia dan mendukung dia. Kalau hal ini merupakan tindakan manusia yang layak untukdiapresiasi, justru tindakan kasih Tuhan jauh lebih meyakinkan dan menarikperhatian kita. Ia telah lebih dahulu mengungkapkan diri-Nya kepada manusia.Kualitas dan kekuatan ungkapan cinta-Nya jauh melebihi manusia, karena Tuhanitu berinkarnasi. Ia membuat yang suci, mulia dan sempurna masuk ke dalam hidupkita di dunia. Ia mengungkapkan diri untuk menguduskan dunia dan kita semua.  Kepada bangsa Israel, Allah mengungkapkan diri-Nya sebagaiTuhan yang berbaik hati ketika umat-Nya taat dan beriman dengan benar, tetapijuga Tuhan yang menghukum kalau mereka melawan dan berbuat dosa. Yesus jugamembuat para pendengar-Nya mengerti Dia melalui pengajaran-Nya. Ia memakaiperumpamaan-perumpamaan, agar mereka mengerti bahwa Ia sangat memperhatikanmereka yang sangat membutuhkan. Ia juga membuka pemahaman kepada orang-orangbesar, penguasa, kaya, congkak, namun mereka tidak rela menerima dan mengertiDia.  Jadi kita memiliki tugas untuk selalu ingin mengerti Tuhanyang mengungkapkan diri-Nya melalui firman-Nya dan ungkapan iman kita. Tetapikita juga mempunyai tugas yang sama pentingnya yaitu membuat sesama kita dapatmengerti kita. Ini adalah juga cara kita melayani orang lain. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan YesusKristus, bantulah kami untuk selalu memiliki pengertian yang baik. Bapa kamiyang ada di surga... Dalam nama Bapa...

    Reading and meditation on the Word of God on Wednesday of the 16th week in ordinary time, July 23, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 22, 2025 7:55


    Delivered by Ria from the Parish of Good Shepherd in the Diocese of Surabaya, Indonesia. Exodus 16: 1-5.9-15; Rs psalm 78: 18-19.23-24.25-26.27-28; Matthew 13: 1-9.HUNGRY FOR THE WORD OF GOD The title for our meditation today is:Hungry For The Word of God. There was a 5th grade elementary school boyapproached the Pastor after the Holly Mass was celebrated. In his homily, thePastor described how the hearts and minds of human beings are like fertile soilwhich is hungry for planting crops. The boy said to the Pastor in this way:"Earlier before Mass I felt hungry, but after hearing the Pastor's sermonand until the Mass finished I do not feel hungry anymore." The priest then said to a number ofpeople who were there, that if all the people who attend the worships andcelebration of the sacraments, have the attitude like that elementary schoolboy, our Church would be an ideal Church desired by the Lord Jesus. Because Godalways says, as stated in the scriptures, whoever is hungry for Him and comesto get food from Him, he will not be anymore hungry.  When the Lord Jesus says that"The seed that falls on good soil produces hundredfold fruits", Hewants to teach us about hunger for the Word of God. Good and fertile soil is asymbol of ourselves as individuals and groups both in families and incommunities. That elementary school boy is a representation of all of us, whichmakes the Word of God a special gift of God that is poured out and falls intous, and is expected to grow there. How God's word can grow and ultimatelymultiply, as we all know, then eventually bear fruits? A growth that gives noresults, just like the fruitless fig tree that the Lord cursed. We really needsupporting factors in order to provide growth and give the expected results. Inthis reflection we can mention a number of these factors. First, in various spiritual activitiesthat serve the Word of God, our most fundamental attitude needs to bemanifested, that is our feeling of hunger for the Word of God. We depart fromthe conditions and life experiences that show we are hungry and really want tobe given spiritual food. Without feeling hungry, one can be considered asinfertile land. Furthermore, in order to have satisfaction and to provideenergy for our continual growth, we need two qualities, namely understandingand practice the Word of God. The ability to understand the word ofGod requires us to listen carefully and earnestly. The ability to carry out theWord of God requires us to understand correctly, continually and  in relevance with our real lives. Be yourselfhungry for God's Word. Let's pray. In the name of theFather... O God, may the word of Jesus Christ Your Son grow and bear fruitalways in us. Hail Mary full of grace ... In the name of the Father...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Rabu dalam pekan ke-16 masa biasa, 23 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 22, 2025 8:33


    Dibawakan oleh Erna Lolan dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 16: 1-5.9-15; Mazmur tg 78: 18-19.23-24.26.27-28; Matius 13: 1-9.LAPAR AKAN SABDA TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Lapar Akan Sabda Tuhan. Seoranganak SD kelas 5 menghampiri pastor setelah Misa baru saja dirayakan. Di dalamhomilinya, Pastor menggambarkan hati dan pikiran manusia seperti tanah suburyang lapar untuk ditanami tanaman-tanaman. Anak lelaki itu berkata kepadaPastor: “Tadi sebelum Misa aku rasa lapar, tapi setelah mendengar Pastor kotbahdan sampai selesai Misa aku tidak merasa lagi lapar”.  Pastor itu kemudian berkata kepada sejumlah orang yang berada di situ,bahwa jika semua umat yang menghadiri ibadat dan perayaan sakramen-sakramen, mempunyaisikap seperti bocah SD itu, Gereja kita akan menjadi sebuah Gereja ideal yangdiinginkan oleh Tuhan Yesus. Karena Tuhan selalu berkata, seperti yangdiberitakan di dalam kitab suci, barang siapa lapar akan Dia dan datang untukmendapatkan makanan daripada-Nya, ia tidak akan lapar lagi.  Ketika Tuhan Yesus berkata bahwa “Benih yang jatuh di tanah yang baikmenghasilkan buah seratus ganda”, Ia hendak mengajarkan kita tentang rasa laparakan Sabda Tuhan. Tanah yang baik adalah sebuah simbolisasi diri kita sebagaipribadi dan kelompok entah sebagai keluarga entah di dalam komunitas. Anak SDtadi adalah representasi diri kita semua, yang menjadikan Sabda Tuhan sebagaikarunia Tuhan istimewa yang tercurah dan jatuh ke dalam diri kita, dandiharapkan untuk tumbuh di situ. Setiap kondisi diri dan hidup kita hendaknyaselalu lapar akan sabda Tuhan. Bagaimana firman Tuhan dapat tumbuh dan akhirnya memberikan hasil berlipatganda, seperti kita semua tahu, Tuhan menginginkan ada hasilnya. Suatupertumbuhan yang tidak memberikan hasil, sama seperti pohon ara tidak berbuahyang dikutuk oleh Tuhan. Oleh karena itu diperlukan faktor pendukung supayamemberi pertumbuhan dan membawa hasil yang diharapkan. Di dalam renungan inikita dapat menyebutkan beberapa faktor tersebut. Yang pertama, di dalam berbagai aktivitas rohani yang menyajikan FirmanTuhan, sikap kita yang paling mendasar perlu diwujudkan dalam rasa lapar akan siramanFirman Tuhan. Kita berangkat dari kondisi dan pengalaman hidup yang menunjukkanbahwa kita sedang lapar dan sangat ingin diberikan santapan rohani. Tanpa rasalapar, seseorang dapat dianggap sebagai tanah yang kurang subur. Selanjutnya,supaya kepuasan didapatkan dan memberikan energi sehingga kita dapat terustumbuh, sangat diperlukan dua kemampuan dari kita, yaitu memahami danmelaksanakan Sabda Tuhan. Kemampuan memhami firman Tuhan meminta kita untuk mendengarkan dengan baikdan bersungguh-sungguh. Kemampuan untuk melaksanakan Sabda Tuhan meminta kitauntuk memahami secara benar, utuh dan relevan dengan hidup kita yang nyata.Jadilah dirimu selalu lapar akan Firman Tuhan. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Allah, semoga firman Yesus Kristus Putra-Mutumbuh dan berbuah selalu di dalam diri kami. Salam Maria penuh rahmat ...Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Tuesday of the sixteenth week in ordinary time, July 22, 2025, Feast of Saint Mary Magdalene

    Play Episode Listen Later Jul 21, 2025 7:26


    Delivered by Gabriela Natani from the Parish of Good Shepherd in the Diocese of Surabaya, Indonesia. Song of Songs 3: 1-4a; Rs psalm 63: 2.3-4.5-6.8-9; John 20: 1.11-18.TAKING PART IN THE LOVE OF CHRIST Our meditation today is entitled:Taking Part in the Love of Christ. Why does the scripture say that love isdemanding? This term “demanding” or insisting requires having a target to beachieved which means one's obligation to act wholeheartedly to make the targetrealized. This is different from being forced, because people who are forced donot understand the target and do not have determination to act. There is onlycompulsion. Today we celebrate the feast of SaintMary Magdalene. She is a Jewish woman and is said to be so close with Jesus.She was the first person and woman to see and meet the risen Jesus. This veryclose relationship can be a learning of love for us. The principle that wedearly hold is the love of Jesus, which is the self-offering for the goodnessand salvation of his neighbors. The act of love demands at the righttime and place. For the most part, perhaps 90 percent conceives the desire andloving motivation that encourage someone to love, while the remaining 10percent maybe contain doubts, fear, shame, confusion, lack of understanding orsimply the expression of "then see what happens". Mary Magdalenerepaid all of Jesus' love in her imperfect condition. The ultimate was when shewas so sad searching for Jesus' body at the tomb, and she was rather difficultto recognize the risen Jesus before Jesus himself called her name. In thissituation, love tends to demand, which in turn affects her so that Maryimmediately recognizes that it is the risen Lord. Mary Magdalene certainly learned a lotabout the love of Christ. In her various actions after following Christ, sherevealed the part of love that she took from her Master. In general she wasloyal to Christ and remained in His company, especially when her teacher diedon the cross, grieved to look for him at the tomb and finally found him. Buther most prominent expereince of love from Jesus Christ is that she had alljoy, encouragement, enthusiasm, truth and sincerity to proclaim to thedisciples, "I have seen the Lord". By doing like this, Mary Magdalenewants to inspire the apostles and all of us and to challenge us: come on, I'vetaken my share of the love of our Teacher, Jesus Christ, so it's your turn totake part in Jesus' love. Don't let His love useless, rejected or taken forgranted. The question to be reflected is: Have I taken part in the love ofChrist and what part of it that is in my life today? Let's pray. In the name of theFather ... Thank you Lord Jesus Christ for the teaching of Your love that areso great for us and open the door for us to take part in Your love. Glory tothe Father and to the Son and to the Holy Spirit ... In the name of the Father...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Selasa dalam pekan ke-16 masa biasa, 22 Juli 2025, Pesta Santa Maria Magdalena

    Play Episode Listen Later Jul 21, 2025 10:18


    Dibawakan oleh Eland Parera dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Kidung Agung 3: 1-4a; Mazmur tg 63: 2.3-4.5-6.8-9; Yohanes 20: 1.11-18.MENGAMBIL BAGIAN DALAM CINTA KASIH KRISTUS Renungan kita pada hari ini bertema: Mengambil Bagian Dalam Cinta KasihKristus. Mengapa kitab suci berkata bahwa cinta kasih itu menuntut? Istilahmenuntut memiliki target pencapaian yang berkaitan dengan kewajiban seseoranguntuk berbuat dalam tekat untuk sampai pada target itu. Ini berbeda darimemaksa, karena orang yang terpaksa tidak mengerti sebuah target dan tekatnyadalam berbuat tidak nampak. Yang ada hanyalah keterpaksaan.  Hari ini kita rayakan pesta Santa Maria Magdalena. Ia adalah wanita Yahudi yanghidup pada zaman Yesus dan yang punya kedekatan dengan Yesus. Maria Magdalenaadalah orang dan wanita pertama yang menyaksikan Yesus bangkit. Hubungan yangamat dekat ini dapat menjadi pembelajaran cinta bagi kita. Patokan kita ialahcinta kasih Yesus, yaitu persembahan diri bagi kebaikan dan keselamatansahabatnya.  Pada saat dan waktu yang tepat perbuatan cinta itu menuntut. Sebagianbesar, mungkin 90 persen keinginan dan keyakinan mencintai itu mendorongseseorang untuk mencintai, sementara sisanya 10 persen mungkin berisi keraguan,takut, malu, bingung, kurang paham benar atau prinsip “nanti baru lihat sepertiapa jadinya”. Maria Magdalena membalas semua cinta kasih Yesus dalam kondisiyang tidak sempurna. Puncaknya ialah ketika ia ketakutan dalam mencari jenasahYesus di makam, dan agak sulit mengenali Yesus yang bangkit sebelum Yesussendiri memanggil namanya. Dalam situasi seperti inilah, cinta itu cenderungmenuntut, yang dengan itu mempengaruhi supaya Maria segera mengakui bahwa ituadalah Tuhan yang bangkit. Maria Magdalena tentu sudah belajar banyak tentang cinta kasih Kristus.Dalam aneka perbuatannya setelah mengikuti Kristus, ia ungkapkan bagian cintakasih itu yang telah diambil dari Gurunya. Umumnya ia memiliki kesetiaan dalammengikuti Kristus hingga mendampingi-Nya saat Gurunya itu wafat di salib,bersedih mencarinya di makam dan akhirnya menemukan Dia. Namun yang palingmenonjol aspek cinta kasih yang diambil dari Yesus Kristus ialah memiliki sukacita, keberanian, semangat, kebenaran dan ketulusan untuk mewartakan kepadarekan-rekannya, bahwa “Aku telah melihat Tuhan”.  Dengan bertindak seperti ini, Maria Magdalena ingin menginspirasi pararasul dan kita semua, seolah-olah menantang kita: ayolah, aku sudah ambilbagianku dari cinta kasih Guru kita, Yesus Kristus, maka kini giliran kalianuntuk ambil bagian dari cinta kasih Yesus itu. Jangan biarkan tebaran cintakasih Yesus Kristus itu sia-sia saja, tanpa disukai dan diambil. Pertanyaanrefleksi bagi kita ialah: Sudahkah saya mengambil bagian dalam cinta kasihKristus itu dan bagian apakah itu yang sedang saya hayati sekarang di dalamhidup saya?  Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Terima kasih ya Tuhan Yesus Kristus atas ajarancinta kasih-Mu yang begitu besar dan membuka pintu bagi kami untuk mengambilbagian di dalamnya. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalamnama Bapa...

    Reading and meditation on the Word of God on Monday of the sixteenth week in ordinary time, July 21, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 20, 2025 6:28


    Delivered by Kristiana Lengkong from the Parish of Saint Theresia in the Archdiocese of Jakarta, Indonesia. Exodus 14: 5-18; Rs psalm 15: 1-2.3-4.5-6; Matthew 12: 38-42.UNFAITHFULNESS The title for our meditation today is: Unfaithfulness.There was a man who had a job to work outside the city for three to six months.During this time he did not return to his home and family. Communication withhis wife and children was done via online messages and video calls. When he returned home after finishing the job, hefound out that almost everything in the house was normal and good, except forhis two beloved dogs who were no longer familiar with him. The two dogs reallyignored him, even though he wanted to play with them. His youngest son, eightyears old, said to him in this way: "The problem is you haven't been closeand played with them, so they have become strangers to you." Infidelity that happens in our relationship is causedby many factors, and one of them is that people are not close to each other.They do not communicate, there is no news shared and there is no sharing ofattention between them. This also happens between us and the Lord. There is along history about people who have been unfaithful to God where in the end theymust be subjected to the punishment imposed on them because of theirinfidelity. The Lord Jesus was sent by the Father into the world to bring themback to faithfulness and true faith. The people of God, and especially theIsraelites, were expected to be the first to renew this broken relationship andto walk on the new way initiated by Jesus Christ. However, they did not even want to know andacknowledge Jesus. They asked for signs that could help them to believe in Him.This is why Jesus gave them a very strong reaction. They openly opposed God byrejecting and not recognizing that Jesus was sent by God, whom they believedaccording to the faith of their fathers. This is a great sin of unfaithfulness.They preferred such worldly things like money, position, flesh, pleasure,social status and fame. Then, God alone and His teachings brought by Jesus of Nazarethwas not their priority. According to our Lord Jesus Christ, this is a sinagainst the Holy Spirit, and it will never be forgiven. The temptation to deny God by not making Him ourpriority in life is really very big. In general there are three greattemptations that threaten us anytime and anywhere in this world, namely money,power and flesh. The holy Scriptures always say that we need to be sincereabout ourselves. Whether we can overcome the temptation or we are alwaysovercome by it, the world around us is the witness. If we stay with God and letourselves be guided by the Holy Spirit, we are the ones who overcome temptation. Let's pray. In the name of the Father ... Our almighty God,may Your Spirit help us to be faithful always in the way of Your Son JesusChrist, and keep us from all temptations that cause us to be away from Yourpath. Hail Mary full of grace ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Senin dalam pekan ke-16 masa biasa, 21 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 20, 2025 9:41


    Dibawakan oleh Oliva Ivania dan Hendrik Monteiro dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 14: 5-18; Mazmur tg 15: 1-2.3-4.5-6; Matius 12: 38-42.KETIDAKSETIAAN Tema renungan pada hari ini ialah: Ketidaksetiaan. Adaseorang lelaki mendapat tugas dari perusahaan untuk bekerja jauh dari rumah dandi luar kota selama tiga sampai enam bulan. Selama waktu tersebut ia tidakkembali ke rumah dan keluarganya. Komunikasi dengan sang istri dan anak-anaknyatetap dilakukan melalui pesan-pesan singkat online dan telepon video.  Pada saat ia kembali ke rumah setelah tugas tersebut,hampir semua keadaan di rumah normal dan baik, kecuali dua anjing kesayangannyayang sudah tidak akrab lagi dengannya. Kedua anjing sangat tidakmenghiraukannya, meskipun ia ingin bermain-main dengan mereka. Anak bungsunyayang berusia delapan tahun berkata kepada: "Masalahnya Bapak sudah lamatidak dekat dan bermain dengan mereka, maka mereka menjadi asing denganBapak."   Banyak faktor di dalam hidup kita yang menjadi penyebabtidak setia di antara kita, dan salah satunya ialah orang-orang tidak dekatsatu sama lain, tidak berkomunikasi, tidak ada berita dan tidak ada perhatiandi antara mereka. Hal ini juga terjadi antara manusia dengan Tuhan Allah. Adasejarah panjang dan banyak tentang manusia yang tidak setia dengan Tuhan yangberakibat pada hukuman dijatuhkan kepada mereka yang tidak setia. Tuhan Yesusdiutus Bapa ke dalam dunia untuk mengembalikan mereka kepada kesetiaan dan imanyang benar. Umat beriman, dan khususnya Israel diharapkan sebagai yang pertamamemperbaiki hubungan yang telah rusak ini. Tetapi mereka malah tidak mau mengenal dan mengakui Yesus.Mereka meminta tanda-tanda yang menurut mereka harus membuat mereka percaya.Ini yang membuat Yesus melawan mereka dengan tegas. Mereka denganterang-terangan melawan Tuhan karena menolak dan tidak mengakui bahwa Yesusadalah wujud Allah sendiri yang mereka percaya. Ini adalah dosa ketidaksetiaanyang amat besar. Mereka lebih memilih materi, uang, posisi, kenikmatan daging,status sosial, ketenaran, lalu Tuhan dilupakan. Menurut Yesus sendiri, dosa iniadalah dosa melawan Roh Kudus, dan tidak dapat diampuni.  Godaan untuk menyangkal Tuhan dengan menjadikannya bukanutama dan prioritas di dalam hidup kita sungguh sangat besar. Pada umumnya adatiga godaan besar yang mengancam kita setiap saat dan di mana saja, yaituharta, kekuasaan dan nafsu kedagingan.  Pesankitab suci yang selalu kita terima mengatakan bahwa kita perlu tulus tentangdiri kita: apakah kita dapat mengalahkan godaan itu atau sebaliknya kita yangselalu dikalahkan olehnya, karena dunia di sekeliling kita menjadi saksinya.Kalau kita tetap bersama Tuhan dan memberikan diri dibimbing Roh Kudus, kitayang mengalahkan godaan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa...Tuhan maha kuasa,semoga Roh-Mu membantu kami untuk senantiasa setia di jalan Putera-Mu YesusKristus, dan jauhkanlah kami dari segala godaan yang menyebabkan kami semakinjauh dari jalan-Mu. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...

    Readings and meditation on the Word of God on the 16th Sunday in ordinary time, July 20, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 19, 2025 11:01


    Delivered by Jonathan Axel, Jovinson Tansil and Grace Larope from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral in the Archdiocese of Makassar, and Everine Lo from the Parish of Saint Theresia in the Archdiocese of Jakarta, Indonesia. Genesis 18: 1-10a; Rs psalm 15: 2-3ab.3cd-4ab.5; Colossians 1: 24-28; Luke 10: 38-42.GOD TEACHES US TO ACCEPT The title for our meditation today is:God Teaches Us To Accept. According to our faith, God is the first to act ordo. God creates, loves, chooses, sends, and helps; all these happen to us whenGod in the first time and place takes initiative and action. Then we can raisethis question: Why does God first initiate and act, and not we? The answer isbecause if we humans are the first to act, then God becomes inferior while the creationis superior to him.  As we deal with this theme: God is teachingus to accept, we want to pay attention especially to human actions. Someone whowelcomes or receives an invitation from God, he is actually showing a veryfundamental act of faith. The baptism that we have received to make usdisciples of Jesus, departed from the initiative of God who called or came tous. He then brought us to faith. This basic call or invitation becomes thepoint of departure of all kinds of God's calling and will to us, which alwaysask for our willingness to accept. We can mention a number of teachingsto accept, beginning from our fundamental vocation to become believers who havefaith in Jesus Christ. In this life, accepting responsibility, duty and missionis a calling that complements our fundamental calling as believers. In the bookof Genesis today, Abraham's family and especially wife Sarah, accepted a newresponsibility. She was blessed with the dignity of a mother, who wouldconceive and bear a child for Abraham and certainly for God also. Every one ofus is encouraged to accept responsibility, duty and mission with gratitude andmake it a challenge to be realized in accordance with God's will. In addition to responsibilities andassignments, we are also taught to accept the fruits of our works. A workoutcome can be satisfying, it can also be disappointing. The teaching for us asSaint Paul reveals in the second reading today is that no matter how the workis may be in suffering or the cross, we must continue to accept it openly andthankfully. We must dedicate to God our work and its result. The next teachingto accept is our ability to accept criticism, improvements, corrections, andmaybe even strong rebuke. A criticism like what Jesus gave to Martha is quite alesson for us about focusing on the growth of our faith and calling. When acriticism or rebuke made by comparing our bad or less qualified actions tothose of our neighbors, we must see it as something hard that pushes us tochange. We should to put into practice all these teachings to accept and not tounderestimate or resist them. Let's pray. In the name of theFather ... O Lord Jesus, strengthen our faith to accept and put into practicethe Father's will for us. Hail Mary full of grace ... In the name of theFather...

    Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Minggu Biasa ke-16, 20 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 19, 2025 14:54


    Dibawakan oleh Oliva Ivania, Eland Parera, Meri Kaona dan Hendrik Monteiro dari Komunitas Kongrgasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Kejadian 18: 1-10a; Mazmur tg 15: 2-3ab.3cd-4ab.5; Kolose 1: 24-28; Lukas 10: 38-42.TUHANMENGAJARKAN KITA MENERIMA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Tuhan Mengajarkan Kita Menerima.Dalam keyakinan iman kita, Tuhan Allah adalah yang pertama bertindak atauberbuat. Tuhan menciptakan, mencintai, memilih, menugaskan, dan menolong; semuaitu Ia berinisiatif dan berbuat pada tempat dan waktu yang pertama. Lalu kitadapat bertanya: Mengapa Tuhan yang pertama berbuat, dan bukan kita? Jawabannyaialah karena kalau kita manusia yang pertama berbuat, berarti Tuhan menjadipihak yang lemah dan ciptaan-Nya yang justeru lebih kuat.  Dalam kaitan dengan tema ini: Tuhan mengajarkan kita menerima, kita inginmemberi perhatian terutama kepada perbuatan manusia. Seseorang menyambut danmenerima undangan dari Tuhan merupakan suatu perbuatan iman yang sangatfundamental. Pembaptisan yang kita terima untuk menjadikan kita murid-muridYesus, berangkat dari inisiatif Tuhan yang memanggil atau mendatangi kita. Iakemudian membawa kita kepada iman. Panggilan dan undangan dasar ini menjadipokok bagi semua bentuk panggilan dan kehendak Tuhan yang selalu memintakerelaan kita masing-masing terpanggil untuk menerimanya. Kita dapat menyebutkan beberapa ajaran untuk menerima, berangkat daripanggilan utama kita yaitu menjadi orang-orang beriman, yang percaya kepadaKristus. Di dalam hidup kita, menerima tanggung jawab, tugas dan perutusanadalah suatu panggilan yang melengkapi panggilan dasar sebagai orang-orangberiman. Di dalam kitab kejadian hari ini, keluarga Abraham dan terutama Sarah,menerima sebuah tanggung jawab baru. Ia dikaruniai martabat sebagai ibu yangakan mengandung dan melahirkan anak bagi Abraham dan juga bagi Tuhan. Kitamasing-masing diajarkan untuk menerima tanggung jawab, tugas dan perutusandengan bersyukur dan menjadikannya sebagai tantangan untuk diwujudkan sesuaidengan yang dikehendaki oleh Tuhan. Selain tanggung jawab dan tugas, kita diajarkan juga untuk menerima hasilpekerjaan-pekerjaan kita. Sebuah hasil pekerjaan bisa memuaskan, bisa jugamengecewakan. Ajaran bagi kita disampaikan melalui Santo Paulus, bahwabetapapun hasil kerja itu berupa suatu penderitaan atau salib, kita mesti tetapmenerimanya dengan terbuka dan bersyukur. Kita hendaknya persembahkan pekerjaandan hasilnya kepada Tuhan. Ajaran untuk menerima yang berikutnya, ialahkemampuan kita untuk menerima kritikan, perbaikan, koreksi, bahkan mungkinteguran yang keras. Sebuah kritikan seperti yang diberikan Tuhan kepada Marta,cukup menjadi pelajaran bagi kita tentang memberikan fokus pada pertumbuhaniman dan panggilan hidup kita. Sebuah kritikan atau teguran denganmembandingkan diri kita yang kurang baik dari sesama atau saudara kita, pastisebagai sesuatu pelajaran yang jelas dan tegas. Semua ajaran untuk menerima iniperlu kita jalankan, dan bukan untuk diremehkan atau diabaikan.Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan Yesus, kuatkanlah iman kami untukmenerima dan menjalankan kehendak Bapa. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam namaBapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Saturday of the fifteenth week in ordinary time, July 19, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 18, 2025 7:00


    Delivered by Amelia from the Parish of Saint Francis Xavier in the Archdiocese of Kuala Lumpur, Malaysia. Exodus 12: 37-42; Rs psalm 136: 1.23-24.10-12.13-15; Matthew 12: 14-21.WE ACCEPT CONTRADICTION The title for our meditation today is:We Accept Contradiction. In a country that consistently organizes democraticactivities both large and small, the processes and dynamics of these activitiesconsistently display contradictions. All matters related to differing politicalviews and orientations create conflict among citizens and potentially lead tohostility. These contradictions can fade and transform into bright hope when aculture of harmonious and peaceful coexistence is consistently prioritized. One aspect that supports this progressis a positive attitude to accept the fact of the differences among citizens isa given reality and to address each form of contradiction with wise and healthyattitudes. Generally there are two kinds of attitudes in facing contradictionsor conflicts, namely opposing and accepting them. If people opposecontradictions it is actually a negative attitude, because in essence they donot recognize and accept differences. Any different parties must be opposed andif necessary eliminated. So what happens is the force of will and power that comesfrom one party only. Whereas those who accept contradictionis actually those with positive attitude, because the point is that everyoneand group recognize that there are differences between them. But they have oneprinciple in common, that they must live together and consider each other asneighbors. That is something always sought and fought for a better citizenshipand certainly also throughout the world, which is inhabited by various types ofgroups and cultures. The simple question is: are each and every potentialcontradictory difference created by God? The definitive answer is yes, becausefrom the beginning God created every unique person and group. This is further confirmed by JesusChrist with His main mission in the world that is to bring truth, justice,liberation and salvation to all mankind. What happened to Moses and theIsraelites in Egypt, is clearly a contradiction between the two camps, and eachwas an independent nation. The fact that the two nations are different and onebasically accepted and acknowledged another. The fruit of this was the liberationobtained by the Israelites and the Egyptians must be obliged to give it. TheLord Jesus is truly present in the world as the bearer and source of truth.Although He is seen as a sign of contradiction, the wisdom for all of us is toacknowledge and accept Him. The world deserves Him as th God toall men, healer of all pains in all ages, principal judge of injustices,redeemer of sinners, and God who saves. The acknowledgment and acceptance ofJesus continues to this day. The world acknowledges and praises Him. Let's pray. In the name of theFather ... Oh Jesus, teach us always to humbly accept all the differences inour lives and to respond correctly to every contradiction that happens. OurFather who art in heaven ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Sabtu dalam pekan ke-15 masa biasa, 19 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 18, 2025 10:03


    Dibawakan oleh Erna Lolan dan Hendrik Monteiro dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 12: 37-42; Mazmur tg 136: 1.23-24.10-12.13-15; Matius 12: 14-21.KITA MENERIMAKONTRADIKSI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Kita Menerima Kontradiksi. Di dalamsebuah negara yang selalu mengadakan kegiatan-kegiatan secara demokratis dalamkonteks besar dan kecil, proses dan dinamika kegiatan itu selalu menampakkankontradiksi. Semua hal terkait dengan perbedaan pandangan dan haluan politikmenghadirkan pertentangan antara sesama warga negara dan berpotensi padapermusuhan di antara mereka. Kontradiksi itu dapat menjadi semakin pudar dan berubahmenjadi suatu harapan yang cerah ketika kultur hidup bersama yang harmonis dandamai selalu diberi prioritas. Satu faktor yang mendukung kemajuan ini ialah adanya sikap positif untukmenerima kenyataan bahwa perbedaan-perbedaan dan menyikapi setiap bentukkontradiksi secara bijak dan sehat. Umumnya ada dua macam sikap dalammenghadapi pertentangan atau kontradiksi, yaitu menentangnya dan menerimanya.Kalau orang menentang kontradiksi sebenarnya merupakan sikap negatif, karenapada intinya mereka tidak mengakui dan menerima perbedaan. Pihak yang berbedaharus dilawan dan bila perlu ditiadakan. Sehingga yang terjadi ialah pemaksaankehendak dari satu pihak saja. Sedangkan orang yang menerima kontradiksi sebenarnya ialah sebuah sikappositif, karena intinya ialah setiap orang dan kelompok mengakui bahwa diantara mereka ada perbedaan. Namun mereka memiliki satu prinsip sama yaituharus hidup bersama dan menganggap satu sama lain sebagai sesama. Hal itulahyang selalu diusahakan tumbuh semakin baik di dalam negeri kita dan tentu jugadi seluruh dunia, yang dihuni oleh aneka macam jenis atau kelompok manusia.Pertanyaan sederhana ialah: setiap dan semua perbedaan yang berpotensikontradiksi ini apakah diciptakan oleh Tuhan? Jawaban yang pasti ialah ya,karena sejak awal Tuhan menciptakan setiap orang dan kelompok unik. Hal ini semakin dipertegas oleh Yesus Kristus dengan misi utama-Nya didunia ialah membawa kebenaran, keadilan, pembebasan dan keselamatan bagisegenap umat manusia. Apa yang terjadi dengan Musa dan bangsa Israel di Mesir,jelas sebagai sebuah kontradiksi antara dua kubu, masing-masing sebagai bangsa.Kejadian itu sudah benar diterima dan diakui, sehingga terjadi pembebasan, yangharus melalui suatu proses untuk saling menerima kenyataan. Tuhan Yesus sungguhhadir di dalam dunia sebagai pembebas dan pembawa kebenaran. Meski dipandangsebagai tanda kontradiksi, nasihat utama bagi kita ialah harus mengakui danmenerima-Nya. Dunia pantas menerima Dia sebagai: Tuhan bagi segenap manusia, penyembuhsegala sakit dalam segala zaman, pengadil utama bagi ketidakadilan, penebusbagi yang berdosa, dan Allah yang menyelamatkan. Pengakuan dan penerimaan diriYesus berlangsung sampai saat ini. Dunia mengakui dan memuji Dia. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Yesus, ajarilah kami selalu untuk dengankerendahan hati menerima semua perbedaan dalam hidup kami dan menyikapikontradiksi-kontradiksi yang terjadi secara benar. Bapa kami yang ada di surga... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Friday of the fifteenth week in ordinary time, July 18, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 17, 2025 6:17


    Delivered by Monika Kimberly from the Parish of Good Shepherd in the Diocese of Surabaya, Indonesia. Exodus 11: 10 - 12: 14; Rs psalm 116: 12-13.15-16bc.17-18; Matthew 12: 1-8.I DESIRE MERCY, NOT SACRIFICE The title for our meditation today is:I Desire Mercy, Not Sacrifice. There are two different things here, namely theacts of compassion desired by the Lord Jesus on the one hand, and the offeringswhich implemented in the worship of the Jews as an expression of their faith inGod on the other hand.  The simple question would be what isthe difference between these two? The most obvious thing we can mention is thatto make an offering is a priority of human action. This is about how and inwhat form humans offer something to God. We remember Cain and Abel's offeringwhich led to the murder of Abel by Cain. We also remember the offering of thepoor widow in the temple that made Jesus praised the widow and criticized thewealthy people in general. In short, the offering as a human actis very dependent on the free will, choice or taste of every person. That iswhy offerings can be arranged or institutionalized to ensure the fulfillment ofinterests for the authorities or leaders, then the rules are made to supportit. There is an amount that must be fulfilled, for example the offering must beone tenth of someone's income. Burnt sacrifices and offerings must be numberedand the conditions of sacrificial animals are defective or not, and so on. The Lord Jesus Christ replacedeverything of sacrifice and offering with His own self-offering. This remainsas an act of offering, and more precisely a compassion which is an act ofmercy. This is really the act of God. The Father is compassionate and He lovesus so much that He gives His own Son to us. Jesus' act of compassion is shownin helping us and bringing salvation to us humans from all kinds of slavery tosin, evil and death. His only concern is our salvation and life in glory withthe Father. When the disciples were with the LordJesus, and especially on the moment they were starving and the safety of their livesshould be first prioritized, all forms of sacrificial rules and proceduresrespected in Jewish worship became secondary. Compassion or priority of humansafety as an act of God, must be superior to human actions in all forms ofworship rules and burnt offerings. Offering does not need to be removed fromour lives, meaning we still need it. But when compassion and mercy is needed,it should not be replaced by any form of sacrifices or offerings. Let's pray. In the name of theFather ... Strengthen and fill us with Your power, O God, so that we can give adue portion of compassionate deeds and elements of offerings that we can do inour journey of faith. Teach us to have true and honest faith. Glory to theFather and to the Son and to the Holy Spirit ... In the name of the Father  ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Jumat dalam pekan ke-15 masa biasa, 18 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 17, 2025 8:31


    Dibawakan oleh Eland Parera dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 11: 10 - 12: 14; Mazmur tg 116: 12-13.15-16bc.17-18; Matius 12: 1-8.AKU INGIN BELAS KASIH, BUKAN PERSEMBAHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Aku Ingin Belas Kasih, BukanPersembahan. Ada dua hal yang berbeda di sini, yaitu di satu pihak perbuatanberbelas kasih yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus, dan di lain pihakpersembahan-persembahan yang diutamakan dalam peribadatan orang-orang Yahudisebagai ungkapan iman mereka kepada Tuhan. Pertanyaannya ialah apa perbedaan antara masing-masing ini? Yang palingkentara dapat kita sebutkan bahwa untuk melakukan suatu persembahan, tindakanmanusia yang diutamakan. Ini adalah bagaimana dan dalam bentuk apa manusiamempersembahkan sesuatu kepada Allah. Kita mengingat persembahan Kain dan Habelyang berujung pada pembunuhan Habel oleh Kain. Kita mengingat juga persembahanderma janda miskin yang membuat Yesus memuji si janda dan mengritik orang-orangberpunya pada umumnya. Singkatnya, persembahan itu sebagai perbuatan manusia maka sangattergantung pada kehendak bebas atau pilihan atau selera masing-masing orang.Supaya persembahan bisa diatur atau dilembagakan untuk menjamin adanyapemenuhan keinginan pihak penguasa atau para pemimpin, peraturannya dibuat. Adajumlah yang mesti dipenuhi, misalnya derma harus sepersepuluh dari penghasilan.Korban bakaran dan sembelihan harus berjumlah sekian dan kondisi hewanpersembahan itu cacat atau tidak dan lain sebagainya.  Tuhan Yesus Kristus  menggantikansemuanya dengan persembahan diri-Nya sendiri. Ini tetap sebagai suatupersembahan, lebih tepatnya sebuah belas kasih. Ini sesungguhnya merupakanperbuatan Tuhan Allah. Bapa berbelas kasih dan sangat menyayangi kita manusiamaka Ia memberikan Anak-Nya sendiri bagi kita. Perbuatan Yesus dalam berbelaskasih ialah menolong dan menyelamatkan kita manusia dari segala bentukperbudakan dosa, kejahatan dan kematian.  Maka ketika para murid yang sedang bersama Tuhan Yesus, mereka kelaparandan harusnya keselamatan jiwa-raga mereka diutamakan dahulu, segala bentukaturan persembahan dan tata cara sabat yang dihormati di dalam peribadatanYahudi menjadi sekunder. Berbelas kasih atau pengutamaan atas keselamatanmanusia sebagai tindakan Allah, harus lebih superior atas tindakan-tindakanmanusia dalam segala bentuk aturan peribadatannya, yaitu persembahan yangmerupakan sekedar tindakan manusia. Persembahan tidak perlu dihilangkan darihidup kita, artinya kita tetap memerlukannya. Tetapi pada saat berbelas kasihitu diperlukan, jangan digantikan dengan sekedar memberikan persembahan. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Kuatkanlah dan penuhilah kami dengan kuasa-Muya Allah, supaya kami dapat memberikan porsi yang sebenarnya akan perbuatanberbelas kasih dan unsur persembahan yang dapat kami lakukan di dalam hidupiman kami. Ajarilah kami untuk beriman yang benar dan jujur. Kemulian kepadaBapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Thursday of the fifteenth week in ordinary time, July 17, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 16, 2025 9:49


    Delivered by Evelyn from the Parish of Holy Spirit in the Archdiocese of Singapore. Exodus 3: 13-20; Rs psalm 105: 1.5.8-9.24-25.26-27; Matthew 11: 28-30.KNOWING GOD BY HIS NAME The title for our meditation today is:Knowing God by His Name. Yesterday we reflected on the identity of God throughthe pronouncement of the name of the ancestors of Israel to Moses. By this wayMoses could immediately associate himself with his own ancestors and then beable to imitate their examples of the faith. Today, the book of Exodus leads us toknow God in His own name. This knowledge touches the very personal being ofGod, that is by mentioning His own name. To Moses God mentioned his name withthe expression: I am who I am. In this identification God revelas himself as asingle Godhead, a personal principle of God. The pronoun "I" refersto the wholeness in oneself and cannot be put together with something else toexplain or clarify it. For example, for me, I must say myname is Maria, I am a woman, I am a nun, I am a professional, I am part of thisfamily and so on. There are so many elements attached to me to explain what andwho I am. But God does not use these complementary elements because He isalready perfect, complete. So God calls himself "I" means that He isperfect and total. He is eternal. For the name "I" whichaffirms the principle of self, it does not refers to the selfishness of God.Only God can maintain this principle because He is almighty and omnipotent.With this superiority, Moses and all of us make as an opportune of bringingGod's superiority to face evil enemies and those who oppose His will, even todefeat those enemies. For us humans, an affirmation of oneself only, the ego orselfishness, it is actually a great weakness and evetually failure. Whendealing with works, challenges or even threat from enemies, this weakness isnot a big deal to face the problem. It is obvious our human ego is so differentfrom the ego of God. The "I" affirmation of Godis also carried out by the Son of God, Jesus Christ, especially when He alwayssays: Amen, I say to you. Here Jesus continues to declare the name of God inHis Word. Jesus never says in His teachings, saying: “Jesus says to you.” Thisaffirmation of "I" for Himself also means to bring all those who hearand believe come to Him, stay with Him and follow His way of life. Today, Jesusinvites us to come to Him to draw from His great mercy in this expression:"Come to Me, because I am meek and humble." Let us always believe andrely on God's name as I AM WHO I AM. Let's pray. In the name of theFather ... O good Lord, thank you so much for showing yourself to uspersonally, may we always rely on your love and power. Glory to the Father andto the Son and to the Holy Spirit ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Kamis dalam pekan ke-15 masa biasa, 17 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 16, 2025 11:03


    Dibawakan oleh Eland Parera dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 3: 13-20; Mazmur tg 105: 1.5.8-9.24-25.26-27; Matius 11: 28-30.MENGENALI TUHAN DENGAN NAMA-NYA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Mengenali Tuhan Dengan Nama-Nya.Kemarin kita diperkenalkan tentang diri Tuhan Allah dalam bentuk pemasangannama leluhur Israel pada diri Allah. Dengan cara ini Musa bisa langsungmengaitkan dirinya dengan leluhurnya sendiri lalu dapat meniru keteladanan imanpara leluhurnya. Hari ini kitab Keluaran mengantar kita untuk mengenal Allah dengan nama-Nyasendiri, jadi pengenalan ini sampai menyentuh diri Allah yang sangat pribadi,yaitu dengan penyebutan nama-Nya. Kepada Musa Allah menyebut namanya: Aku yangadalah Aku. Allah seperti ini adalah tunggal ke-Aku-an, satu prinsip pribadipada diri Allah itu. Kata ganti “AKU” menunjuk pada satu keutuhan pada diri itudan tak bisa dikenakan atau dipasang bersama sesuatu yang lain untukmenerangkannya. Misalnya, untuk diriku, saya mesti menyebut namaku Aleks, aku adalahlaki-laki, aku adalah biarawan, aku sebagai mahasiswa, aku bagian dari keluargaini dan masih banyak lagi. Ada begitu banyak unsur yang dilekatkan pada dirikuuntuk menjelaskan diriku itu apa dan siapa. Namun Allah tidak memakaiunsur-unsur pelengkap itu karena Ia memang sudah sempurna, lengkap. Jadi Allahmenyebut diri-Nya “AKU” berarti bahwa Ia sempurna dan total adanya. Ia abadiatau kekal.  Untuk nama “AKU” yang menegaskan prinsip diri sendiri, tidak bermakna egoisatau sombong pada diri Tuhan. Hanya Tuhan yang bisa menegaskan demikian karenaIa mahaesa dan mahakuasa. Dengan keunggulan ini, Musa dan kita semuamendapatkan anugerah untuk membawa keunggulan Tuhan untuk menghadapimusuh-musuh yang jahat dan yang melawan kehendak-Nya, bahkan sampai mengalahkanmusuh-musuh itu. Buat kita manusia, penegasan hanya pada diri sendiri, ego-nyaatau aku-nya saja, itu sangatlah lemah ketika berhadapan dengan pekerjaan,tantangan atau hadangan musuh. Jelas ini sangat berbeda dari ego-nya TuhanAllah. Penegasan “AKU”-nya Tuhan juga dilakukan oleh Putra Allah, yaitu YesusKristus, khususnya ketika Ia selalu berkata: Aku berkata kepada-mu. Di siniYesus meneruskan atau menyatakan nama Allah dalam bersabda. Yesus tak pernahmenyebut dirinya sendiri: Yesus berkata kepada-mu. Penegasan “Aku” untukdiri-Nya ini, juga berarti hendak membawa semua orang yang mendengar danpercaya datang kepada-Nya, tinggal bersama-Nya dan menghayati cara hidup-Nya.Pada hari ini Yesus mengajak kita untuk datang kepada-Nya untuk menimbahkekayaan belas kasih-Nya. “Datanglah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut danrendah hati.” Marilah kita selalu percaya dan mengandalkan nama Tuhan sebagaiAKU adalah AKU. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah yang mahabaik, terima kasih berlimpahkarena telah menunjukkan diri-Mu sebagai pribadi kepada kami, semoga kamiselalu mengandalkan ketunggalan dan kekuasaan-Mu. Kemuliaan kepada Bapa danPutra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Wednesday of the fifteenth week in ordinary time, July 16, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 15, 2025 7:28


    Delivered by Randy from the Parish of Christ the King in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Exodus 3: 1-6.9-12; Rs psalm 103: 1-2.3-4.6-7; Matthew 11: 25-27.RECOGNIZING GOD The title for our meditation today is:Recognizing God. Joice, a child of grade one was just a month in the primaryschool. In religion class, the pupils were taught to pray "OurFather" and other common prayers. They were asked by the teacher to writethe formula of Our Father's prayer. But Joice only wrote the title of theprayer "Our Father", then underneath she drew the face of a man:rather thick and curly hair, mustache and thin beard. The teacher then questioned why Joicedrew that face. The pupil answered: “I memorize the prayer of “Our Father” andI can wirte it well, but I want something more. I want to see the face of Godthe Father. Because I don't know the face of God, I better put the face of myown father. He is such a good father like God the Father”. Joice represents us the believers whowant to recognize God in a real way. But just like her, we actually havedifficulty to detemine what exactly His face. No human can do this, but JesusChrist who is the Son of God does it for us. Jesus' face is so familiar to us.Recognizing Him, seeing His face and meeting Him, is the same as experiencingGod the Father. In particular way, today we meet theLord God himself who introduces Himself to us. Moses recognized God when thevoice came from above that was heard so convincingly: I am the God of yourancestors; God of Abraham, God of Isaac and God of Jacob. Moses recognized thisGod when he needed God to protect him from the threat of the king of Egypt. Godthen proved His help as the liberator of the Israelites in Egypt. Jesus introduces God to us in Himself.Jesus himself knows God the Father and what God the Father is like. We can onlyfind it in Jesus Christ who is speaking and meeting us. In His prayers to theFather, Jesus asks that all kindness and mercies be given to the simple, smalland suffering ones. The arrogant, proud and selfish ones find it hard torecognize God. We normally learn to recognize Godvery seriously when any difficulty and threat come to our lives and wedesperately need God's help. We also recognize God when we desperately need Hispower to free us from all forms of oppression and persecution. We alsorecognize God in our situation of sickness, simplicity and humility when God isthere to strengthen us. Let's pray. In the name of theFather ... O God Almighty, strengthen us with Your blessings, so that we canrecognize You without obstacles in all our life situations. Our Father who art inheaven... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Rabu dalam pekan ke-15 masa biasa, 16 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 15, 2025 10:28


    Dibawakan oleh Eland Parera dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 3: 1-6.9-12; Mazmur tg 103: 1-2.3-4.6-7; Matius 11: 25-27.MENGENALI TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Mengenali Tuhan. Yuvita, anak sdkelas satu baru seminggu masuk sekolah. Pada pelajaran agama, mereka diajarkanberdoa “Bapa Kami” dan doa-doa umum lainnya. Murid-murid diminta gurunya untukmencatat rumusan doa Bapa Kami. Tetapi Yuvita hanya menuliskan judul doa “BapaKami”, lalu dibawahnya ia menggambar wajah seorang lelaki: rambut agak tebaldan kriting, berkumis dan jenggot tipis. Ibu guru kemudian pertanyakan mengapa Yuvita menggambar wajah itu. Muriditu menjawab: doa Bapa Kami sudah aku hafal, padahal aku mau sesuatu yanglebih, yaitu wajah Bapa Allah. Karena aku tak tahu wajah Tuhan Allah, aku lebihbaik gambar wajah bapakku di rumah. Kan dia juga baik seperti Tuhan Allah.  Yuvita mewakili kita semua orang beriman yang ingin mengenali Tuhan Allahsecara nyata. Tetapi sama seperti dia, kita pasti kesulitan menentukanwajah-Nya seperti apa atau siapa. Tak seorangpun manusia mampu melakukan ini,tapi Yesus Kristus yang adalah Putra Allah justru melakukan bagi kita. WajahYesus tak asing bagi kita. Mengenali Dia, melihat wajah-Nya dan berjumpa Dia,ialah sama saja dengan mengalami Bapa Allah. Secara khusus pada hari ini kita bertemu Tuhan Allah sendiri yangmemperkenalkan diri-Nya kepada kita. Musa mengenali Allah ketika suara itudatang dari atas yang didengarkan dengan begitu meyakinkan: Aku adalah Allahleluhurmu; Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Musa mengenali Allah inipada saat ia sedang membutuhkan Tuhan untuk melindunginya dari ancaman rajaMesir, dan Tuhan tampil sebagai pembebas orang-orang Israel di Mesir. Yesus memperkenalkan Allah sebagai Tuhan yang telah menjelmah di dalamdiri-Nya. Ia sendiri mengenal Allah Bapa dan seperti apa Allah Bapa itu, kitahanya bisa mendapatkan itu dalam diri Yesus Kristus yang sedang berbicara danberjumpa dengan kita. Di dalam doa kepada Bapa, Yesus minta supaya semuakebaikan dan kemurahan menjadi berkat-berkat bagi orang-orang sederhana, kecildan menderita. Orang-orang congkak, sombong dan cerdik susah sekali mengenaliTuhan. Jadi kita belajar untuk mengenali Tuhan sungguh-sungguh pada saat kesulitandan ancaman menimpa kita dan kita sangat membutuhkan pertolongan-Nya. Kita jugamengenali Tuhan saat kita sangat memerlukan kuasa-Nya untuk membebaskan kitadari segala bentuk penindasan dan penganiayaan. Kita pun mengenali Tuhan dalamsituasi sakit, sederhana dan rendah hati saat Tuhan akan memperkuatkan kita. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah yang maha kuasa, perkuatkanlah kamidengan berkat-berkat-Mu, supaya kami dapat mengenali Engkau dengan tanpahalangan dalam segala situasi hidup kami. Bapa kami... Dalam nama Bapa...

    Reading and meditation on the Word of God on Tuesday of the fifteenth week in ordinary time, July 15, 2025, Memorial of Saint Bonaventure , Bishop and Doctor of the Church

    Play Episode Listen Later Jul 14, 2025 8:27


    Delivered by Vanessa Anggono from the Parish of Saint Ignatius in the Archdiocese of Singapore. Exodus 2: 1-15a; Rs psalm 69: 3.14.30-31.33-34; Matthew 11: 20-24.DISAPPOINTED The title for our meditation today is:Disappointed. As you hear this word, you might immediately ask how come thetheme “disappointed” to be our today's reflection. This reaction can be seensimilar to various responses in the form of likes or dislikes and differentcomments on your Facebook wall when you post your status"disappointed". The more responses on your wall, the more excited andbusy you are. Feeling disappointed is part ofeveryone's life. Disappointment happens because of many factors. Perhaps theuniversal characteristics of disappointment are like sadness, anger,irritation, annoyance, despair, hurt, embarrassed and so on. It is clear andunderstandable, that someone who is disappointed normally declines in conditionfrom number 10 then moves down to 8, 7, 5 even to 0. In fact there are many factors thatcause someone disappointed and we cannot reflect them all in this briefmeditation. We just want to highlight one of them. That factor is becausepeople do not give appreciation or gratitude for the goodness and truth we do.Appreciation is the same with respect, esteem, and attention. More precisely,it is an attitude of gratitude. People who are grateful in life will maintain,cherish, appreciate and develop what they already have achieved, what isavailable, and what they have accepted or treasured. There are many examples. From today'sreadings, we can follow three examples. First, Moses was disappointed thatgreat works and sacrifices of the Israelites as servants were not appreciatedby the Egyptians, even the Jews were beaten, tortured and humiliated. The Kingof Egypt was disappointed at the actions of Moses who took his own way, judgingwhatever he wanted, killing Egyptians who acted brutally on the Jews. Moses didnot realize that he had been saved and raised by the Kingdom of Egypt. JesusChrist was disappointed at the cities that had received instruction andstrength from Him, but they had no intention of repentance. You can extend theexamples according to each person's experience. The experience of disappointmentbecause of no appreciation or no gratitude is normally expressed in variousreactions such as warning, correction, anger, and punishment. There is nothingwrong about such reactions, in so far that these all have purpose to bringpeople back to be grateful and appreciative persons. But it will becomeproblematic or even a sinful if a disappointment drives people to revenge, setevil plans, raise conflicts and war. So actually, being disappointed is a momentto be honest as persons of good or bad intention.Let's pray. In the name of theFather ... Almighty Father, we thank you for the gift of life on this new day,when we have every opportunity to bear witness in faith, love and hope, so thatmore people will experience your glory in this world. Hail Mary full of grace... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Selasa dalam pekan ke-15 masa biasa, 15 Juli 2025, Peringatan Santo Bonaventura, Uskup dan Pujangga Gereja

    Play Episode Listen Later Jul 14, 2025 8:25


    Dibawakan oleh Meri Kaona dan Olive dari Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 2: 1-15a; Mazmur tg 69: 3.14.30-31.33-34; Matius 11: 20-24.KECEWA  Tema renungan kita pada hari ini ialah: Kecewa. Mendengar tema ini, mungkinbanyak yang langsung bertanya kok bisa ya, temanya kecewa. Reaksi ini miripdengan aneka tanggapan berupa suka atau tidak suka dan komentar beragam atasdinding facebook Anda yang bertuliskan “kecewa”. Semakin banyak tanggapan padadindingmu itu semakin seru dan menarik.  Kecewa itu bagian dari diri kita dan setiap orang memilikinya. Keadaankecewa setiap orang berbeda-beda karena bergantung pada banyak faktor. Mungkinciri-ciri kecewa yang universal bagi semua orang ialah misalnya sedih, marah,jengkel, kesal, putus asa, sakit hati, terpukul, malu dan lain-lain. Yangjelas, kecewa membuat seseorang yang kalau dalam keadaan normal dengan angka10, telah bergerak turun menjadi 6, 5, 4 bahkan sampai 0.  Karena ada banyak faktor yang menyebabkan adanya rasa kecewa dan tak bisadimuat dalam renungan singkat ini, dalam renungan ini akan disoroti satu faktorsaja. Faktor itu ialah karena orang tidak memberikan apresiasi atau rasa syukuratas kebaikan yang kita perbuat. Apresiasi mengandung arti sama denganpenghargaan, menghormati, dan memberikan perhatian. Lebih tepatnya ialah sikapbersyukur. Orang yang bersyukur akan menunjukkan bahwa kebaikan yang ia perolehitu dijaga, disayangi, dihargai dan dibuat atau dikembangkan. Ada banyak contoh. Dari bacaan-bacaan hari ini, ada tiga contoh. Pertamaialah Musa kecewa karena kerja dan pengorbanan orang Israel sebagai hamba-hambatak diapresiasi oleh orang Mesir, bahkan orang-orang Yahudi dipukul, disiksadan direndahkan. Raja Mesir kecewa atas tindakan Musa yang ambil jalannyasendiri, menghakimi semau dia, membunuh orang Mesir yang bertindak brutal atasorang Yahudi. Musa tak menyadari bahwa ia telah diselamatkan dan dibesarkanoleh Kerajaan Mesir. Yesus Kristus kecewa atas kota-kota yang telah menerimapengajaran dan kekuatan dari-Nya tetapi mereka tak punya niat untuk bertobat.Anda bisa memperpanjang contoh-contohnya sesuai dengan pengalaman masing-masingorang. Rasa kecewa karena tak ada apresiasi dan sikap bersyukur ini diungkapkandalam berbagai bentuk antara lain marah, teguran, peringatan bahkan hukuman.Tak ada salah tentang itu, jika ini sebagai tindakan untuk menyadarkan,mengingatkan dan membawa orang kembali kepada sikap bersyukur dan memberikanapresiasi. Ini akan menjadi bermasalah bahkan sebagai kesalahan jika kecewa inimendorong orang untuk balas dendam, rencana jahat, melancarkan konflik danperang. Jadi sebenarnya kecewa itu ada gunanya. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa maha kuasa, kami bersyukur danberterima kasih kepada-Mu atas karunia kehidupan di hari yang baru ini, di manakami memiliki segala kesempatan untuk memberikan kesaksian dalam iman, kasihdan pengharapan sehingga kemuliaan-Mu semakin dialami oleh banyak orang. SalamMaria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Monday of the fifteenth week in ordinary time, July 14, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 13, 2025 7:25


    Delivered by Ariel from the Parish of Saint Albert the Great in the Diocese of Makassar, Indonesia. Exodus 1: 8-14.22; Rs psalm 124: 1-3.4-6.7-8; Matthew 10: 34 - 11: 1.SPIRITUAL SWORD The title for our meditation today is:Spiritual Sword. Why does the Lord Jesus describe the mission and coming of theKingdom of God in the forms of war, conflict and division? Jesus says to theapostles and all of us that He does not come to bring peace, but the sword. Thesword here is not in the physical sense that is used to cut off the head orinjure the body. But the sword or spiritual weapon that pierces into the depthsof the hearts and minds of men who are possessed by sin and in the power ofdarkness. The power of evil, sin and badintention cannot be defeated by human strength alone. What great, brave andsmart human person is, when he encounters the power of darkness, he will besubdued and perished. This power enters human beings with the aim of destroyingand afflicting those possessed either person or group of people. This powerdoes not have preference. It chooses anybody as its targets. It usually entersa person who is weak mentally and spiritually. One example for this should be theevil spirit happened to rule over the Egyptian king when Joseph the son ofIsrael had died. He was filled with the spirits of jealousy, discrimination,hatred, anger, greed and injustices. He decided to destroy the descendants ofIsrael by implementing forced labors and the killing of the newly born malebabies. The intention was to finally stop the increase number of thedescendants of Israel. The Egyptian King was fear that someday the Israelites wouldoutnumber his countrymen and eventually rule over them. This is a kind of war,like drawing a sword to cut off the spirit of human life and destroy thedescendants of the Israelites. The sword and war used in Egypt in thephysical sense had destroyed the human bodies, social and cultural life, andintegrity of life itself. The same sword and war but spiritually instead usedby Jesus to destroy the enemy namely sin and evil. The sword of Jesus is theWord of God with two equally sharp sides that protect and defend our spiritsand souls, considerations of the mind and the goals of the our hearts. So theWord of God is really the sword of the Spirit to destroy the spirit of darknessand any sinful act that destroy our dignity as sons and daughters of God. So Jesus says that He comes to bringdestruction and even division between brothers and sisters, because even in theclose relationship as a family there indeed exsists the power of darkness andevil that may continue to flourish. The Lord Jesus remains in his power to makeus sons and daughters of God to live righteously, peacefully and rejoice in theHoly Spirit. Let's pray. In the name of theFather ... Encourage and fulfill our lives today, O Father, that the fire ofYour Spirit may burn our spirit to be active and diligent in fighting all kindsof darkness that can destroy us in any moment of our lives. Glory to the Fatherand to the Son and to the Holy Spirit ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Senin dalam pekan ke-15 masa biasa, 14 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 13, 2025 9:39


    Dibawakan oleh Hendrik Monteiro dan Erna Lolan dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Keluaran 1: 8-14.22; Mazmur tg 124: 1-3.4-6.7-8; Matius 10: 34 - 11: 1.PEDANG ROHANI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Perang Rohani. Mengapa Tuhan Yesusmenggambarkan misi dan kedatangan Kerajaan Allah dalam bentuk perang, konflikdan perpecahan? Yesus berkata kepada para rasul dan kita semua bahwa Ia tidakdatang untuk membawa damai, tetapi pedang. Pedang di sini bukan dalam artifisik yang dipakai untuk memenggal kepala atau melukai tubuh. Tetapi pedangatau senjata rohani yang mencabik dan menusuk ke kedalaman hati dan pikiranmanusia yang dirasuki dosa dan dalam kuasa kegelapan. Kuasa kejahatan, dosa dan intensi jahat memang tak bisa dilawan cukupdengan kekuatan manusia saja. Sehebat dan sepandainya seorang manusia, jikaberhadapan dengan kuasa kegelapan, ia bakal takluk dan binasa. Kuasa ini masukdalam diri manusia dengan tujuan menghancurkan dan menyengsarakan pribadi,kelompok dan golongan orang-orang. Ia tidak pandang bulu atau memilih-milihorang. Ia pasti memasuki orang yang ketahanan mental, batin dan rohaninyasangat lemah.  Salah satu contoh ialah roh kejahatan itu masuk dalam diri raja Mesir yangbaru zaman setelah Yusuf wafat. Ia dipenuhi roh jahat iri hati, diskriminasi,benci, marah, rakus dan tidak adil. Ia memutuskan untuk menghancurkan umatketurunan Yakub atau Israel, melalui kerja paksa dan membuang bayi-bayilaki-laki yang baru saja lahir. Maksudnya supaya jumlah keturunan Yakub atauIsrael tak bertambah dan akhirnya habis suatu ketika. Ini merupakan satu bentukperang, bagai menghunuskan pedang untuk memotong semangat hidup manusia danmembinasakan keturunan orang-orang Israel. Pedang dan perang yang dipakai di Mesir dalam arti jasmani pastimenghacurkan hidup fisik, sosial, budaya dan kebersamaan di dalam hidupmanusia. Pedang dan perang yang sama tetapi secara rohani dipakai oleh Yesusuntuk menghancurkan musuh, yaitu dosa dan kejahatan. Pedang Yesus ialah FirmanAllah dengan dua sisi sama tajamnya yang membela roh dan jiwa,pertimbangan-pertimbangan pikiran dan maksud-maksud hati manusia. Jadi FirmanAllah itu sesungguhnya ialah pedang Roh untuk menghancurkan roh kegelapan sebagaisumber dosa yang menghilangan status kita sebagai putra dan putri Allah. Jadi Yesus datang, menggerakkan terjadinya pembinasaan itu bahkan dapatmembuat perpecahan antara saudara-saudari dan sabahat mengingat di situ memangsering terdapat kegelapan dan kebusukan yang dibiarkan tumbuh subur, supayamembebaskan kita sebagai putra dan putri Allah yang hidup benar, damai, danbersuka cita dalam Roh Kudus. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Semangati dan penuhi hidup kami hari ini, yaBapa, supaya api Roh-Mu membakar semangat kami untuk giat dan tekun memerangisegala bentuk kuasa kegelapan yang setiap saat dapat mengganggu dan menaklukkankami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...

    Readings and meditation on the Word of God on the 15th Sunday in ordinary time, July 13, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 12, 2025 10:19


    Delivered by Christine Gunawan from the Parish of Saint Joseph Cathedral in the Archdiocese of Pontianak and Yurike Gunawan from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Deuteronomy 30: 10-14; Rs psalm 69: 14.17.30-31.33-34.36ab.37; Colossians 1: 15-20; Luke 10: 25-37.THE ONE VERY CLOSE TO US The title for our meditation on this15th Sunday in ordinary  timeis: The One Very Close To Us. Who is very close to us? Who is very close toyou? We can find the basic answer to this question in the second reading oftoday, from the Letter of Saint Paul to the Colossians, that says about Jesusas the firstfruit of all creation, He is the head of all of us as the Church.The relationship between the head and the body is so united and we mean thatunity as an inseparable communion. Based from this understanding, we canhave a framework for further understanding of our closeness with others aroundus. The aspect of closeness comes from God. If some religons or a particular beliefin the world today view God as a very distant Being or unreachable Lord, we asfollowers of Christ do not. God incarnates in this actual world and us whoinhabit it. Jesus Christ teaches us to address the Lord as our"FATHER" who is generous, merciful and full of love. The personification of God as  the "Father" is very well shown byEvan, a grade 3 boy who is student of the elementary school. When asked abouthis understanding of the benevolent and loving God the Father, Evan said likethis: "Even though I did not see God the Father directly, but my fatherand mother always hugg me when I am tired and sick, then I know that God ishere to help me." For Evan, and according to our readings today, the onevery close to us is God Himself. He chooses to be close and living with us. To know and realize the presence ofGod does not need to exhaust our energy, mind, and all efforts to go out fromour places and seek Him. The book of Deuteronomy in the first reading says thatthe Word of God is within us: stored in our hearts, conceptualized in ourminds, arranged in the mouths, and made ready to be used and carried on ourfeet and hands. In short, God himself animates and uses ourselves to live andwork in this world. Jesus Christ explains this closeness by teaching that Godhimself is also found in our neighbors. So the ones who are also very close tous are our neighbors. Before I was present in this world, there were others whohad been ahead of me such as our parents, brothers and sisters. When I enter aplace or area, there are others who have been there first. They are presentwith all their exsisting situations. Included in this are those who suffer, insickness and  the sinners. They have beenthere, ahead of my presence, and it is my duty to be part of their lives. Thereis something more, we have sacred duty to provide assistance or attention tothose who are most in need. You are never alone like an island in the middle ofthe ocean. Let's pray. In the name of theFather... O God the Father who is most generous, make us full of love and tolove our neighbors without counting any cost. Hail Mary full of grace ... Inthe name of the Father...

    Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Minggu Biasa ke-15, 13 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 12, 2025 12:45


    Dibawakan oleh Hendry, Rini, Tirto dan Pater Peter, SDB dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Ulangan 30: 10-14; Mazmur tg 69: 14.17.30-31.33-34.36ab-37; Kolose 1: 15-20; Lukas 10: 25-37.YANG SANGATDEKAT DENGAN KITA Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-15 ini ialah: Yang SangatDekat Dengan Kita. Siapa yang sangat dengan dengan kita? Siapa yang sangatdekat dengan dirimu? Jawaban dasar untuk pertanyaan ini dapat kita temukan didalam bacaan kedua pada hari ini, dari Surat Santo Paulus kepada jemaat diKolose, bahwa Yesus sebagai sulung dari segala yang diciptakan, adalah kepalabagi kita semua sebagai jemaat-Nya. Hubungan kepala dengan tubuh begitu menyatudan kedekatan itu kita maknai sebagai yang tak terpisahkan. Dari dasar pemahaman ini baru kita bisa memberikan kerangka pemahamanselanjutnya tentang kedekatan diri kita dengan pihak lain di luar diri kitasendiri. Aspek kedekatan berasal dari Tuhan Allah. Jika paham agama masa laluatau agama tertentu saat ini memandang Tuhan sebagai pihak yang sangat jauh,kita sebagai pengikut Kristus tidak demikian. Allah berinkarnasi di dalam hidupdan diri kita. Yesus Kristus mengajarkan supaya kita menyapa Tuhan Allahsebagai “BAPA” yang murah hati dan penuh kasih sayang. Bahkan personifikasi Allah sebagai “Bapa” diterjemahkan dengan sangat baikoleh Evan, seorang bocah kelas 3 SD. Saat ditanya pemahamannya tentang BapaAllah yang maha baik dan murah hati, Evan berkata begini: “Meski aku tidakmelihat langsung Bapa Allah, tapi Bapak dan Mamaku memeluk aku saat aku lelahdan sakit, aku tahu bahwa Tuhan Allah ada dan menolong aku.” Jadi bagi Evan,dan sebenarnya bacaan-bacaan kita pada hari ini, yang sangat dekat dengan kitaadalah Tuhan sendiri. Ia memilih untuk dekat dan bersama kita. Untuk mengenal dan menyadari kehadiran Tuhan tidak perlu menguras tenaga,pikiran, dan segala usaha untuk keluar dari diri kita dan mencari-Nya. KitabUlangan dalam bacaan pertama mengatakan bahwa Firman Tuhan ada di dalam dirikita: tersimpan di dalam hati, terkonsepkan di dalam pikiran, tertata di dalammulut, dan terpasang untuk siap dipakai dan dilaksanakan pada kaki dan tangankita. Singkatnya, Tuhan sendiri menjiwai dan memakai diri kita untuk hidup danbekerja di dalam dunia ini. Yesus Kristus memperjelas kedekatan ini denganmengajarkan bahwa Tuhan sendiri juga berada di dalam sesama kita. Jadi yang juga sangat dekat dengan kita adalah sesama kita. Sebelum sayahadir di dunia ini, sudah ada sesama yang lebih dahulu hadir, seperti orang tuadan saudara-saudari. Ketika saya memasuki sebuah tempat atau wilayah, sudah adasesama yang lebih dahulu berada di sana. Mereka hadir dengan segala situasiyang menyertainya. Termasuk di dalam ini ialah mereka yang menderita, sakit danberdosa. Mereka sudah berada di sana, mendahului kedatangan saya, dan menjadikewajiban saya untuk menjadi bagian dalam hidup mereka. Lebih baik lagi adalahmemberikan bantuan atau perhatian bagi yang sangat membutuhkan. Anda tidakpernah berada sendirian seperti sebuah pulau di tengah samudera. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Bapa maha murah, jadikanlah kami penuhkasih dan sebagai sesama yang sesungguhnya. Salam Maria penuh rahmat ... Dalamnama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Saturday of the fourteenth week in ordinary time, July 14, 2025

    Play Episode Listen Later Jul 11, 2025 6:48


    Delivered by Elyanne from the Parish of Saint James in the Diocese of Surabaya, Indonesia. Genesis 49: 29-32; 50: 15-26a; Rs psalm 105: 1-2.3-4.6-7; Matthew 10: 24-33.TRANSPARENCY Our meditation today is entitled:Transparency. When people talk about transparency or openness, it is like lookingat an attractive girl. Today more and more people want to speak and understand whattransparency is all about. With the support of digital media, there are no morebarriers that limit personal data. Personal or group information is easilytracked through the internet. Any mode of work of exraordinary crime is easilyknown by Syber technology, so people are very careful about their digitalfootprints. Let us see this following illustration.In the past, the first human beings hid themselves after they fell into sin butthen God found them out. Then in His days, Jesus said that there is nothingclosed that will not be opened, there is nothing hidden that will not be known.These two descriptions may be considered somethings of the ancient time.Meanwhile, most of us today tend to think that hiding, being closed, or in secretis the personal business of every person. There are secret techniques andsystems that are used as if there is no human person, even God himself can knowit. That's how things are perceived, sothat people are so free to do as easily and promptly as they are in closed orhidden places. One hidden or secret act successfully done, will continue toproduce another hidden act and so on. Someone saw his fellow did evil  in hidden, but he was silent or afraid tospeak out, or even collaborated in that evil deed. Those who do not know tohide, learn from those who are experienced or experts in hiding. This is thebiggest challenge to transparency. The secret of the salvation for thefamily of Israel was kept for a long time by Joseph, who at that time becamethe chief official in Egypt and who had gathered all his family from Canaan.Towards his death, he revealed the secret that in proper time God would guidethe Israelites out of Egypt, to return to their ancestral homeland. With theseexamples, God actually wants to teach us that transparency is His divine will.The essence of God is openness. In the Trinity itself there is communication,and the most importat openness of God for His people is the incarnation, whenGod descended from His throne and became a human person. Actually, the purpose of transparencyor openness is to produce and maintain the truth. Philosophy teaches thissimple lesson: the absence of truth is a fault or untruth. We must also say thesame: no openness means closedness or concealment. So actually in the beginningthere was only truth and openness. Faults and closedness exist because there isno truth and transparency. Let's pray. In the nameof the Father ... O Lord of truth and justice, when we are unable to livehonestly, fill us with the Spirit of truth. Our Father who art in heaven ... Inthe name of the Father...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Sabtu dalam pekan ke-14 masa biasa, 12 Juli 2025

    Play Episode Listen Later Jul 11, 2025 9:23


    Dibawakan oleh Suster Felisitas SJMJ dan Suster Sisilia SJMJ dari Komunitas Suster SJMJ Siti Miriam Makassar di Keuskupan Agung Makassar, Indonesia. Kejadian 49: 29-32; 50: 15-26a; Mazmur tg 105: 1-2.3-4.6-7; Matius 10: 24-33.TRANSPARANSI Renungan kita pada hari ini bertema: Transparansi. Saat ini berbicaratentang transparansi atau keterbukaan menjadi suatu hal yang seksi. Semuakalangan ingin berbicara dan mengerti tentang transparansi. Dengan didukungmedia-media digital, tak ada lagi sekat-sekat yang membatasi ruang pribadi.Informasi pribadi atau kelompok gampang dilacak melalui internet. Modus kerjakejahatan serapih apa pun, gampang sekali diketahui oleh teknologi syber,sehingga orang lalu sangat berhati-hati tentang jejak digital mereka.  Satu ilustrasi begini. Pada waktu dulu, pasangan manusia pertama yangberdosa bersembunyi, dan Allah mendapati mereka. Lalu pada zamannya, Yesusberkata: tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang takkan terbuka, tidak adasesuatu pun yang tersembunyi yang takkan diketahui. Dua gambaran ini mungkindipandang hal-hal kuno. Sementara itu kebanyakan dari kita saat ini cenderungberpikir bahwa persembunyian, ketertutupan, atau rahasia adalah urusan pribadimasing-masing. Ada teknik dan sistem rahasia yang dipakai seolah-olah tidak adasatu pun manusia, bahkan Tuhan sendiri dapat mengetahuinya. Begitulah kira-kira pandangannya, sehingga orang-orang begitu gampangberbuat seenak dan segampangnya mereka di tempat-tempat tertutup atautersembunyi. Satu perbuatan tersembunyi atau tertutup berhasil dilakukan, akanberlanjut ke perbuatan yang lainnya. Seseorang melihat sesamanya berbuat jahattersembunyi, ia diamkan atau takut untuk bersuara, atau bahkan berkolaborasidengannya. Yang tidak tahu menyembunyikan, belajar kepada yang sudahberpengalaman atau ahli dalam persembunyian. Hal ini merupakan tantanganterbesar terhadap transparansi. Rahasia tentang keselamatan keluarga Israel disimpan lama oleh Yusuf yangketika itu menjadi pejabat utama di Mesir dan yang telah mengumpulkan semuakeluarganya dari Kanaan. Menjelang wafatnya, ia membuka rahasia itu bahwa padasaatnya Allah akan membimbing kaum Israel itu keluar dari Mesir, untuk kembalike tanah air leluhur mereka. Dengan contoh-contoh ini, sebenarnya Tuhan hendakmengajarkan bahwa transparansi adalah kehendak-Nya. Esensi Tuhan Allah ialahketerbukaan. Di dalam Tritunggal sendiri ada komunikasi, dan bentuk keterbukaanAllah bagi kita umat-Nya yang paling penting ialah inkarnasi, saat Tuhan turundari singgasana-Nya dan menjadi manusia. Sebenarnya, manfaat transparansi atau keterbukaan adalah menghasilkan danmempertahankan kebenaran. Filsafat mengajarkan dengan sederhana begini: tidakadanya kebenaran adalah kesalahan. Kita mesti juga mengatakan yang sama: tidakada keterbukaan berarti ketertutupan atau ketersembunyian. Jadi sebenarnya padamulanya hanya ada kebenaran dan keterbukaan. Kesalahan dan ketertutupan itu adakarena tidak ada kebenaran dan transparansi.  Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... YaTuhan, ketika kami tidak mampu hidup dengan jujur, penuhilah kami dengan Rohkebenaran. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Friday of the fourteenth week in ordinary time, July 11, 2025, Memorial of Saint Benedict, Abbot

    Play Episode Listen Later Jul 10, 2025 7:55


    Delivered by Shendy and Andrew Jost from the Parish of Saint Albert the Great in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Genesis 46: 1-7.28-30; Rs psalm 37: 3-4.18-19.27-28.39-40; Matthew 10: 16-23.THE SPIRIT WHO SPEAKS The title for our meditation today is:The Spirit Who Speaks. A friend who is a priest has been a missionary for manyyears in a very remote and far away country. He even got a privilege to servethe Local Church and his religious congregation through various importantpositions. He said that, the secret he is very well accepted in the internalcircles of the Church, fellow members of his congregation and the people of thearea, is because he really enters into the hearts of people. He intended to explain that tounderstand what the locals' hearts and minds say, you must enter into theircircle and actively talk with them. Ironically, the culture of that societydoes not show that they like to talk openly and to freely express themselves.In general they seem silent and reserved. To other people or guests, someoneneeds to bow his head to show a proper way of speaking and communicating. According to the missionary, if youwant to be in their midst and understand their conversation, you need to bewith them when they talk and share about themselves and their lives. Whenexactly is that moment? He said, when they are drinking beer or alcoholicdrinks. The spirit or energy that makes them speak and express themselves isalcohol. Without that spirit and without being with them, a missionary or guestis still considered foreign to them, and is never considered belonging to them. For all people as we communicate aboutthe identity of our faith, Jesus Christ reminds us that we will be likestrangers in the midst of the world. We are like sheep in the middle of wolves.One simple example. I, who have faith and knowledge of God, I am in the midstof digital communication with its culture and ways of communication. I have totry my best to enter with my Christian spirit and values, which may fail or canbe carried away by the huge manifestations of the digital world interaction. Thereis a common choice to make is to do a compromise. In the midst of today's worldcomplexity, God teaches us to have the ability to hear and obey the Holy Spiritwho speaks. We do not choose the spirit of alcohol or the type of pleasure ofthe flesh or the world to make us speak. We need to provide appropriate spacein ourselves for the Holy Spirit so that He speaks to us, and sends us to speakto the world around us. That space is our heart and mind, which is in every personin good will and faith. That space can also be our families, groups andcommunities. Let us give the place and time for the Spirit to speak. Let's pray. In the name of theFather ... O most Holy Spirit, come to us and speak to us according to Yourwill. Glory to the Father and to the Son and to the Holy Spirit ... In the nameof the Father ...

    Claim La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

    In order to claim this podcast we'll send an email to with a verification link. Simply click the link and you will be able to edit tags, request a refresh, and other features to take control of your podcast page!

    Claim Cancel