Ngobrol Dilit (Ngobrolin Digital Lifestyle) adalah serial podcast dari Center for Digital Society (CfDS) UGM yang membahas isu-isu menarik seputar dunia digital.
2022 menjadi tahun yang cukup berwarna, mulai dari situasi pandemi yang belum mereda hingga banyak fenomena yang viral melalui media sosial. Apa saja yang sudah terjadi sepanjang tahun ini? Mari kita obrolin bareng-bareng, Smart People!
Pandemi COVID-19 telah memberikan perubahan yang signifikan terhadap budaya kerja di seluruh dunia. Kebijakan pembatasan yang ditetapkan oleh pemerintah di setiap negara memaksa perusahaan-perusahaan untuk beradaptasi dengan situasi yang membatasi pergerakan pegawainya. Untuk tetap mendorong produktivitas pegawai mereka, platform-platform teleconference seperti Zoom, Google Meeting, Webex, Discord, dan lainnya semakin marak digunakan. Kini, teknologi-teknologi tersebut masih terus digunakan mengingat dengan kegunaannya yang meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas pekerja.
Penggunaan dari AI ini cukup menarik, karena meskipun dia hanya berbentuk text-based, hasil yang didapatkan cukup akurat untuk sebuah model AI. Berbeda dengan Dall-E yang merupakan image processing AI, ChatGPT mengandalkan literatur dari Internet. Keunggulan yang sementara ini dapat dipamerkan oleh ChatGPT adalah dalam hal akurasi kata-kata yang dihasilkan.
Apa yang harus dipersiapkan ketika Smart People mengalami situasi tersebut? Mari kita obrolkan bersama pada episode berikut ini!
Belakangan ini, hadirnya Elon Musk sebagai CEO baru Twitter telah membawa banyak perubahan melalui kebijakan-kebijakan kontroversialnya. Kebijakan tersebut tidak hanya memengaruhi pegawai operasional tetapi juga pengguna Twitter. Musk terdengar akan memberlakukan kebijakan-kebijakan yang membuat para pengguna harus membayar untuk mendapatkan privilese-privilese yang sebelumnya tidak diperlukan, misalnya centang biru, mengunggah video. Sifat yang mirip dengan Digital Authoritarianism milik pemerintah Cina juga ditemukan dari kepemimpinan Musk dengan meningkatkan moderasi konten yang dianggap menyerang dirinya. Alhasil, banyak pengguna yang menyatakan untuk berpindah haluan ke platform alternatif dan berhenti menggunakan Twitter.
Di zaman sekarang yang serba digital ini, media sosial kita merupakan sebuah extension dari diri kita sendiri. Akan tetapi hal tersebut memberikan peluang bagi orang untuk mengekspresikan diri sendiri tanpa perlu adanya khawatir orang akan mengetahui siapa dibalik akun tersebut.
Kebutuhan dicintai dan mencintai merupakan salah satu kebutuhan sosial manusia. Di sisi lain memiliki pasangan, menikah, dan memiliki keluarga merupakan sebuah tuntutan sosial yang kerap tak terhindarkan. Kendati demikian mencari pasangan tentunya tidaklah mudah, ada banyak poin penilaian yang harus dipenuhi. Tidak hanya kriteria pasangan yang diidamkan saja, tapi bagaimana kriteria tersebut juga harus memenuhi harapan orang sekitar.
Belakangan ini, isu mengenai resesi ekonomi di Indonesia cukup hangat di media sosial. Sudah banyak sekali influencer dan konten kreator dalam bidang finance literacy kerap membuat konten membahas terkait adanya potensi resesi ekonomi Indonesia 2023. Namun, terlepas benar apa tidaknya isu resesi ini, hal yang menjadi menarik dari fenomena dari kalangan influencer ini adalah bagaimana mereka menggunakan rasa ‘takut' sebagai senjata untuk menarik perhatian para penonton/pengikut mereka
Kalau Smart People aktif di LinkedIn, pasti nggak asing dengan postingan-postingan temen-temen startup tentang aktivitas mereka dan yang baru-baru ini, lay off besar-besaran di berbagai startup. Tentunya Smart People di umur-umur kelulusan ini pasti pernah berpikiran untuk kerja di startup kan?
Digitalisasi tidak hanya terjadi pada aspek-aspek yang berwujud tetapi juga hal-hal yang sebelumnya tidak terlihat. Salah satu contoh fenomena yang ikut mengalami ekstensi dari kehidupan sehari-hari non-digital ke dunia digital adalah pengekspresian quarter-life crisis seseorang.
Konten-konten yang ditemukan di TikTok pun bervariasi jenisnya mulai dari konten dengan topik kehidupan sehari-hari, fashion, musik, bisnis, komedi, hingga politik. Dengan demografi terbesar pengguna di usia 18-24 tahun, rata-rata waktu yang dihabiskan oleh penggunanya setiap harinya sendiri adalah 89 menit. Tentu dalam waktu yang tidak sedikit itu, arus persebaran informasi yang terjadi juga sangat banyak.
Bagaimana menjalani hubungan yang ‘sehat' di lautan aktualisasi hubungan yang dalam ini? Apakah semua orang ingin menjalani couple goals?
Teknologi mampu mempersingkat jarak dan memberikan ruang untuk kita mengenal hingga membuat hubungan dengan orang baru. Bahkan dalam sekejap seseorang bisa menemukan dan menghubungi pasangannya melalui internet. Lalu, menarik untuk dilihat bagaimana kemajuan teknologi ini berpengaruh terutama pada hubungan asmara?
“Vigilantisme” atau bentuk tindakan main hakim sendiri merupakan sebuah perilaku yang belakangan ini sering ditemukan di ruang digital. Tren menaikkan kasus yang terkait dengan tindakan-tindakan kriminal ke media sosial semakin meningkat bersamaan dengan budaya pengenyahan / cancel culture.
Bukanlah suatu rahasia bahwa pandemic COVID-19 telah ‘memaksakan' transformasi digital untuk berjalan dengan sangat cepat. Semua aspek kehidupan-pun jadi memiliki versi digital-nya masing-masing. Tetapi apakah semua kalangan dapat mengikuti perkembangan transformasi digital yang begitu cepat?
Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kasus kebocoran data pribadi? Mengerikan bukan?
Pernah mengalami percobaan penipuan di media sosial maupun di aplikasi perpesanan, Smart People? Ternyata percobaan penipuan banyak jenisnya, beda aplikasi beda lagi skema yang digunakan.
Muncul fenomena "Citayam Fashion Week" di media sosial yang secara tidak sengaja populer melalui beberapa unggahan remaja yang sedang berada di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Mereka bebas mengekspresikan diri melalui media sosial tetapi akhir-akhir ini muncul permasalahan ketika nama "Citayam Fashion Week" didaftarkan sebagai HAKI. Bagaimana komentar Smart People? Mari kita bahas bersama di episode ini!
Berkat media sosial, hubungan selebritis dengan penggemarnya bisa menjadi sangat dekat melalui konten-konten kehidupan pribadi yang sering dibagikan. Padahal, itu adalah komunikasi yang cenderung 1 arah dan dapat menimbulkan fenomena parasocial. Bagaimana itu bisa terjadi?
Penonaktifan jaringan internet oleh pemerintah pada daerah tertentu disaat ada konflik atau protes apakah menjadi solusi menjaga kemanan nasional ataukah malah melanggar hak asasi sebagai manusia?
Pada masa ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri diwarnai dengan indikasi kecurangan yang menghebohkan warganet. Apakah itu benar-benar terjadi atau hanya berita hoaks saja?
Episode kali ini kita akan membahas apa saja hal-hal yang boleh dan tidak boleh kita share di media sosial khususnya jika terjadi suatu bencana
Banyak fenomena yang muncul di tengah kultur kerja start-up di Indonesia. Mulai dari pola kerja hingga faktor pendanaan pada startup itu sendiri.
Smart People punya artis idola dan mempunyai pertemanan dengan idola yang sama? Selamat datang di kultur fandom dunia maya dimana orang-orang dapat mengekspresikan kecintaanya pada artis idola
Pernah kah sebelumnya Smart People membayangkan esports akan dipertandingkan secara resmi? Tahun 2022 ini Indonesia mendominasi kejuaraan esports yang berlangsung di Vietnam.
Koin Kripto merupakan salah satu instrumen investasi masa kini, namun apakah benar-benar aman dan sudah mengetahui resikonya?
Setelah 2 tahun merayakan Hari Raya Idul Fitri secara daring, tahun ini sudah bisa merayakan secara luring. Apa saja perbedannya? Mari kita bahas bersama, Smart People!
Instrumen investasi jaman sekarang bertambah banyak variasinya. Tetapi apakah yang harus diketahui sebelum memulai investasi? Mari kita bahas bersama, Smart People!
Apakah Smart People pernah melihat foto atau video korban dari suatu tragedi? Banyak dampak buruk yang ditimbulkan, apa sajakah itu?
QRIS membawa perubahan besar dalam pembayaran masyarakat Indonesia. Sebagian besar orang berpendapat mempermudah proses transaksi tetapi ada juga yang berpendapat semakin boros.
Pernah terbayangkan sebelumnya jika pemilihan umum kepala daerah atau kepala negara akan menggunakan sistem online. Bukan tidak mungkin tetapi cukup banyak juga permasalahan yang harus dihadapi.
Pernah membayangkan jika peribadatan agama berlangsung secara virtual? Bagaimana hukumnya? Mari kita bahas bersama, Smart People!
Apakah Smart People sering melihat konten 'flexing' di internet khususnya media sosial? Kira-kira apa penyebab dan efeknya? Mari kita bahas bersama-sama!
Dunia nyata dan maya adalah dua tempat yang berbeda. Seseorang bisa saja memberikan cerita bahkan pencapaian yang palsu di dunia maya, apakah itu berbahaya?
Pencapaian yang ditampilkan di LinkedIn memang sebuah hal yang bagus untuk personal branding, tetapi apa jadinya jika semua pencapaian itu dilebih-lebihkan? Mari kita bahas bersama di episode ini, Smart People!
Arus informasi di media sosial datang begitu cepat, beragam komentar dan beragam reaksi yang diberikan oleh para penggunanya. Akan tetapi terkadang reaksi yang salah dan berlebihan menimbulkan sesuatu yang tidak baik, bagaimana seharusnya kita menanggapi fenomena tersebut?
Seni Non-Fungible Token sedang ramai dibicarakan. Sebenarnya apa itu NFT? Temukan pada episode ini!
Belakangan ini isu perihal kelayakan mitra dalam arus kerja Gig Economy semkain dipertanyakan. Ketidak adilan dalam pembagian upah, kerangka kerja yang tidak ideal dan selaras dengan fakta di lapangan, serta tidak adanya jaminan kesehatan serta keselamatan bagi mitra menjadi pemicu utama memunjaknya isu ini. Beberapa pusat studi, aliansi mitra, dan masyarakat sipil pun turut serta dalam menyoroti kasus ini. Oleh karena itu, CfDS melihat pentingnya diskusi yang mengundang pemerintah dan legislator, civil society organization, dan juga akademisi untuk memberi masukan terkait kerangka kerja dan proses kemitraan yang tepat. Oleh karena itu CfDS bersama Manchester of University, Fairwork Foundation, dan Oxford University akan mengadakan Digital Expert Talks #7 with Manchester of University, Fairwork Foundation, dan Oxford University - "Rating Platform Economy Indonesia 2021: Kerja Layak dan Adil Bagi Pekerja Gig" Menghadirkan: Pembicara: Treviliana Eka Putri, Ketua Peneliti Fairwork Indonesia Panelis: 1. Yuli Adiratna, Direktur Bina Pemeriksaan Norma Ketenagakerjaan, Kementerian Tenaga Kerja RI 2. Taha Syafaril, Ketua Umum Asosiasi Driver Online Moderator: Nabiyla Risfa Izzati, Dosen/Peneliti Ketenaga Kerjaan FH UGM
Aset kripto yang terbit dan beroperasi dengan teknologi blockchain mengalami perkembangan sangat signifikan dalam beberapa bulan ke terakhir. Salah satunya adalah Non Fungible Token (NFT).NFT kini menjadi cara yang semakin populer untuk membeli dan menjual karya seni digital. Untuk mengenal lebih jauh mengenai NFT, pada Digital Future Discussion kali ini, Center for Digital Society UGM bersama BEM FEB Universitas Lampung mengadakan diskusi terbuka Difussion #66 "Seputar NFT: Masa Depan atau Sesaat?" menghadirkan: 1. Perdana Karim (Research Assistant CfDS) 2. Muhammad Naufal (Analis Coinvestasi) Moderator: Achmad Verdi Jayanti (Mahasiswa FEB UNILA)
Gig economy saat ini telah menjadi sebuah kata kunci dalam isu ketenagakerjaan. Karakteristik utama gig economy terletak pada fleksibilitas waktu kerja dan juga upah yang dibayarkan berdasarkan pekerjaan yang diselesaikan, seperti para mitra ojek online. Sebagai sebuah fenomena yang tergolong cukup baru dan didorong oleh adanya disrupsi di era teknologi dan informasi, gig economy belum mempunyai perangkat regulasi komprehensif yang memberikan jaminan perlindungan kepada para pekerjanya maupun jaminan atas hak-hak lainnya. Lantas, bagaimana perlindungan dan jaminan atas hak-hak pekerja saat ini? Bagaimana urgensi adanya regulasi tersendiri untuk sektor gig economy di masa depan? Center for Digital Society UGM bersama BEM KM FE Universitas Andalas, Padang mengadakan diskusi terbuka Difussion #65 "Regulasi Gig Economy: Bagaimana Masa Depannya?" menghadirkan: 1. Paska Darmawan (Manager Digital Intelligence Lab CfDS) 2. Nabiyla Risfa Izzati (Pengajar Hukum Ketenagakerjaan Fakultas Hukum UGM) Moderator: Weri Harfendi (Gubernur BEM FE UNAND)
We're bringing two speakers for you to know more about Women & Myth of Flexibility in Gig Economy. ✨ Treviliana Eka Putri (Research Manager CfDS) and Dr Cosmin Popan (Leverhulme post-doctoral fellow Department of Sociology, Manchester Metropolitan University) Moderator: Kevin Wong (Associate Director - Criminal Justice Manchester at Manchester Metropolitan University)
Saat ini, Indonesia telah memiliki Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) yang sedang dibahas di DPR. Center for Digital Society (CfDS) melihat pentingnya akselerasi formulasi RUU PDP dengan mempertimbangkan berbagai konteks di Indonesia, salah satunya ekonomi digital, tantangan implementasinya, hingga kontribusi yang bisa dilakukan oleh pemangku kepentingan terkait upaya perlindungan data pribadi di Indonesia. Oleh karena itu, CfDS melihat pentingnya diskusi yang mengundang pemerintah dan legislator, civil society organization, perusahaan teknologi dan juga akademisi untuk memberi masukan terkait RUU PDP. Oleh karena itu CfDS bersama Facebook Indonesia akan mengadakan Digital Expert Talks #6 with Facebook Indonesia - "Upaya Multi-stakeholder dalam Perlindungan Data Pribadi di Indonesia. Narasumber: 1. Semuel Abrijani Pangerapan, Dirjen Aptika Kominfo RI 2. Rizki Aulia Rahman Natakusumah, Anggota Komisi I, DPR RI 3. Arianne Jimenez, Manajer Privasi dan Kebijakan Publik Facebook APAC 4. Ardi Sutedja, Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Moderator: Diah Angendari - Executive Secretary Center for Digital Society
Urgensi hadirnya internet di pelosok-pelosok daerah meningkat setelah pandemi yang menjadikan transformasi digital semakin menjadi program unggulan pemerintah. Segala akses kebutuhan dasar untuk saat ini seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya lebih mengedepankan penggunaan platform digital. Lantas, apakah transformasi digital dapat diaplikasikan bersamaan dengan nilai-nilai luhur yang dipegang masyarakat dalam kesehariannya sampai saat ini? Center for Digital Society UGM bersama BEM FH Universitas Mulawarman, Samarinda mengadakan diskusi terbuka Difussion #63 "Transformasi Digital: Inklusifkah untuk Masyarakat Adat Indonesia?" menghadirkan: 1. Irnasya Shafira (Research Associate CfDS) 2. Tody Sasmitha (Pengajar Hukum Adat Fakultas Hukum UGM) Moderator: Andi Muhammad Awaluddin Alhaq (BEM FH UNMUL)
Digital Expert Talks #5 with Facebook Indonesia - "Tantangan Implementasi Perlindungan Data Pribadi di Indonesia" Narasumber: 1. Bobby Adhityo Rizaldi, Anggota Komisi I DPR RI 2. Tuaman Manurung, Sub Koordinator Tata Kelola PDP Kominfo RI 3. Noudhy Valdryno, Manager Kebijakan Publik Facebook Indonesia & Timor Leste 4. Dr. Novi Kurnia, Koordinator JAPELIDI & Dosen Dept. Komunikasi, FISIPOL, UGM Moderator: Treviliana Eka Putri - Research Manager Center for Digital Society
Sebagian orang berpendapat WFH bisa meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja, namun ada juga yang berpendapat sebaliknya. Bagaimana realita yang terjadi mengenai metode kerja di tengah kondisi pandemi seperti ini? Simak diskusi kami, Smart People!
Penyalahgunaan fitur media sosial Instagram "Add Yours" menjadi perbincangan setelah ada kejadian yang tidak diinginkan oleh salah satu netizen dengan menggunakan manipulasi psikologis. Tetapi apakah fitur ini benar-benar berbahaya?
Banyak inovasi teknologi baru yang akan dihadirkan Metaverse. Apa dampaknya? Bagaimana dinamikanya?
Bank Digital semakin banyak bermunculan, banyak manfaat yang ditawarkan untuk menarik nasabah baru. Tetapi bagaimana prosesnya? Apa dampak yang dihasilkan? Dengarkan episode berikut, Smart People!
Keterbukaan Informasi di media sosial menjadi dilema dan bagai dua sisi mata uang. Dapat berupa data untuk mengumpulkan informasi tertentu hingga menjurus ke hal-hal negatif. Bagaimana kasusnya di kehidupan sehari-hari? Simak episode berikut, Smart People!
Sebagai pengguna internet yang aktif di dunia digital, Smart People pasti familiar dengan berbagai masalah yang mengiringi. Lantas, seberapa aman dan nyaman ya, ruang digital di Indonesia saat ini? Bersama kedua pembicara: 1. Jasmine Putri (Research Assistant CfDS) 2. Nadya Olga Aletha (Research Assistant CfDS) Moderator: Firya Qurratu'ain (Partnership Associate CfDS)
Saat ini, Indonesia telah memiliki Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) yang sedang dibahas di DPR. Center for Digital Society (CfDS) melihat pentingnya akselerasi formulasi RUU PDP dengan mempertimbangkan berbagai konteks di Indonesia, salah satunya ekonomi digital, tantangan implementasinya, hingga kontribusi yang bisa dilakukan oleh pemangku kepentingan terkait upaya perlindungan data pribadi di Indonesia. Oleh karena itu, CfDS melihat pentingnya diskusi yang mengundang pemerintah dan legislator, civil society organization, perusahaan teknologi dan juga akademisi untuk memberi masukan terkait RUU PDP. Oleh karena itu CfDS bersama Facebook Indonesia akan mengadakan Digital Expert Talks #4 with Facebook Indonesia - "RUU PDP dan Perekonomian Digital Indonesia." Narasumber: 1. Muhammad Farhan, Anggota Komisi I, Dewan Perwakilan Rakyat, Republik Indonesia 2. Tony, Deputi Direktur Basel dan Perbankan Internasional OJK 3. Noudhy Valdryno, Manager Kebijakan Publik Facebook Indonesia & Timor Leste 4. Thomas Dewaranu, Peneliti Center for Indonesian Policy Studies Moderator: Anisa Pratita Kirana Mantovani - Research Manager Center for Digital Society