CIFOR conducts global research on forest and climate change, adaptation, redd, indigenous groups, deforestation, gender, dry forests, food security, illegal logging, governance, biodiversity. The Center for International Forestry Research is a nonprofit, global facility dedicated to advancing huma…
Center for International Forestry Research (CIFOR)
Hutan adalah sumber kehidupan. Peran penting hutan dapat dilihat dari masyarakat lokal atau adat yang tinggal di dalam atau di sekitar kawasan hutan. Kehidupan mereka sangat bergantung pada keberadaan hutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, mulai dari sumber makanan, energi, kesehatan, penghasilan, dan tempat berlindung. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan dan kesehatan hutan bagi masyarakat yang hidup di sekitarnya. Manfaat hutan tidak hanya terbatas pada mereka yang tinggal di sekitarnya. Bagi masyarakat yang tinggal perkotaan atau di negara-negara dengan ekosistem hutan yang terbatas, kehidupan mereka bergantung pada kesehatan hutan. Hutan tropis, seperti yang ada di Indonesia, memainkan peran penting sebagai paru-paru dunia dan menjaga kestabilan iklim. Selain itu, hutan yang sehat juga menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang juga bergantung padanya. Bersama Muhammad Faisal Pratama, Peneliti CIFOR-ICRAF, dan Laetania Belai Djandam, Advokat Kesehatan Planetari dan Hak Masyarakat Adat, mari kupas tuntas bagaimana hubungan antara ekosistem hutan yang sehat dalam mendukung dan menjamin kesehatan masyarakat.
Comment le projet REDD évolue-t-il en République démocratique du Congo? Quelles sont les perspectives d'accomplissement ? Comment surtout endiguer les éventuels obstacles qui pourraient se présenter ? Pour en parler avec nous, deux experts qui répondront à nos questions, M. Prince Lungungu MUHEMA, point focal Tenure Facility RDC, et M. Denis SONWA, coordonnateur national pour la RDC et scientifique CIFOR-ICRAF.
Follow this engaging discussion on lessons learned from integrated landscape approach practices in northern Ghana and southern Zambia, presented by our colleagues at the COLANDS initiative, Alida O'Connor and Eric Bayala.
Apakah Anda pernah membayangkan perangkat inovatif yang mampu mengedukasi tentang pengelolaan bentang alam berkelanjutan, langsung di genggaman tangan Anda, kapanpun dan di manapun? Landscape Game 2 adalah jawabannya. Landscape Game 2 merupakan sebuah terobosan inovatif yang menggabungkan edukasi dan permainan yang dirancang untuk mensimulasikan kompleksitas manajemen bentang alam. Diluncurkan pada Maret 2024, gim digital ini merupakan hasil kolaborasi antara Center for International Forestry Research dan World Agroforestry (CIFOR-ICRAF), IPB University, serta pengembang gim ternama asal Indonesia, Agate Studio. Pengembangan gim ini adalah bagian riset The Trade, Development, and the Environment Hub (TRADE Hub) yang didukung oleh UKRI GCRF. Dalam episode terbaru podcast Bincang Hutan, bersama Prasetya Irawan, Konsultan Peneliti CIFOR-ICRAF yang tergabung dalam tim pengembang Landscape Game 2, dan Muhammad Raihan Santoso, Mahasiswa IPB University, pemenang kompetisi Landscape Game 2 saat gim ini diluncurkan, simak bagaimana Landscape Game 2 berhasil menjadi perangkat edukasi yang menyenangkan untuk mencapai pengelolaan bentang alam berkelanjutan.
Research by the Center of International Forestry Research and World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) shows promising results from taking a jurisdictional approach to increasing the sustainability of palm oil plantations in four districts/regencies in Indonesia: Pulang Pisau (Central Kalimantan Province), Kutai Kartanegara (East Kalimantan Province), Pelalawan (Riau Province), and Sintang (West Kalimantan Province). To learn more about taking a jurisdictional approach to increase the sustainability of agricultural commodities, listen to the full conversation between CIFOR-ICRAF's senior scientist Herry Purnomo, and senior lecturer at the University of Palangkaraya Hendrik Segah.
CIFOR-ICRAF bersama mitra melaui risetnya berupaya meningkatkan kesiapan kabupaten produsen sawit terpilih dalam mengimplementasikan program-program yurisdiksi (jurisdictional programs). Riset ini didasarkan pada pendekatan partisipatif, multistakeholder, dan inklusif gender. Misi utama riset ini yaitu membangun landasan pengetahuan yang kuat tentang situasi awal, serta mengidentifikasi kebutuhan dan prioritas pembangunan. Selain itu, riset ini bertujuan untuk mengidentifikasi tindakan nasional yang dapat memberikan insentif dan mendukung implementasi pendekatan yurisdiksi, khususnya sawit berkelanjutan. Di podcast Bincang Hutan bersama Okto Yugo, Wakil Koordinator Jikalahari, dan Ade M. Iswadi, Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Masyarakat Sipil (FKMS) Kabupaten Sintang, mari telusuri bagaimana implementasi pendekatan yurisdiksi dilakukan dalam mencapai sawit berkelanjutan di Indonesia serta langkah-langkah konkret yang dapat diambil, termasuk tantangan dan peluang yang dihadapi. Pernyataan pada podcast ini merupakan pendapat pribadi dan tidak mewakili pandangan dari organisasi atau penyandang dana.
Standar kerangka pengaman sosial dalam konteks Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+) telah menyita banyak perhatian, terutama saat banyak negara mulai bergerak menuju fase pembayaran berbasis hasil (RBP). Persyaratan kerangka pengaman juga menekankan pada perlindungan hak masyarakat adat dan masyarakat lokal selama proses REDD+. Mengingat kemajuan ini, terdapat kebutuhan untuk fokus pada kerangka pengaman sosial yang sudah dirancang dan dilaksanakan di lapangan. Bagian penting dari proses ini adalah memahami peran kerangka pengaman sosial untuk memperkuat hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal, dan mendorong perubahan dari inisiatif yang tidak merugikan menjadi inisiatif yang lebih baik. Di episode terbaru podcast Bincang Hutan, bersama Peneliti CIFOR-ICRAF, Nining Liswanti, dan Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Niken Sakuntaladewi, mari bersama ketahui peluang dan tantangan implementasi kerangka pengaman sosial REDD+ di Indonesia.
Though it's native to the Americas, the fall armyworm – a voracious caterpillar that attacks maize and other cereals, damaging the leaves – has begun wreaking havoc in Africa and Asia. In response, many farmers turn to chemical pesticides, but these can be toxic to humans and the environment. And since many farmers lack experience handling these pesticides and lack access to protective clothing, the effect is even more serious. How much damage can fall armyworms cause? Is it true that using chemicals is effective to control this pest? Are there natural enemies that can effectively attack this pest? Find out in a discussion exploring the danger of overusing chemical pesticides and its alternative – using natural predators and enemies of the fall armyworm – to answer the question: to spray, or not to spray? Join Paul Jepson, an independent consultant in integrated pest management, Buyung Hadi, coordinator of Global Action for Fall Armyworm Control at the Food and Agriculture Organization of the United and Rhett Harrison, a tropical forest ecologist and conservation biologist at CIFOR-ICRAF.
Ekosistem mangrove memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan alam dan keberlanjutan lingkungan. Ekosistem yang dipenuhi oleh spesies pohon khas menyediakan habitat unik bagi beragam spesies flora dan fauna. Akarnya yang kuat berfungsi sebagai benteng alami yang melindungi kawasan pesisir dari abrasi dan gelombang. Mangrove juga berperan sebagai kawasan penyangga dan penyimpan ‘karbon biru' yang membantu upaya mitigasi perubahan iklim. Diperlukan upaya yang kuat dalam melindungi tipe ekosistem ini agar manfaatnya dapat kita rasakan sekarang dan di masa yang akan datang. Dalam rangka memperingati Hari Mangrove Dunia 2023, Peneliti CIFOR-ICRAF, Phidju Sagala dan Milkah Royna di Bincang Hutan akan berbagi wawasan dan pengetahuan seputar ekosistem mangrove serta upaya nyata para peneliti dalam meriset dan melestarikan ekosistem pesisir ini.
Restorasi hutan merupakan proses pemulihan ekosistem hutan yang telah rusak, terdegradasi, atau hilang. Upaya ini melibatkan penanaman pohon, memulihkan kualitas tanah, dan memperkenalkan kembali tumbuhan dan hewan asli ke suatu daerah. Diperlukan perencanaan yang cermat, pemantauan, dan manajemen yang adaptif untuk memastikan keberhasilan upaya restorasi. Ani Adiwinata Nawir, peneliti senior CIFOR-ICRAF akan menjelaskan restorasi hutan dalam lingkup bentang alam, pentingnya restorasi untuk pemulihan fungsi-fungsi ekosistem yang sudah rusak tapi juga mempertimbangkan sosial ekonomi, kohesi sosial dan budaya yang ada, tapi tidak mengesampingkan juga tujuan ekonomi pihak-pihak terkait. Termasuk memaksimalkan manfaat ekologis dan sosial dari ekosistem hutan yang dipulihkan.
Dunia kehutanan tidak dapat terlepas dari peran teknologi di dalamnya, salah satunya pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG). Teknologi ini mengandalkan proses pengamatan dan citra jarak jauh tanpa harus melakukan ground checking ke lapangan yang tentunya meningkatkan efisiensi di berbagai skala riset. Pada proses perencanaan suatu upaya restorasi, teknologi SIG dapat melihat kondisi suatu bentang alam pada kondisi saat ini maupun di masa lalu, serta dapat membantu dalam penentuan jenis tanaman sesuai kondisi lahan sekitarnya. Proses pemantauan juga dapat dilakukan secara realtime yang dapat diatur dalam berbagai satuan waktu. Bersama Agus Muhamad Maulana, Peneliti CIFOR-ICRAF di bidang teknologi SIG, mari bersama ketahui bagaimana peran pemetaan dalam riset dan upaya restorasi lahan.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Rejoso di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur berperan penting dalam mendukung kuantitas serta kualitas pasokan air dan juga memiliki fungsi strategis sebagai sumber air bersih di Pasuruan dan wilayah sekitarnya. Melalui Rejoso Kita, CIFOR-ICRAF dan mitra mengupayakan suatu bentuk kolaborasi multipihak untuk pelestarian DAS Rejoso lewat berbagai upaya di antaranya konservasi lahan, penerapan sistem agroforestri, pertanian berkelanjutan, efisiensi pemanfaatan air, peningkatan kapasitas masyarakat, dan penguatan kelembagaan. Di episode terbaru podcast Bincang Hutan bersama Beria Leimonia, Peneliti CIFOR-ICRAF untuk Proyek Riset Rejoso kita, mari ketahui upaya pelestarian dan pengelolaan bersama daerah aliran sungai Rejoso di Pasuruan, Jawa Timur.
Teknologi penginderaan jauh telah berkembang sangat pesat. Dengan memanfaatkan citra satelit, kita bisa memantau kondisi permukaan bumi sehingga dapat diketahui kondisi dan sumber daya hutan yang ada secara lebih komprehensif dan utuh, khususnya hutan-hutan yang ada di Indonesia. Data-data penginderaan jauh kemudian diolah untuk menghitung luas, perubahan tutupan lahan, sampai pada akhirnya dapat diduga dan diketahui laju deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi. Informasi yang didapatkan inilah yang menjadi sumber data dan evaluasi dalam merumuskan kebijakan-kebijakan dan bentuk pengelolaan hutan dan lahan yang tepat. Di episode terbaru podcast Bincang Hutan, bersama Ali Suhardiman dari Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman, mari ketahui bersama perkembangan dan manfaat dari Geographic Information System (GIS) dan penginderaan jauh bagi sektor kehutanan dan tata guna lahan.
Green jobs atau pekerjaan hijau merupakan berbagai jenis pekerjaan yang mendukung pelestarian lingkungan saat ini tengah menarik perhatian masyarakat. Seiring dengan meningkatnya pemahaman dan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan terutama oleh generasi muda, green jobs dinilai memiliki peluang menjanjikan di masa depan yang dapat mendorong efisiensi sumber daya alam, energi terbarukan, menjaga keanekaragaman hayati, pembatasan emisi gas rumah kaca, serta mendukung proses adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2022 di episode terbaru podcast Bincang Hutan bersama Leony Aurora, Landscapes and Partnerships Lead di Tropical Forest Alliance, mari bersama mengenal green jobs sebagai peluang di masa depan untuk memulihkan serta menjaga kelestarian lingkungan.
Mangrove merupakan salah satu tipe ekosistem pesisir yang memberikan banyak manfaat bagi kehidupan. Kontribusi mangrove di antaranya mendukung ketahanan pangan, gizi, dan mata pencaharian masyarakat. Beberapa gizi masyarakat di kawasan mangrove dapat terpenuhi dari hasil tangkapan seperti ikan, kerang, dan kepiting bakau. Ekosistem ini juga dikenal sebagai habitat hidup ikan dan hewan air lainnya yang dapat dikonsumsi dan dijual oleh masyarakat. Sebagai sumber makanan hewani, ikan mengandung protein yang tinggi serta mikronutrien seperti zinc, zat besi, dan kalsium yang baik bagi pertumbuhan anak. Ketersediaan ikan yang melimpah dan mudahnya akses menjadikannya sebagai sumber pangan penting, yang tentunya harus diikuti dengan pengelolaan mangrove secara lestari. Bersama Peneliti CIFOR-ICRAF, Mulia Nurhasan di episode terbaru podcast Bincang Hutan, mari bersama telusuri sumber pangan dan gizi hewani dari mangrove.
Tidak hanya menjadi bagian dari gaya hidup, kopi juga memiliki nilai-nilai budaya bagi sebagian kelompok masyarakat di Indonesia. Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatra Utara merupakan contoh daerah-daerah produsen kopi yang sangat terhubung dengan pasar internasional. Di level internasional, sekitar 3,2% perdagangan kopi dunia berasal dari Indonesia, yang setara dengan sekitar 300 ribu ton kopi dan bernilai sebesar lebih dari 800 juta dolar Amerika. Hasil riset CIFOR-ICRAF menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 600 aktor yang membentuk 950 jaringan dalam perdagangan kopi, baik di level domestik maupun internasional. Aktor-aktor tersebut tidak hanya dipetakan, namun juga dipahami jaringan dan kekuatannya. Perlu diketahui peran masing-masing aktor dan bagaimana aktor tersebut dapat diberdayakan untuk mendorong perdagangan kopi yang berkelanjutan. Di episode terbaru podcast Bincang Hutan bersama Peneliti CIFOR-ICRAF Dyah Puspitaloka, mari telusuri bersama aktor dan seluk beluk potensi perdagangan kopi di Indonesia.
Di episode sebelumnya, kita telah mendengar tentang potensi agrosivofishery dalam pemulihan lahan gambut. Kali ini, kami kembali mengajak pendengar Bincang Hutan untuk mengenal agrosilvofishery lebih dalam. Agrosilvofishery nampaknya semakin populer sebagai salah satu pendekatan tepat guna dalam pengelolaan lahan gambut, dan disebut-sebut sebagai win-win solution dengan memberi peluang yang sama untuk konservasi, ekonomi, dan penciptaan mata pencaharian. Bersama Profesor Rujito Agus Suwignyo, Guru Besar Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya di episode terbaru podcast Bincang Hutan, tak kalah seru dan menarik, mari ketahui bersama tentang potensi dari agrosilvofishery bagi restorasi, ekonomi, dan ketahanan pangan di lahan gambut.
Agrosilvofishery merupakan model pengelolaan lahan yang mensinergikan aspek ekologi dan ekonomi - suatu konsep teknologi tradisional ramah lingkungan dengan menggabungkan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan. Kegiatan restorasi lahan basah, salah satunya di lahan gambut, saat ini banyak menggunakan pendekatan agrosilvofishery karena dinilai sesuai dengan pola pengusahaan lahan yang sudah ada. Artinya, masyarakat tidak perlu lagi belajar teknologi baru karena gabungan budi daya pertanian, kehutanan, dan perikanan ini sebenarnya sudah ada sejak dulu. Masyarakat lokal sudah terbiasa memanfaatkan pola ini, seperti pola fluktuasi musiman genangan air tanpa intervensi drainase di lahan gambut. Bersama Yustina Artati, Peneliti Senior CIFOR-ICRAF, di episode terbaru Bincang Hutan, mari ketahui bersama tentang konsep dan praktik agrosilvofishery di lahan gambut serta manfaatnya bagi kehidupan dan restorasi lahan.
Conservationist Sheherazade, and host Anggi Cahyaningtyas discuss challenges and opportunities for women
Richard van der Hoff from Federal University of Minas Gerais revisits Brazil's journey in financing forest conservation efforts.
Memelihara burung kicau merupakan aktivitas yang sangat digemari oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Aktivitas ini juga didukung oleh kondisi alam Indonesia sebagai negara tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati. Hampir di setiap rumah dapat dengan mudah kita jumpai berbagai jenis burung kicau peliharaan yang sangat menarik seperti lovebird, kenari, kacer, dan murai batu. Mulai dari sekadar hobi, budaya, hingga sumber mata pencaharian, memelihara burung kicau telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Tentunya, hal ini harus diikuti dengan kebijakan perdagangan yang baik. Jangan sampai minat terhadap burung kicau yang tinggi mengancam kelestariannya. Kita harus menjaga kelestarian burung kicau demi keseimbangan ekosistem dan masa depan sebagai bagian dari anugerah alam yang dititipkan kepada kita. Di episode terbaru Bincang Hutan bersama Ivanna Febrissa, Conservation Engagement Officer Burung Indonesia, dan Beni Okarda, Peneliti CIFOR-ICRAF, yuk cari tahu beragam jenis burung kicau dan dinamika perdagangannya di Indonesia.
Pernahkan kamu pergi ke hutan, mendengar kicauan burung, gemerisik daun dan angin dan merasakan kehangatan sinar matahari? Awalnya terdengar seperti romantisme berlebihan dan tidak ada manfaatnya. Nyatanya kegiatan ini ampuh untuk mengusir kejenuhan sekaligus meningkatkan kesehatan jiwa dan mental. Seiring meningkatkannya aktivitas manusia dan juga akibat pandemic COVID 19, kegiatan Forest Healing atau terapi di hutan mulai mendapat perhatian masyarakat terutama masyarakat perkotaan.
Blaise-Pascal Ntirumenyerwa Mihigo, Professor of Law at the University of Kinshasha explores the progress on Congo's forest protection and what it takes to unlock the $500 million funding signed at COP 26.
Saat ini, profesi peneliti tidak hanya dimiliki oleh generasi sebelumnya, banyak dari generasi muda sekarang memiliki passion sebagai peneliti. Seiring dengan perkembangan teknologi, peran peneliti di berbagai sektor seperti data scientist semakin dibutuhkan, terutama di sektor kehutanan dan lingkungan. Kontribusi peneliti sangat penting bagi perkembangan pengetahuan dan peradaban yang harus dilanjutkan oleh para generasi muda. Generasi muda memahami bahwa terdapat solusi untuk mengatasi tantangan-tantangan global. Bertindak sekarang sangat penting untuk keberlangsungan kehidupan dan masa depan generasi yang akan datang. Generasi muda dapat memberikan solusi dan secara aktif melakukan inovasi dan kita perlu duduk di meja yang sama. Bersama Peneliti CIFOR-ICRAF, Bimo Dwisatrio dan Sandy Nofyanza, mari ikuti perbincangan kami tentang sisi menarik sebagai peneliti, motivasi yang mendorong mereka, serta kontribusi para peneliti muda untuk kemajuan pengetahuan, kelestarian lingkungan, dan masa depan.
CIFOR-ICRAF Senior Scientist Kristell Hergoualc'h addresses the importance of incorporating peatland into national policy in the fight against climate change.
CIFOR-ICRAF Bioenergy Research Scientist Mary Njenga highlights the importance of implementing circular bioeconomy principal in bioenergy.
Director Innovation, Investment and Impact CIFOR-ICRAF, Ravi Prabhu explains the vital role of nature-based solutions in the fight against climate change while improving smallholders' lives.
Team Leader of Climate Change, Energy and Low-carbon Development Pham Thu Thuy highlights the importance of sustainable financing for climate and how to improve it.
Bonn Hub Leader and Managing Director of CIFOR Germany, Christopher Martius, explores why the world should fight climate change from two sides: protecting carbon-rich ecosystems and growing biomass.
Director of Indonesia Country Program at CIFOR-ICRAF Sonya Dewi explains the way to break the cycle of wildfire and climate change.
CIFOR-ICRAF Managing Director Robert Nasi emphasizes the critical issues that COP 26 Glasgow must address.
Pangan merupakan kebutuhan dasar hidup manusia. Permintaannya yang terus meningkat harus diikuti dengan proses produksi yang ramah lingkungan. Penggunaan sistem monokultur rentan mengalami kegagalan karena serangan hama, penyakit, dan cuaca buruk. Oleh karena itu dibutuhkan keragaman jenis tanaman dalam penggunaan lahan. Produksi pangan juga harus memperhatikan keseimbangan ekosistem serta menggunakan bahan-bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Sebagai konsumen, salah satu langkah yang dapat kita ambil untuk memenuhi kebutuhan pangan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan adalah dengan memanfaatkan potensi tumbuhan pangan liar. Di negara tropis seperti Indonesia, berbagai jenis tumbuhan pangan liar tumbuh subur mengikuti perubahan musim. Bersama Hayu Dyah Patria dari Mantasa dan Konsultan Riset CIFOR-ICRAF Lukas Pawera, mari eksplorasi berbagai jenis pangan liar yang ada di sekitar kita, dinamikanya di masyarakat, serta peranannya untuk pemenuhan gizi seimbang.
Huili Li and Asanka Bandara from CIFOR-ICRAF and the Kunming Institute of Botany explore the potential of mushrooms to fulfil dietary needs and provide livelihood options.
Seiring dengan bertambahnya populasi manusia, peran perdagangan dalam memenuhi permintaan pangan global juga ikut meningkat, terutama dari komoditas pertanian seperti karet, kelapa sawit, kakao, dan kopi. Hal ini dapat meningkatkan risiko kerusakan ekologi, masalah ketahanan pangan, dan berkurangnya lahan hutan. Pada episode kali ini, Bincang Hutan mengundang Peneliti CIFOR-ICRAF, Sonya Dyah Kusumadewi dan Dosen Muda IPB University, M. Miftah Rahman yang tergabung dalam riset TRADE Hub membahas tentang peran perdagangan global dari komoditas pertanian untuk kesejahteraan masyarakat, kelestarian hutan serta lingkungan.
Communities living in Northern Ghana face a complex situation due to a lack of livelihood options in the semi-arid area. Listen to the latest episode of Let's Talk Trees to find out more. Eric Bayala and Houria Djoudi explore the problem and possible solutions to this longstanding issue through the integrated landscape approach.
Bertepatan dengan hari lingkungan hidup dunia, 5 Juni lalu, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) mencanangkan program Dekade Restorasi. Program ini menyerukan partisipasi aktif kaum muda dalam kegiatan pemulihan dan perbaikan kondisi lingkungan hidup. Di Indonesia, kegiatan restorasi juga digiatkan di lahan mangrove. Sebagai salah satu negara dengan mangrove terluas yaitu 3,2 juta hektar atau 23% dari total luasan mangrove di dunia, tingkat kehilangan dan degradasi tipe ekosistem ini masih tergolong tinggi. Bersama Peneliti CIFOR Trialaksita SP Ardhani dan Presiden Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur Ghifar Naufal Aslam, topik #BincangHutan kali ini menyorot tentang peran kaum muda untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi dan restorasi mangrove.
The ability of forests and trees to mitigate and adapt to climate change is affected by various policies, often under the authority of different institutions. Listen to an in-depth interview with Alexandre Meybeck from the CGIAR Research Program on Forests, Trees and Agroforestry (FTA) and the U.N. Food and Agriculture Organization's Julia Wolf on why it is important to include forests and agroforestry in national adaptation plans.
The life—and the collapse—of biodiversity will have a resounding impact on human lives far and wide, especially in countries that are already struggling with development issues. How can we be part of the solution?
Perú es uno de los países con mayor área de turberas del mundo, ecosistemas de humedal que son claves para la mitigación del cambio climático global, proveen servicios ecosistémicos vitales como la provisión de agua dulce y garantizan la conservación de biodiversidad única, al tiempo que sustentan medios de vida locales. En este episodio de “Hablemos de Árboles” conversamos con las científicas Kristell Hergoualc'h de CIFOR y Eurídice Honorio del IIAP, y con el ministro del ambiente de Perú Gabriel Quijandría, para conocer de primera fuente cuál es el estado, potencial y oportunidades, tanto biofísicas como normativas para estos ecosistemas tan importantes para el Perú y el mundo.
Experts from Wageningen University and Research, CIFOR and FAO share how national forest monitoring capacity is increasing worldwide and how it will help climate change mitigation.
Budaya dan nilai tradisional berperan penting dalam melestarikan keanekaragaman hayati dan bentang alam. Hal ini tercermin dari kegiatan perlindungan daerah aliran sungai (DAS) dan hutan di sepanjang Sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Masyarakat Adat Desa Keluin, Mensiau, dan Labian memiliki keterikatan dengan bentang alam tempat mereka tinggal dan bekerja. Bagi mereka, hutan merupakan sumber pangan, air bersih, tanaman obat, kayu dan serat, dan merupakan habitat penting bagi satwa liar. Masyarakat memiliki sejarah panjang dengan pohon tengkawang – spesies tanaman endemik Kapuas. Mereka memahami betul arti penting dan fungsi dari jenis ini dalam mencegah erosi dan melindungi alam. Akar tengkawang mampu mengikat kuat tanah dan produktif dalam menghasilkan buah. Pohon ini juga menghasilkan minyak dan terkenal dengan kayunya yang tahan lama. Bersama Peneliti CIFOR, Linda Yuliani dan Direktur Eksekutif Yayasan Riak Bumi, Valentinus Heri mari ketahui bagaimana pengetahuan tradisional dan aturan adat berperan penting dalam kegiatan perlindungan daerah sungai dan hutan di Sungai Kapuas, Kalimantan Barat.
Rocio Diaz-Chavez and Sylvia Kuria share their views on the circular bioeconomy, sharing several examples of countries in the global south that are applying this multidisciplinary approach.
Dans la région de l’Est du Cameroun, le CIFOR promeut l’utilisation des foyers améliorés dans les communautés abritant les réfugiés, afin de diminuer la pression sur les forêts fortement menacées par la coupe du bois de chauffe. Les femmes de quatre communautés (Bertoua 2, Mandjou, Garoua Boulaï et Gado-Badzéré) ont été formées en fabrication des foyers améliorés en argile, et elles formeront à leur tour plus de femmes jusqu'à atteindre 5000 foyers par communauté. Durant ces formations, quatre reportages radio ont été effectués avec des radios locales (Aurore FM à Bertoua, et Ndah-Ngoh FM à Garoua-Boulaï) dans l’optique de communiquer les avis des sur les avantages comparatifs du foyer amélioré par rapport au foyer à trois pierres et de promouvoir les changements de comportement locaux.
Dans la région de l’Est du Cameroun, le CIFOR promeut l’utilisation des foyers améliorés dans les communautés abritant les réfugiés, afin de diminuer la pression sur les forêts fortement menacées par la coupe du bois de chauffe. Les femmes de quatre communautés (Bertoua 2, Mandjou, Garoua Boulaï et Gado-Badzéré) ont été formées en fabrication des foyers améliorés en argile, et elles formeront à leur tour plus de femmes jusqu'à atteindre 5000 foyers par communauté. Durant ces formations, quatre reportages radio ont été effectués avec des radios locales (Aurore FM à Bertoua, et Ndah-Ngoh FM à Garoua-Boulaï) dans l’optique de communiquer les avis des sur les avantages comparatifs du foyer amélioré par rapport au foyer à trois pierres et de promouvoir les changements de comportement locaux.
Dans la région de l’Est du Cameroun, le CIFOR promeut l’utilisation des foyers améliorés dans les communautés abritant les réfugiés, afin de diminuer la pression sur les forêts fortement menacées par la coupe du bois de chauffe. Les femmes de quatre communautés (Bertoua 2, Mandjou, Garoua Boulaï et Gado-Badzéré) ont été formées en fabrication des foyers améliorés en argile, et elles formeront à leur tour plus de femmes jusqu'à atteindre 5000 foyers par communauté. Durant ces formations, quatre reportages radio ont été effectués avec des radios locales (Aurore FM à Bertoua, et Ndah-Ngoh FM à Garoua-Boulaï) dans l’optique de communiquer les avis des sur les avantages comparatifs du foyer amélioré par rapport au foyer à trois pierres et de promouvoir les changements de comportement locaux.
Dans la région de l’Est du Cameroun, le CIFOR promeut l’utilisation des foyers améliorés dans les communautés abritant les réfugiés, afin de diminuer la pression sur les forêts fortement menacées par la coupe du bois de chauffe. Les femmes de quatre communautés (Bertoua 2, Mandjou, Garoua Boulaï et Gado-Badzéré) ont été formées en fabrication des foyers améliorés en argile, et elles formeront à leur tour plus de femmes jusqu'à atteindre 5000 foyers par communauté. Durant ces formations, quatre reportages radio ont été effectués avec des radios locales (Aurore FM à Bertoua, et Ndah-Ngoh FM à Garoua-Boulaï) dans l’optique de communiquer les avis des sur les avantages comparatifs du foyer amélioré par rapport au foyer à trois pierres et de promouvoir les changements de comportement locaux.
Dans la région de l’Est du Cameroun, le CIFOR promeut l’utilisation des foyers améliorés dans les communautés abritant les réfugiés, afin de diminuer la pression sur les forêts fortement menacées par la coupe du bois de chauffe. Les femmes de quatre communautés (Bertoua 2, Mandjou, Garoua Boulaï et Gado-Badzéré) ont été formées en fabrication des foyers améliorés en argile, et elles formeront à leur tour plus de femmes jusqu'à atteindre 5000 foyers par communauté. Durant ces formations, quatre reportages radio ont été effectués avec des radios locales (Aurore FM à Bertoua, et Ndah-Ngoh FM à Garoua-Boulaï) dans l’optique de communiquer les avis des sur les avantages comparatifs du foyer amélioré par rapport au foyer à trois pierres et de promouvoir les changements de comportement locaux.
Hari Perempuan Sedunia merupakan perayaan untuk menyuarakan persamaan hak dengan lantang dan jelas “Hak perempuan adalah hak asasi manusia!” yang jatuh pada 8 Maret setiap tahunnya. Tema Hari Perempuan Sedunia 2021 yaitu ‘Perempuan dalam Kepemimpinan: Mencapai Masa Depan yang Setara di Masa COVID-19'. Suara dan kontribusi perempuan harus menjadi inti dari rencana pemulihan nasional dan global dari pandemi COVID-19. Hal tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan akses perempuan ke peran kepemimpinan Kesetaraan gender merupakan prioritas di CIFOR-ICRAF, dan merupakan tema lintas sektor melalui berbagai penelitian yang ada. Bersama para peneliti perempuan hebat CIFOR-ICRAF, Nining Liswanti dan Betha Lusiana, mari dengarkan suara dan pandangan mereka tentang bagaimana peran perempuan saat ini dan figur perempuan dalam kepemimpinan.
To celebrate women leaders and to pave the way to more empowered women and girls in the future, we turn to Iliana Monterroso and Sammy Carsan, CIFOR-ICRAF scientists who are building the bridges to a more gender-inclusive society.
Saat ini Indonesia tengah bergiat mencari peluang dan alternatif terbaik mengatasi tekanan terhadap keamanan pasokan dan krisis energi di masa depan. CIFOR bekerja sama dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, KLHK melakukan riset identifikasi jenis-jenis tanaman yang berpotensi sebagai penghasil biofuel sekaligus potensi tanaman untuk melindungi bentang alam sekitar, berkontribusi terhadap ketahanan pangan dan menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar. Riset dilakukan dalam kerangka besar kegiatan restorasi dan rehabilitasi lahan.
This episode features three PhD students working with CIFOR’s COLANDS initiative. Through integrated landscapes approaches, they are trying to bridge differences between actors with various interests and goals in Zambia’s Kalomo district.