POPULARITY
Categories
BAHAGIA DALAM PERBEDAAN: Mengubah Konflik Jadi Kekuatan Spiritual
Gareth Morgan menyajikan pandangan yang revolusioner tentang organisasi. Ia berpendapat bahwa semua teori manajemen berakar pada metafora yang tersirat. Metafora ini membentuk cara kita melihat, memahami, dan mengelola suatu organisasi sehari-hari. Buku "Images of Organization" karya Gareth Morgan ini mengajarkan bahwa tidak ada satu pun pandangan yang sempurna. Setiap metafora menawarkan wawasan yang kuat, namun sifatnya selalu parsial. Tantangannya kini adalah mengembangkan kemampuan untuk memanfaatkan banyak perspektif secara bersamaan. Ini adalah kunci untuk menjadi pemimpin yang efektif dalam menghadapi dunia yang penuh ambiguitas. Metafora tidak hanya memperindah bahasa, tetapi juga cara kita berpikir. Ketika kita menyebut "organisasi adalah mesin," kita menyoroti aspek rasional dan strukturalnya. Morgan mengajak kita untuk menyadari adanya distorsi yang diciptakan oleh setiap perumpamaan. Metafora pertama dan paling umum adalah organisasi sebagai mesin. Pandangan ini melahirkan sistem birokrasi yang terpusat dan berjenjang hierarki. Organisasi dirancang agar beroperasi secara efisien, andal, dan sangat terprediksi. Dasar pemikiran ini berasal dari era Revolusi Industri dan praktik militer klasik. Frederick Taylor, dengan konsep manajemen ilmiah-nya, memecah pekerjaan menjadi tugas-tugas kecil yang rutin dan spesifik. Tujuannya memastikan setiap orang bertindak persis seperti komponen mekanis. Kelebihan model mesin adalah efisiensi luar biasa dalam melaksanakan tugas yang sederhana dan stabil. Ini terbukti sukses di lini perakitan atau layanan cepat saji, seperti yang diterapkan McDonald's. Namun, kelemahannya adalah ketidakmampuan untuk beradaptasi cepat terhadap perubahan lingkungan. Model ini juga dapat menciptakan birokrasi yang kaku dan menghambat pemikiran kreatif. Pengkotak-kotakan tugas dan spesialisasi yang ketat cenderung menciptakan fragmentasi di dalam organisasi. Hal ini sering menimbulkan masalah seperti apatis dan minimnya inisiatif di kalangan karyawan. Morgan menyarankan kita harus siap beralih dari pola pikir mekanistik ini di tengah era perubahan yang cepat. Metafora kedua melihat organisasi sebagai organisme hidup. Organisasi dipandang sebagai sistem terbuka yang mutlak bergantung pada lingkungan luar. Ia memiliki "kebutuhan" yang harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup. Konsep organisme menekankan pentingnya lingkungan dan kemampuan adaptasi. Teori ini melahirkan Teori Kontingensi, yang menegaskan bahwa tidak ada satu cara pun yang terbaik untuk berorganisasi. Bentuk organisasi yang tepat sangat bergantung pada jenis lingkungan dan tugas yang dihadapi. Stabilitas lingkungan memerlukan struktur yang mekanistik, sementara turbulensi membutuhkan struktur yang organik dan fleksibel. Organisasi organik dicirikan oleh fleksibilitas tinggi, jaringan komunikasi terbuka, dan desentralisasi kekuasaan. Contohnya adalah adhocracy atau organisasi yang berbasis tim proyek inovatif. Model ini lebih mampu beradaptasi karena fokus utamanya adalah kelangsungan hidup total, bukan sekadar pencapaian tujuan operasional. Morgan mengupas teori ekologi populasi yang menempatkan lingkungan sebagai kekuatan seleksi utama. Teori ini berpendapat bahwa hanya organisasi yang "paling cocok" yang akan bertahan di tengah kelangkaan sumber daya. Namun, pandangan ini dikritik karena dianggap terlalu deterministik dan meremehkan pilihan strategis manajemen. Batasan mendasar metafora organisme adalah asumsi kesatuan fungsional internal. Organisasi sebenarnya tidak seutuh atau seharmonis organisme biologis. Selain itu, organisasi pada dasarnya adalah konstruksi sosial yang dibentuk oleh ide dan keyakinan, bukan hanya struktur fisik yang kaku. Metafora otak menyajikan organisasi sebagai sistem pemrosesan informasi yang kompleks. Organisasi dipandang memiliki kemampuan belajar dan mengatur diri sendiri secara cerdas. Inti dari pandangan ini adalah cybernetics, yakni ilmu kontrol dan komunikasi. Terdapat konsep umpan balik negatif yang menjelaskan mekanisme regulasi diri sistematis. Ini membantu sistem mendeteksi dan mengoreksi penyimpangan dari norma yang telah ditetapkan. Pembelajaran sejati memerlukan "double-loop learning," yaitu kemampuan untuk mempertanyakan dan mengubah norma operasional yang mendasarinya. Birokrasi sering terjebak dalam "single-loop learning" yang statis dan repetitif. Morgan juga memperkenalkan konsep holografik dalam mendesain organisasi modern. Holografi menyiratkan bahwa visi dan kecerdasan keseluruhan dikodekan di setiap bagian. Ini memungkinkan adanya kecerdasan terdistribusi dan redundansi fungsi yang efektif. Organisasi yang cerdas harus menggabungkan spesialisasi yang kuat dengan desentralisasi penuh. Prinsip desain holografik mencakup requisite variety dan minimum specs. Requisite variety menuntut mekanisme internal harus mencerminkan keragaman lingkungan luar yang kompleks. Minimum specs memastikan karyawan memiliki otonomi yang cukup untuk mengatur pekerjaan mereka sendiri. Penerapan prinsip ini menciptakan "learning organizations" yang adaptif dan dinamis. Organisasi juga dapat dipahami sebagai budaya yang unik dan hidup. Metafora ini berfokus pada nilai, norma, keyakinan, ritual, dan makna bersama yang menuntun kehidupan organisasi. Budaya adalah realitas sosial yang diciptakan, dikomunikasikan, dan dipertahankan bersama-sama. Budaya ini seringkali jauh lebih kuat daripada struktur formal yang didokumentasikan. Contohnya adalah perusahaan Jepang yang sangat menekankan harmoni, komitmen total, dan rasa saling memiliki. Budaya korporat yang kuat dapat menyatukan karyawan dan memberikan panduan yang jelas saat ada ambiguitas. Budaya yang sehat mendorong inovasi dan adaptasi yang berkelanjutan dan organik. Budaya dapat dianggap sebagai DNA organisasi, yang memberikan cetak biru bagi reproduksi diri. Morgan menunjukkan bagaimana budaya terbentuk dari interaksi sehari-hari, termasuk humor, cerita, dan ritual kecil. Memahami budaya membantu manajer menyadari peran mereka sebagai pencipta realitas kolektif. Konsep Enactment of a Shared Reality menjelaskan proses penciptaan ini. Orang-orang "menjalankan" realitas bersama mereka melalui serangkaian tindakan dan interpretasi. Perubahan organisasi harus dimulai dari transformasi citra, asumsi, dan nilai-nilai inti, bukan sekadar mengganti struktur. Meskipun metafora budaya kuat, ia cenderung mengabaikan konflik dan dominasi kekuasaan. Terlalu fokus pada idealisme harmoni dapat menyamarkan isu politik dan kekuasaan yang nyata. Budaya yang terlalu kuat dan homogen justru bisa menjadi "penjara psikis" baru yang menghambat adanya kritik. Metafora politik melihat organisasi sebagai sistem yang didorong oleh kepentingan, konflik, dan kekuasaan. Pandangan ini menggeser fokus dari rasionalitas ideal ke perjuangan nyata untuk alokasi sumber daya. Organisasi adalah arena tempat individu dan kelompok mengejar tujuannya masing-masing. Kekuasaan bersumber dari banyak aspek, bukan hanya wewenang formal yang melekat pada posisi. Ini termasuk kontrol terhadap sumber daya yang langka dan kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian. Kekuasaan juga dapat berasal dari aliansi interpersonal dan kontrol terhadap informasi atau pengetahuan. Konflik timbul karena perbedaan kepentingan, baik di tingkat individu maupun fungsional atau subkultur. Morgan membedakan berbagai sistem pemerintahan dalam organisasi, seperti otokrasi (kekuasaan absolut) dan teknokrasi (kekuasaan berdasarkan keahlian). Adanya demokrasi di tempat kerja, seperti serikat pekerja, menunjukkan upaya perimbangan kekuasaan yang terus-menerus. Kekuatan politik selalu ada dalam organisasi, meskipun tidak diakui secara eksplisit oleh manajemen. Memahami politik organisasi memungkinkan manajer untuk bersikap realistis dan strategis. Mereka dapat menganalisis kepentingan (Tugas, Karier, Ekstramural) yang berbeda untuk memprediksi perilaku yang muncul. Dengan demikian, manajemen yang efektif melibatkan negosiasi dan pembangunan koalisi yang strategis. Konflik tidak selalu bersifat disfungsional; ia dapat menjadi katalisator bagi perubahan dan inovasi yang diperlukan. Namun, manajemen harus berhati-hati agar tidak terperangkap dalam permainan kekuasaan yang berlarut-larut dan merusak. Metafora politik mengungkap drama nyata yang sering tersembunyi di balik fasad rasionalitas. Metafora ini adalah yang paling abstrak, melihat organisasi sebagai penjara yang diciptakan oleh pikiran sendiri. Kita sering terperangkap oleh ide, asumsi, dan gambaran mental yang tanpa sadar kita ciptakan. Morgan mengajak kita untuk menggali ranah alam bawah sadar organisasi. Morgan mengutip teori Freud dan Jung dalam konteks ini. Organisasi dapat mewujudkan obsesi bawah sadar terhadap kontrol dan ketertiban yang berlebihan. Kepemimpinan yang otoriter mungkin merefleksikan dinamika keluarga patriarkal yang telah direpresi. Organisasi juga dapat menjadi sarana pencarian keabadian kolektif atau proyeksi ketakutan. Beberapa praktik organisasi, seperti obsesi pertumbuhan yang tidak sehat atau kebutuhan akan warisan, mungkin didorong oleh kecemasan akan kematian. Metafora ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika irasional yang memengaruhi keputusan strategis. Kelemahan metafora ini adalah kecenderungannya untuk mengabaikan faktor eksternal dan terstruktur yang nyata. Fokus yang terlalu kuat pada psikodinamika dapat membuat kritik menjadi nihilistik atau pesimistis. Namun, metafora ini vital untuk memahami mengapa organisasi sulit melakukan perubahan yang rasional. Metafora ini memandang organisasi sebagai pola perubahan yang berkelanjutan, bukan entitas yang statis. Perubahanadalah logika yang tidak terhindarkan, yang membentuk dan mengubah realitas organisasi secara konstan dari waktu ke waktu. Ini secara langsung menantang pandangan linier tentang perencanaan dan kontrol. Morgan memperkenalkan konsep Autopoiesis, di mana organisasi adalah sistem yang memproduksi dan mereproduksi dirinya sendiri secara tertutup. Organisasi cenderung berinteraksi dengan proyeksi diri mereka sendiri, menciptakan narcissism organisasi yang merusak. Mereka seringkali memiliki "identitas" yang menghambat adaptasi dengan dunia luar. Konsep Chaos and Complexity menyoroti perubahan yang bersifat non-linier dan tak terduga. Pergeseran kecil dapat menghasilkan konsekuensi besar yang tak terduga dalam sistem yang sangat kompleks. Organisasi harus belajar untuk mengelola di tengah ketidakpastian, yakni dengan menemukan pola-pola yang muncul di dalam kekacauan. Konsep Dialectical Change menekankan perubahan yang didorong oleh kekuatan yang saling berlawanan (contradiction). Misalnya, ketegangan antara kontrol dan otonomi dapat memicu krisis yang melahirkan struktur baru. Metafora ini menuntut manajer untuk merangkul paradoks yang ada dalam organisasi. Metafora terakhir adalah Instrumen Dominasi, yang secara kritis menyoroti sisi eksploitatif dan manipulatif organisasi. Organisasi besar sering dilihat sebagai alat kekuasaan yang digunakan untuk mencapai kepentingan sekelompok kecil pemodal atau elit. Fokusnya adalah pada dampak negatif di tempat kerja dan masyarakat luas. Morgan mengkritik bagaimana organisasi menggunakan dan mengeksploitasi karyawan. Ini termasuk bahaya kerja, penyakit akibat kerja, dan stres mental yang ditimbulkan oleh ritme kerja yang brutal. Organisasi memperkuat sistem kelas dan kontrol sosial di dalam masyarakat. Peran perusahaan multinasional disoroti sebagai kekuatan global yang dominan. Mereka menggunakan sumber daya dan memengaruhi kebijakan ekonomi global demi keuntungan finansial mereka sendiri. Morgan mempertanyakan etika di balik operasi global yang sering mengorbankan komunitas lokal. Meskipun kuat untuk kritik yang radikal, metafora ini harus digunakan bersama dengan metafora yang lain. Ia cenderung mengabaikan potensi organisasi untuk kebaikan, kolaborasi, dan kemanusiaan. Metafora dominasi merupakan perpanjangan dari metafora politik, tetapi dengan fokus etika dan moral yang lebih tajam. Kekuatan utama buku Morgan terletak pada pluralisme metaforisnya yang kaya. Buku ini memberdayakan pembaca untuk "membaca" organisasi secara mendalam dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Tidak ada satu pun lensa yang dapat menangkap keseluruhan kompleksitas organisasi. Manajer yang mahir harus mampu berganti lensa tergantung pada situasi yang dihadapi. Mereka perlu melihat organisasi sebagai mesin, organisme, budaya, otak, dan sistem politik secara simultan. Morgan menyarankan agar kita menggunakan metafora sebagai alat diagnostik yang aktif dan terintegrasi dalam praktik. Tujuan utamanya bukan untuk menemukan teori yang "benar" secara absolut, melainkan untuk melihat organisasi sebagai fenomena yang kaya, kompleks, dan multidimensi. Inilah inti dari kebijaksanaan organisasi modern yang diperlukan saat ini. Kemampuan untuk mengintegrasikan pandangan-pandangan ini adalah kunci untuk memimpin di dunia yang terus berubah dengan cepat.
Filosofi Seth Godin dari empat bukunya mengerucut pada satu panggilan: Tinggalkan mentalitas pekerja pabrik. Kita terlampau lama nyaman dalam kepatuhan, padahal era kini menuntut gairah yang liar. Maka, tinggalkanlah barisan itu, sebab keputusan terpenting adalah: memilih diri sendiri sebelum dunia memilihkan nasib. Kepemimpinan, kata Godin, bukan tentang pangkat yang tertulis di kartu nama. "Managers have employees. Leaders have followers." Yang sesungguhnya adalah: keberanian mematrikan visi di hati banyak orang, bukan hanya memastikan mesin-mesin tua berdentang. Manusia modern mendambakan koneksi, ingin menjadi bagian dari suku (tribe) yang punya ide dan tujuan bersama. Dorongan afiliasi itu... sungguh mekanisme kuno yang tak pernah pudar. Maka, hadirkanlah inisiator yang dapat merajut kepingan jiwa menjadi satu getaran gerakan. Kepemimpinan tidak sama dengan manajemen; ini adalah tentang menetapkan cakrawala yang belum terjamah. Seorang pemimpin adalah heretik yang gelisah, memanfaatkan gairah yang membara, jauh dari jerat perintah dan ancaman. Kepemimpinan sejati selalu menuntut untuk berdiri paling depan. Status quo adalah musuh utama, benteng lama yang sulit digoyahkan karena semua orang sudah berinvestasi di dalamnya. Kita harus berani menjadi heretik, menciptakan yang luar biasa... yang justru mengundang gunjingan di pasar. Jika tak ada kegaduhan (make a ruckus), barangkali kita cuma patung di etalase. Kenapa kita takut memimpin? Bukan takut gagal, tapi takut disalahkan dan dikritik. Karya yang diam, tanpa kritik, adalah karya yang membosankan... tanpa daya ungkit apa-apa. Mengatasi rasa takut, itulah visa tunggal menuju tindakan. Pemimpin harus mengalihkan fokus dari kuantitas; cari kerapatan, tighter. Komunikasi yang bergetar cepat itu... adalah modal emosional yang tak ternilai, mengikat raga menjadi satu keyakinan. Nilai sejati selalu menyebar secara horizontal, dari satu hati ke hati lain. Kreativitas, ditegaskan Godin, bukanlah bakat langit yang langka. "The magic of the creative process is that there is no magic." Kreativitas adalah sepenuhnya keputusan, pilihan untuk bertindak. Siapa pun bisa menjadi seniman (artists), asalkan berhenti menanti ilham turun dari langit. Seorang profesional hidup dari praktik (practice) gigih, sebuah janji pada proses, terlepas dari jaminan hasil. Identitaskita menguat seiring tindakan itu; jika kau ingin menjadi penulis, menulislah hari ini, bukan esok. Hanya komitmen total pada praktik yang akan melahirkan skill baru. Mereka yang pemula selalu terjerat pada bayangan hasil (outcome), lupa bahwa itu hanyalah angin. Keberanian sejati terletak pada konsistensi proses, mengabaikan kilauan sesaat. Membuang kegagalan adalah bagian dari proses panen, bukan pengakuan dosa. Sindrom Imposter itu... adalah pertanda baik, suara yang muncul saat kita melangkah ke wilayah asing. Kita tidak perlu jaminan apa-apa, cukup mempercayai proses (trusting the process) yang membawa kita ke sana. Keraguan adalah bukti bahwa kita sedang berlayar, bukan berlabuh. Strategi... ia adalah filsafat menjadi (philosophy of becoming), yang menuntun keputusan kecil hari ini menuju bayangan masa depan. Kompasnya berputar di antara waktu, sistem, permainan, dan empati. Strategi yang elegan tidak butuh daftar kaku, melainkan kelenturan peta. Kita dikepung sistem (systems)... jaringan tak terlihat yang mempertahankan dirinya dengan gigih. Melawannya langsung adalah kesia-siaan, lebih baik mencari titik ungkit (leverage point) yang halus, mengubah alirannya dari dalam. Memahami hasrat tersembunyi sistem—status, kenyamanan—adalah kuncinya. Hidup adalah serangkaian permainan (games) yang dipandu oleh aturan dan kelangkaan yang tersembunyi. Kebijaksanaan adalah memilih permainan yang dapat kita menangkan, dan menyingkirkan memori pahit dari biaya hangus (sunk costs). Masa depan tak berutang apa-apa pada penyesalan masa lalu. Sekolah kita, sesungguhnya, adalah mesin cetak dari abad kesembilan belas, dirancang untuk melahirkan pekerja patuhbagi pabrik. Godin mengingatkan: "If you do a job where someone tells you exactly what to do, he will find someone cheaper than you to do it." Era koneksi menuntut imajinasi, bukan ketaatan. Ada tragedi senyap di ruang kelas: mimpi-mimpi yang dihancurkan perlahan, diganti dengan ilusi kompetensi yang fana. Kita terlalu sibuk mengejar penugasan daripada melatih penilaian (judgment) yang mandiri. Jika pendidikan adalah teka-teki, guru adalah kunci, sebagai pelatih gairah yang hilang. Di tengah riuh data, membaca dan menulis tetaplah mercusuar sunyi, memancarkan dampak eksponensial. Yang substansial bukanlah mengumpulkan fakta, melainkan keahlian menghubungkan titik-titik menjadi wawasan yang bergetar. Ajarkanlah keraguan rasional (reasonable doubt), kemauan untuk salah, dan kita akan memiliki mata yang tajam. Karya yang bernilai selalu lahir dari simpul kolaborasi, bukan dari ruang isolasi yang hening. Mengapa sekolah masih menyukai ujian individu, padahal koneksi adalah mata uang baru yang berharga? Kita harus menggalakkan proyek kelompok yang berisiko, di sanalah solusi kompleks terlahir. Kita sesungguhnya memiliki segala yang diperlukan... waktu, bakat, dan daya ungkit yang memadai. Mengapa kita menunda? Karena ketakutan selalu terasa lebih nyata daripada kewajiban. Waktu yang terbuang untuk khawatir(worrying) adalah energi yang seharusnya dilepaskan. Maka, segala pergeseran besar bermula dari asserti (assertion) yang sunyi, dari kemauan untuk memulai (begin) sebuah gerakan. Setiap kita memikul kewajiban yang agung, bukan sekadar inisiatif biasa. Praktik, strategi, dan kepemimpinan—mereka adalah trisula untuk menciptakan momentum yang tak mungkin lagi kembali.
"Kamu lebih pilih meninggal duluan, atau ditinggalin?"Pertanyaan ini jarang sekali dibahas dan didiskusikan, padahal kedukaan adalah sebuah keniscayaan alias hal yang tak terhindarkan. Dee Lestari dalam episode ini bercerita bagaimana mengubah duka menjadi karya bersama mendiang.Timestamp:00:00 Opening05:15 Menjadikan karya sebagai obat rindu12:37 Duka di tahun pertama, kedua, dan ketiga..18:07 Penting untuk ngomongin kematian24:02 Memahami ada hal-hal yang tidak bisa diubah29:05 Definisi menjadi kuat dari Dee Lestari32:36 Agar duka bisa cepat pamitan
Apakah anak Moms & Dads mudah beradaptasi dalam situasi sosial?
Strategi seringkali jadi kata yang membuat kita bersemangat. Banyak presentasi dan rencana hebat dibuat. Sayangnya, 80% dari strategi itu sering gagal. Mengapa ide-ide cemerlang itu sering mati di tengah jalan? Jawabannya terletak pada "jurang aktivasi." Jurang ini memisahkan perencanaan dari eksekusi. Kegagalan ini karena kita lupa melibatkan manusia. Dulu, organisasi dibuat seperti mesin. Karyawan dianggap sebagai "sumber daya manusia." Mereka seperti roda gigi yang bisa diganti. Pendekatan ini berasumsi bahwa perintah dari atas akan dijalankan tanpa pertanyaan. Tapi, anggapan ini sudah ketinggalan zaman. Sekarang, karyawan kita diberdayakan dan berpikir kritis. Ada tiga alasan utama kegagalan. Pertama, kurangnya pandangan yang jelas bagi karyawan. Mereka tidak tahu bagaimana pekerjaan mereka berkontribusi. Mereka merasa tidak punya arah. Seorang petugas kebersihan di NASA tahun 1961 tahu ia membantu misi ke bulan. Karyawan modern sering tak tahu pekerjaan mereka berarti apa. Ini menjadi masalah besar. Kedua, ada kurangnya keterlibatan karyawan. Mereka butuh koneksi emosional dengan tujuan organisasi. Keterlibatan bukan sekadar memberi tahu apa yang harus dilakukan. Keterlibatan itu tentang membuat mereka merasa memiliki. Ketika mereka tidak dilibatkan, mereka acuh tak acuh. Mereka melihat strategi sebagai "perintah dari atas." Ketiga, dan ini yang paling fatal, kurangnya investasi untuk aktivasi. Banyak dana dihabiskan untuk merancang rencana. Tapi, sedikit dana untuk menggerakkan orang. Ini seperti merancang rumah mewah tapi tidak punya kontraktor. Aktivasi adalah jembatan penghubung antara desain dan realisasi. Tanpa jembatan ini, semua rencana akan mati. Kita harus beralih dari manajemen yang berpusat pada proses. Kita butuh paradigma baru yang berpusat pada manusia. Organisasi harus dilihat sebagai "organisme hidup. Organisme ini bisa merasakan perubahan. Mereka beradaptasi dan berevolusi. Perubahan tidak lagi didorong dari atas. Aktivasi strategi, pada dasarnya, adalah sebuah seni. Ini seni untuk menciptakan sebuah gerakan. Gerakan ini butuh persuasi dan rekrutmen aktif. Tidak cukup bagi orang untuk sekadar "mendengar" strategi. Mereka harus "memercayainya." Kepercayaan itu harus kuat untuk mengatasi inersia alami. Ada tiga fase aktivasi: Hear It, Believe It, dan Live It. Hear It adalah tentang komunikasi dan kesadaran. Semua orang harus tahu ada perubahan. Believe It adalah fase pembelajaran dan validasi. Orang-orang mencoba cara kerja baru. Mereka butuh pelatihan dan dukungan. Live It adalah tentang menanamkan perubahan. Ini menjadikannya "bisnis seperti biasa." Sistem dan budaya diselaraskan agar perubahan itu bertahan lama. Seorang pemimpin harus punya enam bahan kunci. Mulai dari kejelasan visi hingga ketangkasan. Semua elemen itu sangat penting. Visi harus lebih dari sekadar pernyataan. Visi harus menjadi cerita visual yang jelas. Itu harus menjadi peta jalan dari keadaan saat ini. Empati pada pemangku kepentingan juga penting. Setiap kelompok punya kebutuhan unik. Program aktivasi harus disesuaikan untuk mereka. Kesadaran akan hambatan juga krusial. Perubahan sering kali bertentangan dengan tradisi. Memetakan hambatan ini sangat penting. Juga, antisipasi dampak sistemik sangat dibutuhkan. Perubahan satu bagian akan memengaruhi bagian lain. Memahami dampaknya sangat penting. Semua elemen navigasi harus selaras. Misi, nilai, visi, dan strategi harus harmonis. Jika bertentangan, karyawan akan menolak. Maka, lupakan dokumen perencanaan yang tebal. Fokuslah pada hati dan pikiran manusia. Di sanalah strategi Anda akan benar-benar hidup.
Ekonomi modern sedang mengalami pergeseran fundamental. Jika sebelumnya dominasi pasar dipegang oleh model bisnis linier, yang dikenal sebagai pipeline, kini lanskap bisnis didominasi oleh perusahaan yang memanfaatkan ekonomi jaringan. Berbeda dengan model tradisional yang berfokus pada produksi berurutan, model jaringan menciptakan nilai dengan menghubungkan berbagai pihak dan memfasilitasi interaksi mereka. Pergeseran ini menjadi mungkin berkat efisiensi teknologi digital yang mampu memangkas biaya transaksi hingga nyaris nol. Fenomena kunci di balik kesuksesan ini adalah efek jaringan. Efek ini menjelaskan bagaimana nilai sebuah platform meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pengguna, menciptakan lingkaran positif yang mendorong pertumbuhan eksponensial. Namun, pertumbuhan ini juga membawa tantangan, seperti masalah ayam atau telur, di mana platform harus menarik basis pengguna yang memadai di semua sisi pasar untuk menjadi relevan. Ini adalah tantangan yang sering mengarah pada polarisasi pasar, di mana hanya satu platform yang berhasil mendominasi. Pada akhirnya, keberhasilan jangka panjang sebuah platform sangat bergantung pada tata kelola yang baik. Tata kelola ini adalah sistem aturan yang mengatur interaksi dan membangun kepercayaan di antara pengguna. Dengan penetapan harga yang cerdas dan mekanisme seperti sistem rating dan ulasan, platform dapat memaksimalkan nilai bagi semua pihak yang terlibat. Memahami prinsip-prinsip ini menjadi kunci untuk menavigasi dunia ekonomi digital yang terus berubah dan dinamis.
Budaya organisasi adalah jiwa dan denyut nadi sebuah perusahaan. Lebih dari sekadar logo di kartu nama atau misi yang tertempel di dinding, ia adalah kumpulan keyakinan, nilai, dan norma tak tertulis yang membentuk cara setiap individu berpikir, berperilaku, dan berinteraksi. Ia adalah kekuatan tak kasat mata yang menentukan apakah suatu tim akan maju bersama atau tercerai-berai, apakah ide-ide inovatif akan disambut hangat atau mati sebelum sempat diucapkan. Budaya inilah yang membedakan organisasi yang sekadar bertahan hidup dari organisasi yang benar-benar berkembang, menciptakan lingkungan di mana orang-orang merasa terhubung dengan tujuan yang lebih besar daripada sekadar gaji. Transformasi budaya adalah tantangan terbesar bagi setiap pemimpin di era modern. Ini bukan tentang memaksa perubahan dari atas ke bawah, melainkan tentang menginspirasi pergeseran dari dalam ke luar. Budaya yang sehat akan menjadi magnet bagi talenta terbaik, menjaga loyalitas karyawan, dan mendorong inovasi tanpa henti. Sebaliknya, budaya yang beracun akan mengikis semangat, mematikan kreativitas, dan pada akhirnya, menghancurkan fondasi perusahaan itu sendiri. Memahami budaya organisasi adalah langkah pertama untuk membangun masa depan yang lebih kokoh dan bermakna. Dalam perjalanan evolusinya, budaya organisasi telah melalui tiga tahap revolusioner: dari sistem agraris yang berfokus pada komunitas, ke mentalitas industri yang mengedepankan efisiensi, hingga paradigma berpengetahuan yang menjadikan ide sebagai aset paling berharga. Setiap transisi ini meninggalkan jejak dan pelajaran penting. Menggali akar budaya ini membantu kita melihat mengapa beberapa organisasi masih terjebak di masa lalu, sementara yang lain melesat menuju masa depan. Pertanyaannya bukan lagi "apa yang harus kita lakukan?" tetapi "siapa yang harus kita jadikan?" karena pada akhirnya, budaya yang kita bangunlah yang akan mendefinisikan kesuksesan kita.
Dhammasākacchā oelh Bhante Dhammadhīro Mahathera usai dana makan di Vihāra Buddharatana Medan
Memahami tidaklah mudah. Paham akan sebuah keadaan, cukup sulit. Memahami tidak hanya sulit dalam sebuah keadaan, tetapi memahami menjadi sulit terhadap suatu pribadi, apalagi kalau kita tidak berada dalam posisi "sepatu" pribadi tersebut. Kita sering berasumsi mengerti, padahal sebenarnya kita tidak mengerti. Kita cenderung seolah-olah mengerti dan memahami akan kondisi seseorang, namun sebenarnya itu cuman asumsi kita yang sebenarnya kita tidak mengerti sama sekali. Mengapa deskprisi ini penting, sebab memahami "Gembala" timur jauh kuno, sulit. Yang pertama, jaraknya terlalu jauh, juga rentan waktu yang terlampau jauh. Yang kedua, konteksnya berbeda. Ketiga, mari jujur bahwa hari ini kita cukup jarang untuk menemukan sosok gembala domba, kalau ada pun hari ini, maka itu ialah gembala domba moderen. Sebab apa yang Alkitab maksudkan tentang gambaran "Gembala," berbeda dengan konteks kita hari ini, dan itu yang perlu kita pelajari apa maksud dari "Gembala" yang digambarkan oleh Alkitab. Yang semua itu bertujuan untuk memberi kita pengenalan dan pemahaman yang benar akan Dia. Mari temukan jawabannya, dalam Seri 5 - Mengenal Kristus | Ps. Charles Bessie. Gembala Senior Gereja C3 Reach Pemulihan Kupang. Selamat mendengarkan, silahkan dibagikan. Tuhan Yesus memberkati.
Korupsi sering kali dipandang sebagai masalah hukum dan ekonomi semata, sebuah kejahatan yang diukur dari kerugian negara dan dihukum dengan pasal-pasal pidana. Selama bertahun-tahun, fokus pemberantasan korupsi tertuju pada penegakan hukum yang tegas dan sistem pengawasan yang ketat. Namun, meski berbagai upaya telah dilakukan, praktik korupsi tetap subur dan sulit dihilangkan. Kegigihan masalah ini menunjukkan bahwa ada dimensi lain yang sering terabaikan: dimensi manusia. Pada intinya, korupsi adalah sebuah keputusan, sebuah perilaku yang dipilih oleh individu, yang didorong oleh proses berpikir dan pengaruh lingkungan yang kompleks. Di sinilah psikologi menawarkan sebuah lensa baru yang krusial untuk memahami dan pada akhirnya memerangi korupsi secara lebih efektif. Pendekatan psikologis mengajak kita untuk "masuk ke dalam kepala" pelaku korupsi dan masyarakat di sekitarnya. Mengapa orang yang tahu bahwa korupsi itu salah tetap melakukannya? Faktor-faktor seperti bias kognitif—misalnya kecenderungan untuk merasionalisasi tindakan buruk atau merasa optimis tidak akan tertangkap—memainkan peran besar. Selain itu, pengaruh sosial, seperti tekanan dari rekan kerja atau persepsi bahwa "semua orang juga melakukannya," dapat menormalisasi perilaku koruptif hingga menjadi sebuah kebiasaan yang sulit diubah. Dengan menguak berbagai mekanisme psikologis ini, kita dapat merancang strategi pencegahan yang lebih cerdas dan proaktif. Alih-alih hanya berfokus pada hukuman setelah kejadian, kita bisa menciptakan intervensi yang membentuk ulang lingkungan pengambilan keputusan. Ini bisa berupa "dorongan" (nudge) halus yang mengarahkan individu ke pilihan yang lebih etis, membangun norma sosial baru yang mengedepankan integritas, dan memanfaatkan prinsip-prinsip pengaruh untuk mempromosikan kejujuran. Memahami psikologi di balik korupsi bukanlah untuk memaafkan, melainkan untuk membentengi sistem dan individu dari dalam, menciptakan pertahanan yang lebih kuat dan berkelanjutan melawan penyakit sosial ini.
You may hear the protest chant, “what do we want? Land rights!” —but what does it really mean? Land is at the heart of Aboriginal and Torres Strait Islander identity, culture, and wellbeing. Known as “Country,” it includes land, waterways, skies, and all living things. In this episode of Australia Explained, we explore Indigenous land rights—what they involve, which land is covered, who can make claims, and the impact on First Nations communities. - Dikenal sebagai "Country" atau Negeri, tanah ini mencakup daratan, perairan, langit, dan semua makhluk hidup. Dalam episode Australia Explained ini, kita membahas hak atas tanah Pribumi — apa saja yang tercakup di dalamnya, lahan mana yang dicakup, siapa yang dapat mengajukan klaim, dan dampaknya terhadap komunitas Bangsa Pertama.
Salah satu tahapan penting dalam berinvestasi saham adalah kemampuan untuk menilai perusahaan.Problemnya, karakter perusahaan berbeda-beda. Ada perusahaan yang sudah mapan, ada yang stagnan/turun, ada yang rugi, ada yang sedang mengalami tren buruk, ada yang sedang menghadapi sentimen, ada juga yang berkualitas dan masih bagus.Masing-masing karakter perusahaan berhak mendapat perlakuan valuasi yang berbeda.Video edukasi ini menyajikan tiga sudut pandang valuasi. Memahami point of view valuasi yang baik adalah awal dari pencarian saham multibagger di masa depan.***Kinerja Bolasalju: https://www.bolasalju.com/kinerja/Riset Bolasalju: https://www.bolasalju.com/riset/
Di era modern ini, banyak orang mengaku berpegang pada Al-Qur'an dan Sunnah, tetapi ketika berbicara tentang nama dan sifat Allah, mereka justru terjebak dalam ta'wil (penyimpangan makna), ta'thil (penolakan makna), atau bahkan tamtsil (penyerupaan Allah dengan makhluk). Tragisnya, sebagian merasa pemikirannya ilmiah—padahal justru bertentangan dengan metode ilmiah para salaf.Daurah ini memaparkan metode emas untuk menghadapi syubhat yang dilontarkan oleh berbagai aliran menyimpang. Tidak hanya mengungkap siapa mereka, tetapi juga membongkar logika keliru mereka satu per satu, lalu membangun kembali pondasi aqidah di atas manhaj salaf. Anda akan dibuat sadar, bahwa memahami ayat dan hadits tidak cukup hanya dengan “terjemah mentah”, tetapi butuh konteks, kaidah bahasa Arab, dan pemahaman ulama yang lurus. Siapkah Anda untuk tidak lagi terjebak dalam jebakan bahasa dan logika para pengusung bid'ah?
Di video edukasi ini kami berbagi tentang bagaimana memahami laporan keuangan terutama di bagian laba/rugi.Ada beberapa bagian utama laporan laba rugi: seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak, dan paling bawah adalah laba atau laba komprehensif.Semua bagian itu punya sifat-sifat sendiri. Perusahaan berbeda punya karakter laporan yang berbeda. Industri yang berbeda punya sifat berbeda di bagian-bagian itu.Memahami anatomi laba/rugi yang komprehensif bisa menghasilkan insight yang berbeda akan perusahaan atau industri.***Kinerja Bolasalju: https://www.bolasalju.com/kinerja/Riset Bolasalju: https://www.bolasalju.com/riset/
Disclaimer on dulu yah. Potongan video ini didapat dari akun clipper instagram. Kontennya di potong dari film GAMPANG CUAN dan menurut gw pesannya kena banget! Mudah banget dipahami dan ini yang paling gw suka dari Film Gampang Cuan. Pinter banget kasih pesan di film bagian akhir. Awal mula Film "Gampang Cuan" ini akan mengisahkan keluarga Sultan dan adik perempuannya, Bilqis, yang berjuang untuk mengatasi warisan utang yang besar yang ditinggalkan oleh mendiang ayah mereka, sebesar 300 juta rupiah. Mereka dihadapkan pada tantangan besar di tengah kesulitan finansial yang tak kunjung usai. Cek link Youtube nya: https://www.youtube.com/watch?v=hVUm7hqesek
Generasi Z adalah pribumi digital sejati yang tumbuh dengan ponsel pintar, internet, dan media sosial sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Mereka tidak pernah mengenal dunia tanpa konektivitas instan, membentuk cara mereka berinteraksi, belajar, dan bersosialisasi. Generasi ini sangat mahir mengkurasi persona daring mereka, sering kali mengukur nilai sosial melalui "likes" dan interaksi digital. Namun, ketergantungan pada teknologi ini juga membawa tantangan, seperti potensi rentang perhatian yang lebih pendek, tekanan sosial dari perbandingan daring, dan risiko masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan harga diri rendah akibat perundungan siber atau paparan konten yang tidak sehat. Memahami Generasi Z sangatlah penting karena mereka adalah kekuatan transformatif yang akan membentuk masa depan masyarakat, ekonomi, dan budaya. Sebagai kelompok demografi pertama yang sepenuhnya digital, cara mereka mengonsumsi informasi, berbelanja, dan bekerja akan memengaruhi tren global. Mereka cenderung pragmatis, sadar sosial, dan lebih skeptis terhadap otoritas tradisional dibandingkan generasi sebelumnya. Bagi bisnis, pendidik, dan pembuat kebijakan, mengakui karakteristik unik ini—termasuk preferensi mereka untuk komunikasi visual dan interaktif—adalah kunci untuk terhubung secara efektif dan memanfaatkan daya beli serta pengaruh sosial mereka yang signifikan. Untuk menjangkau dan belajar bersama Generasi Z, diperlukan pendekatan yang autentik, digital-sentris, dan berorientasi solusi. Ini berarti berkomunikasi di platform yang mereka gunakan dengan bahasa mereka sendiri, mempromosikan transparansi dan tujuan sosial yang jelas, serta menyediakan peluang untuk partisipasi dan kreasi. Dalam konteks pendidikan, terutama untuk isu-isu seperti pelestarian hutan dan perubahan iklim, strategi harus mencakup konten interaktif dan visual, gamifikasi, proyek berbasis aksi nyata, kolaborasi dengan influencer, dan penyajian data yang didukung bukti. Dengan memberdayakan mereka untuk menjadi advokat yang terinformasi dan mendukung kesejahteraan digital mereka, kita dapat berkolaborasi dengan Generasi Z untuk membangun masa depan yang lebih baik.
DAURAH ILMIAH “SHEIKH DR. ABDULLAH BIN UMAR BIN MAR'I” - SESI PAGI 2 - Lokasi: Masjid Alwi, Kangar, Perlis
DAURAH ILMIAH “SHEIKH DR. ABDULLAH BIN UMAR BIN MAR'I” - SESI PAGI 1 - Lokasi: Masjid Alwi, Kangar, Perlis
Dalam khazanah ilmu aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, pembahasan tentang sifat-sifat Allah (ṣifātullāh) merupakan fondasi yang sangat penting dan sensitif. Salah satu kesalahan paling besar dalam sejarah pemikiran Islam adalah penyelewengan terhadap nama dan sifat Allah, baik melalui penolakan (taʿṭīl), penyerupaan (tasybīh), penggambaran (takyīf), atau pengubahan makna (taḥrīf). Daurah ini menggali secara mendalam kaidah-kaidah yang dirumuskan oleh para ulama untuk menjaga kemurnian tauhid dalam bab Asmā' wa Ṣifāt.
Rencana Strategis (Renstra) dan Theory of Change (ToC) merupakan dua instrumen fundamental dalam dunia perencanaan yang seringkali digunakan secara berdampingan, terutama dalam sektor publik dan organisasi non-profit. Meskipun keduanya bertujuan untuk memandu organisasi dalam mencapai tujuannya, mereka memiliki fokus, pendekatan, dan fungsi yang sangat berbeda. Memahami perbedaan ini adalah kunci untuk merancang strategi yang tidak hanya ambisius, tetapi juga terstruktur dengan baik dan didukung oleh logika yang kuat. Jika Renstra berfokus pada "apa" dan "bagaimana" organisasi akan bergerak maju, maka ToC mendalami "mengapa" dan "bagaimana" perubahan yang diinginkan akan terjadi di masyarakat. Renstra adalah dokumen perencanaan formal yang bersifat operasional dan hierarkis. Pendekatannya cenderung top-down, dimulai dari visi dan misi organisasi, yang kemudian diturunkan menjadi tujuan, sasaran, dan program kerja yang terukur. Renstra berorientasi pada jangka waktu menengah, biasanya 5 tahun, dan menekankan pada pencapaian target serta indikator kinerja yang konkret. Ini adalah cetak biru yang mendetail tentang alokasi sumber daya, jadwal, dan tanggung jawab, memberikan panduan yang jelas bagi setiap anggota organisasi untuk melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, Theory of Change adalah alat analitis yang lebih reflektif dan dinamis. ToC menggunakan pendekatan backward mapping, dimulai dari hasil atau dampak jangka panjang yang diinginkan, kemudian mundur untuk mengidentifikasi semua prasyarat yang harus terpenuhi. Fokus utamanya adalah pada logika perubahan—yakni, bagaimana dan mengapa suatu intervensi akan menghasilkan perubahan transformatif. ToC sering divisualisasikan dalam bentuk diagram yang menunjukkan jalur perubahan yang kompleks dan non-linear, termasuk adanya umpan balik (feedback loops) dan faktor-faktor eksternal. Perbedaan mendasar lainnya terletak pada cara keduanya memperlakukan asumsi. Dalam Renstra tradisional, asumsi yang mendasari strategi seringkali tidak dieksplisitkan dan dianggap sebagai sesuatu yang sudah ada (given). Hal ini membuat Renstra menjadi rentan jika asumsi tersebut ternyata salah. Di sisi lain, ToC secara sengaja menyoroti dan menguji asumsi-asumsi kritis yang mendasari setiap langkah dalam jalur perubahan. Ini menjadikannya alat yang sangat berharga untuk manajemen risiko dan adaptasi, karena memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi potensi kelemahan dalam logika mereka sebelum implementasi. Pada akhirnya, Renstra dan ToC bukan instrumen yang saling bersaing, melainkan saling melengkapi. ToC berfungsi sebagai fondasi konseptual yang kuat, memberikan pemahaman mendalam tentang logika perubahan yang diharapkan. Dengan demikian, ToC dapat menjadi landasan untuk pengembangan Renstra yang lebih strategis, berbasis bukti, dan adaptif. Renstra kemudian menerjemahkan logika tersebut ke dalam rencana kerja yang terukur dan dapat dilaksanakan, memastikan bahwa setiap aktivitas yang dilakukan memiliki alasan yang jelas dan terhubung langsung dengan dampak yang ingin dicapai.
Memahami dan Mengamalkan Al-Qur'an adalah kajian Fiqih Do’a dan Dzikir yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 26 Muharram 1447 H / 22 Juli 2025 M. Kajian Tentang Memahami dan Mengamalkan Al-Qur'an Yang diinginkan dari Al-Qur'an adalah memahami makna-maknanya […] Tulisan Memahami dan Mengamalkan Al-Qur'an ditampilkan di Radio Rodja 756 AM.
Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) harus terus-menerus mengelola perubahan karena lingkungan yang dinamis, esensial untuk kelangsungan hidup dan efektivitas. Berdasarkan buku "Change Management in Nonprofit Organizations: Theory and Practice" oleh Kunle Akingbola, Sean Edmund Rogers, dan Alina Baluch, perubahan ini kompleks, sering paradoks, dan dipengaruhi oleh faktor eksternal (kebutuhan komunitas, ekonomi, kebijakan pemerintah, persaingan, teknologi) serta internal (pemangku kepentingan, kepemimpinan, siklus hidup organisasi). Memahami interaksi pendorong ini krusial untuk adaptasi. OMS menerapkan strategi adaptif beragam, termasuk ekspansi layanan, kemitraan strategis untuk konsolidasi sumber daya dan inovasi, serta penyesuaian ukuran organisasi. Diversifikasi pendapatan penting untuk mengurangi ketergantungan, sementara advokasi memungkinkan OMS memimpin perubahan sosial. Semua strategi ini bertujuan menyelaraskan organisasi dengan lingkungan yang berubah sambil mempertahankan misi intinya. Penerapan perubahan di OMS memerlukan pendekatan sistematis yang berpusat pada komunikasi dan keterlibatan. Model tujuh langkah meliputi konfirmasi kebutuhan, pelibatan pemangku kepentingan inti, perumusan dan komunikasi visi perubahan, keterlibatan luas, penyebaran perubahan bertahap, penilaian dan perayaan kontribusi, serta penguatan perubahan agar menjadi bagian dari budaya organisasi. Pendekatan ini memungkinkan OMS untuk beradaptasi dan berkembang.
Jika kamu membutuhkan program terapi serta layanan konseling bisa klik disini : https://linktr.ee/psikologid"Membaca Emosi, Ekspresi, dan Bahasa Tubuh"Seni Memahami Manusia Lebih Dalam, Tanpa Perlu Kata-Kata.Pernah merasa seseorang berkata "saya baik-baik saja", tapi tubuhnya seolah berkata sebaliknya?Manusia berbicara bukan hanya lewat kata-kata—bahasa tubuh, ekspresi wajah, hingga nada suara menyimpan lebih banyak kebenaran dari yang kita sadari. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh interaksi ini, kemampuan membaca sinyal nonverbal adalah super-skill yang jarang diajarkan.Yuk pelajari lebih lanjut dalam episode kali ini!
Pernahkah Anda merasa sulit fokus, mudah lupa, atau terjebak dalam kebiasaan yang tidak produktif? Otak kita adalah organ yang luar biasa kompleks, namun seringkali kita tidak memahami cara kerjanya yang optimal. Di episode terbaru INIKOPER, kami akan membawa Anda menyelami "Brain Rules" karya John Medina, seorang ahli biologi molekuler yang telah mengungkap 12 prinsip ilmiah untuk mengoptimalkan kinerja otak Anda di tempat kerja, di rumah, dan di sekolah. Bersiaplah untuk mengubah cara Anda berpikir tentang belajar, mengingat, dan berkembang! Bayangkan jika Anda bisa meningkatkan daya ingat hanya dengan berolahraga , atau memahami mengapamultitasking justru merusak produktivitas Anda. Kami akan membahas bagaimana tidur yang berkualitas adalah kunci untuk berpikir jernih , dan mengapa melibatkan lebih banyak indra saat belajar dapat meningkatkan retensi informasi secara dramatis. Ini bukan sekadar teori, melainkan panduan praktis yang didukung oleh penelitian ilmiah yang ketat. Jangan lewatkan episode ini untuk membuka potensi penuh otak Anda! INIKOPER akan membongkar mitos-mitos tentang otak dan memberikan strategi yang terbukti secara ilmiah untuk meningkatkan kinerja kognitif Anda. Dengarkan sekarang dan mulailah perjalanan Anda menuju pikiran yang lebih tajam, lebih bahagia, dan lebih produktif!
Kita cuman anak anak Kita cuman anak-anak yang masih belajar memahami apa makna nya cinta Bagaimana rasanya dicintai Bagaimana caranya mencintai dengan benar Bahkan memahami apa cinta bagi kita Kita cuman anak-anak yang belajar buat mengerti Tentang bagaimana dunia berjalan Tentang siapa dan apa yang ditakdirkan untuk kita Kita cuman anak anak yang masih belajar memahami Memahami bagaimana hidup bekerja Memahami bagaimana semua kejadian hidup bisa mengarahkan kita pada satu kejadian Memahami apa yang sudah terjadi Kita cuman anak-anak yang masuh belajar untuk menerima Semua kekalahan Semua perpisahan Semua kekecewaan dan penghianata Karena pada akhirnya Siapa yang benar benar handal dalam percintaan? Siapa yang benar benar handal dalam menerima perpisahan? Siapa yang benar benar handal dalam memahami makna hidup dan takdir? Sudah tertimpa sejauh apapun dan terkena kerasnya hidup sekeras apapun. Kita cuman anak anak yang masih selalu mau rasa di sayangi, di pedulikan, di ikut sertakan, diterima Kita semua cuman anak-anak yang masih mencoba, memahami dan mengerti semua hal yang terjsdi pada kita Tapi meskipun demikian Kita juga anak-anak yang akan terus belajar dan beradaptsi Untuk memahami dan mengerti dari semua perjalanan Untuk sesekali tersandung dan tetap berdiri kembali Untuk mengambil makna dari setiap kesalahan Jadi bila sekali-kali kesalahan terjadi, bila sekali-kali tersandung, bila sekali-kali mengambil keputusan yang salah. Bersedihlah sebentar, namun pahami bahwa semua masih dalam proses. Tidakpapa, berjalan kembali perlahan perlahan Semua buat kesalahan Tapi kesalahan yang buat kita berproses kita terima kesalahan dan kekalahan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang jangan takut untuk salah, mencoba dan mencari cara jangan takut untuk belajar, bertanya dan minta tolong
Di episode PutCast kali ini, Kepala Suku Mojok kedatangan tamu spesial: Afthonul Afif, seorang penulis dan peneliti yang banyak menyoroti persoalan psikologi dan kesehatan mental. Obrolan ini banyak membahas soal makna bahagia yang sering disalahartikan sebagai kesenangan sesaat. Bagaimana pandangan atas kebahagiaan sejati dari sudut pandang psikologi, filsafat, dan agama?
Pernahkah Anda merasa sudah mencoba segala cara untuk menyelesaikan suatu masalah, tetapi masalah itu terus kembali? Dari kemacetan lalu lintas yang seolah tak ada habisnya, hingga resolusi tahun baru yang selalu gagal di tengah jalan. Mungkin masalahnya bukan pada usaha kita, tetapi pada cara kita melihat masalah itu sendiri. Dalam episode kali ini, kita akan menyelami "berpikir sistem"—sebuah cara pandang revolusioner yang mengajarkan kita untuk melihat hubungan tak terlihat di balik setiap kejadian. Ini bukan teori rumit, melainkan sebuah lensa baru untuk memahami mengapa dunia bekerja seperti yang kita lihat, dan bagaimana kita bisa menjadi pemecah masalah yang lebih cerdas, bukan hanya pekerja keras. Kita akan membongkar "jebakan-jebakan sistem" yang sering kali membuat kita frustrasi. Misalnya, mengapa diet ketat justru sering berakhir dengan berat badan yang lebih tinggi? Atau bagaimana ketergantungan kita pada solusi instan—seperti kopi untuk melawan lelah—justru membuat kita semakin jauh dari solusi sebenarnya. Dengan berpikir sistem, kita menyadari bahwa ini bukanlah kegagalan pribadi, melainkan pola-pola yang bisa diprediksi. Memahami pola ini adalah langkah pertama untuk membebaskan diri dari siklus masalah yang berulang dan mulai menciptakan perubahan yang nyata dan bertahan lama. Yang paling menarik, kita akan membahas di mana letak "tombol rahasia" untuk mengubah sistem tersebut. Ternyata, perubahan terbesar sering kali tidak datang dari usaha yang paling keras, melainkan dari intervensi kecil di tempat yang tepat, atau yang disebut "titik ungkit". Alih-alih berusaha mengontrol segalanya, bagaimana jika kita belajar untuk "menari" dengan sistem kehidupan kita—baik dalam karir, keuangan, maupun hubungan? Dengarkan episode ini untuk menemukan cara mengubah pola pikir Anda dan mulai melihat solusi di tempat yang tak pernah Anda duga sebelumnya.
Memahami Perubahan pada Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 21 Dzulhijjah 1446 H / 17 Juni 2025 M. Kajian Tentang Memahami Perubahan pada Remaja Poin yang ketiga dari pembahasan cara menyikapi prilaku negatif remaja, yaitu yakinlah bahwa mereka sebenarnya […] Tulisan Memahami Perubahan pada Remaja ditampilkan di Radio Rodja 756 AM.
Apa itu kehidupan? Pertanyaan ini, yang gaungnya telah melintasi lorong-lorong waktu, bukanlah sebuah teka-teki dengan jawaban tunggal, melainkan sebuah kanvas luas yang diisi dengan beragam corak pemikiran, dari goresan kuas para filsuf kuno hingga piksel-piksel tajam ilmu pengetahuan modern. Jauh dari sekadar definisi biologis tentang organisme yang mampu bereplikasi dan bermetabolisme, "kehidupan" adalah sebuah konsep yang berkelindan dengan makna, tujuan, dan kesadaran. Esai ini akan menjelajahi berbagai perspektif tentang kehidupan, sebuah mozaik pemikiran yang tidak dibingkai oleh satu kebenaran absolut, melainkan menyajikan panorama pemahaman yang kaya dan terkadang saling bertentangan. Secara fundamental, ilmu pengetahuan mendefinisikan kehidupan melalui serangkaian karakteristik: organisasi seluler, metabolisme, pertumbuhan, adaptasi, respons terhadap rangsangan, dan reproduksi. Dari amuba yang paling sederhana hingga paus biru yang megah, semua yang "hidup" berbagi ciri-ciri ini. Definisi ini, meskipun akurat secara empiris, terasa hampa ketika dihadapkan pada pertanyaan "mengapa?". Ia menjelaskan "bagaimana" kehidupan beroperasi, tetapi bungkam tentang "apa" esensinya. Di sinilah filsafat mengambil alih, menawarkan narasi-narasi yang mencoba mengisi kekosongan makna tersebut. Para filsuf Yunani kuno meletakkan dasar bagi banyak perdebatan yang masih relevan hingga hari ini. Plato, dengan dunianya yang berupa "idea", memandang kehidupan di bumi sebagai bayang-bayang dari bentuk yang lebih sempurna dan abadi. Bagi Plato, kehidupan adalah sebuah perjalanan untuk mengingat dan kembali kepada esensi sejati. Muridnya, Aristoteles, membawa fokus kembali ke dunia inderawi. Baginya, setiap makhluk hidup memiliki telos atau tujuan inheren. Tujuan hidup manusia, menurut Aristoteles, adalah mencapai eudaimonia, sebuah keadaan sejahtera dan berkembang yang sering diterjemahkan sebagai "kebahagiaan" atau "berkembang secara utuh," yang dicapai melalui kehidupan yang bajik dan rasional. Seiring berjalannya waktu, pertanyaan tentang makna hidup menjadi semakin personal dan eksistensial. Abad ke-19 dan ke-20 melahirkan aliran eksistensialisme, yang dengan tegas menyatakan bahwa "eksistensi mendahului esensi." Tidak seperti Aristoteles yang percaya pada tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, para eksistensialis seperti Jean-Paul Sartre berpendapat bahwa manusia terlahir ke dalam dunia tanpa tujuan yang inheren. Kita "dikutuk untuk bebas," yang berarti kita bertanggung jawab penuh untuk menciptakan makna dan nilai bagi kehidupan kita sendiri melalui pilihan dan tindakan kita. Sebuah cabang dari pemikiran ini adalah absurdisme, yang dipopulerkan oleh Albert Camus. Camus menggambarkan kondisi manusia sebagai sesuatu yang absurd—sebuah benturan antara hasrat kita akan makna dan keteraturan dengan alam semesta yang dingin, sunyi, dan acuh tak acuh. Dalam esainya yang terkenal, "Mitos Sisifus," Camus menggunakan sosok mitologis yang dikutuk untuk selamanya mendorong batu besar ke puncak gunung, hanya untuk melihatnya menggelinding kembali, sebagai metafora kehidupan manusia. Namun, bagi Camus, kesadaran akan absurditas ini bukanlah alasan untuk putus asa atau bunuh diri. Sebaliknya, ia adalah sebuah undangan untuk memberontak. Dengan merangkul absurditas nasibnya dan menemukan kepuasan dalam perjuangan itu sendiri, Sisifus menjadi pahlawan absurd. Makna hidup, dalam pandangan ini, tidak ditemukan dalam tujuan akhir, tetapi dalam pemberontakan yang gigih dan sadar terhadap ketiadaan makna. Di sisi lain spektrum, humanisme menawarkan visi yang lebih optimis. Kaum humanis, seperti para eksistensialis, menolak gagasan tentang takdir ilahi atau kosmik. Namun, alih-alih berfokus pada absurditas, mereka menekankan potensi manusia untuk mencapai aktualisasi diri, kebahagiaan, dan kehidupan yang etis melalui akal, empati, dan kepedulian terhadap sesama. Tokoh-tokoh seperti Abraham Maslow, dengan hierarki kebutuhannya, menunjukkan bahwa setelah kebutuhan dasar terpenuhi, manusia secara alami akan mencari pertumbuhan pribadi, kreativitas, dan pemenuhan diri. Dari perspektif ini, kehidupan adalah sebuah kesempatan untuk berkembang menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri dan untuk berkontribusi pada kebaikan umat manusia. Tentu saja, tidak ada eksplorasi tentang makna hidup yang lengkap tanpa mempertimbangkan perspektif budaya dan spiritual yang telah membentuk peradaban selama ribuan tahun. Agama-agama besar di dunia, seperti Yudaisme, Kristen, dan Islam, secara tradisional mengajarkan bahwa kehidupan adalah anugerah dari Tuhan dan memiliki tujuan ilahi. Dalam kerangka ini, makna ditemukan dalam pengabdian, kepatuhan pada ajaran suci, dan janji akan kehidupan setelah kematian. Perspektif ini memberikan kerangka moral dan rasa kepastian di tengah ketidakpastian eksistensi. Pada akhirnya, esai tentang "Apa itu Kehidupan" tidak dapat ditutup dengan sebuah kesimpulan yang rapi. Ia adalah sebuah pertanyaan terbuka yang setiap individu dan setiap generasi harus jawab untuk dirinya sendiri. Apakah kehidupan adalah sebuah perjalanan biologis, pencarian filosofis, pemberontakan absurd, proyek aktualisasi diri, atau sebuah ziarah spiritual? Mungkin, kehidupan adalah semua itu sekaligus—sebuah mozaik yang rumit dan terus berubah, yang keindahannya justru terletak pada keragamannya yang tak terbatas dan ketiadaan bingkai yang membatasinya. Makna hidup bukanlah sesuatu yang kita temukan, melainkan sesuatu yang kita ciptakan, setiap hari, dengan setiap pilihan yang kita buat, dalam tarian abadi antara eksistensi dan esensi.
"Usia Batita adalah tahap perkembangan emas anak mulai belajar berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Orang tua perlu memahami tantrum adalah salah satu cara anak berkomunikasi dan orang tua perlu merespon dengan baik. Yuk, dapatkan info berharga tentang perilaku tantrum karena anak masih belajar menyampaikan perasaannya ketika kesal atau marah melalui audio menarik kali ini!"
Di episode Putcast kali ini, Puthut EA ngobrol santai bareng dua kru Mojok: Fira dan Wanda. Kepala Suku ngobrol santai tentang berbagai hal dari mulai cara mereka mengatur keuangan, memilih outfit, sampai urusan cinta dan pernikahan.
Buku Addicted to Anxiety https://www.periplus.com/p/9780241701454 Credit: @dipidiffofficial |
Sebelum Tuhan menjatuhkan penghakiman akhir atas mereka yang terhilang, Tuhan memberi kita 1000 tahun untuk memahami apa yang akan terjadi pada siapa dan mengapa. Ini menyatakan karakter Tuhan, dan tentang betapa terbukanya Tuhan.
Sebelum Tuhan menjatuhkan penghakiman akhir atas mereka yang terhilang, Tuhan memberi kita 1000 tahun untuk memahami apa yang akan terjadi pada siapa dan mengapa. Ini menyatakan karakter Tuhan, dan tentang betapa terbukanya Tuhan.
Indigenous knowledge is about the understandings, skills and philosophies created by indigenous peoples from their long-term interactions with their natural surroundings. - Pengetahuan masyarakat adat adalah tentang pemahaman, keterampilan, dan filosofi yang diciptakan oleh masyarakat adat dari interaksi jangka panjang mereka dengan alam sekitar.
Visiting the emergency department with a sick or injured child can overwhelm parents due to long wait times and stress. Understanding what to expect can help. This episode explores when to go to children's hospital emergency departments in Australia and what to expect upon arrival. - Mengunjungi unit gawat darurat dengan anak yang sakit atau cedera dapat membuat orang tua kerepotan karena waktu tunggu yang lama dan stres. Memahami apa yang bisa diharapkan dapat membantu. Episode ini membahas kapan harus pergi ke unit gawat darurat rumah sakit anak di Australia dan apa yang bisa diharapkan sesampainya di sana.
ICC NSW's chairwoman, Lini Khun, explained about the Harmony Day celebrations to be held by her organisation and stressed the importance of 'understanding each other' in the practice of daily living in Australian society. - Ketua ICC NSW, Lini Khun,menjelaskan tentang perayaan Harmony Day yang akan diadakan oleh organisasinya dan menekankan pentingnya 'saling memahami' dalam praktik hidup sehari-hari di masyarakat Australia.
With a federal election just weeks away, a minority government seems increasingly likely. So, what is minority government? - Dengan pemilihan umum federal yang tinggal beberapa minggu lagi, pemerintahan minoritas tampaknya semakin mungkin terjadi. Jadi, apa itu pemerintahan minoritas?
Untuk mempromosikan makanan dan budaya Indonesia, ICAV (The Indonesian Culinary Association of Victoria) bersama dengan Melbourne Food and Wine Festival) akan menyelenggarakan Indonesian Street Food Festival di Melbourne - 22 dan 23 Mar 2025 di Victoria Market.
Memahami Proses Belajar Disiplin pada Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 4 Ramadhan 1446 H / 4 Maret 2025 M. Kajian Tentang Memahami Proses Belajar Disiplin pada Remaja Kita masih membahas poin tentang lingkungan yang memupuk kedisiplinan. Menanamkan kedisplinan […] Tulisan Memahami Proses Belajar Disiplin pada Remaja ditampilkan di Radio Rodja 756 AM.
To be successful in the fashion industry, designers have to learn the potential target market and also being innovative. - Untuk sukses di industri fashion, desainer harus mempelajari potensi target pasar dan juga inovatif.
Pentingnya Memahami Karakter Setiap Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 12 Sya’ban 1446 H / 11 Februari 2025 M. Kajian Tentang Pentingnya Memahami Karakter Setiap Anak Kita masih membahas tentang lingkungan positif yang harus dirancang dan dibangun oleh pendidik, […] Tulisan Pentingnya Memahami Karakter Setiap Anak ditampilkan di Radio Rodja 756 AM.
Have you ever shared someone else's video or music on social media without their permission? Chances are you were infringing their copyright. Understanding how copyright is applied will help you avoid awkward situations and potentially serious consequences. - Pernahkah Anda membagikan video atau musik orang lain di media sosial tanpa izin mereka? Kemungkinannya adalah Anda melanggar hak cipta mereka. Memahami bagaimana hak cipta diterapkan akan membantu Anda menghindari situasi canggung dan konsekuensi yang berpotensi serius.
Double pivot andalan anda ngomongin tentang pergantian pelatih timnas Indonesia
Understanding sexual consent doesn't have to be overwhelming—it's a set of skills, like empathy and communication, that anyone can learn. By having open conversations, we can build a shared understanding that fosters healthy, respectful relationships for everyone. - Memahami persetujuan seksual tidak harus berlebihan — ini adalah seperangkat keterampilan, seperti empati dan komunikasi, yang dapat dipelajari siapa pun. Dengan melakukan percakapan terbuka, kita dapat membangun pemahaman bersama yang menumbuhkan hubungan yang sehat dan saling menghormati bagi semua orang.
You're probably familiar with the four seasons—Summer, Autumn, Winter, and Spring—but did you know that First Nations people have long recognised many more? Depending on the location, some Indigenous groups observe up to six distinct seasons each year. - Anda mungkin akrab dengan empat musim — Musim Panas, Musim Gugur, Musim Dingin, dan Musim Semi — tetapi tahukah Anda bahwa orang-orang First Nations telah lama mengenali lebih banyak lagi? Tergantung pada lokasinya, beberapa kelompok warga Pribumi mengamati hingga enam musim yang berbeda setiap tahun.
In Australia pharmacists dispense prescription medications and provide healthcare advice, educating the community on the use of medicines and disease prevention. - Di Australia apoteker membagikan obat resep dan memberikan saran perawatan kesehatan, mendidik masyarakat tentang penggunaan obat-obatan dan pencegahan penyakit.
Did you know that one in five children is at risk of dying from a disease that is now preventable through vaccination? Australia's vaccination program helps to prevent severe outcomes from many childhood infections. To access family support payments—and in some states, childcare services—your child must be fully immunised according to the national schedule. - Tahukah Anda bahwa satu dari lima anak berisiko meninggal akibat penyakit yang kini dapat dicegah melalui vaksinasi? Program vaksinasi Australia membantu mencegah dampak parah dari berbagai infeksi pada masa kanak-kanak. Untuk mengakses pembayaran tunjangan keluarga—dan di beberapa negara bagian, layanan penitipan anak—anak Anda harus menerima imunisasi lengkap sesuai jadwal nasional.
