POPULARITY
Bayangkan begini: Anda seorang nakhoda di tengah badai, ombak mengamuk, dan kompas berputar liar. Kapal Anda, sebuah organisasi, sedang diuji. Apakah Anda akan bertahan dengan cara lama yang kaku, atau mencari peta baru, kompas baru? Di sinilah "Kepemimpinan Utuh" hadir, bukan sekadar teori di atas kertas, melainkan sebuah peta jalan yang digali dari pengalaman nyata para pemimpin puncak di seluruh dunia. Buku ini bukan hanya bicara manajemen atau strategi, melainkan tentang bagaimana kita, sebagai manusia, bisa menjadi pemimpin yang lebih utuh, lebih bijaksana, di tengah hiruk pikuk ketidakpastian zaman. Ini bukan hanya untuk CEO dan direktur, tapi untuk kita semua yang ingin hidup lebih bermakna. Dunia sedang tidak baik-baik saja. Pandemi global, bencana iklim, dan gejolak sosial-politik menghantam tanpa henti. Cara lama memimpin dan mengelola sudah tidak mempan. Kita butuh pemimpin yang bisa bernavigasi dalam kompleksitas, kerentanan, dan ketidakpastian ini. Mereka harus menemukan cara baru, berlandaskan integritas, keterlibatan otentik, dan pertumbuhan berkelanjutan. Mengembangkan nilai-nilai global, spiritualitas, dan kebajikan dalam organisasi adalah keharusan untuk membangun dunia yang damai, sejahtera, dan maju di abad ke-21. Ini bukan sekadar omong kosong, ini adalah panggilan. Persoalan krisis bukan hanya soal ekonomi atau lingkungan, tapi juga etika, moral, dan spiritual. Akibatnya, kita merasakan krisis eksistensial, kekosongan batin yang merindukan terobosan. Fokus pada keutuhan memungkinkan kita untuk menyambung kembali hubungan, dengan sesama, dengan planet, dan dengan kesadaran manusia yang terus berkembang. Ini adalah kunci untuk menyembuhkan krisis spiritual zaman kita, yang tercermin dalam krisis ekologis, sosial, dan etika, serta krisis identitas, nilai, dan makna. Kita butuh kebangkitan baru, gerakan holistik yang menyerukan pengejaran keutuhan dan nilai-nilai spiritual dalam diri pemimpin dan organisasi. Penelitian fenomena ini, yang menjadi dasar buku "Kepemimpinan Utuh," menggali perjalanan para pemimpin spiritual dan bisnis berpengaruh dalam pencarian keutuhan di dunia kontemporer. Walaupun banyak studi tentang spiritualitas di tempat kerja dan gaya kepemimpinan lain seperti pelayan, etis, dan transformasional, namun sedikit yang diketahui tentang bagaimana para pemimpin terkemuka di berbagai budaya, agama, dan bisnis mengalami perjalanan menuju keutuhan di masyarakat pascamodern ini. Keutuhan didefinisikan sebagai "hidup tak terbagi." Artinya, memandang realitas individu, organisasi, masyarakat, dan alam sebagai fenomena yang saling terhubung, dirancang untuk kesejahteraan bersama, kemajuan, dan kebahagiaan yang lebih besar. Model kecerdasan spiritual ini dikonstruksi dari temuan kunci penelitian tentang pencarian keutuhan para pemimpin. Kecerdasan spiritual (SQ) didefinisikan sebagai kesadaran yang lebih tinggi dan kemampuan bawaan untuk merespons dengan kebijaksanaan, kasih sayang, dan keberanian sambil mempertahankan rasa ketenangan. Model ini menunjukkan bagaimana kecerdasan rasional (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) berfungsi secara optimal di bawah cahaya kesadaran yang lebih tinggi. Empat tema penting muncul dari penelitian ini: merasakan krisis, merangkul krisis, membangkitkan keutuhan yang tersembunyi, dan melayani kebaikan yang lebih besar. Ini adalah inti dari perjalanan batiniah menuju keutuhan.
Kepemimpinan Transglobal muncul sebagai respons terhadap kompleksitas dan interkoneksi era global, melampaui keterbatasan gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional yang berfokus pada aspek lokal. Didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang memengaruhi berbagai negara dan budaya, konsep ini bersifat universal dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup semua bangsa di seluruh dunia. Pemimpin transglobal dianggap sebagai "warga negara global yang berpikiran terbuka" dengan pemahaman ekonomi, budaya, hukum, dan politik yang kuat, seringkali kontroversial namun mampu membawa perubahan transformatif yang signifikan. Untuk berhasil dalam peran ini, seorang pemimpin transglobal harus mengembangkan enam jenis kecerdasan kunci: kognitif (IQ tinggi untuk analisis), moral (panduan etika yang jelas dan pemahaman dampak global), emosional (empati dan kemampuan terhubung secara sosial), budaya (memahami dan memanfaatkan nilai budaya lokal), bisnis (pemahaman holistik tentang komponen bisnis yang sukses), dan global (memahami hukum, regulasi, ekonomi lintas negara, serta menyeimbangkan standardisasi global dengan kepentingan lokal). Keenam kecerdasan ini saling terkait dan esensial untuk menavigasi lingkungan global yang beragam dan kompleks. Implementasi kepemimpinan transglobal sangat bergantung pada nilai-nilai dasar seperti kepercayaan antar-karyawan dan budaya organisasi yang kuat. Kepercayaan, yang terdiri dari harmoni, keandalan, dan kepedulian, adalah komponen kunci yang mendorong kinerja pekerjaan dan sinergi, terutama dalam tim yang beragam latar belakang. Budaya organisasi yang kuat berfungsi sebagai acuan tindakan, membentuk identitas, dan mengarahkan perilaku karyawan menuju kinerja yang lebih tinggi. Studi kasus Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) di Indonesia menunjukkan bahwa kurangnya kepercayaan antar-karyawan dapat menghambat kinerja, sementara kepemimpinan transglobal dan budaya organisasi yang mendukung terbukti mampu meningkatkan kepercayaan dan efektivitas operasional dalam lingkungan yang sensitif dan multikultural.
Panduan ini memperkenalkan metodologi "Square Wheels" sebagai alat diagnostik dan katalis perubahan untuk organisasi, khususnya Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), dalam mengatasi tantangan keberlanjutan dan dampak. "Roda Kotak" melambangkan inefisiensi atau proses yang berfungsi namun tidak mulus, sementara "Roda Bundar" adalah ide-ide perbaikan yang sudah ada atau potensial. Alat ini memungkinkan organisasi untuk "mundur dari gerobak" (mengubah perspektif) dan secara aman mendiskusikan masalah tanpa menyalahkan individu, sehingga mengurangi resistensi terhadap perubahan dan mendorong kepemilikan solusi. Ini sangat penting karena banyak organisasi terlalu sibuk dengan operasi sehari-hari sehingga mengabaikan perbaikan sistemik, dan pemimpin seringkali terisolasi dari realitas lapangan. Penerapan Square Wheels melibatkan identifikasi "Roda Kotak" dalam operasional dan sistemik, kemudian memunculkan "Roda Bundar" dari internal tim, dan memprioritaskan solusi yang paling berdampak. Metodologi ini secara langsung berkontribusi pada keberlanjutan organisasi dengan memperkuat kapasitas internal (SDM, manajerial, finansial), meningkatkan legitimasi dan adaptabilitas, serta memperbaiki citra publik. Dengan mengidentifikasi dan memuluskan "Roda Kotak" di berbagai dimensi keberlanjutan, organisasi dapat mengalihkan fokus dari sekadar bertahan hidup ke arah pencapaian dampak yang signifikan dan relevan dalam ekosistem yang lebih luas. Lebih lanjut, Square Wheels membantu merumuskan strategi pengembangan kapasitas yang inovatif dengan mengubah hambatan menjadi peluang dan mendorong budaya perbaikan berkelanjutan. Ini memfasilitasi kolaborasi ekosistem yang lebih kuat dengan mengatasi silo dan meningkatkan berbagi sumber daya antar-organisasi. Kepemimpinan yang efektif adalah kunci dalam proses ini, karena mereka harus bersedia menerima perspektif baru dan menjadi juara ide-ide perbaikan yang muncul dari tim. Dengan demikian, Square Wheels tidak hanya membantu menemukan akar masalah, tetapi juga membimbing organisasi untuk membangun fondasi yang kokoh bagi keberlanjutan, menemukan visi ekosistem yang selaras, dan mendorong inovasi yang transformatif.
Bagaimana cara menjadi pemimpin yang tidak hanya mengelola, tetapi juga menginspirasi dan membawa perubahan nyata di organisasi nirlaba Anda? Dalam episode terbaru podcast INIKOPER, kita akan mengupas tuntas salah satu gaya kepemimpinan paling berpengaruh: Kepemimpinan Transformasional. Kami akan menjelajahi definisi, sejarah, dan mengapa konsep ini menjadi begitu relevan bagi para pemimpin yang ingin melampaui target dan membangun warisan yang berkelanjutan di tengah tantangan zaman. Episode ini menyajikan riset mendalam, mulai dari analisis SWOT—mengungkap kekuatan, kelemahan, peluang, hingga ancaman—dalam penerapannya di sektor nirlaba. Kami juga membahas kritik tajam terhadap teori ini serta membedahnya dengan gaya kepemimpinan lain seperti Kepemimpinan Pelayan (Servant Leadership). Anda akan mendapatkan wawasan kunci dari "Lima Kebenaran Pemimpin Transformasional" serta memahami hubungan vital antara kecerdasan emosional dan kemampuan untuk memimpin perubahan, sebuah perjalanan dari dalam ke luar untuk menjadi pemimpin yang kuat. Lebih dari sekadar teori, kami memberikan panduan praktis tentang bagaimana menerapkan prinsip-prinsip ini dalam operasional sehari-hari organisasi Anda. Temukan langkah-langkah konkret dan jelajahi berbagai sumber daya berharga dari lembaga terkemuka seperti BoardSource dan The Bridgespan Group untuk mendukung pertumbuhan kepemimpinan Anda. Jangan lewatkan episode INIKOPER kali ini untuk mentransformasi pendekatan Anda dan membawa dampak yang lebih besar bagi misi sosial Anda. Dengarkan sekarang!
Di tengah dunia yang semakin kompleks, model kepemimpinan tradisional yang bertumpu pada satu pahlawan tidak lagi relevan. Kita membutuhkan pendekatan baru yang terinspirasi dari cara kerja sistem kehidupan itu sendiri: adaptif, relasional, dan cerdas secara kolektif. Berakar pada gagasan "symmathesy" atau pembelajaran bersama dari Nora Bateson, kepemimpinan kolektif mengajak kita beralih dari sekadar membagi tugas, menuju upaya menumbuhkan kapasitas sebuah sistem untuk belajar dan merespons secara bersama-sama dalam sebuah tarian pembelajaran yang berkelanjutan. Inti dari kepemimpinan ini adalah seni memelihara konteks dan merasakan "data hangat" (warm data)—informasi yang hidup dalam jalinan hubungan antar-elemen. Ia tidak diwujudkan melalui bagan organisasi, melainkan dengan menciptakan ruang di mana kebijaksanaan kolektif dapat muncul. Peran pemimpin pun bertransformasi, dari seorang komandan yang memberi perintah, menjadi seorang fasilitator atau "tukang kebun" yang merawat tanah agar kehidupan dapat tumbuh subur, bukan memaksanya untuk mekar. Pada akhirnya, praktik ini lebih dari sekadar strategi manajemen; ia adalah sebuah praktik etis untuk mengatasi masalah-masalah pelik yang tak terpecahkan oleh solusi teknis. Dengan memfokuskan diri pada kesehatan hubungan dan pembelajaran bersama, kita tidak hanya membangun sistem yang lebih tangguh dan adaptif, tetapi juga mulai memperbaiki relasi kita yang retak dengan sesama dan alam. Inilah undangan untuk beralih dari mengelola "benda" menjadi merawat "hubungan", dari kejeniusan individu menuju kebijaksanaan kolektif.
The Master of Indigenous Business Leadership aims to encourage the next generation and diversify the sector. - Magister Kepemimpinan Bisnis Pribumi bertujuan untuk mendorong generasi berikutnya dan mendiversifikasi sektor tersebut.
Mengapa kita terus-menerus menciptakan hasil yang tidak kita inginkan, baik dalam organisasi maupun masyarakat luas? Jawabannya mungkin tidak terletak pada strategi yang lebih baik atau teknologi yang lebih canggih, melainkan pada sesuatu yang tak kasat mata: kualitas "tanah sosial" kita. Dalam episode kali ini, kita akan menjelajahi gagasan revolusioner bahwa kepemimpinan sejati bukanlah tentang mengelola hasil akhir, melainkan tentang menjadi "pekebun" yang dengan sabar mengolah kualitas kesadaran, kepercayaan, dan hubungan—fondasi tak terlihat tempat semua pencapaian besar bertumbuh. Kami akan memandu Anda melalui tujuh laku inti dari Kepemimpinan Ekosistem, sebuah kerangka kerja transformatif yang dimulai dari dalam diri. Perjalanan ini membawa kita dari seni Mendengarkan secara mendalam dan melakukan Dialog yang menyembuhkan, menuju heningnya Presencing untuk terhubung dengan masa depan. Dari sana, kita bangkit untuk mewujudkan visi bersama melalui Ko-Imajinasi dan Ko-Kreasi, hingga akhirnya membangun sistem baru yang mendukung kehidupan melalui Tata Kelola Ekosistem. Ini bukan sekadar teori, melainkan panggilan untuk bertindak bagi siapa pun yang ingin melihat perubahan nyata di sekitarnya. Temukan bagaimana Anda bisa mulai mengolah ladang sosial di lingkungan Anda, mengubah perpecahan menjadi kolaborasi, dan keputusasaan menjadi harapan yang bertumbuh. Siapkan diri Anda untuk melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang sama sekali baru. Dengarkan episode lengkapnya sekarang!
Bagaimana seorang pemimpin bisa menjadi sumber harapan di tengah badai disrupsi? Jawabannya terletak pada pergeseran fundamental ke dalam diri. Esai ini mengeksplorasi kembali relevansi kerangka "See, Say, Do" dari Lead Positive, sebuah pendekatan yang mengajak kita untuk secara sadar memilih lensa positif (Asset-Based Thinking) dalam memandang setiap tantangan, mulai dari AI hingga dinamika tim. Dari sekadar mengelola, kita beralih ke menginspirasi. "See" mengajarkan kita melihat aset di balik masalah. "Say" menantang kita untuk berkomunikasi dengan Substance, Sizzle, dan Soul—menyampaikan tujuan yang tulus bahkan di ruang virtual. Sementara "Do" mendorong kita untuk bertindak responsif, menciptakan lingkungan kerja di mana tim merasa aman, dihargai, dan bersemangat untuk beradaptasi. Mari kita adopsi sebuah kepemimpinan yang regeneratif, yang tidak menghabiskan energi tetapi justru membangkitkannya. Dengan mempraktikkan "See, Say, Do", kita bisa membangun pengaruh yang otentik dan berkelanjutan, menciptakan tim yang tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang di tengah kompleksitas dunia modern.
Pernahkah Anda merasa bahwa model kepemimpinan dan perubahan sosial kita terasa usang? Kita membuat rencana strategis yang kaku dan metrik yang rumit, namun sering kali gagal memahami kompleksitas dunia nyata. Episode ini mengeksplorasi pergeseran paradigma yang radikal: bagaimana jika kita berhenti memperlakukan organisasi dan komunitas kita sebagai mesin yang dapat diprediksi dan mulai melihatnya sebagai sistem kehidupan yang cerdas? Dengan memadukan wawasan dari "Leadership and the New Science" karya Margaret Wheatley, kita akan menggali bagaimana prinsip-prinsip dari fisika kuantum dan teori chaos dapat memberi kita pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana keteraturan muncul dari ketidakpastian, dan mengapa hubungan, bukan bagian-bagian yang terisolasi, adalah kunci dari segalanya. Selanjutnya, kita akan membumikan sains yang mendalam ini dengan praktik-praktik yang berpusat pada manusia dari "The Art of Scaling Deep." Kita akan membahas mengapa perubahan sistemik yang sejati tidak hanya tentang "scaling up" kebijakan atau "scaling out" model, tetapi tentang pekerjaan yang transformatif dan seringkali tidak terlihat. Ini adalah pekerjaan "scaling deep": menumbuhkan perubahan dari dalam ke luar melalui kerja batin untuk menyelaraskan nilai-nilai kita, kerja relasional untuk membangun kepercayaan, dan kerja naratif untuk mengubah cerita budaya yang menahan kita. Kita akan mengungkap bagaimana praktik-praktik "lunak" ini sebenarnya adalah aplikasi paling kuat dari hukum-hukum "keras" yang mengatur sistem kehidupan yang kompleks. Pada akhirnya, episode ini adalah panggilan untuk para pemimpin, inovator, dan siapa pun yang peduli untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Ini adalah undangan untuk beralih dari peran seorang mekanik yang mengontrol mesin menjadi seorang tukang kebun yang memelihara ekosistem. Bagaimana kita bisa memimpin dengan keberanian dalam menghadapi ketidakpastian? Bagaimana kita bisa mengukur apa yang benar-benar penting, seperti kesehatan hubungan dan kekuatan tujuan bersama? Bergabunglah dengan kami saat kami mengeksplorasi bagaimana menyatukan sains dan jiwa dapat membuka cara-cara baru yang lebih penuh harapan dan efektif untuk menavigasi dunia kita yang kompleks.
Pernahkah Anda merenungkan bagaimana kearifan lokal Jawa dalam memimpin—Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani—tetap relevan di tengah hiruk pikuk modernitas? Filosofi kepemimpinan Ki Hajar Dewantara ini bukan sekadar slogan, melainkan panduan lengkap: menjadi teladan di depan, membangkitkan semangat di tengah, dan memberi dorongan dari belakang. Namun, bagaimana prinsip luhur ini berhadapan dengan "kegilaan" zaman—sebuah konsep Jawa yang menggambarkan era di mana nilai-nilai terasa jungkir balik dan kebenaran menjadi relatif? Mari kita kupas tuntas bagaimana kepemimpinan otentik dapat menjadi kompas di tengah disrupsi. Jauh dari makna harfiah, ""Konsep Kegilaan ala Jawa"" menantang kita untuk melihat lebih dalam pada fenomena sosial, di mana logika umum terkadang tak lagi berlaku dan tatanan sosial seolah goyah. Apakah ini sebuah kewajaran dalam siklus perubahan, atau justru sebuah anomali yang membutuhkan lensa kepemimpinan profetik untuk membaca dan menavigasinya? Podcast INIKOPER kali ini akan mengajak Anda menyelami sisi ""kegilaan"" yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya, mengungkap bagaimana para pemimpin di berbagai tingkatan dapat memahami dan merespons dinamika zaman yang seringkali terasa "gila" ini. Bergabunglah bersama kami di INIKOPER untuk menjelajahi persimpangan antara kepemimpinan ideal Jawa dengan realitas ""kegilaan"" kontemporer. Temukan bagaimana tiga pilar kepemimpinan tersebut dapat menjadi jangkar sekaligus motor penggerak inovasi, bahkan di saat banyak hal terasa tidak pasti. Bagaimana seorang pemimpin memberi teladan ketika panutan langka? Bagaimana membangkitkan karsa di tengah apatisme? Dan bagaimana memberi dorongan saat arah terasa buram? Dapatkan perspektif baru dan strategi kepemimpinan yang mengakar kuat pada kearifan Nusantara namun tetap gesit menjawab tantangan masa kini.å
Selami pemikiran revolusioner Fritjof Capra yang mengubah cara kita memandang sistem, organisasi, dan kepemimpinan. Di tengah dunia yang serba kompleks dan penuh ketidakpastian (VUCA), Capra menantang pandangan mekanistik tradisional yang melihat dunia sebagai mesin terpisah-pisah. Ia mengajak kita untuk beralih ke "pandangan sistemik" atau "perspektif ekologis," di mana fokus utama adalah pada keterhubungan, relasi, dan pola yang membentuk "jaring-jaring kehidupan". Pemahaman ini krusial, karena masalah global seperti krisis iklim dan sosial sejatinya bersifat sistemik dan tidak bisa dipecahkan secara terisolasi. Dengan lensa Capra, organisasi tak lagi dilihat sebagai mesin kaku, melainkan sebagai ekosistem hidup—jaringan dinamis individu yang terus berinteraksi, berkomunikasi, dan beradaptasi. "Kehidupan" sebuah organisasi terletak pada jaringan komunikasi informal dan communities of practice di dalamnya, tempat ide-ide baru muncul dan inovasi berkembang. Fleksibilitas, resiliensi, dan kreativitas bukanlah hasil perintah dari atas, melainkan sifat yang lahir dari interaksi sehat dalam jaringan tersebut, mencerminkan prinsip-prinsip ekoliterasi seperti saling ketergantungan dan kemitraan. Implikasinya, peran pemimpin pun bertransformasi secara radikal. Bukan lagi sebagai pengendali mesin, melainkan sebagai "tukang kebun" atau fasilitator yang memelihara kesehatan sistem agar dapat tumbuh dan belajar secara mandiri.Kepemimpinan ekologis menuntut kemampuan berpikir holistik, kerendahan hati, fokus pada pembelajaran berkelanjutan, dan kesadaran bahwa setiap tindakan berdampak pada keseluruhan sistem. Ini adalah panggilan untuk mengembangkan literasi ekologis dalam diri kita, melihat keterhubungan, dan beralih dari paradigma eksploitasi menuju keberlanjutan demi masa depan bersama.
Pergantian nahkoda dalam sebuah organisasi seringkali membawa gelombang perubahan yang lebih besar dari sekadar pergantian personel. Dalam episode berjudul "Ganti Nahkoda, Ganti Budaya", kami mengupas tuntas mengapa transisi di level pimpinan dan manajer inti menjadi momen krusial untuk evolusi budaya. Bersama seorang pakar pengembangan organisasi dan kepemimpinan, kita akan menjelajahi bagaimana visi dan gaya kerja baru dari kepemimpinan baru secara inheren memicu kebutuhan akan penyesuaian budaya, membuka "jendela peluang" sekaligus "periode kerentanan" bagi organisasi. Diskusi mendalam ini akan membekali Anda dengan langkah-langkah fundamental yang harus diambil tim kepemimpinan baru, mulai dari mendefinisikan visi budaya yang jelas dan inspiratif , hingga menjadi teladan (role model) yang konsisten. Pakar kami juga membagikan strategi implementasi sistematis, pentingnya membangun koalisi yang kuat , serta bagaimana komunikasi dua arah yang efektif dan keterlibatan aktif karyawan menjadi kunci untuk mengatasi resistensi. Tak ketinggalan, kita akan belajar dari studi kasus nyata seperti transformasi budaya di Microsoft di bawah Satya Nadella. Bagi para pemimpin yang tengah atau akan menghadapi tantangan serupa, episode ini menawarkan dua pesan kunci: prioritaskan pembangunan kepercayaan dan komunikasi terbuka sejak awal , serta ingatlah bahwa perubahan budaya adalah sebuah maraton yang membutuhkan konsistensi dan komitmen jangka panjang. Jangan lewatkan wawasan berharga ini untuk menavigasi transformasi budaya di organisasi Anda dengan sukses. Dengarkan selengkapnya di podcast "Transformasi Bisnis"!
Kepemimpinan Adaptif adalah kunci untuk menavigasi dunia yang terus berubah saat ini. Ini bukan sekadar tentang memiliki visi yang kuat atau membuat keputusan sulit; melainkan tentang kemampuan seorang pemimpin untuk beradaptasi, belajar, dan berinovasi di tengah ketidakpastian. Daripada terpaku pada rencana lama yang mungkin tidak lagi relevan, pemimpin adaptif justru tanggap terhadap situasi baru, berani mencoba pendekatan berbeda, dan bahkan tidak sungkan untuk mengakui ketika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan. Pendekatan ini sangat menekankan pentingnya mendengarkan secara aktif, mengajukan pertanyaan yang tepat, dan memberdayakan tim untuk menemukan solusi. Pemimpin adaptif tidak hanya memberikan perintah, tetapi juga menciptakan lingkungan di mana setiap anggota merasa aman untuk berpendapat, bereksperimen, dan belajar dari kesalahan. Dengan begitu, tim tidak hanya bergantung pada satu individu, tetapi menjadi unit yang lincah dan responsif terhadap tantangan yang muncul. Singkatnya, Kepemimpinan Adaptif adalah tentang menjadi fleksibel, resilien, dan berorientasi pada solusi. Ini adalah mindset yang memungkinkan organisasi untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam lanskap yang dinamis. Jadi, sudah siapkah Anda menjadi pemimpin adaptif yang mampu membimbing tim melewati setiap perubahan?
Merasa tantangan kepemimpinan di era ini semakin kompleks dan sulit diprediksi? Dulu, kita mungkin berpikir pemimpin hebat dilahirkan dengan bakat istimewa. Tapi, tahukah Anda bahwa pemikiran tentang leadership telah berevolusi jauh melampaui itu? Mari kita telaah perjalanan menarik ini, dari keyakinan kuno hingga model-model kepemimpinan yang paling relevan dengan dinamika zaman sekarang. Siap untuk membuka wawasan baru tentang bagaimana kita memimpin? Perjalanan kita dimulai dari Great Man Theory yang memuja pemimpin layaknya pahlawan super dengan kualitas bawaan luar biasa. Kemudian, Trait Theory mencoba mengurai sifat-sifat ajaib yang konon dimiliki para pemimpin sukses. Namun, apakah kepemimpinan hanya soal "DNA" atau sekadar daftar sifat ideal? Bersiaplah, karena pandangan kita akan segera bergeser! Angin perubahan bertiup dengan munculnya Behavioral Theories yang fokus pada apa yang dilakukan pemimpin, bukan hanya siapa mereka. Ini membuka mata kita pada berbagai gaya kepemimpinan dan dampaknya. Tak berhenti di situ, Contingency Theories hadir untuk mengingatkan bahwa konteks sangatlah penting – tak ada satu gaya yang cocok untuk semua situasi! Semakin menarik, bukan? Puncak evolusi membawa kita pada Transformational Leadership yang menginspirasi perubahan dan Adaptive Leadership yang tangguh menghadapi kompleksitas zaman. Bagaimana para pemimpin di lingkungan pemerintah Indonesia dapat menerapkan prinsip-prinsip ini untuk menakhodai perubahan dan melayani bangsa dengan lebih efektif? Temukan jawabannya dalam narasi lengkap yang akan mengubah cara Anda memandang kepemimpinan! Simak Podcast INIKOPER untuk mendengarkan! #Kepemimpinan #EvolusiKepemimpinan #AdaptiveLeadership #GreatManTheory #PemerintahanIndonesia #PodcastLeadership
Di episode podcast ini, kami akan membahas transformasi kepemimpinan, khususnya first time manager. Diskusi menarik ini akan memberikan banyak insight baru yang aplikatif, baik bagi Anda yang merasa ragu ketika pertama kali dipercaya memimpin tim ataupun bagi Anda yang bingung bagaimana menghadapi bawahan yang sebelumnya adalah rekan kerja Anda sendiri.Tamu kami, Yunus Handoko, akan berbagi tips yang aplikatif, seperti bagaimana memetakan SDM menggunakan kuadran dan level engagement, hingga strategi komunikasi yang mampu menyentuh emosi bawahan secara positif. Meskipun membahas tentang first time manager, episode ini bukan hanya untuk pemimpin, tapi juga siapa pun yang ingin naik level dalam kariernya. Dalam diskusi ini, Anda juga akan diperkenalkan pada konsep massive action dan super productivity yang dirancang agar Anda bisa menjadi pemimpin yang tidak hanya sibuk, tapi juga benar-benar berdampak. Uniknya, episode ini juga membahas tantangan lintas generasi, khususnya bagaimana Gen Z yang kini mulai memimpin harus beradaptasi dengan ekspektasi zaman. Anda akan memahami betapa pentingnya fleksibilitas, pendekatan personal, dan kemampuan membangun kepercayaan di era digital yang terus berubah.
Demoted cabinet minister Ed Husic has criticised the Labor Party leadership, as the frontbench of the re-elected government is finalised. - Menteri kabinet yang diturunkan jabatannya Ed Husic telah mengkritik kepemimpinan Partai Buruh, karena jajaran terdepan dari pemerintahan yang terpilih kembali telah ditetapkan.
Ada sebuah kritikan yang dilayangkan kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang dinilai menjalankan kepemimpinannya secara one man show.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. - Kepemimpinan Menurut Kacamata Islam
Pemimpin baru dituntut untuk cepat memahami kondisi internal, menilai tantangan dan peluang, serta menempatkan orang yang tepat di posisi strategis. Siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA) harus terus berjalan untuk memastikan organisasi berkembang secara berkelanjutan. Namun, apakah semua organisasi siap menjalankan siklus ini secara efektif? “Tanpa komunikasi yang baik, pemimpin akan sulit sukses,” tegas Ghufron. Peran public relations dan media sangat penting dalam membangun kepercayaan publik. Pemimpin yang tidak memiliki keterampilan komunikasi akan menghadapi tantangan besar dalam menjaga kredibilitasnya. Selengkapnya: https://asmonowikan.com/menavigasi-tantangan-kepemimpinan-di-era-vuca-2/
Pernahkah Anda berpikir bagaimanaAstra Internasional bisa tumbuh dari bengkel kecil menjadi raksasa bisnis?
Episode podcast kali ini membahas bagaimana transisi kepemimpinan antar-generasi bisa menjadi peluang atau justru menjadi tantangan besar. Banyak bisnis keluarga gagal bertahan melewati generasi kedua, bukan hanya karena perubahan zaman, tetapi juga akibat manajemen yang kurang efektif dan ketidakjelasan dalam peran kepemimpinan. Dalam diskusi ini, kami mengangkat contoh nyata dari berbagai negara, termasuk Italia, di mana bisnis keluarga bisa bertahan hingga beberapa generasi. Namun, statistik menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil yang mampu bertahan hingga generasi keempat. Salah satu hal yang membedakan bisnis keluarga yang sukses dan yang gagal adalah keberanian untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan kemauan untuk bekerja sama antara generasi lama dan baru. Tanpa komunikasi yang baik dan kesepakatan dalam peran kepemimpinan, bisnis keluarga bisa kehilangan arah. Salah satu poin menarik yang dibahas dalam episode ini adalah pentingnya kepemimpinan bersama dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan bisnis keluarga. Banyak konflik terjadi karena kurangnya kejelasan dalam pembagian peran dan ekspektasi antara pendiri dan penerusnya. Episode ini mengupas bagaimana membangun pemahaman bersama dan pentingnya keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam proses transisi, agar bisnis tetap relevan dan kompetitif di pasar yang terus berubah. Selain itu, kami juga membahas konsep "Family Constitution", sebuah dokumen yang mengatur prinsip-prinsip dan tata kelola dalam bisnis keluarga. Dengan adanya pedoman yang jelas, pengambilan keputusan menjadi lebih terstruktur dan transparan, sehingga meminimalisir konflik internal.
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka telah genap 100 hari. Banyak asa dan harapan dari rakyat, salah satunya pembenahan pada penegakan hukum di Indonesia. Sejumlah gebrakan memang sudah dilakukan dalam bidang penegakan hukum. Ada yang puas, namun masih banyak juga yang mengkritik. Apakah 100 hari kerja Prabowo & Gibran telah berdampak positif bagi rakyat? Atau justru merugikan?
Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc. - Kepemimpinan Suami dalam Rumah Tangga
VOA This Morning Podcast - Voice of America | Bahasa Indonesia
Anggota NATO bersiap menghadapi hubungan Trans-Atlantik yang bergejolak dengan Amerika, seiring dimulainya era kepresidenan Donald Trump. Sementara, Indonesia dukung surat penangkapan PM Israel Benjamin Netanyahu & mantan Menhan Yoav Gallant yang diterbitkan Mahkamah Kriminal Internasional (ICC).
Buku "Kepelayanan dan Kepemimpinan Alkitabiah" (Jonathan Parapak)
Buku "Kepelayanan dan Kepemimpinan Alkitabiah" (Jonathan Parapak)
Kekuasaan dan Kepemimpinan Sepenuhnya dari Allah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 9 Jumadil Awal 1446 H / 11 November 2024 M. Kajian sebelumnya: Bahaya Nafsu Bagi Pemiliknya Kajian Tentang Kekuasaan dan Kepemimpinan Sepenuhnya dari Allah Kita masih […] Tulisan Kekuasaan dan Kepemimpinan Sepenuhnya dari Allah ditampilkan di Radio Rodja 756 AM.
Buku "Kepemimpinan di Bumi Baru: Menjadi Pemimpin Kristiani di Tengah Dunia yang Terus Berubah" (Victor P.H. Nikijuluw, Aristarchus Sukarto)
Buku "Kepemimpinan di Bumi Baru: Menjadi Pemimpin Kristiani di Tengah Dunia yang Terus Berubah" (Victor P. H. Nikijuluw, Aristarchus Sukarto)
Episode podcast ini menggali topik menarik tentang "Kepemimpinan di Dunia Nyata", dengan fokus pada bagaimana prioritas seorang pemimpin seharusnya lebih berpusat pada karyawan daripada pelanggan. Pembahasan dalam episode ini menekankan bahwa menciptakan lingkungan kerja yang baik menjadi kunci kesuksesan. Mereka berargumen bahwa sifat seperti kebaikan hati dan karakter lebih penting bagi seorang pemimpin atau karyawan dibandingkan keterampilan teknis, terutama di era yang didominasi oleh AI seperti saat ini. Michael Pardi, tamu spesial dalam episode ini, berbagi kisah pribadinya tentang menjalani diet berbasis nabati dan puasa intermiten, yang ternyata memberikan dampak positif bagi kesehatannya dan proses pemulihannya. Namun, topik ini hanyalah awal dari diskusi yang lebih mendalam tentang kepemimpinan efektif. Pardi mengulas langkah-langkah praktis yang perlu diambil seorang pemimpin untuk mempertahankan karyawan di dalam perusahaan. Di sini, Michael Pardi juga berbicara tentang pentingnya bagi seorang pemimpin untuk menerima umpan balik yang jujur dari timnya, meskipun kadang harus membuat keputusan yang tidak populer. Kepemimpinan bukan hanya soal mencapai hasil, tetapi juga soal konsistensi dalam tindakan sehari-hari dan kemampuan seorang pemimpin untuk melatih serta membimbing timnya dengan hati-hati. Selain itu, Michael Pardi juga menekankan pentingnya menyelaraskan tujuan dan proses kerja agar semua orang dalam tim memiliki pemahaman yang sama tentang visi dan langkah yang harus diambil.
VOA This Morning Podcast - Voice of America | Bahasa Indonesia
Sebulan setelah mundur dari Pilpres AS, Presiden Joe Biden serahkan estafet kepemimpinan kepada Wapres Kamala Harris sebagai capres dari Partai Demokrat. Sementara itu di Indonesia, PDI Perjuangan dan parpol lain mulai mengumumkan rekomendasi kandidat untuk Pilkada 2024.
Menagih Nawacita di Senja Kepemimpinan Jokowi Oleh. Arum Indah(Kontributor NarasiPost.Com) Voice over talent: Bunga Padi NarasiPost.Com-Ingatkah kita dengan nawacita atau sembilan janji Jokowi yang sempat ia ucapkan saat kampanye pemilihan presiden 2014 silam? Sudahkah nawacita itu terealisasi di senja kepemimpinan Jokowi? Mengingat pada Oktober mendatang, Jokowi akan resmi pensiun dari jabatan Presiden Republik Indonesia. Berbagai pihak pun mulai bersuara untuk menagih nawacita itu. Naskah selengkapnya: https://narasipost.com/opini/08/2024/menagih-nawacita-di-senja-kepemimpinan-jokowi/ Terimakasih buat kalian yang sudah mendengarkan podcast ini, Follow us on: instagram: http://instagram.com/narasipost Facebook: https://www.facebook.com/narasi.post.9 Fanpage: Https://www.facebook.com/pg/narasipostmedia/posts/ Twitter: Http://twitter.com/narasipostx
Audio Buletin Edisi 122 : Meneladani Nilai Kepemimpinan Rasulullah ﷺ __________________ Ikuti Semua Media Sosial Kami: Instagram: https://www.instagram.com/surabayamengaji/ YouTube: bit.ly/subscribesurabayamengaji Facebook: https://facebook.com/surabayamengaji Telegram: t.me/surabayamengaji Website: surabayamengaji.com
Matius 16:13-20
Pada 3 Juni 2024, Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe mengundurkan diri dari jabatan Kepala dan Wakil Kepala Otoritas Ibukota Nusantara (OIKN). Kabar ini tentu meninggalkan banyak pertanyaan di benak publik tentang kelanjutan pembangunan IKN. Apalagi, alasan resmi pengunduran diri pimpinan OIKN itu tidak pernah dirilis secara resmi. Sejalan dengan pengunduran diri ini, kemarut pembangunan IKN pun terus mengiringi. Permasalahan status lahan dan investasi menjadi perhatian utama pemerintah dalam beberapa waktu terakhir. Selain permasalahan utama tersebut, pembangunan infrastruktur yang belum rampung serta dampak lingkungan juga mewarnai pembangunan IKN. Kepemimpinan yang solid sangat diperlukan untuk menuntaskan pembangunan IKN. Pemerintah harus segera mencari sosok pengganti Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe. Ini adalah kunci untuk menyelesaikan segala permasalahan yang menghambat pembangunan IKN. Pada episode kali ini, #NALAR mendiskusikan permasalahan mendasar tata kelola pembangunan IKN. Episode ini juga membahas kriteria pemimpin OIKN yang dibutuhkan oleh publik untuk merampungkan pembangunan ibu kota baru Indonesia itu. Versi bahasa Inggris dari episode ini dipublikasikan dalam fulcrum.sg tanggal 13 Juni 2024 berjudul “The Road to Nusantara Just Got Longer” yang ditulis oleh Yanuar Nugroho.
Eksposisi Hagai 2:21-24
Buku "Tuhan & Politik" (Denni Boy Saragih)
Kepemimpinan. Satu kata yang kerap kali diperebutkan atas nama pengabdian, namun sejatinya tidak lebih dari hanya sekadar memuaskan dahaga kekuasaan. Arsjad Rasjid hadir dan berbicara dalam kapasitas sipilnya. Selama 90 menit percakapan ini, hanya satu hal yang beliau tekankan berulang-ulang. Yaitu, pentingnya memiliki, menjaga, dan menghidupkan nilai (value) dalam kepemimpinan—baik dalam berbisnis maupun bernegara. Arsjad Rasjid adalah Ketua Umum KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) 2021—2026 yang saat ini juga menjabat sebagai Presiden Direktur Indika Energy. Beliau telah mengisi berbagai posisi kepemimpinan di Indika Energy selama hampir dua dekade lamanya. Tahun 2023 lalu, Arsjad memimpin ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) sebagai Chairman untuk mengadvokasikan peta jalan ASEAN menuju 2045. #Endgame #GitaWirjawan #ArsjadRasjid ----------------------- Pahami Episode Ini Lebih Baik: https://sgpp.me/eps173notes ----------------------- Berminat menjadi pemimpin visioner berikutnya? Hubungi SGPP Indonesia di: admissions@sgpp.ac.id | https://admissions.sgpp.ac.id | https://wa.me/628111522504 Playlist episode "Endgame" lainnya: Indonesia Matters | Wandering Scientists | The Take Kunjungi dan subscribe: SGPP Indonesia | Visinema Pictures
Kepemimpinan itu dilahirkan atau diajarkan? Kemungkinan keduanya. Yang kedua, belajar untuk menjadi pemimpin yang (lebih) baik adalah dengan mengelilingi (surround) kita dengan pemimpin yang hebat-hebat juga.
Beberapa hari terakhir belajar tentang Kepemimpinan Transglobal. Sebuah konsep yang sangat menarik. Hanya saja bisa terperangkap pada cara berfikir yang salah. Karena model kepemimpinan ini justru tidak mengajarkan kembali berfikir logis melainkan berfikir sistem kompleks. Jadi, banyak yang sering terantuk-antuk saat belajar merespon kompleksitas.
Transglobal Leadership itu Quantum Leadership. Para penelitinya kemudian mengubah dari Quantum Leadership menjadi Transglobal agar mudah disandingkan dengan Kepemimpinan Transactional dan Kepemimpinan Transformational. Kelihatannya idenya Kepemimpinan Transaksional lebih pada pemanfaatan struktur, kuasa, orientasi program dan tujuan jangka pendek, Kepemimpinan Transformational lebih pada kecerdasan emotional, kecerdasan bisnis, inovasi dan tujuan jangka panjang. Sedangkan Kepemimpinan Transglobal lebih pada aplikasi kecerdasan budaya, kecerdasan moral, dan kecerdasan global untuk merespon situasi yang volatil, tidak pasti, kompleks dan ambigu.
Kepemimpinan itu bukan lagi command and control melainkan membangun percakapan yang sejati. Percakapan yang setara melalui Intimacy, Interactivity, Inclusivity dan Intensivity. Percakapan yang intim dg tatap muka langsung atau virtual, interaksi yang dinamis dan cenderung bottom up, percakapan yang inklusi dengan melibatkan semua jenjang dan Intensinya tinggi bukan sesekali.
Ingin membuat podcastmu sendiri? Meraih pendapatan dari podcastmu? Wujudkan mimpi podcastingmu, dengan tools podcasting andalan profesional. Bergabung sekarang dengan klik https://link.fstry.me/46SyaeQ —— Firstory DAI —— Kali ini, kita akan membahas konsep yang sangat penting: menjadi pemimpin bukan hanya tentang jabatan, melainkan juga tentang mindset. Kepemimpinan sejati tidak terbatas pada gelar atau posisi, tetapi lebih kepada bagaimana kita memandang diri kita dan orang lain di sekitar kita. Kami akan memberikan tips dan panduan tentang bagaimana mengembangkan pola pikir seorang pemimpin yang baik. Kamu akan menemukan bahwa setiap orang, termasuk kamu, memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, tanpa memandang posisi atau pekerjaan saat ini. Kami akan menjelaskan bagaimana menjalani peran sebagai pemimpin secara konsisten, mengapa kepemimpinan adalah tentang pelayanan kepada orang lain, dan bagaimana kamu dapat mengubah pola pikir untuk mencapai kepemimpinan sejati. Jika kamu ingin menjadi pemimpin yang baik, informasi ini adalah sumber inspirasi yang tepat. Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk memahami konsep bahwa menjadi pemimpin adalah tentang mindset, bukan hanya jabatan. Leave a comment and share your thoughts: https://open.firstory.me/user/clhb6d0v60kms01w226gw80p4/comments Powered by Firstory Hosting
Indonesia has the biggest number of religious schools in the world. - Indonesia mempunyai jumlah sekolah agama terbesar di dunia.
#Faith #Hope #Jesus #Christ #Renungan #Renunganharian #KasihKristus #Kristus #Kasih #Kemurahan #Mazmur #JanjiTuhan #SuaraInjil #Injil #SuaraInjilKristen #RenunganKristen #FirmanTuhan #Mujizat #Miraclestillhappen #life #Betterlife #JanjiTuhan #Rohani #OneWay #Truth #Life #LoveinChrist #Sabda
#Faith #Hope #Jesus #Christ #Renungan #Renunganharian #KasihKristus #Kristus #Kasih #Kemurahan #Mazmur #JanjiTuhan #SuaraInjil #Injil #SuaraInjilKristen #RenunganKristen #FirmanTuhan #Mujizat #Miraclestillhappen #life #Betterlife #JanjiTuhan #Rohani #OneWay #Truth #Life #LoveinChrist #Sabda
Sebuah seni menjadi pemimpin yaitu mampu mendengarkan dua kali lebih banyak daripada hanya berbicara. Seorang pemimpin yang sukses, didapatkan dari proses pemahaman dan praktik bukan hanya dari sebuah ambisi. Resonansi Jiwa merupakan salah satu program yang on air setiap hari di Radio Classy FM. Anda bisa mencermati via streaming di classyfm.co.id atau download aplikasi Classy FM di Playstore dan Appstore.
Kiranya dapat memberkati saudara
Kiranya dapat memberkati saudara
Kiranya dapat memberkati saudara