POPULARITY
Kuliah Tafsir Nurul Ehsan Jilid 2 yang berlangsung di Masjid Simpang Empat, Permatang Buloh, Pulau Pinang pada 7 April 2014.~ Minta doa kepada Allah, ya Allah permudahkan aku untuk duduk dengan orang soleh~ Bumi Syam yang penuh barakah, sampai ke hari ini~ Nabi pernah jadi peniaga di Syam~ Duduk dalam sekelompok orang, nampak orang tua yang luar biasa~ Abu Dardak seorang sahabat yang sangat hebat~ Kejadian semasa berlakunya perang Siffin~ Ambil inesiatif tak boleh tengok orang Islam bergaduh~ Kita nampak Muawiyyah gila kuasa~ Sudut pandang Saidina Ali vs Muawiyah~ Bukan senang nak cari orang yang bersalah~ Bukahkah ramai sahabat di Kufah?~ Sahabat yang digelar "Tuan punya sepasang kasut"~ Mayat dengar bunyi kasut~ Perbahasan panjang tentang boleh atau tidak pakai kasut di kawasan perkuburan~ Sahabat berebut nak berkhidmat kepada Nabi~ Sahabat yang dijauhkan daripada syaitan~ Amalan yang jangan ditinggalkan selepas solat Subuh~ Sahabat bernama Ammar Bin Yassir ~ Golongan yang awal masuk Islam, diseksa dipanggang atas api~ Sahabat yang banyak menyimpan rahsia Nabi-- TAFSIR NURUL EHSAN JILID 2 MUKA SURAT 306 --~ Tafsir Surah An-Nahl Ayat 51~ Jangan jadikan Allah (Tuhan) itu dua~ Jangan syirikkan Allah~ Allah itu Esa~ Orang yang beriman itu, ketar hatinya bila disebut nama Allah~ Ayat Quran ada impak di jiwa~ Semua benda yang ada dalam alam adalah milik orang~ Bila jadi kapal terbang hilang, baru kita tahu banyak benda~ Beza antara laut dan lautan (sea dan ocean)~ Kawasan laut yang paling ganas dalam dunia~ Paling besar ialah lautan pasifik~ "God Is Great" ~ Lautan yang kedua terbesar - Atlantik, Bermuda Triangle dan Titanic~ Allah buat supaya manusia berfikir~ Artik ocean ada polar bear ~ Orang putih boleh masuk Islam bila kaji pasal kejadian alam~ Islam adalah Allah punya, bukan barang dagangan~ Islam bukan komoditi ~ Allah tak rugi sebab Allah tidak jual Islam~ Islam akan kekal sehingga kiamat~ United Kingdom nak haramkan pemakaian purdah~ Tujuan keselamatan sebab pakai serban mencuri pun ada~ Tudung-tudung yang diharamkan di Malaysia~ Apa nak takut, kalau kita berada atas agama Allah~ Tiada lain yang lebih berkuasa daripada Allah~ Allah tak perlu tarik nyawa, tarik selera pun manusia boleh "luput"~ Apa juga nikmat yang ada pada kita, Allah yang bagi~ Kes di Kepala Batas, orang pecah cermin kereta untuk mencuri~ Keamanan ni Allah yang bagi~ Kita rasa tak aman dan terancam~ Kejadian bukan sekadar kes curi, tapi kes samun~ Penjenayah semakin brutal, sebab kita tak laksanakan hukum Allah~ Segala nikmat, Allah boleh tarik balik~ Apabila kena mudarat, kita minta tolong Allah~ Kalau kemarau berterusan, yang cakap pandai pun tak boleh cakap~ Tak nampak jalan dah, nampak Allah~ Manusia meraung minta tolong kepada Allah~ Bila Allah bagi apa dia nak, dia kembali lupa tuhan~ Buat benda yang Allah tak marah~ Manusia bila main-main dengan Allah, akhirnya akan ke neraka~ Amalan zaman jahiliah tidak boleh buang kepercayaan kepada berhala~ Kenderaan tut-tut di India, nak buat baik dengan semua tuhan~ Orang yang mereka cipta benda yang Allah tak suruh buat, jenuh menjawab di akhirat~ Zaman jahiliah, aib dengan anak perempuan~ Tuduh anak perempuan itu sebagai anak Allah~ Orang jahiliah nak anak lelaki, tak mahu anak perempuan~ Soalan yang dia tak mahu dengar, nak lari daripada orang ramai~ Tidak ada satu hadis pun, menceritakan Saidina Umar bunuh anak perempuan, itu semua dongengSokong Projek Zonkuliah Dengan Menyumbang Ke Akaun Berikut : ➢ https://payment.tngdigital.com.my/sc/bDLnYClrWk➢ MAYBANK (Produksi Zonkita) - 557250054584➢ PAYPAL - paypal.me/DanaZK---☑● Doakan Dimurahkan Rezeki dan Diberikan Kesihatan Yang Baik Untuk Kami Teruskan Projek ZonKuliah ☑●✚ Untuk update terkini sila like Facebook Page kami : www.facebook.com/zonkuliah---#Zonkuliah #UstazShamsuri #KuliahAgama
Bismillah, 1457. ANTARA DOSA & KASIH SAYANG ALLAH Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Umar bin Khaththab & Usair bin Jabir Radhiallahu 'anhuma Tanya Jawab وفي رواية له : عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ قوله غبراء الناس بفتح الغين المعجمة وإسكان الباء وبالمد وهم فقراؤهم وصعاليكهم ومن لا يعرف عينه من أخلاطهم والأمداد جمع مدد وهم الأعوان والناصرون الذين كانوا يمدون المسلمين في الجهاد Dan dalam riwayat Muslim dari Umar beliau berkata, Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah ﷺ , bersabda, "Sesungguhnya sebaik-baik tabi'in adalah orang yang disebut Uwais, dia memiliki ibu dan dulunya berpenyakit sopak, maka suruhlah dia agar memohonkan ampunan untuk kalian." وفي رواية لمسلم أيضا :حَدَّثَنِي سَعِيدٌ الْجُرَيْرِيُّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أُسَيْرِ بْنِ جَابِرٍ أَنَّ أَهْلَ الْكُوفَةِ وَفَدُوا إِلَى عُمَرَ وَفِيهِمْ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ يَسْخَرُ بِأُوَيْسٍ فَقَالَ عُمَرُ هَلْ هَاهُنَا أَحَدٌ مِنْ الْقَرَنِيِّينَ فَجَاءَ ذَلِكَ الرَّجُلُ فَقَالَ عُمَرُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ إِنَّ رَجُلًا يَأْتِيكُمْ مِنْ الْيَمَنِ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ لَا يَدَعُ بِالْيَمَنِ غَيْرَ أُمٍّ لَهُ قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا اللَّهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوْ الدِّرْهَمِ فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ Dalam riwayat Muslim, dari Usair bin Jabir Radhiallahu ‘anhu, ”Bahwa penduduk Kufah datang kepada Umar dan di tengah-tengah mereka ada orang yang selalu menghina Uwais. Maka Umar berkata, 'Apakah di sini ada seorang dari marga Qaran?' Maka orang tadi datang. Lalu Umar berkata, 'Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda, 'Sesungguhnya ada seorang yang akan datang kepada kalian dari Yaman, namanya Uwais, dia tidak meninggalkan apa-apa yang di Yaman selain ibunya, dia dulu berpenyakit sopak lalu dia berdoa kepada Allah dan Allah pun menghilangkan penyakitnya, kecuali bagian sebesar satu koin dinar atau dirham. Barangsiapa di antara kalian bertemu dengannya, maka hendaknya dia memohonkan ampunan untuk kalian'." === Saksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin bersama:
Bismillah, 1453. KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA IBU Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Usair bin Amr Dari Usair bin Amr -ada juga yang mengatakan bin Jabir, beliau berkata, "Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu apabila datang rombongan bala bantuan dari penduduk Yaman kepadanya, dia selalu bertanya kepada mereka, 'Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir?' Hingga dia bertemu dengan Uwais. Dia bertanya kepadanya, 'Apakah engkau Uwais bin Amir?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Dari kabilah Murad kemudian dari marga Qaran?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar terus bertanya, 'Engkau dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh kecuali satu bagian sebesar koin dirham?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Engkau memiliki ibu?' Dia menjawab, 'Ya.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan penduduk Yaman, dia dari Murad kemudian dari Qaran dan dulu menderita sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia memiliki seorang ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, niscaya Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Apabila kamu sanggup memintanya agar memohonkan ampun untukmu, maka lakukanlah.' Maka mohonkanlah ampunan untukku.' Maka dia pun memohon ampunan untuk Umar. Umar berkata kepadanya, 'Kau mau ke mana?' Dia menjawab, 'Kufah.' Umar berkata, 'Apakah aku perlu menulis surat untuk kebaikanmu kepada gubernurnya?' Dia menjawab, 'Saya lebih suka berada di tengah manusia fakir yang tidak dikenal.' Pada tahun berikutnya, seorang pemuka mereka menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Umar, maka Umar bertanya kepadanya tentang Uwais. Dia menjawab, 'Saya meninggalkannya dalam keadaan rumahnya jelek dan perabotannya sedikit.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan bala bantuan pasukan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari marga Qaran, dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia mem-punyai ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, pasti Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Jika kamu mampu meminta kepadanya agar memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' (Manakala orang yang bertemu Umar ini pulang), dia langsung mendatangi Uwais dan berkata, 'Mohonkanlah ampunan untukku.' Uwais berkata, 'Engkaulah yang baru datang dari perjalanan yang shalih (haji), justru engkaulah yang seharusnya beristighfar untukku.' Uwais berkata lagi, 'Kamu bertemu Umar?' Dia menjawab, 'Ya.' Lalu Uwais memohonkan ampunan untuk orang itu. Akhirnya orang-orang mengenalnya, maka dia segera keluar (dari Kufah)." (HR. Muslim) === Saksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin bersama:
Bismillah, 1454. APAKAH MERTUA SAMA DENGAN ORANG TUA? Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Usair bin Amr Tanya Jawab Dari Usair bin Amr -ada juga yang mengatakan bin Jabir, beliau berkata, "Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu apabila datang rombongan bala bantuan dari penduduk Yaman kepadanya, dia selalu bertanya kepada mereka, 'Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir?' Hingga dia bertemu dengan Uwais. Dia bertanya kepadanya, 'Apakah engkau Uwais bin Amir?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Dari kabilah Murad kemudian dari marga Qaran?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar terus bertanya, 'Engkau dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh kecuali satu bagian sebesar koin dirham?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Engkau memiliki ibu?' Dia menjawab, 'Ya.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan penduduk Yaman, dia dari Murad kemudian dari Qaran dan dulu menderita sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia memiliki seorang ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, niscaya Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Apabila kamu sanggup memintanya agar memohonkan ampun untukmu, maka lakukanlah.' Maka mohonkanlah ampunan untukku.' Maka dia pun memohon ampunan untuk Umar. Umar berkata kepadanya, 'Kau mau ke mana?' Dia menjawab, 'Kufah.' Umar berkata, 'Apakah aku perlu menulis surat untuk kebaikanmu kepada gubernurnya?' Dia menjawab, 'Saya lebih suka berada di tengah manusia fakir yang tidak dikenal.' Pada tahun berikutnya, seorang pemuka mereka menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Umar, maka Umar bertanya kepadanya tentang Uwais. Dia menjawab, 'Saya meninggalkannya dalam keadaan rumahnya jelek dan perabotannya sedikit.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan bala bantuan pasukan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari marga Qaran, dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia mem-punyai ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, pasti Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Jika kamu mampu meminta kepadanya agar memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' (Manakala orang yang bertemu Umar ini pulang), dia langsung mendatangi Uwais dan berkata, 'Mohonkanlah ampunan untukku.' Uwais berkata, 'Engkaulah yang baru datang dari perjalanan yang shalih (haji), justru engkaulah yang seharusnya beristighfar untukku.' Uwais berkata lagi, 'Kamu bertemu Umar?' Dia menjawab, 'Ya.' Lalu Uwais memohonkan ampunan untuk orang itu. Akhirnya orang-orang mengenalnya, maka dia segera keluar (dari Kufah)." (HR. Muslim) === Saksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin bersama:
Bismillah, 1455. MANUSIA TERBAIK DI ERA TABI'IN Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Umar bin Khaththab & Usair bin Jabir Radhiallahu 'anhuma وفي رواية له : عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ قوله غبراء الناس بفتح الغين المعجمة وإسكان الباء وبالمد وهم فقراؤهم وصعاليكهم ومن لا يعرف عينه من أخلاطهم والأمداد جمع مدد وهم الأعوان والناصرون الذين كانوا يمدون المسلمين في الجهاد Dan dalam riwayat Muslim dari Umar beliau berkata, Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah ﷺ , bersabda, "Sesungguhnya sebaik-baik tabi'in adalah orang yang disebut Uwais, dia memiliki ibu dan dulunya berpenyakit sopak, maka suruhlah dia agar memohonkan ampunan untuk kalian." وفي رواية لمسلم أيضا :حَدَّثَنِي سَعِيدٌ الْجُرَيْرِيُّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أُسَيْرِ بْنِ جَابِرٍ أَنَّ أَهْلَ الْكُوفَةِ وَفَدُوا إِلَى عُمَرَ وَفِيهِمْ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ يَسْخَرُ بِأُوَيْسٍ فَقَالَ عُمَرُ هَلْ هَاهُنَا أَحَدٌ مِنْ الْقَرَنِيِّينَ فَجَاءَ ذَلِكَ الرَّجُلُ فَقَالَ عُمَرُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ إِنَّ رَجُلًا يَأْتِيكُمْ مِنْ الْيَمَنِ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ لَا يَدَعُ بِالْيَمَنِ غَيْرَ أُمٍّ لَهُ قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا اللَّهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوْ الدِّرْهَمِ فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ Dalam riwayat Muslim, dari Usair bin Jabir Radhiallahu ‘anhu, ”Bahwa penduduk Kufah datang kepada Umar dan di tengah-tengah mereka ada orang yang selalu menghina Uwais. Maka Umar berkata, 'Apakah di sini ada seorang dari marga Qaran?' Maka orang tadi datang. Lalu Umar berkata, 'Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda, 'Sesungguhnya ada seorang yang akan datang kepada kalian dari Yaman, namanya Uwais, dia tidak meninggalkan apa-apa yang di Yaman selain ibunya, dia dulu berpenyakit sopak lalu dia berdoa kepada Allah dan Allah pun menghilangkan penyakitnya, kecuali bagian sebesar satu koin dinar atau dirham. Barangsiapa di antara kalian bertemu dengannya, maka hendaknya dia memohonkan ampunan untuk kalian'." === Saksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin bersama:
Bismillah, 1456. BELAJAR TAWADHU DARI UWAIS AL QARNI Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Umar bin Khaththab & Usair bin Jabir Radhiallahu 'anhuma وفي رواية له : عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ قوله غبراء الناس بفتح الغين المعجمة وإسكان الباء وبالمد وهم فقراؤهم وصعاليكهم ومن لا يعرف عينه من أخلاطهم والأمداد جمع مدد وهم الأعوان والناصرون الذين كانوا يمدون المسلمين في الجهاد Dan dalam riwayat Muslim dari Umar beliau berkata, Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah ﷺ , bersabda, "Sesungguhnya sebaik-baik tabi'in adalah orang yang disebut Uwais, dia memiliki ibu dan dulunya berpenyakit sopak, maka suruhlah dia agar memohonkan ampunan untuk kalian." وفي رواية لمسلم أيضا :حَدَّثَنِي سَعِيدٌ الْجُرَيْرِيُّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أُسَيْرِ بْنِ جَابِرٍ أَنَّ أَهْلَ الْكُوفَةِ وَفَدُوا إِلَى عُمَرَ وَفِيهِمْ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ يَسْخَرُ بِأُوَيْسٍ فَقَالَ عُمَرُ هَلْ هَاهُنَا أَحَدٌ مِنْ الْقَرَنِيِّينَ فَجَاءَ ذَلِكَ الرَّجُلُ فَقَالَ عُمَرُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ إِنَّ رَجُلًا يَأْتِيكُمْ مِنْ الْيَمَنِ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ لَا يَدَعُ بِالْيَمَنِ غَيْرَ أُمٍّ لَهُ قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا اللَّهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوْ الدِّرْهَمِ فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ Dalam riwayat Muslim, dari Usair bin Jabir Radhiallahu ‘anhu, ”Bahwa penduduk Kufah datang kepada Umar dan di tengah-tengah mereka ada orang yang selalu menghina Uwais. Maka Umar berkata, 'Apakah di sini ada seorang dari marga Qaran?' Maka orang tadi datang. Lalu Umar berkata, 'Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda, 'Sesungguhnya ada seorang yang akan datang kepada kalian dari Yaman, namanya Uwais, dia tidak meninggalkan apa-apa yang di Yaman selain ibunya, dia dulu berpenyakit sopak lalu dia berdoa kepada Allah dan Allah pun menghilangkan penyakitnya, kecuali bagian sebesar satu koin dinar atau dirham. Barangsiapa di antara kalian bertemu dengannya, maka hendaknya dia memohonkan ampunan untuk kalian'." === Saksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin bersama:
Bismillah, 1447. BERHADAPAN DENGAN TAWARAN UMAR BIN KHATHAB Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Usair bin Amr Dari Usair bin Amr -ada juga yang mengatakan bin Jabir, beliau berkata, "Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu apabila datang rombongan bala bantuan dari penduduk Yaman kepadanya, dia selalu bertanya kepada mereka, 'Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir?' Hingga dia bertemu dengan Uwais. Dia bertanya kepadanya, 'Apakah engkau Uwais bin Amir?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Dari kabilah Murad kemudian dari marga Qaran?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar terus bertanya, 'Engkau dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh kecuali satu bagian sebesar koin dirham?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Engkau memiliki ibu?' Dia menjawab, 'Ya.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan penduduk Yaman, dia dari Murad kemudian dari Qaran dan dulu menderita sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia memiliki seorang ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, niscaya Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Apabila kamu sanggup memintanya agar memohonkan ampun untukmu, maka lakukanlah.' Maka mohonkanlah ampunan untukku.' Maka dia pun memohon ampunan untuk Umar. Umar berkata kepadanya, 'Kau mau ke mana?' Dia menjawab, 'Kufah.' Umar berkata, 'Apakah aku perlu menulis surat untuk kebaikanmu kepada gubernurnya?' Dia menjawab, 'Saya lebih suka berada di tengah manusia fakir yang tidak dikenal.' Pada tahun berikutnya, seorang pemuka mereka menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Umar, maka Umar bertanya kepadanya tentang Uwais. Dia menjawab, 'Saya meninggalkannya dalam keadaan rumahnya jelek dan perabotannya sedikit.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan bala bantuan pasukan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari marga Qaran, dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia mem-punyai ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, pasti Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Jika kamu mampu meminta kepadanya agar memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' (Manakala orang yang bertemu Umar ini pulang), dia langsung mendatangi Uwais dan berkata, 'Mohonkanlah ampunan untukku.' Uwais berkata, 'Engkaulah yang baru datang dari perjalanan yang shalih (haji), justru engkaulah yang seharusnya beristighfar untukku.' Uwais berkata lagi, 'Kamu bertemu Umar?' Dia menjawab, 'Ya.' Lalu Uwais memohonkan ampunan untuk orang itu. Akhirnya orang-orang mengenalnya, maka dia segera keluar (dari Kufah)." (HR. Muslim) === Saksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin Sesi Tanya Jawab bersama:
Bismillah, 1441. HANYA ALLAH ﷻ YANG MENGETAHUI Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Usair bin Amr Dari Usair bin Amr -ada juga yang mengatakan bin Jabir, beliau berkata, "Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu apabila datang rombongan bala bantuan dari penduduk Yaman kepadanya, dia selalu bertanya kepada mereka, 'Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir?' Hingga dia bertemu dengan Uwais. Dia bertanya kepadanya, 'Apakah engkau Uwais bin Amir?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Dari kabilah Murad kemudian dari marga Qaran?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar terus bertanya, 'Engkau dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh kecuali satu bagian sebesar koin dirham?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Engkau memiliki ibu?' Dia menjawab, 'Ya.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan penduduk Yaman, dia dari Murad kemudian dari Qaran dan dulu menderita sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia memiliki seorang ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, niscaya Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Apabila kamu sanggup memintanya agar memohonkan ampun untukmu, maka lakukanlah.' Maka mohonkanlah ampunan untukku.' Maka dia pun memohon ampunan untuk Umar. Umar berkata kepadanya, 'Kau mau ke mana?' Dia menjawab, 'Kufah.' Umar berkata, 'Apakah aku perlu menulis surat untuk kebaikanmu kepada gubernurnya?' Dia menjawab, 'Saya lebih suka berada di tengah manusia fakir yang tidak dikenal.' Pada tahun berikutnya, seorang pemuka mereka menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Umar, maka Umar bertanya kepadanya tentang Uwais. Dia menjawab, 'Saya meninggalkannya dalam keadaan rumahnya jelek dan perabotannya sedikit.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan bala bantuan pasukan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari marga Qaran, dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia mem-punyai ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, pasti Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Jika kamu mampu meminta kepadanya agar memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' (Manakala orang yang bertemu Umar ini pulang), dia langsung mendatangi Uwais dan berkata, 'Mohonkanlah ampunan untukku.' Uwais berkata, 'Engkaulah yang baru datang dari perjalanan yang shalih (haji), justru engkaulah yang seharusnya beristighfar untukku.' Uwais berkata lagi, 'Kamu bertemu Umar?' Dia menjawab, 'Ya.' Lalu Uwais memohonkan ampunan untuk orang itu. Akhirnya orang-orang mengenalnya, maka dia segera keluar (dari Kufah)." (HR. Muslim) === Saksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin Sesi Tanya Jawab bersama:
Bismillah, 1440. NABI ﷺ PASTI BENAR Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Usair bin Amr Dari Usair bin Amr -ada juga yang mengatakan bin Jabir, beliau berkata, "Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu apabila datang rombongan bala bantuan dari penduduk Yaman kepadanya, dia selalu bertanya kepada mereka, 'Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir?' Hingga dia bertemu dengan Uwais. Dia bertanya kepadanya, 'Apakah engkau Uwais bin Amir?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Dari kabilah Murad kemudian dari marga Qaran?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar terus bertanya, 'Engkau dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh kecuali satu bagian sebesar koin dirham?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Engkau memiliki ibu?' Dia menjawab, 'Ya.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan penduduk Yaman, dia dari Murad kemudian dari Qaran dan dulu menderita sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia memiliki seorang ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, niscaya Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Apabila kamu sanggup memintanya agar memohonkan ampun untukmu, maka lakukanlah.' Maka mohonkanlah ampunan untukku.' Maka dia pun memohon ampunan untuk Umar. Umar berkata kepadanya, 'Kau mau ke mana?' Dia menjawab, 'Kufah.' Umar berkata, 'Apakah aku perlu menulis surat untuk kebaikanmu kepada gubernurnya?' Dia menjawab, 'Saya lebih suka berada di tengah manusia fakir yang tidak dikenal.' Pada tahun berikutnya, seorang pemuka mereka menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Umar, maka Umar bertanya kepadanya tentang Uwais. Dia menjawab, 'Saya meninggalkannya dalam keadaan rumahnya jelek dan perabotannya sedikit.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan bala bantuan pasukan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari marga Qaran, dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia mem-punyai ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, pasti Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Jika kamu mampu meminta kepadanya agar memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' (Manakala orang yang bertemu Umar ini pulang), dia langsung mendatangi Uwais dan berkata, 'Mohonkanlah ampunan untukku.' Uwais berkata, 'Engkaulah yang baru datang dari perjalanan yang shalih (haji), justru engkaulah yang seharusnya beristighfar untukku.' Uwais berkata lagi, 'Kamu bertemu Umar?' Dia menjawab, 'Ya.' Lalu Uwais memohonkan ampunan untuk orang itu. Akhirnya orang-orang mengenalnya, maka dia segera keluar (dari Kufah)." (HR. Muslim) == aksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin Sesi Tanya Jawab bersama:
Bismillah, 1448. DIA YANG TAK INGIN DIKENAL Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Usair bin Amr Dari Usair bin Amr -ada juga yang mengatakan bin Jabir, beliau berkata, "Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu apabila datang rombongan bala bantuan dari penduduk Yaman kepadanya, dia selalu bertanya kepada mereka, 'Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir?' Hingga dia bertemu dengan Uwais. Dia bertanya kepadanya, 'Apakah engkau Uwais bin Amir?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Dari kabilah Murad kemudian dari marga Qaran?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar terus bertanya, 'Engkau dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh kecuali satu bagian sebesar koin dirham?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Engkau memiliki ibu?' Dia menjawab, 'Ya.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan penduduk Yaman, dia dari Murad kemudian dari Qaran dan dulu menderita sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia memiliki seorang ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, niscaya Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Apabila kamu sanggup memintanya agar memohonkan ampun untukmu, maka lakukanlah.' Maka mohonkanlah ampunan untukku.' Maka dia pun memohon ampunan untuk Umar. Umar berkata kepadanya, 'Kau mau ke mana?' Dia menjawab, 'Kufah.' Umar berkata, 'Apakah aku perlu menulis surat untuk kebaikanmu kepada gubernurnya?' Dia menjawab, 'Saya lebih suka berada di tengah manusia fakir yang tidak dikenal.' Pada tahun berikutnya, seorang pemuka mereka menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Umar, maka Umar bertanya kepadanya tentang Uwais. Dia menjawab, 'Saya meninggalkannya dalam keadaan rumahnya jelek dan perabotannya sedikit.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan bala bantuan pasukan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari marga Qaran, dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia mem-punyai ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, pasti Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Jika kamu mampu meminta kepadanya agar memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' (Manakala orang yang bertemu Umar ini pulang), dia langsung mendatangi Uwais dan berkata, 'Mohonkanlah ampunan untukku.' Uwais berkata, 'Engkaulah yang baru datang dari perjalanan yang shalih (haji), justru engkaulah yang seharusnya beristighfar untukku.' Uwais berkata lagi, 'Kamu bertemu Umar?' Dia menjawab, 'Ya.' Lalu Uwais memohonkan ampunan untuk orang itu. Akhirnya orang-orang mengenalnya, maka dia segera keluar (dari Kufah)." (HR. Muslim) === Saksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin bersama:
Bismillah, 1446. CARILAH ORANG SHALIH, SIAPAPUN ITU Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Usair bin Amr Dari Usair bin Amr -ada juga yang mengatakan bin Jabir, beliau berkata, "Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu apabila datang rombongan bala bantuan dari penduduk Yaman kepadanya, dia selalu bertanya kepada mereka, 'Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir?' Hingga dia bertemu dengan Uwais. Dia bertanya kepadanya, 'Apakah engkau Uwais bin Amir?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Dari kabilah Murad kemudian dari marga Qaran?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar terus bertanya, 'Engkau dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh kecuali satu bagian sebesar koin dirham?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Engkau memiliki ibu?' Dia menjawab, 'Ya.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan penduduk Yaman, dia dari Murad kemudian dari Qaran dan dulu menderita sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia memiliki seorang ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, niscaya Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Apabila kamu sanggup memintanya agar memohonkan ampun untukmu, maka lakukanlah.' Maka mohonkanlah ampunan untukku.' Maka dia pun memohon ampunan untuk Umar. Umar berkata kepadanya, 'Kau mau ke mana?' Dia menjawab, 'Kufah.' Umar berkata, 'Apakah aku perlu menulis surat untuk kebaikanmu kepada gubernurnya?' Dia menjawab, 'Saya lebih suka berada di tengah manusia fakir yang tidak dikenal.' Pada tahun berikutnya, seorang pemuka mereka menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Umar, maka Umar bertanya kepadanya tentang Uwais. Dia menjawab, 'Saya meninggalkannya dalam keadaan rumahnya jelek dan perabotannya sedikit.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan bala bantuan pasukan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari marga Qaran, dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia mem-punyai ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, pasti Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Jika kamu mampu meminta kepadanya agar memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' (Manakala orang yang bertemu Umar ini pulang), dia langsung mendatangi Uwais dan berkata, 'Mohonkanlah ampunan untukku.' Uwais berkata, 'Engkaulah yang baru datang dari perjalanan yang shalih (haji), justru engkaulah yang seharusnya beristighfar untukku.' Uwais berkata lagi, 'Kamu bertemu Umar?' Dia menjawab, 'Ya.' Lalu Uwais memohonkan ampunan untuk orang itu. Akhirnya orang-orang mengenalnya, maka dia segera keluar (dari Kufah)." (HR. Muslim) === Saksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin bersama:
Bismillah, 1445. MENCARI ORANG SHALIH = MENGIKUTI SUNNAH NABI ﷺ Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Usair bin Amr Dari Usair bin Amr -ada juga yang mengatakan bin Jabir, beliau berkata, "Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu apabila datang rombongan bala bantuan dari penduduk Yaman kepadanya, dia selalu bertanya kepada mereka, 'Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir?' Hingga dia bertemu dengan Uwais. Dia bertanya kepadanya, 'Apakah engkau Uwais bin Amir?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Dari kabilah Murad kemudian dari marga Qaran?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar terus bertanya, 'Engkau dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh kecuali satu bagian sebesar koin dirham?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Engkau memiliki ibu?' Dia menjawab, 'Ya.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan penduduk Yaman, dia dari Murad kemudian dari Qaran dan dulu menderita sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia memiliki seorang ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, niscaya Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Apabila kamu sanggup memintanya agar memohonkan ampun untukmu, maka lakukanlah.' Maka mohonkanlah ampunan untukku.' Maka dia pun memohon ampunan untuk Umar. Umar berkata kepadanya, 'Kau mau ke mana?' Dia menjawab, 'Kufah.' Umar berkata, 'Apakah aku perlu menulis surat untuk kebaikanmu kepada gubernurnya?' Dia menjawab, 'Saya lebih suka berada di tengah manusia fakir yang tidak dikenal.' Pada tahun berikutnya, seorang pemuka mereka menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Umar, maka Umar bertanya kepadanya tentang Uwais. Dia menjawab, 'Saya meninggalkannya dalam keadaan rumahnya jelek dan perabotannya sedikit.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan bala bantuan pasukan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari marga Qaran, dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia mem-punyai ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, pasti Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Jika kamu mampu meminta kepadanya agar memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' (Manakala orang yang bertemu Umar ini pulang), dia langsung mendatangi Uwais dan berkata, 'Mohonkanlah ampunan untukku.' Uwais berkata, 'Engkaulah yang baru datang dari perjalanan yang shalih (haji), justru engkaulah yang seharusnya beristighfar untukku.' Uwais berkata lagi, 'Kamu bertemu Umar?' Dia menjawab, 'Ya.' Lalu Uwais memohonkan ampunan untuk orang itu. Akhirnya orang-orang mengenalnya, maka dia segera keluar (dari Kufah)." (HR. Muslim) === Saksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin Sesi Tanya Jawab bersama:
Bismillah, 1443. BELAJAR MENGAKUI KELEBIHAN ORANG LAIN Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Usair bin Amr Dari Usair bin Amr -ada juga yang mengatakan bin Jabir, beliau berkata, "Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu apabila datang rombongan bala bantuan dari penduduk Yaman kepadanya, dia selalu bertanya kepada mereka, 'Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir?' Hingga dia bertemu dengan Uwais. Dia bertanya kepadanya, 'Apakah engkau Uwais bin Amir?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Dari kabilah Murad kemudian dari marga Qaran?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar terus bertanya, 'Engkau dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh kecuali satu bagian sebesar koin dirham?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Engkau memiliki ibu?' Dia menjawab, 'Ya.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan penduduk Yaman, dia dari Murad kemudian dari Qaran dan dulu menderita sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia memiliki seorang ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, niscaya Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Apabila kamu sanggup memintanya agar memohonkan ampun untukmu, maka lakukanlah.' Maka mohonkanlah ampunan untukku.' Maka dia pun memohon ampunan untuk Umar. Umar berkata kepadanya, 'Kau mau ke mana?' Dia menjawab, 'Kufah.' Umar berkata, 'Apakah aku perlu menulis surat untuk kebaikanmu kepada gubernurnya?' Dia menjawab, 'Saya lebih suka berada di tengah manusia fakir yang tidak dikenal.' Pada tahun berikutnya, seorang pemuka mereka menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Umar, maka Umar bertanya kepadanya tentang Uwais. Dia menjawab, 'Saya meninggalkannya dalam keadaan rumahnya jelek dan perabotannya sedikit.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan bala bantuan pasukan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari marga Qaran, dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia mem-punyai ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, pasti Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Jika kamu mampu meminta kepadanya agar memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' (Manakala orang yang bertemu Umar ini pulang), dia langsung mendatangi Uwais dan berkata, 'Mohonkanlah ampunan untukku.' Uwais berkata, 'Engkaulah yang baru datang dari perjalanan yang shalih (haji), justru engkaulah yang seharusnya beristighfar untukku.' Uwais berkata lagi, 'Kamu bertemu Umar?' Dia menjawab, 'Ya.' Lalu Uwais memohonkan ampunan untuk orang itu. Akhirnya orang-orang mengenalnya, maka dia segera keluar (dari Kufah)." (HR. Muslim) === Saksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin bersama:
Bismillah, 1442. KERENDAHAN HATI UMAR BIN KHATHAB Riyaadhush Shaalihiin Bab 45 | Mengunjungi & mengundang orang-orang baik Hadits ke-377 | Hadits Usair bin Amr Dari Usair bin Amr -ada juga yang mengatakan bin Jabir, beliau berkata, "Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu apabila datang rombongan bala bantuan dari penduduk Yaman kepadanya, dia selalu bertanya kepada mereka, 'Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir?' Hingga dia bertemu dengan Uwais. Dia bertanya kepadanya, 'Apakah engkau Uwais bin Amir?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Dari kabilah Murad kemudian dari marga Qaran?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar terus bertanya, 'Engkau dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh kecuali satu bagian sebesar koin dirham?' Dia menjawab, 'Benar.' Umar bertanya, 'Engkau memiliki ibu?' Dia menjawab, 'Ya.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan penduduk Yaman, dia dari Murad kemudian dari Qaran dan dulu menderita sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia memiliki seorang ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, niscaya Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Apabila kamu sanggup memintanya agar memohonkan ampun untukmu, maka lakukanlah.' Maka mohonkanlah ampunan untukku.' Maka dia pun memohon ampunan untuk Umar. Umar berkata kepadanya, 'Kau mau ke mana?' Dia menjawab, 'Kufah.' Umar berkata, 'Apakah aku perlu menulis surat untuk kebaikanmu kepada gubernurnya?' Dia menjawab, 'Saya lebih suka berada di tengah manusia fakir yang tidak dikenal.' Pada tahun berikutnya, seorang pemuka mereka menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Umar, maka Umar bertanya kepadanya tentang Uwais. Dia menjawab, 'Saya meninggalkannya dalam keadaan rumahnya jelek dan perabotannya sedikit.' Umar berkata, 'Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan bala bantuan pasukan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari marga Qaran, dulu menderita penyakit sopak kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar koin dirham, dia mem-punyai ibu, dia sangat berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas Nama Allah, pasti Allah membuat apa yang disumpahkannya terlaksana. Jika kamu mampu meminta kepadanya agar memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' (Manakala orang yang bertemu Umar ini pulang), dia langsung mendatangi Uwais dan berkata, 'Mohonkanlah ampunan untukku.' Uwais berkata, 'Engkaulah yang baru datang dari perjalanan yang shalih (haji), justru engkaulah yang seharusnya beristighfar untukku.' Uwais berkata lagi, 'Kamu bertemu Umar?' Dia menjawab, 'Ya.' Lalu Uwais memohonkan ampunan untuk orang itu. Akhirnya orang-orang mengenalnya, maka dia segera keluar (dari Kufah)." (HR. Muslim) === Saksikan Hasil RekamanKajian Rutin Serial Riyaadhush Shaalihiin Sesi Tanya Jawab bersama:
Ibn Zubayr's governor is in Kufah but the Shiite's do not recognize his authority. Two groups of Shiites are growing in Kufah and they want to get revenge for Husayn ibn Ali's death.
Mata Air Zubaidah Oleh. Bunga Padi (Kontributor NarasiPost.Com) Voice over talent: Mimi Muthmainnah NarasiPost.Com-Tapak tilas ke Mata Air Zubaidah adalah salah satu rangkaian agenda pihak travel umrah plus Turki yang kami ikuti pada bulan April 2015. K.H. Hafidz Abdurrahman sebagai pembimbing mengajak para jemaah mengunjunginya. Tentu perjalanan spiritual ini dilakukan dalam rangka ibadah sekaligus belajar. Dengan menggunakan bus, rombongan kami pun meluncur ke lokasi. Kiai Hafidz menjelaskan tentang keberadaan sumur air yang terkenal itu dengan terperinci. Sebagai jemaah, tentu masih terekam jelas saat kami menyaksikan sendiri puing peninggalan saluran air tersebut. Patutlah diapresiasi gebrakan Zubaidah membuat saluran pipa air yang membentang dari Kufah hingga ke Rafha yang tembus ke Fida lalu Rabadzah dan berakhir di Makkah. Saluran air ini mampu melewati pegunungan dan padang pasir yang tandus. Berhasil menyelamatkan banyak jemaah haji yang kehausan dan mencegah kematian. Seperti diketahui, air merupakan kebutuhan vital bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Keberadaan air sangat berharga bagi keberlangsungan kehidupan seluruh makhluk-Nya. Hal inilah yang akhirnya melatarbelakangi seorang istri khalifah untuk membuat sumur air yang kemudian airnya bermanfaat untuk keperluan ibadah haji dan orang-orang di sekitarnya. Naskah selengkapnya: https://narasipost.com/2022/07/12/mata-air-zubaidah/ Terimakasih buat kalian yang sudah mendengarkan podcast ini, Follow us on: instagram: http://instagram.com/narasipost Facebook: https://www.facebook.com/narasi.post.9 Fanpage: Https://www.facebook.com/pg/narasipostmedia/posts/ Twitter: Http://twitter.com/narasipost
The history of the Prophet Hud is referred to in this chapter. While the last chapter dealt mostly with abstract questions related to the truth of revelation, this chapter illustrates the truth of those questions by referring to the histories of former prophets. Thus, it deals with the histories of Noah, Hud, Salih, Abraham, Lot and Shu'ayb (peace be upon them all). A cruel and persecuting enemy is warned of the fate that befell previous people. This chapter was revealed in Mecca during the last four years of the Prophet's life and consists of 123 verses.Once Abu Bakr said to Prophet Muhammad, may the mercy and blessings of God be upon him, "Of late I have been noticing that you are getting older. What is the cause of it?" Prophet Muhammad replied that Surah Hud and similar chapters (56-Waqi'ah, 77-Mursalat, 78-Naba', and 99-Takwir) hastened old age on him (Tirmidhi).An attentive reading of this chapter will make you feel the effect of its stern warnings. God warns us through the different stories of the prophets, where those who put their faith in the outward appearance of the worldly life and rejected the message of the prophets were met with dire consequences. When God passes His judgment on people, He does not spare anyone, even the closest relative of a prophet. Only the prophet and his followers are saved.Verses 1-7 Message of GodThese verses discuss the Quran and the attitude of the polytheists towards it and resurrection.The verses of the Quran have been explained clearly. The message of the Quran is to worship God and seek forgiveness from Him. Prophet Muhammad warns of God's punishment and at the same time he brings good news of Paradise. God will judge mankind according to the deeds they did in this life. Some people try to hide from God, but God knows their innermost secrets.God is responsible for sustaining every living creature. God created the heavens and the earth in six days to test man if he realizes God's power and is thankful to Him. Those who deny resurrection consider the Quran to be magic because of its convincing power.Verses 8-11 Polar attitude towards God's favorsThe verses compare the attitude of the believers and the polytheists towards favors and hardships.Do not be deceived by God's postponement of punishment as it can come at any time. Also, do not lose hope and become ungrateful if God withdraws some of His favors. At the same time, do not become arrogant if God makes you taste His bounty. People have this attitude, except the patient ones who do good deeds. They will be forgiven and have an immense reward.Verse 12 Prophet Muhammad's dealing with pagansThe verse describes Prophet's feeling of discomfort because of the behavior of the polytheists.Verses 13-14 Authenticity of the QuranThe authenticity of the Quran is proven to those who claim Prophet Muhammad fabricated it. God challenges the experts of the Arabic language to bring ten chapters similar to it. Their inability to respond should make you certain that the Quran is from God, there is no deity worthy of worship except Him, and you should submit to Him as Muslims.Verses 15-16 Future consequences of present behaviorThe consequence for those desiring solely the reward of this world is that they will receive their wages in this life, but Fire will be their lot in the life to come. After all, they worked only for worldly objectives.Verses 17-24 The two partiesArchangel Gabriel, God's witness, confirms the Quran. A person who follows the Quran and Moses' book (i.e. Torah which foretold the coming of Prophet Muhammad) believes in it. The Fire is for those who reject it. Cursed are those losers who attribute lies to God, prevent others from God's path – Islam – and reject life after death.Those who have faith and do good deeds will reside in Paradise.Verses 25-49 Story of NoahThe people of Noah lived in southern Iraq, not too far from present day city of Kufah. Noah's message to his people was:· Worship God.· Fear the punishment of a painful Day.But the leaders of his nation considered him to be a mere human followed by people of low status. They rejected his answers and invited him to bring on the destruction he promised. God instructed Noah to patiently bear their mockery and build the ark. Tenderness of a father could not save Noah's disbelieving son from drowning with the rest. The ark, carrying Noah, fellow believers, and animals landed on Judi, which is said to be a mountain facing Ibn Umar Island at the junction of the Syrian and Turkish borders, on the eastern bank of the Tigris River, visible from the Syrian town of Ain Diwar.Verses 50-60 Story of HudThe people of ‘Ad, to whom Hud was sent, lived in an area of curved sand hills in the southern part of the Arabian peninsula. They worshiped a number of idols: wudd, suwa, yaguth, ya'uq, and nasr.Summary of Hud's message to his people:· Worship God.· I don't ask you for any reward for my preaching, it is with my Creator.· Seek forgiveness from God, He will send rain and give you strength.· I rely on God, my Lord and your Lord.· God has full control of every creature.· My Lord can substitute you with better people if you turn away.· You won't harm God by not worshipping Him.The people rejected his message. God's punishment which lasted for 8 days and 7 nights destroyed them for rejecting God and disobeying His prophets. Hud and fellow believers were saved by God's mercy.Verses 61-68 Story of SalihThe dwelling places of Salih's people, Thamud, are situated somewhere between Hijaz and Syria in the southeastern part of Madyan which is situated east of the Gulf of Aqaba. Chiseled out of stone, their dwellings are still preserved.Salih's message was similar to that of Noah and Hud. In addition, he produced a female camel from the neighboring hills to prove that he was God's true prophet but warned people not to harm it. Nevertheless, they killed it, thereby inviting God's wrath in the form of a heavenly scream that left them dead, face down in their homes. Verses 69-76 Story of AbrahamBorn in Iraq, Abraham settled in the city of Ur. He traveled to Harran in the north of the Arabian Peninsula and then to Palestine with his wife, Sarah, and his nephew, Lot. Due to a drought, he then moved to Egypt. Lot returned with Abraham from Egypt, but parted ways because the land was not enough for both their herds. Lot settled towards the Dead Sea near Sodom and Gomorrah.Abraham had three beautiful character traits: forbearing, repentant, and soft-hearted. He was quick to serve unannounced guests - angels of God - who brought two bits of news. One, destruction was forthcoming to the people of Lot. As for the second, the birth of Abraham's son, Isaac, from Sarah, his aged wife, and his grandson, Jacob. Abraham makes a futile attempt to turn away the angels from Lot. Verses 77-83 Story of LotAs hospitable as his uncle, Lot is distressed to see young, attractive guests who people immediately wanted to sodomize. Lot tries to reason with the people by pointing to available women for marriage and not to disgrace him. Feeling powerless to protect his guests, the angels comfort Lot that he will be unharmed. He was to leave town at nightfall with his family except his wife who would stay behind as she had informed people of the angelic guests. God destroys them by lifting up the city, throwing it upside down, and raining them with stones due to their wickedness.Verses 84-95 Story of Shu'aybHe was sent to the people of Madyan who lived in the land of Hijaz, next to Syria and east of the Gulf of Aqaba. According to some historians, that land is the site of the modern Saudi city of Tabuk.Shu'ayb's message:· Worship God.· Give full measure, do not give people less than what they pay for.· Do not spread corruption on earth.· Seek forgiveness from the Most Merciful, Most Loving Lord.· Fear the punishment of a Day that will surround all.The disbelievers made fun of Prophet Shu'ayb's prayer, saying does it instruct him that they should leave ancestral gods or change how they dispose of their money. Shu'ayb reminds them that he only wishes reformation and God is his strength on Whom he relies. His compassionate pleading to look at the ruins of Noah, Hud, Salih, and Lot does not convince them. Shu'ayb and fellow believers are rescued when a scream destroys them as if they never existed.Verses 96-99 Story of MosesMoses left Egypt, and traveling through Sinai, he headed towards Madyan. On his way he met his wife, the daughter of Shu'ayb. On their return journey, God spoke to Moses at Mt. Tur (Mt. Horeb in Sinai) and thereafter, Moses returns to Egypt.God sent Moses with clear proofs to Pharaoh and his ministers, but the latter followed the misguided orders of their ruler instead. Cursed in both worlds, just as they followed him in the cold water that drowned them, they will follow him into the Fire.Verses 100-102 InjusticeThey wronged themselves, God did not wrong them. The gods they called upon besides God were of no use to them.Verses 103-109 Scenes from the Day of Resurrection and divine solace to the ProphetThe above narratives of the prophets are ‘signs' related to Prophet Muhammad for the benefit of those who fear the punishment of the afterlife. God will gather all the people on the Last Day, no one will be able to hide himself, and everyone will receive their full share. On that Day a soul will speak only by God's permission. The unfortunate ones will enter the Hellfire on that Day for eternity. The fortunate ones will be in Paradise forever.Verses 110-111 Warning against casting doubt in the books of GodPeople treat their prophets the same. Some accept their call, and others reject it. Casting doubt, people denied Moses and the Torah like the pagans of Mecca denied Prophet Muhammad. Those who rejected the prophets shall face the same fate.Verses 112-115 Means of achieving success in the world and the HereafterProphet Muhammad and the repentant believers with him are instructed by God to remain determined, establish regular prayer, and exercise patience. Do not cross the boundaries and do not become partners with wrongdoers or else the Fire will touch you.Verses 116-119 God's way in destroying unjust nationsGod does not unjustly destroy cities while the residents are trying to reform. Had God wanted, He could have made people follow a single religion, but He did not intend so for reasons known to Him. Thus, people will continue to have differences except those upon whom the Lord has mercy: who follow the teachings of the prophets. As for the rest, i.e. those who reject the message of God, He will punish them in Hell.Verse 120 The objectives of Quranic stories1. Consoling Prophet Muhammad.2. Sending truth to Prophet Muhammad.3. Advice and a reminder to the believers.Verses 121-123 Practical benefits from the stories of messengers1. God has absolute and complete knowledge of time and space - what is observable and what is hidden in the heavens and the earth and of the past and the present.2. Everything returns to God in the life to come. The creation cannot interfere in it.3. Therefore, God must be worshipped and relied upon.4. God knows our actions and our statements. The good works of the obedient shall not go to waste and the rejection of the stubborn will not be forgotten._______________________________________By Imam Mufti (© 2015 IslamReligion.com)Copyright © 2006 - 2021 IslamReligion.com. All rights reserved.Used with permission.The source of this article is: www.IslamReligion.com
Bismillah 562. SEMANGAT MEMBAYAR UTANG Riyaadhush Shaalihiin Bab 25 | Perintah Menunaikan Amanat Hadits ke-207 | Hadits Abdullah bin az-Zubair Radhiallahu ‘anhu Dari Abu Khubaib Abdullah bin az-Zubair Radhiallahu ‘anhu beliau berkata, Abdullah berkata, "Maka az-Zubair terbunuh dan dia tidak meninggalkan satu dinar ataupun satu dirham, melainkan hanya beberapa bidang tanah, di antaranya adalah tanah Ghabah, sebelas rumah di Madinah, dua rumah di Bashrah, satu rumah di Kufah dan satu lagi di Mesir." Abdullah berkata, "Sebenarnya hutang az-Zubair adalah karena bila ada orang yang datang kepadanya dengan membawa hartanya untuk menitipkannya kepadanya, maka az-Zubair berkata, ‘Tidak sebagai titipan, tetapi anggaplah sebagai hutang karena saya takut kalau harta ini hilang.' Az-Zubair tidak pernah memegang jabatan, mengelola harta, memperoleh hasil pertanian, maupun melakukan usaha apa pun. Dia hanya mendapatkan harta tersebut diletakkan dalam jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam perangnya bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam atau bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiallahu ‘anhum" Abdullah berkata, "Maka saya hitung hutangnya, dan saya dapati sebanyak 2.200.000." Kemudian Hakim bin Hizam bertemu Abdullah bin az-Zubair, dia bertanya, "Keponakanku, berapa hutang saudaraku?" (Abdullah berkata), "Saya menyembunyikan jumlahnya dan saya menjawab, 'Seratus ribu" Maka Hakim berkata, "Demi Allah, aku yakin harta kalian tidak cukup untuk menutupinya." Maka Abdullah berkata, "Bagaimana kalau saya katakan dua juta dua ratus ribu?" Hakim berkata, "Aku rasa kalian tidak akan sanggup memikulnya, jika kalian benar-benar tidak sanggup, maka mintalah pertolongan kepadaku." Perawi berkata, "Dulu az-Zubair telah membeli tanah Ghabah dengan harga 170.000. Kemudian Abdullah menjualnya seharga 1.600.000 (satu juta enam ratus ribu). Kemudian Abdullah berdiri seraya berkata, 'Siapa yang pernah memberi hutang kepada az-Zubair, maka hendaklah mendatangi kami di Ghabah.' Maka datanglah Abdullah bin Jalfar kepada Abdullah bin Zubair, dia pernah memberi hutang kepada az-Zubair sebanyak 400.000. Dia berkata kepada Abdullah, 'Kalau kamu mau, aku akan merelakannya untukmu.' Abdullah menjawab, 'Tidak.' Dia berkata lagi, 'Kalau kamu mau, kamu letakkan saja piutangku pada urutan terakhir, jika kamu memandang untuk mengakhirkan.' Abdullah menjawab, 'Tidak.' Dia berkata, 'Kalau begitu, berikan sebidang tanah ini untukku.' Abdullah berkata, 'Untukmu dari sini sampai sini.' Kemudian Abdullah menjual sebagian darinya dan dapat membayar hutang-hutang ayahnya secara lunas. Bahkan masih tersisa empat bagian dan setengah. ... (bersambung insyaa Allah) ===
Bismillah 561. MENJUAL HARTA DARIPADA MENGHARAP IBA Riyaadhush Shaalihiin Bab 25 | Perintah Menunaikan Amanat Hadits ke-207 | Hadits Abdullah bin az-Zubair Radhiallahu ‘anhu Dari Abu Khubaib Abdullah bin az-Zubair Radhiallahu ‘anhu beliau berkata, Abdullah berkata, "Maka az-Zubair terbunuh dan dia tidak meninggalkan satu dinar ataupun satu dirham, melainkan hanya beberapa bidang tanah, di antaranya adalah tanah Ghabah, sebelas rumah di Madinah, dua rumah di Bashrah, satu rumah di Kufah dan satu lagi di Mesir." Abdullah berkata, "Sebenarnya hutang az-Zubair adalah karena bila ada orang yang datang kepadanya dengan membawa hartanya untuk menitipkannya kepadanya, maka az-Zubair berkata, ‘Tidak sebagai titipan, tetapi anggaplah sebagai hutang karena saya takut kalau harta ini hilang.' Az-Zubair tidak pernah memegang jabatan, mengelola harta, memperoleh hasil pertanian, maupun melakukan usaha apa pun. Dia hanya mendapatkan harta tersebut diletakkan dalam jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam perangnya bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam atau bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiallahu ‘anhum" Abdullah berkata, "Maka saya hitung hutangnya, dan saya dapati sebanyak 2.200.000." Kemudian Hakim bin Hizam bertemu Abdullah bin az-Zubair, dia bertanya, "Keponakanku, berapa hutang saudaraku?" (Abdullah berkata), "Saya menyembunyikan jumlahnya dan saya menjawab, 'Seratus ribu" Maka Hakim berkata, "Demi Allah, aku yakin harta kalian tidak cukup untuk menutupinya." Maka Abdullah berkata, "Bagaimana kalau saya katakan dua juta dua ratus ribu?" Hakim berkata, "Aku rasa kalian tidak akan sanggup memikulnya, jika kalian benar-benar tidak sanggup, maka mintalah pertolongan kepadaku." Perawi berkata, "Dulu az-Zubair telah membeli tanah Ghabah dengan harga 170.000. Kemudian Abdullah menjualnya seharga 1.600.000 (satu juta enam ratus ribu). Kemudian Abdullah berdiri seraya berkata, 'Siapa yang pernah memberi hutang kepada az-Zubair, maka hendaklah mendatangi kami di Ghabah.' Maka datanglah Abdullah bin Jalfar kepada Abdullah bin Zubair, dia pernah memberi hutang kepada az-Zubair sebanyak 400.000. Dia berkata kepada Abdullah, 'Kalau kamu mau, aku akan merelakannya untukmu.' Abdullah menjawab, 'Tidak.' Dia berkata lagi, 'Kalau kamu mau, kamu letakkan saja piutangku pada urutan terakhir, jika kamu memandang untuk mengakhirkan.' Abdullah menjawab, 'Tidak.' Dia berkata, 'Kalau begitu, berikan sebidang tanah ini untukku.' Abdullah berkata, 'Untukmu dari sini sampai sini.' Kemudian Abdullah menjual sebagian darinya dan dapat membayar hutang-hutang ayahnya secara lunas. Bahkan masih tersisa empat bagian dan setengah. ... (bersambung insyaa Allah) ===
Bismillah 559. SEMUA DIINFAQKANNYA Riyaadhush Shaalihiin Bab 25 | Perintah Menunaikan Amanat Hadits ke-207 | Hadits Abdullah bin az-Zubair Radhiallahu ‘anhu Dari Abu Khubaib Abdullah bin az-Zubair Radhiallahu ‘anhu beliau berkata, "Ketika az-Zubair berdiri pada saat perang Jamal , dia memanggilku, maka saya berdiri di sampingnya, lalu dia berkata, 'Putraku, sesungguhnya tidak ada yang terbunuh pada hari ini kecuali orang yang menganiaya atau teraniaya. Dan sesungguhnya aku tidak melihat diriku, melainkan aku akan terbunuh secara teraniaya. Dan yang menjadi beban paling besar dalam pikiranku adalah hutangku. Apakah menurutmu hutang kita akan menyisakan sedikit dari harta kita?' Kemudian dia berkata, 'Putraku, juallah apa yang kita punya dan bayarkan hutang-hutangku.' Dia berwasiat dengan sepertiga dan sepertiganya untuk putra-putranya, -maksudnya untuk putra-putra Abdullah bin az-Zubair sepertiga dari sepertiga-. Dia berkata, 'Apabila masih tersisa dari harta kita setelah bayar hutang, maka sepertiganya untuk putra-putramu." Hisyam berkata, "Sebagian putra Abdullah telah menyamai sebagian putra-putra az-Zubair, yakni, Khubaib dan Abbad. Pada waktu itu az-Zubair memiliki sembilan putra dan sembilan putri." Abdullah berkata, "Ayahku mewasiatkan hutangnya-hutangnya kepadaku, dia berkata, 'Putraku, apabila engkau tidak sanggup melunasi hutang itu, maka mintalah pertolongan kepada Penolongku'." Abdullah berkata, "Demi Allah, saya tidak mengerti siapa yang dia maksudkan dengan Penolong, hingga saya bertanya, 'Ayahku siapakah Penolongmu?' Dia menjawab, ‘Allah'.” Abdullah berkata, "Demi Allah, saya tidak mengalami kesulitan karena hutangnya kecuali saya berkata, 'Wahai Penolong az-Zubair, bayarlah hutangnya.' Maka Dia pun membayarnya." Abdullah berkata, "Maka az-Zubair terbunuh dan dia tidak meninggalkan satu dinar ataupun satu dirham, melainkan hanya beberapa bidang tanah, di antaranya adalah tanah Ghabah, sebelas rumah di Madinah, dua rumah di Bashrah, satu rumah di Kufah dan satu lagi di Mesir." Abdullah berkata, "Sebenarnya hutang az-Zubair adalah karena bila ada orang yang datang kepadanya dengan membawa hartanya untuk menitipkannya kepadanya, maka az-Zubair berkata, ‘Tidak sebagai titipan, tetapi anggaplah sebagai hutang karena saya takut kalau harta ini hilang.' Az-Zubair tidak pernah memegang jabatan, mengelola harta, memperoleh hasil pertanian, maupun melakukan usaha apa pun. Dia hanya mendapatkan harta tersebut diletakkan dalam jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam perangnya bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam atau bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiallahu ‘anhum" ... (bersambung insyaa Allah) ===
Bismillah 560. TIDAK BERGANTUNG KEPADA ORANG LAIN Riyaadhush Shaalihiin Bab 25 | Perintah Menunaikan Amanat Hadits ke-207 | Hadits Abdullah bin az-Zubair Radhiallahu ‘anhu Dari Abu Khubaib Abdullah bin az-Zubair Radhiallahu ‘anhu beliau berkata, ... Hisyam berkata, "Sebagian putra Abdullah telah menyamai sebagian putra-putra az-Zubair, yakni, Khubaib dan Abbad. Pada waktu itu az-Zubair memiliki sembilan putra dan sembilan putri." Abdullah berkata, "Ayahku mewasiatkan hutangnya-hutangnya kepadaku, dia berkata, 'Putraku, apabila engkau tidak sanggup melunasi hutang itu, maka mintalah pertolongan kepada Penolongku'." Abdullah berkata, "Demi Allah, saya tidak mengerti siapa yang dia maksudkan dengan Penolong, hingga saya bertanya, 'Ayahku siapakah Penolongmu?' Dia menjawab, ‘Allah'.” Abdullah berkata, "Demi Allah, saya tidak mengalami kesulitan karena hutangnya kecuali saya berkata, 'Wahai Penolong az-Zubair, bayarlah hutangnya.' Maka Dia pun membayarnya." Abdullah berkata, "Maka az-Zubair terbunuh dan dia tidak meninggalkan satu dinar ataupun satu dirham, melainkan hanya beberapa bidang tanah, di antaranya adalah tanah Ghabah, sebelas rumah di Madinah, dua rumah di Bashrah, satu rumah di Kufah dan satu lagi di Mesir." Abdullah berkata, "Sebenarnya hutang az-Zubair adalah karena bila ada orang yang datang kepadanya dengan membawa hartanya untuk menitipkannya kepadanya, maka az-Zubair berkata, ‘Tidak sebagai titipan, tetapi anggaplah sebagai hutang karena saya takut kalau harta ini hilang.' Az-Zubair tidak pernah memegang jabatan, mengelola harta, memperoleh hasil pertanian, maupun melakukan usaha apa pun. Dia hanya mendapatkan harta tersebut diletakkan dalam jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam perangnya bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam atau bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiallahu ‘anhum" Abdullah berkata, "Maka saya hitung hutangnya, dan saya dapati sebanyak 2.200.000." Kemudian Hakim bin Hizam bertemu Abdullah bin az-Zubair, dia bertanya, "Keponakanku, berapa hutang saudaraku?" (Abdullah berkata), "Saya menyembunyikan jumlahnya dan saya menjawab, 'Seratus ribu" Maka Hakim berkata, "Demi Allah, aku yakin harta kalian tidak cukup untuk menutupinya." Maka Abdullah berkata, "Bagaimana kalau saya katakan dua juta dua ratus ribu?" Hakim berkata, "Aku rasa kalian tidak akan sanggup memikulnya, jika kalian benar-benar tidak sanggup, maka mintalah pertolongan kepadaku." ... (bersambung insyaa Allah) ===
Bismillah 558. BERBUAT BAIK KEPADA TEMAN Riyaadhush Shaalihiin Bab 25 | Perintah Menunaikan Amanat Hadits ke-207 | Hadits Abdullah bin az-Zubair Radhiallahu ‘anhu Dari Abu Khubaib Abdullah bin az-Zubair Radhiallahu ‘anhu beliau berkata, "Ketika az-Zubair berdiri pada saat perang Jamal , dia memanggilku, maka saya berdiri di sampingnya, lalu dia berkata, 'Putraku, sesungguhnya tidak ada yang terbunuh pada hari ini kecuali orang yang menganiaya atau teraniaya. Dan sesungguhnya aku tidak melihat diriku, melainkan aku akan terbunuh secara teraniaya. Dan yang menjadi beban paling besar dalam pikiranku adalah hutangku. Apakah menurutmu hutang kita akan menyisakan sedikit dari harta kita?' Kemudian dia berkata, 'Putraku, juallah apa yang kita punya dan bayarkan hutang-hutangku.' Dia berwasiat dengan sepertiga dan sepertiganya untuk putra-putranya, -maksudnya untuk putra-putra Abdullah bin az-Zubair sepertiga dari sepertiga-. Dia berkata, 'Apabila masih tersisa dari harta kita setelah bayar hutang, maka sepertiganya untuk putra-putramu." Hisyam berkata, "Sebagian putra Abdullah telah menyamai sebagian putra-putra az-Zubair, yakni, Khubaib dan Abbad. Pada waktu itu az-Zubair memiliki sembilan putra dan sembilan putri." Abdullah berkata, "Ayahku mewasiatkan hutangnya-hutangnya kepadaku, dia berkata, 'Putraku, apabila engkau tidak sanggup melunasi hutang itu, maka mintalah pertolongan kepada Penolongku'." Abdullah berkata, "Demi Allah, saya tidak mengerti siapa yang dia maksudkan dengan Penolong, hingga saya bertanya, 'Ayahku siapakah Penolongmu?' Dia menjawab, ‘Allah'.” Abdullah berkata, "Demi Allah, saya tidak mengalami kesulitan karena hutangnya kecuali saya berkata, 'Wahai Penolong az-Zubair, bayarlah hutangnya.' Maka Dia pun membayarnya." Abdullah berkata, "Maka az-Zubair terbunuh dan dia tidak meninggalkan satu dinar ataupun satu dirham, melainkan hanya beberapa bidang tanah, di antaranya adalah tanah Ghabah, sebelas rumah di Madinah, dua rumah di Bashrah, satu rumah di Kufah dan satu lagi di Mesir." Abdullah berkata, "Sebenarnya hutang az-Zubair adalah karena bila ada orang yang datang kepadanya dengan membawa hartanya untuk menitipkannya kepadanya, maka az-Zubair berkata, ‘Tidak sebagai titipan, tetapi anggaplah sebagai hutang karena saya takut kalau harta ini hilang.' Az-Zubair tidak pernah memegang jabatan, mengelola harta, memperoleh hasil pertanian, maupun melakukan usaha apa pun... ... (bersambung insyaa Allah) ===
Dr. Kevin Blankinship, BYU Utah, speaks about the life, works and legacy of al-Mutanabbī, whose poetry continues to inspire. Timestamps 01:44 Al-Mutanabbī was born in 915CE in the city Kufah in modern day Iraq at the height of the Abbasid caliphate but with rising challenges from sectarian foes. What do we know about his socio-political context? 05:34 Al-Mutanabbī was educated in Damascus and is said to have participated in Qaramatian revolts which we covered in episode 13 with Dr. Andani. What do we know about al-Mutanabbī's life and what is the origin of his name? 19:22 Al-Mutanabbī is particularly known as being the court poet of Sayf al-Dawlaḧ, ruler of Aleppo. How would you characterise his works? 22:15 In February 2021, NASA tweeted some lines by al-Mutanabbī to congratulate the UAE satellite reaching Mars. Al-Mutanabbī's reputation has now reached across the stars. That would have been very appealing to his reputed big head. How do we assess his legacy? 30:18 Finally, let's end with a sample and translation. This is the seventh part of a twelve part series exploring classical Arabic poetry which can be utilised in college-level teaching programmes. For more on our guest, see kblankinship.com. Sponsored by shop.ihrc.org Get 15% off with discount code AHP15 at checkout. Terms and conditions apply. Contact IHRC Bookshop for details.
Imam Abu Hanifah adalah ulama besar pada masa tabi'in (generasi setelah sahabat Rasulullah Saw). Pendiri Madzhab Hanafi ini memiliki nama lengkap Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit bin Zautha. Imam Abu Hanifah dilahirkan di kota Kufah pada 699 M dari keluarga pebisnis kaya yang taat. Maka tidak heran jika Imam Abu Hanifah juga menjadi pebisnis yang mengikuti darah ayahnya. Kakeknya masuk Islam pada zaman Umar bin Khattab lalu hijrah ke Kufah dan menetap di sana.
Doa Kumayl adalah doa yang diajarkan oleh Imam Ali AS kepada Kumayl bin Ziyad RA. Menurut Sayyid Ibn Thawwus dalam kitab Iqbal,riwayat ini disampaikan oleh Kumayl:" Pada suatu hari, saya duduk di masjid Basrah bersama Maulana Amirul Mu'minin Ali AS membicarakan hal Nisfu Sya'ban. Ketika ditanya tentang ayat," Fiha yufraqu kullu amrin hakim," (Surah al-Dukhaan:4), Imam Ali AS mengatakan bahawa ayat ini mengenai Nisfu Sya'ban; orang yang beribadat di malam itu, tidak tidur, dan membaca Doa Hadrat Hidhr AS akan diterima doanya." "Ketika Imam Ali pulang ke rumahnya, di malam itu, saya menyusulinya. Melihat saya, Imam AS bertanya," Apakah keperluan anda ke mari?" Jawab saya, " Saya ke sini untuk mendapatkan Doa Hadrat Hidhr." Imam mempersilakan saya duduk, seraya mengatakan," Ya Kumayl, apabila anda menghafal doa ini dan membacanya setiap malam Juma'at,cukuplah itu untuk melepaskan anda dari kejahatan, ada akan ditolong Allah, diberi rezeki, dan doa ini akan dimakbulkan. Ya Kumayl, lamanya persahabatan serta perkhidmatan anda, menyebabkan anda dikurniai nikmat dan kemuliaan untuk belajar (doa ini).". *Kumayl bin Ziyad an Nakha'i adalah sahabat pilihan Imam Ali AS. Ketika Imam Ali AS memerintah, (35-40H), Kumayl dlantik menjadi wali kota Hait. Ia akhirnya menemui kesyahidannya pada tahun 83 hijrah dalam usia 90 tahun atas perintah penguasa zalim, Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi. Kumayl dimakamkan di suatu tempat bernama Tsaubah, yang terletak di antara Najaf al-Asyraf dan Kufah, di Iraq.
Kufah adalahkota terbesar umat islam setelah mekah, madinah dan basrah
Perang jamal, upsya qa'qa' ubtuk mendamaikan kedua pasukan, gugurnya thalhah dan zubair
Mukhtar ibn Ublid has captured Kufah and Mosul from Ibn Zubayr. As Iraq descends into chaos, Mukhtar exacts his revenge on those responsible for the massacre at Karbala. Visit Islamic History Exclusive to get the entire series.
The history of the Prophet Hud is referred to in this chapter. While the last chapter dealt mostly with abstract questions related to the truth of revelation, this chapter illustrates the truth of those questions by referring to the histories of former prophets. Thus, it deals with the histories of Noah, Hud, Salih, Abraham, Lot and Shu'ayb (peace be upon them all). A cruel and persecuting enemy is warned of the fate that befell previous people. This chapter was revealed in Mecca during the last four years of the Prophet's life and consists of 123 verses.Once Abu Bakr said to Prophet Muhammad, may the mercy and blessings of God be upon him, "Of late I have been noticing that you are getting older. What is the cause of it?" Prophet Muhammad replied that Surah Hud and similar chapters (56-Waqi'ah, 77-Mursalat, 78-Naba', and 99-Takwir) hastened old age on him (Tirmidhi).An attentive reading of this chapter will make you feel the effect of its stern warnings. God warns us through the different stories of the prophets, where those who put their faith in the outward appearance of the worldly life and rejected the message of the prophets were met with dire consequences. When God passes His judgment on people, He does not spare anyone, even the closest relative of a prophet. Only the prophet and his followers are saved.Verses 1-7 Message of GodThese verses discuss the Quran and the attitude of the polytheists towards it and resurrection.The verses of the Quran have been explained clearly. The message of the Quran is to worship God and seek forgiveness from Him. Prophet Muhammad warns of God's punishment and at the same time he brings good news of Paradise. God will judge mankind according to the deeds they did in this life. Some people try to hide from God, but God knows their innermost secrets.God is responsible for sustaining every living creature. God created the heavens and the earth in six days to test man if he realizes God's power and is thankful to Him. Those who deny resurrection consider the Quran to be magic because of its convincing power.Verses 8-11 Polar attitude towards God's favorsThe verses compare the attitude of the believers and the polytheists towards favors and hardships.Do not be deceived by God's postponement of punishment as it can come at any time. Also, do not lose hope and become ungrateful if God withdraws some of His favors. At the same time, do not become arrogant if God makes you taste His bounty. People have this attitude, except the patient ones who do good deeds. They will be forgiven and have an immense reward.Verse 12 Prophet Muhammad's dealing with pagansThe verse describes Prophet's feeling of discomfort because of the behavior of the polytheists.Verses 13-14 Authenticity of the QuranThe authenticity of the Quran is proven to those who claim Prophet Muhammad fabricated it. God challenges the experts of the Arabic language to bring ten chapters similar to it. Their inability to respond should make you certain that the Quran is from God, there is no deity worthy of worship except Him, and you should submit to Him as Muslims.Verses 15-16 Future consequences of present behaviorThe consequence for those desiring solely the reward of this world is that they will receive their wages in this life, but Fire will be their lot in the life to come. After all, they worked only for worldly objectives.Verses 17-24 The two partiesArchangel Gabriel, God's witness, confirms the Quran. A person who follows the Quran and Moses' book (i.e. Torah which foretold the coming of Prophet Muhammad) believes in it. The Fire is for those who reject it. Cursed are those losers who attribute lies to God, prevent others from God's path – Islam – and reject life after death.Those who have faith and do good deeds will reside in Paradise.Verses 25-49 Story of NoahThe people of Noah lived in southern Iraq, not too far from present day city of Kufah. Noah's message to his people was:· Worship God.· Fear the punishment of a painful Day.But the leaders of his nation considered him to be a mere human followed by people of low status. They rejected his answers and invited him to bring on the destruction he promised. God instructed Noah to patiently bear their mockery and build the ark. Tenderness of a father could not save Noah's disbelieving son from drowning with the rest. The ark, carrying Noah, fellow believers, and animals landed on Judi, which is said to be a mountain facing Ibn Umar Island at the junction of the Syrian and Turkish borders, on the eastern bank of the Tigris River, visible from the Syrian town of Ain Diwar.Verses 50-60 Story of HudThe people of ‘Ad, to whom Hud was sent, lived in an area of curved sand hills in the southern part of the Arabian peninsula. They worshiped a number of idols: wudd, suwa, yaguth, ya'uq, and nasr.Summary of Hud's message to his people:· Worship God.· I don't ask you for any reward for my preaching, it is with my Creator.· Seek forgiveness from God, He will send rain and give you strength.· I rely on God, my Lord and your Lord.· God has full control of every creature.· My Lord can substitute you with better people if you turn away.· You won't harm God by not worshipping Him.The people rejected his message. God's punishment which lasted for 8 days and 7 nights destroyed them for rejecting God and disobeying His prophets. Hud and fellow believers were saved by God's mercy.Verses 61-68 Story of SalihThe dwelling places of Salih's people, Thamud, are situated somewhere between Hijaz and Syria in the southeastern part of Madyan which is situated east of the Gulf of Aqaba. Chiseled out of stone, their dwellings are still preserved.Salih's message was similar to that of Noah and Hud. In addition, he produced a female camel from the neighboring hills to prove that he was God's true prophet but warned people not to harm it. Nevertheless, they killed it, thereby inviting God's wrath in the form of a heavenly scream that left them dead, face down in their homes. Verses 69-76 Story of AbrahamBorn in Iraq, Abraham settled in the city of Ur. He traveled to Harran in the north of the Arabian Peninsula and then to Palestine with his wife, Sarah, and his nephew, Lot. Due to a drought, he then moved to Egypt. Lot returned with Abraham from Egypt, but parted ways because the land was not enough for both their herds. Lot settled towards the Dead Sea near Sodom and Gomorrah.Abraham had three beautiful character traits: forbearing, repentant, and soft-hearted. He was quick to serve unannounced guests - angels of God - who brought two bits of news. One, destruction was forthcoming to the people of Lot. As for the second, the birth of Abraham's son, Isaac, from Sarah, his aged wife, and his grandson, Jacob. Abraham makes a futile attempt to turn away the angels from Lot. Verses 77-83 Story of LotAs hospitable as his uncle, Lot is distressed to see young, attractive guests who people immediately wanted to sodomize. Lot tries to reason with the people by pointing to available women for marriage and not to disgrace him. Feeling powerless to protect his guests, the angels comfort Lot that he will be unharmed. He was to leave town at nightfall with his family except his wife who would stay behind as she had informed people of the angelic guests. God destroys them by lifting up the city, throwing it upside down, and raining them with stones due to their wickedness.Verses 84-95 Story of Shu'aybHe was sent to the people of Madyan who lived in the land of Hijaz, next to Syria and east of the Gulf of Aqaba. According to some historians, that land is the site of the modern Saudi city of Tabuk.Shu'ayb's message:· Worship God.· Give full measure, do not give people less than what they pay for.· Do not spread corruption on earth.· Seek forgiveness from the Most Merciful, Most Loving Lord.· Fear the punishment of a Day that will surround all.The disbelievers made fun of Prophet Shu'ayb's prayer, saying does it instruct him that they should leave ancestral gods or change how they dispose of their money. Shu'ayb reminds them that he only wishes reformation and God is his strength on Whom he relies. His compassionate pleading to look at the ruins of Noah, Hud, Salih, and Lot does not convince them. Shu'ayb and fellow believers are rescued when a scream destroys them as if they never existed.Verses 96-99 Story of MosesMoses left Egypt, and traveling through Sinai, he headed towards Madyan. On his way he met his wife, the daughter of Shu'ayb. On their return journey, God spoke to Moses at Mt. Tur (Mt. Horeb in Sinai) and thereafter, Moses returns to Egypt.God sent Moses with clear proofs to Pharaoh and his ministers, but the latter followed the misguided orders of their ruler instead. Cursed in both worlds, just as they followed him in the cold water that drowned them, they will follow him into the Fire.Verses 100-102 InjusticeThey wronged themselves, God did not wrong them. The gods they called upon besides God were of no use to them.Verses 103-109 Scenes from the Day of Resurrection and divine solace to the ProphetThe above narratives of the prophets are ‘signs' related to Prophet Muhammad for the benefit of those who fear the punishment of the afterlife. God will gather all the people on the Last Day, no one will be able to hide himself, and everyone will receive their full share. On that Day a soul will speak only by God's permission. The unfortunate ones will enter the Hellfire on that Day for eternity. The fortunate ones will be in Paradise forever.Verses 110-111 Warning against casting doubt in the books of GodPeople treat their prophets the same. Some accept their call, and others reject it. Casting doubt, people denied Moses and the Torah like the pagans of Mecca denied Prophet Muhammad. Those who rejected the prophets shall face the same fate.Verses 112-115 Means of achieving success in the world and the HereafterProphet Muhammad and the repentant believers with him are instructed by God to remain determined, establish regular prayer, and exercise patience. Do not cross the boundaries and do not become partners with wrongdoers or else the Fire will touch you.Verses 116-119 God's way in destroying unjust nationsGod does not unjustly destroy cities while the residents are trying to reform. Had God wanted, He could have made people follow a single religion, but He did not intend so for reasons known to Him. Thus, people will continue to have differences except those upon whom the Lord has mercy: who follow the teachings of the prophets. As for the rest, i.e. those who reject the message of God, He will punish them in Hell.Verse 120 The objectives of Quranic stories1. Consoling Prophet Muhammad.2. Sending truth to Prophet Muhammad.3. Advice and a reminder to the believers.Verses 121-123 Practical benefits from the stories of messengers1. God has absolute and complete knowledge of time and space - what is observable and what is hidden in the heavens and the earth and of the past and the present.2. Everything returns to God in the life to come. The creation cannot interfere in it.3. Therefore, God must be worshipped and relied upon.4. God knows our actions and our statements. The good works of the obedient shall not go to waste and the rejection of the stubborn will not be forgotten._______________________________________By Imam Mufti (© 2015 IslamReligion.com)Copyright © 2006 - 2021 IslamReligion.com. All rights reserved.Used with permission.The source of this article is: www.IslamReligion.com
Season 17, Episode 1. Ngaji FIlsafat - Dr. Fahruddin Faiz Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami (756-814), biasanya dikenal sebagai Abū-awās atau Abū-Nuwās (Bahasa Arab:ابونواس), adalah seorang pujangga Arab. Dia dilahirkan di kota Ahvaz di negeri Persia, dengan darah Arab dan Persia mengalir di tubuhnya. Sepeninggal ayahnya, Abu Nawas kemudian dibawa ibunya ke kota Basra, Irak. Dia di sana belajar beberapa ilmu agama seperti ilmu Hadits, sastra Arab, dan ilmu Al-Quran. Abu Nawas dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik ia digambarkan sosok yang bijaksana sekaligus kocak. Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu Malam dalam salah satu cerita ia pernah berpura pura gila karena tidak ingin menjadi kadi setelah mendengar wasiat ayahnya dengan cara menaiki batang pisang seperti kuda kudaan ia juga sering ditantang oleh raja Harun Ar-Rasyid maupun oleh teman temanya dengan hal yang aneh, beresiko dan bahkan tidak mungkin terjadi seperti memindahkan istana raja ke bukit, memantati raja dan lain lain. Memulai karir di Bagdad Tak lama setelah belajar ilmu-ilmu agama, Abu Nawas bertemu dengan Walibah ibn Habib Al-Asad. Walibah memberikan pelajaran kepada Abu Nawas untuk memperhalus kembali bahasa yang dia gunakan. Dia juga pergi ke Kufah untuk bertemu dengan orang-orang Arab Badui supaya ia dapat memperhalus serta memperdalam kesusastraan bahasa Arab. Oleh karena itu, tak lama kemudian Abu Nawas terkenal sebagai seseorang sastrawan cemerlang. Abu Nawas dengan cepat menjadi terkenal karena puisinya yang jenaka dan lucu, tidak berhubungan dengan tema-tema tradisional padang pasir, tetapi berbicara tentang kehidupan kota dan menyanyikan kegembiraan meminum anggur (khamr) dan cinta dari anak laki-laki muda dengan humor nakal. Puisi pujinya yang berisi puji-pujiaan memungkinkannya untuk ikut mendukung Khalifah Harun Ar-Rasyid, dan ia juga mengaitkan dirinya dengan keluarga wazir Barmak, yang saat itu berada di puncak kekuasaan mereka. Akhirnya, dia pun dipercaya sebagai orang kepercayaan oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid, pemimpin dinasti Abbasiyah yang kelima. Pertaubatan Meski Abu Nawas pernah mendapat pendidikan agama, Abu Nawas di semasa mudanya adalah seseorang yang menyukai kehidupan hura-hura dan berpesta pora. Dia adalah seorang pemabuk berat Hal ini dapat diketahui melalui beberapa tema-tema puisi yang dia ciptakan di saat masa mudanya dulu. Syair-syairnya masa itu lebih banyak bercerita tentang minuman, wanita dan cinta. Tapi meski seorang pemabuk, kepiawaiannya dalam mencipta syair ketika itu nyaris tak tertandingi. Terbukti, walaupun dalam keadaan mabuk ia tetap mampu menelurkan mutiara-mutiara kata yang indah. Hingga pada suatu saat, ketika Abu Nawas membacakan puisi tentang Kafilah Bani Mudhar, dia dihukum karena membuat Khalifah murka karena isi puisi itu sangat menyinggung sang Khalifah. Abu Nawas pun dipenjara karenanya. Sejak mendekam di penjara, puisi-puisi Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kendi tuaknya, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah. Syair-syairnya tentang tobat bisa dipahami sebagai salah satu ungkapan rasa keagamaannya yang tinggi.
The previous three weeks have discussed various elements of ‘Effective Listening.’ Week One looked at why the people of Salih (a) ‘did not love to receive good advice’ (Qur’an 7:79). Week Two looked those who put their fingers in their ears (71:7) and how to improve our listening. Last week saw that the communities of Prophet’s Hud (a) and Shu’ayb (a) claimed ‘We do not understand the Message’ (11:91) and ‘The Message isn’t clear’ (11:53). This is because there was a wilful impediment that stopped them from understanding the simple and divine message. The first reason was because they did Tahreef, or distortion of the words that reached them. When we don’t like a message, we take its content out of context or purposefully misunderstand what is being said. This is a reason for not being able to understand a divine message. The Prophet (s) warned that there would be two groups of Muslims: Those who upheld truth and knowledge, and those who purposefully distorted the knowledge that came to them saying, “This knowledge will be carried in each generation by upright, just people. They’ll repudiate the misquotations of extremists; (out of context). Plagiarisms of people trying to falsify, interpretations of zealots.” This week we will look at the other reason as to why the people of Hud (a) and Shu’ayb (a) would say, ‘We don’t understand your message’ and that is what they held on to in their hearts became the impediment. It was a false assumption that they did not allow to be challenged, and so whatever came to them was dismissed by their faulty assumptions. In the case of the people of Hud (a), they believed that their gods had struck him with evil and so his Message was considered to be just ravings. They said, “We cannot say anything but that some of our gods have smitten you with evil” (11:54). No matter what Hud (a) said to them, it was not listened to because of this false assumption. In the case of Shu’ayb (a), the elites considered their power to be greater than his and so dismissed what came from him, saying: “O Shu’ayb! We do not understand much of what you say and most surely we see you to be weak among us” (11:91). This tells us that a person may not listen to another because of what they harbour in their hearts either a) about the person, b) about the message or c) a false assumption that they will not challenge. Any of these three things will be causes of not listening to another person fairly. This affected Waleed bin ‘Aqabah in the last hours of his life. A’qabah had once spat upon the face of the Prophet (s) in Mecca. He had joined the Quraysh in the battle of Badr. When defeated, Aqabah was brought before the Prophet (s), who ordered Imam Ali (a) to put him to death. Consequently, his son Waleed, who had been appointed the governor of Kufah during the caliphate of U’thman, always harboured malice towards Imam Ali (a) and continued to abuse him. When Waleed fell ill, Imam Hasan (a) paid him a visit. He opened his eyes and witnessing Imam (a) said: I am repentant of all my past deeds and seek God’s forgiveness for them, except the abuses which I hurled at your father, for which I am not repentant. The Imam (a) said: My father had killed your father and had punished you (for consuming wine) and this is the reason of your animosity towards him.” Due to this malice in his heart he was unable to listen to whatever treasures came from Imam Ali (a). In reality this impediment in Waleed’s heart did not affect anyone but himself. Imam Ali (a) said, “One who harbours evil feelings [and ill will] for others has actually harmed himself.”
Husayn is unaware of the fate of his cousin, Muslim ibn Aqeel, in Kufah. The last thing Husayn knew, the Shia in Kufah were waiting for him. With this knowledge, Husayn leaves Mecca with several members of his family, including women and children. But things are not good in Kufah. Ubaydullah, the governor of Kufah, is ready for Husayn and has sent Umar ibn Sa'd ibn Abi Waqqas with an army of 4000 men to greet him. After the show is over, be sure to visit the Show Notes page. The Show Notes are available at: IslamicLearningMaterials.com/Karbala1 Here's some of what you'll find: The transcript for this episode Links to the Muslim Podcast of the Week Links to other related resources You can support the Islamic History Podcast by doing one (or more) of the following: Give a monthly pledge on Patreon Subscribe on iTunes Share with your friends and family You can do it all and more at the Show Notes page: IslamicLearningMaterials.com/Karbala1
Husayn sends his cousin, Muslim ibn Aqil, to see if he really does have support in Kufah. However, Yazid ibn Muawiyyah also sent his ruthless governor, Ubaydullah ibn Ziyad. The two men struggle for the heart and soul of this troubled city. Click the links below to share The Islamic History Podcast with your friends and family. Facebook Twitter Google Plus LinkedIn And support the Islamic History Podcast with a pledge on Patreon.
Muawiyyah dies and as planned, his son Yazid succeeds him as Caliph. But there are many people in the Muslim Empire who do not agree with this. Two of them are Husayn ibn Ali and Abdullah ibn Zubayr. They refuse to give Yazid the pledge and flee to Mecca. Ibn Zubayr begins to build alliances there while Husayn is being courted by the people of Kufah. After the show is over, be sure to visit the Show Notes page. The Show Notes are available at: IslamicLearningMaterials.com/Husayn Here's some of what you'll find: The transcript for this episode Links to the Muslim Podcast of the Week Links to other related resources You can support the Islamic History Podcast by doing one (or more) of the following: Give a monthly pledge on Patreon Subscribe on iTunes Share with your friends and family You can do it all and more at the Show Notes page: IslamicLearningmaterials.com/Husayn
The Umayyads had the practice of cursing Ali during their sermons. Many of the party of Ali did not like that. One of these men was Hujr ibn Adi, a companion and commander in Ali's army. When he heard the Umayyads cursing Ali, he would shout at them and to make them stop. But Ziyad ibn Abihi, the governor of Kufah and Basra, would not tolerate such defiance. He decided to find Hujr and make an example of him for others This episode chronicles the story of Hujr ibn Adi and one of the early incidents that led to the split between Sunnis and Shiites. After the show is over, be sure to visit the Show Notes page. The Show Notes are available at IslamicLearningMaterials.com/Hujr Here's some of what you'll find: The transcript for this episode Links to the Muslim Podcast of the Week Links to other related resources You can support the Islamic History Podcast by doing one (or more) of the following: Give a monthly pledge on Patreon Subscribe on iTunes Share with your friends and family You can do it all and more at the Show Notes page: IslamicLearningMaterials.com/Hujr
Welcome back to another season of the Islamic History Podcast! In this season, we're going to mostly cover the Umayyad Dynasty. The first several episodes will be focused on the founder of this dynasty, Muawiyyah ibn Abi Sufyan. Today's episode is an introduction to Syria and Kufah during this period. We'll take a look at the challenges the new Muslim Caliph had to face in the never ending Khawarij threat. We'll discover how the early Muslim administrations were governed and some amazing details you probably never knew. This is guaranteed to be an episode that will both educate and entertain you. After the show is over, be sure to visit the Show Notes page. The Show Notes are available at: IslamicLearningMaterials.com/Kufah Here's some of what you'll find: The transcript for this episode Links to the Muslim Podcast of the Week Links to other related resources You can support the Islamic History Podcast by doing one (or more) of the following: Give a monthly pledge on Patreon Subscribe on iTunes Share with your friends and family You can do it all and more at the Show Notes page: IslamicLearningMaterials.com/Kufah
Many people mark the beginning of Uthman's troubles with the loss of the Prophet's rings. But things really got bad for Uthman when he lost the support of the esteemed companion, Ammar ibn Yasir. The antagonism against Uthman was growing in three main locations: Egypt, Kufah, and Basrah. The rest of the empire was calm and had no problems with his administration. No matter how what Uthman did, he could not get to the bottom of their malcontent. These mysterious complaints against have led some to believe a nefarious individual was behind everything. However, the reality was much more mundane. There were simply many people who did not agree with the way Uthman did things. Uthman was an old man and allowed trusted members of his family to run the government. Unfortunately, when things went bad, it was Uthman who took all the blame Show notes for this episode are available at IslamicLearningMaterials.com/Uthman4 Here's some of the things you'll find: Transcript for this episode Links to various related episodes Video to this week's favorite Nasheed, "Happy" by Omar Esa. You can support the Islamic History Podcast by doing one (or more) of the following: Become a sponsor Subscribe on iTunes Share with your friends and family You can do it all and more at the Show Notes page IslamicLearningMaterials.com/Uthman4 fw8552q3
One of the most troublesome spots in the Muslim world was the Iraqi city of Kufah. The people were fickle, restless, and never satisfied with their governor. Uthman had to change their governor no less than three times. Uthman's popularity took another hit during the Hajj of 649. Seemingly inconsequential actions had major repercussions. But the most important event during this period was the one that would bring the most benefit. Upon discovering the message of the Quran was in danger of being diluted and fractured, Uthman took immediate stops to reverse this trend. What came out of this was a standard, official compilation of the Quran that remains to this day. But even this great achievement came with its problems. Ultimately, it was just another chance for Uthman's opponents to gripe about him. The fun doesn't end when the podcast does. Visit the Show Notes page for more links, articles, and videos related to this episode Show notes for this episode are available at IslamicLearningMaterials.com/Uthman3 Here's some of the things you'll find: Transcript for this episode A link to the article "Do You And Your Muslim Spouse Speak the Same Language?" by Subhanah Wahhaj. Video to this week's favorite Nasheed, "Jannah" by Deen Squad. You can support the Islamic History Podcast by doing one (or more) of the following: Give a monthly pledge on Patreon Subscribe on iTunes Share with your friends and family. You can do it all at the Show Notes page IslamicLearningMaterials.com/Uthman3