La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Follow La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Share on
Copy link to clipboard

Renungan harian katolik yang ditulis oleh Pastur Peter Tukan SDB. Diupdate setiap harinya.

Media La Porta


    • Sep 13, 2025 LATEST EPISODE
    • daily NEW EPISODES
    • 7m AVG DURATION
    • 3,710 EPISODES


    Search for episodes from La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy with a specific topic:

    Latest episodes from La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

    Readings and meditation on the Word of God on the 24th Sunday in ordinary time, September 14, 2025

    Play Episode Listen Later Sep 13, 2025 10:25


    Delivered by Michaela Phie, Clairine, Reinaldy Fargo, dan Kezia Nikita Sheilanova from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral, in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Numbers 21: 4-9; Rs psalm 78: 1-2.34-35.36-37.38; Philippians 2: 6-11; John 3: 13-17.RENEWED BY THE CROSS OF CHRIST The title for our meditation on this24th Sunday in ordinary time is: Renewed by the Cross of Christ.Today the whole Church celebrates the feast of the Holy Cross. This feast beganto be celebrated in Rome around the end of the 7th century. Its purpose was tocommemorate the discovery of a portion of the cross of Jesus which was kept inJerusalem in the hands of the Persians. Emperor Heraclius found part of thecross and took it to Jerusalem on May 3, 629. What does being renewed by the crossof Christ mean? The Lord Jesus came to unite the earth and the heaven. Heraises those who are on earth to the glory in heaven. He explains this toNicodemus, one of the Jewish rabbis, that He is the "Son of Man" sentby the Father to restore man's broken relationship with God. He is the OldTestament Messiah who came from heaven to build His kingdom on earth. Unlike the Jewish view, Jesus isprecisely speaking of the Son of Man being exalted. What does it mean? Heattributes it to Moses who raised a bronze snake in the desert to heal thosewho were bitten by poisonous snakes. The Israelites were punished for grumblingand dishonouring God. Moses raised that bronze snake on a pole that signifies across, from which people must return to putting their faith only in God. This symbol is intended to emphasizewhat Jesus wants to show us, that through His death on the cross in Golgotha,He does save us. But what Jesus makes is much stronger, because what Moses didwas only for some temporary results, namely healing people from snakebites.Jesus' death on the cross actually brings true victory over sin, Satan anddeath. By dying on the cross, Jesus removes the debt of our sins, freeing usfrom error and punishment. We obtain a new life, an abundant life in the HolySpirit forever. This renewed life means that by Hisdeath on the cross Jesus shows and teaches us an act of love, that is, givingHimself totally. He does it as an offering of His love for the Father and forour salvation from sinfull life. This renewal also explains the resurrection ofour bodies to enjoy eternal life and sitting on the right hand of the Father toreign forever and ever. The Lord Jesus is in heaven but His Spirit accompaniesand guides our lives here on earth. We live today and are truly blessed here bythe victory of Christ on the cross. Let's pray. In the name of theFather ... O Lord Jesus Christ, may our lives both individuals and the churchcontinue to be illuminated and strengthened by the mystery of your holy crosswhich is a glorious victory for us. Glory to the Father… In the name of theFather ...

    Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Minggu Biasa ke-24, 14 September 2025

    Play Episode Listen Later Sep 13, 2025 12:06


    Dibawakan oleh Christian Tandiary, Diana Fargo, dan Pricilia Nini Wijaya dari Paroki Katedral Hati Yesus Yang Mahakudus di Keuskupan Agung Makassar, Indonesia. Bilangan 21: 4-9; Mazmur tg 78: 1-2.34-35.36-37.38; Filipi 2: 6-11; Yohanes 3: 13-17.PEMBAHARUAN OLEH SALIB KRISTUS Tema renungan kita pada hari ini ialah: Pembaharuan Oleh Salib Kristus.Pada hari ini seluruh Gereja merayakan pesta Salib Suci. Pesta ini mulaidirayakan di Roma sekitar akhir abad ke-7, yang tujuannya ialah mengenangpenemuan sebagian salib Yesus yang disimpan di Yerusalem yang ada di tanganorang-orang Persia. Emperor Heraklius menemukan bagian salib itu dan membawanyake Yerusalem pada tanggal 3 Mei 629.   Apakah artinya pembaharuan oleh salib Kristus? Tuhan Yesus datang untukmenyatukan bumi dan surga lalu menaikkan mereka yang ada di bumi kepadakemuliaan di surga. Ia menjelaskan ini kepada Nikodemus, salah seorang rabiorang Yahudi, bahwa Ia adalah “Putera Manusia” diutus Bapa untuk memulihkanhubungan manusia dengan Tuhan yang telah rusak. Ia itu Mesias perjanjian lamayang datang dari surga untuk membangun sebuah kerajaan di bumi. Berbeda dengan padangan Yahudi, Yesus justru berbicara tentang PutraManusia harus ditinggikan. Maksudnya apa? Ia kaitkan dengan Musa yang menaikkanular tembaga di padang gurun supaya menyembuhkan mereka yang digigit ularberbisa. Umat Israel dihukum karena melawan Tuhan. Musa menaikan ular tembagapada sebuah tiang yang menyerupai tiang salib, yang dari sana orang-orang mestikembali menaruh imannya hanya kepada Tuhan. Kaitan ini hendak menekankan yang ingin ditunjuk oleh Yesus kepada kita,bahwa melalui hukuman mati dengan bergantung di salib di golgota, Ia sungguhmenyelamatkan kita. Tapi yang dibuat oleh Yesus jauh lebih kuat hasilnya,karena yang dilakukan oleh Musa hanya mendatangkan hasil sementara, yaitukesembuhan orang-orang dari gigitan ular. Yang dibuat oleh Yesus ialahkematian-Nya di salib sungguh menghasilkan kemenangan sejati atas dosa, setandan kematian. Dengan wafat-Nya di salib, Yesus menghapus utang dosa kita,membebaskan kita dari kesalahan dan hukuman. Kita mendapatkan hidup baru,kehidupan yang berkelimpahan di dalam Roh Kudus sampai selamanya. Pembaharuan itu berarti wafat-Nya di salib Yesus menunjukkan danmengajarkan suatu tindakan kasih, yaitu pemberian diri-Nya secara total. Ialakukan itu sebagai persembahan kasih-Nya kepada Bapa dan untuk penebusan dankeselamatan kita dari dosa. Pembaharuan ini juga menjelaskan tentangkebangkitan badan yang mulia untuk menikmati hidup abadi dan duduk di sisikanan Bapa untuk memerintah sampai selama-lamanya. Kini Ia di surga untukmengatur dan membimbing hidup kita selanjutnya di sini di dunia ini. Kita hidupsaat ini dan di sini sungguh diberkati oleh kemenangan salib Kristus. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, semoga hidup kamisebagai pribadi dan jemaat senantiasa diterangi dan dikuatkan oleh misterisalib suci-Mu yang merupakan kemenangan yang mulia bagi kami. Kemuliaan kepadaBapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Saturday of the 23rd week in ordinary time, September 13, 2025, Memorial of Saint John Chrysostom, Bishop and Doctor of the Church

    Play Episode Listen Later Sep 12, 2025 6:05


    Delivered by Vici from the Parish of John the Baptist in the Archdiocese of Jakarta, Indonesia. 1 Timothy 1: 15-17; Rs psalm 113: 1-2.3-4.5a.6-7; Luke 6: 43-49.HEARING AND CARRYING OUT GOD'S WORD Our meditation today is entitled: Hearing and CarryingOut God's Word.   Hearing the word of Godis the first step in a disciple of Christ's journey of faith. But Jesusemphasizes that it is not enough to stop at hearing. A word that is only heardwithout being carried out is like a seed that falls on rocky ground, grows fora while and then withers.  Therefore, the fundamental task of a disciple is tolisten with an open heart, and then to put the word into practice. Thus, faithbecomes alive, not just words or knowledge. Jesus gave the parable of the man who built a house ona solid rock. The house is resistant to rain, wind, and flooding, because thefoundation is solid. Such is the one who hears the word of God and puts it intopractice.  On the contrary, a person who only hears but does notdo is like a person who builds on sand: fragile, wobbly, and easily collapsedwhen temptation comes. This picture confirms that obedience to the word is thetrue foundation of spiritual life. Putting the word into practice means uniting faith anddeeds. A disciple of Christ is not only good at quoting words, but actuallyputting them into practice in everyday life. For example, when Jesus teaches tolove one's enemy, a disciple does not stop at theoretical understanding. Hedares to forgive even though his heart is hurting, dares to greet those whostay away, and dares to pray for those who hurt him. This is the concrete formof the living and working word. We can see a real illustration of a mother whopatiently educates her children. She not only taught prayer and kindness inwords, but also set an example by living simply, lovingly, and honestly. When herchildren saw that consistency, they learned that the Word was not just talkedabout, but lived. The mother's life became a model of faith that grew, and herhousehold was strong in the midst of life's challenges. Every disciple of Christ is called to be such a realmodel. It is easier for the world to believe in consistent living testimonythan in beautiful words. Saint John Chrysostom was famous for his extraordinarypreaching, which amazed and delighted his listeners. But he also became asteadfast, responsible and consistent model of Christian life as a Bishop whobuilt the Church and guided His people to God. Let us pray. In the name of the Father ... O Lord, teach usalways to be consistent in our words and actions as Your beloved sons anddaughters. Glory to the Father and to the Son and to the Holy Spirit ... In thename of the Father …

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Sabtu dalam pekan ke-23 masa biasa, 13 September 2025, Peringatan Santo Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja

    Play Episode Listen Later Sep 12, 2025 7:42


    Dibawakan oleh Monica Viona dari Paroki Roh Kudus di Keuskupan Surabaya, Indonesia. 1 Timotius 1: 15-17; Mazmur tg 113: 1-2.3-4.5a.6-7; Lukas 6: 43-49.MENDENGAR DAN MELAKSANAKAN FIRMANTUHAN Renungan kita pada hari inibertema: Mendengar dan Melaksanakan Friman Tuhan.   Mendengar firman Tuhan adalah langkah pertama dalamperjalanan iman seorang murid Kristus. Namun Yesus menegaskan bahwa tidak cukuphanya berhenti pada pendengaran. Firman yang hanya didengar tanpa dilaksanakanbagaikan benih yang jatuh di tanah berbatu, tumbuh sebentar lalu layu.  Karena itu, tugas fundamental seorang murid adalahmendengar dengan hati yang terbuka, lalu melaksanakan firman itu dalam tindakannyata. Dengan demikian, iman menjadi hidup, bukan sekadar kata-kata ataupengetahuan belaka. Yesus memberi perumpamaan tentang orang yang membangunrumah di atas batu yang kuat. Rumah itu tahan dari hujan, angin, dan banjir,karena dasarnya kokoh. Demikianlah orang yang mendengar firman Tuhan danmelaksanakannya.  Sebaliknya, orang yang hanya mendengar tetapi tidakmelakukan, seperti orang yang membangun di atas pasir: rapuh, goyah, dan mudahroboh ketika pencobaan datang. Gambaran ini menegaskan bahwa ketaatan padafirman adalah fondasi sejati kehidupan rohani. Melaksanakan firman berarti menyatukan iman danperbuatan. Seorang murid Kristus tidak hanya pandai mengutip sabda, tetapisungguh mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika Yesusmengajarkan untuk mengasihi musuh, seorang murid tidak berhenti pada pemahamanteoritis. Ia berani mengampuni meski hatinya sakit, berani memberi salam kepadayang menjauhi, dan berani mendoakan yang menyakitinya. Inilah wujud konkretdari firman yang hidup dan dikerjakan. Ilustrasi nyata dapat kita lihat pada seorang ibu yangsabar mendidik anak-anaknya. Ia tidak hanya mengajarkan doa dan kebaikan dengankata-kata, tetapi juga memberi teladan dengan hidup sederhana, penuh kasih, danjujur. Ketika anak-anaknya melihat konsistensi itu, mereka belajar bahwa firmanbukan hanya dibicarakan, melainkan dijalani. Hidup sang ibu menjadi model imanyang bertumbuh, rumah tangganya pun kokoh di tengah tantangan hidup. Setiap murid Kristus dipanggil untuk menjadi modelnyata seperti itu. Dunia lebih mudah percaya pada kesaksian hidup yangkonsisten daripada pada kata-kata yang indah. Santo Yohanes Krisostomusterkenal dengan pewartaannya yang luar biasa, yang membuat hati parapendengarnya kagum dan senang. Namun ia juga menjadi model hidup Kristen yangteguh, tanggung jawab dan konsisten sebagai Uskup yang membangun Gereja danmembimbing umat-Nya kepada Tuhan. Marila kita berdoa. Dalam namaBapa … Ya Tuhan, ajarilah kami selalu untuk konsisten dalam kata dan tindakankami sebagai putra dan putri-Mu terkasih. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra danRoh Kudus … Dalam nama Bapa …

    Reading and meditation on the Word of God on Friday of the 23rd week in ordinary time, September 12, 2025

    Play Episode Listen Later Sep 11, 2025 6:43


    Delivered by Nia from the Parish of Good Shepherd in the Diocese of Surabaya, Indonesia. 1 Timothy 1: 1-2.12-14; Rs psalm 16: 1.2a.5.7-8.11; Luke 6: 39-42.THE MOST IMPORTANT TREASURE Our meditation today is entitled: TheMost Important Treasure. When we understand the most beautiful treasure, suchas gold or diamond, we can immediately compare it to treasures of lesser value.There are so many of them. If we possess that most beautiful and expensivetreasure, we would likely not desire other lesser treasures. Gold is a symbol of supreme value andfitting to be placed on the same thought when we think about the glory of God.The purpose of today's theme of our reflection is that all of the past, wrappedin sin, are to be removed, as Saint Paul says in his letter to Timothy. His oldlife as a blasphemer and traitor of faith, totally left behind. By receivingGod's grace, he gains the most important treasure, namely Jesus Christ. Jesus Christ is the golden of theglory of God who enters our lives. Like Saint Paul, by throwing away all thatis old, nothing lost that we would experience. On the contrary, we obtain gold,our very valuable treasure. Jesus is so firm and constantly says that ifsomeone who does not let go everything, including those he loves most even tohimself, he is not worthy of being His disciple. The firmness of Jesus means that aperson who decides to follow Him, he should make God the first and foremostBeing to be honoured and loved. Gold must remain as gold and should not beexchanged or mixed with anything other than that. God must remain the one andholy God, He must not be lower than number one or replaced with another. Whenwe put God in His true position, as well as we in ours, we actually obey thetruth of our faith. In this line, the sin that we mustavoid in our lives is hypocrisy. The characteristic of hypocrisy in this worldcan be seen in those who claim themselves of knowing everything. Or someone whohas tendency to make himself a self-righteous person and ignoring others.Basically every human being has his or her own weaknesses, beside the qualitiesor strengths they have. The most obvious consequence of thesin of hypocrisy is that the person does not have God as gold and the mostimportant treasure in his life. He only deals with hypocrisy in one thing toanother, wanting to win and satisfy himself from one opportunity to another.The focus is only on himself and he has no chance for God. Let's pray. In the name of theFather ... Almighty Lord, through listening and understanding your word, may webecome your true witnesses in the world. Glory to the Father and to the Son andto the Holy Spirit ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Jumat dalam pekan ke-23 masa biasa, 12 September 2025

    Play Episode Listen Later Sep 11, 2025 8:33


    Dibawakan oleh Christine Tenges dari Paroki Katedral Hati Kudus Yesus di Keuskupan Agung Makassar, Indoensia. 1 Timotius 1: 1-2.12-14; Mazmur tg 16: 1.2a.5.7-8.11; Lukas 6: 39-42.HARTA TERINDAH Renungan kita pada hari ini bertema: Harta Terindah. Ketika kita memahamisebuah harta yang terindah, misalnya emas atau berlian, kita dapat langsungmembandingkan dengan harta yang nilainya ada di bawah emas atau berlian.Jumlahnya banyak sekali. Jika harta terindah dan termahal itu kita miliki,kemungkinan besar kita tidak menginginkan harta-harta lain yang lebih rendahnilainya. Emas merupakan simbol keunggulan tertinggi dan pas untuk dikenakan padakemuliaan Allah. Maksud tema renungan hari ini ialah segala yang lama, yangdibaluti dosa disingkirkan, seperti yang dikatakan Santo Paulus dalam suratnyakepada Timotius, bahwa hidup lamanya sebagai seorang penghojat dan panganiaya,ia tinggalkan secara total. Dengan menerima kasih karunia Tuhan, ia mendapatkanharta terindah bagi dirinya, yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah emas kemuliaan Tuhan Allah yang masuk ke dalam hidupkita. Seperti Santo Paulus, dengan membuang semua yang lama, tidak satu punkerugian yang kita alami, justru sebaliknya kita mendapat emas, sebuah hartayang sangat berharga. Yesus terang-terangkan dan terus-menerus mengatakan bahwajika seseorang yang tidak melepaskan segala sesuatu, termasuk orang-orang yangdikasihnya bahkan dirinya sendiri, ia tidak layak menjadi murid-Nya. Ketegasan Yesus itu berarti bahwa seorang yang memutuskan untuk mengikutiDia, ia menjadikan Tuhan sebagai yang terutama dan di atas segala sesuatu. Emasharus tetap sebagai emas dan jangan dinodai atau dicampur dengan yang bukandari itu. Tuhan harus tetap Tuhan yang satu dan kudus, Ia tidak boleh dinomorduakan atau diganti dengan yang lain. Ketika kita menempatkan Tuhan pada posisiyang sebenarnya, demikian juga posisi kita yang sesungguhnya, kita sebenarnyamengungkapkan ketaatan dan kebenaran iman yang kita miliki. Dengan demikian, satu jenis dosa yang harus kita hindari di dalam hidupkita ialah menjadi orang-orang yang munafik. Ciri-ciri kemunafikan di dunia inidapat kita lihat di dalam sikap manusia yang menjadikan dirinya tahu segalasesuatu. Atau seorang yang mempunyai kecenderungan untuk membuat dirinya benardan pandai dalam segala hal. Padahal pada dasarnya setiap manusia ciptaan Tuhanpasti memiliki kekurangan, meskipun memang ia memiliki juga kelebihan. Akibat paling nyata dosa kemunafikan ialah orang tersebut tidak memilikiTuhan sebagai emas dan harta terindah dalam hidupnya. Ia hanya berurusan denganbermunafik dalam satu hal ke hal yang lain, ingin memenangkan dan memuaskandirinya dari satu kesempatan ke kesempatan yang lain. Fokusnya ialah hanyadirinya sendiri dan ia tidak punya kesempatan untuk Tuhan. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan maha kuasa, semoga dengan selalumendengar dan merenungan Firman-Mu, kami menjadi saksi Kerajaan-Mu di tengahdunia ini dan dapat membaharuinya. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan RohKudus ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Thursday of the 23rd week in ordinary time, September 11, 2025

    Play Episode Listen Later Sep 10, 2025 7:28


    Delivered by Fiona from the Parish of Mary Queen of the Rosary in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Colossians 3: 12-17; Rs psalm 150: 1-2.3-4.5-6; Luke 6: 27-38.BE GENEROUS LIKE THE FATHER The title for our meditation today is:Be Generous Like the Father. A father and his son, an elementary school boy,entered the church to pray. The child then saw for some moments a large crossattached to the wall behind the altar and he wanted an explanation from hisfather. He said: "Who condemns Jesus to death on the cross likethat?" A few moments passed but his father had not responded because hewas still thinking the right argument in responding to the child. Then the answer came like this:"Those who condemn Jesus to a very cruel and humiliating death are Hisenemies." And the father went on to ask: "Who are Jesus'enemies?" The child remembered what has been tought in religion class aboutthe passion story of Jesus, and he immediately responded: “His enemies aresinners and more specifically those who killed Him during his moments of trialand severe punishment to death." This conversation of the father andhis child is extraordinary because it has important theological significance.Its importance is mainly related to the word of God of today, especially theGospel which is essentially about the the Lord's command for us to be kind asour good Father in heaven. The kindness and generosity of the Father, thealmighty God, are revealed among many people who deserve it, particularly inthe acceptance and forgiveness of those who are against and hostile to God. This generosity is demonstrated by thecrucified Jesus. Before dying on the cross, He forgave His enemies. Thisextraordinary act becomes a very basic teaching and example for us all asexpressed in the proclamation of the gospel of today. Our point is this, tothose who are hostile to us, those who behave badly or show hatred and revengeon us, our best Christian attitude is the attitude of Jesus Christ. We can put this teaching into acomprehensive pattern of attitude, which starts by reconciling to ourselvesthat we accept and want to go through the suffering caused by our enemies. Ifwe escape it, avoid it or fight back as a way to defend ourselves, that isanother matter. But in accepting it, we do make it as Jesus' gift to us. Uponreceiving it, we need to complement ourselves with gentleness and patience, asSaint Paul says in the first reading, his letter to the Colossians. In this attitude, as we are filledwith joy and strength from the Lord, the generosity then becomes a very nobleand great gift in us. From this generosity, comes our willingness and abilityto forgive. If one can forgive because he or she is generous as the Father inheaven, this forgiveness is truly genuine. Let's pray. In the name of theFather ... O Lord, increase in us the grace to forgive those who are againstus. Our Father who art in heaven... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Kamis dalam pekan ke-23 masa biasa, 11 September 2025

    Play Episode Listen Later Sep 10, 2025 7:49


    Dibawakan oleh Shendy dan Andrew Jost dari Paroki Santo Albertus Agung di Keuskupan Agung Makassar, Indonesia. Kolose 3: 12-17; Mazmur tg 150: 1-2.3-4.5-6; Lukas 6: 27-38.BERMURAH HATI SEPERTI BAPA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Bermurah Hati Seperti Bapa. Seorangbapak dan anaknya yang masih SD masuk ke dalam gereja untuk berdoa. Si anaklalu melihat beberapa lama Salib besar menempel di belakang altar dan ia inginpenjelasan bapaknya. Kata dia: “Siapa yang menghukum Yesus sampai mati di salibbegitu?” Beberapa saat berlalu bapaknya belum menjawab karena masih menyusunargumen yang tepat sebagai jawaban bagi si anak. Jawaban yang kemudian diberikan ialah ini: “Yang menghukum Yesus sampaimati begitu mengerikan ialah para musuh-Nya.” Dan bapak melanjutkan denganbertanya: “Siapa saja musuh-musuh Yesus?” Anak itu mengingat pelajaran agamanyadi sekolah, lalu segera menjawab: “Musuh-musuh-Nya ialah orang-orang berdosadan lebih khusus lagi ialah mereka yang secara langsung membunuh-Nya.” Percakapan bapak dan anak ini luar biasa karena memiliki makna teologisyang penting. Kepentingannya itu terutama berkaitan dengan firman Tuhan hariini, terutama Injil yang intinya tentang perintah untuk bermurah hati sepertiBapa di surga yang murah hati. Kebaikan dan kemurahan hati Bapa, Tuhan yangmaha kuasa, antara lain terungkap dalam diterima dan diampuninya pihak-pihakyang bermusuhan dengan Tuhan.   Kebaikan dan kemurahan ini ditunjukkan oleh Yesus yang tersalib. Sebelumwafat di salib, Ia mengampuni para musuh-Nya. Tindakan yang amat luar biasa inimenjadi ajaran sangat mendasar dan contoh bagi apa yang kita dengar dalampewartaan Injil pada hari ini. Intinya ialah, kepada orang-orang yang memusuhikita, mereka yang berlaku jahat atau menaruh kebencian dan dendam kepada kita,sikap Kristen yang terbaik ialah sikap Yesus Kristus.  Ajaran itu dapat kita rumuskan dalam sebuah pola bersikap yangkomprehensif, yaitu mulai dengan menyanggupi diri bahwa kita menerima dan maumelewati penderitaan yang disebabkan oleh para musuh kita. Kalau kita melarikandiri, menghindar atau melawan sebagai cara membela diri, itu adalah soal yanglain. Tapi dengan menerimanya saja, itu adalah anugerah Yesus sendiri kepadakita. Dari menerima, kita perlu melengkapi diri dengan kelemah-lembutan dankesabaran, seperti yang dikatakan oleh Santo Paulus dalam bacaan pertama. Di dalam sikap seperti ini, penuhlah suka cita dan kekuatan di dalam dirikita, sehingga kemurahan hati menjadi karunia amat mulia dan besar di dalamkita. Dari kemurahan hati ini, lahir kerelaan dan kesanggupan kita untukmengampuni. Jika orang dapat mengampuni dengan dilatari oleh suatu kemurahanhati, pengampunan itu sungguh-sungguh sejati. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan, tambahkanlah kami rahmat untukmengampuni orang-orang yang memusuhi kami. Bapa kami yang ada di surga... Dalamnama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Wednesday of the 23rd week in ordinary time, September 10, 2025

    Play Episode Listen Later Sep 9, 2025 8:55


    Delivered by Evelyn from the Parish of the Holy Spirit in the Archdiocese of Singapore. Colossians 3: 1-11; Rs psalm 145: 2-3.10-11.12-13ab; Luke 6: 20-26.GOD FOR THE POOR AND THE RICH Our meditation today is entitled: Godfor the Poor and the Rich. In the bible, we often find descriptions of theriches of the world which are generally considered to have bad influences thatendanger our spiritual lives. People who have them are considered rich, whilethose who lack of them or not having at all are considered poor. In particular,those who are full are considered rich, those who are hungry are poor. It is not always bad or sinfull withregards to the goods or possessions of the world. All are God's creations thatare worthy for us. Precisely evil and bad refer to the attitudes and lifestylesof human beings who make the wealth or goods of this world as masters for theirlives. The most dangerous attitude should be to put God as number two or three.The Phareeses and leaders of the the people were the ones  that Jesus criticised and condemned because theirprimary intention was goods and possessions of the world. If human attitudes and lifestyles donot prioritize worldly goods and possessions, their lives will be worthy forthe Lord. Both the poor and the rich, they must put God above all things,including their wealth. The Lord Jesus calls it happiness. Every person is gracedhappiness, as long as he or she follows Jesus faithfully and truthfully. What'swrong is the old and worldly lifestyle based on matterials of the world. Themain results would be sins such as fornication, uncleanness, lust, evil itention,greed, anger, furious, slander, dirty words that come out of the worldly-mindedpeople. There are some people give their ownreason, that leaving out the old lifestyle is difficult because thay can not beseparated from the environment on which they depend on. That is true, but atthe same time is wrong. They only see that the fault is from outsidethemselves. In fact, the environment and influences out there must becontrolled by their will, choices and mentality as trully human beings andbelievers. For example, I know very well that alcoholism and smoking will causeserious illness. All those alcohols and cigarets are out there. But if I havethe will, decisiveness and free will not to spend money to buy and consume anyof them, maybe I have a determination to influence what are around me. The gift and opportunity to use a new wayof life are actually possible for each one of us, because it is already givento us by God at the very beginning. Thus, this old style should already beremoved from us. Do not hope first of all for other people to influence andmove you to change because it will be no greater result. It is better and thefirst thing to do, is to change your own old style of life. Then you have yourbest opportunity to influence others the new style of the Lord Jesus Christ.Let's pray. In the name of theFather ... O Father almighty, may we always live in the new style brought byJesus Your Son. Our Father who art in heaven... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Rabu dalam pekan ke-23 masa biasa, 10 September 2025

    Play Episode Listen Later Sep 9, 2025 9:28


    Dibawakan oleh Evhy dari Paroki Santo Yosef Pekerja Gotong-Gotong di Keuskupan Agung Makassar, Indonesia. Kolose 3: 1-11; Mazmur tg 145: 2-3.10-11.12-13ab; Lukas 6: 20-26.TUHAN BAGI YANG MISKIN DAN YANG KAYA Renungan kita pada hari ini bertema: Tuhan Bagi Yang Miskin dan Yang Kaya.Di dalam kita suci sering kita dapatkan gambaran tentang kekayaan dunia iniyang umumnya dianggap sebagai pengaruh yang membahayakan keselamatan manusia.Orang-orang yang memilikinya sering dianggap kaya, sedangkan yang kurang atautidak memilikinya dipandang miskin. Secara khusus, mereka yang kenyang dianggapkaya, mereka yang lapar dipandang miskin. Sebenarnya bukan barang-barang atau harta duniawi yang jahat atau jelek.Semua itu adalah ciptaan Tuhan yang layak bagi kehidupan kita. Justru yangjahat dan jelek ialah sikap dan gaya hidup manusia yang menjadikan harta ataubarang-barang dunia ini sebagai tuan atas hidup mereka. Bahkan yang keterlaluanialah menjadikan Tuhan di nomor dua atau nomor tiga. Karena perbuatan iniadalah selalu dilakukan oleh orang-orang yang berpunya, maka mereka menjadisasaran kecaman dan tekanan Yesus. Kalau sikap dan gaya hidup manusia tidak mengutamakan barang dan hartaduniawi, hidup mereka akan layak bagi Tuhan. Baik yang miskin maupun yang kaya,hidupnya harus menempatkan Tuhan di atas segalanya, termasuk harta kekayaan.Tuhan Yesus menyebutnya sebagai kebahagiaan. Setiap orang dijamin kebahagiaan,asal ia mengikuti Yesus secara benar. Yang salah ialah gaya hidup lama danduniawi dengan berdasar pada materi. Akibatnya adalah dosa-dosa sepertipercabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan, marah, geram,kejahatan, fitnah, kata-kata kotor harus keluar dari diri kita.  Ada orang beralasan, meninggalkan gaya hidup yang lama itu susah karenatidak bisa terlepas dari lingkungan tempat mereka bergantung. Itu benar, tapisekaligus salah. Mereka hanya melihat kesalahan itu ada di luar dirinya.Padahal lingkungan dan kebiasaan di luar sana mesti dapat dikontrol olehkemauan, pilihan dan mentalnya sebagai manusia. Misalnya, saya tahu benar bahwakecanduan alkohol dan merokok bakal mendatangkan sakit yang berat. Semua ituada di luar sana. Namun jika saya punya kemauan, keputusan dan kehendak bebasuntuk tidak keluarkan uang untuk membeli dan mengkonsumsi, itu berarti saya menguasaidiri dan sekitarnya. Karunia dan kesempatan untuk memasukan gaya yang baru ke dalam diri kitaitu akan sangat muda, karena sudah tersedia sejak awal mula oleh Tuhan, jikagaya lama ini sudah bisa dikeluarkan dari diri kita. Jangan terlalu berharaporang lain yang mengeluarkan karena pasti kurang maksimal hasilnya. Jauh lebihbaik, keluarkan sendiri gaya Anda yang lama itu. Maka Anda punya keluasan untukmemasukan gaya baru dari Tuhan Yesus Krisus. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa maha kuasa, semoga kami senantiasahidup dengan gaya baru yang diajarkan oleh Yesus Putera-Mu. Bapa kami yang adadi surga ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Tuesday of the 23rd week in ordinary time, September 9, 2025

    Play Episode Listen Later Sep 8, 2025 6:23


    Delivered by Vivian from the Parish of Saint Thomas the apostle in the Archdiocese of Jakarta, Indonesia. Colossians 2: 6-15; Rs psalm 145: 1-2.8-9.10-11; Luke 6: 12-19.THEY ARE TWELVE Our meditation today is entitled: TheyAre Twelve. "The next day, when it was noon, He called His disciples andchose from among them the twelve whom He called the apostles." This is thesentence of the gospel of today. Jesus chose the twelve who had passed theselection criteria for three years living together with Him. This is differentfrom the selection to the public offices that need professionalism andspecialization. The selection of the twelve apostles is based only on Jesus'own standards. One criterion is to choose people whoare very simple. The stasdards are very simple such as fishermen, sinners, taxcollectors, manual workers, servants in the community. They are not educatedpeople and have no social influence. Jesus chose and made them the closestpartners in His work, not because of who they are, but to become what and wholater on according to His guidance and power. This is really a very subjectivestandar, but at the same time very appropriate in all aspects of propriety andtruth. There was no protest from anyone regarding this selection. Interpretation of number 12 gives usan important meaning. They represent the twelve tribes of Israel. They are thepeople of Israel who were the first intention for Jesus to be sent by theFather. In the real sense, we all followers of Christ are these chosen people.Therefore the 12 apostles are all of us members of the Church, marked bybaptism by the Holy Spirit in the name of Jesus Christ. We also experience lifeand work with Jesus, then are chosen and given the responsibility to form acommunity of faith, or the Church. We are chosen to be brothers and sisters inChrist. Being those who belong to Christ, saidSaint Paul in the first reading, says that we should continue to live unitedwith Him. Our lives are rooted in Him and built on Him. We should be able toprevent our community of believers from other empty and false teachings comingfrom the spirits of this world. We are personally called faithful Christians,but it is far more convincing if we are actively building our community, one ofwhich is to counteract the falsehoods of the teachings of this world. It is true that we are called to go tochurch together, pray together, work together, but it is far better andstronger that we are called to the fellowship of the Holy Trinity, becoming onelike Jesus with the Father as one. This is our only point that we always holdon, in understanding that we are twelve, united in God. Let's pray. In the name of theFather ... Almighty Father, we ask You to open all possibilities for us to livethe promises of strengthening our community in the Church towards its fullness.Glory to the Father ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Selasa dalam pekan ke-23 masa biasa, 9 September 2025

    Play Episode Listen Later Sep 8, 2025 7:04


    Dibawakan oleh Kristine Widyapraja dari Paroki Santo Gabriel di Keuskupan Bandung, Indonesia. Kolose 2: 6-15; Mazmur tg 145: 1-2.8-9.10-11; Lukas 6: 12-19.MEREKA BER-DUABELAS Renungan kita pada hari inibertema: Mereka Ber-Duabelas. “Keesokan harinya, ketika hari siang, Iamemanggil murid-murid-Nya dan memilih dari antara mereka dua belas orang, yangdisebut-Nya rasul.” Ini adalah bunyi teks injil hari ini. Yesus memilih merekaber-duabelas yang telah lolos seleksi dengan kriteria yang diuji selama hidupbersama. Berbeda dari seleksi jabatan publik yang butuh profesionalisme danspesialisasi, pemilihan ke-duabelas rasul itu hanya berdasarkan standar Yesussendiri. Kriterianya satu saja, yaitupilihan kepada orang-orang yang sangat sederhana. Indikasi sangat sederhanaialah seperti nelayan, pendosa, pemungut cukai, pekerja manual, pelayan dimasyarakat. Mereka bukan orang-orang terdidik dan tak punya pengaruh secarasosial. Yesus memilih dan menjadikan mereka partner terdekat dalam bekerjabukan karena siapa mereka, tetapi untuk menjadi apa dan siapa kelak menurutbimbingan dan kuasa-Nya. Ini benar-benar sebuah kriteria sangat subjektif,tetapi sekaligus sangat memenuhi semua aspek kepatutan dan kebenaran. Tak adaprotes apa pun dan dari siapa pun. Penafsiran angka 12 memberikanmakna yang penting. Mereka representasi ke-duabelas suku Israel. Mereka adalahumat Israel yang menjadi tujuan pertama Yesus diutus. Dalam arti yangsebenarnya, kita semua pengikut Kristus adalah umat pilihan itu. Oleh karenaitu ke-12 rasul itu adalah kita semua anggota Gereja, ditandai denganpembaptisan oleh Roh Kudus dalam nama Yesus Kristus. Kita juga mengalami hidupdan bekerja bersama Yesus, lalu dipilih dan diberi tanggung jawab untukmembentuk satu persekutuan umat beriman, atau lazimnya Gereja. Kita terpilihmenjadi saudara dan saudari dalam Kristus.  Menjadi orang-orang miliknyaKristus, kata Santo Paulus dalam bacaan pertama, kita hendaklah tetap hidupbersatu dengan Dia, berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia. Kitahendaknya bisa mencegah komunitas persekutan kita dari ajaran lain yang kosongdan palsu yang bersumber dari roh-roh dunia ini. Kita terpanggil secara pribaditentu bagus, tetapi jauh lebih menyakinkan kalau kita giat membangunpersekutuan, yang salah satu fungsi utamanya ialah menangkal segala kepalsuanajaran dunia ini.  Benar bahwa kita terpanggil untukpergi ke gereja bersama, berdoa bersama, kerja bersama, tetapi jauh lebih bagusdan kuat ialah kita terpanggil untuk suatu persekutuan Tritunggal suci, menjadisatu seperti Yesus dengan Bapa adalah satu. Ini adalah pegangan kitasatu-satunya dalam memaknai bahwa kita adalah ber-duabelasan, yaitu bersekutu didalam Tuhan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa maha kuasa,kami mohon supaya Engkau membuka jalan selebar-lebarnya bagi kami untukmenghidupi janji permandian dan persaudaraan kami di dalam Gereja sampai kepadakepenuhannya. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam namaBapa...

    Reading and meditation on the Word of God on Monday of the 23rd week in ordinary time, September 8, 2025, Feast of the Nativity of the Blessed Virgin Mary

    Play Episode Listen Later Sep 7, 2025 7:02


    Delivered by Valerie Sanda Hendrawinata from the Parish of Saint Paul in the Diocese of Bandung, Indonesia. Micah 5: 1-4a; Rs psalm 13: 6ab.6cd; Matthew 1: 1-16.18-23.BLESSED BIRTH Our meditation today is entitled: The Blessed Birth.From the very beginning, the Church has celebrated the birth of the BlessedVirgin Mary as an event full of grace. Mary was conceived without the stain oforiginal sin, a special gift that prepared her to receive God's great calling.  She is a person who from her birth has been marked byholiness, so that the birth of Mary is a sign of hope for all humanity: thatGod is pleased to intervene in history to bring salvation. Thus, Mary's birth isa blessing to the whole world, for through her the Savior would be born. The event of Mary's birth speaks not only of a childbeing born, but also of God's great plan that is beginning to be realized inthe world. From Mary, angels brought the glad tidings that she would become theMother of God, conceived and gave birth to Jesus Christ, the Son of the livingGod. Mary's willingness to accept the news confirms that her life was dedicatedto the work of salvation from the beginning. In her humility and obedience,Mary became a channel of infinite grace for humanity. Mary, who was blessed from birth, did not stop at herrole as the Mother of Jesus, but became the Mother of the Church. From thecross, Jesus entrusted Mary to his beloved disciple, and from that moment onMary became the mother of all the followers of Christ. Her presence as Motherof the Church shows that Mary's birth was also the birth of God's maternal lovethat has always accompanied the Church throughout her history. Mary is theimage of tender love, which accompanies the Church in both joy and sorrow. The peak of Mary's life was seen when she was taken toheaven and crowned as Queen of Heaven and Earth. Her life, which began with agracious birth, ended with eternal glory with God. This is the promise of hopefor all believers: that like Mary, we too are called to begin life in grace,walk in faithfulness, and finally be united with God in the glory of heaven. The meaning of the blessed birth of Mary is very greatfor the Christian life. Her birth reminds us that every child born into theworld is a blessing and a work of God. In Christ, we are all also born againthrough baptism and become children of God. Like Mary, we are called to live ingrace, to keep life holy, and to open our hearts to receive God's call in ourdaily lives.  Let us pray. In the name of the Father ... O Father inheaven, we are grateful for the special gift in Our Lady who has always beenour helper and guide on the way of salvation so that we may become truedisciples of our Lord Jesus Christ. Hail Mary, full of grace... In the name ofthe Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Senin dalam pekan ke-23 masa biasa, 8 September 2025, Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria

    Play Episode Listen Later Sep 7, 2025 8:15


    Dibawakan oleh Yenny dari Paroki Santo Paulus di Keuskupan Bandung, Indonesia. Mikha 5: 1-4a; Mazmur tg 13: 6ab-6cd; Matius 1: 1-16.18-23.KELAHIRAN YANG TERBERKATI Renungan kita pada hari ini bertema: Kelahiran YangTerberkati. Sejak awal mula, Gereja merayakan kelahiran Santa Perawan Mariasebagai suatu peristiwa penuh rahmat. Maria dikandung tanpa noda dosa asal,sebuah anugerah istimewa yang mempersiapkan dirinya untuk menerima panggilanAllah yang agung.  Ia adalah pribadi yang sejak kelahirannya sudahditandai dengan kekudusan, sehingga kelahiran Maria menjadi tanda pengharapanbagi seluruh umat manusia: bahwa Allah berkenan campur tangan dalam sejarahuntuk menghadirkan keselamatan. Dengan demikian, kelahiran Maria adalah berkatbagi seluruh dunia, sebab melalui dirinya akan lahir Sang Juru Selamat. Peristiwa kelahiran Maria tidak hanya berbicara tentangseorang anak yang lahir, tetapi juga tentang rencana besar Allah yang mulaiterwujud di dunia. Dari Maria, malaikat membawa kabar sukacita bahwa ia akanmenjadi Bunda Allah, mengandung dan melahirkan Yesus Kristus, Putra Allah yanghidup. Kesediaan Maria untuk menerima kabar itu menegaskan bahwa hidupnya sejakawal memang dipersembahkan bagi karya keselamatan. Dalam kerendahan hati danketaatannya, Maria menjadi saluran rahmat yang tak terhingga bagi umat manusia. Maria yang terberkati sejak lahir kemudian tidakberhenti pada perannya sebagai Bunda Yesus, melainkan menjadi Bunda Gereja.Dari salib, Yesus mempercayakan Maria kepada murid yang dikasihi-Nya, dan sejaksaat itu Maria menjadi ibu bagi seluruh pengikut Kristus. Kehadirannya sebagaiBunda Gereja menunjukkan bahwa kelahiran Maria juga merupakan kelahiran kasihkeibuan Allah yang senantiasa menyertai Gereja di sepanjang sejarahnya. Mariamenjadi gambaran kasih yang lembut, yang mendampingi Gereja dalam suka maupunduka. Puncak kehidupan Maria terlihat ketika ia diangkat kesurga dan dimahkotai sebagai Ratu Surga dan Bumi. Kehidupannya yang berawaldari kelahiran yang penuh rahmat, diakhiri dengan kemuliaan abadi bersamaAllah. Ini menjadi janji pengharapan bagi semua orang beriman: bahwa sepertiMaria, kita pun dipanggil untuk memulai hidup dalam rahmat, berjalan dalamkesetiaan, dan akhirnya dipersatukan dengan Allah dalam kemuliaan surga. Makna kelahiran Maria yang terberkati sangatlah besarbagi hidup Kristiani. Kelahirannya mengingatkan kita bahwa setiap anak yanglahir di dunia adalah berkat dan karya Allah. Dalam Kristus, kita semua jugadilahirkan kembali melalui baptisan dan menjadi anak-anak Allah. Seperti Maria,kita dipanggil untuk hidup dalam rahmat, menjaga kekudusan hidup, dan membukahati untuk menerima panggilan Tuhan dalam keseharian.  Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa … Ya Bapa di surga, kami bersyukur atas karunia istimewa dalam Bunda Mariayang selalu menjadi penolong dan pembimbing kami di jalan keselamatan agar kamidapat menjadi murid-murid yang sejati Tuhan kami Yesus Kristus. Salam Mariapenuh rahmat … Dalam nama Bapa …

    Readings and meditation on the Word of God on the 23rd Sunday in ordinary time, September 7, 2025

    Play Episode Listen Later Sep 6, 2025 10:35


    Delivered by Svara Nirmala, Maxwell Gosal, Bryan Darwi dan Maria Delie from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Wisdom 9: 13-18; Rs psalm 90: 3-4.5-6.12-13.14.17; Filemon 1: 9b.12-17; Luke 14: 25-33.MORTAL GOODS DO NOT BURDEN THE SOUL The title for our meditation on this 23rdSunday in Ordinary Time is: Mortal Goods Do Not Burden the Soul. Human life inthe world is often burdened by the desire to have many things of the world.Material things are necessary for daily life, but when our hearts become tooattached to worldly personalities, possessions, positions, or pleasures, oursouls become bound and difficult to be directed to God.  Our souls and spirits are created to return to God,the Creator, not to be confined by what will vanish with time. Jesus reminds usthat where your treasures are, there your heart is. So we are called to put ourtreasures in heaven, not in mortality. Jesus himself showed a clear example. He lived simply,did not grasp wealth, and had no place to lay His head. In the Gospels, Jesusdemands that His followers leave everything and follow Him. It does not meanthat we should not have relatives or friends and things, but that all of themshould not dominate our hearts. Only with a free heart can man enter into unionwith Christ and experience true peace in the Kingdom of God. To help us be free from mortal things, we need totrain our hearts with a few simple tips. First, learn to be grateful for whatis there without always chasing more. Gratitude makes us satisfied, andsatisfaction keeps us away from greed. Second, get into the habit of sharingand being generous. By giving, we break free from the power of possession.Third, use enough things as needed, not based on desires alone. Living simplyopens up more space for our spirits to be directed to God. But the journey of following Christ is not easy. Theworld with all its offers often tries to pull us back. Therefore, there areconditions that we need to hold on to in order to persevere in our choice tofollow Jesus. First, strengthen faith through daily prayer. Prayer is thebreath of the spirit that binds us to Christ.  Second, diligently read and meditate on God's Word,because the Word is a lamp that guides our steps. Third, stay involved in thefaith community. The brotherhood and sisterhood of faith will strengthen uswhen the temptations of the world feel heavy. Let us remember that our souls and spirits aretemples, where the Lord dwells. Everything that is mortal is only a tool, notan end. Do not let the things of the world become a burden that shackles thesoul. Instead, direct our hearts to Christ who is the Way, the Truth, and theLife.  Let us pray. In the name of the Father ... O Almighty God,strengthen our faith in You so that we may always walk in Your path to truecommunion with You. Our Father who art in heaven... In the name of the Father...

    Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Minggu Biasa ke-23, 7 September 2025

    Play Episode Listen Later Sep 6, 2025 11:14


    Dibawakan oleh Priscilia Angela, Dwi Setyo Jubhari dan Stella Wijaya dari Paroki Hati Kudus Yesus, Katedral, di Keuskupan Agung Makassar, Indonesia. Kebijkasanaan 9: 13-18; Mazmur tg 90: 3-4.5-6.12-13.14.17; Filemon 1: 9b-10.12-17; Lukas 14: 25-33.BARANG FANA JANGAN MEMBEBANI JIWA Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-23 iniialah: Barang Fana Jangan Membebani Jiwa. Hidup manusia di dunia sering kalidibebani oleh keinginan memiliki banyak hal fana. Barang-barang materi memangperlu untuk kehidupan sehari-hari, tetapi ketika hati kita terlalu melekat padapribadi-peribadi, harta, jabatan, atau kenikmatan duniawi, jiwa kita menjaditerikat dan sulit terarah kepada Tuhan.  Jiwa dan roh kita diciptakan untuk kembali kepadaAllah, Sang Pencipta, bukan untuk terkungkung oleh apa yang akan lenyap bersamawaktu. Yesus mengingatkan kita bahwa di mana hartamu berada, di situ pulahatimu berada. Maka kita dipanggil untuk menempatkan harta kita di surga, bukanpada yang fana. Yesus sendiri memberikan teladan yang nyata. Ia hidupsederhana, tidak menggenggam harta, bahkan tidak memiliki tempat untukmeletakkan kepala-Nya. Dalam Injil, Yesus menuntut para pengikut-Nya untukmeninggalkan segala sesuatu dan mengikut Dia. Bukan berarti kita tidak bolehmemiliki saudara atau teman dan barang-barang, melainkan agar semua itu jangansampai menguasai hati kita. Hanya dengan hati yang lepas bebaslah, manusiamampu masuk dalam persatuan dengan Kristus dan merasakan kedamaian sejati dalamKerajaan Allah. Untuk membantu kita bersikap lepas bebas dari barangfana, kita perlu melatih hati dengan beberapa kiat sederhana. Pertama, belajarbersyukur atas apa yang ada tanpa selalu mengejar lebih. Syukur membuat kitapuas, dan kepuasan menjauhkan kita dari ketamakan. Kedua, biasakan berbagi danbermurah hati. Dengan memberi, kita melepaskan diri dari kuasa kepemilikan.Ketiga, gunakan barang secukupnya sesuai kebutuhan, bukan berdasarkan keinginansemata. Hidup sederhana membuka ruang lebih luas bagi roh kita untuk terarahpada Tuhan. Namun perjalanan mengikuti Kristus tidaklah mudah.Dunia dengan segala tawarannya sering mencoba menarik kita kembali. Karena itu,ada syarat yang perlu kita pegang untuk bertahan dalam pilihan kita mengikutiYesus. Pertama, perkuat iman melalui doa setiap hari. Doa adalah napas roh yangmengikat kita dengan Kristus.  Kedua, rajin membaca dan merenungkan Sabda Allah,karena Firman menjadi pelita yang menuntun langkah kita. Ketiga, tetap terlibatdalam komunitas iman. Persaudaraan iman akan menguatkan kita ketika godaandunia terasa berat. Hendaklah kita mengingat bahwa jiwa dan roh kita adalahbait Allah, tempat Tuhan berdiam. Segala sesuatu yang fana hanyalah alat, bukantujuan. Jangan biarkan barang-barang dunia menjadi beban yang membelenggu jiwa.Sebaliknya, arahkan hati kita kepada Kristus yang adalah Jalan, Kebenaran, danHidup.  Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa … Ya Allah mahakuasa, kuatkanlah iman kami kepada-Mu agar kami selaluberjalan di jalan-Mu menuju pada persekutuan sejati dengan Dikau. Bapa kamiyang ada di surga … Dalam nama Bapa …

    Reading and meditation on the Word of God on Saturday of the 22nd week in ordinary time, September 6, 2025

    Play Episode Listen Later Sep 5, 2025 5:31


    Delivered by Joanna from the Parish of Saint Gabriel in the Diocese of Bandung, Indonesia. Colossians 1: 21-23; Rs psalm 54: 3-4.6.8; Luke 6: 1-5.THE DAY OF THE LORD Our meditation today is entitled: The Day of the Lord.The Day of the Lord is not solely to meet the needs or interests of man, butfor the glory of God Himself. From the beginning of creation, God sanctifiedthe seventh day as a day of rest, a sign of His covenant and love for Hispeople.  However, people often view the Lord's day only interms of personal interests: as an opportunity to rest, take a vacation, ortake care of worldly affairs. In fact, the essence of the Lord's day is a daydevoted to directing the heart, mind, and entire human life to God, the Creatorand Savior. Celebrating the Lord's day means acknowledging thatGod is the source of life, and that all things come from Him and return to Him.This celebration is not a formal routine, but rather an expression of faithborn from a grateful and respectful heart. Every time we gather in thecelebration of the Eucharist on Sunday, we are actually expressing faith thatthe risen Jesus Christ is the center of our lives. Thus, the Lord's day is asign that our lives do not walk alone, but are always in the inclusion and graceof God. However, the celebration of the Lord's day does notstop only at the liturgy in the church. The faith expressed in prayer, praise,and gratitude to God must be manifested in tangible actions in the form of loveand service to others. The Lord's Day is an opportunity to renew ourselves sothat we are more able to love, forgive, and serve others humbly. Thus, the dayof the Lord has a direct correlation with daily life, because the faith that iscelebrated becomes the faith that is lived. Jesus affirmed that "the Sabbath was kept for menand not men for the Sabbath" (Mark 2:27). This means that the essence ofthe celebration of the holy day is not just rules, but an encounter with theliving God. The Church then established Sunday, the day of Christ'sresurrection, to replace the Jewish Sabbath. Sunday became the new "Lord'sday," for it was on that day that Jesus defeated death and gave new life.By celebrating Sunday, we remember God's saving work culminating in Christ'sresurrection. Therefore, Sunday should not be seen only as anordinary day or just a holiday, but as a holy day that should be celebratedearnestly. We are called to be present in the celebration of the Eucharist, tocenter our hearts to God, and to offer our thanksgiving. More than that, we arecalled to make Sunday the starting point of the spirit of service and love inthe coming new week.  Let us pray. In the name of the Father ... O Almighty God,purify our hearts and minds so that our offerings to You through prayer andpraise may be worthy offerings to You. Glory to the Father ... In the name ofthe Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Sabtu dalam pekan ke-22 masa biasa, 6 September 2025

    Play Episode Listen Later Sep 5, 2025 5:47


    Dibawakan oleh Tika dari Paroki Santo Alfonsus Rodrigues Pademangan di keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kolose 1: 21-23; Mazmur tg 54: 3-4.6.8; Lukas 6: 1-5.HARI TUHAN Renungan kita pada hari ini bertema: Hari Tuhan. HariTuhan bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan manusia,melainkan untuk kemuliaan Allah sendiri. Sejak awal penciptaan, Allahmenguduskan hari ketujuh sebagai hari istirahat, tanda perjanjian dan kasih-Nyakepada umat-Nya.  Namun, manusia sering kali memandang hari Tuhan hanyadari sisi kepentingan pribadi: sebagai kesempatan untuk beristirahat, berlibur,atau mengurus urusan duniawi. Padahal, esensi dari hari Tuhan adalah hari yangdikhususkan untuk mengarahkan hati, budi, dan seluruh hidup manusia kepadaAllah, Sang Pencipta dan Penyelamat. Merayakan hari Tuhan berarti mengakui bahwa Allahadalah sumber kehidupan, dan bahwa segala sesuatu berasal dari Dia sertakembali kepada-Nya. Perayaan ini bukan rutinitas formal, melainkan ungkapaniman yang lahir dari hati yang penuh syukur dan hormat. Setiap kali kitaberkumpul dalam perayaan Ekaristi pada hari Minggu, kita sebenarnya menyatakaniman bahwa Yesus Kristus yang bangkit adalah pusat hidup kita. Dengan demikian,hari Tuhan menjadi tanda bahwa hidup kita tidak berjalan sendiri, melainkan selaludalam penyertaan dan rahmat Allah. Namun, perayaan hari Tuhan tidak berhenti hanya padaliturgi di gereja. Iman yang diungkapkan dalam doa, pujian, dan syukur kepadaAllah harus diwujudkan dalam tindakan nyata berupa kasih dan pelayanan kepadasesama. Hari Tuhan menjadi kesempatan untuk memperbaharui diri agar semakinmampu mengasihi, memaafkan, dan melayani orang lain dengan rendah hati. Denganbegitu, hari Tuhan memiliki korelasi langsung dengan kehidupan sehari-hari,karena iman yang dirayakan menjadi iman yang dihidupi. Yesus menegaskan bahwa "Hari Sabat diadakan untukmanusia dan bukan manusia untuk hari Sabat" (Markus 2:27). Artinya, intidari perayaan hari kudus bukanlah sekadar aturan, melainkan perjumpaan denganAllah yang menghidupkan. Gereja lalu menetapkan hari Minggu, hari kebangkitanKristus, sebagai pengganti hari Sabat orang Yahudi. Minggu menjadi "hariTuhan" yang baru, karena pada hari itulah Yesus mengalahkan maut danmemberikan hidup baru. Dengan merayakan hari Minggu, kita mengenang karyapenyelamatan Allah yang berpuncak pada kebangkitan Kristus. Oleh sebab itu, hari Minggu tidak boleh dipandang hanyasebagai hari biasa atau sekadar hari libur, tetapi sebagai hari suci yang harusdirayakan dengan sungguh-sungguh. Kita dipanggil untuk hadir dalam perayaanEkaristi, memusatkan hati kepada Tuhan, dan mempersembahkan syukur kita. Lebihdari itu, kita dipanggil untuk menjadikan hari Minggu sebagai titik awalsemangat pelayanan dan kasih dalam minggu yang baru.  Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa … Ya Allah yang mahakuasa, murnikanlah hati dan pikiran kami agarpersembahan kami kepada-Mu melalui doa dan pujian menjadi persembahan yanglayak bagi-Mu. Kemuliaan kepada Bapa … Dalam nama Bapa …

    Reading and meditation on the Word of God on Friday of the 22nd week in ordinary time, September 5, 2025

    Play Episode Listen Later Sep 4, 2025 6:47


    Delivered by Gabriella Natani from the Parish of Good Shepherd in the Diocese of Surabaya, Indonesia. Colossians 1: 15-20; Rs psalm 100: 2.3.4.5; Luke 5: 33-39.GOD IS WITH US Our meditation today is entitled: God is With Us.Jesus Christ is an invisible God but becomes manifest in human form. In Him, wesee the loving, patient, and faithful face of God. The image of God is nolonger something distant or vague, but is seen in everyday life through Jesus.  His every deed—healing the sick, forgiving sinners,feeding the hungry—is a sign of God's infinite love. In other words, whoeversees Jesus, he sees the Father (Jn 14:9). The God that appears in Christ is not just a matter ofthe physical, but of how He presents himself. Jesus' deeds reveal God's caringheart, and His words give new life. The Holy Spirit, sent by Jesus, is aguarantee that God's inclusion never ends. With His Spirit and Word, we are notleft to walk alone, but are always accompanied, strengthened, and led to thetruth. Therefore, when God is revealed in Christ, ourattitude is not to fast in the sense of experiencing spiritual drought, but tocelebrate His presence. The presence of Jesus is a life-giving joy. Like afriend who is present in our midst, it is not appropriate for us to be sad orclose off, but we should be grateful and joyful. The life of faith becomes acelebration of God's love, not a burden or emptiness. When we truly experience God in Christ, our most basicattitude is to welcome Him with an open heart. We are called to listen to Hisword, follow His example, and proclaim Him in our daily lives. The experienceof God does not stop at personal prayer alone, but must be seen in concreteactions: love for others, willingness to forgive, and willingness to serve. Thepresence of Jesus must be carried on through our lives. Let's imagine this. An old friend who suddenly came tovisit after a long separation. When he is present, we will certainly not sitdown, not say hello, or pretend not to see him. Instead, we will welcome himwarmly, make time for him, and even celebrate his presence. So it is withJesus. His presence is a moment of celebration of faith, not a time to closeour hearts. Let us, then, be worthy of God's real presence inChrist. We celebrate Him in prayer, in the Eucharist, in fraternity, and indaily ministry. Thus, we no longer live in spiritual drought, but in joy thatGod is indeed present, accompaniing, and bringing us to life through JesusChrist, the invisible God of the heavenly Father. Let us pray. In the name of the Father ... O God, kindle ourspirit of faith every time we hear Your words. Our Father who art in heaven...In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Jumat dalam pekan ke-22 masa biasa, 5 September 2025

    Play Episode Listen Later Sep 4, 2025 6:04


    Dibawakan oleh Patrisia Yesika dari Paroki Santa Maria Dikandung Tanpa Cela di Keuskupan Surabaya, Indonesia. Kolose 1: 15-20; Mazmur tg 100: 2.3.4.5; Lukas 5: 33-39.ALLAH BERSERTA KITA Renungan kita pada hari ini bertema: Allah BesertaKita. Yesus Kristus adalah Allah yang tidak kelihatan namun menjadi nyata dalamrupa manusia. Dalam diri-Nya, kita melihat wajah Allah yang penuh kasih, sabar,dan setia. Rupa Allah tidak lagi menjadi sesuatu yang jauh atau samar,melainkan hadir nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui Yesus.  Setiap perbuatan-Nya—menyembuhkan yang sakit,mengampuni yang berdosa, memberi makan yang lapar—menjadi tanda kasih Allahyang tak terbatas. Dengan kata lain, siapa yang melihat Yesus, ia melihat Bapa(Yoh 14:9). Allah yang tampak dalam Kristus bukan hanya soal fisik,melainkan tentang bagaimana Dia menghadirkan diri. Perbuatan-perbuatan Yesusmenyingkapkan hati Allah yang peduli, dan sabda-Nya memberi kehidupan yangbaru. Roh Kudus, yang diutus oleh Yesus, menjadi jaminan bahwa penyertaan Allahtidak pernah berakhir. Dengan Roh dan Sabda-Nya, kita tidak dibiarkan berjalansendirian, melainkan selalu ditemani, dikuatkan, dan dituntun menuju kebenaran. Karena itu, saat Allah nyata dalam Kristus, sikap kitabukanlah berpuasa dalam arti mengalami kekeringan rohani, melainkan merayakankehadiran-Nya. Kehadiran Yesus adalah sukacita yang menghidupkan. Sepertiseorang sahabat yang hadir di tengah kita, tidak pantas bila kita hanyabersedih atau menutup diri, melainkan seharusnya bersyukur dan bergembira.Kehidupan iman menjadi sebuah perayaan kasih Allah, bukan beban ataukekosongan. Ketika kita sungguh mengalami Allah dalam Kristus,sikap kita yang paling mendasar adalah menyambut-Nya dengan hati terbuka. Kitadipanggil untuk mendengarkan sabda-Nya, mengikuti teladan-Nya, danmewartakan-Nya dalam hidup sehari-hari. Pengalaman akan Allah tidak berhentidalam doa pribadi saja, melainkan harus nampak dalam tindakan nyata: kasihkepada sesama, kerelaan mengampuni, dan kesediaan untuk melayani. KehadiranYesus harus diteruskan melalui hidup kita. Mari kita membayangkan ini. Seorang sahabat lama yangtiba-tiba datang berkunjung setelah sekian lama berpisah. Saat ia hadir, kitatentu tidak akan duduk murung, tidak menyapa, atau berpura-pura tidakmelihatnya. Sebaliknya, kita akan menyambutnya dengan hangat, menyediakanwaktu, bahkan merayakan kehadirannya. Begitu jugalah dengan Yesus.Kehadiran-Nya adalah momen perayaan iman, bukan saat untuk menutup hati. Maka, marilah kita bersikap layak terhadap kehadiranAllah yang nyata di dalam Kristus. Kita merayakan-Nya dalam doa, dalamEkaristi, dalam persaudaraan, dan dalam pelayanan sehari-hari. Dengan demikian,kita tidak lagi hidup dalam kekeringan rohani, tetapi dalam sukacita karenaAllah sungguh hadir, menyertai, dan menghidupkan kita melalui Yesus Kristus,Tuhan yang kelihatan dari Allah yang tidak kelihatan. Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa … Ya Allah, kobarkanlah semangat iman kami setiap kali kami mendengarfirman-Mu. Bapa kami yang ada di surga … Dalam nama Bapa …

    Reading and meditation on the Word of God on Thursday of the 22nd week in ordinary time, September 4, 2025

    Play Episode Listen Later Sep 3, 2025 5:51


    Delivered by Elyanne from the Parish of Saint James in the Diocese of Surabaya, Indonesia. Colossians 1: 9-14; Rs psalm 98: 2-3ab.3cd-4.5-6; Luke 5: 1-11.FROM DARKNESS TO LIGHT Our meditation today is entitled: From Darkness toLight. Human life is often in a tug-of-war between darkness and light. Darknessin the form of sin, bad habits, injustice, or worldly temptations can shacklepeople so that it is difficult to find true freedom.  However, in Jesus Christ, we have the promise ofdeliverance from the powers of darkness. It is He who calls man not only to seethe light, but to truly enter and live in His light. Jesus' disciples were aclear example: after witnessing His power and love, they willingly left theirboats, nets, even their jobs and families and followed Him with all theirfreedom. Deliverance from darkness does not happen solelybecause of human effort, but because of God's grace. The first step is to openthe heart to confess weakness and sin before God. When man dares to be honestwith himself and comes to Jesus with humility, he experiences the power ofliberating forgiveness. Shackled guilt is replaced by peace, and oppressivefear is replaced by joy in the grasp of God's love. However, letting go also requires courage to make adecision. Just as the disciples willingly left everything behind, man is calledto let go of the bonds of darkness freely, without burden, and without lookingback. This means a willingness to break ties with sin, abandon old lifestyles,and open oneself to the renewal of life that Christ offers. This decision isnot just to leave something, but to move towards something greater: to live ina loving relationship with God. A practical way to let go of darkness is to build adeep relationship with Jesus through prayer, His word, and fellowship of faith.As man's heart becomes more and more filled with God's word, it slowly dispelsthe darkness. In addition, concrete steps such as changing bad habits,establishing healthy communities, and channeling love to others are alsoconcrete ways to live in the kingdom of light. This process is not always easy,but with God's grace, humans are able to live it with joy. To illustrate, imagine a person who for years haslived in a habit of anger and resentment. He feels controlled by heartache, sohis life is always dark. But one day, he encountered the love of Christ throughprayer and the reading of Scripture. Slowly he decided to forgive the personwho hurt him. This decision made his heart free and peaceful, even his faceseemed brighter. This is a vivid picture of how to break free from the power ofdarkness and enter into the liberating light of Christ. Let us pray. In the name of the Father ... O goodJesus, teach us always to choose Your way to live in the light. Hail Mary, fullof grace... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Kamis dalam pekan ke-22 masa biasa, 4 September 2025

    Play Episode Listen Later Sep 3, 2025 8:26


    Dibawakan oleh Shendy dan Andrew Jost dari Paroki Santo Albertus Agung di Keuskupan Agung Makassar, Indonesia. Kolose 1: 9-14; Mazmur tg 98: 2-3ab.3cd-4.5-6; Lukas 5: 1-11.DARI KEGELAPAN KE TERANG Renungan kita pada hari ini bertema: Dari Kegelapan keTerang. Hidup manusia sering kali berada dalam tarik-menarik antara kegelapandan terang. Kegelapan berupa dosa, kebiasaan buruk, ketidakadilan, atau godaanduniawi dapat membelenggu manusia sehingga sulit menemukan kebebasan sejati.  Namun, dalam Yesus Kristus, kita mendapatkan janjikelepasan dari kuasa kegelapan itu. Dialah yang memanggil manusia bukan hanyauntuk sekadar melihat cahaya, tetapi untuk sungguh masuk dan hidup di dalamterang-Nya. Para murid Yesus adalah teladan yang nyata: setelah menyaksikankuasa dan kasih-Nya, mereka rela meninggalkan perahu, jala, bahkan pekerjaandan keluarganya, lalu mengikuti Dia dengan hati yang bebas. Kelepasan dari kegelapan tidak terjadi semata-matakarena usaha manusia, melainkan karena kasih karunia Allah. Langkah pertamaadalah membuka hati untuk mengakui kelemahan dan dosa di hadapan Tuhan. Saatmanusia berani jujur terhadap dirinya sendiri dan datang kepada Yesus dengankerendahan hati, ia mengalami kuasa pengampunan yang membebaskan. Rasa bersalahyang membelenggu digantikan oleh damai sejahtera, dan ketakutan yang menekandigantikan oleh sukacita karena berada dalam genggaman kasih Allah. Namun, kelepasan juga membutuhkan keberanian untukmengambil keputusan. Sama seperti murid-murid yang dengan bulat hatimeninggalkan segalanya, manusia dipanggil untuk melepaskan ikatan kegelapandengan bebas, tanpa beban, dan tanpa menoleh kembali. Ini berarti ada kesediaanuntuk memutuskan relasi dengan dosa, meninggalkan pola hidup lama, sertamembuka diri pada pembaruan hidup yang ditawarkan Kristus. Keputusan ini bukansekadar meninggalkan sesuatu, melainkan bergerak menuju sesuatu yang lebihbesar: hidup dalam persatuan dengan Allah yang penuh kasih. Cara praktis untuk melepaskan kegelapan adalah denganmembangun relasi yang mendalam bersama Yesus melalui doa, sabda-Nya, danpersekutuan iman. Ketika hati manusia semakin dipenuhi firman Tuhan, terang ituperlahan mengusir kegelapan. Selain itu, langkah nyata seperti mengubahkebiasaan buruk, menjalin komunitas yang sehat, dan menyalurkan kasih kepadasesama juga menjadi jalan konkret untuk hidup dalam kerajaan terang. Proses initidak selalu mudah, tetapi dengan rahmat Tuhan, manusia mampu menjalaninya dengansukacita. Sebagai ilustrasi, bayangkan seseorang yang selamabertahun-tahun hidup dalam kebiasaan marah dan dendam. Ia merasa dikendalikanoleh rasa sakit hati, sehingga hidupnya selalu gelap. Namun suatu saat, iaberjumpa dengan kasih Kristus melalui doa dan bacaan Kitab Suci. Perlahan iamemutuskan untuk mengampuni orang yang melukainya. Keputusan ini membuathatinya bebas dan damai, bahkan wajahnya pun tampak lebih bersinar. Inilahgambaran nyata bagaimana melepaskan diri dari kuasa kegelapan dan masuk ke dalamterang Kristus yang memerdekakan. Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa … Ya Yesus yang baik, ajarkanlah kami selalu untuk memilih jalan-Mu untukhidup di dalam terang. Salam Maria penuh rahmat … Dalam nama Bapa …

    Reading and meditation on the Word of God on Wednesday of the 22nd week in ordinary time, September 3, 2025, Memorial of Saint Gregory the Great, Pope and Doctor of the Church

    Play Episode Listen Later Sep 2, 2025 6:10


    Delivered by Bella from the Parish of Kristus Raja in the Diocese of Surabaya, Indonesia. Colossians 1: 1-8; Rs psalm 52: 10.11; Luke 4: 38-44.THE PROCLAMATION OF GOD'S WORD IS UNSTOPPABLE Our meditation today is entitled: The Proclamation ofGod's Word is Unstoppable. There is a group of young people using social mediato proclaim the word of God and the presence of God's glory. In the midst of atide of entertainment content that often takes people away from the faith, theyboldly create short videos, Scripture reflections, or simple prayers that areshared daily.  Despite the cynical comments or sneers, they don'tstop. It is precisely with perseverance and creativity that the preaching ofthe gospel reaches thousands of people who may never have been present inchurch. Obstacles in the form of scorn are turned into opportunities to furtherstrengthen their testimonies. This example of proclamation of God's word activityshows that obstacles are always present, whether in the form of limited means,rejection, or temptation to stop. But with faith, creativity, and spiritualdiscipline, the gospel finds its way. No one can stop God's word when there isa burning heart to proclaim it. Jesus himself shows us that evangelization is acalling that should not be limited by place, time, or personal comfort. Whenthe local people wanted to hold Him back, He gently refused and insisted thatHe should also go to other places. Because the proclamation of the Kingdom isnot only for a few people, but for all humans. The word of God is the news ofsalvation that must be constantly moving, not to be limited by human desires orobstacles. In our lives, there are often many obstacles that tryto stop the preaching of the gospel: fear, lack of courage, limited means, oreven rejection from others. However, Jesus' spirit affirmed that the gospelshould not be confined by such obstacles. Precisely behind every challenge, Godgives us a new way to keep witnessing. Obstacles are not excuses to stop, butrather opportunities to find creative and faith-filled ways to share His truth. Ways to overcome obstacles to preaching includebuilding strong faith through prayer, so that our hearts are not easily afraidto face rejection. In addition, the preacher must live the word of God first indaily life, so that the testimony of life becomes a gospel that is open to manypeople. Technology can also be an effective means whereby preaching can reacheven distant souls. Thus, the Gospel can continue to spread indefinitely. Let us pray. In the name of the Father ... O Lord Jesus,strengthen our faith and spirit of life as Your followers, so that we mayalways be diligent and proclaim the presence of the Kingdom of God in thisworld. Hail Mary full of grace... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Rabu dalam pekan ke-22 masa biasa, 3 September 2025, Peringatan Santo Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja

    Play Episode Listen Later Sep 2, 2025 9:19


    Dibawakan oleh Riza Mashun dari Paroki Santo Agustinus di Keuskupan Agung Pontianak, Indonesia. Kolose 1: 1-8; Mazmur tg 52: 10.11; Lukas 4: 38-44.PEWARTAAN SABDA TUHAN TIDAK TERHENTIKAN Renungan kita pada hari ini bertema: Pewartaan SabdaTuhan Tidak Terhentikan. Ada sekelompok orang muda menggunakan media sosialuntuk mewartakan sabda Tuhan dan kehadiran kemuliaan Allah. Di tengah aruskonten hiburan yang sering menjauhkan orang dari iman, mereka dengan beranimembuat video singkat, refleksi Kitab Suci, atau doa sederhana yang dibagikansetiap hari.  Meskipun ada komentar sinis atau cibiran, mereka tidakberhenti. Justru dengan ketekunan dan kreativitas, pewartaan Injil menjangkauribuan orang yang mungkin tidak pernah hadir di gereja. Hambatan berupa cibirandiubah menjadi kesempatan untuk semakin menguatkan kesaksian. Contoh kegiatan pewartaan Injil ini menunjukkan bahwahambatan selalu ada, baik dalam bentuk keterbatasan sarana, penolakan, maupungodaan untuk berhenti. Namun dengan iman, kreativitas, dan disiplin rohani,Injil tetap menemukan jalannya. Tidak ada yang dapat menghentikan firman Tuhanketika ada hati yang terbakar untuk mewartakannya. Yesus sendiri menunjukkan kepada kita bahwa pewartaanInjil adalah panggilan yang tidak boleh dibatasi oleh tempat, waktu, ataukenyamanan pribadi. Ketika orang banyak hendak menahan Dia agar tinggal lebihlama, Ia menolak dengan lembut dan menegaskan bahwa Ia harus juga pergi ketempat-tempat lain. Sebab pewartaan bukanlah hanya untuk segelintir orang,tetapi bagi semua manusia. Sabda Allah adalah kabar keselamatan yang harusterus bergerak, tidak boleh dibatasi oleh keinginan atau hambatan manusiawi. Dalam hidup kita, sering kali ada banyak rintangan yangberusaha menghentikan pewartaan Injil: rasa takut, ketidakberanian,keterbatasan sarana, atau bahkan penolakan dari orang lain. Namun, semangatYesus menegaskan bahwa Injil tidak boleh terkurung oleh halangan-halangan itu.Justru di balik setiap tantangan, Allah memberi kita jalan baru untuk terusbersaksi. Hambatan bukanlah alasan untuk berhenti, melainkan kesempatan untukmenemukan cara kreatif dan penuh iman dalam menyampaikan kebenaran-Nya. Cara untuk mengatasi hambatan pewartaan antara laindengan membangun iman yang kuat melalui doa, sehingga hati kita tidak mudahgentar menghadapi penolakan. Selain itu, pewarta harus menghidupi sabda Tuhanterlebih dahulu dalam keseharian, sehingga kesaksian hidup menjadi Injil yangterbuka bagi banyak orang. Teknologi juga dapat menjadi sarana efektif, di manapewartaan dapat menjangkau jiwa-jiwa yang jauh sekalipun. Dengan demikian,Injil dapat terus tersebar tanpa batas. Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa … Ya Tuhan Yesus, kuatkanlah iman dan semangat hidup kami sebagai parapengikut-Mu, agar kami senantiasa tekun dan mewartakan kehadiran Kerajaan Allahdi dalam dunia ini. Salam Maria penuh rahmat … Dalam nama Bapa …

    Reading and meditation on the Word of God on Tuesday of the 22nd week in ordinary time, September 2, 2025

    Play Episode Listen Later Sep 1, 2025 5:36


    Delivered by Samuel Ivan Gunarsa from the Parish of Mary of All Nations in the Diocese of Bogor, Indonesia. 1 Thessalonians 5: 1-6.9-11; Rs psalm 27: 1.4.13-14; Luke 4: 31-37.DO NOT GIVE SPACE TO SATAN The title for our meditation today is: Do Not GiveSpace to Satan. There is an office worker named Andi who works in the financedepartment. He often faces the temptation to "play numbers" forpersonal gain. Satan always whisper: "No one will know. Just a little.With that money you can be happier."  There are even friends who suggest it as somethingordinary. However, Andi remembers that his work is a blessing from God andevery money he manages is a deposit. He always prays: "Lord, keep me fromfalling into this temptation. It is better for me to live a simple but cleanlife, than to live a luxurious life with a dirty heart." The prayer giveshim the strength to remain honest. Some time later, a case of misappropriation of fundsin his office was revealed, and several of his colleagues were exposed to legalproblems. Andi was praised for choosing the path of truth from the beginning.In fact, his honesty made him trusted by the leadership and got a promotion.From this story we see that the power of God that lives in man is able toovercome Satan's temptations, even protecting man from destruction. The actionsof Jesus recounted in today's Gospel very clearly show that. People often do not realize that their lives are in aspiritual war. Satan tries to get in through the little gaps that we leaveopen: unbridled anger, pride that is allowed to grow, or greed that is not challenged.He seeks space and time to deceive man, weakening man and slowly moving awayfrom God. Therefore, we are called to be on the watch, not giving Satan theslightest opportunity to rule in our lives. However, God does not let man struggle alone. He givesthe Holy Spirit the power that enables us to resist all of Satan's deceptions.God's word becomes a sword, prayer becomes a fortress, and faith becomes asolid shield. Although Satan is numerous, they are no match for God's power.Just as the light that drives away darkness, so the presence of God in man isable to drive away Satan who tries to enslave us. This life is not to get lost and submit to Satan'spower, but for God and His glory. We are created to walk in the light, to bewitnesses of love and truth, and to radiate the glory of God in all that we do.When we are aware of the purpose of this life, we will not easily fall into thetrap of sin.  Let us pray. In the name of the Father ... O Lord Jesus,strengthen us with Your power so that we can defeat Satan in all our lifesituations. Glory to the Father and to the Son and to the Holy Spirit ... Inthe name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Selasa dalam pekan ke-22 masa biasa, 2 September 2025

    Play Episode Listen Later Sep 1, 2025 7:58


    Dibawakan oleh Monika Viona dari Paroki Roh Kudus di Keuskupan Surabaya, Indonesia. 1 Tesalonika 5: 1-6.9-11; Mazmur tg 27: 1.4.13-14; Lukas 4: 31-37.JANGAN BERI RUANG KEPADA SETAN Tema renungan kita pada hari ini ialah Jangan BeriRuang Kepada Setan. Ada seorang pekerja kantoran bernama Andi yang bekerja dibagian keuangan. Ia sering menghadapi godaan untuk “memainkan angka” demikeuntungan pribadi. Setan berbisik: “Tidak ada yang akan tahu. Hanya sedikitsaja. Dengan uang itu kamu bisa lebih bahagia.”  Bahkan ada temannya yang menyarankan hal itu sebagaisesuatu yang biasa. Namun, Andi mengingat bahwa pekerjaannya adalah berkatTuhan dan setiap uang yang ia kelola adalah titipan. Ia berdoa: “Tuhan, jagalahaku supaya tidak jatuh dalam godaan ini. Lebih baik aku hidup sederhana tapibersih, daripada hidup mewah dengan hati kotor.” Doa itu memberinya kekuatanuntuk tetap jujur. Beberapa waktu kemudian, terbongkarlah kasuspenyelewengan dana di kantornya, dan beberapa rekan kerjanya terkena masalahhukum. Andi selamat karena memilih jalan kebenaran sejak awal. Bahkan,kejujurannya membuat ia dipercaya oleh pimpinan dan mendapat promosi. Darikisah ini kita melihat bahwa kuasa Tuhan yang hidup dalam diri manusia mampumengalahkan godaan Setan, bahkan melindungi manusia dari kehancuran. TindakanYesus yang dikisahkan di dalam Injil hari ini sangat jelas menunjukkan itu. Manusia seringkali tidak sadar bahwa hidupnya beradadalam sebuah peperangan rohani. Setan berusaha masuk melalui celah kecil yangkita biarkan terbuka: kemarahan yang tidak terkendali, kesombongan yangdibiarkan tumbuh, atau keserakahan yang tidak ditahan. Ia mencari ruang danwaktu untuk memperdayai manusia, membuat manusia lemah dan perlahan-lahanmenjauh dari Tuhan. Karena itu, kita dipanggil untuk selalu berjaga-jaga, tidakmemberi kesempatan sedikit pun bagi Setan untuk berkuasa dalam hidup kita. Namun, Tuhan tidak membiarkan manusia berjuangsendirian. Dia memberikan Roh Kudus sebagai kekuatan yang membuat kita mampumelawan segala tipu daya Setan. Firman Tuhan menjadi pedang, doa menjadibenteng, dan iman menjadi perisai yang kokoh. Meskipun Setan jumlahnya banyak,mereka bukan tandingan bagi kuasa Tuhan. Seperti cahaya yang mengusirkegelapan, begitu pula kehadiran Tuhan dalam diri manusia sanggup menghalauSetan yang mencoba memperbudak kita. Hidup ini bukan untuk tersesat dan tunduk pada kuasaSetan, melainkan untuk Tuhan dan kemuliaan-Nya. Kita diciptakan untuk berjalandalam terang, menjadi saksi kasih dan kebenaran, serta memancarkan kemuliaanAllah dalam segala hal yang kita lakukan. Ketika kita sadar akan tujuan hidupini, kita tidak akan mudah jatuh ke dalam jebakan dosa.  Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa … Ya Tuhan Yesus, perkuatkanlah kami dengan kuasa-Mu supaya kami dapatmengalahkan Setan dalam semua situasi hidup kami. Kemuliaan kepada Bapa danPutra dan Roh Kudus … Dalam nama Bapa …

    Reading and meditation on the Word of God on Monday of the 22nd week in ordinary time, September 1, 2025

    Play Episode Listen Later Aug 31, 2025 6:28


    Delivered by Randy from the Parish of Christ the King in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. 1 Thessalonians 4: 13-17a; Rs psalm 96: 1.3.4-5.11-12.13; Luke 4: 16-30.DYING WITH AND IN CHRIST The title for our meditation today is: Dying With and InChrist. As Christians, we believe that our lives begin, are lived, and end inChrist. When we are called to die together and in Jesus Christ, it means thatwe no longer view death as a dreadful end, but rather as the entrance toeternal life.  Christ's death on the cross was not a failure, but atotal and perfect expression of God's love for man. Thus, to die in Christmeans to give our lives completely into His hands, convinced that His love isgreater than death. This meaning is very relevant to human life today. Themodern world often avoids talking about death, as if death is the greatestenemy to be kept as far away as possible. However, the Christian faith viewsdeath in Christ as a victory. Saint Paul affirms: "To me life is Christand death is gain" (Philippians 1:21). That is, as long as our lives aredirected to Christ, then death is not darkness, but the path to fullness ofunion with God. Death in Christ also teaches us to live a life ofmeaning and responsibility. If we realize that life is temporary, we will bemore careful to fill it with love, truth, and devotion. We are no longer tiedto temporal things that are temporary, but seek the eternal. Thus, theawareness of death in Christ frees us from vain fear and gives us the courageto live in the light of God's love. The task of Christians is to proclaim the truth ofdeath in Christ as a fundamental hope. The world is hungry for hope, especiallywhen faced with suffering, sickness, and death. Through the testimony of faith,we are called to reassure others that death is not the end, but the beginningof a new life with God. This is proclaimed not only through words, butespecially through the way we live: a life full of peace, patience, and love,even in the midst of difficulties. This message of hope must also be a strength inservices. Christians are called to be present for those who are experiencingsuffering and loss. The Thessalonian Christians accepted Saint Paul'sexhortation to comfort the grief of the death of a loved one, by welcoming eachperson's day of death with joy and hope. Let us pray. In the name of the Father ... O God, fill uswith a strong faith of the hope of eternal life with You in glory and happinessthat will never end. Hail Mary full of grace... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Senin dalam pekan ke-22 masa biasa, 1 September 2025

    Play Episode Listen Later Aug 31, 2025 8:37


    Dibawakan oleh Sherly dari Paroki Maria Kusumah Karmel di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 1 Tesalonika 4: 13-17a; Mazmur tg 96: 1.3.4-5.11-12.13; Lukas 4: 16-30.MENINGGAL BERSAMA DAN DALAM KRISTUS Tema renungan kita pada hari ini ialah: MeninggalBersama dan Dalam Kristus. Sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa hidup kitadimulai, dijalani, dan akhirnya berakhir di dalam Kristus. Ketika kitaterpanggil untuk meninggal bersama dan dalam Yesus Kristus, itu berarti kitatidak lagi memandang kematian sebagai akhir yang menakutkan, melainkan sebagaipintu masuk menuju kehidupan yang kekal.  Kematian Kristus di kayu salib bukanlah sebuahkegagalan, melainkan pernyataan kasih Allah yang total dan sempurna bagimanusia. Maka, meninggal dalam Kristus berarti menyerahkan hidup kitasepenuhnya ke dalam tangan-Nya, yakin bahwa kasih-Nya lebih besar daripadamaut. Makna ini sangat relevan bagi hidup manusia saat ini.Dunia modern sering kali menghindari pembicaraan tentang kematian, seakan-akankematian adalah musuh terbesar yang harus dijauhkan sejauh mungkin. Namun, imanKristen justru memandang kematian dalam Kristus sebagai kemenangan. St. Paulusmenegaskan: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi1:21). Artinya, selama hidup kita diarahkan kepada Kristus, maka kematianbukanlah kegelapan, melainkan jalan menuju kepenuhan persatuan dengan Allah. Kematian dalam Kristus juga mengajarkan kita untukmenjalani hidup dengan penuh makna dan tanggung jawab. Jika kita menyadaribahwa hidup ini fana, kita akan lebih berhati-hati untuk mengisinya dengankasih, kebenaran, dan pengabdian. Kita tidak lagi terikat pada hal-hal duniawiyang sifatnya sementara, melainkan berusaha mencari yang kekal. Dengandemikian, kesadaran akan kematian dalam Kristus membebaskan kita dari ketakutanyang sia-sia dan memberi keberanian untuk hidup dalam terang kasih Allah. Tugas orang Kristen adalah mewartakan kebenarankematian dalam Kristus sebagai sebuah pengharapan yang mendasar. Dunia hausakan pengharapan, apalagi ketika berhadapan dengan penderitaan, sakit, dankematian. Melalui kesaksian iman, kita dipanggil untuk meneguhkan sesama bahwakematian bukanlah titik akhir, melainkan awal dari kehidupan baru bersamaAllah. Hal ini bukan hanya diwartakan melalui kata-kata, tetapi terutamamelalui cara kita hidup: hidup yang penuh damai, sabar, dan kasih, meski ditengah kesulitan. Warta pengharapan ini juga harus menjadi kekuatan dalampelayanan. Orang Kristen dipanggil untuk hadir bagi mereka yang sedangmengalami penderitaan dan kehilangan. Umat Kristen Tesalonika menerima anjuranSanto Paulus supaya menghibur perasaan duka atas meninggalnya seseorang yangdikasihi, dengan menyongsong hari kematian masing-masing orang dengan sukacitadan pengharapan. Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa … Ya Allah penuhilah kami dengan iman yang kuat tentang pengharapan akankehidupan abadi bersama Dikau di dalam kemuliaan dan kebahagiaan yang tidakakan berakhir. Salam Maria penuh rahmat … Dalam nama Bapa …

    Readings and meditation on the Word of God on the 22nd Sunday in ordinary time, August 31, 2025

    Play Episode Listen Later Aug 30, 2025 9:30


    Delivered by Christine Gunawan from the Parish of Saint Joseph Cathedral in the Archdiocese of Pontianak and Yurike Gunawan from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Sirach 3: 17-18.20.28-29; Rs psalm 68: 4-5ac.6-7ab.10-11; Hebrews 12: 18-19.22-24a; Luke 14: 1.7-14. HUMILITY ACCORDING TO JESUS CHRIST The title for our meditation on this 22ndSunday in Ordinary Time is: Humility According to Jesus Christ. The Lord Jesusonce said: "Learn from me, for I am gentle and humble of heart and yoursoul will find rest." (Matthew 11:29). This simple sentence touches on theessence of the Christian life, which is humility.  In today's Gospel reading Jesus gives an examplethrough parables of humility in taking a seat in the banquet hall, and when someoneinvites those who come to the banquet, the choice sould be the little ones,disabled, crippled and blind. The book of Sirach in the first reading advisesus to live in humility so that God's gifts are bestowed upon us and all ourlife. Humility does not mean being insecure or feelingworthless. To be humble means to place oneself on the truth of our faith: thatwe are only creatures, and that all we have is the grace of God. A humbleperson does not close himself with pride, but opens his heart to receive God'slove and share that love with others. Jesus himself became the supreme example. He is God,but willingly born in a simple manger. He is the Teacher, but he wants to washthe feet of His disciples. He is a King, but died on the cross for thesalvation of man. This is the pinnacle of humility that brings life to theworld. So by following the footsteps of the humble MasterJesus Christ, we benefit greatly for ourselves and our lives as well. The firstbenefit is that humility makes us at peace, because we don't constantly pursuethe praise of our fellow human beings around us. The next benefit is thathumility makes us open persons, who are willing to learn, and not ashamed toadmit our own mistakes, weaknesses and failures. Another benefit is that humility allows us to be closeto others, regardless of status, position, or work. The benefit that Goddesires is that by humility we become close and united in the Lord God, for Heis pleased with the little ones, the simple and the afflicted, and not with theproud. In today's world, humility is increasingly rare. Manypeople race to show themselves on social media, seeking recognition, pursuingsuccess and prestige. But in the midst of the hustle and bustle, the humbleperson becomes an oasis: he brings simplicity, sincerity, and soothing silence.Pope Francis, with his simple spirit of life, is still fresh in the memory ofall of us, that humility is urgently needed in today's world. Let us pray. In the name of the Father ... O Lord, teach usalways the humility that we need so much in today's world. Our Father who artin heaven... In the name of the Father ...

    Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Minggu Biasa ke-22, 31 Agustus 2025

    Play Episode Listen Later Aug 30, 2025 12:49


    Dibawakan oleh Fani Hartono, Monika Fiona, Nia dan Evelyn dari Paroki Gembala Yang Baik di Keuskupan Surabaya, Indonesia. Sirakh 3: 17-18.20.28-29; Mazmur tg 68: 4-5ac.6-7ab.10-11; Ibrani 12: 18-19.22-24a; Lukas 14: 1.7-14.KERENDAHAN HATI MENURUT YESUS KRISTUS Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-22 iniialah: Kerendahan Hati Menurut Yesus Kristus. Tuhan Yesus pernah berkata: “Belajarlahdari pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapatketenangan.” (Mat 11:29). Kalimat sederhana ini menyentuh inti kehidupanKristiani, yaitu kerendahan hati.  Di dalam bacaan Injil pada hari ini Yesus memberikancontoh melalui perumpamaan tentang sikap rendah hati dalam mengambil posisitempat duduk di ruang perjamuan pesta, dan ketika mengundang orang-orang yangdatang ke tempat perjamuan dengan pilihan kepada orang-orang kecil, cacat,lumpuh dan buta. Kitab Putra Sirakh dalam bacaan pertama memberi nasihat untukhidup dalam kerendahan hati supaya karunia Tuhan dianugerahkan kepada kita. Kerendahan hati bukan berarti minder atau merasa tidakberharga. Rendah hati berarti menempatkan diri pada kebenaran yang sejati:bahwa kita hanyalah ciptaan, dan segala yang kita miliki adalah anugerah Allah.Orang yang rendah hati tidak menutup diri dengan kesombongan, tetapi membukahati untuk menerima kasih Tuhan dan berbagi kasih itu dengan sesama. Yesus sendiri menjadi teladan tertinggi. Ia adalahTuhan, namun rela lahir di palungan yang sederhana. Ia adalah Guru, tetapi maumembasuh kaki murid-murid-Nya. Ia adalah Raja, tetapi mati di salib demikeselamatan manusia. Inilah puncak kerendahan hati yang membawa hidup bagidunia. Maka dengan mengikuti telandan sang Guru Yesus Kristusyang rendah hati, kita mendapat banyak manfaat bagi diri kita sendiri dan jugahidup bersama kita. Manfaat pertama ialah kerendahan hati membuat kita damai,karena kita tidak terus-menerus mengejar pujian sesama manusia di sekitar kita.Manfaat berikutnya ialah kerendahan hati menjadikan kita pribadi yang terbuka,yang mau belajar, dan tidak malu mengakui kesalahan, kelemahan dan kegagalankita sendiri. Manfaat yang lain ialah kerendahan hati memampukan kitauntuk dekat dengan sesama, tanpa memandang status, kedudukan, atau jabatan.Manfaat yang sangat dikehendaki Tuhan ialah bahwa dengan kerendahan hati kitamenjadi dekat dan bersatu di dalam Tuhan Allah, sebab Ia berkenan pada orangkecil, sederhana dan yang menderita, dan bukan kepada orang-orang congkak. Di dunia sekarang, kerendahan hati semakin langka.Banyak orang berlomba menunjukkan diri di media sosial, mencari pengakuan,mengejar kesuksesan dan gengsi. Namun di tengah hiruk-pikuk itu, orang yangrendah hati justru menjadi oase: ia menghadirkan kesederhanaan, ketulusan, dankeheningan yang menyejukkan. Paus Fransiskus dengan semangat hidup yangsederhana, masih segar dalam ingatan kita semua, bahwa kerendahan hati sangatdibutuhkan dalam dunia saat ini.Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa … Ya Tuhan ajarkanlah kami selalu sikap rendah hati yang sangat kamiperlukan dalam dunia saat ini. Bapa Kami yang ada di surga… Dalam nama Bapa …

    Reading and meditation on the Word of God on Saturday of the 21st week in ordinary time, August 30, 2025

    Play Episode Listen Later Aug 29, 2025 10:07


    Delivered by Vanessa Anggono from the Saint Ignatius Church in the Archdiocese of Singapore. 1 Thessalonians 4: 9-11; Rs psalm 98: 1.7-8.9; Matthew 24: 14-30.SHARING YOUR MASTER'S JOY Our meditation today is entitled:Sharing Your Master's Joy. These are the words taken from the gospel that wehave just heard. The servant who multiplies his talents five and two is praisedby his master, then in return the master brings them into his very own life:Enter and share the joy of your master. What a happy person who is so luckylike those servants. To arrive at the reality of sharinghappiness with the Lord, which is revealed in the master who shares talentswith his servants, a relationship of mutual trust between master and servantsmust be well formed. From here, the attitude of loyalty and obedience derives.This very human and spiritual relationship does not only occur between masterand servant, but generally among fellow human beings. The joy and harmonybetween us is formed because these relationship are well observed in highesteem. Saint Paul found this good way of lifein the Christian community of Thessalonians. He felt no need to teach andfollow them in terms of these relationships. They had made progress in livingtogether because of their obedience to God's word and following well all Hiscommandments. His advice  for them is topreserve all the goodness and not to replace it with something else. We canunderstand that relationship, cooperation of persons and mutual support amongthem are so meaningful. Whereas a bad relationship, especially if it has beenguided by evil intentions, a life together among persons will be difficult andwill only bring suffering. Relationships between people that arewell observed will have a good impact on the sense of belongingness towards oneanother. Everyone treats each other as friend and brother or sister. Joy andsorrow are felt together. Offering the good, sharing from oneself voluntarilyand prioritizing the common interests, are good attitudes of life. The patternof work, service and responsibility direct everyone to do the best and producethe best. Offerings from everyone will surely build a better life together.Whereas, selfishness, undisciplined and disobedient, of course are verydestructive for our living together. Indeed, to be able to share the “joyof your master”: You need to depart from living a good relationship with Godand others, then offer the best of yourself for the preseverance of thisrelationship. Let's pray. In the name of theFather ... O Lord Jesus Christ, we pray that from your teaching today, we maybeable to create good relationships in our life together, and that we may offerthe results of our work as a sign of our active participation in our common life.Hail Mary full of grace ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Sabtu dalam pekan ke-21 masa biasa, 30 Agustus 2025

    Play Episode Listen Later Aug 29, 2025 11:07


    Dibawakan oleh Febrianus Suhardi dari Paroki Santo Paulus Depok di Keuskupan Bogor, Indonesia. 1 Tesalonika 4: 9-11; Mazmur tg 98: 1.7-8.9; Matius 25: 14-30.TURUTLAH DALAM KEBAHAGIAAN TUANMU Renungan kita pada hari ini bertema: Turutlah Dalam Kebahagiaan Tuanmu. Inimerupakan kata-kata yang diambil dari Injil yang baru saja kita dengar. Hambayang gandakan talentanya lima dan dua dipuji tuannya, lalu sebagai balasannyasang tuan membawa mereka masuk menjadi bagian kehidupannya: Masuklah danturutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Alangkah bahagianya orang yang bernasibseperti hamba-hamba itu.  Untuk sampai kepada kenyataan berbagi kebahagiaan bersama Tuhan, yangditampakkan dalam diri tuan yang membagi talenta kepada para hambanya, relasisaling percaya sudah harus terbentuk. Dari situ terbentuk sikap setia dan taat.Relasi yang sangat manusiawi dan rohani ini tidak hanya terjadi antara tuan danhamba, tetapi secara umum antara sesama manusia. Suka cita dan keharmonisan diantara kita terbentuk karena relasi-relasi ini dijunjung tinggi.  Santo Paulus menemukan cara hidup seperti ini pada jemaat Tesalonika. Iamerasa tak perlu mengajarkan dan mengikuti mereka dalam hal relasi-relasitersebut. Mereka telah mengalami kemajuan dalam hidup bersama ini berkatketaatannya kepada firman Tuhan dan mengikuti semua perintah-Nya dengan baik.Nasihatnya ialah pertahankan semua kebaikan itu dan tak boleh menggantikannyadengan sesuatu yang lain. Kita bisa pahami kalau relasi yang baik dan kondusif,mental kerja sama dan saling mendukung menjadi sesuatu yang menyenangkan.Sebaliknya relasi yang buruk apalagi sudah dirasuki niat-niat jahat, hidupbersama akan susah dan hanya membawa penderitaan. Relasi antara pribadi yang terpelihara dengan baik akan berdampak baik pulapada rasa memiliki satu sama lain. Setiap orang memperlakukan sesamanya sebagaiteman dan saudara. Suka dan duka dirasakan bersama. Mempersembahkan yang baik,berbagi dari diri sendiri dengan suka rela dan pengutamaan kepentingan bersama,ialah sikap hidup yang baik. Pola kerja, pelayanan dan tanggug jawab darisetiap orang ialah berusaha berbuat yang terbaik dan menghasilkan yang terbaik.Sumbangan dari setiap orang pasti akan membangun kehidupan bersama menjadilebih baik. Sebaliknya, ingat diri, tidak disiplin dan tidak taat, tentu sangatdestruktif bagi hidup bersama. Sesungguhnya, untuk dapat menikmati suka cita tuanmu: Anda perlu berangkatdari menghayati suatu relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama, lalumempersembahkan yang terbaik dari dirimu untuk kelangsungan relasi tersebut. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, semoga karenapengajaran-Mu pada hari ini, kami sanggup menciptakan relasi-relasi yang baikdi dalam hidup kami bersama, dan semoga kami dapat persembahkan hasil-hasilpekerjaan kami sebagai tanda partisipasi aktif dalam kebersamaan ini. SalamMaria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Friday of the 21st week in ordinary time, August 29, 2025, Memorial of the Death of Saint John the Baptist, Martyr

    Play Episode Listen Later Aug 28, 2025 7:27


    Delivered by Gabriella Natani from the Parish of Good Shepherd in the Diocese of Surabaya, Indonesia. Jeremiah 1: 17-19; Rs psalm 71: 1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17; Mark 6: 17-29.SPEAKING THE TRUTH AND DEFENDING THEPURITY The title for our meditation today is:Speaking the Truth and Defending the Purity. In this occassion of the memorialof the death of John the Baptist, our attention is directed to the person whois steadfast and loudly making the voice of truth heard and touches the deepestlevel of humanity. He was brave and never gave up challenging the highestauthority over immoral life that they practice against the truth, sincerity andpurity. Speaking the truth and defending thepurity, both in the bond of married couples and the quality a dignified life,is a portrait of the life that John the Baptist stood for. Long before himthere was the prophet Jeremiah, who in lamentation, he told that he wasthreatened to death by his enemies. He never forgot and got away from God. He wassteadfast in the truth of God, and his mind and heart entirely devoted to Godalone. What John the Baptist and Jeremiah didwas part of the powerful message of Jesus Christ. Together with the truth ofHis teachings, is the message of purity. A pure mind and heart must be freefrom negative thinking, chaos, intimidation, discrimination, false judgement,slander, lying. So by acting and living out the truth, purity stands strong andcredible. Jesus strongly condemns the Phariseesand the scribes because their words and deeds are not connected to each other.This is caused by their impure motivation. When lies, deception, arrogance andlust for power come together into the life of the faithful and the community,it is certain that the truth is threatened to disappear and the purity of humanconscience is in danger of lost. Usually the enemies of goodness, sincerity andpurity use violence to destroy those who are the bearers and defenders of truth. Jeremiah, John the Baptist and JesusChrist encountered this violent experience. But the struggle and effort todefend the truth and purity have never stopped until now. Why did the enemiesnot succeed in eliminating the truth and purity of a life that is so dear toGod, even though they have been trying so hard and continually since the timeof Jeremiah? Because the human mind and heart are created for the truth andpurity that are integrated in faith. We believe and express our faith that Godchooses to live in us and in our hearts. If we lose this belief, there will bethe beginning of denial the truth and purity. Actually, in our very being ashumans, we want to live righteously and purely. Hopefully we are still firm tohold on this point. Let's pray. In the name of theFather ... In your mercy O Father, we find all your light that brings us backto you after we fail in obeying your will. Strengthen us to be more faithfuland true in our faith. Glory to the Father and to the Son and to the HolySpirit ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Jumat dalam pekan ke-21 masa biasa, 29 Agustus 2025, Peringatan Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis, Martir

    Play Episode Listen Later Aug 28, 2025 8:11


    Dibawakan oleh Florensia dan Sulti dari Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kute di Keuskupan Denpasar, Indonesia. Yeremia 1: 17-19; Mazmur tg 71: 1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17; Markus 6: 17-29.BERBICARA KEBENARAN DAN PERTAHANKAN KEMURNIAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Berbicara Kebenaran dan PertahankanKemurnian. Bertepatan dengan peringatan wafatnya Santo Yohanes Pembaptis padahari ini, hati dan pikiran kita diarahkan kepada pribadi yang teguh dan lantangmembawa suara kebenaran menyentuh relung hati terdalam manusia. Ia berani danpantang menyerah menantang penguasa tertinggi atas hidup tidak bermoral yangjauh dari ketulusan dan kemurnian.  Merenungkan kebenaran dan memelihara kemurnian baik dalam ikatan perkawinansuami dan istri, maupun suatu mentalitas hidup tulus-murni bagi kehidupan yangbermartabat, merupakan potret kehidupan Yohanes Pembaptis. Jauh sebelum dia adanabi Yeremiah, yang dalam ratapan hatinya, ia diancam mati oleh para musuhnya.Ia tak pernah menjauh sejengkalpun dari Tuhan. Ia teguh pada kebenaran Allah,dan hati-pikirannya murni berbakti kepada Allah saja. Apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis dan Yeremiah ini merupakan bagiandari warta gembira Yesus Kristus. Isi kebenaran ialah kemurnian itu. Pikirandan hati yang murni harus bebas dari hal-hal negatif, kacau, abu-abu,berbelit-belit, rasionalisasi, mencari kambing hitam, menghakimi dan berbohong.Jadi dengan bertindak benar, kemurnian ditegakkan dan diperkuat.  Yesus mengecam keras orang-orang Farisi dan para ahli taurat karena katadan perbuatan mereka tidak benar. Ini diperparah dengan motivasi mereka tidakmurni. Ketika kebohongan, tipu daya, kesombongan dan nafsu berkuasa ikut masukke arena kehidupan bersama umat beriman dan masyarakat, dipastikan kebenaranterancam hilang dan kemurnian nurani manusia terancam pudar. Biasanya paramusuh kebenaran, ketulusan dan kemurnian menggunakan kekerasan untukmembinasakan para pegiat dan pejuang kebenaran.  Yeremia, Yohanes dan Yesus mengalami demikian. Namun perjuangan dan upayamempertahakan kebenaran dan kemurnian itu tak pernah berhenti sampai saat ini.Mengapa para musuh tak sampai berhasil menghilangkan kebenaran dan hidup murniitu, meski mereka telah mengusahakan itu sejak zaman Yeremiah dahulu? Karenapikiran dan hati manusia diciptakan untuk kebenaran dan kemurnian keyakinanakan Tuhan. Kita percaya dan mengungkapkan iman bahwa Tuhan memilih untuktinggal di dalam diri dan hati kita. Kalau kita hilang kepercayaan ini, di situakan mulai penyangkalan akan kebenaran dan kemurnian. Sebenarnya di dalam dirikita terdalam, kita ingin hidup benar dan murni. Semoga kita tetap inginkembali ke situ. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Di dalam rahmat-Mu ya Bapa, kami menemukansegala belas kasih-Mu untuk membawa kami kembali kepada-Mu setalah kami gagaldan berulah dalam menaati kehendak-Mu. Kuatkanlah kami untuk semakin setia danbenar di dalam hidup iman kami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ...Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Thursday of the 21st week in ordinary time, August 28, 2025, Memorial of Saint Augustine, Bishop and Doctor of the Church

    Play Episode Listen Later Aug 27, 2025 6:46


    Delivered by Ria from the Parish of Good Shepherd in the Diocese of Surabaya, Indonesia. 1 Thessalonians 3: 7-13; Rs psalm 90: 3-4.12-13.14.17; Matthew 24: 42-51.THE HEART JUST WANTS TO REST IN GOD The title for our meditation today is:The Heart Just Wants To Rest In God. The sentence of this theme of ourmeditation comes from Saint Augustine, a prominent philosopher and theologianof the Church in ancient times, especially in the period after the persecution inthe Church. We assume that the experience of his own life from being verysecular and evil did not make him calm and peaceful, ultimately all changed tobecome a beautiful end because he repented and enjoyed peace in God. He experienced peace and joy beginningwith his conversion. Then he embraced a new life so profoundly until he becamea bishop and doctor of the Church, who taught the divine truth to many people.He continued to renew the Church, including his family, in particular his ownmother died in peace and happiness. Likewise his father who finally died as abeliever. Augustine's highest achievement as human person is to be a saint andas a teacher of faith for all of us. While doing pilgrimage in this world,we need to always ask ourselves and our loved ones: what do we want to achieveand what place will be the end of our journey? This question should not only bea part of personal reflection or discussion topic in meeting and seminar room,but must be the content of each person's prayer. Every morning waking up fromsleep, and at night going to bed, as we ask this question ourselves, weactually make a very important prayer. God who hears the expressions of theheart and prayers that contain the purpose of our lives, certainly gives theanswer. Together with Saint Augustine, we have a fundamental belief that theplace and moment for our rest, that our hearts will stop seraching, and oursteps will not continue the pilgrimage of life, is no other than the heaven.Whereas in this world, even though the situation really tempts us to lose ourfocus on God, but we should be able to create an experience of life that bringsus calmness and peacefulness in God. According to Saint Paul in the firstreading, our hearts can rest in God if our lives follow the will of God. Thepoint is that the Word of God must be able to work diligently in each of us andin our living together as believers. That means that if someone does not livewith the Word, then not moved by it, he or she has not been said to be happyand peaceful in his life. Moreover, if people whose lives are full with crimesand evil such as the Pharisees and Scribes, they certainly do not live inpeace, happiness and calmness.Let's pray. In the name of theFather... O Lord, may the prayers and blessings of Saint Augustine, we becomemore faithful to You. Our Father who art in heaven ... In the name of theFather...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Kamis dalam pekan ke-21 masa biasa, 28 Agustus 2025, Peringatan Santo Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja

    Play Episode Listen Later Aug 27, 2025 7:32


    Dibawakan oleh Yohana Erni Kurniansi Jemadi dari Paroki Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga Ruteng di Keuskupan Ruteng, Indonesia. 1 Tesalonika 3: 7-13; Mazmur tg 90: 3-4.12-13.14.17; Matius 24: 42-51.HATI INI HANYA INGIN BERISTIRAHAT DI DALAM TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Hati Ini Hanya Ingin BeristirahatDi Dalam Tuhan. Kalimat yang menjadi tema renungan ini berasal dari SantoAgustinus, seorang filsuf dan teolog terkemuka Gereja pada zaman dahulu,khususnya periode setelah Gereja mengalami penganiayaan. Kita dapat membuatkesimpulan bahwa pengalaman hidupnya sendiri dari sangat sekuler dan jahattidak membuat tenang dan damai, akhirnya berujung indah dan bahagia, karena iabertobat dan menikmati damai di dalam Tuhan. Ia mengalami damai dan suka cita berawal dari pertobatannya. Kemudiankehidupan baru itu menanjak sampai ia menjadi Uskup dan seorang cendekia didalam Gereja, yang mengajarkan semua kebenaran ilahi kepada khalayak. Ia terusmembaharui Gereja, termasuk keluarganya yaitu bahwa ibunya sendiri meninggaldunia dalam damai dan suka cita. Demikian juga bapaknya yang akhirnya meninggaldunia sebagai seorang beriman. Peran terbaik Agustinus ialah menjadi orangkudus dan sebagai guru iman bagi kita semua. Sambil berziarah di dunia ini, kita masing-masing perlu selalu bertanyapada diri sendiri dan orang-orang yang kita kasihi: apa yang hendak kita capaidan tempat apa yang menjadi akhir tujuan ziarah hidup kita? Pertanyaan inijangan hanya menjadi suatu bagian dari renungan pribadi atau bahan diskusi danseminar, tetapi harus menjadi isi doa masing-masing orang. Setiap pagi bangundari tidur, dan di malam hari hendak pergi tidur, ketika kita mengajukanpertanyaan ini, sebenarnya kita membuat doa yang sangat penting. Tuhan yang mendengar ungkapan hati dan doa-doa yang berisi tujuan hidupkita ini, tentu memberikan jawabannya. Bersama dengan Santo Agustinus, kitamemiliki satu keyakinan mendasar bahwa tempat dan suasana kita dapatberistirahat, bahwa hati kita akan berhenti mencari-cari, dan langkah kitatidak melanjutkan lagi ziarah hidup, yaitu di surga. Sedangkan di dalam duniaini, meskipun keadaannya sangat memungkinkan kita hilang fokus kepada Tuhan,tetapi hendaknya kita harus dapat menciptakan suatu pengalaman hidup dalamtenang dan damai di dalam Tuhan. Menurut Santo Paulus dalam bacaan pertama, hati kita dapat beristirahat didalam Tuhan kalau hidup kita sesuai dengan kehendak Allah. Caranya ialah supayaSabda Tuhan  harus dapat bekerja dengangiat di dalam diri kita masing-masing maupun dalam hidup bersama sebagaiorang-orang yang percaya. Itu berarti bahwa kalau seseorang tidak dekat denganSabda, lalu tidak digerakkan olehnya, ia belum dikatakan tenang dan damai dalamhidupnya. Apalagi, jika orang yang hidupnya penuh dengan kejahatan pembunuhanseperti orang-orang Farisi dan ahli Taurat, mereka pasti tidak hidup dalamketenangan dan damai. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan, semoga bantuan doa dan berkat St.Agustinus, kami selalu menjadi setia kepada-Mu. Bapa kami yang ada di surga ...Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Wednesday of the 21st week in ordinary time, August 27, 2025, Memorial of Saint Monica

    Play Episode Listen Later Aug 26, 2025 8:17


    Delivered by Evelyn from the Church of Holy Spirit in the Archdiocese of Singapore. 1 Thessalonians 2: 9-13; Rs psalm 139: 7-8.9-10.11-12ab; Matthew 23: 27-32.LOVE FOR MOTHER Our meditation today is entitled: Lovefor Mother. All our praise and respect for mothers, especially our own mother,are not enough to repay all love and kindness from her. A mother is given suchhigh appreciation as the the saying goes "heaven is under the mother'sfeet." Even so, the burden of pain and the power to withstand the pain ofthe mother reaches a level like being sorrowful in a very dark valley. We all can not lift and eliminate thepain of our mothers, because suffering has become part of their vocation to bemothers. Your mother endured extreme pain when giving birth to you. Themother's heart is painful for being cut with a sharp knife and her head hit bya stone when her husband is doing evil or her children meet accidents. Thedeath or loss of a husband or children greatly make a mother suffer verydeeply. Saint Monica whose memorial wecelebrate today also experienced great physical and spiritual suffering, when herson Saint Augustine was not yet converted. She prayed while crying and stirredup to God, so that her son could convert. She chose to suffer even if it wasvery severe, as long as her son Augustine changed his life from evil andbelieved in God. Jesus Christ met a widowed mother whosuffered greatly because her only child died. She had lost a husband, she alsolost her only child. But God is full of mercy. At that time, Jesus helped tofill the widow's heart which was empty, so that it became whole again, byraising her dead child. What the Lord did to the widow is thesame as what was done to Saint Monica. The act of love for these mothers isalso done to all our mothers in the world. Joy and sorrow experienced by amother, repaid by the love of the whole world, that is, everyone withoutexception always confirms that he or she was born through a mother. Mother'sheart and character are embedded in him or her so that in him or her life,there is a figure of the mother who plays shaping  him or her whole life. This love for mother is not only aform of kindness from this world that a mother receives, but also what God hasprovided in heaven for a mother. The love of a mother that she shares both withher husband, her children and with anyone around her, will be repaid by God'sgreat love. A mother's responsibility before God is to say that she is veryblessed and grateful for being a mother. Let's pray. In the name of theFather ... O Lord, we pray for our respective mothers and all mothers in theworld, so that they will always be happy and grateful to be the mothers. Gloryto the Father and to the Son and to the Holy Spirit ... In the name of theFather ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Rabu dalam pekan ke-21 masa biasa, 27 Agustus 2025, Peringatan Santa Monika

    Play Episode Listen Later Aug 26, 2025 7:05


    Dibawakan oleh Ririn Pandong dari Paroki Santo Nikolaus Pacar di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. 1 Tesalonika 2: 9-13; Mazmur tg 139: 7-8.9-10.11-12ab; Matius 23: 27-32.KASIH KEPADA IBU Renungan kita pada hari ini bertema: Kasih Kepada Ibu. Semua pujian danhormat kita kepada para ibu, khususnya ibu kita masing-masing, belum cukupuntuk membalas semua kasih dan kebaikan darinya. Seorang ibu diberikanpenghargaan begitu tinggi seperti peribahasa mengatakan “surga ada di telapakkaki ibu.” Meskipun begitu, beban derita dan daya menahan sakit ibu mencapaitingkat seperti duka berada di dalam lembah yang sangat gelap. Kita semua tidak bisa mengangkat dan menghilangkan derita ibu kita, karenapenderitaan itu sudah menjadi bagian dari panggilannya. Ia menahan sakit luarbiasa ketika melahirkan kita. Hati ibu seperti diiris-iris pisau tajam dankepalanya seperti terbentur di batu ketika suaminya berbuat jahat atauanak-anaknya mengalami kecelakaan. Kematian atau kehilangan suami atauanak-anaknya sangat membuat ibu menderita dengan sangat mendalam. Santa Monika yang kita peringati hari ini juga mengalami penderitaan lahirbatin begitu besar, ketika anaknya Santo Agustinus belum bertobat. Ia berdoasambil menangis dan mengaduh kepada Tuhan, supaya putranya itu bertobat. Iamemilih untuk menderita biarpun sangat berat, asalkan putranya Agustinusberubah hidupnya dari kejahatan dan percaya kepada Tuhan. Yesus Kristus bertemu dengan seorang ibu janda yang sangat menderita karenaanak tunggalnya meninggal dunia. Ia sudah kehilangan suami, ia kehilangan jugaanak satu-satunya. Tetapi Tuhan penuh dengan belas kasihan. Saat itu, Yesusmembantu mengisi hati janda itu yang sedang kosong, sehingga menjadi utuhkembali, yaitu dengan membangkitkan anaknya yang telah meninggal dunia.  Yang dilakukan Tuhan terhadap janda itu, sama dengan yang dilakukanterhadap Santa Monika. Tindakan kasih kepada ibu juga dilakukan kepada semuaibu kita di dunia. Suka dan duka yang dialami seorang ibu, dibayar oleh kasihseluruh dunia, yaitu setiap orang tanpa kecuali selalu menegaskan diri bahwa iadilahirkan oleh ibunya. Hati dan karakter ibu tertanam di dalam dirinyasehingga dalam melakoni hidupnya, ada sosok ibu yang ikut membentuk dirinya. Kasih kepada ibu ini bukan hanya sebagai bentuk kebaikan dari dunia iniyang diterima sang ibu, tetapi juga apa yang sudah disediakan oleh Tuhan didalam surga bagi seorang ibu. Cinta kasih seorang ibu yang telah ia bagikanbaik kepada suaminya, anak-anaknya maupun kepada siapa pun di sekitarnya, akandibayar oleh kasih Tuhan yang begitu besar. Tanggung jawab seorang ibu dihadapan Tuhan ialah mengatakan bahwa ia sangat terberkati dan bersyukur karenamenjadi seorang ibu. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan, kami mendoakan ibu kamimasing-masing dan semua ibu di dunia, agar mereka senantiasa gembira danbersyukur menjadi ibu bagi kami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus... Dalam nama Bapa ...

    Readings and meditation on the Word of God on Tuesday of the 21st week in ordinary time, August 26, 2025

    Play Episode Listen Later Aug 26, 2025 6:07


    Delivered by Ariel from the Parish of Saint Albert the Great in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. 1 Thessalonians 2: 1-8; Rs psalm 139: 1-3.4-6; Matthew 23: 23-26.THE BALANCE OF OFFERING AND LOVE The title for our meditation today is: Balance ofOffering and Love. Jesus rebuked the Pharisees because they were verymeticulous in tithing everything, even the smallest things, but forgot the farmore important things, namely justice, mercy, and faithfulness. Their behaviorshows that outward worship can be empty if it is not accompanied by the rightattitude of heart.  They are more concerned with what appears to the humaneye than with what is pleasing to God. This rebuke of Jesus is also relevantfor us today, so that we do not get caught up in godliness that is only theouter skin. If a person prioritizes good name, honor, and praiseover justice and love for others, then the consequences can be fatal. First,the relationship with God becomes superficial because prayer and offerings areonly used as masks. Second, relationships with others are damaged becausecompassion is not present in real action.  Third, hypocrisy is born, where only pseudo-kindnessis shown, even though the heart is filled with selfishness. Finally, all ofthis gives birth to social injustice and indifference to the suffering ofothers. As Christians, we are called to live a balance betweenworship of God and concern for others. Offerings of prayer and thanksgiving areimportant expressions of faith, yet they should not separate us from the callto be merciful, just, and faithful in our daily actions. Without love andjustice, our prayers are just empty words. On the contrary, without prayer, ouracts of love can lose their direction and become mere human morality. That balance is realized when our prayers flow intotangible actions. When we pray, we are invited to realize God's unconditionallove, and then pass it on to others who are suffering. When we give thanks forGod's blessings, we are invited to share with those in need. Whenever wecelebrate faith, it should foster faithfulness to stand up for the weak, upholdjustice, and show compassion. Let us, then, as followers of Christ, not only bediligent in prayer and offering, but also be witnesses of love in our dailylives. True godliness is not only measured by how many prayers we offer orofferings, but by the extent to which the prayer becomes real concern. Thus, weare not trapped like the Pharisees whom Jesus rebuked, but rather becomechildren of God who live in love, justice, and faithfulness. Let us pray. In the name of the Father ... O merciful God,strengthen us in faith with a balance between our prayers, praise, ourgratitude to You and our acts of love for others. Hail Mary full of grace... Inthe name of the Father...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Selasa dalam pekan ke-21 masa biasa, 26 Agustus 2025

    Play Episode Listen Later Aug 26, 2025 8:54


    Dibawakan oleh Hilde Garu dari Paroki Hati Kudus Yesus Golo Welu di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. 1 Tesalonika 2: 1-8; Mazmur tg 139: 1-3.4-6; Matius 23: 23-26.KESEIMBANGAN PERSEMBAHAN DAN KASIH Tema renungan kitta pada hari ini ialah: KeseimbanganPersembahan dan Kasih. Yesus menegur orang-orang Farisi karena mereka sangatteliti dalam memberikan persepuluhan dari segala sesuatu, bahkan dari yangterkecil, tetapi melupakan hal-hal yang jauh lebih penting, yaitu keadilan,belas kasih, dan kesetiaan. Perilaku mereka menunjukkan bahwa ibadah lahiriahdapat menjadi hampa bila tidak diiringi dengan sikap hati yang benar.  Mereka lebih peduli pada apa yang tampak di matamanusia ketimbang pada apa yang berkenan di hadapan Allah. Teguran Yesus inirelevan juga bagi kita sekarang, agar kita tidak terjebak dalam kesalehan yanghanya kulit luar. Jika seseorang lebih mengutamakan nama baik,penghargaan, dan pujian daripada keadilan serta kasih terhadap sesama, makaakibatnya bisa fatal. Pertama, relasi dengan Allah menjadi dangkal karena doadan persembahan hanya dipakai sebagai topeng. Kedua, hubungan dengan sesamarusak karena belas kasih tidak hadir dalam tindakan nyata.  Ketiga, lahirlah sikap munafik, di mana yangdiperlihatkan hanyalah kebaikan semu, padahal hati dipenuhi egoisme. Akhirnya,semua itu melahirkan ketidakadilan sosial dan ketidakpedulian terhadappenderitaan orang lain. Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menghidupikeseimbangan antara ibadah kepada Allah dan kepedulian pada sesama. Persembahandoa dan syukur adalah ungkapan iman yang penting, namun itu tidak bolehmemisahkan kita dari panggilan untuk berbelas kasih, berlaku adil, dan setiadalam tindakan sehari-hari. Tanpa kasih dan keadilan, doa-doa kita hanyalahkata-kata kosong. Sebaliknya, tanpa doa, tindakan kasih kita bisa kehilanganarah dan menjadi sekadar moralitas manusiawi. Keseimbangan itu terwujud ketika doa kita mengalirmenjadi tindakan nyata. Saat kita berdoa, kita diajak untuk menyadari kasihAllah yang tanpa syarat, lalu meneruskannya kepada sesama yang menderita. Saatkita bersyukur atas berkat Allah, kita diajak untuk berbagi dengan mereka yangkekurangan. Setiap kali kita merayakan iman, itu seharusnya menumbuhkankesetiaan untuk membela yang lemah, menegakkan keadilan, dan menunjukkan belaskasih. Maka, marilah kita sebagai pengikut Kristus tidak hanyatekun dalam doa dan persembahan, tetapi juga menjadi saksi kasih dalamkehidupan sehari-hari. Kesalehan sejati bukan hanya diukur dari berapa banyakdoa kita panjatkan atau persembahan kita berikan, melainkan dari sejauh manadoa itu menjelma menjadi kepedulian nyata. Dengan demikian, kita tidak terjebakseperti orang-orang Farisi yang ditegur Yesus, melainkan sungguh menjadianak-anak Allah yang hidup dalam kasih, keadilan, dan kesetiaan. Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa … Ya Tuhan yang mahamurah, kuatkanlah kami dalam iman dengan keseimbanganantara doa, pujian, syukur kami kepada-Mu dan perbuatan kasih kami kepadasesama. Salam Maria penuh rahmat… Dalam nama Bapa…

    Reading and meditation on the Word of God on Monday of the twenty-first week in ordinary time, August 25, 2025

    Play Episode Listen Later Aug 24, 2025 6:39


    Delivered by Bryan Darwi dan Lukitananda Putra Niora from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. 1 Thessalonians 1: 2b-5.8b-10; Rs psalm 149: 1-2.3-4.5-6a.9b; Matthew 23: 13-22.USING THREE CROWNS  Our meditation today is entitled:Using Three Crowns. The crown of thorns is only one put on the head of Jesus,the royal crown is only one on the head of the king, and the crown of thewinner of world beauty contest is only one for the winner. But these threecrowns are particular gifts from Jesus Christ to each of His followers. In the first reading, we see that SaintPaul was very happy and grateful for the growth of faith of the Thessalonians.This Christians community had received baptism in the Holy Spirit andthrerefore, they received also the sanctifying grace with three crowns, namelythe gift of "your faith, your efforts of love and your perseverance ofhope before God and our Father". Faith, love and hope are the basic unityof graces we receive through baptism. Our journey in this world as truebelievers should be guided in the light of these three virtues. The way offaith makes us believe in the greatness and glory of God, who does everythingpossible, even to move mountains. Through faith we ensure that God is alwayswith us and leads our lives in every time and place. The path of love truly makes us anextension of God's good deeds in the world. This act of love can cover up thesins we have committed. Therefore love never fails in its role. Through hope,we are able to survive in facing various challenges, difficulties, sufferingand willingness to repent and then become new. Living with hope means we come meetperfection. The main sign and source for alwaysfulfilling and imbued with these three crowns is the Lord Jesus, our king andteacher. If the faith is not strong enough and tends to be shaken, it is toJesus that we ask for its reinforcement. If love is increasingly empty and hasno effect because of mere words and promises, we must ask for Jesus' empowerment.And if we are weak in hope, surrender and despair, we must ask Jesus forrenewal. Growing well in these three crowns, wecan avoid the hypocritical behavior and mentality of oppressors such as thePharisees and the scribes. We do not want to be scolded by Jesus with strongcriticism: woe to you! On the contrary by always reinforcing the three crowns,we will not stop looking for the fullness of this life until we arrive at Godhimself. Let's pray. In the name of theFather ... O Lord Jesus Christ, in You we find how faith is strong, love isfully expressed and hope never fades. We ask for your blessings so that ourlives will always be a life of faith, love and toward true hope. Hail Mary fullof grace ... In the name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Senin dalam pekan ke-21 masa biasa, 25 Agustus 2025

    Play Episode Listen Later Aug 24, 2025 7:10


    Dibawakan oleh Florensia dari Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Kesambi Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. 1 Tesalonika 1: 2b-5.8b-10; Mazmur tg 149: 1-2.3-4.5-6a.9b; Matius 23: 13-22.TIGA MAHKOTA DIPAKAI SEKALIGUS Renungan kita pada hari ini bertema: Tiga Mahkota Dipakai Sekaligus.Mahkota duri hanya satu di kepala Yesus, mahkota kerajaan hanya satu di kepalaraja, dan mahkota pemenang konteks kecantikan dunia hanya satu di kepadapemenang. Tapi tiga mahkota ini ialah dari Yesus Kristus kepada setiappengikuti-Nya. Di dalam bacaan pertama Santo Paulus sangat senang dan bersyukur denganpertumbuhan iman jemaat Tesalonika. Jemaat ini telah menerima pembaptisan dalamRoh Kudus sehingga mereka menerima rahmat pengudusan dengan tiga mahkota yaitukarunia “amal imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu di hadapanAllah dan Bapa kita”. Iman, kasih dan harapan merupakan keutaman dasar yangkita terima melalui pembaptisan. Perjalanan hidup kita di dunia ini sebagai orang-orang beriman yang benarsemestinya dibimbing dalam terang ketiga keutamaan ini. Jalan iman membuat kitayakin akan kebesaran dan kemuliaan Tuhan, yang mengerjakan segala sesuatumenjadi mungkin, bahkan untuk memindahkan gunung sekalipun. Melalui iman kitamemastikan bahwa Tuhan selalu ada bersama kita dan menyelenggarakan kehidupankita dalam setiap waktu dan tempat.  Jalan kasih sungguh menunjukkan kita sebagai perpanjangan tangan Tuhan yangberbuat kebaikan di dunia. Perbuatan kasih itu dapat menutupi dosa-dosa yangtelah kita perbuat. Oleh karena itu kasih tak pernah gagal dalam perannya.Melalui pengharapan, kita mampu bertahan dalam menghadapi berbagai tantangan,kesulitan, penderitaan dan kemauan untuk bertobat lalu menjadi baru. Hidupdengan pengharapan berarti kita menyongsong kesempurnaan. Patokan dan sumber utama untuk selalu dipenuhi dan dijiwai ketiga mahkotaini ialah Tuhan Yesus, raja dan guru kita. Bila iman terasa kurang kuat dancenderung goyah, kepada Yesus-lah kita minta penguatannya. Bila kasih semakinkosong dan tak punya efek karena hanya kata-kata dan janji belaka, kita harusminta penguatannya kepada Yesus. Dan bila kita lemah dalam pengharapan,menyerah dan putus asa, kita harus minta Yesus untuk pembaharuannya. Bertumbuh secara baik dalam ketiga mahkota ini, maka kita dapat terhindardari perilaku dan mental munafik dan penindas seperti kaum farisi dan ahli-ahlitaurat. Kita tidak mau dimarahi oleh Yesus dengan celaan keras: celakalah kamu!Sebaliknya dengan selalu diperkuat ketiga mahkota itu, kita tak akan berhentimencari kepenuhan hidup ini sampai kita tiba pada Tuhan sendiri.  Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, di dalam Dikau kamimenemukan betapa iman itu kuat, kasih terungkapkan secara penuh dan pengharapanyang tak pernah pudar. Kami mohon berkat-Mu supaya hidup kami setiap saatselalu menjadi kehidupan yang beriman, berdaya kasih dan menuju pengharapansejati. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...

    Readings and meditation on the Word of God on the 21st Sunday in ordinary time, August 24, 2025

    Play Episode Listen Later Aug 23, 2025 11:56


    Delivered by Maria Delie, Michaela Phie, Keithlyn Kusumah, and Stella Wijaya from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Isaiah 66: 18-21; Rs psalm 117: 1.2; Hebrews 12: 5-7.11-13; Luke 13: 22-30.THE NARROW GATE The title for our meditation on this21st Sunday in Ordinary Time is: The Narrow Gate. Today the LordJesus explains about the kingdom of heaven which has a narrow gate. There was ajunior high school student who after listening to his Priest's homily about thenarrow gate to enter heaven, expressed a strong reaction. "I do not agreethat to enter heaven there is only a narrow gate. In fact I want to go in withmy parents, brother and sister, also my friends. How could we all enter?" Perhaps many people have such theteenager's view about the narrow gate to heaven. But if we follow all of Jesus'teachings about discipleship, the real meaning of the narrow gate is not thephysical image of small and narrow doors. The real meaning is discipline thatmust be the life-style of every follower of Christ. Discipline is taken fromthe word "disciple" that refers to student or pupil. Discipline is the main requirement tobecome a true follower of Christ and eventually obtain salvation. The good newsthat Jesus preaches and the Church continues to this day is very promising andmotivating. People have high expectation especially on the eternal happiness.They are interested, listen diligently and want to be part of the promise. Thewhole world is fascinated by it. They all want to enter. The book of the prophet Isaiah in thefirst reading proclaims the arrival of all people from all nations andlanguages ​​to see the glory of God and find His mercy. Jesus himself alsoemphasizes that people come from all corners of the world to be able to sit andeat together in the kingdom of God. But discipline is what will determinewhether or not someone is worthy of being a part of it, to see and experiencethe glory of God. The inspiration from these threereadings of this Sunday at least gives us three aspects of discipline. First,those who want to enter through the narrow gate are those who must be free fromall forms of evil. Jesus warns that it would be useless to hear the word of Godand celebrate faith, but if they still commit evil and sin, they are not worthyfor the His Kingdom. Second, the mission to make othersdisciples of Jesus is something highly demanded on the part of every followerof Christ. They may not enjoy their faith themselves, but share with others andbecome diligent apostles. Third, the ability to endure in all suffering anddifficulties will make someone recognizes the cross as God's way of educatingand training himself, because behind it is eternal happiness. Let's pray. In the name of theFather ... O Lord Jesus, make us your true disciples, being faithful to the wayof your cross. Our Father who art in heaven ... In the name of the Father ...

    Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Minggu Biasa ke-21, 24 Agustus 2025

    Play Episode Listen Later Aug 23, 2025 14:09


    Dibawakan oleh Fransiska Leliana Suryani dan Agustina Trince Ileng dari Paroki Santa Maria Ratu Rosari Reo di Keuskupan Ruteng, Indonesia. Yesaya 66: 18-21; Mazmur tg 117: 1.2; Ibrani 12: 5-7.11-13; Lukas 13: 22-30.PINTU YANG SEMPIT Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-21 ini ialah: Pintu YangSempit. Pada hari ini, Tuhan Yesus menjelaskan tentang kerajaan surga yangmemiliki pintu yang sempit. Seorang siswa SMP pernah mendengar homili Pastortentang pintu yang sempit untuk masuk ke surga, memberikan rekasi keras. “Sayatidak setuju kalau ke surga pintunya sempit. Padahal saya ingin masuk bersamaorang tuaku, kakak dan adikku, juga teman-temanku. Bagaimana mungkin kami semuabisa masuk?” Mungkin banyak orang mempunyai pandangan seperti remaja tersebut tentangpintu ke surga yang sempit. Namun kalau kita mengikuti semua pengajaran Yesustentang pemuridan, makna sebenarnya tentang pintu yang sempit bukan berupasuatu bentuk fisik pintu kecil dan sempit. Makna sesungguhnya ialah sebuahkedisplinan yang wajib dimiliki dan terbentuk di dalam diri setiap pengikutKristus. Disiplin di dalam istilah Bahasa Inggris “disciple” berarti murid.  Disiplin menjadi syarat utama untuk menjadi pengikut Kristus yang sejatidan mendapatkan keselamatan. Kabar gembira yang diwartakan Yesus dandilanjutkan oleh Gereja amatlah menjanjikan. Terutama tentang kebahagiaan yangabadi, orang-orang menaruh harapannya begitu kuat. Mereka tertarik,  mendengarkan dengan tekun dan ingin menjadibagian dari janji tersebut. Seluruh penjuru dunia terpesona dengannya. Merekasemua ingin masuk. Kitab nabi Yesaya dalam bacaan pertama mewartakan tentang datangnya semuaorang dari segala bangsa dan bahasa untuk melihat kemuliaan Allah danmendapatkan rahmat-Nya. Yesus sendiri juga menegaskan bahwa orang-orang  datang dari seluruh penjuru dunia supayadapat duduk makan bersama dalam Kerajaan Allah. Namun disipilin-lah yang akanmenentukan layak tidaknya seseorang menjadi bagian di dalamnya, untuk melihatkemuliaan Tuhan.  Inspirasi ketiga bacaan hari minggu ini paling kurang memberikan kita tigaaspek disiplin. Yang pertama, orang yang ingin masuk melalui pintu sempit ituialah mereka yang harus bebas dari segala bentuk kejahatan. Yesus peringatkanbahwa percuma orang mendengar firman Tuhan dan merayakan imannya, tetapi jikamasih melakukan kejahatan, mereka tidak layak masuk.  Kedua, tugas perutusan untuk membuat orang lain menjadi murid-murid Tuhanjuga sangat dituntut kepada setiap pengikut Kristus. Mereka tidak bolehmenikmati sendiri imannya, tetapi berbagi kepada yang lain dan menjadirasul-rasul yang tekun. Ketiga, kemampuan bertahan di dalam segala derita dankesulitan, akan membuat seseorang mengenal salib sebagai cara Tuhan mendidikdan melatih dirinya, karena dibalik itu adalah kebahagiaan yang abadi. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan Yesus, jadikanlah kami murid-murid-Muyang sejati, yang setia pada jalan salib-Mu. Bapa kami yang ada di surga ...Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Saturday of the 20th week in ordinary time, August 23, 2025

    Play Episode Listen Later Aug 22, 2025 7:28


    Delivered by Nia from the Parish of Good Shepherd in the Diocese of Surabaya, Indonesia. Ruth 2: 1-3.8-11; 4: 13-17; Rs psalm 128: 1-2.3.4.5; Matthew 23: 1-12.STAYWITH YOUR SAVIOR Thetitle for our meditation today is: Stay with Your Saviour. Who among us doesnot want to be appreciated, not helped and not accepted as a fellow humanbeing? Obviously there's none. Every one wants his or her life supported andworks appreciated. On the other hand, he or she does not want to be consideredcriminal, destroyer, sinner or trash and a disease of society. Whenin trouble and in need of help, it is not rejection or humiliation that wewant, but understanding, appreciation, acceptance and help. Saints in heaven arethe examples for us in living united with the Lord our saviour and trulyexperiencing His immense love. They teach us about the intimate relationship ofthe human heart and mind with the Lord, our saviour. Adeep and intimate spiritual experience with God can be the right solution forhumans who have difficulties in life. The Lord Jesus sees what we are, that weare sinners and experience various difficulties in life. We obviously need Hismercy. Jesus teaches us not to pretend, but to be transparent, honest orsincere. We are reminded not to follow the lifestyle of the Pharisees, scribesand religious leaders because their words and actions are inconsistent. Theysay, teach and theorize one thing, but do the other. Their own lives become thejudge that determines that they are against Jesus Christ. Godis the most powerful and He really knows us inside and out. It's useless for usto cover up or pretend, because He already knows what we hide, lie and cheat.It could be that just by being hypocritical and pretending to be like that, weactually don't get help and mercy from God. We will get torment and reproachfrom others. So, we should be honest with ourselves, with others and with God. Withhonesty, surely our difficulties, shortcomings and sins will be exposed; thenthe merciful and gracious God will say to us: “Stay with Me, for you will findsalvation. Something beautiful and great will happen to you, if you will staywith Me." Our beloved saints in heaven really experience this. Our Lady,Saint Joseph, the apostles and all the saints are examples for us, namelychoosing and accepting God's invitation to stay with Him. Don't reject thisinvitation. Let'spray. In the name of the Father... O Father in heaven, may with Your blessingtoday we can live today always under the shadow of Your blessing and love.Glory to the Father and the Son and the Holy Spirit... In the name of theFather...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Sabtu dalam pekan ke-20 masa biasa, 23 Agustus 2025

    Play Episode Listen Later Aug 22, 2025 8:59


    Dibawakan oleh Erna Lolan dan Hendrik Monteiro dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Rut 2: 1-3.8-11; 4: 13-17; Mazmur tg 128: 1-2.3.4.5; Matius 23: 1-12.TINGGALBERSAMA PENYELAMATMU Temarenungan kita pada hari ini ialah: Tinggal Bersama Penyelamatmu. Siapa diantara kita yang tidak ingin dihargai, tidak ditolong dan tidak diterima selayaknyasebagai sesama manusia? Yang jelas tidak ada. Setiap orang ingin hidupnya,dirinya didukung dan pekerjaannya dihargai. Sebaliknya ia tidak ingin dianggappenjahat, perusak, pendosa atau sampah dan penyakit masyarakat. Ketikadi dalam kesulitan dan sedang membutuhkan pertolongan, bukan penolakan ataupenghinaan yang kita inginkan, tetapi pengertian, penghargaan, penerimaan danpertolongan. Para kudus di surga adalah contoh bagi kita dalam hidupmenyatu dengan Tuhan penyelamat kita dan sungguh mengalami kasih-Nya yang amatbesar. Mereka mengajarkan kita tentang hubungan intim hati dan pikiran manusiadengan Allah penyelamat kita. Pengalamanrohani yang mendalam dan mesrah dengan Tuhan dapat menjadi solusi yangtepat bagi manusia yang berada dalam kesulitan hidup. Tuhan Yesusmelihat seperti apa adanya kita, bahwa kita orang-orang berdosa danmengalami aneka kesulitan hidup. Kita jelas membutuhkan belas kasih dari-Nya. Kitadiajarkan oleh Yesus untuk tidak berpura-pura, tetapi transparan, jujur atau tulus. Kita diingatkan untuk tidak mengikuti gaya hidup kaumFarisi, para ahli Taurat dan para pemimpin agama karena kata dan perbuatanmereka tidak sejalan. Mereka berkata, mengajar dan berteori yang satu, tapiberbuat yang lain. Hidup mereka sendiri menjadi pengadil yang menentukan bahwamereka berlawanan dengan Yesus. Tuhanmahatahu dan Ia sungguh mengetahui kita luar dalam. Percuma saja kitamenutup-nutupi atau berpura-pura, karena Ia sudah mengetahui yang kitasembunyikan, bohongi dan curangi. Bisa jadi hanya dengan sikap munafik danberpura-pura begitu, kita justru tidak mendapatkan pertolongan dan belas kasihdari Tuhan. Kita akan mendapatkan siksaan dan celaan dari sesama. Jadisebaiknya kita jujur pada diri sendiri, pada sesama dan pada Tuhan.  Dengankejujuran, pasti kesulitan, kekurangan dan dosa-dosa kita terungkapkan; laluTuhan yang maha rahim dan maha murah itu akan berkata kepada kita: “Tinggallahbersama Aku, karena kamu akan mendapatkan keselamatan. Ada sesuatu yang indahdan besar bakal terjadi pada dirimu, jika engkau mau tinggal bersama Aku.” Santo dansanta di surga sungguh mengalami seperti ini. Bunda Maria,Santo Yosef, para rasul dan semua orang kudus menjadi teladan bagi kita, yaitumemilih dan menyanggupi ajakan Tuhan tinggal bersama-Nya. Jangan sia-siakanajakan ini. Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa... Ya Bapa di surga, semoga dengan berkat-Mu hari ini kami dapat menjalanihidup tiap hari dengan selalu berada di dalam naungan berkat dan kasih-Mu.Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa...

    Reading and meditation on the Word of God on Friday of the 20th week in ordinary time, August 22, 2025, Memorial of the Queenship of the Blessed Virgin Mary

    Play Episode Listen Later Aug 21, 2025 6:14


    Delivered by Joanna from the Parish of Saint Gabriel in the Diocese of Bandung, Indonesia. Ruth 1: 1.3-6.14b-16.22; Rs psalm 146: 5-6.7.8-9a.9bc-10; Matthew 22: 34-40.TOWARD THE TRHONE OF THE KINGDOM Our meditation today is entitled:Toward the Throne of the Kingdom. Today the whole Church celebrates thequeenship of the Blessed Virgin Mary. This memorial is one of our devotions tothe Blessed Mother. Part of these devotions is the prayer of the Holy Rosary,especially on the 5th glorious mystery which is: the crowning of ourLady as queen of heaven and earth. This title gives a very particular positionof Our Lady in the reign of Christ as king to rule over all in heaven and onearth. There is neither separation ordivision of power between Jesus and Mary nor among the number of parties whichis common in democratic politics. That power stands only in one King and it isin the hands of Jesus Christ, whose political power founded on God's love.Mary, as the first blessed among men and women, takes part in the power of theKingship of Jesus, then followed by various segment of the believers facing thethrone of this Kingdom. Facing Him on the throne means giving our trust,obedience, respect and following the path that this kingdom has set for. All tribes of Israel always tried toprove their belief to follow the path of this kingdom with all the colors oftheir story of salvation. The leader of the Israeli army made a promise to God,after conquering their enemies, by sacrificing his own child. Doing this, Hemeant that the power of God remained victorious. Mary after being lifted up toheaven, her position remained unchanged, that is to be the queen of theapostles, angels, all the saints and the Church. She continues to guide ourjourney toward the throne of the Kingdom of Jesus Christ. The apostles radically chose to followJesus, and they were convinced by Jesus to take parts of His kingdom which were inherited by the tribes of Israel.Each of them became bishop in every local Church entrusted to each, but theyall remain united with the Universal Church with one and universal leadership.The bishops are high priests in their local Churches, bringing and directingall God's people to face one majestic throne, where Jesus Christ is. The Popeoccupies the majestic throne in the world, so it is appropriate that we allfacing to the Pope who is in the Vatican. We face and make our journey to thekingdom through prayer that we pray every day: Your kingdom comes on earth asit is in heaven. The kingdom is made present for us to give us security andcomfort, then to rule us through the Holy Spirit in order that we can live intruth. We are sure to be part of this kingdom, it's because Jesus alwaysinvolves us to take part in it. The kingdom is also like the feast thatinvloves all of us. Those who reject the invitation to take part are the oneswho ignore all the messages, words and wills that come from God. Let's pray. In the name of theFather ... O God, the almighty Father, may your kingdom truly govern and guideour lives from every day. Hail Mary full of grace ... In the name of the Father...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Jumat dalam pekan ke-20 masa biasa, 22 Agustus 2025, Peringatan Santa Perawan Maria Ratu

    Play Episode Listen Later Aug 21, 2025 8:08


    Dibawakan oleh Erna Lolan dan Hendrik Monteiro dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Rut 1: 1.3-6.14b-16.22; Mazmur tg 146: 5-6.7.8-9a.9bc-10; Matius 22: 34-40.MENGHADAP KETAKHTA KERAJAAN Renungan kitapada hari ini bertema: Menghadap Ke Takhta Kerajaan. Pada hari ini seluruhGereja peringati Santa Perawan Maria sebagai ratu. Peringatan ini sebagai salahsatu dari devosi kita kepada Bunda terberkati. Bagian dari devosi ini ialah doarosario peristiwa mulia yang ke-5 yaitu: Bunda Maria dimahkotai sebagai ratusurga dan bumi. Gelar ini memberikan posisi Bunda Maria yang mengambil bagiandalam pemerintahan Kristus sebagai raja untuk menguasai segala yang di surgadan bumi.  Tidak adapemisahan atau pembagian kekuasaan antara Yesus dan Maria atau di antarasejumlah pihak yang lazimnya dalam politik demokrasi. Kekuasaan itu hanya satudan berada di tangan Yesus Kristus, dengan politik kekuasaan yang berlandaskancinta kasih Tuhan. Maria sebagai wanita terberkati mengambil bagian di dalamnyalalu menyusul berbagai lapisan dan golongan manusia yang menghadap ke takhtakerajaan ini. Menghadap kepada-Nya berarti memberikan kepercayaan, ketaatan,hormat dan mengikuti jalan kerajaan ini.  Semua suku Israelselalu berusaha membuktikan semangatnya mengikuti jalan kerajaan ini dengansegala warna kehidupan dan perjuangan mereka. Pemimpin pasukan Israel membuatjanji kepada Tuhan, setelah menaklukkan musuh-musuhnya, ia akan mengorbankananaknya sendiri. Ia ingin supaya kekuasaan Allah tetap berjaya. Bunda Mariasetelah diangkat ke surga, posisinya tetap tidak berubah yaitu menjadi ratupara rasul, para malaikat dan semua orang kudus. Para rasulmemilih untuk mengikuti Yesus Kristus secara radikal, dan diyakinkan oleh Yesusuntuk mendapat bagian dari kerajaan-Nya yang sudah diwariskan oleh suku-sukuIsrael. Setiap rasul ini menjadi uskup di setiap Gereja lokal yang merekapimpin, tetapi mereka tetap menyatu dengan Gereja Universal dengan kepemimpinanyang satu dan menyeluruh. Para uskup adalah imam agung di wilayah Gerejanya,membawa dan mengarahkan seluruh umat Allah untuk menghadap ke satu takhtakerajaan, yaitu Yesus Kristus. Paus menempati takhta itu di dunia, sehinggasangat pantas kita semua mengadap ke Paus yang berkedudukan di Vatikan. Kita menghadap kekerajaan itu melalui doa yang kita panjatkan tiap hari: Datanglah kerajaan-Mudi atas bumi seperti di dalam surga. Kerajaan itu hadir bagi kita untukmemberikan kita rasa aman dan betah, lalu menguasai kita melalui Roh Kudusuntuk hidup di dalam kebenaran. Kita yakin menjadi bagian dari kerajaan itu,antara lain karena Yesus selalu melibatkan kita untuk mengambil bagian didalamnya. Kerajaan itu ialah bagaimana pesta raya yang melibatkan kita semua.Mereka yang menolak undangan berarti tidak mengindahkan semua pesan, firman dankehendak yang datang dari Tuhan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya AllahBapa maha kuasa, semoga kerajaan-Mu sungguh mengatur dan membimbing hidup kamidari waktu ke waktu. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Thursday of the 20th week in ordinary time, August 21, 2025, Memorial of Saint Pius X, Pope

    Play Episode Listen Later Aug 20, 2025 8:48


    Delivered by Grace Larope from the Parish of Sacred Heart of Jesus Cathedral in the Archdiocese of Makassar, Indonesia. Judges 11: 29-39a; Rs psalm 40: 5.7-8a.8b-9.10; Matthew 22: 1-14.NEW HEART AND A NEWSPIRIT Our meditation todayhas the theme: A New Heart And A New Spirit. Human heart has its spiritualdimension, from which the activities such as feeling, willing and choosingcome. Meanwhile, human spirit is the spiritual element of human person thatconnects himself or herself with God. When he or she is praying or meditating on the Word of God, his or her spiritual activity becomes dominant, wherein all his or her attention is in union with the divine. There are occasionswhen the condition of one's heart and spirit is considered old or out of date.This means that if his heart and spirit below the standard of the Lord, namelya old type of human profile enslaved by sin and evil. The Lord wills that thistype must be replaced with a new profile of man or woman, namely the one who isrenewed and redeemed in the spirit of God. In general, the scriptures give usthe truth that Jesus Christ had made new the face ofthe earth and particularly the people who take part in His being the Son of Godand in His mission, are truly made new. There was a boy whowas too naughty at home that has caused him a big setback in his study at thejunior high school near his home. Surely he became frustrated and his parentswere mostly anxious about their son's study situation. They responded to this bybringing the boy to the school dormitory at the beginning of the new schoolyear. Priests and religious brothers took care the boys who were members ofthis dormitory. On the first day at the dormitory, this teenager soonexperienced a situation of confict within himself. The condition of thedormitory, the rules, togetherness with his fellow students, and the assistancefrom priests and brothers; all these seemed to make him unable to follow hisown will as he used to be in the past, such as laziness, grumbling, protesting,insulting, stealing, fighting. This conflict did notdiscourage him. However, the life in the dormitory for him was a goodchallenge, especially since he remembered that in the beginning he was givenencouragment that he would obtain good achievement in his study. He just livedout this new life day by day and wanted that, that promise would come true.During the holidays after school year and while at home, his family noticed thefact that this boy has completely changed.His mother asked him: "What has made youchange, son?" He responded the mother by pointing out to the cross ofJesus hanging on the wall. This is an example ofa new heart and a new spirit. The prophetEzekiel explained that God would come and walk around to forgive His people whowere already so sinful. They would be released from their old life, and begiven a new life, with their hearts and spirits made new. When every time we acceptand fulfill God's will to do His work, we are made new again. Let's alwaysaccept His invitation to work in His Kingdom! Let's pray. In the name of the Father... O Lord Jesus, may we always fulfill Your word and invitation to follow andfulfill the Father's will. Our Fatherwho art in heaven ... In name of the Father ...

    Bacaan dan renungan Sabda Tuhan pada hari Kamis dalam pekan ke-20 masa biasa, 21 Agustus 2025, Peringatan Santo Pius X, Paus

    Play Episode Listen Later Aug 20, 2025 8:20


    Dibawakan oleh Hendrik Monteiro dan Meri Kaona dari Komunitas Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria di Keuskupan Maumere, Indonesia. Hakim-Hakim 11: 29-39a; Mazmur tg 40: 7-8a.8b-9.10; Matius 22: 1-14.HATI DAN ROH YANG BARU Renungan kita pada hari ini bertema: Hati Dan Roh Yang Baru. Hati untukseorang manusia adalah salah satu bagian dimensi rohani, yang dari sanaaktivitas seperti merasakan, menginginkan, memilih berasal. Sedangkan rohmerupakan bagian rohani manusia yang menghubungkan dirinya dengan Tuhan. Ketikaia sedang berdoa atau bermeditasi, kegiatan rohnya menjadi dominan, dimanaseluruh perhatiannya menyatu dengan yang ilahi. Ada kesempatan ketika keadaan hati dan roh seseorang dianggap lama atauketinggalan waktu. Artinya, kalau menurut standar kitab suci, sosok manusialama yang terikat dengan dosa sudah tidak berguna, maka harus diganti dengansosok atau profil yang baru. Secara umum kitab suci menguatkan keyakinan kitabahwa pribadi Yesus Kristus membuat wajah dunia menjadi baru dan terutamasetiap orang yang mengambil bagian di dalam diri-Nya dan seluruh karya-Nyadijadikan baru.  Ada seorang remaja laki-laki, karena terlalu nakal di rumah yangikut berdampak pada progress belajar sekolahnya di SMP, di awal tahun ajaranbaru orang tuanya membawanya untuk tinggal di asrama. Para pastor dan bruderyang mengelola asrama itu. Di hari pertama berada di asrama, remaja inilangsung mengalami suatu situasi perseteruan di dalam dirinya. Keadaan asrama,peraturan-peraturan, kebersamaan dengan sesama anggota asrama, dan pengawasanpara pembina, semua itu seperti membuatnya tidak bisa menuruti kehendaknyasendiri seperti yang ia biasa lakukan: maki-maki, malas, membantah pembicaanorang lain, mencuri, mengejek atau menghina, dan malas belajar. Pertentangan ini tidak membuatnya hilang semangat. Bagaimanapun, suasanadi asrama menjadi tantangan yang baru dan bagus, terutama karena ia dijanjikanakan mendapatkan prestasi belajar yang bagus. Ia jalani saja hari demi hari daningin supaya janji itu dapat terwujud. Pada waktu liburan akhir tahun ketikaberada di rumah, keluarganya menangkap kenyataan bahwa remaja ini berubah totaldalam tingkah lakunya. Ibunya bertanya: “Apa yang menyebabkan kamu berubah,Nak?” Ia menunjuk pada salib Yesus yang tergantung di dinding. Itulah jawabannya. Itu adalah satu contoh hati dan roh yang baru. Nabi Yeheskiel menjelaskanbahwa Tuhan akan berbalik mengampuni umat-Nya yang sudah terlanjur berdosa.Mereka akan dibebaskan dari kehidupan lama, dan diberikan hidup yang baru,dengan hati dan roh mereka dijadikan baru. Ketika setiap kali kita menerima,menyanggupi, dan terlibat dalam undangan Tuhan untuk melakukan karya-Nya, kitadibuat kembali menjadi baru. Terimalah selalu ajakan-Nya itu! Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa... Ya Tuhan Yesus, semoga kami selalu menyanggupi setiap kehendak danundangan-Mu. Bapa kami yang ada di Surga,dimuliakanlah nama-Mu ... Dalam nama Bapa ...

    Reading and meditation on the Word of God on Wednesday of the 20th week in ordinary time, August 20, 2025, Memorial of Saint Bernard, Abbot and Doctor of the Church

    Play Episode Listen Later Aug 20, 2025 6:32


    Delivered by Father Peter Tukan, SDB from Salesian Don Bosco Gerak in the Diocese of Labuan Bajo, Indonesia. Judges 9: 6-15; Rs psalm 21: 2-3.4-5.6-7; Matthew 20: 1-16a.MAKING USE OF TIME IS THE SAME ASSACRIFICE OF ONESELF Our meditation today is entitled:Making Use of Time Is the Same as Sacrifice of Oneself. Is time really the sameas human beings? The book of Judges describe various good trees which at theright time produce their superiority or their best, each refusing to sacrificeits best in order to become king over the other trees. Only a small, ugly,thorny plant is willing to sacrifice itself to become king. The workers integrate and unite theirwork time that each one deserves accordingly with themselves as workers. Wagesare given not only because of work time already fixed for each but especiallysacrifice and performance of workers and the generosity of the one who pays.Sacrifice of time is an indicator or sign for the human person and his actionsat any given time. So the sacrifice or the use of time is a sacrifice of theone who puts him/herself into the work. Our liturgy today relates sacrificewith the calling of leaders and those who work to serve others. Leaders andservants have the characteristic of sacrificing or offering their times. Agovernor must spend more time serving people, than for his own  family. A principal of the school also doesthe same, serving more his teachers and students than himself or his family. The leader and servant should offertheir times and themselves to God. Their main characteristic is willingness andfreedom. Wages in material good or money are not the main things, but what isimportant is what they give or offer. God wants a sacrifice that is freely andconsciously given from generosity, expressions of love and obedience. Leading the family, community andChurch is normal. In all these there is the aspect of service. Then God wantsto speak about this to each one of us: the time to be used for any given workor serice is sacred and it does not depend on short or long duration. When timeis used properly and fruitfully, then a quality of work to serve others ortaking care life to be prioritized, by not seeking first what in return, thisis the real sacrifice of oneself. So we need to fill our time withself-sacrifice, and vice versa self-sacrifice really requires the time of itsrealization. It's useless to talk about sacrifice but we don't have time forthat. There is no meaning or nonsense if we have time but just wasting and notusing it with a sacrifice of self. Let's pray. In the name of theFather ... O Lord Jesus Christ, thank you for teaching us today the meaning ofself-sacrifice. Bless us, O Lord Jesus. Glory to the Father and to the Son andto the Holy Spirit ... In the name of the Father ...

    Claim La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

    In order to claim this podcast we'll send an email to with a verification link. Simply click the link and you will be able to edit tags, request a refresh, and other features to take control of your podcast page!

    Claim Cancel