POPULARITY
Categories
Perjalanan dengan Tuhan, bukanlah perjalanan yang pasif atau membosankan. Ada kehidupan di dalamnya, ada firman dan tuntunan diberikan-Nya. Waktu yang Tuhan janjikan sebagai jawaban-Nya atas keluhan ke-10 pengintai Israel telah hampir usai, generasi yang padanya Tuhan murka karena tidak menghargai janji-Nya. Lalu, apakah generasi Israel yang baru ini layak menerima kegenapan janji Tuhan? Bagaimana dengan kita yang juga telah menerima penyataan Tuhan? Apakah kita sudah hidup berjalan tanpa keluhan sehingga dapat ikut masuk ke Tanah Perjanjian?Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 4 Mei 2025.Kirim pesan
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius Paroki Villa Melati Mas di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 2: 14.22-32; Mazmur tg 16: 1-2a.5.7-8.9-10.11; Matius 28: 8-15DATANG UNTUK BERTEMU YESUS YANG BANGKIT Renungan kita pada hari ini bertema: Datang Untuk BertemuYesus Yang Bangkit. Para rasul dan murid Yesus menjadi saksi mata wafat dankebangkitan Yesus Kristus. Ada utusan surga yang mengabarkan perihal Yesus yangbangkit dan terlebih-lebih karena Yesus sendiri menampakkan diri-Nya kepadamereka. Wujud konkret Yesus yang bangkit tentu saja berbeda daripada ketikadiri-Nya masih hidup. Wujudnya sudah sebagai roh atau menurut istilah KisahPara Rasul sebagai “Yesus yang bangkit”. Kesaksian mereka sangat kuat dan seterusnya sebagai sebuahkebenaran yang sangat hakiki. Ini dibuktikan dengan kepatuhan mereka ataspermintaan Yesus yang bangkit, supaya mereka datang ke Galilea dan bertemudengan Dia. Pertemuan harus terjadi dalam lingkup ruang dan waktu, sehinggakebenaran tersebut dapat dipertanggung jawabkan. Pertemuan yang hanya dalamingatan, imaginasi atau melalui bantuan sarana dan pihak perantara, pastimembuka peluang untuk diragukan. Maka menurut kisah dalam Injil karangan Matius pada hariini, para wanita yang bertemu dengan Yesus yang bangkit, meminta supaya pararasul segera datang dan bertemu sendiri dengan Yesus. Pertemuan langsung denganYesus itulah yang menjadi sebuah pengalaman iman yang baru dan membentuk hidupbaru bagi para rasul dan murid-murid Tuhan. Hal itu menjadi dasar bagi SantoPetrus, murid pertama dari lingkaran ke-12 rasul, untuk memberikan kotbahnyapertama kali tentang Yesus yang bangkit. Ia dan rekan-rekannya harus bersaksi. Kotbah itu intinya berbunyi begini: Yesus Kristus yangditentukan Allah untuk memenuhi semua janji di masa lalu adalah Mesiassesungguhnya. Ia dihukum mati dengan tuduhan tidak benar dan tidak adil. Iatelah mati dan dikubur, namun kini dibangkitkan Allah. Semua yang berkaitandengan kematian dan kebangkitan-Nya, Petrus dan para rasul lainnya adalahsaksi. Supaya kotbah ini tidak sekedar kata-kata kosong, pembuktian peristiwatersebut dan rekaman pengalaman para saksi mata merupakan faktor yang sangatmenentukan kebenarannya. Setiap pengikut Kristus dikaruniai kebutuhan dasar untukdatang dan bertemu dengan Yesus yang bangkit. Ia datang ke keberadaan Yesussetiap saat di dalam hidup ini. Hal ini sama dengan seorang suami yang sudahsering tidak datang menghadiri Ekaristi. Padahal ia sehat-sehat dan berdoapribadi saja di rumahnya. Karena sang istri sudah tidak sabar dengan tingkahsuami itu, ia sengaja meminta supaya ada pelayanan Komuni Kudus kepada suaminyadi rumah. Pastor paroki yang datang ke rumah. Maka terjadilah perjumpaansesungguhnya dengan Tuhan Yesus bagi sang suami. Sejak saat itu, ia selalumenyadari dan siap untuk datang dan bertemu sendiri dengan Tuhan melaluiEkaristi harian dan mingguan. Kita mesti melakukan hal yang sama. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa,penuhilah kami dengan kekuatan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Bapa kami yangada di surga ... Dalam nama Bapa ...
Kisah yang gamblang tentang perjalanan bangsa Israel di padang gurun membantu kita untuk melihat perjalanan iman kita sendiri bersama Tuhan. Meskipun TUHAN hadir di tengah umat-Nya dan menunjukkan kekudusan-Nya, banyak yang terpilih untuk melayani-Nya justru merasa tidak puas dengan apa yang dikaruniakan-Nya. Seperti Korah dan para sekutunya, mereka lupa akan kebesaran, karya, dan kekudusan Tuhan yang telah dinyatakan-Nya di hadapan bangsa yang besar itu. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga sering melupakan siapa Tuhan sehingga kita pun marah dan merasa posisi yang Tuhan berikan pada kita adalah salah?Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaniea, 2 Maret 2025.Kirim pesan
TUHAN tidak memandang bulu untuk siapapun menjadi bagian umat-Nya, bukan hanya orang Israel, namun setiap orang yang mau mendengarkan suara-Nya. Bukan hanya dalam Perjanjian Baru, namun sudah dinyatakan-Nya pada bangsa yang ditebus-Nya itu sejak Hukum Taurat diberikan-Nya. Maukah saudara mendengarkan panggilan-Nya?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 23 Februari 2025.Kirim pesan
Setelah menolak tanah yang baik yang dijanjikan Tuhan pada mereka, Bangsa Israel menangis karena hukuman Tuhan datang. Mereka bergerak maju ingin merebut tanah itu, ingin melakukan firman Tuhan yang kemarin mereka hinakan. Namun apakah Tuhan masih berkenan? Mereka pikir mereka melakukan perkataan Tuhan, namun perkataan yang mana? Apakah firman itu masih jadi bagian mereka? Bagaimanakah seharusnya pertobatan dilakukan?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 9 Februari 2025.Kirim pesan
Sebagai orang beriman, kita tahu dan percaya bahwa Tuhan mendengar. Namun sering kita tidak memperhatikan apa yang Tuhan dengar dan apakah Tuhan senang dengan yang didengarkan-Nya. Bagaimana kotbah kali ini menolong hidup dan perkataan kita berkenan didengar Tuhan?Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 2 Februari 2025.Kirim pesan
"Orang Kristen kan boleh saja berbuat dosa, karena sudah ada yang menanggung." Begitulah kira-kira pandangan beberapa orang tentang kekristenan. Mungkin karena sikap orang Kristen sendiri yang berbuat sesuka hati merasa sudah dikasihi. Padahal Bangsa Israel yang adalah umat pilihan Tuhan, yang menerima langsung penyataan Tuhan dari atas Gunung Sinai namun tidak menghargai Tuhan, pada mereka ada ganjaran. Jika umat-Nya saja tidak disayangkan-Nya, masihkah kita mau berbuat seenaknya?Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 19 Januari 2025.Kirim pesan
Kita sering mengatakan percaya pada janji Tuhan, bahkan banyak yang menuntut janji tergenapi. Namun apakah kita menyediakan waktu untuk merenungkan janji-janji Tuhan dan dengan teliti mempelajari kegenapannya? Siapakah yang dapat menikmati janji yang Tuhan telah berikan?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadaha Epiphaneia, 12 Januari 2025.Kirim pesan
Taurat Tuhan memberi kita pengajaran bahwa akibat dosa bukanlah suatu hal yang ringan dan tidak dapat diselesaikan dalam sekejap mata, sehingga kita dapat mengerti betapa karunia yang Kristus berikan atas pengampunan dosa dan pemulihan. Siapapun dapat berbuat dosa, dan bagaimana kita belajar dari tokoh Alkitab berikut sehingga kita tidak main-main dengan anugerah yang Tuhan telah berikan?Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 5 Januari 2025.Kirim pesan
Melayani Tuhan tidak berarti lepas dari segala masalah hidup, masalah bahkan dapat datang dari tempat yang dekat. Namun orang yang benar tidak berdosa karena masalah itu, sebab orang yang percaya Tuhan tidak dipermalukan. Kali ini, kita akan merenungkan sikap Musa ketika menghadapi masalah dan bagaimana Tuhan sendiri yang membelanya. Apakah kita juga bisa hidup benar seperti yang Musa lakukan?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 29 Desember 2024.Kirim pesan
Tiang awan dan tiang api yang menjadi simbol penyertaan Tuhan bagi Bangsa Israel selama berjalan di padang gurun seringkali tidak dipedulikan mereka, dan mereka pun bersungut karena Tuhan mereka lupakan dan firman-Nya tidak mereka ingat. Namun bagaimana dengan kita sekarang yang sudah memiliki firman-Nya yang tertulis, bahkan Roh Kudus-Nya yang menuntun kita? Apakah kita pun juga tidak mempedulikan tuntunan-Nya?Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 22 Desember 2024.Kirim pesan
Sama seperti umat Israel harus dengar-dengaran mendengar suara nafiri, demikianlah semua orang benar harus dengar-dengaran mendengarkan suara panggilan surgawi. Sembari menanti sangkakala berbunyi, apa yang saudara lakukan untuk melatih diri mendengar panggilan Tuhan?Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 1 Desember 2024.Kirim pesan
Kirim pesan
Keluhan Bangsa Israel selama di padang gurun sering kita bahas. Namun bagaimana dengan ketaatan mereka? Pernahkah saudara merenungkan kehidupan mereka setiap hari dengan TUHAN yang hadir di tengah-tengah mereka? Teladan apa yang dapat kita ambil dari pengaturan Tuhan atas Bangsa Israel di padang gurun?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 27 Oktober 2024.Kirim pesan
Kirim pesan
TUHAN, Allah orang Israel, bukan hanya membebaskan mereka dari perbudakan Mesir -- suatu hal yang mustahil secara manusia -- namun juga memanggil mereka untuk beribadah kepada-Nya, menentukan hari-hari peringatan untuk merayakan pekerjaan-Nya. Waktu-waktu peringatan pekerjaan Tuhan dibuat-Nya tepat, bahkan untuk hari yang belum ada pun dibuat-Nya tepat. Percayakah saudara akan setiap perkataan Tuhan?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 29 September 2024.Kirim pesan
TUHAN yang Mahabesar, yang menciptakan langit, bumi, dan seluruh isinya berkenan menyatakan diri-Nya sehingga manusia dapat mengenal-Nya. Dia menyatakan keberadaan-Nya yang mulia dan kudus, dan demikian menetapkan bagaimana manusia harus datang kepada-Nya sehingga mereka tidak mati. Bagaimana dari penyataan-Nya kepada Bangsa Israel di padang gurun kita dapat melihat kekudusan dan kemuliaan-Nya sehingga kita dapat datang dan hidup di hadirat-Nya?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 22 September 2024.Kirim pesan
Kehidupan peribadatan Bangsa Israel di padang gurun mengajarkan kita banyak respon dan sikap manusia terhadap penyataan Tuhan. Upah pun Tuhan berikan kepada setiap orang sesuai dengan respon mereka kepada Tuhan. Tuhan menyatakan kemuliaan dan kekudusan-Nya baik kepada yang taat total, maupun kepada yang teledor; yang membedakan adalah yang taat dapat melihat kemuliaan Tuhan sebagai berkat, namun hukuman bagi yang teledor. Bagaimana dengan saudara? Sudahkah saudara memilih untuk taat?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 8 September 2024.Kirim pesan
TUHAN, Allah orang Israel telah menyatakan kemuliaan-Nya berulang kali di dalam awan. Bukan hanya dalam Perjanjian Baru saat Tuhan Yesus dibaptis Yohanes, namun juga dalam Perjanjian Lama ketika Bangsa Israel berkemah di Padang Gurun Sinai. Adakah arti dari penyataan Tuhan tersebut?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 18 Agustus 2024.Kirim pesan
Banyak orang Kristen yang mengatakan "Tuhan melihat hati." Namun apakah hanya hati yang Tuhan lihat dalam melayani Dia? Mari kita bersama melihat penyataan Tuhan akan kekudusan-Nya melalui firman-Nya akan tabut suci, dari semula Dia memerintahkan, pembuatannya, dan penyataan kekudusan-Nya berikutnya melalui keberadaan tabut itu.Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 14 Juli 2024.Kirim pesan
TUHAN, Allah orang Israel yang menyatakan diri-Nya di Padang Gurun Sinai kepada seluruh umat, TUHAN yang sama yang memperlihatkan kepada Musa detail kemah tempat ibadah kepada-Nya diselenggarakan. Begitu mahal, begitu rumit, begitu indah meski tidak seorangpun dari orang awam boleh masuk ke kemah itu. Bagaimana kita, yang dalam Perjanjian Baru dinyatakan sebagai Bait Suci Tuhan? Apakah kita juga menjaga hidup kita mahal, dengan detail yang indah, serta kudus untuk ibadah kita kepada Tuhan?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 7 Juli 2024.Kirim pesan
Tuhan tidak pernah meminta persembahan dari apa yang tidak pernah diberikan-Nya. Namun, apakah kita yang telah menerima dari Tuhan mau mempersembahkan pemberian-Nya itu bagi-Nya? Bagaimana kita belajar dari Bangsa Israel di padang gurun, yang selama ini banyak di antara kita yang ikut menyebut mereka bangsa yang tegar tengkuk?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 23 Juni 2024.Kirim pesan
Tuhan menyatakan diri-Nya setia; Dia setia kepada janji-Nya, Dia setia kepada keberadaan-Nya yang mulia. Jika kita percaya bahwa Dia setia dan muia, bagaimanakah seharusnya kita hidup di hadapan-Nya? Mari kita renungkan bersama penyataan Tuhan kepada Musa dan Bangsa Israel dalam Keluaran 33 dan hidup di dalam kekudusan yang telah dianugerahkan-Nya.Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 9 Juni 2024.Kirim pesan
Banyak dari kita yang merasa mengasihi dan mencintai Tuhan, namun apakah benar hati kita kita berikan bagi Tuhan? Bagaimana Musa, orang yang dipakai Tuhan memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir dan menerima penyataan dan hukum Tuhan melakukan cintanya kepada Tuhan?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 26 Mei 2024.Kirim pesan
Tuhan yang memanggil Musa untuk melayani-Nya dengan memimpin bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan adalah Tuhan yang sama yang memanggil para murid untuk melayani mereka yang menantikan pembebasan, bukan hanya pada masa mereka hidup, namun jauh setelah masa itu. Tuhan yang sama itu pulalah yang menguduskan mereka yang dipanggil-Nya dan melengkapkan setiap keperluan untuk melayani-Nya di masa yang lalu, sekarang, dan yang akan datang. Masihkah kita ragu untuk mengikuti panggilan-Nya?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 12 Mei 2024.Kirim pesan
Apa yang kita lakukan jika kita berjalan dengan Tuhan? Berjalan dengan aman, percaya teguh, berhati-hati, atau sesuka sendiri karena sering lupa bahwa Tuhan ada? Bangsa Israel berjalan dalam tuntunan TUHAN keluar dari tanah perbudakan. Apa yang dilakukan bangsa itu dalam perjalanan bahkan sembari mereka menanti tuntunan Tuhan pada langkah berikutnya?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 5 Mei 2024.Kirim pesan
Terkadang perjalanan dalam tuntunan Tuhan tidak semulus yang dunia pikirkan. Apakah itu berarti Tuhan tidak mampu? Ataukah itu salah satu cara Tuhan untuk menyatakan diri-Nya?
Banyak orang Kristen mengingat Bangsa Israel yang suka bersungut-sungut dan tegar tengkuk. Apakah berarti Tuhan salah memilih keturunan Abraham ini sebagai bangsa pilihan-Nya? Ingatkah saudara bahwa bangsa yang sama itu memiliki iman yang cukup untuk mereka melewati tanah dasar Laut Merah di tengah-tengah tembok air yang sangat tinggi, juga bagaiamana mereka menyanyikan perbuatan Tuhan yang mereka saksikan? Apakah kita juga senang bersaksi tentang kemuliaan Tuhan?Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 21 April 2024.
Sering terjadi setelah kita menerima keselamatan yang Tuhan Yesus berikan, kita justru dihadapkan dengan berbagai tantangan dan kesulitan. Apakah itu berarti Tuhan tidak berkuasa? Tidakkah itu yang terjadi setelah Tuhan membebaskan Bangsa Israel keluar dari Tanah Mesir? Mengapa Tuhan mengijinkan masalah terjadi?Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 14 April 2024.
Bukan hal baru jika orang-orang pada zaman ini tidak percaya bahwa Yesus telah mati dan bangkit dari kematian. Alkitab pun mencatat ada yang pada awalnya tidak percaya. Namun Yesus sendiri menyatakan diri-Nya, bukti-bukti fisik kematian-Nya, dan keberadaan-Nya yang hidup. Masihkah saudara tidak percaya? Maukah saudara hidup dalam kebangkitan Kristus?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 7 April 2024.
Bukan hanya kelahiran, penyiksaan, dan kematian Yesus yang menggenapkan nubuatan para nabi, kebangkitan-Nya pun telah tertulis. Tuhan Yesus sendiri telah berulang kali mengatakannya kepada para murid, namun saat kegenapan itu datang, mereka tidak mengingat firman itu. Apakah kita yang mengaku percaya dan mengikut Yesus pun sering melupakan dan tidak mempercayai perkataan-Nya?Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia Kebangkitan Tuhan Yesus, 31 Maret 2024.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini dan Tirto dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Kisah Para Rasul 2: 14.22-33; Mazmur tg 16: 1-2a.5.7-8.9-10.11; Matius 28: 8-15 KOTBAH PERTAMA TENTANG KESAKSIAN KEBANGKITAN Renungan kita pada hari ini bertema: Kotbah Pertama tentang Kesaksian Kebangkitan. Para rasul dan murid Yesus yang menjadi saksi mata wafat dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan satu hal yang berbeda dengan mewartakan berita kebangkitan. Kedua jenis pengalaman dan tindakan ini mudah saja dipisahkan. Artinya, bisa saja mereka menjadi saksi langsung, namun kemudian mereka tidak ingin mengabari atau membagi pengalaman ini kepada orang banyak. Tetapi nyatanya, hal ini tidak terjadi. Yang sungguh terjadi menurut Kisah Para Rasul ialah mereka mewartakannya. Supaya kabar ini cukup satu saluran dan penuh dengan kewibawaan, pewartaan pertama kali itu harus bersifat kelembagaan, resmi bagai siaran pers satu pintu, dan disampaikan oleh pribadi yang memiliki otoritas untuk melakukan itu. Itu yang kemudian kita sebut sebagai kotbah kesaksian kebangkitan yang pertama. Kotbah ini disampaikan secara resmi oleh kepala atau yang dituakan di dalam Gereja perdana, yaitu rasul pertama, Santo Petrus. Kotbah itu intinya berbunyi begini: Yesus Kristus yang ditentukan Allah untuk memenuhi semua janji di masa lalu adalah Mesias sesungguhnya. Ia dihukum mati dengan tuduhan tidak benar dan adil. Ia telah mati dan dikubur, namun kini dibangkitkan Allah. Semua yang berkaitan dengan kematian dan kebangkitan-Nya, Petrus dan para rasul lainnya adalah saksi. Supaya kotbah ini tidak sekedar kata-kata kosong, pembuktian peristiwa tersebut dan rekaman pengalaman para saksi mata merupakan faktor yang sangat menentukan kebenarannya. Pembuktian dan pengalaman itu dikonfirmasi oleh teks bacaan dari Injil Matius 28, 8-15, yang mengisahkan tentang para perempuan yang pergi ke makam pada hari pertama dalam pekan. Yesus yang bangkit menampakkan diri dan menyalami mereka: “Salam bagimu”. Kemudian Yesus juga mengatakan kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku”. Pembuktian ini diperkuat oleh kenyataan fisik tentang makam yang kosong dan tidak ada satu pun bahkan dari kalangan orang-orang Yahudi tahu-menahu ke mana jenazah Yesus dibawa pergi dari makan, hingga pada saat ini. Pembuktian baik fisik maupun pengalaman penampakan Tuhan yang bangkit ini untuk seterusnya menjadi isi kitab suci dan ajaran iman yang kita miliki sampai sekarang. Kita yang hidup pada saat ini mewarisi kekayaan rohani pembuktian dan pengalaman tersebut. Namun lebih daripada suatu pembuktian yang telah dilakukan oleh Petrus dan para rasul serta murid lainnya, kita cukup menaruh iman kita akan kebenaran ini, karena melalui itu Yesus Kristus memasuki hidup kita masing-masing dan membangkitkan kita untuk hidup bersama Dia. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa, penuhilah kami dengan kekuatan kebangkitan Yesus Tuhan kami. Bapa kami... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
Sesuai dengan isi Kitab Suci, Yesus datang sebagai kegenapan nubuat-nubuat. Bukan orang Kristen masa kini yang pertama menyerukan Dia sebagai Mesias, namun mereka yang kepadanya pertama diberikan janji itu, mereka berseru pada Yesus sebagai Raja dan Penyelamat. Adakah saudara menyerukan dan mengakui Dia sebagai Raja dan Juruselamat?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 24 Maret 2024.
Banyak orang sakit dan papa yang datang kepada Tuhan Yesus dan memohon pemulihan dari Dia, namun tidak semua orang itu berseru karena percaya pada Yesus sebagai Mesias. Tidak demikian halnya dengan si buta yang namanya tercatat dalam Injil ini. Dia percaya akan apa yang didengarnya dalam Kitab Suci dan kesaksian tentang Yesus. Keselamatan Yesus berikan, dan si buta bangkit lalu berjalan mengikut Yesus.Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 17 Maret 2024.
Yesus datang menjadi kegenapan dari segala nubuat akan keselamatan, sebuah teladan ketaatan manusia yang mengasihi Bapa meski hinaan, penderitaan, dan maut menanti-Nya. Bukankah teladan itu yang seharusnya kita ikuti jika kita mengaku menjadi pengikut Kristus? Maukah kita melayani seperti Kristus yang datang untuk membawa manusia kepada terang?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 10 Maret 2024.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Irma Dhema dan Yudith Katrin Maharani dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Hosea 14: 2-10; Mazmur tg 81: 6c-8a.8bc-9.10-11ab.14.17; Markus 12: 28b-34 MENGASIHI DENGAN SEGENAP HATI Renungan kita pada hari ini bertema: Mengasihi Dengan Segenap Hati. Tuhan sebagai yang maha kuasa dan maha tinggi tidak bisa digambarkan dalam perkataan dan tindakan-Nya hanya sebagian, setengah, atau beberapa saja. Itu sama saja dengan menganggap Dia tidak mampu atau menurunkan kekuatan-Nya. Ia selalu dan tetap dipandang berkata dalam kepenuhan dan berbuat dalam keseluruhan. Inilah konteksnya bahwa kita selalu percaya dengan ajaran-Nya tentang mengasihi dengan segenap hati. Ini berarti di dalam Tuhan tidak ada yang namanya mengasihi sebagian, setengah, atau beberapa. Sebaliknya Ia mengasihi dengan segenap hati. Ia mengasihi dengan cinta-Nya yang penuh dan total. Tuhan adalah pemilik cinta kasih dengan segenap hati. Di dalam kepenuhan ini terdapat kuasa-Nya untuk mengampuni dosa-dosa manusia bukan dengan cicilan tiap minggu atau tiap bulan. Ia mengampuni satu kali secara penuh. Jika manusia kembali berbuat dosa, Ia juga mengampuni satu kali lagi secara penuh. Nubuat nabi Hosea dalam bacaan pertama menggambar kuasa Tuhan Allah yang mengampuni dan memulihkan umat-Nya secara total. Sebagai pemilik belas kasih dan kerahiman, Ia mencurahkan kepada kita rahmat supaya kita juga dapat mengampuni. Jika kita kekurangan semangat untuk mengasihi dengan segenap hati, kita harus meminta itu kepada-Nya supaya diperkuat semangat mencintai. Tuhan yang pertama mengasihi kita dengan segenap hati. Melalui berbagai pengalaman dikasihi itu, kita belajar untuk mengasihi seperti diri-Nya. Yesus melakukan pelayanan publik di sekitar Galilea dan banyak daerah di sekitarnya dengan pusat ajaran-Nya ialah cinta kasih. Di mana-mana terdapat orang kagum dan menjadi tertarik dengan-Nya. Seorang ahli Taurat pun merasakan ada panggilan untuk mencari kebenaran tentang belas kasih Allah kepada Yesus. Pencariannya itu menemukan orang yang benar dan tepat, yaitu Yesus Kristus. Dari Yesus kita peroleh hukum cinta kasih yang utuh. Kita mengasihi Bapa dalam dan melalui Dia. Kalau orang mengenal, mengerti, dan mengasihi Allah di surga tanpa melalui Yesus Kristus, berarti pembenaran Kristiani dalam diri mereka pantas dipertanyakan. Kita juga mengasihi sesama sebagai penghayatan ajaran dan teladan-Nya yang berkorban demi kebaikan dan keselamatan umat manusia. Ajaran-Nya di dalam kitab suci yang terkenal dengan “Kotbah di Bukit” dan “Sabda Bahagia” menunjukkan betapa Yesus sudah mempersiapkan secara penuh perincian tindakan kita dalam mengasihi sesama. Hukum mengasihi dengan segenap hati bukan sekedar dikaruniai atau ditaruh di dalam diri setiap manusia, tetapi terlebih-lebih dipelajari, dilatih, dan dimatangkan dari waktu-waktu supaya dapat menyerupai Kristus sendiri. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa, buatlah diri kami mengasihi Dikau dan sesama kami dengan segenap hati. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
Kita yang percaya pada Tuhan Yesus masih hidup di dalam dunia, namun bukan bagian dunia ini. Atau, bilakah kita masih hidup dalam dua dunia yang pada hakekatnya kita mati dalam keduanya? Karena tidak bisa seseorang mengasihi Tuhan dan mengasihi dunia dan segala kemewahannya.Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 3 Maret 2024.
Tidak akan dibiarkan mereka yang mencari dan mengikut Tuhan. Belas kasihan Tuhan rupanya telah dinyatakan bukan hanya di dalam Perjanjian Baru, namun sejak sebelum penyataan-Nya dalam manusia Yesus. Apakah kita yang mengaku pengikut Yesus juga menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang mencari Dia?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 25 Februari 2024.
Perbuatan-perbuatan ajaib yang Tuhan Yesus lakukan selama masa hidup-Nya sebagai manusia bukan hanya tentang mujizat dan pemulihan fisik, namun lebih dari pada itu, berita Injil yang adalah harapan akan hidup kekal dalam persekutuan dengan Bapa adalah misi utama pemberitaan Yesus. Berita diberikan kepada semua orang, namun tidak semua orang mau mendengar berita itu.Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 18 Februari 2024.
Iman yang membawa setiap orang sakit di Kapernaum untuk datang kepada Yesus. Iman yang membuat keempat orang pengusung seorang lumpuh naik ke atap dan menurunkan temannya untuk disembuhkan oleh Yesus. Iman pada Yesus yang menguatkan si lumpuh bangkit dan mengangkat tilamnya. Iman yang mendasari Lewi meninggalkan pekerjaannya dan mengikut Yesus menjadi murid-Nya. Iman pula yang membawa setiap murid Yesus memberitakan tentang Dia. Apakah saudara beriman?Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 11 Februari 2024.
Tuhan Yesus dalam hidup-Nya sebagai manusia memberi teladan kepada kita bagaimana bekerja menceritakan Tuhan, menggenapkan firman Tuhan yang tertulis, menjadi berkat untuk sesama, dan semuanya dilakukan tanpa kehilangan waktu teduh merenungkan firman itu. Apakah kita sudah bekerja meneladani pekerjaan Yesus di bumi?Ibu Ev. Sri Umiyati P. dalam Ibadah Epiphaneia, 4 Februari 2024.
Allah menjadikan segalanya dengan Firman-Nya. Firman itu telah menjadi hidup dan diam di antara manusia. Firman Hidup itu mengajarkan firman-Nya yang memberi hidup kepada mereka yang percaya dan taat, memberi kuasa untuk hidup dan menang atas si jahat. Percayakah saudara akan Firman Hidup? Maukah saudara memberitakan tentang-Nya?Ev. Sri Umiyati Pinilih dalam Ibadah Epiphaneia, 28 Januari 2024.