Podcast ngomong lepas 20 menitan soal gaya hidup minimalis.
Berpuasa membuat kita terlepas dari jerat bias duniawi, sehingga lebih dekat ke konsep batiniah dan surgawi. Ini posisi yang paling tepat untuk menyusun ulang konsep masa depan yang kita inginkan.
Anies bilang Perubahan! Prabowo bilang Lanjutkan! Ganjar bilang Sat-set! Kamu pilih yang mana? Mereka ini cuma lip service atau benar-benar punya idealisme? Salah-satu dari mereka akan menentukan nasib kita lima tahun ke depan. Untungnya, kita sebagai pembayar pajak, punya hak pilih. Punya hak suara. Pilihlah dengan preferensimu yang paling pribadi. Subjektif aja! Hukum alam akan menentukan, siapa yang akan mendapat suara terbanyak. Anies, Prabowo atau Ganjar? Kita ulas selengkapnya di podcast Catatan Andri PDN.
Tahun baru, semangat baru! Motivasi diri sendiri dengan episode ini. Apakah resolusi 2024 masih perlu? Apa hubungan Januari dan Dewa Janus? Bagaimana mengatasi kegagalan 2023? Jika saya bermimpi besar, misalnya menulis sebuah novel, bisakah selesai tahun ini? Ya bisalah!
Jangan biarkan hal buruk menjadi penentu defenisi hari-harimu. Bagaimanapun juga, hidup ini anugerah.
Episode ini berbicara tentang kebebasan pribadi, kebersamaan dan esensi cinta.
Ngomongin Squid Game, fenomena streaming dan referensi film.
Masa pandemi, sebaiknya investasi apa ya?
Cukup thinking. Jangan overthinking. Mengalir aja.
Bagiku, buku bukan hanya jendela dunia. Tapi juga, jendela kebahagiaan.
Untuk menghadirkan kebahagiaan dengan mudah, kita bisa belajar dari iklan di sekeliling kita.
Kita bekerja paling tidak delapan jam sehari. Itu sepertiga dari hidup kita. Jangan biarkan waktu yang tidak singkat itu menjadi sarang ketidakbahagiaan.
Ngulik, cara belajar paling asyik. Bisa diterapkan dalam mempelajari apapun yang kita suka. Menyenangkan dan bermanfaat bagi masa depan.
Peta perjalanan hidup yang keliru, menimbulkan penderitaan. Peta perjalanan hidup yang usang, perlu direvisi. Peta perjalanan hidup, berada di alam logika setiap orang. Memandu aktivitas kita, menuju penderitaan atau kebahagiaan.
Mencegah logika menjadi neraka, kita mesti lebih bijaksana daripada sekedar menjadi logis. Merawat hidup lebih penting daripada merawat logika. Tapi merawat logika penting, untuk bisa merawat hidup. Posisikan logika sebagai alat untuk merawat hidup, bukan sebagai kebenaran tertinggi.
Sejarah menunjukkan, hidup manusia selalu berubah. Dari penderitaan ke kebahagiaan, dari neraka ke surga. Atau sebaliknya. Kebahagiaan yang bisa terwujud hanya yang realistis.
Podcast ini membedah penderitaan dan kebahagiaan yang muncul karena paradigma materialisme. Kenapa kita mengejar uang dan berfoya-foya? Kenapa politik komunisme terlahir? Seberapa penting pola pikir materialisme?
Nasib bisa di-upgrade cuy! Seperti aplikasi ponsel yang bisa kita upgrade ke versi terbaru. Versi yang lebih berfungsi atau lebih nyaman. Podcast ini mengulas tiga tahapan yang bisa kita lakukan untuk meng-upgrade nasib.
UMKM berkontribusi besar bagi kesuksesan negeri. 99,5% dari roda perekonomian Indonesia, diisi oleh sektor UMKM. Selebihnya, dikendalikan oleh perusahaan besar. Jika peduli pada perekonomian negeri, maka UMKM harus diperhatikan. Perhatian ini yang menjadi fokus dalam buku Rantai Tak Putus, karya penulis populer Dee Lestari. Karya Dee Lestari atau Dewi Lestari sering terpampang di toko buku besar seperti Gramedia. Novel fiksi andalannya, seri Supernova, rajin terlihat di beranda best-seller. Populer juga karya fiksi lain seperti Filosofi Kopi, Perahu kertas, Madre dan Rectoverso. Dee piawai menulis fiksi. Sebagian besar bukunya diangkat ke layar lebar. Di penghujung 2020, Dia menerbitkan karya berbeda. Sebuah buku nonfiksi berjudul Rantai Tak Putus. Sekalipun nonfiksi, Rantai Tak Putus ditulis dengan untaian renungan segar khas Dee Lestari. Tidak kalah menarik dari karya fiksinya.
Berdasarkan rekomendasi seseorang, saya membaca sebuah buku berjudul Panca In Dira. Buku ini berkisah tentang percintaan seorang mahasiswa aktivis di Medan, tepatnya di kampus Unimed. Bukan buku berat, buku ringan yang memotret kehidupan seorang mahasiswa aktivis dengan baik. Saya berani bilang dengan baik, karena relate dengan apa yang saya alami dulu ketika mahasiswa. Ketika masih berstatus mahasiswa di USU (Universitas Sumatera Utara), saya juga aktivis. Saya mendalami ideologi kiri, berunjuk rasa, turut dalam kelompok studi mahasiswa, menulis di media massa, pokoknya memanfaatkan kebebasan bersuara seluas-luasnya demi perwujudan keadilan sosial. Rambut gondrong? Tentunya. Sering tampil tak karuan ke kampus. Lebih tertarik menonjolkan idealisme daripada fashion. Tokoh Panca di buku Panca In Dira, kurang-lebih seperti itu. Karena idealis, dia tak segan-segan melontarkan kritik ke teman-temannya. Sepintas terlihat kasar, tapi pada dasarnya dia orang baik. Dia hanya peduli pada apa yang benar. Kepedulian itu yang membuat Panca memiliki sesuatu yang spesial di mata seorang perempuan bernama Dira. Buku Panca In Dira ditulis dari sudut pandang Dira. Persis buku Dilan yang ditulis dari sudut pandang Milea. Penulis sendiri mengakui hal itu, bahwa penulisannya terinspirasi dari buku Dilan karya Pidi Baiq. Sebagai pembaca, saya melihat adanya kesamaan. Tapi, tetap berbeda. Panca In Dira ditulis dengan dialog khas mahasiswa Medan. Jika kita belum pernah mengalami dialog itu, akan sulit menikmati buku ini. Berbeda dengan buku Dilan, yang dialognya lebih nasional meski berlatar lokal yaitu Bandung. Penulisan yang terlalu "Medan", menjadi kelebihan sekaligus kekurangan buku ini.
Episode ini mengulas Kekasih Musim Gugur, buku karya Laksmi Pamuntjak yang merupakan sekuel dari novel Amba. Ulasan menyoroti perang batin dua tokoh sentralnya, Siri dan Dara. Keduanya adalah feminis, yang alirannya berlawanan namun berkaitan.
Buku ini berisi kritik sosial seorang pemuda desa terhadap kaum urban. Lewat bukunya, Berton memotret pembangunan ala kota yang business-oriented dan membuat manusia menjadi individualistis. Berton menawarkan paradigma alternatif, agar manusia kembali pada fitrahnya sebagai mahkluk sosial, yang berkomunitas dan berbagi. Dia juga menyoroti isu lingkungan serta kesetaraan gender.
Di podcast ini, saya me-review buku legendaris, karya filsuf besar Immanuel Kant berjudul Kritik Atas Akal Budi Murni (Critique of Pure Reasons). Saya mengulas pandangan Kant tentang alam empiris dan alam transenden. Kedua alam itu menjadi tempat bersarang keyakinan yang populer di masa sekarang, yaitu sains dan agama. Apakah sains dan agama bisa dipercayai sekaligus? Dengan menggunakan paradigma Kant, keduanya bisa dipelajari dan dipercayai sekaligus.
Review buku Charles Darwin, On The Origin Of Species
Kenapa orang belajar filsafat? Benarkah filsafat membuat orang jadi gila?
Kita pasti pernah mengalami penderitaan, mengalami hal negatif. Kita merasa gagal, kalah, lemah dan hal negatif lainnya. Itu bisa membuat kita sangat terpuruk. Podcast ini menawarkan paradigma yang bisa kamu terapkan, untuk memperkuat diri mengatasinya. Bahkan, sebaliknya, kamu bisa terus berjalan dalam kebahagiaan, sekalipun bersinggungan dengan penderitaan.
Podcast ini membahas sisi ekonomi-politik dari kericuhan Omnibus Law atau RUU Cipta Kerja. Kenapa serikat buruh protes? Kita tahu, presiden Jokowi dan DPR RI memandang RUU Cipta Kerja sebagai sarana pembangunan ekonomi negara. Dengan RUU Cipta Kerja atau ciptaker, diharapkan investasi, bisnis dan UKM bisa berkembang pesat karena izinnya dipermudah. Lantas, serikat buruh protes. Ciptaker atau omnibus law dianggap tidak merepresentasikan kepentingan buruh. Dilema ini menjadi arena pertentangan kelas, antara kelas buruh dan investor. Unjuk rasa ditempuh, judicial review ke MK menanti. Para aktivis pasang badan. Tak sedikit yang mendapat kekerasan atau ditangkap oleh kepolisian.
Setidaknya ada tiga poin penting dalam podcast ini: Menerima diri sendiri, belajar dari masa lalu dan membulatkan tekad. Tujuannya? Agar kita bisa lebih menikmati hidup.
Kita hidup dalam semesta cerita. Ada cerita di setiap titik yang kita ketahui. Jika kita membayangkan seluruh dunia sebagai kumpulan titik, maka setiap titik memiliki cerita yang terwujud ketika terhubung dengan titik lain. Setiap titik memiliki banyak cerita. Kita mampu menyaksikan jalinan ceritanya. Cerita itu muncul dalam imajinasi lalu kita ungkapkan atau pikirkan sejenak. Jumlahnya tak terhingga. Jumlah cerita tergantung pada titik semesta yang terbayangkan. Titik semesta mana yang kita pilih? Itu menentukan semuanya. Contoh sederhananya saat menentukan defenisi diri. Jawaban untuk pertanyaan "Siapakah aku (Who am I)?" tergantung pada titik yang kita pilih. Contohnya, kita memilih titik profesi. Saya adalah seorang pekerja kreatif. Lalu kita hubungkan dengan titik lain, saya mencari duit dengan menulis. Terjalin cerita saya adalah seorang creative writter. Ingatan kita akan beradaptasi dengan cerita yang terjalin. Ingatan kita akan melengkapi detailnya dengan titik semesta yang lain. Titik buruk lebih berpotensi menjalin cerita buruk. Pilihan kembali ke kita. Kita lebih menginginkan cerita yang baik atau buruk? Di sekitar kita, orang-orang senantiasa menghadirkan cerita. Bisa jadi tanpa niat dipercaya, tapi tetap menyampaikan cerita. Mereka meluapkan kisah yang terlintas di benaknya. Cerita itupun memasuki imajinasi orang lain dan berpotensi untuk diyakini. Seorang ekstrovert mampu menyampaikan cerita dengan cepat lewat berbicara. Suka terkoneksi dengan orang lain secara gamblang dan bisa bercerita tanpa henti. Ngalor-ngidul dengan siapapun dan kapanpun. Seorang introvert kesulitan menyampaikan cerita secara gamblang. Cerita terpendam dan bersarang di imajinasi. Cenderung kaya akan cerita namun sulit bercerita. Perlu belajar untuk menyampaikan cerita, misalnya lewat karya atau teknik bercerita. Kita harus memilih. Cerita yang berlebihan dapat membuat pusing. Mengamati terlalu banyak hal, mengganggu fokus pada cerita yang diyakini. Cerita mana yang tergolong realita? Cerita mana yang membenarkan tindakan kita? Cerita mana yang benar? Setiap cerita yang kita pikirkan selalu mendesak untuk diterjunkan ke realita baik sebagai fakta, opini maupun karya. Kita menghadapi desakan itu setiap saat. Jika terpenuhi, kita bahagia. Kebahagiaan itu kemudian menjalin cerita baru. Melahirkan desakan baru. Ini yang membuat manusia tak akan pernah puas. Didesak oleh cerita yang muncul terus-menerus. Semesta cerita mengendalikan kita. Untungnya, di samping itu, kita turut mengendalikan semesta cerita. Kita mampu memilih titik semesta yang pantas dipedulikan. Kita mampu mengabaikan titik buruk dan bertahan pada titik baik. Kita biarkan titik itu menjalin cerita baik. Kita biarkan cerita baik terwujud agar hidup menjadi lebih baik.
Saya selalu mengingat satu quote, entah oleh siapa, yang menyatakan, "Jika ingin abadi, menulislah." Sebuah quote yang sangat powerful. Terkesan melebih-lebihkan tapi setelah dipikir-pikir benar adanya.
Ada banyak jenis konten yang bisa kamu nikmati di internet. Untuk penikmat ide ataupun orang yang suka ngobrol, ada konten berjenis podcast. Jenis konten ini bisa kamu nikmati sebagai pendengar ataupun podcaster (julukan untuk pembuat podcast). Podcast adalah konten audio berisi ucapan satu orang atau lebih. Bisa monolog atau dialog. Bisa diselingi musik, efek suara atau diperkaya jenis audio lainnya. Salah-satu aplikasi podcast yang menjadi rekomendasi saya adalah Anchor. Aplikasi ini memfasilitasi kita untuk membuat dan mendistribusikan podcast dengan sangat mudah. Saya memakasi aplikasi ini untuk Podcast Ngomongin Nasib. Podcast bisa menjadi sarana yang sangat baik untuk menyebar ide brilian. Membuat dan mendengar podcast sangat mudah. Ide brilian bisa kita utarakan dan dengarkan lewat satu aplikasi saja di smartphone. Hampir semua aplikasi podcast mengizinkan konten diakses secara gratis. Hebatnya, muatan ide yang disampaikan bisa sangat besar. Konten podcast bisa menjadi sangat berisi seperti buku. Kamu tidak harus membawa buku ke mana-mana. Sangat mudah. Cukup colok headset ke smartphone, dengar podcast di mana saja. Kamu juga bisa mendengarnya melalui komputer rumah dan speaker. Podcast bisa dinikmati bahkan ketika menggeluti aktivitas lain. Sama mudahnya seperti mendengar musik. Kamu bisa mendengar podcast sambil mengendarai mobil, olahraga atau mencuci piring. Peminat podcast terus bertambah setiap tahun. Di Indonesia maupun di dunia, judul podcast baru terus bermunculan. Jumlah pendengar podcast turut berkembang. Kamu bisa buktikan sendiri di Spotify atau aplikasi sejenis. Podcast juga bisa ditemukan di Youtube. Arus produksinya semakin deras. Apakah uang yang dihasilkan sama derasnya? Sepertinya belum. Masih jarang podcaster mengaku meraup untung berlimpah dari podcast. Podcast belum bisa dimonetisasi seperti konten Youtube dan belum terlalu dilirik sebagai medium iklan seperti konten Instagram. Meski begitu, podcast tetap mampu menjadi sarana iklan. Iklan bisa dimuat dalam konten seperti ad-lips di radio. Podcaster yang membacakan iklannya. Alternatif lain, potongan audio iklan ditempelkan di sela-sela obrolan. Satu hal yang perlu diingat, konten bukan hanya soal uang. Konten juga menunjukkan kapasitas dan kredibilitas creator-nya. Ada elemen lain yang sama pentingnya dengan uang yang dihasilkan, yaitu ide yang disebarkan. Banyak content creators yang harus membuat konten tidak berbayar. Konten dibuat untuk branding atau pencitraan, serta menjaga koneksi dengan pemirsanya. Biasanya memuat ide positif. Tidak diragukan lagi, podcast sangat ampuh untuk personal branding. Pembicara terkenal yang biasa menggelar seminar dengan tiket jutaan rupiah, turut membuat podcast. Mereka membiarkan ucapannya diakses dan didengar gratis di luar seminar. Sebut saja sejumlah nama populer seperti Gary Vee, Tim Ferris, Joe Rogan dan masih banyak pembicara lain. Contoh di dalam negeri, ada Dedy Corbuzier atau Pandji Pragiwaksono.
Tagar #BLackLivesMatter secara khusus, memperjuangkan kasus George Floyd di AS, tapi secara umum, mengajak orang untuk berhenti menjadi rasis. Korban rasisme tidak hanya orang kulit hitam, tapi kulit berwarna lainnya dan etnis minoritas. Di Indonesia, banyak influencers yang mengaitkannya dengan orang Papua, yang sering dianaktirikan dalam kerangka NKRI. Papua masih belum diperlakukan setara secara pembangunan dan kebudayaan di NKRI. Ada apa dengan warna kulit? Kenapa harus mendiskreditkan orang dengan warna kulit? Ras dan etnis adalah bawaan lahir, bukan keputusan pribadi. Sangat tidak manusiawi kalau kita merendahkan orang karena dia terlahir seperti itu. Dengan ras tertentu, dengan etnis tertentu. Lagipula, kenapa harus merendahkan orang lain, apalagi ras lain? Semua orang punya kelebihan di bidangnya masing-masing. Peringkat, positif-negatif, sebaiknya ditentukan berdasarkan apa yang kita lakukan semasa kita hidup. Biar fair. Bukan karena bawaan lahir. Faktor paling nyata untuk menentukan rendah-tingginya seseorang, adalah kepemilikan uang, untuk konteks peradaban saat ini. Menentukan tinggi-rendahnya seseorang berdasarkan uang, bukan warna kulit, masih lebih fair. Itupun kurang manusiawi. Misalnya, ketika menghina orang miskin. Kita tidak harus merendahkan orang lain untuk menjadi tinggi. Caranya? Dengan berkontribusi pada lingkaran sosial kita, pada masyarakat kita. Kita otomatis dihargai kalau kontribusi kita nyata. Dalam gelombang protes kasus FLoyd, yang menetang rasisme secara umum, sejarah turut dipertanyakan. Di Inggris, patung-patung simbol kejayaan kolonialisme, yang sarat akan rasisme, ditumbangkan. Kejayaan sejarah yang dianggap tidak manusiawi, ditumbangkan. Ini peringatan keras dari warga dunia, untuk mengarahkan perkembangan dunia, menuju kesetaraan ras. Medsos Lain: Instagram/Twitter: @ngomonginnasib
Ada 4 empat fungsi terbesar media sosial. Yaitu: Sarana berbagi, iklan, personal branding dan big data. Episode ini mengulas bagaimana keempat fungsi ini perlahan terbentuk dan melibatkan para netizen, secara sadar atau tidak sadar.
Topik episode ini adalah kebenaran. Ada nggak kebenaran sejati? Apakah semua kebenaran itu relatif, tergantung siapa yang meyakininya?
Episode ini membahas pentingnya spontanitas dalam menghadapi tantangan hidup yang terus berubah. Spontanitas juga membantu kita mencapai kepuasan dan keindahan dalam menjalani nasib kita. Namun, spontanitas saja tidak cukup. Segala yang baik harus seimbang, karena seperti itulah alam bekerja. Spontanitas harus kita seimbangkan dengan hidup yang terpola.
#DiRumahAja karena pandemi COVID-19, membuat kita otomatis mengarah ke hidup solitude. Kondisi terisolasi ini bisa kita manfaatkan untuk menambah nilai diri, agar menjadi diri yang lebih baik, di era pasca-pandemi kelak.
Ranah politik sangat kejam. Perang kekuasaan bisa berlangsung karena dipicu apa saja dan bisa terjadi kapan saja. Untuk tetap bertahan, politikus tidak boleh hanya mengandalkan kata-kata, harus dirawat lewat kekuatan ekonomi dan sosial yang terus diperluas.
Seringkali kepentingan bisnis membuat kepentingan sosial tersingkirkan. Karena itu, muncullah paham sosialisme, dengan berbagai macam bentuk, yang memperjuangkan keadilan sosial.
Liberalisme bukan budaya asli Indonesia. Kehadirannya layak kita manfaatkan seperti api. Dijaga skalanya, jangan sampai kebakaran. Episode ini membahas asal-usul liberalisme dan bagaimana paham ini kemudian dipraktikkan di Indonesia.
Istilah "NKRI Harga Mati" belakangan sering dipakai untuk mempersekusi orang-orang yang berpikiran bebas, kaum minoritas atau yang berpandangan sedikit berbeda dari orang pada umumnya. Ini tentu penyalahgunaan. Ada kata "Kesatuan" dalam istilah "NKRI". Semestinya, yang berbeda dirangkul.
Kesederhanaan membuat hidup tidak rumit. Kita lebih mudah fokus pada hal yang memang layak diperhatikan. Nilai diri menjadi orisinil dan memiliki tujuan yang pasti.
Keluarga adalah pusat dari cinta yang kita miliki. Karena itu, layak diperjuangkan. Bukan hanya soal uang, yang terutama adalah kebahagiaannya.
Rumah adalah tempat menyusun jati diri. Selama 20 menit, episode ini membahas secara detail tentang rumah, dari sudut pandang yang filosofis.
Cerita adalah hal yang sangat penting. Cerita membentuk segala hal mulai dari karakter anak, hubungan sosial, gosip, iklan produk, konten medsos hingga sistem kepercayaan. Oleh karena itu, skill bercerita menjadi skill yang sangat penting untuk kita miliki dan asah terus-menerus.
Semua sudah ditakdirkan. Tugas kita tinggal menikmatinya. Memahami takdir, kita jadi tak perlu khawatir. Kita tinggal menikmati apa yang disampaikan Tuhan lewat hari-hari kita.
Punya teman yang narsis di media sosial? Itu dia kenapa sih? Penting ga sih jadi narsis di media sosial?
Ada satu cara menentukan tujuan hidup dan mencapai kebahagiaan sejati yang ditemukan orang Jepang. Namanya Ikigai. Episode ini membahas pengertiannya dan bagaimana mengaplikasikannya dalam hidup kita.
Ada atau tidak ada Tuhan, itu sesuatu yang tidak harus diperdebatkan. Hampir mustahil dibuktikan. Pastinya, otak kita lebih mudah menerima adanya Tuhan. Pastinya, agama membuat kita lebih mudah menjadi baik.
Nasib adalah bahasa sehari-hari yang maknanya mendalam. Remeh namun penting. Dengan pandangan yang tepat, kita bisa menggunakan pandangan tentang nasib, menjadi sarana membangun diri.
Seperti buku, medsos juga bisa menjadi tempat berkarya dan menebar inspirasi. Medsos menawarkan kemudahan bagi kreativitas kita. Kembali ke kita, maukah kita berkarya?
Episode ini membantah pendapat yang viral, yang menyatakan Joker sebagai orang baik yang berubah menjadi jahat, karena disakiti terus-menurus. Sebaliknya, episode ini membongkar kepribadian asli sosok Joker.