POPULARITY
Akademia makassar, Hari Penyiaran Nasional diperingati setiap tanggal 1 April di Indonesia untuk menghargai peran penting media penyiaran dalam membangun bangsa. Tanggal ini dipilih karena pada 1 April 1933, siaran radio pertama kali diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda melalui Radio Republik Indonesia (RRI), yang kemudian menjadi bagian integral dari penyebaran informasi, pendidikan, hiburan, dan budaya di Indonesia. Hari ini menjadi momentum untuk mengingatkan pentingnya media penyiaran dalam mendukung demokrasi, memberikan informasi yang akurat, serta menjaga keberagaman dan kebudayaan Indonesia. Nah, buat akademia makassar yang penasaran dengan apa aja sih yang dibahas, jangan lupa dengerin yaa!
Ini timnas Indonesia apa timnas (keturunan) Hindia Belanda? Leave a comment and share your thoughts: https://open.firstory.me/user/clltj9gcg01oz01u2gxus8fg6/comments Powered by Firstory Hosting
Federasi sudah memutuskan untuk memecat STY, banyak pro kontra dan tidak sedikit masyarakat yang "curiga". Namun nasi sudah menjadi bubur, PSSI punya hak penuh akan hal itu. Sebagai gantinya, Pelatih dari negri kincir angin didatangkan. Ya! Patrick Kluivert! No More Process, Meneer! Tentunya harapan pun tetap muncul guna menjaga asa lolos ke Piala Dunia 2026. Kali ini, kami mewakili fans juga rakyat Indonesia mendukung siapapun yang melatih Timnas Garuda. Tugas Kluivert, berat! Loloskan negara gila bola ini ke Piala Dunia untuk pertama kalinya semenjak masih bernama Hindia Belanda. Selamat datang di Rimba!
Sejarawan senior dan Indonesianis, Peter Carey, membahas Hindia Belanda pada masa penjajahan Daendels dan Raffles. Mulai dari lanskap dunia pada pertengahan abad ke-19, peran Pangeran Diponegoro dalam memperjuangkan kebudayaan Jawa yang adiluhung, serta bagaimana Indonesia modern mesti tampil di hadapan peradaban-peradaban dunia lainnya hari ini. #Endgame #GitaWirjawan #PeterCarey ---------------------- Jelajahi dan diskusikan lebih lanjut episode ini di https://endgame.id/ ---------------------- Catatan dan referensi episode ini: https://sgpp.me/EGepsnotes ------------------ Untuk ajakan kolaborasi dan kerja sama, hubungi kami di sini: https://sgpp.me/contactus
Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan, termasuk pemerintahan di Indonesia, harus senantiasa berdasarkan hukum. Perwujudan negara hukum yang berlandaskan Pancasila memerlukan sistem hukum nasional yang harmonis, sinergis, komprehensif, dan dinamis melalui upaya pembangunan hukum. Salah satu proses pembangunan hukum yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah, khususnya di bidang hukum pidana, adalah dengan melakukan revisi terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Menurut Wakil Menteri Hukum dan HAM Prof. Dr. Edward Omar Sharif Hiariej, RUU KUHP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menyusun suatu sistem rekodifikasi hukum pidana nasional yang bertujuan untuk menggantikan KUHP lama sebagai produk hukum pemerintahan zaman kolonial Hindia Belanda. Perkembangan hukum pidana yang tidak sesuai dengan dinamika masyarakat ini mengakibatkan pembaruan dan revisi terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Pidana perlu segera dilakukan. kita akan bahas bersama narasumber: Dr. Yenti Garnasih, S.H., M.H. - Ketua Umum Masyarakat Hukum Pidana dan Kriminologi Indonesia (MAHUPIKI), Akedemisi FH Usakti. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id
Untuk mempertahankan wilayah dan kekuasaannya, Hindia Belanda membentuk KNIL pada 1830. Kebanyakan serdadunya adalah bumiputra dari beragam etnis. Bagaimana KNIL eksis di alam kolonial? Simak ulasannya di Podcast Sejarah Tirto!
Gula merupakan komoditas utama Hindia Belanda di Pulau Jawa, oleh sebab itu banyak sekali pabrik gula yang dibangun di Jawa. Transportasi logistik pada saat itu sangat mengandalkan lori yang dapat menampung bahan baku dengan jumlah banyak dan terhubung ke berbagai stasiun kereta api. Kini tinggal beberapa pabrik gula saja yang masih aktif mengoperasikan lori yang sudah berumur tua untuk mengangkut tebu ke pabrik gula. Kondisi lori-lori tersebut memang perlahan habis dimakan usia, namun masih banyak yang dilestarikan agar generasi saat ini bisa mengenal sejarah dari lori tersebut. Nah bicara seputar lori, kami berkolaborasi dengan Mas Yoga Cokro yang ilmu soal lori nya udah diluar kepala banget. Di episode ini pula akan dikulik habis dari sejarah, armada, operasional, hingga harapan terkait lori pengangkut gula ini. Pokoknya seru abis deh, Transbro & Transist! Gaskeun dengerin kuy! --- Support this podcast: https://anchor.fm/transpod-podcast/support
Fenomena Urbanisasi, Masalah Klasik Minim Solusi Oleh. Diyani Aqorib (Pegiat Literasi) Voice over talent: Maya R NarasiPost.Com-Liburan telah usai. Kini masyarakat harus kembali menjalani rutinitas sehari-hari. Wilayah ibu kota dan sekitarnya pun menjadi ramai kembali. Seolah bernapas lagi setelah hampir dua minggu sepi. Namun, ada satu fenomena yang selalu mengikuti pasca libur lebaran, yaitu urbanisasi. Memang, urbanisasi dapat terjadi kapan saja. Namun, tidak dimungkiri fenomena urbanisasi ini sering terjadi setelah libur panjang Idulfitri. Menurut Sosiolog Universitas Indonesia, Ricardo, bahwa fenomena urbanisasi masih dan akan terus terjadi. Karena Jakarta adalah kota dengan perputaran uang terbesar di negeri ini. Sehingga hal ini menarik masyarakat di pedesaan untuk mencoba peruntungan di ibu kota Jakarta dan sekitarnya. Tak ayal, jumlah orang yang masuk ke Jakarta pun lebih banyak dibandingkan jumlah pemudik yang ke luar Jakarta. Sebenarnya tradisi merantau ke Jakarta bukanlah hal baru. Hal ini sudah berlangsung sangat lama. Bahkan sejak zaman Hindia Belanda, ketika Jakarta masih bernama Batavia. Tradisi ini terus meningkat sejak awal abad 20, karena pembangunan dipusatkan di kota-kota seperti Batavia (Jakarta). Sehingga aktivitas ekonomi dan perputaran uang terpusat di sana. Semakin ke sini tidak hanya Jakarta. Kota-kota besar lainnya pun menjadi tujuan sebagian besar para urban. Seperti Bandung, Surabaya, Semarang, bahkan Medan. Tentu tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan taraf hidup. Naskah selengkapnya: https://narasipost.com/2022/05/11/fenomena-urbanisasi-masalah-klasik-minim-solusi/ Terimakasih buat kalian yang sudah mendengarkan podcast ini, Follow us on: instagram: http://instagram.com/narasipost Facebook: https://www.facebook.com/narasi.post.9 Fanpage: Https://www.facebook.com/pg/narasipostmedia/posts/ Twitter: Http://twitter.com/narasipost
Hindia Belanda yang berdiri sejak 1800 dilumat Jepang hanya dalam beberapa bulan. Buah dari ketidaksiapan militer dan politik. Bagaimana prosesnya? Yuk, cari tahu di Podcast Sejarah Tirto.
Ditemukan di Afrika pada pergantian abad ke-20, kopi excelsa adalah spesies yang unik, tangguh, dan produktif, meskipun kehadirannya minimal di pasar kopi global. Sedikit informasi tentang berapa banyak yang diperdagangkan, dipanggang, atau diseduh tersedia, karena hanya bergerak dalam jumlah yang sangat kecil. Sementara saat ini, excelsa dibudidayakan di Asia Tenggara (termasuk Vietnam dan Filipina) dan India, itu sebenarnya pertama kali ditemukan pada tahun 1903 di Afrika Tengah, di mana ia juga dikenal sebagai Coffea dewevrei atau dewevreié. Di Indonesia Kopi excels banyak dikenal di beberapa tempat, sebenarnya. Termasuk di Wonosalam Jombang Jawa Timur. Di kawasan hutan ini, kopi excels sudah di tanam di zaman colonial Hindia Belanda di tahun 1875. Bagaimana perkembangn kopi excfelsa sekarang. Ikuti kicau kami di KR534Broadcast.
Pesona Kebun Binantang Kinantan yang Penuh Kenangan Oleh. Messy Ikhsan (Kontributor Tetap NarasiPost.Com) Voice Over Talent: Dewi N NarasiPost.Com-Hello, Guys. Siapa nih yang suka dengan dunia binatang dan hobi menjelajah alam semesta? Atau yang pernah tergabung dan pernah mengabdi pada komunitas pencinta alam sejagat raya? Hmm, sekarang kalian tidak perlu ribet dan berjuang keras lagi ke hutan untuk menyaksikan tingkah unik binatang dan pesona alam yang masih asri. Kalian tidak perlu lagi jalan-jalan jauh untuk merasakan sensasi udara sejuk dan pemandangan yang kece badai. Sebab, semua fasilitas itu sudah terangkum lengkap di Kebun Binatang Kinantan Bukittinggi, loh, Guys. Seperti yang dilansir dari laman Wikipedia menyatakan bahwa Kebun Binatang Kinantan merupakan kebun binatang yang tertua di Nusantara. Kebun binatang itu dibangun tahun 1990 atas saran ide Controleur pemerintah Hindia-Belanda saat itu yang bertugas di benteng Fort de Kock yang diberi nama Gravenzanden. Awalnya area kebun binatang dibangun untuk taman bunga. Akan tetapi setelah melewati beragam proses dan waktu yang panjang, pemerintah akhirnya sepakat dialihfungsikan sebagai tempat koleksi beragam binatang yang ada di dunia. Kebun binatang merupakan satu-satunya yang ada di Sumatera Barat dan punya koleksi binatang yang terlengkap. Wow, daebak, ini benar-benar super kece. Lebih tepatnya terletak strategis di pusat kota Bukittinggi di daerah Bukit Cubadak, Bungkuak. Selain berada di posisi yang mantap, area kebun binatang juga berdekatan dengan ikon kota Sejuk yaitu Jam Gadang, Benteng Fort de Kock, dan wisata sejarah Lubang Jepang. Sehingga dalam waktu yang berdekatan, kita sudah bisa mengelilingi beragam destinasi wisata unggulan dengan tempat dan sensasi yang berbeda. Naskah Selengkapnya: https://narasipost.com/2021/10/22/pesona-kebun-binantang-kinantan-yang-penuh-kenangan/ Terimakasih buat kalian yang sudah mendengarkan podcast ini, Follow us on: instagram: http://instagram.com/narasipost Facebook: https://www.facebook.com/narasi.post.9 Fanpage: Https://www.facebook.com/pg/narasipostmedia/posts/ Twitter: Http://twitter.com/narasipost
Glorifikasi Pengusir Khalifah di Tanah Konsulat Khilafah Oleh. Iranti Mantasari, BA.IR, M.Si (Kontributor Tetap NarasiPost.Com) Voice Over Talent: Maya R NarasiPost.Com-Nama Betawi tentu bukan hal yang asing lagi, khususnya bagi para penduduk wilayah yang saat ini menyandang status sebagai ibu kota negara Indonesia. Kata Betawi yang berasal dari kata Batavia adalah nama yang disematkan oleh penjajah Belanda saat mulai meluaskan cengkeraman di daerah jajahannya di Hindia Belanda dulu, jauh sebelum nama Indonesia disepakati sebagai nama negara ini. Tanah Betawi pun turut andil dalam melukis sejarah, karena pernah menjadi salah satu konsulat dari pusat kekuasaan kaum muslimin di akhir abad ke sembilan belas hingga awal abad ke dua puluh, yakni khilafah Utsmani. Nicko Pandawa di dalam bukunya yang berjudul “Khilafah dan Ketakutan Penjajah Belanda” mengatakan bahwa terdapat 10 orang yang pernah menjabat sebagai konsul Utsmani yang pernah ditempatkan di Batavia dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun. Mereka bertugas sebagai penghubung khalifah kepada kaum muslimin serta penyambung asa umat Islam di nusantara yang saat itu masih dikenal sebagai Hindia Belanda dengan pusat kepemimpinan mereka di Istambul, Turki. Penempatan konsulat Utsmani pertama kali dilakukan pada tahun 1882 di bawah masa Sultan Abdul Hamid II berkuasa. Beliau begitu dihormati dan senantiasa didoakan oleh penduduk muslim di nusantara. Itulah sedikit sejarah yang perlu diungkap ke tengah-tengah umat. Hanya saja, ada hal yang cukup menggelitik terjadi menjelang perayaan maulid Nabi Muhammad saw. Pasalnya, pemerintah Turki yang direpresentasikan oleh kedutaan besarnya di Jakarta mengusulkan penamaan salah satu jalan di Jakarta dengan nama Mustafa Kemal Attaturk. Hal ini disebut merupakan sebuah aksi timbal balik antara Turki dengan Indonesia, mengingat adanya nama Jalan Ahmed Soekarno di Ankara. Aksi resiprokal seperti ini juga dikatakan sebagai bentuk persahabatan antara dua negara, meski usulan tersebut masih bersifat rekomendasi dan belum mendapatkan ketukan palu, sebagaimana yang diwartakan oleh CNN Indonesia. Naskah Selengkapnya: https://narasipost.com/2021/10/26/glorifikasi-pengusir-khalifah-di-tanah-konsulat-khilafah/ Terimakasih buat kalian yang sudah mendengarkan podcast ini, Follow us on: instagram: http://instagram.com/narasipost Facebook: https://www.facebook.com/narasi.post.9 Fanpage: Https://www.facebook.com/pg/narasipostmedia/posts/ Twitter: Http://twitter.com/narasipost
Perkeretaapian di Indonesia memang berawal dari Semarang pada tahun 1867 dengan tujuan ke Tanggoeng, sementara jalur kereta api di Batavia baru hadir di tahun 1873 menuju Buitenzorg. Keduanya sama-sama dibangun oleh NIS sebagai pionir perkeretaapian di Hindia Belanda. Sepanjang linimasa perkeretaapian Batavia juga terdapat jaringan kereta api yang dibangun oleh berbagai maskapai, seperti BOS dan SS serta banyaknya juga masterplan pengembangan perkeretaapian batavia yang batal karena efek Great Depression 1930. Semua soal sejarah perekeretaapian di Jabodetabek kami hadirkan lewat perbincangan santai di episode ini bersama bintang tamu kami, Lintang Mulia. Yuk, Transbro & Transist dengerin agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat & jangan sekali-kali melupakan sejarah! --- Support this podcast: https://anchor.fm/transpod-podcast/support
Kaum Republikan menyerang Depok pada Oktober 1945. Sebagian warganya dituduh antek Belanda. Mengapa serangan itu bisa terjadi? Yuk, cari jawabannya di Podcast Sejarah Tirto!
#SahabatMuseumBI, bagaimana ya pandemi di era Hindia Belanda bisa berakhir? Lalu, setelah pandemi usai, apa ya perubahannya? Temukan jawabannya pada podcast ini.
Jangan percaya kalau ada yang bilang Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun. Faktanya tak sesederhana itu, guys. Yuk, simak penjelasannya di Podcast Sejarah Tirto!
https://youtu.be/IofFMabmLT4 Sistem Tanam Paksa merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda melalui Gubernur Jenderal Johannes van Den Bosch (1830-1833). Pemberlakuan tanam paksa menjadi salah satu periode kelam dalam sejarah Indonesia dan menuai kritik keras dari sejumlah kalangan. Kebijakan Sistem Tanam Paksa ini dicetuskan pada 1830 atau ketika van Den Bosch mulai menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Ketentuannya, setiap desa wajib menyisihkan 20 persen tanahnya untuk ditanami komoditas ekspor yang ditentukan pemerintah kolonial, seperti kopi teh, tebu, dan nila. Di edisi Redaksi Bertanya kali ini akan membahas tentang Sejarah Tanam Paksa Kopi Jawa bersama pak Ahmad Said Widodo Peneliti dan Penulis Sejarah Purwakarta --- Send in a voice message: https://anchor.fm/jabar-media-network/message
Hai #SahabatMuseumBI, Berusia lebih dari 2 abad, terdapat berbagai peristiwa penting yang dilalui gedung megah nan kokoh yang kini menjadi Museum BI lho!
Episode kali ini membahas tentang strategi politik HOS Tjokroaminoto dalam memerangi kolonialisme di Hindia Belanda. Kepribadian HOS Tjokroaminoto menjadi figur penting sebagai pemimpin. Pemimpin perlu gerakan yang masif dan juga uswah yang baik untuk menggerakkan massanya. Semua tentang HOS Tjokroaminoto beserta pergerakannya terangkum dalam episode yang dibawakan langsung oleh Dr. A. Dedi Mulawarman, selaku Dewan Pembina Yayasan Peneleh Jang Oetama. Langsung saja, selamat mendengarkan! :)
Jika pada historytelling part I banyak membahas seputar hoaks yang terjadi saat masa pandemi Hindia Belanda, di part II #SahabatMuseumBI akan mengetahui strategi sosialisasi yang digunakan Pemerintah Hindia Belanda kala itu. Ingin tahu cara Pemerintah Hindia Belanda menyiasati pandemi yang terjadi? Dengarkan pembahasan selengkapnya, yuk!
Wah, bagaimana sih memori postcolonial immigrants ditampilkan di museum-museum Belanda? Yang dimaksud dengan postcolonial immigrants disini adalah orang Indo, peranakan Cina dan Maluku yang di zaman kolonial dulu adalah penduduk Hindia Belanda. Pastinya sangat bersentuhan dengan sejarah Indonesia ya? Yuk dengerin aja episode ini. Podcast dibawakan dalam Bahasa Indonesia oleh Ajeng, Retno dan Argi.
#SahabatMuseumBI tahu tidak hubungan antara ikan lele dan epidemi?
Museum Taman Prasasti menjadi salah satu museum kesukaan saya karena koleksinya, batu nisan. Nisan ini memiliki cerita dari mereka yang pernah tinggal di Batavia (sekarang Jakarta) atau di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Kita dengar beberapa cerita nisan menarik yang ada di museum ini.
Cultuurstelsel adalah sebuah sistem pertanian yang diterapkan di Hindia Belanda pada abad 19. Salah satu daerah yang terkena sistem ini adalah Priangan
Sekilas mengenai sekolah-sekolah yang sudah sejak zaman Hindia Belanda di Bandung
Raffles menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda sejak 1811. Peranan dan kebijakannya dikenal sebagai kebijakan yang berbeda dari gubernur sebelumnya. Beberapa diantaranya dalam urusan bandar yang ada di Jawa. Salah satunya yaitu Bandar Gresik. --- Support this podcast: https://anchor.fm/sejarah-boomas/support
Sosok Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto sangat dekat dengan citra Sarekat Islam pada masa pergerakan Nasional di Hindia Belanda. Beliau merupakan tokoh bangsa yang dikenal sebagai Ratu Adil karena sikap dan gagasan yang membela rakyat. --- Send in a voice message: https://anchor.fm/podcasthistocast/message Support this podcast: https://anchor.fm/podcasthistocast/support
Sosok Thomas Stamford Raffles dalam kesejarahan Dunia dicetuskan sebagai pendiri Negara Singapura, atau dulunya bernama Tumasik. Ia dikenal sebagai penganut aliran Humanisme dan juga seroang kutu buku. Raffles yang menjabat untuk memimpin Hindia Belanda dalam masa interregenum 1811-1816 menerapkan perombakan total dalam urusan birokrasi dan ketenagakerjaan. Salah satunya, Land Rent --- Support this podcast: https://anchor.fm/sejarah-boomas/support
Pada episode ini kami kembali menceritakan alur pemberontakan PKI yang pertama yakni tahun 1926, Dimana saat itu PKI melakukan revolusi terhadap pemerintah Hindia Belanda.
17 Agustus 2020 menjadi tonggak dalam kemerdekaan indonesia. 75 tahun sudah Indonesia terlepas dari kekuasaan Belanda dan Jepang. Merdeka, inilah gaung yang menyelusup di sela keheningan siang. Namun, bila kita mau menelisik lebih dalam, masih banyak hal yang harus diperhatikan. Di masa pemerintahan Hindia Belanda dan Nipon, akses kehidupan menjadi potret hitam. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, penduduk pribumi harus berjuang ekstra. Belum lagi, penghormatan secara berlebih. Saat bala tentara Nipon lewat, pribumi harus membungkukkan badan bila tidak ingin di pukul. Melihat potret masa kini pun, masih ada sebagian potret hitam. Masih ada para ‘penguasa' yang ingin dihormati padahal hakiki sebuah kekuasaan tidak lebih dari melayani dan memudahkan kesulitan yang dialami warganya. Dalam pemerintah skala kecil, katakanlah pemerintahan desa. Perangkat desa mulai dari kepala desa hingga jajaran dibawahnya harus membuka diri seluasnya untuk menerima keluhan, kritikan juga pandangan yang berbeda dari warganya selama apa yang diungkapkannya untuk membangun. Namun, untuk bisa menerima itu, yang utama dan terutama singkirkan keegoan. Bila keegoan sudah bisa dikendalikan maka apapun pandangan yang terlontar dari warga akan dipandang sebagai sebuah wacana yang perlu ditelusiri dan dikembangkan, sekalipun pandangan itu menyakitkan. Sebagai misal, mari kita melirik pola pendidikan yang dikembangkan negeri ini. Pola pendidikan yang dikembangkan hendaknya tidak menghilangkan ciri khas dari pola pendidikan yang dibangunnya. Kalau ini sampai terjadi, tidak ada warna yang bisa menjadikan perbedaan itu indah. Bukankah karena perbedaan itu sesuatu menjadi indah, selama selaras sejalan sesuai fungsinya. Bukankah Bhinneka tunggal ika juga mempersatukan yang berbeda dan menjadi indah. Memasuki 75 tahun Indonesia terlepas dari belenggu kekuasaan lain, tentu banyak perbedaan. Namun, janganlah perbedaan itu yang ditonjolkan. Tapi, jika itu yang masih menjadi masalah, segeralah koreksi diri, Benarkah Kita sudah merdeka? Mungkin benar fisik kita sudah terlepas dari belenggu tapi jiwa kita masih terjajah oleh keegoan. Waspadalah! (Editor MRC)
Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun, adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia-Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia. Namun hasil penelusuran sebuah komunitas di Sumenep, Songennep Tempo Doeloe, melansir bahwa kemungkinan makam atau kuburan pahlawan Nasional itu berada di komplek pekuburan Asta Tinggi Sumenep. Hal ini dapat dibuktikan dari catatan-catatan dan nisan yang terdapat di komplek pemakaman tersebut --- Send in a voice message: https://anchor.fm/saptono-soemarsono/message
Kilas balik persoalan federasi pada masa Hindia Belanda dan masa awal-awal kemerdekaan. This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app Support this podcast: https://anchor.fm/time-gathering --- This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app