POPULARITY
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Ari Hartanti dari Gereja Santo Mikhael Pangkalan TNI AU Adi Sucipto Jogyakarta di Keuskupan Agung Semarang, Indonesia. Kisah Para Rasul 2: 36-41; Mazmur tg 33: 4-5.18-19.20.22; Yohanes 20: 11-18PENGAKUAN DAN TINDAKAN IMAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Pengakuan DanTindakan Iman. Ketika kebenaran atau fakta suatu peristiwa diungkapkan secara terang-terangandan tanpa halangan apa pun, tanggapan yang datang biasanya tidak selalu seragamya atau tidak. Pasti ada tanggapan menyambut dan menyetujui, pasti tanggapanlain yang tidak setuju dan menolak. Ada juga tanggapan yang samar-samar atautidak jelas apakah setuju atau tidak setuju. Dengan kata lain, kita tidakmungkin menyenangkan dan memuaskan semua dan serentak orang lain. Seperti ketika Yesus masih hidup tidak diterima semuaorang, kotbah pertama oleh Petrus yang dikelilingi para rasul dan murid itudipercaya bernasib yang sama. Namun teks Kisah Para Rasul pada hari inimenonjolkan bagian orang yang setuju dan menerima ajaran Injil Yesus Kristusyang disampaikan. Bagian kotbah pada hari Pentekosta berbunyi demikian: Allahtelah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus. Lalusecara spesifik respon orang-orang Yahudi yang mendengarkan kotbah itu ialah hatimereka sangat terharu. Selanjutnya mereka bertanya kepada Petrus dan para rasultentang apa yang perlu dilakukan sebagai kelanjutan dari rasa haru mereka. Mereka memahami isi kotbah tersebut dengan pikirannya,lalu mereka terbawa di dalam perasaan harunya, dan selanjutnya ialah kemauannyayang sudah terbuka untuk diisi. Yang bertugas mengisi ialah pembawa kabar sukacita dalam hal ini ialah para rasul. Keterbukaan itu tidak serta-merta segeradiisi dengan pengakuan dan tindakan iman. Keterbukaan hati dan pikiran itumemungkinkan sebuah proses bertumbuhnya iman yang sesungguhnya. Yangselanjutnya diperlukan ialah pertobatan, pembaptisan dalam nama Yesus Kristussebagai pengampunan dosa, dan pencurahan karunia Roh Kudus. Jadi apa yang terjadi dalam konteks kotbah pertama tentangInjil Yesus Kristus itu telah membuahkan sebuah tanggapan mendasar dariorang-orang yang percaya. Di dalam kehidupan Gereja saat ini kita menyebutnyasebagai tiga sakramen inisiasi, yaitu pembaptisan, komuni kudus, dan krisma.Ketiganya merupakan tahap awal dan mendasar kehidupan Kristiani dan menggereja. Firman Tuhan yang didengar dan diterima mengarahkanseseorang pada pembaharuan arah hidup. Lalu ia dipersiapkan untuk menerimapembaptisan yang membuatnya bertemu dan melihat Tuhan secara pribadi. Bahkan iadipanggil namanya seperti Yesus yang bangkit menyebut nama “Maria” dalamperistiwa penampakan. Ini layaknya pengalaman menerima Tuhan secara pribadiseperti Komuni Suci. Selanjutnya penguatan iman yang diterima dan diakui itumelalui pencurahan Roh Kudus di dalam sakramen krisma.Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan YesusKristus, semoga kami tidak luput dari mengenali-Mu secara benar dansungguh-sungguh melalui pewartaan firman-Mu setiap hari. Salam Maria penuhrahmat ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Juan dan Loly dari Paroki Maria Bunda Tak Bercela Orong di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Yesaya 65: 17-21; Mazmur tg 30: 2.4.5-6.11-12a.13b; Yohanes 4: 43-54JAWABAN Renungan kita pada hari ini bertema: Jawaban. Hasil atauprestasi yang kita capai merupakan jawaban atas kerja dan proses yang kitalakukan. Misalnya kesepakatan merupakan jawaban dari diskusi untuk menyamakanperbedaan persepsi. Konsep merupakan jawaban dari pengaitan bermacam-macamargumen. Sistem adalah hasil dari pengintegrasian elemen-elemen yang berbeda.Metode dihasilkan dari percobaan dan analisa aneka variabel. Seorang bocah kelas 5 SD ingin buktikan kepada orang tuadan keluarganya, bahwa Komuni Pertama yang telah diterimanya sekitar satu bulanlalu adalah kesempatan baginya untuk melayani Gereja sebagai putra Altar. Iaberkata bahwa Komuni Pertama adalah jawaban atas kerinduannya sejak sebagaimurid TKK, betapa ia ingin sekali menerima Yesus Kristus. Dengan melayanai diGereja sebagai Putra Altar adalah jawaban atas kerinduannya untuk berada didekat Pastor dan melihat bagaimana Pastor merayakan Ekaristi. Setelah menerimaKomuni Pertama, ia tidak menunda-nunda lagi untuk mendaftar menjadi PutraAltar. Pembaptisan yang kita terima membukakan pintu bagi setiaporang untuk menemukan jawaban-jawaban pasti tentang perjalanan imannya. Satujawaban yang pasti ialah berpartisipasi di dalam Yesus Kristus dan di dalamGereja-Nya. Dari sini terbentuklah identitas Kristiani yang bertumbuh dalamproses perwujudan panggilan setiap pengikut Kristus. Putra dan putri Allahterpanggil dalam profesi seperti guru, abdi negara, teknisi, pengusaha, petani,atau politisi. Putra dan putri Allah juga terpanggil dalam pelayanan umat Allahsebagai imam, biarawan, biarawati, dan perkawinan suami-istri. Kewajiban sebagai pengikut Kristus yang sangat mendasarialah menjadi tanda kehadiran Kristus, terang, dan kebenaran-Nya di dalamdunia. Istilah yang sering dipakai ialah menjadi saksi-saksi Kristus yang hidupmelalui perkataan dan perbuatan Kristiani yang menggarami dan menerangi duniaini. Martabat putra dan putri Allah dengan panggilan-panggilan yang melekatpada setiap orang, akan menjadi efektif jika ia menjalankan kewajibannya secarabertanggung jawab. Jadi iman merupakan dasar untuk berdiri dan berfungsinyasebuah kehidupan Kristen yang menghayati cinta kasih Kristus dan berpengharapanakan langit dan bumi yang baru, yaitu kerajaan surga, seperti kata nabi Yesayadalam bacaan pertama hari ini. Pejabat istana mendapatkan jawaban dalam iman,setelah mujisat yang terjadi di dalam keluarganya. Iman itu mengantar seluruhkeluarga kepada Tuhan. Mereka menabiskan dirinya menjadi bagian dari YesusKristus yang memiliki hak dan kewajiban sebagai pengikut Kristus. Hal yang samajuga terjadi pada diri kita, iman adalah jawaban dasar kita kepada Tuhan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus,terima kasih atas rahmat panggilan dari-Mu kepada kami dan semoga kami selalumembaharui iman kami kepada-Mu. Salam Maria... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Yudith Embulaba dan Laurens Embulaba dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Sirakh 17: 24-29; Mazmur tg 32: 1-2.5.6.7; Markus 10: 17-27LONCENG PRAPASKAH Tema renungan kita pada hari ini ialah: Lonceng PraPaskah.Dengan telah melewati hari Minggu biasa yang ke-8 kemarin, dalam minggu iniyaitu hari Rabu, Gereja kita merayakan hari Rabu Abu. Dari sini, mulailah kitamemasuki masa Prapsakah. Di dalam tahun liturgi, kita mengakhiri masa biasayang berjalan selama 8 minggu dari masa Natal, dan kita akan memberikan fokusperjalanan iman kita kepada misteri-misteri Paskah Yesus Kristus. Masa Pra-Paskah membawa kita untuk sampai kepada peristiwainti yaitu Pekan Suci. Kita menjadikan masa Pra Paskah sebagai saat-saatpersiapan, yang ditandai dengan bentuk-bentuk disiplin Kristiani berupa puasa dan pantang, sertatindakan-tindakan pertobatan. Berkaitan dengan disiplin dan tindakan ini, padahari Rabu Abu, bagian dari liturgi ini ialah penerimaaan abu bagi setiappengikut Kristus. Pelayan yang menandakan abu pada kepala kita menyerukankata-kata ini: Bertobatlah dan percayalah kepada Injil. Seruan pertobatan secara prinsipil datang dari YesusKristus. Ia mengungkapkan perintah Allah yang sudah disampaikan sejak dahulu dizaman para nabi, yaitu manusia harus bertobat dari dosa-dosanya supaya menjadiselamat. Pada hari ini firman Tuhan yang diwartakan sesuai dengan tata liturgiGereja mengungkapkan seruan tersebut. Jika dianalogikan dengan lonceng gereja,kapel, atau biara yang berguna untuk menyampaikan perhatian kita atas sebuahkegiatan yang akan segera berlangsung, firman Tuhan pada hari ini dapat kitapandang sebagai sebuah saat lonceng PraPaskah berbunyi. Kitab Putera Sirakh memusatkan perhatian kita kepadaseruan dan perintah yang berbunyi: Bertobatlah kepada Tuhan dan hentikanlahdosa-dosamu. Lonceng itu berbunyi dengan isinya berupa perintah tersebut, makasetiap dari kita diingatkan bahwa Rabu Abu sudah di depan mata dan masa PraPaskah akan segera kita lalui. Seorang pencuri yang sudah dikenal umum dilingkungannya, juga mendengar bunyi lonceng ini. Apakah yang menjadi reaksinyayang sesungguhnya? Ia mendengar itu, bisa sebagai orang yang mau bertobat, atauorang yang merasa berat untuk bertobat karena mencuri adalah kesukaannya. Biasanya, manusia tidak begitu mudah dan cepatberubah. Kalau si pencuri itu meskipunimannya mendorong dan harapannya besar untuk berubah, ia membutuhkan sebuahproses transisi yang sulit. Kebiasaan dan kesukaan yang besar harus dihentikan,pasti membutuhkan penyangkalan diri yang sangat berat. Hal itu sama dengansulitnya seorang yang diminta Yesus untuk menjual segala harta miliknya,kemudian mengikuti Yesus Kristus dengan tidak membawa apa-apa untuk kelangsunganhidupnya. Intinya, kita memang dituntut untuk mengubah diri kita sebagaipendosa, meski hal itu berat untuk dilakukan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, ampunilahdosa-dosa kami dan bebaskanlah kami dari segala kejahatan dalam hidup ini yangancaman bagi keselamatan kami. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam namaBapa ...
Seluruh kehidupan di dalam bahtera rumah tangga Kristiani harus senantiasa menunjukkan keserasian dan keharmonisan dalam sebuah rumah tangga Kristian.
Seluruh kehidupan di dalam bahtera rumah tangga Kristiani harus senantiasa menunjukkan keserasian dan keharmonisan dalam sebuah rumah tangga Kristian.
Iblis masih menjadi penguasa dunia sehingga mampu melaksanakan apa saja yang menjadi kesempatan besar baginya, Iblis masih memiliki kuasa penghancur iman Kristiani kita, sudah jelas dinubuatkan sejak Perjanjian Lama.
Iblis masih menjadi penguasa dunia sehingga mampu melaksanakan apa saja yang menjadi kesempatan besar baginya, Iblis masih memiliki kuasa penghancur iman Kristiani kita, sudah jelas dinubuatkan sejak Perjanjian Lama.
Gunung Lewotobi meletus dahsyat awal November lalu, menyebabkan puluhan ribu orang harus mengungsi. Dua bulan setelah bencana, pengungsian masih penuh karena rumah para penyintas yang rusak. Ribuan umat Kristiani di sekitar Gunung Lewotobi pun harus merayakan Natal di tengah suasana prihatin.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Juan dan Loly dari Paroki Santa Maria Bunda Tak Bercela Orong di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. 1 Korintus 9: 16-19.22-23; Mazmur tg 117: 1.2; Markus 16: 15-20 CELAKA KALAU TIDAK MEMBERITAKAN INJIL Tema renungan kita pada hari ini ialah: Celaka Kalau Tidak Memberitakan Injil. Gereja Katolik di Indonesia memandang spesial santo Fransiskus Xaverius. Misionaris asal Spanyol itu ikut menanamkan benih iman Kristiani di negeri kepulauan Indonesia. Ia tinggal di beberapa wilayah di Indonesia. Ia juga menjangkau sejumlah wilayah tetangga seperti Jepang, Cina, dan India. Setelah mengalami kematian sebagai martir di daerah sekitar perbatasan antara Tiongkok dan India, umat Kristen kemudian mengabadikan jenasahnya secara utuh yang masih tersimpan sampai sekarang di kota Goa, di India Timur Laut. Sebelum datangnya Fransiskus di sejumlah wilayah Asia, cerita lisan menuturkan bahwa ada sejumlah wilayah di Asia, dan juga Indonesia sudah didatangi lebih dahulu oleh beberapa misionaris. Berkat periode yang lebih awal itu, orang-orang Asia nampaknya mengalami suatu “Adven” akan Gereja Katolik dan pewartaan Injil. Mereka menantikan saat tepat untuk pewartaan Injil, terbentuknya komunitas Kristiani, dan persekutuannya dengan Gereja Universal. Pada masa penyebaran Injil oleh Fransiskus, sebuah potret Gereja Universal sudah tampak. Surat-surat yang Fransiskus kirim ke pimpinannya, Ignasius Loyola yang berada di Roma dan Eropa, sungguh menggambarkan bagaimana Fransiskus ingin melebarkan pewartaan Injil ke seluruh dunia dan tetap terhubung dengan Gereja Katolik yang utuh di bawah kepemimpinan Santo Petrus, yaitu dalam diri Paus yang berkedudukan di Roma. Semangat Fransiskus ini sangat mirip dengan Santo Paulus dalam kisah-kisahnya di Perjanjian Baru. Kalimat ungkapan Paulus yang terkenal: “Celakalah aku kalau tidak memberitakan Injil” dipraktekkan oleh Fransiskus. Orang-orang Asia, khususnya Gereja Katolik sangat mencintai Fransiskus. Bahkan untuk Gereja Katolik Indonesia, setiap tanggal kematiannya, 3 Desember, adalah sebuah pesta dalam liturgi. Ini berarti tempat Fransiskus ada di jantung hati-kehidupan iman Gereja Katolik Indonesia. Orang Asia dengan sangat mencintainya, sampai-sampai tempat sucinya di kota Goa India menjadi tempat ziarah rohani tingkat dunia, dan jenasahnya tersimpan di sana, bukan dibawah untuk disimpan di Eropa, atau khususnya di basilika Santo Ignasius Loyola di kota Roma. Fransiskus Xaverius adalah seorang martir Santo yang penuh dengan semangat “Adven”. Ia menginspirasikan seluruh Gereja dan kita masing-masing untuk merentangkan tangan dan melangkahkan kaki demi menjangkau orang lain yang belum dekat dengan Tuhan, supaya hidup kita semua selalu dalam siap-sedia, karena Tuhan akan kunjungi kita pada saat yang tidak kita sadari. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan semoga pada hari ini semangat hidup santo Fransiskus Xaverius memenuhi diri kami masing-masing, keluarga, komunitas, masyarakat dan Gereja kami. Salam Maria... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Elisabeth Duan dan Kris Waleng dari Paroki Santo Fransiskus Xaverius Tanjung Priok di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Filipi 2: 5-11; Mazmur tg 22: 26b-30a.31-32; Lukas 14: 15-24 RUMAH-KU HARUS PENUH Tema renungan kita pada hari ini ialah: Rumah-Ku Harus Penuh. Baru saja kita mendengar bagaimana perjamuan besar oleh Tuhan terbuka untuk dihadiri semua orang yang diundang dan bahwa tuan pesta sangat ingin supaya rumah perjamuannya itu harus penuh. Banyak tempat duduk tersedia, undangan disampaikan berulang kali bahkan terkesan memaksa, santapan sudah siap dinikmati. Semua ini menggambarkan begitu besarnya pesta itu. Mereka yang menyanggupi dan dapat datang ke pesta itu jelas memperoleh keuntungan dengan mengambil bagian di dalamnya, dibandingkan dengan kerugian bagi yang menolaknya. Namun hal yang ingin kita tekankan dalam renungan ini ialah rumah yang diinginkan tuannya supaya penuh. Apakah jika tidak penuh ia akan rugi karena sudah terlanjur menyiapkan semuanya? Bisa jadi benar. Tetapi kalau kehendak supaya rumah itu penuh dilihat dari sudut pandang Tuhan dan kerajaan-Nya, pemahamannya menjadi berbeda. Tuhan mengundang karena tujuannya supaya semua manusia ciptaan-Nya itu selamat. Kenapa orang sampai berpikir untuk menolak ajakan untuk menjadi selamat? Dalam arti sempit, rumah perjamuan pesta itu dapat dilihat dalam bentuk gereja-gereja kita yang mulai kosong, terutama di wilayah Eropa dan sebagian wilayah lainnya di dunia. Memang gaya hidup saat ini berpengaruh menarik umat Tuhan untuk tidak selalu memasuki rumah-rumah ibadat. Desakan Tuhan supaya rumah-rumah ibadat harus penuh ada benarnya juga untuk saat ini. Dalam pandangan yang lebih luas dan yang menjadi intinya ialah bahwa kerajaan Allah itu merupakan suatu persekutuan hidup orang-orang yang percaya. Kita menyebut itu sebagai Gereja atau jemaat. Di dalam persekutuan ini, apakah pemahaman, keyakinan, perayaan dan penghayatan iman itu penuh, ataukah masih terlihat kosong? Tak ada lagi pewahyuan baru yang akan melahirkan perintah-perintah baru. Kitab suci dan perintah-perintah-Nya sudah final, tidak bisa ditambah atau dikurangi. Kitalah yang perlu berusaha memenuhi dan memperbaiki diri kita supaya sesuai dengan kitab suci dan ajarannya. Santo Paulus memberi nasihat begini: jika setiap dari kita mengoptimalkan setiap karunia istimewa di dalam diri kita masing-masing: sebagai pewarta, pegawai kantor, guru, petani, pengusaha, pelayan dan sebagainya; yang diperkayai dengan semangat Kristiani, kita baru dapat memenuhi undangan dan rumah kerajaan Allah itu. Prinsipnya: jangan ada satu pun dari kita datang dan bergabung dengan otak, hati dan tangan kosong. Tidak ada karunia yang kosong, tetapi ia mesti ada isi dan buahnya. Itu bergantung pada kita masing-masing. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa...Allah Bapa maha kasih, perkuatkan kami untuk membuat setiap karunia berbuah di dalam diri kami masing-masing, sehingga kami dapat membangun bersama persekutuan hidup kami di dunia ini. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini, Tirto, Hendry dan Pater Peter, SDB dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Yesaya 53: 10-11; Mazmur tg 33: 4-5.18-19.20.22; Ibrani 4: 14-16; Markus 10: 35-45 YESUS MODEL PENGORBANAN DIRI KITA Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-29 ini ialah: Yesus Model Pengorbanan Diri Kita. Para pengikut Kristus ingin meneladani gurunya Yesus Kristus dalam hal berkorban diri. Kita sering menyatakan kasih kepada orang yang kita kasihi, misalnya dengan ungkapan berikut ini: “Demi cintaku kepadamu”, atau “Aku mengasihimu dengan tulus-iklas”, atau “Aku rela berkorban untukmu”. Ketika Anda pada suatu kesempatan mendapat kasih dan kemurahan dari seseorang, Anda menyadari dan mengakui bahwa orang tersebut mengasihimu. Anak-anak mengalami itu ketika orang tuanya sangat berkorban bagi mereka. Pasangan-pasangan suami-istri saling menikmati kasih sayang di antara mereka. Seorang sahabat merasakan betapa ia dikasihi sahabat-sahabatnya. Kita bahagia dan bersyukur dengan pengalaman-pengalaman seperti ini. Kita ingin membalas kasih atau perhatian itu dengan kasih dan perhatian yang sama. Kasih berbalas kasih tentu saja menghasilkan suatu kehidupan yang diinginkan kita semua. Bacaan-bacaan kita pada hari Minggu ini menguraikan bagaimana Yesus Kristus adalah Tuhan yang sangat berkorban bagi kita. Yesus menyatakan diri-Nya untuk kesekian kalinya kepada para murid-Nya dan kita semua bahwa Ia rela menyerahkan nyawa-Nya demi keselamatan kita. Pernyataan itu jelas menggambarkan pengalaman sengsara dan wafat-Nya pada malam dan hari Jumat Agung. Jika kita mendengar dan menerima pernyataan diri seseorang saudara atau sahabat bahwa ia sungguh pertaruhkan dirinya untuk kebaikan kita, pasti bukan saja rasa haru yang menguasai kita, tetapi juga bangga dan bahagia karena ia sangat berani dan rela melakukannya. Yesus Kristus telah membuktikan ungkapan-Nya itu sejak lebih dari 2000 tahun lalu. Kitab nabi Yesaya dalam bacaan pertama mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus, dilakukan dalam bentuk yang sama oleh semua keturunan setelah Dia. Yesus adalah Putra Sulung dan kita adalah putra dan putri Allah setelah Kristus dalam hal pengorbanan diri. Yesus Kristus sebagai Imam Agung kita di surga memberikan kita Roh-Nya, supaya memastikan babwa kita selalu berpegang pada jalan pengorbanan diri atau jalan salib ini. Untuk mempertahankan prinsip dan cara hidup Kristiani ini, kita diminta oleh Surat kepada orang-orang Ibrani di dalam bacaan kedua supaya pengorbanan diri itu tetap menjadi ibadah, yaitu ungkapan iman yang terus menerus kita nyatakan. Baik di dalam doa iman kita “Aku Percaya” maupun di dalam penghayatan hidup, semangat pengorbanan diri itu menjadi ciri khas kita yang mengikuti Sang Juru Selamat Yesus Kristus. Hidup Kristen yang tidak mengenal pengorbanan diri dan tidak mau mengikuti jalan Yesus Kristus ini adalah hanya sebuah kesia-siaan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus, kobarkanlah semangat berkorban di dalam diri kami sehingga kami semakin menyerupai Engkau dalam berkorban diri seturut kehendak-Mu. Bapa kami ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Suster Maria Elsia PRR dan Suster Maria Gerardia PRR dari Komunitas Novisiat PRR di Keuskupan Agung Dili, Timor Leste. Efesus 1: 1-10; Mazmur tg 98: 1.2-3ab.3cd-4.5-6; Lukas 11: 47-54 KEBENARAN IMAN KITA Tema renungan kita hari ini ialah: Kebenaran Iman Kita. Santo Ignasius dari Antiokhia adalah seorang pembela Kristus dan Injil. Ia mempertahankan itu hingga mati sebagai martir. Ia menggantikan rasul Petrus sebagai kepala Gereja di Antiokhia (sekarang daerah Turki). Ia yang pertama menggunakan istilah Gereja Katolik dalam kotbah dan tulisannya. Di bawah kekuasaan Romawi, kaisar Trajan yang sedang berkuasa memerintah supaya Ignasius dibawa ke Roma untuk menjalani hukuman mati, karena ia begitu giat dan penuh semangat berkhotbah mewartakan Kristus kepada semua orang. Hukuman mati yang dikenakan kepadanya ialah supaya dirinya dimasukkan ke dalam arena sirkuit binatang buas, dan tubuhnya dibiarkan dimakan oleh binatang-binatang itu. Di dalam perjalanan ke Roma, ia singgah di beberapa wilayah dan berjumpa dengan umat Kristiani. Ia menghibur dan memperkayai mereka dengan ajaran-ajaran Kristiani. Ia menulis surat kepada kelompok umat Kristen yang berbeda-beda, supaya menguatkan iman mereka. Ia ibaratkan kalau tubuhnya yang akan dicabik-cabikkan oleh binatang adalah seperti tubuh Kristus sendiri dalam ekaristi. Hukuman mati itu ia jalani pada tahun 107 Masehi. Para penguasa dan penjahat yang menghukum mati Santo Ignasius adalah mereka yang sama tujuannya dengan para musuh Yesus Kristus. Hukuman mati atas Yesus Kristus ditandai dengan penyaliban di Golgota. Salib itu menjadi jembatan bagi kita untuk sampai ke surga. Salib memperkuat iman Kristen yang membenarkan kita dan bukan hukum. Menurut hukum, salib adalah sebuah konsekuensi atas tindakan kejahatan yang sangat besar. Ujungnya ialah kematian yang sangat tidak bermartabat. Tetapi menurut iman tidak demikian. Salib Yesus Kristus membenarkan bahwa panggilan kita menjadi pengikut Kristus sudah dirancang oleh Tuhan Allah, bahkan sebelum jagat raya dijadikan, demikian kata Santo Paulus dalam bacaan pertama hari ini. Kita sudah ditentukan oleh Tuhan Yesus bahwa kita adalah milik-Nya dan untuk menjadi sempurna seperti Dia, kita wajib melalui salib. Setiap orang terpanggil yang tidak mengakui salib, ia bukan seorang pengikut Kristus yang sesungguhnya. Salib menandakan kerahiman Tuhan yang selalu abadi. Setiap kali kita berdosa, kita datang kepada Tuhan yang mempunyai belas kasih dan pengampunan yang tidak pernah habis. Meskipun misalnya kita lupa dan tidak menerima sakramen-sakramen, kebenarannya tidak pernah hilang karena tidak dihiraukan atau tidak diberi perhatian oleh kita. Kebenaran iman melampaui semua jenis kebenaran yang berdasarkan sudut pandang berbeda-beda, yang datang dan pergi dari waktu ke waktu. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat ingin sekali menghalangi kebenaran itu dan mereka tidak berhasil. Kebenaran iman menentukan layak tidaknya kita sebagai manusia dan umat Tuhan yang benar. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, terimalah persembahan diri kami pada hari ini dan sucikanlah kami. Salam Maria... Dalam nama Bapa...
Seluruh kehidupan di dalam bahtera rumah tangga Kristiani harus senantiasa menunjukkan keserasian dan keharmonisan dalam sebuah rumah tangga Kristian.
Seluruh kehidupan di dalam bahtera rumah tangga Kristiani harus senantiasa menunjukkan keserasian dan keharmonisan dalam sebuah rumah tangga Kristian.
Di hadapan kita terbentang berbagai jenis pencobaan, kita harus melawan arus dunia fana ini yang begitu deras mengahantam rumah tangga kita, apabila kita tidak tekun dalam bertahan dengan Yesus maka kita akan mudah tergerus pencobaan.
Di hadapan kita terbentang berbagai jenis pencobaan, kita harus melawan arus dunia fana ini yang begitu deras mengahantam rumah tangga kita, apabila kita tidak tekun dalam bertahan dengan Yesus maka kita akan mudah tergerus pencobaan.
KRISTIANI O GBODO KO GBODO WA ISINMI NINU AYE YII
KRISTIANI O GBODO KO GBODO WA ISINMI NINU AYE YII
Kencan Dengan Tuhan - Rabu, 8 Mei 2024 Bacaan: Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" (Kejadian 3:9) Renungan: Adam dan Hawa memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, yang dilarang Allah untuk mereka makan atau sentuh. Kini Adam dan Hawa menyadari bahwa mereka telanjang sehingga mereka menyematkan daun ara dan membuat cawat. Mereka tahu bahwa mereka telah melanggar perintah Allah, dan sekarang mereka takut untuk bertemu dengan-Nya. "Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: Di manakah engkau?" Apa yang ada di pikiran kita ketika membaca kejadian ini dan ketika Allah mencari-cari mereka serta bertanya, "Di manakah engkau?" Sekilas kita bisa saja menilai Allah seperti seorang polisi yang sedang mencari dan memanggil orang yang bersalah untuk diadili lalu dihukum. Tetapi benarkah demikian? Ada seorang dosen Kitab Suci sedang mengajar kitab Kejadian dan kebetulan dia membahas tentang pertanyaan Allah kepada Adam, "Di manakah engkau?", dosen itu berkata kepada mahasiswanya, "Kalian tidak akan pernah menjadi hamba Tuhan atau pengkhotbah yang benar jika kalian berpikir bahwa Allah itu seperti seorang polisi yang sedang mencari orang yang bersalah. Baca dan pahamilah pertanyaan Allah tersebut sebagai pertanyaan seorang ayah yang sedang hancur hati dan mencari-cari anaknya yang hilang." Tidak sedikit umat Kristiani yang memandang Allah sebagai Pribadi yang datang dengan “alat pemukul” di tangan-Nya, siap menghukum dan mengusir kita dari hadirat-Nya ketika kita berbuat dosa atau melanggar ketetapan-Nya. Kita katakan bahwa kita adalah orang yang paling berdosa di dunia dan Allah pasti tidak akan mengampuni lagi. Pemahaman keliru itulah yang akhirnya membuat kita memutuskan untuk terus menjalani hidup jauh dari Allah. Jika selama ini kita telah jauh dari Allah, hidup di dalam dosa dan kita merasa tidak layak lagi datang kepada-Nya, ketahuilah bahwa Allah yang maha kasih itu sedang mencari kita. Dia ingin menemukan serta membawa kita kembali kepada-Nya. Dia sedang mencari kita dan bertanya, "Di manakah engkau anakku?" Pahamilah Dia sebagai seorang bapa yang hancur hati karena anak yang dikasihinya tersesat. Saat ini ketika la mencari kita, jawablah, "Ya Bapa, ini aku, aku mau kembali kepada-Mu." Tuhan Yesus memberkati. Doa: Tuhan Yesus, aku mengucap syukur karena mengenal Engkau dan menjadi anak-Mu. Ampunilah aku jika aku sering beranggapan bahwa Engkau membenciku dan tidak mempedulikan aku lagi karena dosaku. Amin. (Dod).
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Salesian Don Bosco Gerak di Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Kisah Para Rasul 5: 34-42; Mazmur tg 27: 1.4.13-14; Yohanes 6: 1-15 MENJADI ALAT TUHAN Renungan kita pada hari ini bertema: Menjadi Alatnya Tuhan. Pengalaman dan hidup beriman dalam semangat Paskah, tidak hanya terjadi dalam masa Paskah ini tetapi selama hidup di dunia ini. Kebangkitan Yesus Kristus menjiwai seluruh hidup kita. Dalam periode ini Yesus tidak hadir secara fisik di tengah-tengah kita, tidak seperti pernah dahulu Ia bersama dengan orang-orang sezaman-Nya. Ia sudah berada di sisi kanan Bapa di surga, dan untuk menyertai kita setiap saat, Roh-Nya yang hidup bersama kita di dalam Gereja dan masyarakat. Apakah yang mesti kita perbuat untuk membuat iman kita menjadi mantap dan bertahan dalam semangat Paskah ini? Inspirasi bacaan-bacaan pada hari ini memberikan jawabannya, yaitu supaya kita menjadi alat-alat Tuhan. Pelayanan Yesus Kristus melalui Gereja sebagai lembaga tetap berlangsung hingga saat ini, yang sasaran utamanya ialah kawanan umat manusia yang ada di sekeliling kita. Boleh jadi mereka itu adalah saudara dan teman sendiri. Boleh jadi mereka adalah banyak orang yang kurang kita kenal. Boleh jadi mereka adalah orang-orang yang dipercayakan Tuhan kepada kita untuk dididik dan dibina. Menjadi alat Tuhan merupakan suatu panggilan Kristiani yang mendasar, seperti kata pemazmur: Inilah aku Tuhan, untuk melakukan kehendak-Mu (Mz. 40). Hidup dengan menghayati panggilan untuk menjadi alat Tuhan, ialah membuat Tuhan sungguh hadir secara nyata dan pribadi dengan tugas-tugas pelayanan Yesus Kristus yang adalah penyelamat, penyembuh, pengajar, pembawa kebenaran, penghibur, dan pengampun. Panggilan ini tertuju kepada setiap dari kita sebagai imam, biarawan, dan awam. Menjalankan panggilan ini berarti kita berbuat atas nama Tuhan Yesus Kristus dan membuat Dia bekerja secara nyata. Contoh nyatanya ialah seperti para rasul yang bertahan dalam kebenaran Injil yang diwartakannya, meski mereka dipenjara dan diadili Mahkamah Agama Yahudi. Seorang imam Yahudi terkenal, Gamaliel, juga berbicara atas nama kebenaran dan sekaligus membela perbuatan-perbuatan para rasul. Mereka adalah instrumen-instrumen ajaran dan pengetahuan iman yang benar. Kemudian para rasul yang menjadi jembatan bagi pemberian makanan kepada ribuan orang yang kelaparan setelah lelah mendengarkan pengajaran Yesus Kristus. Seorang anak yang menyediakan seporsi kecil roti dan ikan juga tampil sebagai alat Tuhan bagi terciptanya mujizat perbanyakan roti dan ikan. Mereka adalah instrumen-instrumen kemurahan Tuhan bagi kebutuhan ragawi manusia. Kita dapat menjadi alat-alat Tuhan dalam kondisi dan kemampuan setiap pribadi atau kelompok masing-masing. Semua itu bergantung pada kesediaan kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha murah, perkuatkan kami supaya kami dapat menjadi alat-alat-Mu yang benar dan berguna, terutama bagi sesama kami. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Viktorikus Ranggu dan Edel Baben dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Kisah Para Rasul 4: 13-21; Mazmur tg 118: 1.14-15a.16a.18.19-21; Markus 16: 9-15 DARI DAMAI PASKAH KE PERUTUSAN PASKAH Tema renungan kita pada hari ini ialah: Dari Damai Paskah Ke Perutusan Paskah. Pesan-pesan Yesus Kristus yang bangkit tentang Damai Paskah melalui serangkaian penampakan diri-Nya berbuah pada suatu ketahanan iman. Damai Paskah bagaikan bekal rohani yang menyeluruh. Di dalamnya terdapat semua elemen tentang Injil Yesus Kristus dan ajaran-ajaran kebajikan Kristiani. Singkatnya mereka sudah dipersiapkan secara lahiriah dan batiniah untuk menghadapi dua hal besar. Pertama yaitu, ketika Yesus harus naik ke surga dan mereka mesti sudah dibiasakan dengan penyertaan Tuhan di dalam Roh-Nya. Yang kedua ialah, mereka diharapkan bersedia jiwa dan raga untuk menjalankan perutusan-perutusan dari Tuhan. Banyaknya perutusan itu terbagi dalam perutusan masing-masing pribadi para murid, dan perutusan bersama atau komunitas yang dinamakan Gereja Kristus. Jadi terang kitab suci pada hari ini dengan jelas mengatakan bahwa pertumbuhan iman Gereja perdana bergerak dari damai Paskah ke perutusan Paskah. Perutusan itu terungkap dalam perintah Yesus: Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Petrus dan Yohanes selalu tampil sebagai sebuah tim yang mewakili perutusan komunitas. Mereka membawa nama Yesus Kristus dan juga komunitas beriman, yaitu Gereja perdana. Di samping itu, setiap rasul dan murid lainnya memilih jalannya sendiri sebagai pribadi dalam usaha menunaikan tugas perutusan tersebut. Karena mereka sudah disiapkan dengan baik oleh Yesus sendiri, keberanian dan ketegasan iman mereka tumbuh menjadi kuat. Mereka dengan tegas berpihak kepada Yesus, yaitu kebenaran mutlak yang diyakininya, meski ditantang dengan amat keras oleh para pemuka agama Yahudi. Kesiapan dan kematangan iman-lah yang membuka pintu kepada kemartiran seperti Yesus Kristus yang sudah lebih dahulu mengalami kematian yang keji. Mereka, satu per satu, akan berhadapan dengan segala situasi entah mendukung, entah menolak, entah sangat keras melawan mereka. Intinya, mereka tidak mundur selangkah pun ketika pewartaan Injil Yesus Kristus mendesak untuk disampaikan kepada semua orang dan perlawanan datang bertubi-tubi. Perutusan Paskah berupa: pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk, merupakan perutusan yang diamanatkan kepada seluruh Gereja dan setiap anggotanya. Setiap pengikut Kristus saat ini melakukan perutusan itu atas nama Gereja dengan kepalanya Yesus Kristus. Secara formal, perutusan itu kita terima saat selesai ibadat dan Ekaristi. Pemimpin ibadah selalu mengatakan di akhir perayaan: Marilah pergi, kita diutus. Kalau secara informal dan pribadi, kita mengambil tanggung jawab ini untuk menjadi saksi-saksi Kristus di mana pun dan kapan pun dalam hidup ini. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus, sertailah dan lindungilah kami dalam perutusan kami masing-masing. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa .... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini dan Tirto dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Kisah Para Rasul 2: 36-41; Mazmur tg 33: 4-5.18-19.20.22; Yohanes 20: 11-18 RESPONS ATAS KOTBAH PERTAMA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Respons Atas Kotbah Pertama. Ketika kebenaran atau fakta suatu peristiwa diungkapkan secara terang-terangan dan tanpa halangan apa pun, tanggapan yang datang biasanya tidak selalu seragam ya atau tidak. Pasti ada tanggapan menyambut dan menyetujui, pasti tanggapan lain yang tidak setuju dan menolak. Ada juga tanggapan yang samar-samar atau tidak jelas apakah setuju atau tidak setuju. Dengan kata lain, kita tidak mungkin menyenangkan dan memuaskan semua dan serentak orang lain. Seperti ketika Yesus masih hidup tidak diterima semua orang, kotbah pertama oleh Petrus yang dikelilingi para rasul dan murid ini dipercaya bernasib yang sama. Namun teks Kisah Para Rasul pada hari ini menonjolkan bagian orang yang setuju dan menerima ajaran Injil Yesus Kristus yang disampaikan. Bagian kotbah pada hari Pentakosta berbunyi demikian: Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus. Lalu secara spesifik respons orang-orang Yahudi yang mendengarkan kotbah itu ialah hati mereka sangat terharu. Selanjutnya mereka bertanya kepada Petrus dan para rasul tentang apa yang perlu dilakukan sebagai kelanjutan dari rasa haru mereka. Mereka memahami isi kotbah tersebut dengan pikirannya, lalu mereka terbawa di dalam perasaan harunya, dan selanjutnya ialah kemauannya yang sudah terbuka untuk diisi. Yang bertugas mengisi ialah pembawa kabar suka cita dalam hal ini ialah para rasul. Keterbukaan itu tidak serta-merta segera diisi dengan pengakuan dan tindakan iman. Keterbukaan hati dan pikiran itu memungkinkan sebuah proses bertumbuhnya iman yang sesungguhnya. Yang selanjutnya diperlukan ialah pertobatan, pembaptisan dalam nama Yesus Kristus sebagai pengampunan dosa, dan pencurahan karunia Roh Kudus. Jadi apa yang terjadi dalam konteks kotbah pertama tentang Injil Yesus Kristus itu telah membuahkan sebuah tanggapan mendasar dari orang-orang yang percaya. Di dalam kehidupan Gereja saat ini kita menyebutnya sebagai tiga sakramen inisiasi, yaitu pembaptisan, komuni kudus, dan krisma. Ketiganya merupakan tahap awal dan mendasar kehidupan Kristiani dan menggereja. Firman Tuhan yang didengar dan diterima mengarahkan seseorang pada pembaharuan arah hidup. Lalu ia dipersiapkan untuk menerima pembaptisan yang membuatnya bertemu dan melihat Tuhan secara pribadi. Bahkan ia dipanggil namanya seperti Yesus yang bangkit menyebut nama “Maria” dalam peristiwa penampakan. Ini layaknya pengalaman menerima Tuhan secara pribadi seperti Komuni Suci. Selanjutnya penguatan iman yang diterima dan diakui itu melalui pencurahan Roh Kudus di dalam sakramen krisma. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, semoga kami tidak luput dari mengenali-Mu secara benar dan sungguh-sungguh melalui pewartaan firman-Mu setiap hari. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Agatha Erna dan Agustina Norma Sitorus dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yesaya 65: 17-21; Mazmur tg 30: 2.4.5-6.11-12a.13b; Yohanes 4: 43-54 MENDAPATKAN JAWABAN Renungan kita pada hari ini bertema: Mendapatkan Jawaban. Ada seorang pemudi 27 tahun memutuskan dengan serius untuk mendapatkan jodoh dan menikah. Setelah kuliah dan mulai meniti karir, ia fokus dengan pekerjaan. Urusan berpacaran tidak menjadi perhatiannya. Kini setelah menyadari bahwa karir sudah mulai mapan, ia kemudian fokus untuk mendapatkan pasangan hidup. Orang-orang di sekitar meragukan dia bisa mendapatkan pasangan. Namun melalui novena kepada Bunda Maria dan doa-doa pribadi, dalam waktu yang tidak lama ia mendapatkan seorang pemuda 28 tahun yang sangat mencintainya. Kita sebagai pengikut Kristus, kita mendapat jawaban atas proses mengenal dan menyanggupi panggilan Tuhan kepada setiap orang, yang kita sebut iman. Dengan memiliki iman, seseorang dipandang mempunyai hak dan kewajiban sebagai pengikut Kristus yang sesungguhnya. Pintu masuk memiliki iman ini ialah pembaptisan, yang mencirikan seseorang itu percaya akan Yesus Kristus sebagai Putra Allah yang hidup bersama Bapa dalam persekutuan dengan Roh Kudus. Hak-hak seorang beriman antara lain yang paling mendasar ialah berpartisipasi di dalam Yesus Kristus dengan martabat sebagai saudara atau saudari Kristus atau dengan sebutan spesial sebagai putra atau putri Allah. Dari martabat istimewa ini, terbentuklah identitas Kristiani melalui karunia panggilan Tuhan atas setiap pribadi pengikut Kristus. Panggilan dasar ialah panggilan menjadi Kristen. Kemudian ada panggilan profesi seperti menjadi guru, abdi negara, teknisi, pengusaha, petani, atau politisi. Ada juga panggilan untuk pelayanan umat Allah dalam tugas sebagai imam, biarawan, biarawati, dan perkawinan suami-istri. Kewajiban sebagai pengikut Kristus yang sangat mendasar ialah menjadi tanda kehadiran Kristus, terang, dan kebenaran-Nya di dalam dunia. Kita sebagai tanda, maka kita menjadi saksi-saksi Kristus yang hidup melalui perkataan dan perbuatan Kristiani yang menggarami dan menerangi dunia ini. Martabat putra dan putri Allah dengan panggilan yang melekat pada setiap orang, akan sangat berguna jika ia menjalankan hidup Kristennya secara bertanggung jawab. Jadi iman merupakan fondasi untuk berdiri dan berfungsinya sebuah kehidupan Kristen yang menghayati cinta kasih Kristus dan berpengharapan untuk hidup di dalam langit dan bumi yang baru, yaitu kerajaan surga, kata nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini. Pejabat istana mendapatkan jawaban dalam iman, setelah mujizat yang terjadi di dalam keluarganya. Iman itu mengantar seluruh keluarganya kepada Tuhan. Mereka menetapkan diri menjadi bagian dari Yesus Kristus yang memiliki hak dan kewajiban sebagai pengikut Kristus seturut standar dan kondisi hidup beriman pada waktu itu. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, terima kasih atas rahmat panggilan dari-Mu kepada kami dan semoga kami selalu membaharui iman kami kepada-Mu. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini, Hendry, Tirto dan Pater Peter, SDB dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. 2 Tawarik 36: 14-16.19-23; Mazmur tg 137: 1-2.3.4-5.6; Efesus 2: 4-10; Yohanes 3: 14-21 KESELAMATAN KEMARIN, HARI INI, DAN ESOK Renungan kita pada hari ini bertema: Keselamatan Kemarin, Hari Ini, dan Esok. Hari minggu ke-4 Pra Paskah ini disebut juga “Minggu Laetare” yang berarti pengharapan dan kegembiraan kita atas pesta raya Paskah yang semakin dekat. Tandanya ialah warna pakaian imam merah mawar dan bukan ungu. Aspek kegembiraan atau suka cita Kristiani memiliki pembenaran atau pembuktian tertinggi dalam iman kita akan keselamatan. Tindakan penyelamatan dari Tuhan dan tujuan kita sebagai ciptaan-Nya yang tersandera oleh akibat-akibat dosa asal untuk mencapai keselamatan, merupakan pengalaman suka cita yang selalu mengisi liku-liku perjalanan iman kita. Pesan keselamatan dan keyakinan kita akan itu senantiasa membuat kita menyukuri, menikmati, dan mengharapkannya. Kita sungguh percaya dengan keselamatan dari Tuhan yang terjadi pada kita kemarin, hari ini, dan esok. Kita mensyukuri keselamatan yang telah terjadi kemarin atau dalam masa yang telah berlalu, yaitu melalui rahmat iman yang kita miliki karena Yesus telah wafat dan bangkit demi menyelamatkan kita semua (Ef 2,8). Rahmat itu telah lama terungkap melalui keselamatan iman orang-orang Israel yang meninggalkan pembuangan di Babilonia dan membangun kembali kota suci Yerusalem yang telah hancur (2Taw 36, 16). Rasa syukur ini mesti menjiwai doa-doa, pelayanan, relasi satu sama lain, dan membangun kehidupan bersama. Rasa syukur ini berlawanan dengan meremehkan dan melupakan masa lalu, atau marah dan mengutuk masa lalu. Yesus yang tersalib dan perayaan Ekaristi merupakan bukti tindakan Yesus di masa lalu dalam rangka menyelamatkan dunia. Hari ini kita juga menikmati keselamatan kita melalui kabar gembira “yang disampaikan pada saat ini” ketika “kita mendengar”nya, memahami, dan menyanggupi sapaannya (1Kor 15,2). Nikodemus mengalami keselamatan pada saat ia berjumpa langsung dengan Yesus. Ia menyanggupi panggilan keselamatan dari Tuhan. Kita perlu membiasakan diri untuk bertemu dengan Tuhan melalui sabda dan karya-Nya saat ini, yaitu kesempatan membaharui iman kita akan keselamatan. Kalau tidak ada pembaharuan iman, kita bakal mengalami suatu ungkapan iman yang kaku, tidak menarik, dan melemahkan semangat. Pembaharuan ini membantu kita untuk terus-menerus hidup di bawah tuntunan janji baptis kita. Inti janji itu ialah mengakui dalam perkataan dan perbuatan bahwa Yesus adalah Tuhan yang menderita, wafat, dan bangkit untuk memimpin kita sepanjang masa. Ini adalah syarat dasar bagi keselamatan kita esok atau di masa yang akan datang. Dengan taat dan setia kepada Tuhan dalam segala sesuatu, kita akan diselamatkan saat ini dan di masa yang akan datang. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan maha kuasa, terimalah ungkapan syukur kami atas rahmat keselamatan yang kami terima dari-Mu. Bapa kami... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Irma Dhema dan Yudith Katrin Maharani dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Hosea 14: 2-10; Mazmur tg 81: 6c-8a.8bc-9.10-11ab.14.17; Markus 12: 28b-34 MENGASIHI DENGAN SEGENAP HATI Renungan kita pada hari ini bertema: Mengasihi Dengan Segenap Hati. Tuhan sebagai yang maha kuasa dan maha tinggi tidak bisa digambarkan dalam perkataan dan tindakan-Nya hanya sebagian, setengah, atau beberapa saja. Itu sama saja dengan menganggap Dia tidak mampu atau menurunkan kekuatan-Nya. Ia selalu dan tetap dipandang berkata dalam kepenuhan dan berbuat dalam keseluruhan. Inilah konteksnya bahwa kita selalu percaya dengan ajaran-Nya tentang mengasihi dengan segenap hati. Ini berarti di dalam Tuhan tidak ada yang namanya mengasihi sebagian, setengah, atau beberapa. Sebaliknya Ia mengasihi dengan segenap hati. Ia mengasihi dengan cinta-Nya yang penuh dan total. Tuhan adalah pemilik cinta kasih dengan segenap hati. Di dalam kepenuhan ini terdapat kuasa-Nya untuk mengampuni dosa-dosa manusia bukan dengan cicilan tiap minggu atau tiap bulan. Ia mengampuni satu kali secara penuh. Jika manusia kembali berbuat dosa, Ia juga mengampuni satu kali lagi secara penuh. Nubuat nabi Hosea dalam bacaan pertama menggambar kuasa Tuhan Allah yang mengampuni dan memulihkan umat-Nya secara total. Sebagai pemilik belas kasih dan kerahiman, Ia mencurahkan kepada kita rahmat supaya kita juga dapat mengampuni. Jika kita kekurangan semangat untuk mengasihi dengan segenap hati, kita harus meminta itu kepada-Nya supaya diperkuat semangat mencintai. Tuhan yang pertama mengasihi kita dengan segenap hati. Melalui berbagai pengalaman dikasihi itu, kita belajar untuk mengasihi seperti diri-Nya. Yesus melakukan pelayanan publik di sekitar Galilea dan banyak daerah di sekitarnya dengan pusat ajaran-Nya ialah cinta kasih. Di mana-mana terdapat orang kagum dan menjadi tertarik dengan-Nya. Seorang ahli Taurat pun merasakan ada panggilan untuk mencari kebenaran tentang belas kasih Allah kepada Yesus. Pencariannya itu menemukan orang yang benar dan tepat, yaitu Yesus Kristus. Dari Yesus kita peroleh hukum cinta kasih yang utuh. Kita mengasihi Bapa dalam dan melalui Dia. Kalau orang mengenal, mengerti, dan mengasihi Allah di surga tanpa melalui Yesus Kristus, berarti pembenaran Kristiani dalam diri mereka pantas dipertanyakan. Kita juga mengasihi sesama sebagai penghayatan ajaran dan teladan-Nya yang berkorban demi kebaikan dan keselamatan umat manusia. Ajaran-Nya di dalam kitab suci yang terkenal dengan “Kotbah di Bukit” dan “Sabda Bahagia” menunjukkan betapa Yesus sudah mempersiapkan secara penuh perincian tindakan kita dalam mengasihi sesama. Hukum mengasihi dengan segenap hati bukan sekedar dikaruniai atau ditaruh di dalam diri setiap manusia, tetapi terlebih-lebih dipelajari, dilatih, dan dimatangkan dari waktu-waktu supaya dapat menyerupai Kristus sendiri. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa, buatlah diri kami mengasihi Dikau dan sesama kami dengan segenap hati. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Isak Demon Hali dari SMP Don Bosco Kelapa Gading di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yoel 2: 12-18; Mazmur tg 51: 3-4.5-6a.12-13.14.17; 2 Korintus 5: 20 - 6: 2; Matius 6: 1-6.16-18 KEHIDUPAN ROHANI STANDAR Renungan kita pada hari Rabu Abu ini bertema: Kehidupan Rohani Standar. Ada banyak sekali perubahan gaya hidup dalam keluarga-keluarga kita sebagai bagian dari kemajuan teknologi dan komunikasi. Keluarga Stevanus dan Melania bersama tiga anak mereka yang sudah bekerja di tempat-tempat yang berbeda, memaksimalkan komunikasi di antara mereka melalui media wa group keluarga. Di dalam sebuah pesan wa yang dibagikan ke teman-temannya, Stevanus berkata bahwa kehidupan rohani keluarganya mempunyai standar Kristiani yang sesungguhnya, khususnya saat-saat rutin untuk berdoa bersama dalam keluarga informasi diberitahukan melalui wa group keluarga itu. Tradisi dan agama Yahudi mewariskan suatu kehidupan rohani standar yang kemudian Yesus juga mengajarkan itu kepada kita. Kerohanian standar itu mencakup tiga perbuatan dasar yang diwajibkan, yaitu berpuasa, berdoa, dan beramal kasih. Orang Yahudi mewajibkan ini kepada setiap umatnya. Jika ketiganya dilakukan dengan teratur dan baik, seseorang dipandang beragama dengan baik dan diberkati Allah. Yesus juga menjadikan tiga unsur ini menjadi kekhasan para pengikut-Nya. Mereka wajib berdoa, berpuasa dan berbuat kasih. Namun ada perbedaan mencolok antara kerohanian standar yang diajarkan oleh Yesus dan yang dijalankan oleh orang-orang Yahudi, terutama menurut para pemuka agama dan kaum Farisi. Perbedaannya ialah terkait dengan motivasi atau maksud. Bagi Yesus dan yang selalu Ia tegaskan kepada kita, motivasi berdoa, berpuasa atau bermati raga, dan beramal kasih ialah untuk menjalin relasi dengan Allah. Ini benar-benar sebuah urusan rohani, urusan hati, dan kegiatan iman kepada Tuhan. Kitab nabi Yoel dalam bacaan pertama menekankan sebuah pembaharuan hati, dan bukan urusan luar seperti pakaian yang dikoyakkan dan aneka atribut luar lainnya yang melekat pada tubuh dan lingkungan hidup kita. Hal ini menegaskan kalau hidup rohani Yahudi sangat bertentangan dengan yang diajarkan oleh Yesus. Kerohanian mereka bukan untuk Tuhan tetapi untuk mendapatkan pujian orang-orang lain bahwa mereka orang suci dan baik. Upahnya sudah mereka dapatkan dengan penampilan itu, sementara Tuhan tidak memberikan berkat-Nya kepada mereka. Yesus menegaskan supaya kita tidak mengikuti standar luar seperti itu. Standar kita ialah di dalam hati yang langsung mempunyai relasi dengan Tuhan. Setiap kali melakukan ketiga kesalehan ini dengan benar, itu adalah saat seseorang mengalami tanda keselamatan dari Tuhan, demikian kata Santo Paulus dalam bacaan kedua hari ini. Ini adalah semangat Rabu Abu yang kita semua rayakan pada hari ini untuk mengawali masa Pra Paskah kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Allah, semoga dengan hari Rabu Abu ini kami dipenuhi semangat baru untuk memulai proses pembaharuan diri di dalam masa Pra Paskah ini. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
Walaupun di hadapan kita terbentang berbagai jenis pencobaan dan kita harus melawan arus dunia fana yang menghantam rumah tangga kita masing-masing, apabila kita tidak tekun bertahan dengan Yesus maka kita akan mudah tergerus oleh arus pencobaan.
Walaupun di hadapan kita terbentang berbagai jenis pencobaan dan kita harus melawan arus dunia fana yang menghantam rumah tangga kita masing-masing, apabila kita tidak tekun bertahan dengan Yesus maka kita akan mudah tergerus oleh arus pencobaan.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Mathilda dan Irvan Fatwana dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 1 Samuel 18: 6-9; 19: 1-7; Mazmur tg 56: 2-3.9-10a.10b-11.12-13; Markus 3: 7-12 GELORA IRI HATI Renungan kita pada hari ini bertema: Gelora Iri Hati. Di dalam ajaran iman dan moral Kristiani, iri hati termasuk di dalam tujuh dosa pokok. Iri hati disejajarkan dengan sombong dan marah. Dikatakan sebagai dosa pokok karena dari mereka, datang dosa-dosa lain. Mereka seperti pohon yang punya cabang, ranting dan daun sebagai dosa-dosa turunan. Iri hati adalah sikap negatif dari hati manusia bersama dengan pikiran dan kehendak, yang dimulai dari penilaian negatif terhadap diri sendiri. Keadaan berkekurangan ini diperkuat dengan rasa sakit dan marah karena sesama yang lain dalam keadaan lebih baik dan positif dari pada dirinya. Inti iri hati ialah kekurangan pada diri sendiri. Kekurangan membuat orang menjadi sakit dan marah. Itu ditujukan kepada orang-orang di sekitar yang memiliki dan berbuat lebih baik dari padanya. Jika orang-orang di sekitar tampaknya menunjukkan kelebihan, kemampuan, atau berkualitas, iri hati dari pihak yang punya kekurangan menjadi lebih bergelora. Ia bisa bersikap berlebihan seperti malu, takut, jengkel, dendam, dan bahkan niat jahat untuk pembunuhan. Hari ini bacaan-bacaan kita menampilkan dua contoh iri hati yang bergelora ini. Yang pertama ialah iri hati raja Saul terhadap raja muda Daud, yang tampil sempurna untuk mengalahkan Goliat. Daud dikarunia Roh Tuhan, dan Saul ditolak oleh Tuhan . Namun yang lebih menggelorakan iri hatinya ialah berbagai pujian dan dukungan semua orang kepada Daud. Semua itu jelas-jelas merendahkan dan mempermalukan sang raja. Maka Daud dicari untuk dibunuh. Yang kedua ialah iri hati roh-roh jahat yang merasuki orang-orang. Mereka iri hati karena Yesus lebih kuat daripada mereka. Tapi mereka tidak marah dan bertindak keras atau brutal. Mereka ungkapkan itu dengan merasa takut, malu, dan gemetar. Karena sebagai roh mereka tahu dengan sangat jelas Roh Kudus yang ada di dalam Yesus Kristus. Yesus sebenarnya ingin supaya orang-orang jangan terlalu cepat mengetahui identitas-Nya karena waktunya belum pas. Tetapi para roh jahat itu sangat bergelora dalam hatinya, yaitu mereka mau mengganggu Yesus dengan melanggar larangan itu. Dalam keadaan malu dan takut, orang masih bertindak iri hati, yaitu melawan secara tersembunyi atau di belakang layar. Mereka bisa tampak sopan dan beradab, tetapi gelora iri hati itu membuat mereka terbakar setiap waktu untuk melawan. Kita sebagai manusia bisa saja terang-terangan iri hati seperti Saul, atau bergaya malu dan takut tetapi sakit hati seperti roh-roh jahat. Hendaklah kita meminta pengampunan Tuhan karena telah bersikap iri hati. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami dengan kuasa Roh-Mu yang menerangi dan mengajarkan kami, supaya kami dapat melawan iri hati kami. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mampu menuntun dalam mengenal dan menanggapi suara panggilan Tuhan, terutama di tengah hiruk pikuk kehidupan duniawi kita ini. Adakah kita mampu untuk menanggapi suara Kristus, yang adalah sumber utama panggilan hidup Kristiani kita?
Di hadapan kita terbentang berbagai jenis pencobaan dan kita harus melawan arus dunia yang begitu deras menghantam rumah tangga kita masing-masing, dan bila kita tidak tekun bertahan dengan Yesus maka kita mudah tergerus oleh pencobaan.
Dalam momen perayaan Natal tahun 2023, BRI melaksanakan program Berbagi Kasih Bersama BRI, dengan menyalurkan sebanyak 14.250 paket sembako kepada yatim piatu dan lansia umat Kristiani di seluruh Indonesia. Khusus BRI Regional Office Padang menyerahkan sebanyak 250 paket sembako. Regional CEO BRI Padang, Moh. Harsono mengatakan bantuan ini untuk menciptakan program berkelanjutan dan meningkatkan semangat berbagi kasih di Indonesia dengan menggandeng Persekutuan Keluarga Kristiani atau PKK BRI. 75 paket sembako diserahkan secara simbolis kepada Ketua Majelis Jemaat GPIB Efrata Padang, Pendeta Salmon Leatemia di Aula Gereja GPIB. Sebanyak 175 paket sembako lainnya akan disalurkan ke 4 gereja lainnya di Kota Padang yaitu HKBP, Gereja Mentawai, BNKP, dan Katedral.
Memang benar, merajut hubungan yang intim dengan Yesus itulah yang menjadi tantangan besar bagi umat Kristiani, sebab kita dibenarkan bukan di surga tetapi di atas dunia yang fana ini, semakin lanjut umur dunia semakin tidak terkendali.
Pembawa Renungan : RP. Berty Ohoiwutun, MSC Manado Mat. 17:22-27;
Anak-anak Kristiani akan lebih menyukai orang tua mereka yang takut Allah di atas segala berkat duniawi, mereka akan mengasihi dan menghormati orang tua mereka.
Iblis masih menjadi penguasa dunia sehingga mampu melaksanakan apa saja yang menjadi kesempatan besar baginya, Iblis masih memiliki kuasa penghancur iman Kristiani kita, sudah jelas dinubuatkan sejak Perjanjian Lama.
Easter is probably the oldest festival and important religious celebration for the followers of Christian faith. It is the resurrection of Christ on the third day after his crucifixion. Apart from the resurrection, another important message from Easter is that God has sacrificed his Son for our sins. - Paskah mungkin merupakan festival tertua dan perayaan keagamaan penting bagi para pengikut keimanan Kristiani. Paskah adalah kebangkitan Kristus pada hari ketiga setelah penyaliban-Nya. Selain kebangkitan, pesan penting lainnya dari Paskah adalah bahwa Tuhan telah mengorbankan Anak-Nya untuk dosa-dosa kita.
Di dalam bahtera rumah tangga kita masing-masing, kita harus selalu melakukan pendekatan yang lebih realistis dengan Yesus Juruselamat kita, hal ini kita harus wujudkan setiap hari di dalam rumah tangga kita masing-masing.
Persoalan rumah tangga sebenarnya selalu akan menghadapi badai, namun badai akan selalu berlalu, itulah sebabnya kita harus selalu teguh di dalam iman.
Berbicara tentang rumah tangga selalu akan mengalami berbagai dinamika, itulah sebabnya persoalan rumah tangga yang sebenarnya selalu akan menghadapi badai, namun badai itu akan berlalu, dan itulah kita harus teguh di dalam iman.
Ketika Nuh diselamatkan dari prahara air bah dimana Allah ingin menghapuskan seluruh umat manusia ciptaan-Nya oleh karena kecenderungan membuahkan kejahatan semata-mata.
KRISTIANI O GBODO KO GBODO WA ISINMI NINU AYE YII
Peran rumah tangga senantiasa menjadi peran penting di dalam perjalanan sebuah bangsa, seperti bangsa kita di dalam bingkai NKRI dan peran rumah tangga merupakan fenomenal di dalam berbagai komunitas hitorgen dari bangsa dan budaya.
Tugas orang tua untuk mendidik anak-anaknya di dalam rumah tangga secara dini merupakan suatu tugas mulia dan sangat konperhensif bagi setiap orang di dalam rumah tangga Kristiani.
The post RUSAKNYA KARAKTER KRISTIANI appeared first on Truth Voice.
Kencan Dengan Tuhan - Kamis, 13 Oktober 2022 "Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil." (Filipi 1:27) Renungan: Pak Doni belum dibaptis menjadi pengikut Yesus, meskipun setiap hari minggu ia selalu pergi ke gereja menemani istrinya. Ia marah dan kecewa terhadap istrinya. Perilaku buruk istrinya membuat Pak Doni jengkel. "Untuk apa aku jadi orang Kristen, bila perilakumu seperti itu. Kamu sering ke gereja tetapi kamu tidak menjadi lebih baik dan tidak berubah," kata Pak Doni. Ibu Doni terlalu cerewet. Ia suka menasihati suaminya dengan mengutip ayat-ayat Alkitab. Ia juga memperlakukan pembantunya dengan semena-mena. Di dalam pergaulan sehari-hari ia dikenal sebagai tukang gosip. Karena itu Pak Doni akhir-akhir ini mulai jarang pergi ke gereja. Ia kesal akan perbuatan istrinya yang memalukan. Perilaku kita yang buruk dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain yang mau percaya atau mau mengakui Yesus sebagai Tuhannya. Sebagus apapun kita menjelaskan ayat-ayat Alkitab dan mengajak orang ke gereja, itu tidak akan berguna kalau perbuatan kita tidak mencerminkan kehidupan iman Kristiani yang benar. Oleh karena itu bermawas dirilah, mohonlah pertolongan Tuhan agar setiap kata dan tindakan kita benar-benar memancarkan kebenaran kasih Tuhan. Itulah kesaksian hidup yang nyata. Tuhan Yesus memberkati. Doa: Tuhan Yesus, baharuilah akal budiku agar aku dapat melakukan kehendak-Mu, sehingga perkataan dan perbuatanku tidak menjadi batu sandungan bagi sesamaku. Amin. (Dod).
This year Christians across Australia are back in churches to worship together at Easter. For them Easter is a time to celebrate the resurrection of Jesus Christ on the third day after his crucifixion. In such a technologically sophisticated age why does Easter remain important to Christians? - Tahun ini umat Kristiani di seluruh Australia kembali ke gereja untuk beribadah bersama pada saat Paskah. Bagi mereka Paskah adalah waktu untuk merayakan kebangkitan Yesus Kristus pada hari ketiga setelah penyaliban-Nya. Di jaman yang serba canggih ini, mengapa Paskah tetap penting bagi umat Kristiani?