POPULARITY
Sungai Kapuas di Kalimantan Barat bukan hanya sungai terpanjang di Indonesia; ia adalah urat nadi ekonomi dan ekologi yang menghubungkan sembilan kabupaten dan satu kota, termasuk Kapuas Hulu, Sintang, dan Sanggau. Daya tariknya terletak pada statusnya sebagai koridor utama dan bagian integral dari kawasan konservasi global Heart of Borneo (HoB). Sungai ini menopang keanekaragaman hayati bernilai tinggi—seperti habitat ikan Arwana Super Red—dan menjadi fondasi bagi kehidupan masyarakat adat yang kaya kearifan lokal. Kapuas adalah permadani budaya dan alam yang vital, menjadikannya Wilayah Sungai Strategis Nasional yang tidak ternilai harganya. Sayangnya, realitas saat ini menunjukkan bahwa Kapuas sedang sakit. Data analisis menunjukkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas telah mencapai status kritis, dengan persentase lahan yang rusak kian meningkat. Sungai ini harus dipulihkan karena kerusakan lingkungan telah memicu bencana hidrologi sistemik. Banjir bukan lagi fenomena cuaca, melainkan konsekuensi langsung dari kegagalan konservasi, deforestasi di wilayah hulu, dan sedimentasi parah. Ancaman diperparah oleh aktivitas ilegal seperti Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang mencemari air dengan merkuri dan merusak lahan pertanian, mengancam kesehatan dan mata pencaharian jutaan orang. Pemulihan Kapuas harus dimulai sekarang karena laju kerusakan iklim global dan degradasi ekosistem lokal berjalan lebih cepat daripada upaya restorasi. Keterlambatan akan mengunci masa depan Kapuas pada skenario Terpuruk (Gagal Total), di mana masyarakat akan menghadapi kekeringan ekstrem bergantian dengan banjir bandang tanpa harapan. Memulai sekarang berarti mengimplementasikan strategi adaptasi iklim, menggeser mentalitas ekstraktif menjadi ekonomi hijau, dan mencegah kerugian sosial-ekonomi yang tak terhitung, sebelum titik balik ekologis (tipping point) tercapai. Menyusun Scenario Planning (Perencanaan Skenario) menjadi sangat penting karena Kapuas menghadapi ketidakpastian kritis yang tinggi. Kita tidak bisa hanya mengandalkan satu prediksi masa depan. Skenario planningmemaksa para pemangku kepentingan—dari pemerintah hingga masyarakat adat—untuk mempertimbangkan empat kemungkinan masa depan (Optimis, Adaptif, Terancam, Terpuruk) berdasarkan interaksi dua kekuatan utama: Komitmen Iklim Global dan Persepsi Lokal terhadap Eksploitasi SDA. Proses ini membangun strategi yang tangguh (robust), yang akan berhasil, terlepas dari skenario mana pun yang terwujud di tahun 2060. Pada intinya, Skenario Kapuas 2060 adalah tentang mencapai visi Kapuas sebagai Sungai Peradaban. Visi ini menuntut transformasi kolektif: Kapuas Hulu dengan konservasi berbasis adat, Sintang dengan ketahanan perkotaan dan data sains, serta Sanggau dengan pertanian adaptif. Tujuannya adalah membuktikan bahwa harmoni antara konservasi ekologi dan pembangunan berkelanjutan dapat dicapai. Melalui kolaborasi lintas kabupaten dan semangat "Satu Sungai, Satu Jiwa", kita bisa mengubah peran manusia dari perusak menjadi penjaga yang bertanggung jawab atas sungai kehidupan ini.
Audio Siar Keluar Sekejap Episod 170 bersama tetamu khas Ts Syed Saggaf Syed Ahmad, Presiden Malaysian Oil, Gas & Energy Services Council (MOGSC) membincangkan dengan terperinci mengenai peranan sektor O&G terhadap hasil negara, langkah right-sizing Petronas, ekosistem vendor OGSE, serta cabaran transisi tenaga bersih di bawah NETR dan teknologi baharu seperti CCUS menuju sasaran 2050.Episod ini turut membincangkan isu Projek Pembangunan Kampung Sungai Baru yang mencetuskan polemik pampasan, hak pemilik tanah, dan kuasa kerajaan dalam dasar urbanisasi.Di peringkat antarabangsa, episod ini mengulas signifikan China Victory Day Parade ke-80 sebagai simbol kebangkitan kuasa besar, ketegangan di Asia Barat termasuk serangan Israel ke atas Qatar, serta krisis politik di Nepal yang menguji ketahanan demokrasi negara tersebut.Ingin jenama anda dikenali oleh ribuan pendengar?Taja episod Keluar Sekejap 2025!Hubungi +6011-1919 1783 atau emel commercial@ksmedia.my
Alur Langsat, 16:100. Sabtu, 30 Agustus 2025 M
saat bakar jagung, Minggu، 24/05/2025 M
Hari ini 27 Juli diperingati sebagai Hari Sungai Nasional dengan tema "Sungai Lestari, Lingkungan Sehat, Masyarakat Sejahtera". Tema tahun ini menegaskan bahwa menjaga kelestarian sungai bukan sekadar tugas ekologis, tetapi juga pilar utama menuju lingkungan yang bersih dan masyarakat yang makmur. Bagaimana mengelola sungai yang bersih dan bermanfaat bagi masyarakat ditengah meningkatnya populasi manusia seperti di Indonesia? Wawancara bersama Pakar lingkungan juga peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) - Yus Budiono
Dalam rangka memperingati hari sungai nasional yang jatuh pada 27 Juli 2025, Elshinta Peduli menginisiasi kegiatan bersih-bersih sungai yang akan dilaksanakan pada 26 Juli 2025 mendatang di sungai Ciliwung, Bogor, Jawa Barat. Tidak hanya membersihkan sungai, nantinya akan dilakukan penanam pohon serta pemberian paket sembako untuk insan peduli sungai di kota Bogor. Kegiatan Elshinta Peduli berkolaborasi dengan Komunitas Peduli Ciliwung Bogor, Sabawana Social Respon Team, dan sejumlah komunitas peduli lingkungan lainnya, serta didukung Pemkot Bogor. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai kegiatan ini, kami telah bersama Ketua Harian Elshinta Peduli, Remon Fauzi & Produser Lapangan, Dwi Iswanto.
Koresh mengeringkan sungai Efrat, lalu mengerahkan pasukannya ke bawah tembok. Begitu berada di dalam tembok kota, Koresh menemukan tembok pertahanan yang mengikuti sungai melewati kota tidak dijaga, dan kota itu runtuh dalam satu malam.
Koresh mengeringkan sungai Efrat, lalu mengerahkan pasukannya ke bawah tembok. Begitu berada di dalam tembok kota, Koresh menemukan tembok pertahanan yang mengikuti sungai melewati kota tidak dijaga, dan kota itu runtuh dalam satu malam.
Sebuah Puisi: GELAP TERANGDitulis oleh Ardi Kamal KarimaDisuarakan: Ardi Kamal KarimaPuisi ini membuka dengan gambaran suram kehidupan yang terluka: pelita (harapan) yang padam di kegelapan malam, kemiskinan ("bibir-bibir sumbing," "tubuh menelantang"), dan ketidakberdayaan ("bayangan lebih panjang daripada tubuh"). Sungai yang "diam-diam menelan nama" menyimbolkan hilangnya identitas atau korban yang dilupakan, sementara pertanyaan "siapa pengganti cahaya?" dan "hidup dengan coretan di papan basah" menegaskan kegagalan menemukan solusi dan kondisi hidup yang rapuh serta tak menentu.Puisi kemudian meluas ke kerusakan lingkungan ("hutan-hutan masih membakar diri") yang ironisnya dilakukan demi bertahan hidup di tengah polusi zaman. Keterpurukan semakin dalam digambarkan dengan "doa di saku bolong," simbol iman atau harapan yang bocor dan tak tersimpan baik. Pertanyaan retoris "apakah fajar hanya dongeng... pembohong?" mencerminkan krisis keyakinan mendalam, keraguan apakah harapan ("fajar") hanyalah ilusi atau kebohongan kosong yang diwariskan.Meski suram, puisi menawarkan secercah ketahanan. "Remang yang merayap seperti akar menguak retakan tembok" melambangkan harapan atau perlawanan kecil yang gigih dan tak terhentikan, tumbuh dari celah-celah kesulitan. Terang didefinisikan ulang bukan sebagai janji muluk ("bukanlah janji"), melainkan sebagai "luka yang bersedia mengobati diri sendiri" – sebuah proses penyembuhan aktif dari penderitaan itu sendiri. Penantian panjang ("waktu... tamu yang lupa pulang") dan kutipan Kartini di akhir ("Habis gelap terbitlah terang") bukan kepasifan, melainkan pengakuan akan perjuangan panjang sekaligus penegasan kembali keyakinan bahwa terang, dalam bentuknya yang lebih nyata dan personal, pada akhirnya akan muncul.#ardikamal #literasi #penulis #monologue #jurnal #luka #perspektive #monolog #menjadimanusia #filsafat #sastra #ardikamal #puisi #poem #poet #penyair #penyair #kutipan #poetry #sajak #mentalhealth #syair #habisgelapterbitlahterang #kartini
7 Orang Remaja yang tengah berlibur dan berenang di kawasan Sungai Bangek, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, Sumatera Barat, dilaporkan terjebak air bah sungai, Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, BPBD dan TNI/Polri langsung datang kelokasi Untuk melakukan Evakuasi, Ketujuh Remaja ini Akhirnya Berhasil di Evakuasi pada Pukul 22.00 WIB Minggu Malam.
Pemerintah Provinsi(Pemprov) Riau melalui Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan PerumahanKawasan Pemukiman Pertanahan (PUPR-PKPP), masih terus memproses rencanaperbaikan jembatan Sungai Rokan yang dalam kondisi miring
Satu orang hilang tenggelam dan masih dalam pencarian petugas relawan dan BPBD setempat.Warga Dusun Wage, Desa Purwosari, Kecamatan Kwadungan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, digegerkan atas hilangnya seorang pelajar SMP di Sungai Bengawan Madiun, Sabtu siang. Korban diketahui bernama Rangga Dwi Saputra (14 tahun), yang saat ini masih dalam pencarian petugas relawan dan BPBD. Petugas mulai melakukan pencarian dengan menyisir dari lokasi korban tenggelam hingga sejauh 100 meter dari TKP.Dari hasil informasi, saat itu ada tiga pelajar yang hendak bermain di Sungai Bengawan Madiun. Dua orang masuk ke dalam sungai dan satu orang berada di pinggir sungai. Saat berenang, tiba-tiba korban langsung terseret arus dan temannya berhasil menyelamatkan diri.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dikejutkan dengan lahan di bantaran sungai di Kali Bekasi, wilayah sungai Cikeas dan Cileungsi yang telah berubah fungsi menjadi pemukiman. Daerah aliran sungai yang seharusnya dijaga tersebut bahkan telah memiliki sertifikat hak milik pribadi.Menteri ATR/BPN Nusron Wahid menegaskan bahwa status tanah di bantaran sungai akan dikembalikan menjadi tanah negara. Apa yang membuat maraknya izin kepemilikan pribadi di bantaran sungai ini bisa terjadi? Bagaimana bisa ada sertifikat terbit di atas tanah yang harusnya dikonservasi?
Pdt. Ellya Makarawung (TB) Yosua 1 : 2 "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu"
Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Bengkulu Utara sejak Rabu siang menyebabkan banjir bandang menerjang satu desa. Derasnya aliran air membawa material lumpur dan puing, menggenangi permukiman warga. Warga diimbau tetap waspada terhadap potensi bencana susulan.
Yesus dibaptis di Sungai Yordan, persisnya bagian yang mana?
Dewi Sungai Marquis-Houston is a mixed-race Native Bornean (Ngaju Dayak, Banjarese, Sundanese, English) mother, wife, and filmmaker who was born in Indonesia, adopted as an infant by white American parents, renamed “Amy" (a name she has since rescinded to reclaim her birth name), and raised in the U.S. in white suburbia. Dewi's experiences as a transracial adoptee led her to a filmmaking career that centers marginalized voices and challenges narratives spun from white supremacy culture and colonialist worldviews. As an Indigenous transnational adoptee, being in community and collaborating with Native people across the U.S. has helped her heal from the impact of colonization on her own life and lineage. Dewi is a proud member of A-Doc, Brown Girls Doc Mafia, BIPOC Editors, Creative Nations, Kin Theory, and Mountain Media Arts Collective, and was an inaugural fellow at Denver-based Cine Fe.Websites: https://www.eight16creative.com/. https://www.mynameisnotamy.com/https://adopteesunited.org/. https://www.adopteesforjustice.org/Music by Corey Quinn
Sebuah Puisi & Manifestasinya: A-A-A-ADitulis oleh Ardi Kamal KarimaDisuarakan oleh Ardi Kamal KarimaDari segi sastra, puisi ini menggambarkan suasana yang kelam dengan metafora dan simbolisme yang kuat. Penggunaan elemen seperti sungai yang mengalir tanpa salam, angin yang menusuk, dan bayang-bayang berbisik tentang mati menciptakan gambaran kesunyian dan keterasingan yang mendalam. Struktur rima yang berpola (A-A-A-A) mempertegas keharmonisan dalam kegelapan yang ingin disampaikan, sementara repetisi dan diksi bernuansa elegi memperkuat kesan tragis. Puisi ini seperti sebuah potret surealis yang menggambarkan seseorang yang terseret dalam aliran takdir, tanpa daya untuk kembali.Dari perspektif psikologi, puisi ini mencerminkan kondisi depresi atau perasaan kehilangan yang mendalam. Penggambaran tanpa arah, tanpa selam serta lorong tanpa pintu, tanpa arti menunjukkan rasa hampa dan alienasi, indikatif dari seseorang yang merasa terjebak dalam eksistensi tanpa makna. Penyebutan luka yang terlaminasi, namun masih meninggalkan serpihan di dalam, melambangkan trauma yang tampak tersembuhkan di permukaan tetapi masih menyakitkan di kedalaman jiwa. Ada perlawanan dalam bait terakhir, di mana meskipun tenggelam dalam kegelapan, sang penyair masih menunggu sesuatu—sebuah harapan samar yang tersisa di tengah keputusasaan.Secara filsafat, puisi ini bisa dikaitkan dengan eksistensialisme, khususnya gagasan absurdisme dari Albert Camus. Penyair tampak menyadari ketidakberartian hidup (hidup ini tetaplah lorong, tanpa pintu, tanpa arti), tetapi sekaligus menolak untuk binasa. Ini mencerminkan paradoks eksistensial: manusia terjebak dalam pencarian makna di dunia yang diam dan tidak peduli, namun tetap bertahan meski dihadapkan dengan kehampaan. Sungai dalam puisi bisa dilihat sebagai metafora bagi perjalanan hidup yang terus berjalan tanpa bisa dikendalikan, dan penyair, meski telah tenggelam, tetap menunggu sesuatu yang mungkin tidak akan pernah datang.Instrumental: Sadar by Zhafir Khairan AkalankaVisual on Freepik#ardikamal #literasi #penulis #monologue #jurnal #luka #perspektive #monolog #menjadimanusia #filsafat #sastra #ardikamal #puisi #poem #poet #penyair
Banjir akibat luapan air Sungai Kampar terus meluas di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau. Tak hanya merendam rumah warga, banjir juga memutuskan akses jalan, mengakibatkan ratusan warga terisolir dan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Puluhan rumah di Desa Kuala Tarusan, Kabupaten Pelalawan, Riau, dikepung banjir akibat luapan Sungai Kampar. Banjir telah menggenangi pemukiman warga sejak beberapa hari lalu.
Dampak cuaca buruk sejumlah daerah di Indonesia terendam banjir di Ketapang Kalimantan Barat banjir masih merendam Lima kecamatan dengan ketinggian air mencapai 2 meter, sementara kabupaten Pandeglang Banten akses jalan penghubung Lima Desa terputus akibat luapan Sungai cilemer
Ces villages de l'après-Seconde Guerre mondiale constituaient des camps d'internement. L'objectif des autorités coloniales britanniques était de surveiller une partie de la population malaisienne, en particulier celle d'origine chinoise, soupçonnée de soutenir l'idéologie communiste de l'époque. Presque 80 ans plus tard, certains aimeraient inscrire ces kampungs sur la liste du patrimoine mondial de l'Unesco, de quoi créer des réactions chez les nationalistes malais. De notre correspondante de retour de Kuala Lumpur,C'est dans un musée situé dans une petite ruelle, en plein cœur de Sungai Way, que Ding Eow Chai observe les vestiges du passé. Devant les vitrines remplies d'objets historiques, ce Malaisien issu de la communauté chinoise raconte l'histoire de son village.« Après l'occupation japonaise pendant la Seconde Guerre mondiale, les Britanniques sont revenus ici. Le communisme était assez fort, ils ont interné tous les Chinois dans cet espace et ils les ont mis ici, dans notre village. Et ils contrôlaient par exemple votre nourriture, explique-t-il. À l'époque, il devait y avoir 650 maisons environ. C'étaient surtout des Chinois, c'étaient ceux qui soutenaient principalement le communisme malaisien. »À ses côtés, Yuri Tan, une Malaisienne descendante de Chinois résidant dans le camp de Sungai. Elle échange régulièrement avec sa grande tante pour en savoir plus sur l'histoire du kampung et de sa famille.Le devoir de mémoire« J'ai juste dit à ma tante : "Si j'ai le temps, je ferais une lettre et je la posterais sur Facebook ou ailleurs". Et ça aide beaucoup à ce qu'elle me dise tout ! J'ai beaucoup plus d'éléments sur l'histoire, plus de choses à raconter. Parce que la vraie histoire n'est pas forcément dans un livre, ce sont les anciens qui en parlent le mieux », confie Yuri Tan.Ces deux Malaisiens, attachés au devoir de mémoire, suivent régulièrement les polémiques en Malaisie autour des kampungs. Le dernier débat en date portait sur l'inscription de ce village au patrimoine mondiale de l'Unesco. Une proposition sur laquelle des nationalistes malais se sont opposés. Pour Ding Eow Chai comme Yuri Tan, la possible inscription de leur village à l'Unesco est bien accueillie.« Oui, on pense que c'est une bonne idée, explique la Malaisienne. Et pas seulement pour les Chinois, mais aussi pour le passé des Indiens, des Malais… pas seulement les Chinois venant de Chine en Malaisie. » « Les gens connaîtront notre passé. Tu ne peux pas changer l'histoire. Ça concerne toute la Malaisie, ce n'est pas une histoire de "race". Tout le monde ou chaque État peut être éligible à une reconnaissance de l'Unesco », ajoute Ding Eow Chai.Au total, pendant l'état d'urgence malais de 1948 à 1960, près de 630 camps d'internement pour les Chinois avaient été installés en Malaisie par les colonialistes britanniques.À lire aussiLa Malaisie envisage une «diplomatie de l'orang-outang», déjà décriée
Knowledge - Fire, Boat, Lamp & Sword | Sungai Siput, Malaysia | Svayam Bhagavan Keshava Maharaja by Wisdom That Breathes by Keshava Maharaja
En Malaisie, les villages appelés « Kampungs » datent de l'après-Seconde Guerre mondiale et constituaient des camps d'internement. L'objectif des autorités coloniales britanniques était de surveiller une partie de la population malaisienne, et en particulier des membres la communauté chinoise, soupçonnés de soutenir l'idéologie communiste de l'époque. Presque 80 ans plus tard, ces Kampungs font toujours l'objet de débats sur la scène politique. Récemment encore, le gouvernement a émis l'idée d'inscrire des Kampungs sur la liste du patrimoine mondial de l'Unesco, de quoi créer des réactions chez les nationalistes malais. De notre correspondante de retour de Kuala Lumpur,C'est dans un musée situé dans une petite ruelle, en plein cœur de Sungai Way, que Ding Eow Chai observe les vestiges du passé. Devant les vitrines remplies d'objets historiques, ce Malaisien issu de la communauté chinoise raconte l'histoire de son village.« Après l'occupation japonaise pendant la Deuxième Guerre mondiale, les Britanniques sont revenus ici. Le communisme était assez fort, ils ont interné tous les Chinois dans cet espace et ils les ont mis ici, dans notre village. Et ils contrôlaient par exemple votre nourriture, explique-t-il. À l'époque, il devait y avoir 650 maisons environ. C'étaient surtout des Chinois, c'étaient ceux qui soutenaient principalement le communisme malaisien. »À ses côtés, Yuri Tan, une Malaisienne descendante de Chinois résidant dans le camp de Sungai. Elle échange régulièrement avec sa grande tente pour en savoir plus sur l'histoire du Kampung et de sa famille.Le devoir de mémoire« J'ai juste dit à ma tante : "Si j'ai le temps, je ferai une lettre et je la posterai sur Facebook ou ailleurs". Et ça aide beaucoup à ce qu'elle me dise tout ! J'ai beaucoup plus d'éléments sur l'histoire, plus de choses à raconter. Parce que la vraie histoire n'est pas forcément dans un livre, ce sont les anciens qui en parlent le mieux », confie Yuri Tan.Ces deux Malaisiens, attachés au devoir de mémoire, suivent régulièrement les polémiques en Malaisie autour des Kampungs. Le dernier débat en date portait sur l'inscription de ce village au patrimoine mondiale de l'Unesco. Une proposition sur laquelle des nationalistes malais se sont opposés. Pour Ding Eow Chai comme Yuri Tan, la possible inscription de leur village à l'Unesco est bien accueillie.« Oui, on pense que c'est une bonne idée, explique la Malaisienne. Et pas seulement pour les Chinois, mais aussi pour le passé des Indiens, des Malais… pas seulement les Chinois venant de Chine en Malaisie. » « Les gens connaîtront notre passé. Tu ne peux pas changer l'histoire. Ça concerne toute la Malaisie, ce n'est pas une histoire de "race". Tout le monde ou chaque État peut être éligible à une reconnaissance de l'Unesco », ajoute Ding Eow Chai.Au total, pendant l'état d'urgence malais de 1948 à 1960, près de 630 camps d'internement pour les Chinois avaient été installés en Malaisie par les colonialistes britanniques.À lire aussiLa Malaisie envisage une «diplomatie de l'orang-outang», déjà décriée
In the wake of the Sungai Bakap by-elections, former Penang deputy chief minister and Urimai chairman, P Ramasamy wrote in a Free Malaysia Today article that the level of support among Malaysian Chinese for the Democratic Action Party (DAP) and the ruling government in general has fallen. Discussing this issue with us today is James Chin, Professor of Asian Studies, the University of Tasmania.Image Credit: shutterstock.com
Audio Siar Keluar Sekejap Episod 113 antaranya membincangkan tentang keputusan pilihan raya kecil Sungai Bakap yang telah dimenangi oleh Perikatan Nasional pada sabtu yang lepas serta afidavit untuk penahanan rumah Dato' Seri Najib gagal. Keluar Sekejap turut mengulas tentang Laporan Ketua Audit Negara yang menemukan beberapa perkara yang mencurigakan, bank negara wajibkan syarikat insurans dan takaful sediakan pilihan produk mereka dengan co-payment serta undang-undang penagih dadah. Bagi segment antarabangsa, Keluar Sekejap berkesempatan menyentuh tentang keputusan Pilihan Raya di UK yang dimenangi oleh Parti Labour. Article berkaitan : https://www.centre.my/post/kaki-dadah-the-need-to-reform-public-perception-towards-people-who-use-drugs-in-malaysia Bagi yang berminat menaja episod Keluar Sekejap untuk 2024, boleh hubungi +601119191783 atau emel kami di commercial@ksmedia.my
Perikatan Nasional retained the Sungai Bakap state seat in Penang with an increased majority over the Pakatan Harapan candidate during last weekend's by-election, during which voter turnout was 63.45%. Ibrahim Suffian, Programme Director at Merdeka Centre analyses the outcome of the election and its impact on Malaysia's political landscape going forward.Image Credit: Shutterstock.com
The Sungai Bakap by-election is set for July 6th, with nomination day this Saturday. Both Pakatan Harapan (PH) and Perikatan Nasional (PN) coalitions have unveiled their candidates, setting the stage for a closely fought contest due to a narrow 1,563-vote margin in 2023. We gaze into the crystal ball to discuss potential outcomes with Arinah Najwa Ahmad Said, Director, BowerGroup Asia.Image Credit: Shutterstock.com
The OTRNow Radio Program 2012-040Treasury Star Parade. Program #102. Treasury Department syndication. "It Isn't Peanuts". A Washington, D. C. cab driver tells off two society ladies who don't realize that there's a war on!. Vincent Price (host), Edward G. Robinson, David Broekman and His Orchestra. The Tenth Man. November 7, 1947. The National Mental Health Foundation syndication. "The Old Folks At Home". Sustaining. NBC Orthacoustic transcription. Grandpa is living at home with a married couple, and that seems a bit difficult for everyone. Ralph Bellamy (narrator), Jackson Beck (announcer), Jack Nair (writer), Drex Hines (director), Dallas Pratt (technical advisor).Jeff Regan, Investigator. September 11, 1948. CBS Pacific net. "The Story Of Cain and Abel and The Santa Maria". Sustaining. A little silver ship has been stolen, and Jeff has been hired to get it back. Jack Webb, Wilms Herbert, Lurene Tuttle, Dickie Chambers, Paul Frees, Wally Maher, Marvin Miller, E. Jack Neuman (writer), Sterling Tracy (producer), Richard Aurandt (music), Bob Stevenson (announcer).Bring 'Em Back Alive. October 30, 1933. RKO Radio Pictures syndication. "The Weretiger of Sungai". The program features Frank Buck (impersonated). The date is approximate. The program is also known (incorrectly) as, "The Jungle Adventures Of Frank Buck.".Bring Em Back Alive 1933-10-30 Manhunt. October, 1943. ZIV Syndication. "The Clue of the Melody Murders". Sponsored by: Commercials added locally. The series was recorded in New York. Being syndicated, the series was heard on different stations on different dates. Maurice Tarplin (narrator), Larry Haines, Frances Robinson. Counterspy. June 25, 1945. ABC net. "The Case Of The Dog Of Dynamite". Sponsored by: Fresh Deodorant. The former commander of all Gestapo agents in Spain plans to enter a U.S. government laboratory working on very valuable "bugs.". Don MacLaughlin, Phillips H. Lord (producer), Mandel Kramer, Helen Warren, David Leeds (announcer). Beyond Midnight 1969 Picture. Beyond Midnight was a South African radio horror anthology series that ran from 1968 to 1970 on Springbok Radio.A couple living and working in Africa experience a nightly "visitor" roaming among their trash bins. Becoming increasingly frustrated by being woke up on a frequent basis, the two devise a plan to take a picture in hopes of finding a solution to ridding themselves of the "visitor". However, the "visitor" is something more than what they bargained for. Sleep No More. December 12, 1956. NBC net. "Three O'Clock". Sustaining. Nelson Olmsted, Ben Grauer (announcer), Kenneth MacGregor (director), Cornell Woolrich (author, using the name William Irish).
The OTRNow Radio Program 2012-040Treasury Star Parade. Program #102. Treasury Department syndication. "It Isn't Peanuts". A Washington, D. C. cab driver tells off two society ladies who don't realize that there's a war on!. Vincent Price (host), Edward G. Robinson, David Broekman and His Orchestra. The Tenth Man. November 7, 1947. The National Mental Health Foundation syndication. "The Old Folks At Home". Sustaining. NBC Orthacoustic transcription. Grandpa is living at home with a married couple, and that seems a bit difficult for everyone. Ralph Bellamy (narrator), Jackson Beck (announcer), Jack Nair (writer), Drex Hines (director), Dallas Pratt (technical advisor).Jeff Regan, Investigator. September 11, 1948. CBS Pacific net. "The Story Of Cain and Abel and The Santa Maria". Sustaining. A little silver ship has been stolen, and Jeff has been hired to get it back. Jack Webb, Wilms Herbert, Lurene Tuttle, Dickie Chambers, Paul Frees, Wally Maher, Marvin Miller, E. Jack Neuman (writer), Sterling Tracy (producer), Richard Aurandt (music), Bob Stevenson (announcer).Bring 'Em Back Alive. October 30, 1933. RKO Radio Pictures syndication. "The Weretiger of Sungai". The program features Frank Buck (impersonated). The date is approximate. The program is also known (incorrectly) as, "The Jungle Adventures Of Frank Buck.".Bring Em Back Alive 1933-10-30 Manhunt. October, 1943. ZIV Syndication. "The Clue of the Melody Murders". Sponsored by: Commercials added locally. The series was recorded in New York. Being syndicated, the series was heard on different stations on different dates. Maurice Tarplin (narrator), Larry Haines, Frances Robinson. Counterspy. June 25, 1945. ABC net. "The Case Of The Dog Of Dynamite". Sponsored by: Fresh Deodorant. The former commander of all Gestapo agents in Spain plans to enter a U.S. government laboratory working on very valuable "bugs.". Don MacLaughlin, Phillips H. Lord (producer), Mandel Kramer, Helen Warren, David Leeds (announcer). Beyond Midnight 1969 Picture. Beyond Midnight was a South African radio horror anthology series that ran from 1968 to 1970 on Springbok Radio.A couple living and working in Africa experience a nightly "visitor" roaming among their trash bins. Becoming increasingly frustrated by being woke up on a frequent basis, the two devise a plan to take a picture in hopes of finding a solution to ridding themselves of the "visitor". However, the "visitor" is something more than what they bargained for. Sleep No More. December 12, 1956. NBC net. "Three O'Clock". Sustaining. Nelson Olmsted, Ben Grauer (announcer), Kenneth MacGregor (director), Cornell Woolrich (author, using the name William Irish).
Become a supporter of this podcast: https://www.spreaker.com/podcast/malam-seram--3347472/support.MALAM SERAM, PODCAST CERITA SERAM | DITAJA TOP AGENT HARTANAH TEAMMIRZAFAI TeamMirzaFai pemenang TOP 1 Agent Hartanah sebanyak 9 kali (The Pegasus Awards). Dengan kepakaran serta pengalaman memguruskan hartanah HDB, Condo serta Landed property Mirza Subari, Fai Muni, Leha Ramli, Elfi Muni dan Amir Amzar akan memudahkan lagi proses jual beli hartanah anda. PEMILIK RUMAH BTO anda kemungkinan mempunyai harta yang lumayan hubungi TeamMirzaFai untuk ketahui berapa keuntungan menjual rumah anda. Tiada paksaan untuk membuat keputusan dan tiada bayaran untuk sebarang pertanyaan.Hubungi sekarang melalui whatsapp atau panggilan telifon 83832145, 83338555. Urusan jual beli hartanah anda menjadi mudah dan sempurna dengan TeamMirzaFai Selamat menyambut tahun 2024 semoga tahun ini KC dapat terus menyajikan lebih banyak kisah seram serta hiburan yang boleh dinikmati untuk seisi keluarga. Terima kasih atas sokongan anda pada tahun 2023 KC amat menghargainya! Jom Malam Seram!
Tingginya curah hujan di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci, Jambi, menyebabkan ribuan rumah warga di dua daerah tersebut terendam banjir. Melalui aktifitas Corporate Social Responsibility (CSR) BRI Cabang Sungai Penuh, BRI Peduli bergerak cepat dengan melakukan penyaluran bantuan tanggap bencana, untuk masyarakat yang terdampak. Bantuan yang disalurkan berupa paket sembako, susu, minyak goreng, beras, air mineral dan obat-obatan. selain itu, IWABRI (Ikatan Wanita BRI) juga memberikan bantuan makanan serta perlengkapan untuk ibu-ibu dan anak balita. Pimpinan Cabang BRI Sungai Penuh, Shaka Aji Nugraha mengungkapkan bahwa bantuan-bantuan tersebut diserahkan langsung ke desa-desa yang terdampak banjir di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci.
Sejak 20 tahun lalu, penduduk Kampung Sungai Memanjang Sandakan, Sabah antara yang terpaksa berdepan banjir.
PM tuntut kebersamaan rakyat agar negara terus membangun. Gara-gara salah faham, lelaki dibunuh, ditanam belakang rumah. Hujan tahap bahaya di Pantai Timur, siap siaga gelombang banjir. KL bandar raya keenam paling dikunjungi, tewaskan New York, Seoul.
Suka bacaan kisah-kisah seram, sila subscribe ke saluran Malam Seram! Malam Seram LIVE show Isnin hingga Khamis 11 malam dan Jumaat 11.59 malamMALAM SERAM adalah segmen LIVE perkongsian pengalaman seram dan misteri. Anggap ia hanya sekadar perkongsian sahaja. Jangan mudah percaya dan terlalu taksub dengan apa yang anda dengar! MALAM SERAM The Horror Talk Show Bukan Sekadar Cerita Seram.
BRI Branch Office (BO) Solok menggelar kegiatan pembersihan sungai dalam rangka menyemarakan HUT BRI ke-128. kegiatan yang bertajuk “Jaga Sungai Jaga Kehidupan” ini dilaksanakan di Kelurahan Kampung Jawa, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok pada 7 Desember 2023. Dalam kegiatan ini, Pejabat Sementara (Pjs) BRI RO Padang, Radiahman Sinaga menekanan bahwa program BRI Peduli Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ini merupakan bentuk kepedulian pihaknya dalam menjaga lingkungan dan menggalakkan gerakan anti sampah. Ia juga menyampaikan bahwa BRI akan berkomitmen untuk selalu hadir di tengah masyarakat melalui berbagai program TJSL meliputi di antaranya, bidang lingkungan, pendidikan, pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dan kesehatan. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di Solok, namun juga di wilayah kerja BRI RO Padang lainnya, di mana BRI juga membersihkan lima sungai di Kota Padang, Bukittinggi, dan Kota Solok. Di Kampung Jawa, BRI RO Padang melalui PT Bringin Karya Sejahtera (BKS) Cabang Padang memberikan fasilitas seperti vertical garden, kontainer sampah, lukisan mural, plang BRI serta melibatkan warga setempat. BRI berharap, dengan adanya program ini akan menumbuhkan kesadaran masyarakat sekitar terkait pengelolaan lingkungan.
Menyambut HUT ke-128, BRI melaksanakan program kegiatan Aksi Bersih Jaga Sungai di tiga tempat berbeda setiap harinya, dari tanggal 27-29 November 2023. Lokasi pertama pada aksi bersih ini berada di Kelurahan Purus RW 02 kota Padang. Kegiatan dibuka oleh Regional CEO RO Padang, Moh. Harsono, Lurah Purus, Pejabat BRI, serta tamu undangan lainnya. Lurah Purus, Zulwandi Anwar mengungkapkan rasa terima kasihnya terkait program bersih sungai yang diselenggarakan BRI. Ia berharap dengan adanya kegiatan ini akan menumbuhkan rasa peduli masyarakat terkait kebersihan sungai.
Hari kedua program kegiatan Aksi Bersih oleh BRI RO Padang dilaksanakan di Kelurahan Flamboyan Baru, samping Pasar Pagi, Khatib Sulaiman. Regional CEO RO Padang, Moh. Harsono menyampaikan bahwa program ini merupakan bentuk BRI dalam memeringati hari ulang tahunnya. Ia berharap dengan adanya program ini akan tercipta lingkungan yang bersih serta menambah kesadaran masyarakat terkait pentingnya menjaga lingkungan.
Hari terakhir program kegiatan Aksi Bersih oleh BRI RO Padang dilaksanakan di Kelurahan Olo sebelah Mesjid Asra Olo Ladang. Regional CEO RO Padang, Moh. Harsono menjabarkan beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada program ini seperti membersihkan sungai, penyediaan bak sampah, penanaman pohon, serta penggambaran moral pada dinding dan membangun vertical garden. Aksi juga dilakukan di beberapa kota atau kabupaten Sumatera Barat seperti kota Bukittinggi dan Solok.
Dalam memperingati hari jadi yang ke-128, Bank BRI mengadakan Aksi Jaga Sungai di beberapa tempat, seperti Kelurahan Bandar Purus, Kelurahan Olo dan Kelurahan Flamboyan. Acara tersebut berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 27 hingga 29 November 2023. Kegiatan ini dibuka oleh Regional CEO Padang, Mohammad Harsono bersama dengan pejabat BRI Regional Office Padang, Lurah Purus dan tamu undangan lainnya. Melalui aksi ini, RO Padang melaksanakan beberapa kegiatan seperti Aksi Jaga Sungai dan bersih sungai, penyediaan bak sampah, serta penggambaran mural di dinding. Aksi ini dilaksanakan di berbagai kota kabupaten di Sumbar, seperti Kota Padang, Bukittinggi dan Solok. Sementara itu, Lurah Purus, Zulwandi menyatakan bahwa masyarakat sangat berterima kasih terkait kegiatan yang sudah BRI laksanakan.
The federal government has introduced legislation to Parliament to revise the Murray Darling River Valley plan. - Pemerintah federal telah memperkenalkan undang-undang ke Parlemen untuk merevisi rencana Lembah Sungai Murray Darling.
In today's podcast we cover four crucial cyber and technology topics, including: 1. Anonymous Sudan banned from Telegram, attacks service 2. Airbus data found for sale by criminals 3. France says iPhone12 unsafe, requests removal from market 4. Poland Senate says Spyware used unjustly by ruling party I'd love feedback, feel free to send your comments and feedback to | cyberandtechwithmike@gmail.com
Dalam kisah seram kali ini KC bacakan himpunan beberapa cerita seram bertemakan pengangkutan awam. Dari kisah dalam pesawat hingga kisah bas berpuaka. Jom ikuti cerita penuh dalam Malam Seram.MALAM SERAM adalah segmen LIVE perkongsian pengalaman seram dan misteri. Anggap ia hanya sekadar perkongsian sahaja. Jangan mudah percaya dan terlalu taksub dengan apa yang anda dengar! MALAM SERAM The Horror Talk Show Bukan Sekadar Cerita SeRam.
Yo, this story blew my mind. It happened 50 years ago...in a village in Singapore. Four siblings played at the river behind their kampong and then one of them went missing. What happened next will make your jaw drop.
“The land is our mother. The forest is our father. And the river is our blood.” Today we share a story of an Indigenous people who fought for their forest – and won. Sungai Utik is a village in the Indonesian province of Kalimantan on the island of Borneo, where people treat nature “as if it is our own bodies.” Since the 1970s, companies have tried to take trees and land, but the village has successfully defended their forest. In this special episode, 18-yr old Kynan Tegar, a Dayak Iban filmmaker from Sungai Utik, shares excerpts from his upcoming film, which he describes as a “love letter” to the forest and river he grew up with. In these clips, hear village elders explain how they heeded the warnings of the omen birds to ward off those who would endanger their forests and way of life. Thank you to Dayak Iban elders Apai Janggut, Apai Gadja, and Apai Kudi, whose voices and stories are included in Kynan's film, as well as this episode. Deep gratitude to Kynan Tegar and his filmmaking partners, Muhammed ‘Aldi' Khatami and Yogi Armada, for sharing audio from their film, which is being made in partnership with the Wayfinders Circle. Wayfinders Circle is a global network of Indigenous communities, including Sungai Utik, and is dedicated to unleashing the transformative potential of Indigenous lifeways, inspiring all people to reimagine development, conservation, and the way they relate to each other and to Mother Earth. The conveners of the Wayfinders Circle are the Pawanka Fund, the World Union of Indigenous Spiritual Practitioners and Nia Tero. Special thanks to our Nia Tero colleagues Joel Cerda and David Rothschild for kind guidance and generous introductions that made this episode possible. Host: Jessica Ramirez. Producer and Audio Mix: Jenny Asarnow. Story Editor: Nils Cowan. Learn more: Follow Kynan Tegar's journey on Instagram Learn more about Kynan Tegar's work on If Not Us Then Who? Learn more about the work of the Wayfinders Circle Find us at https://www.instagram.com/niatero_seedcast/ Seedcast is a production of Nia Tero, a global nonprofit which supports Indigenous land guardianship around the world through policy, partnership, and storytelling initiatives.Enjoy the Seedcast podcast on Apple Podcasts, Spotify, and your other favorite podcast platforms. Keep up with Seedcast on Instagram and use the hashtag #Seedcast.
#malamseram #KCChampion #HorrorMelayu. JOM DERAMA UNTUK MASJID MUJAHIDIN TABUNG RAMADAN Kelebihan Bulan Ramadan segala amalan dan kebaikkan akan mendapat pahala serta ganjaran yang berlipat kali ganda. Malam Seram ingin menjemput Geng Momok untuk membantu Masjid Mujahidin mengumpul dana untuk bulan Ramadan ini. Mudah-mudahan segala amalan anda diterima dan diberkati oleh Allah SWT. Semoga Allah SWT membalas jasa baik Tuan/Puan. Jazakumullah Khairan. Sokonglah usaha kami 1.
#malamseram #KCChampion #HorrorMelayu. JOM DERAMA UNTUK MASJID MUJAHIDIN TABUNG RAMADAN Kelebihan Bulan Ramadan segala amalan dan kebaikkan akan mendapat pahala serta ganjaran yang berlipat kali ganda. Malam Seram ingin menjemput Geng Momok untuk membantu Masjid Mujahidin mengumpul dana untuk bulan Ramadan ini. Mudah-mudahan segala amalan anda diterima dan diberkati oleh Allah SWT. Semoga Allah SWT membalas jasa baik Tuan/Puan. Jazakumullah Khairan. Sokonglah usaha kami 1.
In this episode, we chat with Sam Bencheghib, co-founder of Make A Change World and Sungai Watch, and an impact partner of Only One who is helping to combat plastic waste in Indonesia. Sam discusses how he ran across the United States to build awareness about the issue, the challenge with plastic waste in Bali, the innovative use of river barriers to stop plastics before they enter the ocean, how Sungai Watch is using data to track polluters, and how the team is engaging local communities in the effort.You can find Sam on Instagram, and you can learn more about Sungai Watch on their website, Facebook, Instagram, and LinkedIn. For this week's action, become a member of Only One, where for as little as $9 per month, you can removing plastic from the ocean. 100% of your donation supports the work of Only One impact partners, including Sungai Watch. Sign up at www.only.one