POPULARITY
Categories
Strategi seringkali jadi kata yang membuat kita bersemangat. Banyak presentasi dan rencana hebat dibuat. Sayangnya, 80% dari strategi itu sering gagal. Mengapa ide-ide cemerlang itu sering mati di tengah jalan? Jawabannya terletak pada "jurang aktivasi." Jurang ini memisahkan perencanaan dari eksekusi. Kegagalan ini karena kita lupa melibatkan manusia. Dulu, organisasi dibuat seperti mesin. Karyawan dianggap sebagai "sumber daya manusia." Mereka seperti roda gigi yang bisa diganti. Pendekatan ini berasumsi bahwa perintah dari atas akan dijalankan tanpa pertanyaan. Tapi, anggapan ini sudah ketinggalan zaman. Sekarang, karyawan kita diberdayakan dan berpikir kritis. Ada tiga alasan utama kegagalan. Pertama, kurangnya pandangan yang jelas bagi karyawan. Mereka tidak tahu bagaimana pekerjaan mereka berkontribusi. Mereka merasa tidak punya arah. Seorang petugas kebersihan di NASA tahun 1961 tahu ia membantu misi ke bulan. Karyawan modern sering tak tahu pekerjaan mereka berarti apa. Ini menjadi masalah besar. Kedua, ada kurangnya keterlibatan karyawan. Mereka butuh koneksi emosional dengan tujuan organisasi. Keterlibatan bukan sekadar memberi tahu apa yang harus dilakukan. Keterlibatan itu tentang membuat mereka merasa memiliki. Ketika mereka tidak dilibatkan, mereka acuh tak acuh. Mereka melihat strategi sebagai "perintah dari atas." Ketiga, dan ini yang paling fatal, kurangnya investasi untuk aktivasi. Banyak dana dihabiskan untuk merancang rencana. Tapi, sedikit dana untuk menggerakkan orang. Ini seperti merancang rumah mewah tapi tidak punya kontraktor. Aktivasi adalah jembatan penghubung antara desain dan realisasi. Tanpa jembatan ini, semua rencana akan mati. Kita harus beralih dari manajemen yang berpusat pada proses. Kita butuh paradigma baru yang berpusat pada manusia. Organisasi harus dilihat sebagai "organisme hidup. Organisme ini bisa merasakan perubahan. Mereka beradaptasi dan berevolusi. Perubahan tidak lagi didorong dari atas. Aktivasi strategi, pada dasarnya, adalah sebuah seni. Ini seni untuk menciptakan sebuah gerakan. Gerakan ini butuh persuasi dan rekrutmen aktif. Tidak cukup bagi orang untuk sekadar "mendengar" strategi. Mereka harus "memercayainya." Kepercayaan itu harus kuat untuk mengatasi inersia alami. Ada tiga fase aktivasi: Hear It, Believe It, dan Live It. Hear It adalah tentang komunikasi dan kesadaran. Semua orang harus tahu ada perubahan. Believe It adalah fase pembelajaran dan validasi. Orang-orang mencoba cara kerja baru. Mereka butuh pelatihan dan dukungan. Live It adalah tentang menanamkan perubahan. Ini menjadikannya "bisnis seperti biasa." Sistem dan budaya diselaraskan agar perubahan itu bertahan lama. Seorang pemimpin harus punya enam bahan kunci. Mulai dari kejelasan visi hingga ketangkasan. Semua elemen itu sangat penting. Visi harus lebih dari sekadar pernyataan. Visi harus menjadi cerita visual yang jelas. Itu harus menjadi peta jalan dari keadaan saat ini. Empati pada pemangku kepentingan juga penting. Setiap kelompok punya kebutuhan unik. Program aktivasi harus disesuaikan untuk mereka. Kesadaran akan hambatan juga krusial. Perubahan sering kali bertentangan dengan tradisi. Memetakan hambatan ini sangat penting. Juga, antisipasi dampak sistemik sangat dibutuhkan. Perubahan satu bagian akan memengaruhi bagian lain. Memahami dampaknya sangat penting. Semua elemen navigasi harus selaras. Misi, nilai, visi, dan strategi harus harmonis. Jika bertentangan, karyawan akan menolak. Maka, lupakan dokumen perencanaan yang tebal. Fokuslah pada hati dan pikiran manusia. Di sanalah strategi Anda akan benar-benar hidup.
Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengubah status PAM Jaya dari Perumda menjadi Perseroda sekaligus membuka peluang penawaran saham perdana (IPO), menuai pro dan kontra. Langkah ini disebut penting untuk mendukung pendanaan agar target 100 persen akses air bersih di Jakarta dapat tercapai. Namun, di sisi lain muncul kekhawatiran wacana tersebut akan berujung pada privatisasi dan menjadikan layanan air bersih berorientasi bisnis semata. Bagaimana penjelasan lebih lanjut?Kami hadirkan wawancara eksklusif bersama Pakar Sumber Daya Air Universitas Indonesia sekaligus Pendiri Indonesia Water Institute, yang juga Koordinator Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Firdaus Ali.
Budaya organisasi adalah jiwa dan denyut nadi sebuah perusahaan. Lebih dari sekadar logo di kartu nama atau misi yang tertempel di dinding, ia adalah kumpulan keyakinan, nilai, dan norma tak tertulis yang membentuk cara setiap individu berpikir, berperilaku, dan berinteraksi. Ia adalah kekuatan tak kasat mata yang menentukan apakah suatu tim akan maju bersama atau tercerai-berai, apakah ide-ide inovatif akan disambut hangat atau mati sebelum sempat diucapkan. Budaya inilah yang membedakan organisasi yang sekadar bertahan hidup dari organisasi yang benar-benar berkembang, menciptakan lingkungan di mana orang-orang merasa terhubung dengan tujuan yang lebih besar daripada sekadar gaji. Transformasi budaya adalah tantangan terbesar bagi setiap pemimpin di era modern. Ini bukan tentang memaksa perubahan dari atas ke bawah, melainkan tentang menginspirasi pergeseran dari dalam ke luar. Budaya yang sehat akan menjadi magnet bagi talenta terbaik, menjaga loyalitas karyawan, dan mendorong inovasi tanpa henti. Sebaliknya, budaya yang beracun akan mengikis semangat, mematikan kreativitas, dan pada akhirnya, menghancurkan fondasi perusahaan itu sendiri. Memahami budaya organisasi adalah langkah pertama untuk membangun masa depan yang lebih kokoh dan bermakna. Dalam perjalanan evolusinya, budaya organisasi telah melalui tiga tahap revolusioner: dari sistem agraris yang berfokus pada komunitas, ke mentalitas industri yang mengedepankan efisiensi, hingga paradigma berpengetahuan yang menjadikan ide sebagai aset paling berharga. Setiap transisi ini meninggalkan jejak dan pelajaran penting. Menggali akar budaya ini membantu kita melihat mengapa beberapa organisasi masih terjebak di masa lalu, sementara yang lain melesat menuju masa depan. Pertanyaannya bukan lagi "apa yang harus kita lakukan?" tetapi "siapa yang harus kita jadikan?" karena pada akhirnya, budaya yang kita bangunlah yang akan mendefinisikan kesuksesan kita.
Dalam lanskap organisasi masyarakat sipil (OMS) yang terus berkembang, membangun kapasitas yang efektif, sah, dan akuntabel adalah kunci untuk mencapai dampak nyata. Lokakarya Penguatan OMS yang diadakan di Pontianak, sebuah inisiatif dari LPPSP UI, tidak hanya sekadar pertemuan biasa. Acara ini menjadi jembatan vital yang menghubungkan hasil studi akademis mendalam dengan kebutuhan praktis para pegiat di lapangan. Podcast kali ini adalah kesempatan emas untuk menyelami gagasan-gagasan transformatif yang muncul dari diskusi dua hari tersebut. Episode kali ini akan membawa Anda melintasi poin-poin terpenting, mulai dari konsep kolaborasi yang melampaui sekadar kemitraan—yang disebut sebagai "keren ketemu keren"—hingga pergeseran fundamental menuju model "sistem hidup" yang berorientasi pada keberlanjutan. Anda akan mendengar bagaimana para fasilitator dan peserta membahas pentingnya inovasi, berpikir kritis, dan semangat berpetualang dalam menghadapi ketidakpastian masa depan. Ini adalah panduan ringkas namun padat yang menangkap esensi dari pengalaman belajar yang mendalam. Jadi, jika Anda seorang pegiat sosial, pengelola yayasan, atau siapa pun yang tertarik pada masa depan sektor non-profit, ringkasan audio ini adalah sumber inspirasi yang wajib didengar. Dengarkan untuk memahami kerangka kerja baru, temukan ide-ide segar untuk menguatkan organisasi Anda, dan rasakan kembali semangat kolaborasi yang kuat. Bersiaplah untuk mendapatkan wawasan yang tidak hanya teoritis, tetapi juga langsung dapat diterapkan untuk mendorong perubahan yang lebih baik.
Gelombang aksi unjuk rasa yang awalnya berjalan tertib dan damai, mendadak berubah menjadi ricuh dan anarkis, hingga penjarahan di sejumlah tempat. Aksi demonstrasi yang diwarnai kekerasan ini tidak hanya merusak fasilitas umum dan kantor pemerintahan, tetapi juga mengakibatkan sejumlah korban jiwa. Perubahan drastis dari aksi damai menjadi anarkis ini menimbulkan pertanyaan besar di tengah masyarakat. Apakah aksi yang berujung ricuh ini digerakkan oleh seseorang? Siapa yang menjadi dalang di balik kerusuhan tersebut?
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Cak Imin menginstruksikan seluruh kadernya untuk menggelar doa keselamatan bagi bangsa Indonesia.
Perkembangan ekonomi dan sosial kita tidak bisa lagi hanya diukur dengan parameter tradisional. Di tengah tantangan global seperti krisis lingkungan dan ketidaksetaraan, sebuah paradigma baru mulai mengambil alih panggung: Ekonomi Pendekatan Ekosistem. Pendekatan ini melihat dunia sebagai sebuah jaring laba-laba yang saling terhubung, di mana setiap komponen—mulai dari alam hingga manusia—memiliki peran krusial. Jika Anda penasaran bagaimana model ekonomi bisa lebih peduli pada keberlanjutan dan keadilan, ringkasan audio ini menawarkan sebuah jawaban yang mendalam. Podcast ini akan mengupas tiga pilar utama yang menjadi fondasi bagi ekosistem yang sehat dan adaptif. Pertama, kita akan menjelajahi peran kolaborasi multi-pihak, seperti model Quadruple Helix yang menyatukan pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat. Kemudian, kita akan melihat bagaimana inovasi berfungsi sebagai mesin penggerak, khususnya melalui konsep Creating Shared Value (CSV) yang mengintegrasikan tujuan sosial ke dalam inti strategi bisnis. Terakhir, kita akan menyoroti tantangan dan metode untuk mengukur dampak sosial dari upaya-upaya ini, mengubah niat baik menjadi hasil nyata yang terukur. Podcast ini bukan hanya sekadar rangkuman data, melainkan sebuah panduan untuk memahami bagaimana kolaborasi dapat memicu inovasi, dan inovasi pada gilirannya menciptakan dampak positif yang berkelanjutan. Ini adalah kesempatan untuk mendengar bagaimana sebuah kerangka berpikir baru dapat membuka jalan menuju masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan bagi semua. Selamat mendengarkan!
DPR RI mengesahkan revisi Undang-Undang tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah. Apa perubahan-perubahan atau perbaikan pada UU Haji dan Umrah yang baru, yang merubahan perubahan ketiga? Bagaimana pelaksanaan UU tersebut pada penyelenggaraan musim haji 2026, termasuk pembentukan Kementerian Haji dan Umrah?Wawancara bersama Wakil Ketua Badan Penyelenggara Haji (BP Haji) Dahnil Anzar Simanjuntak.
Selamat datang di INIKOPER, Inspirasi untuk Komunitas Perubahan. Dalam era informasi yang serba cepat ini, kita seringkali merasa terfragmentasi. Data-data yang kita terima seolah berdiri sendiri, tanpa konteks yang jelas. Namun, bagaimana jika kita mulai melihat semuanya sebagai sebuah tarian yang saling terhubung? Bagaimana jika setiap kata, setiap sunyi, dan setiap interaksi adalah bagian dari sebuah ekosistem yang hidup? Konsep ekologi komunikasi dari Nora Bateson mengajak kita untuk berpikir di luar kotak. Ia bukan hanya tentang data dan informasi, tapi juga tentang hubungan dan pola yang tak terlihat. Kita akan mengeksplorasi gagasan tentang Warm Data dan bagaimana ia lebih dari sekadar angka; ia adalah pemahaman mendalam tentang konteks dan interkoneksi. Kita akan belajar bagaimana memahami dan merawat “hutan” percakapan kita agar bisa tumbuh dengan sehat dan produktif. Di setiap episode, kita akan menyelami praktik perubahan yang tidak lagi linier, tapi holistik. Bersama-sama, kita akan melihat bagaimana inovasi sosial, seni, dan bahkan konflik bisa menjadi sumber vitalitas yang tak terduga. Kita tidak mencari jawaban tunggal atau solusi cepat, melainkan menumbuhkan sebuah kesadaran kolektif yang mampu beradaptasi dengan kerumitan dunia. Selamat mendengarkan dan selamat bergabung dalam perjalanan ini.
Perempuan kerap kali menjadi target kekerasan seksual. Kalis Mardiasih, seorang penulis dan fasilitator gender bercerita mengenai perjuangan agar hak - hak korban kekerasan seksual terpenuhi, berangkat dari pengalaman pribadi. Kalis juga berbagi tentang bagaimana menjadi seorang muslim feminis di tengah sistem patriarki.—Uncensored bersama Andini Effendi ingin memulai percakapan mengenai isu yang kerap dianggap tabu. The Elephant in the Room adalah topik yang diketahui semua orang, namun tidak berani membicarakannya. Dengan berdiskusi secara terbuka, kami harap masyarakat bisa lebih terbuka pikiran dan hatinya.New episode drops every Thursday!Jangan lupa follow & Subscribe kami di:https://www.instagram.com/cauldrontalks/https://www.youtube.com/channel/UCIs1JAa6LciLsjwkQ-caGawhttps://fb.watch/dv-wICk08O/Dengarkan juga podcast kami di:https://open.spotify.com/show/6pHdBM4Jr0JMwBvbVCMiQI?si=cc66a009ea964c3ahttps://podcasts.apple.com/id/podcast/uncensored-with-andini-effendi/id1627192280https://www.deezer.com/show/3726527https://www.spreaker.com/show/cauldron-talkshttps://www.podchaser.com/podcasts/cauldron-talks-4726619Host Andini Effendi:https://www.instagram.com/andinieffendi/Kalis Mardiasih:https://www.instagram.com/kalis.mardiasih/https://www.kalis.id/https://twitter.com/mardiasihProduction House:https://www.summertimestudios.com/https://www.instagram.com/summertimexstudios/—Timestamps04:36 Awal mula Aktivisme Kalis11:18 Momentum Kalis fokus pada isu kesetaraan gender13:30 Muslimah yang diperdebatkan23:19 Dinding pembatas kemerdekaan perempuan26:12 Tentang sistem Patriarki29:24 Pentingnya UU TPKS bagi Kalis38:09 Pertolongan pertama bagi penyintas kekerasan seksual43:04 Fenomena mengkafirkan orang lain46:22 Kebencian dari netizen50:00 Feminisme untuk Kalis Mardiasih52:45 Gender equality di Indonesia saat ini53:50 Perubahan yang bisa dilakukan
Dalam mesej yang membakar semangat bertajuk Api Membawa Perubahan, Pr Kenneth Chin berkongsi tentang kuasa transformatif api Tuhan dalam kehidupan orang percaya. Beliau menerangkan bagaimana kehadiran api Tuhan bukan sekadar simbol, tetapi satu kuasa hidup yang mengubah hati, membentuk karakter, dan membawa pembaharuan yang mendalam dari dalam ke luar. Bila api Tuhan menyala dalam hidup kita, ia membakar segala yang tidak menyenangkan-Nya, menyucikan, dan menyalakan semula panggilan serta tujuan ilahi yang mungkin telah pudar. Mesej ini akan membuka mata dan hati anda terhadap potensi perubahan yang radikal apabila kita membenarkan Roh Kudus bekerja secara bebas dalam hidup kita. Dengarkan dan alami sendiri bagaimana api Tuhan membawa perubahan yang kekal dan bermakna.In this stirring message titled The Fire Brings Change, Pr Kenneth Chin shares about the transformative power of God's fire in the life of a believer. He explains how the presence of God's fire is not just a symbol, but a living force that changes hearts, shapes character, and brings deep renewal from the inside out. When the fire of God burns within us, it consumes everything that is not pleasing to Him, purifies us, and reignites our divine calling and purpose that may have faded. This message will open your eyes and heart to the radical transformation that can happen when we allow the Holy Spirit to work freely in our lives. Tune in and experience how the fire of God brings lasting and meaningful change.
Halo dan selamat datang di INIKOPER. Dalam setiap episode, kita akan menyelami ide-ide yang mengubah cara kita memandang dunia. Hari ini, kita akan berbicara tentang sistem—bukan sistem komputer atau biologi, tetapi sistem sosial, politik, dan ekonomi yang membentuk kehidupan kita. Sering kali, sistem ini terasa tak tergoyahkan dan kita merasa tidak berdaya di hadapannya. Namun, bagaimana jika kita bisa menjadi agen perubahan, bukan hanya korban dari keadaan? Kita akan mengeksplorasi konsep keterlibatan radikal dari buku Adam Kahane, Everyday Habits for Transforming Systems. Kita akan membahas mengapa sistem itu berubah, mengapa sistem itu tidak berubah, dan bagaimana tujuh kebiasaan sederhana, seperti bekerja dengan "retakan" dan berkolaborasi dengan orang yang "tidak seperti" kita, dapat memberdayakan kita untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan terhubung. Jadi, siapkan diri Anda, karena kita akan memulai perjalanan untuk memahami dan mengubah dunia, satu kebiasaan pada satu waktu. Mari kita mulai!
Selamat datang para pendengar podcast INIKOPER! Hari ini kita akan menyelami kisah William and Lily Foundation, sebuah organisasi filantropi di Indonesia yang memiliki visi besar: menciptakan "Kesempatan yang sama bagi semua masyarakat Indonesia untuk berkembang." Bayangkan sebuah masa depan di mana setiap individu, terlepas dari latar belakangnya, memiliki kebebasan untuk mencapai potensi penuh mereka. WLF tidak hanya bermimpi, tetapi juga bertindak. Mereka telah bertransformasi menjadi yayasan pemberi hibah yang berani, berfokus pada "taruhan besar" untuk memberdayakan komunitas rentan di Indonesia bagian timur. Ini bukan sekadar memberikan bantuan, melainkan membangun ekosistem yang kuat agar masyarakat dapat berkembang secara mandiri dan berkelanjutan. Bagaimana WLF mewujudkan visi ambisius ini? Mereka mengadopsi pendekatan yang cerdas dan adaptif, terinspirasi dari prinsip "Lean Impact". Ini berarti mereka tidak takut untuk bereksperimen, belajar cepat dari setiap inisiatif, dan terus menyempurnakan strategi mereka. WLF berinvestasi pada tiga area kunci: memastikan Pengembangan Anak Usia Dini yang berkualitas, meningkatkan Literasi dan Numerasi dalam Pendidikan Dasar, serta menciptakan Peluang Ekonomi Lokal yang berkelanjutan. Dengan bekerja sama erat dengan organisasi lokal sebagai mitra sejati, WLF memastikan bahwa solusi yang diterapkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, membangun kapasitas dari dalam komunitas itu sendiri. Lebih dari sekadar program, WLF berkomitmen pada perubahan sistemik. Mereka mengintegrasikan isu-isu krusial seperti Inklusi Sosial dan Perubahan Iklim ke dalam setiap aspek pekerjaan mereka, memastikan bahwa dampak yang diciptakan tidak hanya luas tetapi juga adil dan berkelanjutan. Melalui strategi komunikasi dan kolaborasi yang kuat, WLF tidak hanya berbagi keberhasilan, tetapi juga pembelajaran, menginspirasi lebih banyak pihak untuk bergabung dalam perjalanan menuju Indonesia yang lebih sejahtera dan setara. Ini adalah kisah tentang bagaimana filantropi yang strategis dan berani dapat menjadi katalisator perubahan transformatif.
Hai Wonder Kids, kembali dalam renungan anak GKY Mangga besar. Judul renungan hari ini adalah PEKERJAAN DARI DALAM Mari kita membaca Firman Tuhan dariROMA 12: 2Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapiberubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Wonder Kids, tahu tidak? Perubahan yang benar-benar sejati tidak dimulai dari luar, tapi dari dalam — dari hati kita.Kita memang bisa mengganti pakaian atau menata rambut agar terlihat berbeda. Tapi, hati yang penuh dosa tidak bisa diubah dengan usaha luar. Kita butuh Tuhan sendiri yang mengubah hati kita.Masalah terbesar manusia bukanlah penampilan, bukan juga nilai ujian atau seberapa baik kita di gereja. Masalah utama kita adalah dosa — yaitu hati yang tidak taat dan memberontak kepada Allah. Karena Allah itu kudus dan sempurna, dosa memisahkan kita dari-Nya. Tapi Allah tidak membiarkan kita tinggal dalam dosa. Dia mengambil inisiatifuntuk menyelamatkan kita. Kabar Baik dari Tuhan adalah bahwa Allah mengasihi umat-Nya, dan oleh anugerah-Nya, Dia mengutus Tuhan Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita dari dosa. Yesus mati di kayu salib menggantikan kita, lalu bangkit untuk memberi kita hidup yang baru. Ketika kita diberi iman untuk percaya kepada Yesus, Roh Kudus masuk ke dalam hati kita dan mulai mengubah kita dari dalam ke luar — itulah pembaruanbudi yang dibicarakan di Roma 12:2! Perubahan ini bukan karena kita kuat atau hebat, tetapi karena anugerah Tuhan yang bekerja dalam diri kita. MARI KITA BERTUMBUH DI DALAM ANUGERAH TUHAN Wonder Kids, apakah kamu ingin berubah menjadi anak yang lebih taat, lebih sabar, lebih suka mengampuni? Mintalah pertolongan dari Tuhan. Seperti tertulis di Yakobus 1:5: "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, —yangmemberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit—, maka hal itu akan diberikan kepadanya." Tuhan selalu mau memberikan pertolongan kepada anak-anak-Nya yang memintadengan rendah hati. Mari kita berdoaTuhan yang baik, terima kasih karena Engkau telah mengasihiku dan mengutus Yesus untuk menyelamatkanku. Tolong ubahlah hatiku agar semakin menyerupai Kristus. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin. Wonder Kids, mari arahkan hati dan pikiranmu pada apa yang baik dan benar menurut Firman Tuhan. Biarlah Tuhan Yesus semakin nyata dalam hidupmu setiap hari! Tuhan Yesus memberkati
Membangun ekosistem perubahan sosial yang dinamis adalah kunci untuk mengatasi tantangan kompleks di dunia saat ini, mulai dari ketimpangan hingga krisis lingkungan. Ekosistem ini merupakan jaringan hubungan yang terstruktur antara individu, kelompok, dan institusi yang menyelaraskan nilai-nilai dan peran untuk mencapai keadilan dan kesetaraan. Dalam konteks ini, empat strategi utama—akselerasi, kolaborasi, orkestrasi, dan mainstreaming—muncul sebagai pendekatan yang berbeda namun saling melengkapi, masing-masing dengan tujuan dan fokus uniknya untuk mendorong perubahan yang signifikan dan berkelanjutan. Akselerasi berfokus pada percepatan laju perubahan dan dampak, seringkali melalui "scaling" yang melampaui sumber daya yang diinvestasikan, memungkinkan respons cepat terhadap krisis dan mendorong inovasi. Namun, kecepatan berlebihan dapat menyebabkan kelelahan atau pengabaian aspek penting. Di sisi lain, kolaborasi adalah tentang kerja sama multi-pihak untuk mencapai tujuan bersama, memecahkan masalah kompleks, dan membangun kepercayaan. Pendekatan seperti Dampak Kolektif menekankan komunikasi berkelanjutan dan pengukuran bersama, meskipun prosesnya bisa memakan waktu dan rumit dalam mengelola berbagai kepentingan. Orkestrasi melangkah lebih jauh dengan manajemen strategis dan koordinasi pemangku kepentingan dalam ekosistem, seperti seorang konduktor yang memandu orkestra. Tujuannya adalah untuk meningkatkan penciptaan nilai, mendorong inovasi berkelanjutan, dan mencapai pertumbuhan skala besar dengan menyelaraskan berbagai aktor. Sementara itu, mainstreaming adalah puncak dari upaya perubahan, mengintegrasikan inovasi sosial yang berhasil ke dalam kebijakan dan praktik kelembagaan untuk dampak sistemik dan berkelanjutan. Ini mengubah solusi baru menjadi norma yang diterima secara luas, meskipun ada risiko inovasi kehilangan esensi radikalnya saat diinstitusionalisasi. Analisis menunjukkan bahwa tidak ada satu strategi pun yang paling efektif secara universal. Sebaliknya, kekuatan sejati terletak pada penggunaan keempat strategi ini secara komplementer dan sinergis, dengan penekanan yang bergeser sesuai dengan konteks dan tahap perkembangan ekosistem. Misalnya, kolaborasi sangat penting di fase awal untuk membangun kepercayaan, sementara orkestrasi menjadi krusial di fase pertumbuhan untuk menyelaraskan upaya yang berkembang, dan mainstreaming adalah kunci di fase kematangan untuk keberlanjutan jangka panjang. Oleh karena itu, pembangunan ekosistem perubahan sosial yang paling efektif membutuhkan kepemimpinan adaptif yang mampu mengorkestrasi, memanfaatkan data untuk pembelajaran berkelanjutan, dan memberdayakan komunitas. Pendekatan terintegrasi ini memastikan bahwa upaya perubahan tidak hanya cepat dan inovatif, tetapi juga inklusif, berkelanjutan, dan mampu mengatasi akar masalah sosial secara holistik, mengubah inisiatif terpisah menjadi kekuatan transformatif yang kohesif.
Ekosistem perubahan sosial adalah jaringan dinamis yang kompleks, terdiri dari berbagai aktor, sumber daya, dan interaksi yang secara kolektif mendukung serta mempercepat upaya Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dalam menciptakan dampak positif. Kerangka ini, seperti yang dikembangkan oleh Deepa Iyer, mengidentifikasi beragam peran—mulai dari penghubung hingga pendongeng—yang esensial untuk mendorong solidaritas, keadilan, dan kesetaraan. Pentingnya ekosistem ini terletak pada kemampuannya untuk memperkuat OMS agar dapat beroperasi lebih efektif, berkelanjutan, dan adaptif dalam menghadapi tantangan sosial yang terus berkembang. Dalam ekosistem ini, setiap elemen saling terkait dan memperkuat. Ruang sipil yang kondusif menjadi fondasi bagi partisipasi, sementara persepsi publik yang positif membangun kepercayaan dan legitimasi. Diversifikasi model pendanaan memastikan kemandirian finansial, dan manajemen talenta yang kuat mengembangkan kapasitas sumber daya manusia. Kemampuan memanfaatkan momentum dan kelokalan, didukung oleh program inkubasi dan akselerasi, mendorong inovasi dan pertumbuhan, menciptakan sinergi yang vital untuk perubahan skala besar. Kekuatan sejati ekosistem perubahan sosial terletak pada interkoneksi elemen-elemennya, di mana penguatan satu pilar akan menciptakan efek multiplikator positif pada pilar lainnya. Ini membentuk lingkaran kebajikan yang meningkatkan ketahanan kolektif dan kemampuan OMS untuk menavigasi kompleksitas tantangan sosial. Dengan memupuk kolaborasi, berbagi sumber daya, dan berinovasi secara kolektif, ekosistem ini memungkinkan OMS untuk mencapai dampak yang lebih besar dan berkelanjutan, mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera
Pemerintah Queensland telah menerima kedelapan rekomendasi dari tinjauan independen terhadap unit pendidikan di rumah.
Ekosistem perubahan sosial itu seperti orkestra besar di mana setiap orang punya peran penting! Ini bukan cuma soal manusia dan masalahnya, tapi juga gimana kita berinteraksi dengan alam di sekitar kita. Bayangkan saja, kalau alam berubah, masyarakat juga ikut berubah. Makanya, kalau mau bikin perubahan yang nyata dan berkelanjutan, kita harus lihat semuanya secara menyeluruh, enggak bisa sepotong-sepotong. Ini tentang membangun solusi yang kuat, yang bisa berdampak jangka panjang! Di dalam orkestra ini, ada banyak "musisi" dengan perannya masing-masing. Ada Agen Perubahan yang jadi konduktor, Inovator Sosial yang menciptakan melodi baru, sampai Filantropis yang menyediakan instrumennya. Lalu ada juga Fasilitator dan Penghubung yang memastikan semua nada selaras. Enggak ketinggalan Peneliti yang bikin kita paham lagunya, dan Aktivis yang menggaungkan suaranya. Peran-peran ini terus berkembang, apalagi sekarang dengan bantuan teknologi yang bikin kita makin mudah bersinergi. Pastinya, main orkestra bareng itu ada tantangannya. Kadang ada "nada sumbang" karena konflik kepentingan, atau "ritme yang lambat" karena banyak hambatan. Tapi jangan khawatir, kita bisa mengatasinya dengan kolaborasi yang cerdas, komunikasi yang terbuka, dan tentu saja, saling percaya. Dan yang paling penting, kita harus bisa mengukur seberapa merdu "lagu" perubahan yang sudah kita ciptakan. Dengan begitu, kita bisa terus belajar dan memastikan dampak positif yang kita inginkan benar-benar terwujud.
Selamat datang di episode terbaru INIKOPER! Kali ini, kita akan menyelami sebuah pergeseran paradigma yang krusial bagi setiap organisasi di era modern. Kita akan membahas mengapa model "organisasi sebagai mesin" yang kaku harus berevolusi menjadi "organisasi sebagai sistem hidup atau ekosistem" yang dinamis dan adaptif. Temukan bagaimana struktur tradisional kini menghambat inovasi dan responsivitas di tengah lingkungan bisnis yang penuh gejolak. Episode ini secara khusus akan mengupas tuntas perubahan perilaku fundamental yang menjadi inti transformasi ini. Kita akan melihat bagaimana kepemimpinan adaptif, budaya yang berpusat pada kepercayaan dan kolaborasi, serta pemberdayaan karyawan menjadi pilar utama kesuksesan. Pahami perubahan pola pikir dan interaksi yang esensial untuk membangun organisasi yang tangguh dan inovatif. Jangan lewatkan wawasan mendalam tentang strategi untuk menumbuhkan agilitas, mendorong inovasi, dan mencapai keunggulan kompetitif berkelanjutan. Kami juga akan berbagi studi kasus nyata dari organisasi yang berhasil bertransformasi dan yang gagal beradaptasi, menyoroti pentingnya metamorfosis perilaku ini. Dengarkan INIKOPER sekarang untuk mempersiapkan organisasi Anda menghadapi masa depan!
Send us a textGoogle baru saja mengubah algoritmanya secara besar-besaran. Banyak website mengalami penurunan traffic hingga 30–40%, padahal jumlah pengguna Google justru meningkat. Kenapa bisa begitu?Jawabannya: AI Overview dari Google. Sekarang pengguna mendapat jawaban langsung tanpa harus klik ke website Anda. Tapi tenang—ini bukan akhir dari SEO, melainkan awal dari era baru.
Perubahan individu dan organisasi merupakan transformasi sistematis dalam cara berpikir, bertindak, dan beroperasi yang sangat penting bagi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS). Dalam lingkungan yang terus berubah, OMS harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat yang evolusif, dan kompetisi yang semakin ketat untuk mendapatkan dukungan. Perubahan bukan hanya pilihan strategis, tetapi kebutuhan mendasar untuk mempertahankan relevansi dan efektivitas organisasi dalam mencapai misi sosialnya. Implementasi perubahan yang sukses memerlukan kepemimpinan yang kuat, komunikasi yang efektif, dan pendekatan bertahap yang mempertimbangkan keterbatasan sumber daya OMS. Tantangan utama meliputi resistensi terhadap perubahan, keterbatasan finansial, dan kompleksitas struktur governance yang melibatkan multiple stakeholders. Strategi kunci mencakup membangun budaya belajar berkelanjutan, memanfaatkan teknologi secara bijaksana, dan mengembangkan tim yang adaptif melalui investasi dalam pengembangan SDM dan sistem komunikasi yang transparan. Keberhasilan transformasi organisasi diukur tidak hanya dari pencapaian target operasional, tetapi juga dari peningkatan kapasitas organisasi untuk terus beradaptasi dengan perubahan masa depan. OMS yang berhasil menginstitusionalisasi perubahan akan memiliki competitive advantage dalam jangka panjang, mampu memberikan impact yang lebih besar dengan efisiensi yang lebih tinggi. Perubahan harus dipandang sebagai journey berkelanjutan yang memerlukan komitmen jangka panjang, bukan sebagai proyek satu kali yang memiliki titik akhir yang pasti.
Dalam bukunya yang berpengaruh, "This Changes Everything: Capitalism vs. The Climate," Naomi Klein secara tajam menguraikan bagaimana sistem ekonomi kapitalis yang tidak teregulasi bukan hanya berkontribusi terhadap krisis iklim, tetapi juga secara aktif menghambat solusi yang efektif. Melalui analisis ekologi politik yang mendalam, Klein berargumen bahwa perubahan iklim bukanlah sekadar masalah lingkungan, melainkan sebuah krisis yang menuntut transformasi fundamental dalam cara kita berinteraksi dengan ekonomi dan politik. Ia menyoroti bagaimana keputusan politik secara konsisten menempatkan kepentingan perdagangan di atas kepentingan iklim, serta mendokumentasikan strategi "ekstraktivisme berlebihan" yang menyabotase respons kolektif terhadap perubahan iklim. Klein juga membongkar "pemikiran magis" yang mendukung kelangsungan bisnis seperti biasa, termasuk keyakinan pada kemampuan organisasi non-pemerintah lingkungan, kapitalis "hijau," dan solusi geoengineering untuk mengatasi krisis. Ia menyajikan bukti bagaimana pendanaan dari industri bahan bakar fosil telah membentuk gerakan lingkungan dan bagaimana kepemimpinan "hijau" dari miliarder seringkali terlalu berkompromi secara finansial. Klein dengan tegas menyatakan bahwa motif keuntungan tidak akan menjadi pendorong utama transformasi besar menuju ekonomi nol-karbon, dan bahwa ilusi geoengineering hanya berfungsi sebagai pembenaran untuk melanjutkan kapitalisme yang tidak teregulasi, meskipun berisiko ekosida. Sebagai alternatif, Klein mengidentifikasi pola mobilisasi politik akar rumput di berbagai tingkatan yang secara bersamaan menghalangi "batas karbon baru" dan mengorganisir diri menuju keberlanjutan, seperti gerakan "Divest-Invest." Ia menyerukan "gerakan konstruktif" yang menggabungkan perlawanan dengan pengembangan alternatif, serta mengusulkan pembiayaan untuk "Marshall Plan for the Earth" dalam kerangka "Greenhouse Development Rights" untuk transisi yang adil. Klein juga menghubungkan kapitalisme yang tidak teregulasi dengan perubahan kesehatan regeneratif ekosistem, menekankan bahwa penilaian dampak lingkungan seringkali meremehkan efek interaktif antara perubahan iklim dan kepunahan spesies. Pada akhirnya, Klein menyerukan para aktivis iklim untuk mengambil sikap moral yang jelas, menegaskan bahwa perubahan iklim menuntut perubahan mendasar dalam sistem yang telah membentuk dunia kita.
Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) harus terus-menerus mengelola perubahan karena lingkungan yang dinamis, esensial untuk kelangsungan hidup dan efektivitas. Berdasarkan buku "Change Management in Nonprofit Organizations: Theory and Practice" oleh Kunle Akingbola, Sean Edmund Rogers, dan Alina Baluch, perubahan ini kompleks, sering paradoks, dan dipengaruhi oleh faktor eksternal (kebutuhan komunitas, ekonomi, kebijakan pemerintah, persaingan, teknologi) serta internal (pemangku kepentingan, kepemimpinan, siklus hidup organisasi). Memahami interaksi pendorong ini krusial untuk adaptasi. OMS menerapkan strategi adaptif beragam, termasuk ekspansi layanan, kemitraan strategis untuk konsolidasi sumber daya dan inovasi, serta penyesuaian ukuran organisasi. Diversifikasi pendapatan penting untuk mengurangi ketergantungan, sementara advokasi memungkinkan OMS memimpin perubahan sosial. Semua strategi ini bertujuan menyelaraskan organisasi dengan lingkungan yang berubah sambil mempertahankan misi intinya. Penerapan perubahan di OMS memerlukan pendekatan sistematis yang berpusat pada komunikasi dan keterlibatan. Model tujuh langkah meliputi konfirmasi kebutuhan, pelibatan pemangku kepentingan inti, perumusan dan komunikasi visi perubahan, keterlibatan luas, penyebaran perubahan bertahap, penilaian dan perayaan kontribusi, serta penguatan perubahan agar menjadi bagian dari budaya organisasi. Pendekatan ini memungkinkan OMS untuk beradaptasi dan berkembang.
Teks yang diberikan, "Future Skills: The Future of Learning and Higher Education" oleh Ulf-Daniel Ehlers, membahas pergeseran paradigma dalam pendidikan tinggi dan dunia kerja. Buku ini menyoroti munculnya konsep "Future Skills" sebagai respons terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi yang semakin cepat. Ehlers berpendapat bahwa pendidikan tinggi harus beralih dari fokus transmisi pengetahuan tradisional untuk mengembangkan seperangkat keterampilan yang lebih holistik pada lulusan, memungkinkan mereka untuk berkembang dalam konteks yang tidak dapat diprediksi dan kompleks di masa depan. Penelitian ini memperkenalkan "Model Tiga Helix Keterampilan Masa Depan" (Future Skills Triple Helix Model), yang mengidentifikasi tiga dimensi utama keterampilan yang saling berhubungan: keterampilan terkait pengembangan subjek (kemampuan individu untuk beradaptasi dan berkembang), keterampilan terkait objek (berurusan dengan tugas dan topik secara kreatif dan analitis), dan keterampilan terkait organisasi (berinteraksi dengan lingkungan sosial dan organisasi). Model ini menyoroti bahwa kinerja dalam konteks yang membutuhkan Future Skills adalah hasil dari interaksi kompleks dari ketiga dimensi ini, dengan penekanan yang meningkat pada pengaturan diri dan kemampuan untuk berkembang dalam ketidakpastian. Buku ini menyimpulkan bahwa pendidikan tinggi harus secara radikal mengubah struktur dan praktik pengajarannya untuk menumbuhkan Future Skills. Perubahan-perubahan ini mencakup pergeseran dari standardisasi ke pengaturan diri, dari pengetahuan ke kompetensi, dan dari hierarki ke organisasi jaringan. Ini juga mengusulkan empat skenario untuk universitas di masa depan, masing-masing dengan fokus yang berbeda pada Future Skills, program studi multi-institusi, personalisasi pembelajaran, dan pembelajaran seumur hidup.
Panduan Jelajah Kolaboraya adalah kerangka kerja tiga hari bagi Fasilitator Ekosistem untuk memperkuat Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) melalui Pendekatan Berbasis Aset. Alih-alih fokus pada kelemahan, panduan ini mendorong identifikasi dan pemanfaatan kekuatan, kapasitas, serta sumber daya yang sudah ada dalam ekosistem. Kekuatan ekosistem OMS didefinisikan melalui tiga pilar utama: Koneksi (luas, beragam, saling ketergantungan, dan berkualitas), Kolaborasi (berbagi SDM, dana, teknologi, informasi, dan pengetahuan), serta Perubahan & Dampak (relevansi dan signifikansi hasil kolektif). Dengan pendekatan ini, "kelemahan" dianggap sebagai peluang untuk mengundang aktor atau peran baru yang dapat membawa aset pelengkap, sehingga ekosistem menjadi lebih tangguh, adaptif, dan efektif dalam mendorong perubahan sosial. Hari pertama Jelajah Kolaboraya didedikasikan untuk mengidentifikasi kekuatan dan aset dalam tiga ekosistem OMS yang berbeda secara paralel. Setiap ekosistem akan memetakan aktor-aktor utamanya dan aset unik yang mereka miliki terkait koneksi, kolaborasi, dan dampak. Pada hari kedua, ketiga ekosistem tersebut akan berkumpul dalam sesi pleno untuk berbagi kekuatan dan aset yang telah mereka temukan. Diskusi akan diperluas untuk menganalisis enam elemen krusial ekosistem (Ruang Sipil, Persepsi Publik, Model Pendanaan, Manajemen Talenta, Konteks & Momentum Aksi, serta Inkubasi & Akselerasi), diikuti dengan merumuskan aksi penguatan untuk setiap elemen. Di akhir hari kedua, ketiga ekosistem ini akan berpadu menjadi satu "ekosistem raya" yang lebih besar, dengan visi bersama dan rencana awal berbagi daya. Hari ketiga berfokus pada perumusan rencana penguatan ekosistem raya dan aksi kolektif transformatif untuk empat bulan ke depan, dengan memanfaatkan aset yang telah diidentifikasi. Uniknya, rencana aksi kolektif ini akan dikemas dalam format podcast. Setiap kelompok akan menyiapkan dan merekam podcast singkat yang merangkum visi ekosistem raya, aset utamanya, serta rencana aksi kunci mereka. Podcast ini bertujuan untuk dibagikan di Pasar Kolaboraya Nasional, tidak hanya sebagai bentuk akuntabilitas tetapi juga sebagai alat advokasi dan undangan bagi kolaborasi lebih lanjut, menunjukkan kekuatan kolektif yang telah dibangun.
Penelitian Aksi Partisipatif (PAR) adalah pendekatan metodologis yang memberdayakan anggota komunitas untuk berpartisipasi sebagai peneliti bersama, sering kali berkolaborasi dengan akademisi, untuk mengatasi masalah sosial yang berdampak langsung pada kehidupan mereka. Ini adalah pendekatan berbasis prinsip yang bertujuan untuk menyatukan ilmu pengetahuan (penelitian) dengan praktik (perubahan) guna memfasilitasi tindakan yang mengarah pada perbaikan suatu masalah. PAR berpusat pada tiga komponen inti: partisipasi, di mana kelompok masyarakat sipil memandu proses penelitian dan aksi; aksi, di mana penelitian secara nyata mendukung proses pembangunan komunitas; dan penelitian, yang melibatkan pengembangan pengetahuan oleh kelompok untuk mendukung aksi. Pendekatan ini sangat penting karena mengatasi ketidakseimbangan kekuasaan dalam produksi pengetahuan, mendorong keadilan sosial, memberdayakan individu yang terpinggirkan, dan menumbuhkan kesadaran kritis, menantang model penelitian tradisional yang didominasi oleh pihak luar. Implementasi PAR dicirikan oleh sifat siklusnya yang iteratif, yang melibatkan perencanaan, aksi, observasi, dan refleksi berkelanjutan, mirip dengan spiral Kurt Lewin. Ini memanfaatkan beragam metode, baik kuantitatif seperti survei, maupun kualitatif seperti wawancara, diskusi kelompok terfokus, penceritaan, pemetaan komunitas, dan PhotoVoice, memungkinkan adaptasi terhadap konteks komunitas tertentu. Keterlibatan pemangku kepentingan yang otentik adalah kunci, dengan penekanan pada pendekatan dari bawah ke atas, pengambilan keputusan bersama, pembangunan kepercayaan, dan proses pembelajaran bersama. Peneliti akademik sering bertindak sebagai fasilitator, memungkinkan anggota komunitas untuk tetap menjadi protagonis dalam proses tersebut. PAR telah diterapkan dalam berbagai konteks, mulai dari penelitian perkotaan yang diprakarsai komunitas dan kesehatan anak usia dini hingga pemberdayaan pemuda dan respons terhadap krisis, menunjukkan fleksibilitas dan adaptabilitasnya. Hasil dan dampak PAR melampaui temuan penelitian, mencakup transformasi individu, kelompok, dan komunitas. Pada tingkat individu, ini mengarah pada pembangunan kapasitas, pengembangan keterampilan, peningkatan kesadaran kritis, dan pemberdayaan pribadi. Pada tingkat kelompok dan komunitas, ini mendorong aksi kolektif yang lebih besar, penguatan ikatan komunitas, peningkatan modal sosial, dan pengembangan organisasi. Selain itu, PAR memiliki potensi untuk memengaruhi perubahan kebijakan dan pergeseran sistemik, dengan temuan yang digunakan untuk advokasi dan memengaruhi keputusan di tingkat negara bagian dan lokal. Namun, implementasi PAR menghadapi tantangan signifikan, termasuk ketidakseimbangan kekuasaan yang terus-menerus antara peneliti dan anggota komunitas, kendala kelembagaan seperti tekanan akademik dan hambatan birokrasi, kesulitan metodologis dalam memastikan ketelitian dan mengelola perspektif yang beragam, serta masalah keberlanjutan terkait pendanaan dan komitmen jangka panjang. Meskipun demikian, PAR tetap menjadi katalisator yang kuat untuk pembangunan komunitas yang berkelanjutan, memberdayakan komunitas untuk menjadi agen perubahan mereka sendiri dan menantang ideologi yang merugikan.
Perubahan hidup dimulai dari perubahan pikiran, yaitu pikiran untuk hidup demi kehendak Allah dan bukan opini umum atau dorongan emosi. Di seri ini kita akan belajar tentang beberapa pandangan hedonisme dan juga pandangan firman Tuhan.
Hari Pertama masuk Sekolah, BKKBN mengajak Ayah untuk mengantarkan Anaknya sebagai Simbol Perubahan Budaya PengasuhanHari ini Senin 14 Juli 2025, merupakan Hari pertama tahun ajaran belajar 2025, di berbagai tingkat seperti TK dan SD. Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional(Kemendukbangga/BKKBN), Wihaji mendorong para Ayah (bapak) untuk mengantarkan anak di hari pertama Sekolah. Gerakan ini juga menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan di Indonesia, dari yang semula terpusat pada peran ibu, menjadi kolaboratif dan setara. Wawancara dengan Dr. Rita Pranawati - MA - Tenaga Ahli Mendikdasmen, Dosen di Uhamka, konsultan isu anak dan keluarga (baru selesai S3 sosiologi UI), Mantan Waket KPAI.
Salah pilih strategi, perusahaan bisa langsung terkapar. Di dunia bisnis yang serba ruwet ini, satu resep strategi sudah tidak cukup. Lalu, bagaimana cara memilih yang paling jitu? Dalam episode INIKPER kali ini, kita akan bedah konsep 'palet strategi' dari buku "Your Strategy Needs a Strategy" untuk menemukan jawabannya. Kita akan kupas tuntas lima 'warna' strategi yang bisa Anda pilih: Klasik untuk menjadi yang terbesar, Adaptif untuk menjadi yang tercepat, Visioner untuk menjadi yang pertama, Pembentukan untuk menjadi sang dirigen, dan Pembaruan untuk bertahan di masa krisis. Setiap warna punya kanvasnya sendiri, tergantung pada kondisi pasar dan perusahaan Anda, apakah stabil, kacau, atau justru di ambang kehancuran. Jangan sampai Anda salah pakai baju di cuaca yang salah. Dengarkan podcast INIKPER untuk belajar bagaimana mendiagnosis lingkungan bisnis Anda dan memilih strategi yang paling pas. Temukan kiat jitu untuk membawa perusahaan Anda melesat, hanya di INIKPER.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengubah kebijakan politik luar negerinya terkait konflik antara Ukraina dan Rusia. Pergantian sikap ini menandai perubahan strategi yang dapat berdampak signifikan pada dinamika geopolitik dan hubungan internasional AS dengan kedua negara. Perubahan ini menimbulkan reaksi beragam di dalam negeri maupun dunia.
Di episode podcast kali ini, Anda akan diajak menyelami kisah nyata Matthew Arlen, mahasiswa sekaligus agen properti muda yang berani mengambil langkah di tengah keterbatasan, rasa insecure, dan tekanan ekspektasi sosial. Dari perjuangan melawan rasa gengsi hingga membangun kepercayaan diri lewat gym dan pelayanan, kisah ini bukan sekadar inspiratif tetapi juga relate bagi siapa pun yang merasa tertahan oleh rasa belum cukup.Episode podcast ini membahas bagaimana generasi muda, khususnya Gen Z, sering merasa burn out, overthinking, dan terjebak dalam standar sosial media. Di sini Matthew berbagi pendekatan praktis dengan memaksa diri untuk bertindak, mengelola distraksi, dan mengenal mana kekurangan yang bisa diterima serta mana yang bisa diubah.Salah satu insight yang menarik adalah keberanian untuk mengangkat paradoks hidup dimana kita seringkali ingin sempurna tapi takut gagal, ingin spiritual tapi sulit fokus, ingin sukses tapi gampang bosan. Ditambah juga dengan kisah bagaimana Matthew membangun akun konten rohani yang ternyata berdampak sampai ke komunitas di Afrika, serta prinsip hidupnya dalam menyeimbangkan kerja, kuliah, pelayanan, dan kesehatan mental.
Ada berbagai peristiwa yang dengan cepat terjadi dan mengubah seluruh arah kehidupan Musa. kisah ini mengajarkan kepada kita bagaimana Allah dapat mengambil alih situasi apa pun dan menggunakannya untuk tujuan yang ditetapkan Allah.
Ada berbagai peristiwa yang dengan cepat terjadi dan mengubah seluruh arah kehidupan Musa. kisah ini mengajarkan kepada kita bagaimana Allah dapat mengambil alih situasi apa pun dan menggunakannya untuk tujuan yang ditetapkan Allah.
Pernahkan Anda terfikir untuk mengubah organisasi Anda menjadi Sistem Inti dalam program dan ekosistem organisasi? Berikut ini upaya yang dilakukan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM, Kementerian Kehutanan yang sedang menggeliat untuk berubah. Pemisahan kementerian sebelumnya dari dua mandat utama menjadi satu mandat utama, meninggalkan hal-hal yang kompleks. Penghapusan peran ini dan kemunculan peran baru lainnya. Perubahan ini akan terus terjadi. Kenyataan ini tentunya mengganggu peran utama pengembangan SDM. Padahal setiap ASN membutuhkan kepastian pola karir, peningkatan kompetensi bertumpu pada potensi setiap ASN. Berikut ini adalah bagaimana mereka membuat event untuk memulai perubahan dari sistem pendukung menjadi sistem SDM dalam pengembangan SDM Kehutanan. Simak kiat mereka merancang rapat untuk perubahan yang bermakna.
Memahami Perubahan pada Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 21 Dzulhijjah 1446 H / 17 Juni 2025 M. Kajian Tentang Memahami Perubahan pada Remaja Poin yang ketiga dari pembahasan cara menyikapi prilaku negatif remaja, yaitu yakinlah bahwa mereka sebenarnya […] Tulisan Memahami Perubahan pada Remaja ditampilkan di Radio Rodja 756 AM.
Planet kita sedang demam. Ini bukan sekadar metafora, melainkan diagnosis akurat dari krisis yang menentukan zaman kita. Perubahan iklim bukanlah masalah di masa depan yang jauh; dampaknya—mulai dari cuaca ekstrem yang terasa seperti menggunakan steroid hingga destabilisasi sistem penopang kehidupan kita—sudah ada di sini dan tidak dapat dinegosiasikan. Dalam episode ini, kita akan membongkar anatomi krisis ini, melampaui berita utama untuk menjelajahi ilmu pengetahuan yang tak terbantahkan di baliknya dan mengapa urgensinya tidak dapat ditawar lagi. Kita akan melihat bagaimana setiap kenaikan suhu sepersekian derajat mengukir jejaknya di planet ini, dari lautan terdalam hingga keanekaragaman hayati yang menopang kita. Namun, jika sainsnya begitu jelas, mengapa kita gagal bertindak? Episode ini menyelami "paradoks kelambanan" yang membingungkan, mengungkap bagaimana disinformasi yang disengaja, akuntansi yang menipu, dan janji-janji kosong telah melumpuhkan tindakan yang berarti selama beberapa dekade. Pada intinya, ini adalah krisis ketidakadilan. Kami mengungkap kebenaran yang tidak nyaman bahwa 10% orang terkaya di dunia bertanggung jawab atas sekitar 50% emisi, sementara separuh termiskin dari umat manusia hanya menyumbang sebagian kecil. Ini adalah kisah tentang ketidaksetaraan sistemik yang berakar pada sejarah, di mana keuntungan segelintir orang dibayar dengan penderitaan banyak orang. Menghadapi skala masalah ini, mudah untuk merasa putus asa. Namun, harapan bukanlah sesuatu yang kita temukan, melainkan sesuatu yang kita ciptakan melalui tindakan. Di bagian akhir, kami memetakan jalan ke depan, menjelajahi bagaimana tindakan individu—seperti perubahan pola makan yang sederhana namun kuat—dapat memicu perubahan sosial yang lebih luas, dan bagaimana tindakan tersebut harus disertai dengan transformasi sistemik yang berani. Dari "Transisi yang Adil" yang tidak meninggalkan siapa pun hingga kekuatan "Kekuatan Massa" untuk menuntut perubahan, kami membahas solusi nyata yang ada di hadapan kita. Dengarkan episode ini untuk beralih dari pemahaman menuju aksi, dan temukan bagaimana kita semua dapat menjadi bagian dari pembangunan masa depan yang layak huni.
Dalam dunia perubahan sosial, kita telah lama terobsesi dengan "pertumbuhan"—berpikir bahwa dampak yang lebih besar hanya bisa datang dari program yang lebih besar dan jangkauan yang lebih luas. Paradigma 'scaling up' (memengaruhi kebijakan) dan 'scaling out' (menyebarkan model) telah mendominasi, tetapi kita mulai melihat batasannya. Pendekatan yang berfokus pada kecepatan dan kuantitas ini sering kali mengabaikan "kebenaran yang berantakan" (messy truths) dari masalah-masalah kompleks, dan terkadang, urgensi kita untuk "memperbaiki" justru menjadi bagian dari masalah itu sendiri. Episode ini mengeksplorasi sebuah alternatif yang kuat dan semakin diakui: 'Scaling Deep', sebuah pendekatan yang berpendapat bahwa perubahan sistem yang paling tahan lama tidak dimulai dari luar, tetapi dari dalam. 'Scaling Deep' adalah pekerjaan transformasional yang sering kali tidak terlihat, yang beroperasi pada tiga pilar yang saling berhubungan. Pertama adalah transformasi batin, yaitu pekerjaan pribadi untuk menyembuhkan fragmentasi dan menghadapi bias kita sendiri. Kedua adalah kekuatan relasional, yang memprioritaskan pembangunan kepercayaan dan hubungan yang tulus melintasi perbedaan, menciptakan ekosistem yang sehat tempat kolaborasi dapat berkembang.Terakhir adalah kekuatan naratif, yaitu upaya sadar untuk mengubah cerita, pola pikir, dan keyakinan budaya yang menopang sistem yang tidak adil. Pilar-pilar ini bukanlah langkah-langkah linier, melainkan siklus yang saling menguatkan yang menumbuhkan fondasi untuk perubahan yang sejati dan berkelanjutan. Bergabunglah bersama kami saat kami membahas bagaimana 'Scaling Deep' beralih dari konsep marginal menjadi landasan inovasi sosial modern. Kami akan mengupas bagaimana pendekatan ini didukung oleh evolusi dalam kepemimpinan sistemik, filantropi berbasis kepercayaan, dan model-model baru untuk mengukur dampak yang benar-benar penting. Ini bukan lagi tentang memilih antara "dalam" atau "luas", tetapi tentang memahami bagaimana pekerjaan yang dalam dan transformatif menciptakan kondisi agar semua bentuk perubahan lainnya dapat berhasil. Dengarkan untuk menemukan bagaimana paradigma yang muncul ini membentuk kembali masa depan perubahan sosial yang adil dan tahan lama.
Bayangkan sebuah pendekatan untuk perubahan yang tidak dimulai dengan pertanyaan "Apa masalahnya?", melainkan "Apa yang terbaik dari diri kita?". Inilah inti dari Inkuiri Apresiatif (AI), sebuah filosofi dan metodologi transformatif yang mengalihkan fokus dari memperbaiki kelemahan menjadi memperkuat apa yang sudah berhasil. Alih-alih memandang organisasi atau individu sebagai mesin yang rusak, AI melihatnya sebagai taman yang subur, penuh dengan potensi yang menunggu untuk ditemukan dan dipupuk. Dengan mencari dan mengapresiasi "inti positif"—kekuatan, nilai, dan keberhasilan masa lalu—AI membangun fondasi energi dan harapan yang kuat, menciptakan landasan yang subur untuk pertumbuhan yang otentik dan berkelanjutan, baik dalam skala organisasi, komunitas, maupun pengembangan diri pribadi. Inti dari praktik Inkuiri Apresiatif adalah Siklus 4-D yang dinamis: Discovery (Penemuan), Dream (Mimpi), Design(Rancangan), dan Destiny (Takdir). Perjalanan ini dimulai dengan Discovery, di mana kita secara kolektif menggali dan berbagi cerita tentang momen-momen puncak keberhasilan. Berbekal apresiasi ini, kita melangkah ke fase Dream untuk membayangkan masa depan yang paling ideal dan berani, tanpa terikat oleh batasan masa lalu. Dari visi yang menginspirasi ini, fase Design lahir, di mana kita secara kolaboratif merancang struktur dan proses konkret untuk mewujudkan impian tersebut. Akhirnya, fase Destiny adalah tentang implementasi, di mana setiap individu diberdayakan untuk mengambil tindakan dan menghidupkan visi bersama, memulai siklus perubahan positif yang berkelanjutan. Kekuatan transformatif dari Inkuiri Apresiatif tidak terletak pada pemikiran positif yang naif, melainkan pada kemampuannya untuk secara fundamental mengubah narasi. AI memahami bahwa pertanyaan yang kita ajukan membentuk realitas yang kita alami. Dengan secara sadar mengajukan pertanyaan positif dan berfokus pada kekuatan, kita mulai menulis ulang cerita kolektif kita—beralih dari kisah tentang kekurangan dan masalah menjadi narasi tentang potensi, kemungkinan, dan aspirasi. Narasi generatif inilah yang menjadi mesin perubahan, membangkitkan harapan, menginspirasi tindakan, dan pada akhirnya memberdayakan kita untuk secara sadar membangun masa depan yang kita inginkan, berdasarkan versi terbaik dari diri kita.
Meningkatnya adopsi teknologi digital informasi yang semakin masif, telah mengubah perilaku masyarakat terhadap layanan bank. Kemarin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan setidaknya sudah ada 2000 Bank Cabang yang tutup, karena volume transaksi masyarakat yang rendah, seiring perubahan perilaku dan ekspektasi nasabah yang kini lebih memilih layanan perbankan digital. Bukan tidak menutup kemungkinan beberapa tahun lagi, bukan hanya Cashless transaksi tapi akan zeroCash. Lalu bagaimana wajah dan fungsi perbankan kedepan ?Wawancara bersama Rani Septya - Peneliti Ekonomi Digital (Center of Economic and Law Studies) CELIOS
Selamat datang di sebuah cara pandang baru dalam menghadapi perubahan. Dalam "Holding Change," adrienne maree brown mengajak kita melampaui teknik fasilitasi dan mediasi biasa, dan masuk ke dalam sebuah praktik yang ia sebut sebagai "cara suci." Ini bukan tentang memimpin rapat dengan kaku, melainkan tentang bagaimana kita secara sadar dan penuh kasih memegang energi dinamis dari sebuah kelompok—baik itu keluarga, tim kerja, atau komunitas. Alih-alih menciptakan ruang yang statis, kita diundang untuk menjadi mitra dari perubahan itu sendiri, membimbingnya dengan kelembutan, dan menavigasi setiap dinamikanya dengan tujuan untuk bertumbuh dan menyembuhkan luka bersama. Inti dari filosofi ini adalah Emergent Strategy, sebuah pendekatan yang belajar dari kearifan alam. Sama seperti ekosistem yang kompleks dan tangguh lahir dari interaksi-interaksi sederhana, kita pun dapat menciptakan perubahan besar melalui hubungan dan praktik kecil yang disengaja. Konsep fraktal mengajarkan bahwa cara kita berkomunikasi dalam skala kecil akan tercermin pada budaya kelompok yang lebih besar. Dengan berakar pada kebijaksanaan Feminis Hitam, buku ini menekankan pentingnya membangun kepercayaan, mengarahkan perhatian pada hal-hal yang ingin kita tumbuhkan, dan memahami bahwa batasan yang sehat adalah bentuk cinta—baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Prinsip-prinsip dalam "Holding Change" tidak hanya relevan untuk para aktivis, tetapi juga sangat aplikatif dalam kehidupan kita sehari-hari. Ini adalah undangan untuk menjadi lebih sadar, sabar, dan terampil dalam setiap interaksi. Bayangkan bagaimana hubungan di tempat kerja, dinamika dalam keluarga, atau musyawarah di lingkungan Anda bisa berubah jika kita semua fokus pada mendengarkan lebih dalam dan membangun kepercayaan. Pada akhirnya, buku ini mengajarkan bahwa perubahan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau dikendalikan, melainkan sebuah tarian yang bisa kita ikuti dan bentuk bersama dengan penuh kebijaksanaan dan cinta.
Menghadapi era disrupsi dan perubahan struktural pasca pemisahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) , Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) memasuki momentum strategis untuk mendefinisikan ulang perannya. Di tengah lingkungan yang penuh ketidakpastian (VUCA) , transformasi ini menjadi sebuah keniscayaan. Rebranding ini bukan sekadar perubahan tampilan visual, melainkan sebuah transformasi fundamental yang menyentuh budaya organisasi, proses kerja, dan nilai yang ditawarkan kepada seluruh pemangku kepentingan sektor kehutanan. BP2SDM berevolusi dari peran tradisional sebagai penyedia pelatihan (training provider) menjadi mitra strategis dalam pembelajaran dan pengembangan (Learning & Development Partner) bagi setiap insan kehutanan. Dengan identitas baru sebagai "Ecosystem Builder Platform" untuk akselerasi pengembangan SDM kehutanan nasional , BP2SDM mengusung nilai-nilai inti yang baru: Adaptif , Inovatif , Kolaboratif , Berintegritas , dan Memberdayakan. Perubahan ini adalah cerminan komitmen untuk menjadi lebih proaktif dan inovatif dalam menjawab tantangan zaman. Dengan posisi strategis yang baru, BP2SDM akan secara proaktif mendukung keberhasilan program-program prioritas Kementerian, seperti FOLU Net Sink 2030 dan Perhutanan Sosial. Fokus utamanya adalah membangun SDM kehutanan yang mampu merespons tantangan masa depan seperti perubahan iklim, serta menguasai teknologi dan sustainability mindset. Salah satu inisiatif kunci untuk mengakselerasi visi ini adalah implementasi konsep "Kementerian Kehutanan Corporate University" (Kemenhut CorpU) yang akan menjadi motor penggerak terwujudnya pengelolaan hutan lestari dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Transformasi besar tengah berlangsung di Kementerian Kehutanan! Badan Pengembangan dan Penyuluhan SDM (BP2SDM) tidak lagi hanya sekadar unit pelaksana teknis, melainkan bertransformasi menjadi "Sistem Inti SDM". Dalam episode terbaru Rimbawan Bicara, Dani bersama pakar Mbak Putri mengupas tuntas urgensi dan pilar-pilar strategis di balik perubahan fundamental ini. Dari kemitraan strategis dengan pimpinan puncak hingga fokus pada pengembangan kompetensi kritis dan manajemen talenta, BP2SDM bersiap mencetak SDM kehutanan yang unggul dan adaptif. Diskusi mendalam juga menyoroti pentingnya BP2SDM menjadi organisasi yang data-driven, memanfaatkan analitik SDM untuk pengambilan keputusan dan pengukuran dampak. Tak ketinggalan, peta jalan implementasi lima tahun (2025-2029) dibedah, menunjukkan tahapan konkret mulai dari pembangunan fondasi, pengembangan sistem, hingga pelembagaan peran baru BP2SDM. Tantangan seperti resistensi perubahan dan keterbatasan anggaran pun tak luput dari pembahasan, lengkap dengan strategi mitigasinya. Harapan besar disematkan pada transformasi ini: terwujudnya SDM kehutanan yang profesional, inovatif, dan berdaya saing global, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada kelestarian hutan Indonesia dan kesejahteraan masyarakat. Simak selengkapnya bagaimana BP2SDM akan menjadi motor penggerak perubahan di sektor kehutanan pada podcast INIKOPER
Perubahan budaya organisasi adalah transformasi mendalam pada nilai-nilai, keyakinan, norma, dan kebiasaan bersama yang membentuk cara karyawan berinteraksi dan bekerja. Ini bukan sekadar penyesuaian strategi atau struktur, melainkan pergeseran pada inti identitas perusahaan. Perubahan ini dapat bermanifestasi dalam berbagai aspek, mulai dari cara pengambilan keputusan, komunikasi internal, hingga pendekatan terhadap inovasi dan layanan pelanggan. Melakukan perubahan budaya seringkali menjadi keharusan karena berbagai alasan, seperti menghadapi disrupsi pasar, meningkatkan efisiensi, atau beradaptasi dengan teknologi baru. Tanpa perubahan budaya yang tepat, organisasi bisa tertinggal, kehilangan talenta terbaik, atau bahkan mengalami penurunan kinerja yang signifikan. Budaya yang stagnan dapat menjadi penghalang inovasi dan menghambat kemampuan perusahaan untuk merespons tantangan eksternal. Untuk melakukan perubahan budaya secara efektif, mulailah dengan visi yang jelas dan kepemimpinan yang kuat dari atas. Libatkan karyawan di semua tingkatan, komunikasikan alasan di balik perubahan secara transparan, dan berikan pelatihan serta dukungan yang diperlukan. Penting untuk merayakan setiap kemajuan kecil dan secara konsisten memperkuat perilaku yang diinginkan melalui penghargaan dan pengakuan. Ingat, perubahan budaya adalah sebuah perjalanan yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan komitmen berkelanjutan.
Laporan "Reimagining Scaling" ini menyoroti perlunya meninjau ulang konsep scaling dalam inovasi kemanusiaan yang sering kali terinspirasi dari model bisnis Barat. Bagi inovator lokal, scaling bukanlah tentang pertumbuhan numerik atau ekspansi pasar, melainkan proses organik yang menekankan dampak sosial, kepemilikan komunitas, dan adaptasi kontekstual. Pendekatan ini berupaya mendekolonisasi inovasi kemanusiaan dengan menggeser kekuasaan dan memprioritaskan nilai-nilai lokal, mengukur keberhasilan berdasarkan sistem pengetahuan lokal dan indikator relasional. Penelitian ini mengidentifikasi beberapa pendorong utama dalam scaling yang dipimpin secara lokal, termasuk kepemilikan komunitas yang mendorong kepemimpinan bersama, ketahanan budaya yang melestarikan kearifan tradisional, jaringan kepercayaan dan solidaritas yang membangun kolaborasi jangka panjang, serta advokasi dan keterlibatan dengan pemangku kepentingan untuk legitimasi dan pendanaan berkelanjutan. Studi kasus dari Guatemala, Indonesia, Filipina, Brazil, dan Kamerun menunjukkan bagaimana inovator lokal mengutamakan kohesi komunitas, integritas budaya, dan scaling relasional di atas pertumbuhan yang didorong oleh ekspansi atau keuntungan. Untuk masa depan, laporan ini merekomendasikan lima langkah kunci: mendefinisikan scaling bersama pemangku kepentingan lokal, menyelaraskan dengan agenda lokalisasi dan dekolonisasi, menyesuaikan metrik untuk menangkap dampak relasional dan budaya, menerapkan model scaling non-linear dan adaptif, dan mendorong kolaborasi donor serta pemangku kepentingan dalam memikirkan kembali scaling. Pendekatan holistik ini bertujuan untuk memberdayakan
Pdt Rickstofen Ricky
Climate change whiplash is a term used to describe the increasing frequency and intensity of extreme weather events hitting the world in 2024. - Perubahan iklim whiplash adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan meningkatnya frekuensi dan intensitas peristiwa cuaca ekstrem yang melanda dunia pada tahun 2024.
Pdt. Rubin Ong - Adaptasi dan Fleksibel di Perubahan
Kita tukar angin, kita bawa rakan-rakan yang lain mengemudi podcast episod kali ini. Instagram Thinker: https://www.instagram.com/thinker.studios/?hl=en Hear us on Spotify: https://open.spotify.com/show/5KXoqorpVXT9sIVq8lYMyK Hear us on Syok: https://bm.syok.my/podcast/show/14181
An Indonesian student gets the opportunity to study at Melbourne Law School. - Seorang pelajar Indonesia mendapatkan kesempatan untuk belajar di Melbourne Law School.
As world leaders debate ways to reduce carbon emissions at the COP29 climate conference in Azerbaijan ((Nov 11-22)), one Australian start-up believes fungi could be the key to mitigating climate change. - Saat para pemimpin dunia berdebat tentang cara mengurangi emisi karbon di konferensi iklim COP29 di Azerbaijan (11-22 November).