POPULARITY
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese tiba di Indonesia dalam rangkaian kunjungannya selama 3 hari untuk membahas kerja sama strategis Indonesia–Australia bersama Presiden Prabowo Subianto.
President Joko Widodo receives a state visit from Australian Governor General David Hurley at Bogor Presidential Palace, West Java, Friday, May 17, 2024 - Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat, 17 Mei 2024
After 10 years and about $60 million in funding, the Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership program has come to an end.
What might this upcoming election mean for the Indonesia - Australia relationship?
AIYA (Australia-Indonesia Youth Association) has been around for quite a long time and this Indonesian-Australian youth organization always wants to spread its wings. So that the aim of strengthening relations between the young people of the two countries can be realized. - Sudah cukup lama AIYA (Astralia-Indonesia Youth Association) berdiri dan organisasi kawula muda Indonesia-Australia ini selalu ingin mengembangkan sayapnya. Agar tujuannya untuk mempererat hubungan kawula muda kedua negara dapat terwujud.
La tripletta di Misa con Martin dominatore davanti a Bezzecchi e Bagnaia apre diversi interrogativi per la parte finale del campionato che si svolgerà praticamente tutto su piste europee con una doppietta (India-Giappone) e due triple (Indonesia-Australia, Thailandia e Malesia-Qatar-Valencia). Fondamentale infatti sarà non commettere alcun errore, ma cosa potrà accadere se i Joan e Marco dovessero superare Pecco, pilota del team ufficiale?Una domanda alla quale per il momento non è possibile dare alcuna risposta.Nel frattempo, però, resta da capire cosa farà Marquez. Ne parlano Carlo, Paolo, Marco, Matteo.E sul finale, da Magny Cours, arrivano Riccardo e Denis Sacchetti di Go Eleven che parlano dell'imminente arrivo di Andrea Iannone.
Photo: No known restrictions on publication. @Batchelorshow #AUKUS: #Indonesia: Australia's turbulent dealing with the #PRC. Gregory Copley, Defense & Foreign Affairs https://www.usnews.com/news/us/articles/2023-04-18/indonesia-dismisses-rebel-claim-of-army-deaths-in-papua 1230-1245
Indonesia is one of the nations that has the most important bilateral relationship with Australia, with education being one of these important aspects. - Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hubungan bilateral paling penting dengan Australia, dengan pendidikan menjadi salah satu dari aspek penting tersebut.
Australia votes on 21 May. Candidates have campaigned long and hard over the last six weeks focusing on the issues they think are most important to Australian voters. But is their understanding always accurate? - Australia memberikan suara pada 21 Mei. Kandidat telah bekerja keras dalam kampanye selama enam minggu terakhir, dengan fokus pada isu-isu yang mereka anggap paling penting bagi pemilih Australia. Tetapi apakah pemahaman yang mereka anggap penting itu selalu akurat?
Until the impact of COVID 19 Ana Surjanto had built a cohort of a hundred young Moslem women who were keen to play AFL football. On 03 March she will speak at a seminar about how sports diplomacy can strengthen the Indonesia Australia relationship. But she also believes that growing the sport can bring social change. Why? - Sampai dengan dampak COVID 19 Ana Surjanto telah membangun angkatan yang terdiri dari seratus remaja putri yang gemar bermain sepak bola AFL. Pada 03 Maret Ana akan berbicara di sebuah seminar tentang bagaimana diplomasi olahraga dapat memperkuat hubungan Indonesia-Australia. Namun Ana juga percaya bahwa menumbuhkan olahraga itu dapat membawa perubahan sosial. Mengapa?
On 03 December the National Australia Indonesia Language Awards (NAILA) presentation ceremony was held on-line. At the same event the Australia Indonesia Institute (AII) announced the winners of the inaugural AII Awards. - Pada tanggal 03 Desember upacara presentasi National Australia Indonesia Language Awards (NAILA) diselenggarakan secara online. Pada acara yang sama, Institut Australia Indonesia (AII) mengumumkan pemenang penghargaan AII perdana.
Amalia Podcast episode ini mengundang Konsul Jenderal RI di Sydney yang baru, Bapak Vedi Kurnia Buana. Kami berdiskusi tentang persiapan Konjen dalam hal pelayanan dan perlindungan WNI menghadapi masa transisi pandemi dan trend positif perdagangan Indonesia-Australia setelah dicanangkannya IA-CEPA. Bapak Vedi juga mengemukakan pandangannya tentang peran diaspora Indonesia dan perkembangan soft power dalam hubungan dua negara ini. #Amalia Podcast #IniDiplomasi #SoftPower #Diaspora #IACEPA
After a meeting between President Joko Widodo and PM Scott Morrison at the recent Group of 20 leaders' summit, there was talk of creating an Indonesia-Australia travel bubble. International travel to Bali has already reopened to visitors from 19 countries. But Australia is not one of them. - Setelah pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan PM Scott Morrison di KTT para pemimpin Kelompok 20 baru-baru ini, ada pembicaraan untuk menciptakan gelembung perjalanan Indonesia-Australia. Perjalanan internasional ke Bali telah dibuka kembali untuk pengunjung dari 19 negara. Namun tidak termasuk Australia.
There seems to be growing awareness in Australia about the importance of NAIDOC Week. And some young Indonesians are aware too. Why do three young people who value closer Indonesia-Australia relations believe NAIDOC Week and the road to reconciliation are important? - Tampaknya ada peningkatan kesadaran di Australia tentang pentingnya Pekan NAIDOC. Dan beberapa anak muda Indonesia juga sadar. Mengapa tiga orang kawula muda yang menghargai hubungan Indonesia-Australia yang lebih dekat percaya bahwa Pekan NAIDOC dan jalan menuju rekonsiliasi itu penting?
A number of Indonesians and their families live in Cairns, in far north Queensland. The Cairns Indonesia Australia Association (CIAA) aims to help them maintain their love for Indonesia and to pass it on to future generations. - Sejumlah orang Indonesia dan keluarga mereka tinggal di Cairns, di ujung utara Queensland. Asosiasi Cairns Indonesia Australia (CIAA) bertujuan untuk membantu mereka mempertahankan kecintaan mereka pada Indonesia dan mewariskannya kepada generasi mendatang.
Difussion 42 hadir dengan tema "Youth, Digital Technology and Covid-19 : Insight from Indonesia & Australia". Pembicara kali ini adalah : Eliza Morgan & Nicolas Samson (Research Intern CfDS UGM) Jasmine N.A. Putri (Research Associate CfDS UGM) Perdana Karim (Research Assistant CfDS UGM) Moderator: Amelinda Pandu, Project Officer CfDS UGM
(Wikimedia Commons/Avandergeer), CC BY Pengetahuan ilmuwan sebelumnya hanya meyakini dua spesies manusia yang datang ke Indonesia - yakni manusia purba atau Homo erectus (berdasarkan riset terbaru sekitar 1,3 juta - 600 ribu tahun lalu), dan juga manusia modern atau Homo sapiens (mulai sekitar 70 ribu tahun lalu) Namun, hal tersebut berubah sejak 2004 ketika sebuah tim Indonesia-Australia mengumumkan penemuan sisa manusia purba lain yaitu Homo floresiensis atau kerap dipanggil si “Hobbit” di Flores, Nusa Tenggara Timur. Penemuan ini mengguncang komunitas peneliti arkeologi dan paleontologi saat pertama kali ditemukan. Selain ukuran bagian tubuhnya yang cukup kecil dengan karakter biologis yang bahkan lebih purba dari Homo erectus, sisa Homo floresiensis ini juga ditemukan di kepulauan Indonesia tengah atau “Wallacea” - daerah perairan dalam yang terisolasi oleh arus laut yang kuat sehingga sangat menyulitkan migrasi manusia purba dari barat maupun timur. Bagaimana cerita seru penemuannya di Flores, dan bagaimana penemuan si ‘Hobbit’ ini mengubah wawasan kita tentang pola evolusi dan migrasi manusia? Untuk menjawab hal tersebut, kami berbicara dengan Thomas Sutikna, arkeolog di University of Wollongong, Australia yang juga merupakan salah satu anggota tim legendaris yang menemukan Homo floresiensis. Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir, dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!
Pengetahuan ilmuwan sebelumnya hanya meyakini dua spesies manusia yang datang ke Indonesia - yakni manusia purba atau Homo erectus (berdasarkan riset terbaru sekitar 1,3 juta - 600 ribu tahun lalu), dan juga manusia modern atau Homo sapiens (mulai sekitar 70 ribu tahun lalu) Namun, hal tersebut berubah sejak 2004 ketika sebuah tim Indonesia-Australia mengumumkan penemuan sisa manusia purba lain yaitu Homo floresiensis atau kerap dipanggil si "Hobbit" di Flores, Sulawesi. Penemuan ini mengguncang komunitas peneliti arkeologi dan paleontologi saat pertama kali ditemukan. Selain ukuran bagian tubuhnya yang cukup kecil dengan karakter biologis yang bahkan lebih purba dari Homo erectus, sisa Homo floresiensis ini juga ditemukan di kepulauan Indonesia tengah atau “Wallacea” - daerah perairan dalam yang terisolasi oleh arus laut yang kuat sehingga sangat menyulitkan migrasi manusia purba dari barat maupun timur. Bagaimana cerita seru penemuannya di Flores, dan bagaimana penemuan si ‘Hobbit’ ini mengubah wawasan kita tentang pola evolusi dan migrasi manusia? Untuk menjawab hal tersebut, kami berbicara dengan Thomas Sutikna, arkeolog di University of Wollongong, Australia yang juga merupakan salah satu anggota tim legendaris yang menemukan Homo floresiensis. Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir, dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id
In 1946 Joris Ivens made an inspirational film called Indonesia Calling. It told of collaboration between Indonesians and Australians in the fight for Indonesia’s independence. 2020 is the year of COVID-19. Now, Indonesia, its artists and their communities face a powerful, new challenge. Exhibition #4 Indonesia Calling 2020 at the 16albermarle gallery aims to help them. - Pada tahun 1946 Joris Ivens membuat film inspiratif berjudul Indonesia Calling yang menceritakan tentang kolaborasi antara Indonesia dan Australia dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 2020 adalah tahun COVID-19. Kini, Indonesia, seniman dan komunitasnya menghadapi tantangan baru yang besar. Pameran # 4 Indonesia Calling 2020 di galeri 16albermarle bertujuan untuk membantu mereka.
The relationship between Indonesia and Australia has not always been smooth, but the people of the two countries have mostly supported each other during times of crises. What is the state of Indonesia-Australia relations during these times of increasing international detachment and the defunding of public diplomacy programs? What are some of the contemporary challenges faced by those trying to foster public diplomacy programs between the two countries? Charlotte Setijadi spoke about the history and current state of Indonesia-Australia people-to-people relations with Dr Lis Kramer and Ms Ele Williams.
“Trading Cultures” is a film by Indigenous filmmaker Daniel King. The film traces the recent collaboration between three Indigenous Australian artists and three artists from Makassar in South Sulawesi. Their collaboration took them on a journey of rediscovery of the relationships between their ancestors. - “Trading Cultures” adalah film yang dibuat oleh sineas Pribumi Daniel King. Film ini menelusuri kolaborasi baru-baru ini antara tiga seniman Pribumi Australia dan tiga seniman Makasar, Sulawesi Selatan. Kolaborasi tersebut membawa mereka dalam perjalanan menemukan kembali hubungan antara nenek moyang mereka.
The Impact of the Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement on Australian Businesses Phil Turtle is the National President of the Australia Indonesia Business Council and Director of Engenesis Pty Ltd, a boutique consultancy focusing on developing business opportunities in Indonesia. Phil has over 25 years' experience in a broad range of industries, having spent his early career as an Engineer and Project Manager on a large number of resources projects in the region. He has a passion for Asian countries, and has worked in China, Singapore, Malaysia and Indonesia, and has made Indonesia a particular focus. There he has been involved in business development in Mining, Energy, Education, Infrastructure, Tourism, Healthcare, Technology and other fields. He has served as a Board Member of the Australia Indonesia Business Council for the last 7 years, and is in his second term as National President.
Tanggal 5 Juli 2020 diberlakukan IA-CEPA atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement sebagai upaya peningkatan potensi hubungan perdagangan kedua negara. Saya berbincang bincang dengan Ibu Ayu Siti Maryam dari ITPC Sydney tentang pemberlakuan IA-CEPA setelah melalui proses perundingan panjang selama kurang lebih satu dekade, produk dan jasa yang menjadi andalan kedua negara, persiapan yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan untuk optimalisasi kerjasama ini serta tantangan dan peluang yang dihadapi IACEPA di tengah krisis pandemic COVID-19.
The Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) came into force on 5 July with a hope of bringing prosperity to both countries. - Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia Australia (IA-CEPA) mulai berlaku pada 5 Juli dengan harapan dapat membawa kemakmuran bagi kedua negara.
The Indonesia-Australia free trade deal has officially started.
The Indonesia-Australia free trade deal has officially started, with grain growers keen on sending feed grain there. Wool body AWI says it is facing a significant funding challenge because of low wool prices and coronavirus. What does it take to breed a more socially acceptable cow? It's a question being asked by farmers.
The Indonesia-Australia free trade deal has officially started.
Scientists question the benefits of carbon sequestration, the Indonesia-Australia free trade deal has officially started and the egg industry has passed a significant milestone – half the eggs sold in supermarkets are now free range.
Pada 5 Juli 2020, Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) akan sepenuhnya diberlakukan. Dr. Poppy S. Winanti berdiskusi dengan Ni Ayu Made Marthini, Direktur Perundingan Bilateral, Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI, untuk membahas lebih mendalam tentang aspek-aspek dalam perjanjian perdagangan ini dan bagaimana kesiapan pemerintah maupun komunitas bisnis di Indonesia. Apa saja peluang yang kita miliki dan bagaimana memaksimalkannya? Dalam episode ini juga diulas tips bagi para mahasiswa HI yang tertarik menjadi seorang negosiator perdagangan internasional yang handal. Simak lebih lanjut! (Musik latar oleh Chicago Jazz, E's Jammy Jams, dan Chiro)
Hey peeps! Eka balik lagi! Kali ini aku punya somebody on the show lho! Beliau adalah Ms. Ani. Di episode kali ini aku sengaja ngajak Ms. Ani nongkrong cantik untuk ngobrolin tentang isu disabilitas di IALF Bali termasuk di dalamnya tentang program Dare To Hope yang dijalankan oleh Ms. Ani dan Ms. Nurul. Seru deh obrolan kami karena kita akan diperdengarkan banyak informasi menarik dan bermanfaat tentang IALF secara umum, layanan disabilitas apa saja yang diberikan, komitmen IALF terhadap disabilitas dan masih banyak lagi. So, please go listen! Tapi ini masih part 1 ya! Jangan lupa play juga part 2 di next episode ya! Contact me on Instagram "eka_taufanti" and email: taufantipraka@gmail.com
The recent visit by Indonesian President Joko Widodo to Australia was considered a success, with evidence of a good rapport between Widodo and Australian Prime Minister Malcolm Turnbull. However, the visit came in the wake of yet another tense period in the bilateral relationship, this time because of the discovery of apparently offensive materials related to Pancasila and Papua at an Australian military training centre and the unveiling of the Papuan Morning Star flag by trespassers at the Indonesian Consulate in Melbourne. Why does this issue remain so sensitive and what is its history in the bilateral relationship? What is the situation in Papua today and what are the challenges facing Jokowi’s government? In this week’s podcast I explore these issues with Dr Richard Chauvel, an Honorary Fellow in the Asia Institute at the University of Melbourne. Talking Indonesia, co-hosted in 2017 by Dr Dave McRae, Dr Jemma Purdey, Dr Charlotte Setijadi and Dr Dirk Tomsa, presents extended interviews each fortnight with experts on Indonesian politics, foreign policy, culture, language and more. Find all the Talking Indonesia episodes and more at the Indonesia At Melbourne blog. Photo: Michael Masters for the Australian Embassy Jakarta
In our latest episode, we turn to Indonesia and discuss the first two years of President Joko “Jokowi” Widodo’s time in office. Adjunct Fellow Phuong Nguyen of CSIS and Research Fellow Natalie Sambhi of the Perth USAsia Centre in Australia consider whether Jokowi has met high domestic expectations, evaluate his accomplishments in domestic and economic reform (6:15), assess his cabinet reshuffles and politics (8:50), and analyze the state of Indonesia’s civil-military relations (11:15). Nguyen and Sambhi also describe Jokowi’s foreign and security policy approach -- including tension with China in the Natuna Islands area of the South China Sea and lower emphasis on ASEAN (15:25), examine Indonesia-Australia relations (23:36), and preview what to watch for in the remaining three years of Jokowi’s first term (28:17). Hosted by Will Colson. Audio edited by Frances Burkham. Written and produced by Jeffrey Bean.
Aaron L. Connelly, Research Fellow in the East Asia Program at the Lowy Institue, discusses the Indonesian presidential election between Joko Widodo and Prabowo Subianto. He notes that the presidential race is closer than was anticipated three months ago and outlines the key events that have led to the turnaround in the polls. He also explains that while polling data from the most reliable polling firms has not been released, we can assume that the race is now very close. Aaron outlines what we could expect from a Prabowo presidency, and the positions that each candidate has taken on Indonesia-Australia relations.