POPULARITY
Kencan Dengan Tuhan - Jumat, 9 Mei 2025Bacaan: Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" (Markus 10:51) Renungan: Suatu ketika Bartimeus yang buta berteriak-teriak di pinggir jalan Yerikho, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang kemudian mencoba untuk menghentikan jeritan hatinya. Tetapi Bartimeus berseru semakin kuat. Dan ketika Yesus memanggilnya, ia meninggalkan jubahnya dan segera pergi menghadap Yesus. Lalu Yesus bertanya, "Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Sungguh suatu tawaran yang indah, yang juga merupakan sebuah pertanyaan yang selalu Tuhan ajukan pada kita Tetapi banyak kali kita tidak dapat mendengarnya karena kita tidak memiliki sikap hati yang benar seperti Bartimeus. Bartimeus memang memiliki mata jasmani yang buta, namun ia memiliki mata iman yang mampu menembus dinding keterbatasan untuk melihat kuasa Yesus tercurah atas dirinya. Sebaliknya, kita yang memiliki mata jasmani yang melihat, namun memiliki sikap hati dan mata iman yang buta, sehingga kita hanya berputar-putar pada situasi yang buntu. Mata iman yang buta akan mendatangkan kelumpuhan mujizat Tuhan dalam hidup kita. Untuk itu, marilah kita melihat beberapa sikap hati Bartimeus yang mampu mengusir kebutaan rohani dan mengalami kuasa-Nya.Pertama, pada waktu Bartimeus mendengar orang banyak lewat, ia bertanya, "Apa itu?" Kata orang kepadanya, "Yesus, orang Nazaret lewat." Lalu ia berseru, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Bartimeus mengetahui bahwa Yesus adalah Si Pembuat Mujizat. Sehingga ketika ia mendengar tentang Dia, timbullah sikap hati yang penuh pengharapan dan berseru-serulah ia kepadaNya. Siapakah Yesus dalam kehidupan kita dan sejauh manakah kita mengenal pribadi-Nya? Pemahaman dan pengenalan yang benar tentang Dia akan sangat memberi dampak kepada kehidupan iman dan pengharapan kita.Kedua, banyak orang di sekitar Bartimeus mencoba menghentikan seruan hatinya. Namun semakin keras ia berseru. Sikap orang-orang di sekitarnya tidak menghentikan langkah Bartimeus untuk terus berseru bahkan ia berseru semakin kuat karena ia tidak tahu pada jeritan keberapakah suaranya akan dapat didengar oleh Yesus di tengah hiruk-pikuk orang banyak itu. Hal apakah yang sering menghentikan kita menjerit di hadapan-Nya? Apakah kekecewaan, keputusasaan, ketidakpercayaan, keraguan, kelelahan, kesombongan diri telah menghentikan langkah kita untuk memohon belas kasihan-Nya, sehingga kita menjadi pahlawan yang kalah sebelum berperang? Jangan kita menjadi lelah dan putus asa, melainkan teruslah berseru kepadaNya siang dan malam, sampai la muncul membenarkan kita.Ketiga, Bartimeus menanggalkan jubahnya agar tak ada sesuatu pun yang mungkin akan memperlambat langkahnya menghampiri Yesus. Apa jubah yang telah memperlambat langkah kita untuk menghampiri-Nya. Tanggalkanlah segala jubah keraguan karena la yang memanggil kita memiliki jawaban atas segala persoalan kita. Tuhan Yesus memberkati. Doa:Tuhan Yesus mampukanlah aku menanggapi panggilan-Mu dan memandang Engkau dengan mata iman sehingga aku mengalami kuasa-Mu dalam hidupku. Amin. (Dod).
In deze aflevering draait het om de tentoonstelling Bagage Bezorgd, een reizende tentoonstelling over rouw en verlies van Stichting The Mourning. We bezoeken de tentoonstelling die is ingehuurd door Bartimeus, een instelling van mensen met een visuele beperking. We gaan met vier mensen in gesprek over verlies in de breedste zin, in relatie tot veranderingen in de zorg en verlies in geval van een visuele beperking; Justine Niekus -projectleider informele zorg Bartimeus. Anjet Brouwer – van Dijken – gastvrouw bij de tentoonstelling en zus van een bewoner. Ramona Verhoek – maker van Bagage Bezorgd. Lucia van Rouendal – moeder van bewoonster. De muziek in deze aflevering is van Shane Ivers; Breathe, Depth of Focus, Inspirational Breakthrough en Sailing away.
Kencan Dengan Tuhan - Rabu, 8 Januari 2025 Bacaan: "Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus." (Markus 10:50) Renungan: Pada waktu orang memberitahukan kepada Bartimeus bahwa Yesus memanggilnya, maka ia pun menanggalkan jubahnya. Bartimeus dipenuhi dengan sukacita karena ia meyakini bahwa sebentar lagi akan ada perubahan penting dalam dirinya. Keyakinan seperti yang dimiliki Bartimeus dalam hal ini dapat disebut sebagai iman. Iman telah membuatnya melangkah datang kepada Yesus, iman telah membuatnya melakukan sesuatu yang dramatikal, yaitu menanggalkan jubahnya. Ia sengaja menanggalkan jubah tersebut agar ia lebih leluasa datang menemui Yesus. Meskipun jubah luar pada umumnya merupakan pakaian yang melindungi seseorang dari cuaca yang dingin, namun apalah arti sebuah jubah bagi Bartimeus dibandingkan kesembuhan yang akan diterimanya dari Yesus. Bartimeus rela menanggalkan jubahnya karena ia tahu ada hal yang lebih penting daripada sebuah jubah. Ini merupakan gambaran yang sangat indah bagi seorang berdosa yang memutuskan untuk datang kepada Yesus. la harus rela menanggalkan "jubah" yang selama ini ia kenakan, yaitu jubah dosa yang telah membutakan mata rohaninya. Ia harus bangkit dan segera datang kepada Yesus dengan sukacita dan iman yang sungguh-sungguh bahwa kuasa Yesus sanggup mengubahkan hidupnya. Untuk mendapatkan kemurahan hati Allah, ia harus bersedia meninggalkan kehidupan lamanya Rasul Paulus berkata, "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus." (Flp 3:7). Pertemuan dengan Yesus akan mengubah hidup serta cara pandang kita. Apa yang dahulu kita anggap menguntungkan dan sangat berarti, kini kita anggap rugi ketika mengenal-Nya. Sesungguhnya, pengenalan akan Yesus tidak dapat dibandingkan dengan apa pun yang dapat kita raih di dunia ini. Karena itu, tanggalkanlah "jubah" yang selama ini kita kenakan, jubah yang telah merintangi kita untuk datang kepada Yesus, jubah yang membutakan mata rohani kita sehingga kita tidak bisa melihat Sang Kebenaran itu. Bartimeus mengajar kita untuk rela melepaskan apa yang selama ini kita anggap penting, yang membuat kita merasa nyaman, namun yang menghalangi kita untuk mengenal Yesus. Percayalah, ketika kita datang kepada-Nya maka kita akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik. Memiliki Yesus berarti memiliki segalanya! Tuhan Yesus memberkati. Doa: Tuhan Yesus, berilah aku keberanian untuk melepaskan segala sesuatu yang selama ini menghalangiku untuk datang kepada-Mu. Amin. (Dod).
Fr. Ignacio Llorente - 30th Sunday in Ordinary Time - Mk 10:46-52
The Truth in Love: Homilies & Reflections by Fr. Stephen Dardis
October 27, 2024. 30th Sunday of Ordinary Time homily by Fr. Matt Lowry about how Bartimeus approaches Jesus with the desire to see. Even though Bartimeus was blind, he saw enough to know that Jesus is God and the One he needs.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Tirto, Hendry, Rini dan Pater Peter, SDB dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Yeremia 31: 7-9; Mazmur tg 126: 1-2ab.2cd-3.4-5.6; Ibrani 5: 1-6; Markus 10: 46-52 DOA UNTUK DAPAT MELIHAT Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-30 ini ialah: Doa Untuk Dapat Melihat. Pengalaman Bartimeus sebagai seorang buta sebelum disembuhkan oleh Yesus, sangat mungkin penuh dengan doa-doa untuk dapat melihat. Kita dapat membayangkan seperti apa doanya. Bisa saja ia berdoa novena berulang kali. Bisa saja ia menyempatkan diri berlama-lama di depan altar suci Tuhan Allah. Mungkin ia juga minta banyak orang di sekitarnya untuk mendoakan supaya kebutaannya lekas hilang, ia memperoleh kesembuhan dan dapat melihat dengan normal. Bartimeus berjumpa dengan kita pada hari Minggu ini dan mengundang kita semua dalam suatu gerakan bersama untuk berdoa supaya kita dapat melihat. Tetapi bukankah banyak dari kita sungguh menyatakan diri sebagai orang-orang yang mempunyai mata yang sehat, sehingga dapat melihat begitu jelas di sekitar kita? Dalam sudut pandang rohani, undangan Bartimeus ini adalah lebih menekankan cara kita melihat pada apa yang tidak bisa kita lihat secara jasmani, yaitu melalui indera mata kita. Kita diingatkan untuk menggunakan kemampuan rohani untuk dapat melihat secara rohani. Kemampuan ini biasanya kita sebut sebagai mata rohani. Doa kita bersama ialah: “Tuhan Yesus, semoga kami dapat melihat dengan jelas kehendak Tuhan atas pribadi kami dan hubungannya dengan sesama di sekitar kami.” Kiranya melalui doa ini, kita dapat melihat rahmat penghiburan yang bersumber dari Tuhan Allah. Di dalam kenyataan hidup manusia yang berkekurangan dan menderita sakit dan kesulitan, Tuhan mengirimkan penghiburannya. Nabi Yeremia melihat bahwa penghiburan itu dapat merupakan pemberian dari diri kita masing-masing. Setiap orang dikaruniai Tuhan kemampuan untuk memberikan penghiburan. Melalui kabar baik dan perbuatan baik, kita dapat menjadi penghiburan bagi orang-orang di sekitar kita yang sedang mengalami musibah atau sakit. Melalui doa ini, kiranya kita dapat melihat bahwa perjalanan rohani kita sebagai anggota Gereja yang satu, suci, dan kudus selalu di bawah bimbingan imam Agung kita yaitu Yesus Kristus. Tugas imam Agung Yesus Kristus ialah menghubungkan kita dengan Bapa yang maha kuasa. Yesus menjadikan kita juga sebagai para perantara bagi sesama kita kepada Allah Bapa. Yesus telah menjadi perantara sehingga Bartimeus yang sebelumnya tidak bisa melihat kemuliaan Tuhan, akhirnya dapat melihat. Di dalam keadaan dan pekerjaan kita masing-masing, kita dapat menjadi pengantara rahmat supaya orang lain dapat menikmati kemuliaan Tuhan. Kepentingan penghiburan dan bimbingan rohani yang bersumber dari Tuhan sendiri merupakan kebutuhan rohani kita yang tidak boleh diremehkan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, ke dalam tangan-Mu kami gantungkan harapan kami untuk selalu melihat kemuliaan-Mu dalam diri kami dan lingkungan di sekitar kami setiap hari. Bapa kami ... Dalam nama Bapa...
Op 1 en 2 November vind de oogbeurs in het Beatrixgebouw van de Jaarbeurs in Utrecht plaats. Daar zullen diverse organisaties dan hun actuele aanbod en de ontwikkelingen op het gebied van het leven met minder zicht presenteren. Deze maand spreekt Bas met een groot aantal bedrijven en organisaties die je op de beurs kunt bezoeken. In het 4e en laatste deel van deze oogbeurs reeks maak je kennis met de organisaties, Low Vision totaal, vereniging Oog in Oog, De Irishof, Komt het zien!, Baseball for blind, Van Lent systems, Sensotec en Bartimeus. Daarbij hoor je wat men op de Oogbeurs te bieden heeft.
“What do you want me to do for you?” Jesus asked him. The blind man said, “Rabbi, I want to see.” — Mark 10:51 When I am in my car alone, I often have conversations with God. It's the perfect time to talk out loud and express what is going on in my thoughts and my life. This is really easy as long as I am doing the talking. But when I go silent and listen, it's a different story. I hear the same question that Jesus asked Bartimaeus: “What do you want me to do for you?” It seems like a straightforward question that I can answer easily. But, knowing about Jesus and how he calls us to live, I realize that I need to think carefully. Fulfilling a desire that is on my mind would be great—but what about that person I know who has not yet come to faith in Christ? Or what about that person who is suffering and needs healing? My list can be rather lengthy. And all of the things on my list are worth asking for. Bartimeus believed in Jesus as the Messiah, the Son of David. He knew he was crying out to the Savior, and he was sure of his answer. And when he was healed, he left everything behind to follow Jesus. As I write this, I realize that I too need to trust so fully in Jesus that I can see he is the one who is capable of doing anything. Sometimes I want the miracle more than I want the one performing it. When Jesus asks us, “What do you want me to do for you?” may our trust in him clarify our answer. Then, like Bartimaeus, let us ask boldly. Lord, have mercy on us. Hear our prayer. Thank you that you are indeed our Savior and Lord who cares for us. Amen.
The Truth in Love: Homilies & Reflections by Fr. Stephen Dardis
We zijn aangekomen bij de laatste preek van de thema serie SAMEN. Niek sprak enkele weken geleden over Bartimeus, over samen op staan en stappen maken. We hoeven niet in onze oude identiteit te blijven zitten, wij mogen de mantel van ons oude leven van ons afschudden als we Jezus gaan volgen.Matthijs sprak twee weken terug over het verhaal van de Barmhartige Samaritaan, en hoe wij samen kunnen laten zien in ons gedrag dat we leerlingen van Jezus zijn, door onze daden. Je naaste liefhebben is niet roepen maar doen. Laat je tijdens deze creatieve dienst meenemen naar de leerlingen van Jezus die na Zijn kruisiging en opstanding, na Hemelvaart en Pinksteren achterbleven. En zij gingen doen wat ze Jezus hadden zien doen. Wat kunnen jij en ik leren van hen om vandaag: SAMEN JEZUS TE VOLGEN?
In het leven loopt het niet altijd van een leien dakje. Je kunt vast zitten in patronen die moeilijk zijn om te doorbreken. Je vraagt je af wat het doel is van je leven, je mist houvast. Je verlangt naar verandering, naar duidelijkheid, naar richting... Bartimeus zit al jaren langs de kant van de weg, totdat Jezus langskomt. En ja, Jezus doet een wonder en laat Bartimeus weer zien. Maar is dat het hele verhaal? Is dat waar het om gaat? Of heeft dit verhaal wat zeggen over jou, over je omgeving en misschien nog wel meer...
Bartimeus hadde bilder av Jesus som gjorde at han ropte ut i håp og lengsel. Det er så mange rop i denne verden, og dypest sett er de rop etter Jesus. Forstår vi de? Og hvilke bilder av Jesus har vi egentlig?Luk 18, 35-43
Op de Ziezo beurs die in het weekend van 12 t/m 14 april in Utrecht plaatsvond kon je bij de stand van Bartimeus ook Annemarie Nodelijk vinden. Annemarie Nodelijk, zelf slechtziend, is de oprichtster van Blinde Liefde voor Salsa. Zij is daarmee de initiator van de allereerste dansschool voor mensen met 0 tot 100% zicht en met locaties in Rotterdam, Amsterdam, Arnhem, Utrecht en Bonaire. Het doel is om salsa lessen aan te bieden waarbij iedereen welkom is en waarbij mensen met beperkt zicht de lessen goed kunnen volgen. Op die manier worden 2 werelden samengebracht. De groepen zijn kleiner, wat persoonlijke aandacht vergroot. Bas Barendregt was nieuwsgierig hoe het er aan toeging en toog voor deze podcast naar Rotterdam om een salsa dansles mee te maken. Daar sprak hij met deelnemers, de dansleraar en natuurlijk Annemarie Nodelijk zelf.
Ook dit jaar is er weer een ZieZo-beurs. Deze wordt georganiseerd op 11,12 en 13 april in hal 3 van de Jaarbeurs in Utrecht. De ziezo-beurs is dit jaar geïntegreerd in de Veine beurs en makkelijk toegankelijk direct na de entree aan de linkerkant de ziezo hoek. Vanaf dit jaar heet de beurs daarom ZieZo-beurs en VeineDAGEN In deze 5 kwartier staan we hierbij stil en houden we je op de hoogte wat er allemaal op het Ziezo deel van de beurs te vinden is. Vandaag spreekt Bas met Annemarie Nodelijk, oprichtster van blindenliefde voor Salsa. Vertegenwoordigers van het bedrijf CBB en van de organisaties: Visio en Bartiméus
Negli anni 2000, sulla scia di Harry Potter, nascevano saghe fortunatissime come Percy Jackson e Artemis Fowl. La trilogia di Bartimeus è ormai un cult degli urban fantasy middle grade (un target 11-12 anni) di quel periodo aureo per il genere. Eppure in Italia non è stato mai pienamente valorizzato dal punto di vista editoriale. Sarà il caso di recuperare? Ne parliamo nell'episodio di oggi.
Understanding the BibleSupport this podcast at — https://redcircle.com/lets-talk-scripture/donations
Questa avventura è sostenuta dai nostri patreon. Esplora l'opportunità di sostenerci su https://www.patreon.com/DueDraghiPlus La fine del viaggio si avvicina con l'arrivo della neve. Bartimeus si trova ad affrontare la sua verità.
"Hva vil du jeg skal gjøre for deg?" spurte Jesus. Mark. 10, 51 Det er et godt og viktig spørsmål Jesus stiller, og et eksempel for oss alle. Bartimeus som Han snakket med, var blind, og det var synlig, men Jesus som er allvitende, spurte likevel. Det viser respekt og ivaretar verdigheten til Bartimeus. Da jeg var kronisk syk, ville mange be for meg. Og det var omsorg som lå bak. Men mange glemte å spørre meg. De tok det som en selvfølge, at de visste hva jeg ønsket og trengte. De første gangene sa jeg ja av hensyn til den andre. Men det føltes faktisk som et overtramp mot meg selv. Etter hvert lærte jeg å takke høflig nei og ba dem heller om å løfte meg fram i bønn når de var alene med Herren. Å anta at en person som for eksempel kommer på et møte i rullestol, at den alltid er lei seg eller ønsker forbønn eller helbredelse, er uheldig. For det går an å være fri uten å være frisk. Og motsatt: et såret hjerte som trenger helbredelse, synes ikke på utsiden nødvendigvis. Så det å spørre "Hva ønsker du?" framfor å anta, det er et godt sted å starte, uansett hva som er synlig. Ta med deg disse ordene i dag, og hør Jesus som spør deg: «Hva vil du Jeg skal gjøre for deg?» Og ta det også med deg videre ut til andre, og spør de rundt deg: «Hva vil du at jeg skal gjøre for deg?» av Eli Fuglestad, Norea Mediemisjon
Carine Lichtenberg is werkzaam als ergotherapeut bij Bartimeus. Ze traint allerlei praktische vaardigheden zoals koken, mobiliteit en huishouden met blinde en slechtziende personen. Beluister in dit gesprek hoe ze zich van stage lopen in 2007 ontwikkeld heeft tot de functie die ze nu bekleed. Hoe leer je een blinde persoon een route aan? Wat kan helpend zijn voor mensen in de directe omgeving van iemand met een visuele beperking? Krijg een uniek kijkje achter de schermen van Bartimeus en ontdek wat Carine voor toekomstplannen heeft. Data van opname: 08-10-2020, 16-05-2022
We continued the talk from the previous week called The House that Wisdom Builds. One thing humans have in common is a deep longing to be someone who can stand the test of time and stand tall through all the experiences of being human. In part 2 of this talk, we looked at a few things that we can do to help build a house (us) that can withstand and last through all the elements of the human experience. The first thing we brought up was the ability to articulate what it is you long for. There is this moment when Jesus asked Blind Bartimeus “what can I do for you?” It's interesting that Jesus still asked the question when it seems obvious what Bartimeus needs. In our journey of life, being specific about what you long for in your life is something Jesus looks for and is important to Him.Secondly, understanding there is a difference between having no pain and being healthy. Do you wonder how much of our lives are we just trying to get out of pain, but not doing what it takes to get to a place of health. It is vital our motivation in life shouldn't just be to not have pain, but to be in a place of health. The last thing we talked about was asking ourselves the question, why is it so hard for us to receive instruction, advice and correction? Pride. The enemy of the house your soul longs to build is Pride. The enemy of your future is Pride. Imagine with me just on the other side of Pride is a house can be built that will stand the test of time. But because of Pride and Self Preservation we will miss out on wisdom, understanding and knowledge to build a house that goes into the future and increases in strength, courage and blessings. It's time to confront the pride in our life. For more info you can go to our website and also check us out on instagram and Facebook. We are also on YouTube. If you want to support STUDIO financially you can do so here. Have a great week!
Our VineKids Director, Mary Fisher, gave this week's message from Mark 10:46-52, when Jesus heals Bartimeus, who was blind. Mary shares about Jesus seeing us even when we can't see him and how Jesus can transform our life.
Kencan Dengan Tuhan - Senin, 17 Juli 2023 Bacaan: "Lalu kata Yesus kepadanya, 'Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya." (Markus 10:52) Renungan: Orang bisa saja mengalami mujizat, tetapi tidak semua menanggapi mujizat dengan cara yang benar. Bartimeus merupakan contoh orang yang benar di dalam menanggapi mujizat yang ia terima. Ia tidak hanya berhenti sampai pada celik matanya, tetapi lebih daripada itu ia menyerahkan hatinya kepada Yesus sebagai ucapan syukurnya. Keputusan Bartimeus untuk mengikut Yesus menunjukkan bahwa ia tidak hanya sembuh secara jasmani, tetapi ia juga sembuh secara rohani. Cobalah untuk mengingat kembali mujizat atau pertolongan apa yang pernah kita terima dari Yesus. Apakah semua itu sudah cukup menggugah hati kita untuk lebih menyerahkan diri kita kepadaNya, atau kita berlaku seperti sembilan orang kusta yang melupakan Yesus begitu saja setelah mereka menerima kebaikan-Nya? Sekalipun kita menerima mujizat berkali-kali, semua itu tidak ada artinya jika kita tidak sembuh secara rohani dengan mengalami pengenalan yang benar pada Yesus. Pengenalan yang benar itu menuntut penyerahan diri yang lebih total kepada-Nya. Mari, jadilah pribadi yang haus untuk lebih mengenal Pribadi yang sudah menurunkan mujizatnya atas kita. Tuhan Yesus memberkati. Doa: Tuhan Yesus, aku bersyukur karena boleh menerima mujizat-Mu setiap hari berupa nafas kehidupan. Bukalah hatiku agar aku menjadi lebih terbuka dan mau menyerahkan hidupku lebih lagi pada-Mu. Sehingga hidupku bukannya aku yang dulu lagi yang banyak mengecewakan hati-Mu dan sesamaku, tetapi hidup yang menjadi garam dan terang bagi sesamaku. Yesus, kini kusadari bahwa hidupku selama ini adalah hadiah yang terindah dari-Mu, maka ajarilah aku untuk menjaga hadiah ini dengan baik sehingga bisa dirasakan orang lain dan menjadi berkat untuk mereka. Amin. (Dod).
Jonathan Middlebrooks 6-25-23
Kencan Dengan Tuhan Selasa, 20 Juni 2023 Bacaan: Markus 10:50 "Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus." Renungan: Bartimeus adalah seorang pengemis yang buta. Entah dia masih berharap untuk kesembuhan dari cacatnya itu atau sudah putus harapan, kita tidak tahu. Tapi saat ia mendengar tentang Yesus, pengharapannya muncul kembali. Ini terlihat dari teriakan-teriakannya. Setelah diizinkan untuk bertemu Yesus, Bartimeuspun menanggalkan jubahnya, berdiri dan mendapatkan Yesus. Bartimeus tidak membutuhkan jubah yang setia menemaninya meminta-minta selama ini, karena dia yakin akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Dia yakin bahwa Yesus akan membawanya ke status yang baru, bukan lagi sebagai pengemis, yang hidupnya bergantung pada belas kasihan orang lain. Bartimeus telah meninggalkan statusnya yang lama, dan bersama Yesus ia mendapat status yang baru. Mungkin saat ini orang lain sudah memberikan label kepada kita karena jubah yang selalu kita pakai. Kita memakai jubah kesombongan, sehingga orang menyebut kita sebagai orang sombong. Kita memakai jubah ketakutan dan kekuatiran: kita memakai jubah kemalasan; kita memakai jubah pemarah dan sebagainya. Mari kita tanggalkan jubah-jubah itu dan segera bangkit untuk berlari mendapatkan Yesus. Yesus akan membawa kita menemukan status yang baru, yaitu sebagai seorang pemenang. Tuhan Yesus memberkati. Doa: Tuhan Yesus, bantulah aku untuk melepaskan jubah-jubah negatif yang selama ini aku pakai untuk menutupi kekuranganku. Masuklah dalam hatiku dan berkuasalah, sehingga Engkau memperbaharui hatiku untuk siap menjadi seorang pemenang yang menjadi kebanggaan-Mu dan menjadi berkat bagi sesamaku. Amin. (Dod).
Mark 10:46-52. Blind Bartimeus encountered Jesus outside of Jericho. He was a blind beggar, but not after he had an encounter with Jesus.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Maria Madona dan Nefri dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Sirakh 42: 15-25; Mazmur tg 33: 2-3.4-5.6-7.8-9; Markus 10: 46-52 SEMOGA KITA DAPAT MELIHAT Tema renungan kita pada hari ini ialah: Semoga Kita Dapat Melihat. “Mata tubuh kita ialah jendela kepada dunia, sedangkan mata hati kita ialah pintu kepada jalan menuju surga”, demikian kesimpulan bimbingan rohani yang diberikan seorang frater kepada para anggota misdinar. Setelah mendengar itu, seorang misdinar mengajukan pertanyaan. “Ini tidak adil, karena orang-orang buta tidak dapat melihat dunia. Bagaimana kita bisa memastikan jendela itu ada pada mereka?” Frater tidak merasa kehilangan akal untuk dapat menjawab pertanyaan itu. Dengan yakin ia berkata, “Orang-orang yang membantu si buta memiliki jendela lebih besar dan lebar sehingga melalui mereka si buta dapat mengenal dunia sama seperti orang-orang normal pada umumnya.” Semua yang mendengar jawaban Frater menjadi mengerti dan tanya jawab mereka berlanjut ke topik-topik lainnya. Kalau kita mengikuti kitab Putra Sirakh dalam bacaan pertama hari ini, bahwa matahari dan semua alam semesta sebagai karya nyata kekuasaan Tuhan di dalam hidup ini, mata orang normal pasti beruntung, sedangkan orang buta sangat tidak beruntung. Yang spesial dari nubuat Putra Sirakh ini ialah semua buah karya Tuhan itu pada dasarnya saling melengkapi. Sesungguhnya tidak ada kekurangan apa pun, karena Tuhan mengadakan semua dalam keadaan lengkap. Di dalam kenyataan hidup memang ada orang yang buta, seperti dalam kisah Injil pada hari ini tentang seorang pengemis buta yang bernama Bartimeus, namun ada orang-orang di sekelilingnya yang berbicara dengannya dan yang menuntun dia kepada Yesus. Gambaran ini menjadi sangat jelas untuk membimbing kita kepada sebuah keyakinan bahwa orang-orang kecil, miskin, sakit dan terlantar tidak dibiarkan oleh Tuhan tanpa perhatian dan bantuan orang lain. Semua orang yang normal dan sehat sesungguhnya memiliki tanggung jawab untuk menjadi solusi bagi sesamanya yang mengalami kekurangan dan sakit. Ada satu petunjuk lain yang memberikan kita penjelasan tentang saling melengkapi satu sama lain di dalam hidup kita, sehingga kita tetap yakin bahwa Tuhan sungguh membuat segala sesuatu baik dan indah. Orang yang mempunyai kekurangan pada mata tubuh alias buta, tetap menjadi istimewa bagi Tuhan dan sesama manusia karena mereka mempunyai mata hati yang membuka diri mereka kepada Tuhan. Bartimeus membuka hatinya kepada Tuhan. Semua orang beriman, dan kita semua yang merenungkan Firman pada hari ini memiliki mata hati untuk Tuhan dan sesama kita. Dengan mata hati itu, iman kita tumbuh. Kita perlu tetap berdoa dan berusaha supaya mata hati kita berfungsi dengan baik dan benar, meskipun terkadang mata tubuh kita kurang berfungsi dengan baik dan benar. Pada akhirnya kita dapat mencapai keselamatan melalui mata hati kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Yesus Kristus, berkatilah kami agar kami dapat melihat dengan mata hati kami semua kemuliaan Tuhan yang ada di dalam setiap saat hidup kami. Kemuliaan kepada Bapa … Dalam nama Bapa … --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
Igerész: Márk 10,49 Lelkész: Fodorné Dr. Ablonczy Margit Lejátszás közvetlen fájlból (hiba esetén): https://krek.hu/media/files/igehirdetesek/20230521_11h_FAM_Márk10,49_A_vak_Bartimeus_meggyógyítása.mp3 Becsült hossz: 3685 mp Generálta: ScrapeCast by Fodor Benedek UUID: 9180538f-7043-43c9-8d83-2621041156da
Bartimeus, seorang pengemis buta berseru-seru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!". Seketika itu juga meleklah mata orang itu. (Lukas 18: 35-43) Yesus adalah Tuhan, Ia sanggup melakukan mujizat apapun. Yesus juga sanggup mengampuni dosa dan menyembuhkan penyakit Saudara.
A Tall Ship On Other Naval Occasions
In questa puntata parleremo de la "Tetralogia di Bartimeus", saga fantasy scritta da Jonathan Stroud tra il 2003 e il 2010. La saga comprende 4 libri, "L'amuleto di Samarcanda", "L'occhio del golem", "La porta di Tolomeo" e il prequel "L'anello di Salomone", editi in Italia da Salani Editore. Link Amazon L'amuleto di Samarcanda": https://www.amazon.it/Lamuleto-Samarcanda-Trilogia-Bartimeus-1/dp/883100154X/ref=sr_1_1?crid=2ZR2A4UFJ92LZ&keywords=amuleto+di+samarcanda&qid=1678311167&sprefix=amuleto+di+sama%2Caps%2C154&sr=8-1 Canale Telegram: https://t.me/blablafantas Pagina Instagram https://www.instagram.com/bla.blafantasy/ Pagina Facebook https://www.facebook.com/blablafantasy/ Youtube: https://youtu.be/btiiR1HJY_c Un ringraziamento a Riccardo per la traccia musicale in sottofondo https://campsite.bio/spinaaqm https://www.fiverr.com/riccardos17?source=gig_cards&referrer_gig_slug=do-an-amazing-and-chill-lo-fi-soundtrack-for-your-video&ref_ctx_id=6ed784fb0bae92f95938a321774d6e9d --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/blablafantasy/message
I serien «Sprell levende fortellinger», spør pTro-presten Vidar Mæland Bakke i dag om de som stod rundt den blinde Bartimeus har noe til felles med mobberne som både barn, unge og voksne opplever å bli holdt nede av. Til daglig er Vidar prest og daglig l
Today connect with desperation within. Our inspiration comes from a blind man named Bartimeus. We'll walk into the scene of him outside the gates of Jericho. Read Mark 10:46-52 and Luke 18:35-43 for the accounts. Are we willing to cry out the way Bartimeus did? You'll consider that in today's visualization and be challenged to position the way Bartimeus did. May you be willing and desperate for more. Blessings in His presence! Please share us with a friend! Visit intothewaters.com to sign up for our email blog!
G2 - 8. jan 2023 - Kom og Se - Bartimeus by Ålgård menighet
I serien «Sprell levende fortellinger», har pTro-presten Vidar Mæland Bakke denne gang lest teksten om den blinde Bartimeus, og blir minnet om en episode fra studietiden. Til daglig er Vidar prest og daglig leder i Bymenigheten - Sandnes, en valgmenighet
I årets første preken setter Daniel fokus for året med å ta oss inn i historien om den blinde Bartimeus. Her var en mann som var ‘stuck' i Jeriko, som er den laveste byen på jordens overflate. Men forskjellen mellom ham og folkemengden, var at han forstod sin hjelpeløshet og behov av en frelser. Den store folkemengden i kontrast var også i Jeriko, men forstod ikke at de trengte en frelser, siden de trodde at «de så». Vår bønn dette året er som Bartimeus ba: «Jesus, la meg se!» - Altså se Jesus, slik at vi kan følge Ham og leve Guds ærende. For faktum er at vi alle er ‘stuck' i Jeriko, og trenger en frelser! ____ Hovedtekst: Markus 10,46-52 Tilleggstekster: Luk 18,9-14 ____ Spørsmål: 1. Les bibelteksten sammen. 2. Hvilken tanker får du? 3. På hvilken måte utfordrer dette ditt liv? 4. Avslutt med å be for hverandre :-)
Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 17 Desember 2022 Bacaan: Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" (Markus 10:51) Renungan: Ketika Bartimeus yang buta berteriak-teriak di pinggir jalan Yerikho, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang mencoba untuk menghentikan jeritan hatinya. Tetapi Bartimeus berseru semakin kuat. Dan ketika Yesus memanggilnya, ia menanggalkan jubahnya dan segera pergi menghadap Yesus. Lalu Yesus bertanya, "Apa yang kau kehendaki supaya Aku berbuat bagimu?" Sungguh suatu tawaran yang indah, yang juga merupakan sebuah pertanyaan yang selalu Tuhan ajukan pada kita. Tetapi seringkali kita tidak dapat mendengarnya karena kita tidak memiliki sikap hati yang benar seperti Bartimeus. Bartimeus memang memiliki mata jasmani yang buta, namun ia memiliki mata iman yang mampu menembus dinding keterbatasan untuk melihat kuasa Yesus tercurah atas dirinya. Sebaliknya, kita yang memiliki mata jasmani yang melihat, namun memiliki sikap hati dan mata iman yang buta, sehingga kita hanya berputar-putar pada situasi yang buntu. Mata iman yang buta akan mendatangkan kelumpuhan mujizat Tuhan dalam hidup kita. Untuk itu, marilah kita menarik hikmah dari sikap hati Bartimeus, sehingga mampu mengusir kebutaan rohani dan mengalami kuasa-Nya di dalam hidup kita. Pertama, pada waktu Bartimeus mendengar orang banyak lewat, ia bertanya, "Apa itu?" Kata orang kepadanya, "Yesus, orang Nazaret lewat." Lalu ia berseru, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku." Bartimeus mengetahui bahwa Yesus adalah Sang Pembuat Mujizat. Sehingga ketika ia mendengar tentang Dia, timbullah sikap hati yang penuh pengharapan dan berseru-seru kepada-Nya. Siapakah Yesus dalam kehidupan kita dan sejauh manakah kita mengenal pribadi-Nya? Pemahaman dan pengenalan yang benar tentang Dia akan sangat memberi dampak kepada kehidupan iman dan pengharapan kita. Kedua, banyak orang di sekitar Bartimeus mencoba menghentikan seruan hatinya. Namun semakin keras ia berseru. Sikap orang-orang di sekitarnya tidak menghentikan langkah kaki Bartimeus untuk terus berseru, bahkan ia berseru semakin kuat karena ia tidak tahu pada jeritan keberapakah suaranya akan dapat didengar oleh Yesus di tengah hiruk pikuk orang banyak itu. Hal apakah yang sering menghentikan kita menjerit di hadapan Tuhan Yesus? Apakah kekecewaan, keputusasaan, ketidakpercayaan, keraguan, kelelahan, kesombongan diri telah menghentikan langkah kita untuk memohon belas kasihan-Nya, sehingga kita menjadi pahlawan yang kalah sebelum berperang? Jangan kita menjadi lelah dan putus asa, mainkan teruslah berseru kepadanya siang dan malam, sampai ia muncul membenarkan kita. Ketiga, Bartimeus menanggalkan jubahnya agar tidak ada sesuatupun yang mungkin akan memperlambat langkahnya menghampiri Yesus, lalu ia segera mendapatkan Yesus. Apa jubah yang telah memperlambat langkah kita untuk menghampiri-Nya? Tanggalkanlah segala jubah keraguan karena Ia yang memanggil kita memiliki jawaban atas segala persoalan kita. Tuhan Yesus memberkati. Doa: Tuhan Yesus, mampukanlah aku menanggapi panggilan-Mu dan memandang Engkau dengan mata iman, sehingga aku mengalami Kuasa-Mu di dalam hidupku. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Kamis, 15 September 2022 Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" (Markus 10:51) Renungan: Ketika bartimeus yang buta berteriak-teriak di pinggir jalan Yerikho, "Yesus, anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang mencoba untuk menghentikan jeritan hatinya. Tetapi Bartimeus berseru semakin kuat. Dan ketika Yesus memanggilnya, ia menanggalkan jubahnya dan segera pergi menghadap Yesus. Lalu Yesus bertanya, "Apa yang kau kehendaki supaya Aku berbuat bagimu?" Sungguh suatu tawaran yang indah, yang juga merupakan sebuah pertanyaan yang selalu Tuhan ajukan pada kita. Tetapi seringkali kita tidak dapat mendengarnya karena kita tidak memiliki sikap hati yang benar seperti Bartimeus. Bartimeus memang memiliki mata jasmani yang buta, namun ia memiliki mata iman yang mampu menembus dinding keterbatasan untuk melihat kuasa Yesus tercurah atas dirinya. Sebaliknya, kita yang memiliki mata jasmani yang melihat, namun sering memiliki sikap hati dan mata iman yang buta, sehingga kita hanya berputar-putar pada situasi yang buntu. Mata iman yang buta akan mendatangkan kelumpuhan mukjizat Tuhan dalam hidup kita. Untuk itu marilah kita melihat hikmah dari sikap hati Bartimeus, sehingga mampu mengusir kebutaan rohani dan mengalami kuasa-Nya di dalam hidup. Pertama, pada waktu Bartimeus mendengar orang banyak lewat ia bertanya, "Apa itu?" Kata orang kepadanya, "Yesus, orang Nazaret lewat." Lalu ia berseru, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Bartimeus mengetahui bahwa Yesus adalah si pembuat mukjizat, sehingga ketika ia mendengar tentang Yesus, timbullah sikap hati yang penuh pengharapan dan berseru-serulah ia kepada-Nya. Siapakah Yesus dalam kehidupan kita dan sejauh manakah kita mengenal pribadinya? Pemahaman dan pengenalan yang benar tentang Dia, akan sangat memberi dampak kepada kehidupan iman dan pengharapan kita. Kedua, orang banyak di sekitar Bartimeus mencoba menghentikan seruan hatinya. Namun semakin keras ia berseru. Sikap orang-orang di sekitarnya tidak menghentikan langkah Bartimeus untuk terus berseru. Bahkan ia berseru semakin kuat karena ia tidak tahu pada jeritan keberapakah suaranya akan dapat didengar oleh Yesus di tengah hiruk pikuk orang banyak itu. Hal apakah yang sering menghentikan kita menjerit di hadapan Tuhan? Apakah kekecewaan, keputusan, ketidak percayaan, keraguan, kelelahan, kesombongan diri, telah menghentikan langkah kita untuk memohon belas kasihan-Nya, sehingga kita menjadi pahlawan yang kalah sebelum berperang? Jangan kita menjadi lelah dan putus asa melainkan teruslah berseru pada-Nya siang dan malam, sampai ia muncul membenarkan kita. Ketiga, Bartimeus menanggalkan jubahnya agar tidak ada sesuatupun yang mungkin akan memperlambat langkahnya menghampiri Yesus. Apa jubah yang telah memperlambat langkah kita untuk menghampiri Tuhan? Tanggalkanlah segala jubah keraguan, karena Ia yang memiliki jawaban atas segala persoalan kita. Tuhan Yesus memberkati. Doa: Tuhan Yesus, mampukanlah aku menanggapi panggilan-Mu dan memandang engkau dengan mata iman, sehingga aku mengalami Kuasa-Mu dalam hidupku. Amin. (Dod).
Kencan Dengan Tuhan - Sabtu, 13 Agustus 2022 Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." (Markus 10:49) Renungan: Ada seorang guru yang mengajarkan seorang anak agar tekun berdoa sampai ia menerima jawabannya. Guru itu berkata, "Kamu tahu kan, banyak sekali yang berdoa kepada Tuhan dan jika kamu belum menerima jawaban atas doamu, itu artinya Tuhan masih sibuk menjawab doa orang lain. Kamu harus sabar menunggu dan terus berdoa." Dulu dengan polosnya anak itu memercayai begitu saja apa yang dikatakan oleh gurunya. Tetapi setelah dewasa ia mulai mengerti pesan yang ingin disampaikan melalui pengajaran gurunya yaitu tentang ketekunan di dalam berdoa. Hanya saja saat itu ia menyampaikannya dengan cara yang dapat dimengerti oleh anak-anak. Dalam bacaan di atas kita melihat bagaimana Yesus menyuruh orang memanggil Bartimeus untuk datang kepada-Nya. Dikisahkan bahwa situasi ketika Yesus masuk ke kota Yerikho saat itu sangatlah ramai. Bukan hanya karena banyaknya orang, tetapi karena suara teriakan mereka. Orang banyak yang berbondong-bondong tidak mungkin hanya diam saja. Memang Alkitab hanya menyoroti tentang Bartimeus yang berseru kepada Yesus, tetapi sudah barang tentu ada banyak orang yang berseru-seru kepada Yesus saat itu. Dalam kondisi yang demikian itu, tentu sulit untuk mendengar secara jelas teriakan masing-masing orang. Tetapi Yesus sanggup mendengar dan membedakan jeritan si buta Bartimeus yang memohon belas kasihan-Nya di tengah suara-suara yang riuh saat itu. Penting kita mengingat hal ini bahwa Yesus akan selalu mendengar jeritan kita dan Ia tetap peduli sekalipun situasi di sekeliling kita sepertinya sangat sulit. Jeritan kita dalam doa akan membuat Ia menghentikan langkah-Nya dan kemudian mencari sumber jeritan itu, lalu menyatakan pertolongan-Nya. Yesus tidak pernah terlalu sibuk sehingga Ia mengabaikan orang-orang yang berseru kepada-Nya. "Karena mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." ( 2 Tawarikh 16:9). Di lain kesempatan Yesus sedang dalam perjalanan ke rumah Yairus untuk menyembuhkan anaknya. Di tengah kerumunan orang banyak, seorang wanita yang menderita pendarahan selama 12 tahun menyentuh ujung jubah-Nya secara diam-diam. Meskipun Yesus sedang berdesak-desakan dengan orang banyak, namun Ia tahu bahwa seseorang menjamah jubah-Nya dengan iman dan Yesus segera berhenti untuk mencari tahu siapa yang menjamah jubah-Nya, dan setelah itu Ia menyembuhkan wanita tersebut. Ini adalah bukti bahwa Yesus tidak pernah mengabaikan siapapun dan Dia tidak pernah terlalu sibuk untuk dimintai pertolongan. Dipandang dari seluruh penduduk bumi yang berjumlah sekitar 7,9 miliar, kita mungkin berpikir bahwa kita bukanlah siapa-siapa dan bukanlah orang yang penting. Namun ingat bahwa kita begitu penting dan berharga di mata Tuhan. Jeritan kepada Yesus akan membuat-Nya berhenti serta menolong kita, sebagaimana Ia berhenti dan menolong Bartimeus. Tuhan Yesus memberkati. Doa: Tuhan Yesus, aku bersyukur karena memiliki Engkau yang selalu peduli kepada anak-anak-Mu. Saat ini aku datang kepadamu mohon belas kasih-Mu untuk mengabulkan satu permohonanku ..... Amin. (Dod).
We've all experienced moments of desperation. Moments where something was not functioning the way we wanted it to. Bartimeus was desperate for his healing. We know he was desperate because he shouted. And when those around him told him to be quiet, he shouted even louder. While these moments can feel discouraging, they can also bring freedom. They allow us to see that our identity is not in what we're going through or who is around us. Our identity is in the truth that Jesus has called us. And that is how we're able to cheer up and have joy in the midst of difficult moments. Because our circumstances and surroundings do not identify us — our calling does.
Do you need God today? My friend, just like Bartimeus in the bible, I encourage you to call on Him. Believe that no matter what it is, He will stop and then He'll ask you, "What do you want me to do for you?" Listen to this episode and let God speak to you. ------- Arun Gogna has authored many books and his books are available on Shopee and Lazada. Buy from Shopee: podlink.co/eos Buy from Lazada: podlink.co/tir ------- Follow us on Social Media Facebook: fb@UmagangKayGogna Instagram: @umagang.kay.gogna --- This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app
Mark 10:40-45When Jesus refers to the Gentile rulers and the way they liked to lord it over the people, He was likely referring to the insensitivity and brutality of the Romans. Our responsibility as followers of Jesus is not to act like the Romans. Mark 10:46-52The Aramaic prefix, "Bar-", meant “son of”. Thus, Bartimeus meant “son of Timeus.” In like manner, the Hebrew, use of Ben- also means, “son of”. Thus, Benjamin literally means, “Son of Jamin.” In the Holy Scriptures, in some English translations, the term “master” can often mean “teacher”. The English term “master” comes from the Latin term, "magister” which also means “teacher.” Erratum: An incorrect assertion that "Son of David" was a way of saying "Fellow Jew" has been removed from the current version of this episode.Mark 11:1-11It appears arrangements had already been made for Jesus to borrow the donkey on which He would later ride. Horses were used by the Roman army and nobility, whereas donkeys tended to be owned mostly by the poorer, lower classes of people. In Mark 10: 9, 10 the implication is that Jesus was bringing a religious kingdom, and not a political kingdom. Mark 11:12-14Because the fig tree did not have any buds, it would likely have been fruitless that year. Figs can be a symbol for Israel. Thus, the lack of fig buds was a symbol of Israel's unfruitfulness. Mark 11:15-19The chief priests got a “cut” of the money exchanged in the Temple. An interesting feature of Mark 11:15-19 is that it occurs toward the very end of Jesus' ministry. But, in John (2:12-25) a very similar occurrence happens, but it is in the very beginning of Jesus' ministry. It is likely placed early in John to show the need of having a clean temple. However, it appears later in Mark to likely show that Jesus' turning over the tables of the money changers was seen by the priests and scribes as His performing a revolutionary and seditious act . . . thus, the “last straw”. The term used in Holy Scripture to describe the two men crucified on either side of Jesus is often poorly translated as robbers, bandits or thieves, when it would be better translated as “insurrectionists.” Ordinarily, robbers were not executed by crucifixion However, crucifixion was often used for those accused of insurrection against the Romans. Mark 11:20-25Referring back to the now withered fig tree of Mark 11:12-14 shows how Jesus is letting the people know that if they have confidence in God, they can trust Him to work . . . if their desire is in alignment with God's will. The withered fig tree is a symbol of Israel's lack of confidence in God to do His will. Therefore, they had abandoned Him as trustworthy and thus had become fruitless for Him.Mark 11:25 communicates a very similar concept to Matthew 6:9-12 (the portion commonly referred to as “The Lord's Prayer”) except in Mark 11:25, the word is paraptōmata “sins”. In Matthew 6, the word is apheilēmata “debts”: because we have sinned against God, we now have a moral obligation ("debt" in a moral sense) to him, as understood by Jews of that time.Host's notes:Bar- - indicates “son of” in Aramaic.Ben- – indicates “son of” in Hebrew.Hē pistis sou sesōken se - Your faith has healed you. Your trust has saved you.Pōlos: Originally, a colt of a horse. However, later, it meant the colt of a donkey, a young donkey.Onos: donkeyparaptōma: sin, wrongdoingApheilēma: debtCredits: The words to our music are from George Fox's 19th Epistle in 1652 (page 14 in The Epistles of George Fox ) . The music was composed and sung by Paulette Meier.
"Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus." (Markus 10:50) Renungan: Orang Yahudi biasa memakai baju rangkap. Bagian dalam disebut tunic, biasanya terbuat dari kain lenan yang menutupi seluruh tubuh dari leher sampai ke lutut. Tunic ini memunyai lengan yang pendek, tetapi ada juga yang panjang. Sedangkan di bagian luar mereka memakai cloak atau jas. Jas bagian luar ini dibuat dalam ukuran yang lebih longgar dan dilengkapi dengan ikat pinggang ketika memakainya. Karena ketidakleluasaan bergerak jika memakai jas bagian luar ini, maka biasanya mereka menanggalkan jas ini ketika sedang melakukan pekerjaan tertentu. Pada waktu orang memberitahukan kepada Bartimeus bahwa Yesus memanggilnya, maka ia pun menanggalkan jubahnya. Bartimeus dipenuhi dengan sukacita karena ia meyakini bahwa sebentar lagi akan ada perubahan penting dalam dirinya. Keyakinan seperti yang di miliki Bartimeus dalam hal ini dapat disebut sebagai iman. Iman telah membuatnya melangkah datang kepada Yesus. Iman telah membuatnya melakukan sesuatu yang dramatikal, yaitu menanggalkan jubahnya. Ia sengaja menanggalkan jubah tersebut agar ia lebih leluasa datang menemui Yesus. Meskipun jubah luar pada umumnya merupakan pakaian yang melindungi seseorang dari cuaca yang dingin, namun apalah arti sebuah jubah bagi Bartimeus dibandingkan kesembuhan yang akan diterimanya dari Yesus. Bartimeus rela menanggalkan jubahnya karena ia tahu ada hal yang lebih penting dari pada sebuah jubah. Ini merupakan gambaran yang sangat indah bagi seorang berdosa yang memutuskan untuk datang kepada Yesus. Ia harus rela menanggalkan jubah yang selama ini ia kenakan, yaitu jubah dosa yang telah membutakan mata rohaninya. Ia harus bangkit dan segera datang kepada Yesus dengan sukacita dan iman yang sungguh-sungguh, bahwa kuasa Yesus sanggup mengubah kan hidupnya. Untuk mendapatkan kemurahan hati Allah, ia harus bersedia meninggalkan kehidupan lamanya. Rasul Paulus berkata, "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus." (Flp 3:7). Pertemuan dengan Yesus akan mengubah hidup serta cara pandang kita. Apa yang dahulu kita anggap menguntungkan dan sangat berarti, kini kita anggap rugi ketika mengenal-Nya. Sesungguhnya pengenalan akan Yesus tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang dapat kita raih di dunia ini. Oleh karena itu, tanggalkanlah jubah yang selama ini kita kenakan, jubah yang telah merintangi kita untuk datang kepada Yesus, jubah yang membutakan mata rohani kita sehingga kita tidak bisa melihat Sang Kebenaran itu. Bartimeus mengajar kita untuk rela melepaskan apa yang selama ini kita anggap penting, yang membuat kita merasa nyaman, namun yang menghalangi kita untuk mengenal Yesus. Percayalah ketika kita datang kepadanya maka kita akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik. Memiliki Yesus berarti memiliki segalanya. Tuhan Yesus memberkati. Doa: Tuhan Yesus, berilah aku keberanian untuk melepaskan segala sesuatu yang selama ini menghalangiku untuk datang kepada-Mu. Amin. (Dod).