POPULARITY
Khotbah MDC Surabaya satelit Graha Pemulihan : Kehendak Tuhan itu baik, bahkan yang terbaik di dalam hidup kita. Tetapi kita masih memiliki pilihan apakah mau taat melakukan kehendak-Nya? Atau justru menolak-Nya, dengan menjalani hidup ini tanpa melibatkan Dia? Bagaimana Tuhan menyatakan kehendak-Nya? Pertama. Melalui membaca Alkitab, yang berisi firman Tuhan yang dapat mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Kedua. Melalui Roh Kudus, yang memberi tuntunan di dalam hidup. Ketiga. Melalui nasihat dari sesama. Keempat. Melalui mimpi dan penglihatan. Kelima. Melalui keadaan sekeliling, jangan berfokus hanya pada satu pintu yang tertutup saja. “Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!” (Mazmur 143:10). —Pdt. Andreas Rahardjo, Mengenal Kehendak Tuhan.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 16: 1-10; Mazmur tg 100: 1-2.3.5; Yohanes 15: 18-21 AKU TELAH MEMILIH KAMU Tema renungan kita pada hari ini ialah: Aku Telah Memilih Kamu. Setiap dari kita mempunyai pengalaman masing-masing tentang pemilihan Tuhan atas diri kita. Seorang biarawan merenungkan tanpa henti dalam hidupnya, betapa bermaknanya kata-kata Tuhan kepadanya: “Aku telah memilih kamu”. Suami atau istri juga sering menuliskan dalam batin masing-masingnya, betapa Tuhan yang menetapkan jodoh mereka: “Aku telah menjadikanmu pasangan bagi dirinya”. Kesadaran dan keyakinan akan pemilihan ini sering kita maknai sebagai panggilan hidup. Setiap orang dapat merenungkan ini supaya ia selalu tahu bahwa Tuhan sebenarnya telah memilih dia untuk pilihan atau panggilan hidup yang sedang dan akan dijalani. Seorang teman guru sekolah dasar sering terbawa rasa iri karena teman-temannya yang dulu memilih nasib lebih baik pada saat ini, karena profesinya jauh lebih tinggi. Namun si guru tadi harus kembali bersikap realistis bahwa panggilannya sebagai seorang guru cukup untuk membuatnya nyaman dan percaya bahwa Tuhan sudah menetapkan itu bagi dirinya. Demikianlah sebuah panggilan dan nasib hidup yang senantiasa melekat pada diri kita masing-masing. Kita sebenarnya sedang menghayati firman Tuhan yang amat kuat tentang ini, yaitu sabda Yesus sendiri: Aku telah memilih kamu dari dunia ini. Tuhan memilih kita bukan untuk membuat kita hebat, sukses, atau luar biasa berpengaruh dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Ia memilih kita dari dunia ini supaya kita dapat menjadi pribadi-pribadi yang memakai label “Kristus”, lalu hidup dan pekerjaan kita pada setiap tingkat kehidupan sungguh menampakkan identitas Kristus. Maka pilihan, panggilan, atau profesi apa pun pada kita yang kita yakini sebagai pemilihan Tuhan, kita pandang sebagai karunia dan kita syukuri selalu. Sebaliknya jika hidup kita hanya berisi keluhan, iri, ketidakpuasan, penyesalan, dan putus asa pada pemilihan Tuhan atas kita, bisa saja ini adalah tandanya kita tidak mengindahkan firman Tuhan tadi: “Aku telah memilih kamu”. Selain itu, sebagai orang-orang pilihan dengan apa pun profesi atau panggilan kita, semangat pelayanan dalam kasih tidak boleh hilang dari kita. Tuhan memilih kita secara gratis, maka kita perlu juga berbaik hati dan bermurah hati kepada sesama. Santo Paulus dan rekan-rekan seperjalanannya memberikan contoh tentang kemurahan hati sebagai orang-orang pilihan. Mereka mendapat panggilan untuk menyeberang ke Makedonia, karena sangat disadari bahwa orang-orang dan daerah itu juga berhak untuk mendapatkan pelayanan kabar suka cita Kristus. Sesungguhnya kita telah menerima dengan cuma-cuma, maka kita akan berbagi dengan cuma-cuma pula. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa yang baik, berkatilah kami supaya kami selalu berbaik hati dan bermurah hati. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Filipus Evano dan Gisela Litania dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 1 Korintus 15: 1-8; Mazmur tg 19: 2-3.4-5; Yohanes 14: 6-14 YAKIN DAN BINGUNG HIDUP BERSAMA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Yakin Dan Bingung Hidup Bersama. Dua kata sifat: yakin dan bingung ini kita jadikan kata benda, dan mereka adalah dua pribadi. Keduanya bukan manusia sempurna. Yakin ialah suami dengan sifat umumnya yaitu punya keyakinan dan dapat dipercayai. Namun ia juga punya kekurangan, yaitu tidak peka akan keadaan dan orang-orang sekitarnya yang harus diwaspadai, karena sering dibohongi atau dipermainkan kapan saja. Sebaliknya Bingung, ia adalah seorang istri dengan sifat umumnya ialah bingung dalam banyak hal. Misalnya dalam memutuskan untuk memasak jenis makanan tertentu bagi keluarga, ia perlu waktu untuk bertanya dan berdiskusi. Ia sulit memutuskan sendiri. Tetapi Bingung ini memiliki kesetiaan yang unggul dengan perkawinan mereka, dan sangat peka akan keadaan sekitar sehingga dapat memberikan masukan-masukan yang berguna bagi suami dan keluarga. Walaupun masing-masingnya adalah Yakin dan Bingung, mereka berpegang kuat pada kesepakatan untuk membentuk suatu kehidupan bersama yang utuh, sehat, dan kuat. Kekurangan Yakin dipenuhi oleh kelebihan Bingung, dan kekurangan Bingung dilengkapi oleh kelebihan Yakin. Begitulah suatu strategi kehidupan yang seimbang karena setiap orang di dalam kebersamaan dan persekutuan itu saling melengkapi. Di dalam Gereja perdana sosok kedua rasul yang pestanya kita rayakan pada hari ini juga memberikan sisi-sisi perbedaan yang sangat jelas. Rasul Yakobus terkenal sebagai pribadi yang kuat pendiriannya dan yakin dalam prinsip hidupnya. Ia terbukti menjadi pemimpin Gereja Yerusalem, Gereja awal. Pendiriannya tegas dan mendalam, sehingga ia bersama dengan Santo Petrus adalah pilar-pilar Gereja pada awal berdirinya. Sedangkan rasul Filipus seperti yang diwartakan oleh Injil hari ini, adalah seorang pribadi yang meski sudah sekian waktu mengikuti Kristus, tetapi masih bergulat dengan kebingungannya. Ia mungkin terbebani sebagai bagian dari para pembelajar yang lamban, atau mungkin secara natural terkondisikan sebagai orang yang bingung. Tetapi Tuhan Yesus memang memanggil kita masing-masing dengan segala kekurangan kita untuk membentuk Gereja-Nya dan membangun Kerajaan-Nya. Tidak masalah kalau kita berbeda-beda tetapi kita senang bertekat untuk hidup bersama. Kita tidak membenci bahkan memusuhi perbedaan. Setiap kelemahan dan kekurangan dari tiap-tiap orang akan dilengkapi oleh pribadi yang lain. Tuhan akan berkenan memberkati dan melengkapi semuanya, karena Ia telah buktikan dengan menggunakan rasul Yakobus dan Filipus untuk membangun Gereja-Nya. Anda dan saya juga tentu bisa, karena itu Tuhan memanggil kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, kuatkanlah kami dengan segala perbedaan di antara kami, sehingga kami menjadi potensi-potensi yang baik untuk memperkuat persekutuan hidup kami. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Ari Hartanti dan Eka Setianingrum dari Gereja Santo Mikhael, Paroki Pangkalan Adi Sucipto Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang, Indonesia. Kisah Para Rasul 15: 7-21; Mazmur tg 96: 1-2a.2b-3.10; Yohanes 15: 9-11 TINGGALLAH SELALU DI DALAM KASIH-KU Renungan kita pada hari ini bertema: Tinggallah Selalu Di Dalam Kasih-Ku. Ini merupakan kalimat yang datang dari Yesus sendiri ketika menyatakan diri-Nya sungguh sebagai pokok anggur bagi kita. Jaminan tinggal bersama Dia ialah kehidupan yang dapat menghasilkan buah berlimpah sehingga menghadirkan suka cita, kebahagiaan dan keselamatan. Mungkin di sini bukan soal motivasi apa Yesus mengundang dan memberikan kita jaminan. Mungkin juga bukan soal meragukan apakah undangan dan jaminan itu pada kenyataan benar atau keliru. Tak relevan misalnya dipertanyakan apakah Tuhan akan menyelamatkan kita. Mungkin bukan pada tempatnya untuk memutuskan tidak memenuhi undangan, karena kita sudah dibaptis dan telah berjanji untuk mengikuti Dia seumur hidup kita. Daripada semua pertimbangan yang “bukan” tadi, lebih tepatnya kita menyikapi undangan dan jaminan itu dalam suatu sikap iman yang kuat bahwa kita siap, kita mau dan kita rindukan selalu, manakala jalan hidup kita sepertinya tersesat di tengah hiruk-pikuk dunia ini. Bagi sebagian orang yang hidup dengan penghayatan kasih Tuhan sesungguhnya, undangan itu bonus yang istimewa. Misalnya satu keluarga yang selalu damai, harmonis, dan penuh cinta, mendapat sekali lagi undangan dan jaminan itu, tentu menandakan pertumbuhan imannya. Sebaliknya keluarga atau pribadi yang hidupnya masih agak susah mengalami kasih, atau mungkin ketiadaan kasih sama sekali, undangan dan jaminan ini sebagai tanda inisiatif Tuhan untuk membawa mereka kembali kepada kasih itu. Mereka tak usah malu, takut atau kurang percaya karena yang mengundang dan memberikan jaminan adalah Tuhan sendiri. Mereka perlu yakin bahwa cinta kasih jauh lebih kuat dan pasti mengalahkan rasa malu, takut dan kurang percaya. Cinta kasih itu terbukti mengatasi prasangka, curiga dan meremehkan hanya karena setiap orang atau kelompok berbeda-beda. Atas dasar cinta kasih itu dan terutama dalam nama Tuhan Yesus Kristus, misalnya para rasul membuat konsili di Yerusalem untuk memperkuat satu visi-misi dan arah yang bersumber dan bertujuan pada Yesus Kristus saja. Mereka berdiskusi, berdebat dan berselisih atas perbedaan-perbedaan yang ditemukan. Karena alasan cinta kasih, mereka membuat disermen dalam terang Roh Kudus, lalu sampailah mereka pada keputusan yang membawa keuntungan bagi Gereja. Undangan Yesus perlu diulangi lagi: Tinggallah di dalam kasih-Ku, Anda dan saya tidak boleh menolaknya! Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan yang maha baik, semoga cinta kasih dari-Mu menguasai hidup kami, dan kami dengan gembira menyambut undangan Yesus Putera-Mu untuk selalu tinggal di dalam kasih-Nya. Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Vikti dan Windu dari Gereja Kristus Raja, Paroki Bajiro Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang, Indonesia. Kisah Para Rasul 15: 1-6; Mazmur tg 122: 1-2.3-4a.4b-5; Yohanes 15: 1-8 TINGGALLAH DI DALAM AKU Tema renungan kita pada hari ini ialah: Tinggallah Di Dalam Aku. Kita masih disirami oleh sabda Tuhan, khususnya ajaran Yesus Kristus tentang pokok anggur yang benar. Yesus Kristus sebagai pokok anggur yang benar dan Bapa-Nya adalah pengusahanya. Maka sabda-Nya supaya kita tinggal di dalam Dia merupakan ajaran yang sangat mendasar. Dengan tinggal di dalam Dia, kita memiliki semuanya baik untuk hidup di dunia maupun untuk hidup di akhirat. Tinggal atau berada di luar Dia, sama dengan kematian itu sendiri. Baik antara suami-istri maupun antara mereka dan anak-anak, prinsip hidup tinggal bersama satu dengan yang lain merupakan pilihan dasar yang tidak dapat ditawar-tawar. Demikian juga relasi satu sama lain di antara kita terkait dengan hubungan kerja atau relasi rohani, itu pilihan mutlak. Alasan dasarnya ialah kita memerlukan satu sama lain. Setiap orang tidak bisa mencukupkan dirinya dengan mengatakan bahwa ia tinggal hanya dalam dan untuk dirinya sendiri. Orang tua, pendidik, atau pemimpin tidak tega berkata kepada anak-anak atau orang yang dilayaninya: terserah kalian saja, bebas dan semau kalian saja, atau tak usah repot-repot dengan relasi, tapi hidup seenaknya saja seperti yang kalian inginkan. Kalau ini terjadi, itu berarti kehidupan kita tidak sehat. Demikian juga Tuhan tidak pernah mengajarkan kita sebagai cabang atau ranting dari diri-Nya yang adalah pokok: berbuat sesuka hatimu atau berbuah semau kalian saja. Itu berarti Dia adalah Tuhan yang sembarang. Sebaliknya Ia berseru: Tinggallah di dalam Aku! Prinsip utama yang mesti kita ikuti ialah mendengarkan Dia, menjalankan perintah-perintah-Nya, dan membangun kerajaan-Nya. Prinsip itu dipadukan dalam satu ajaran saja, yaitu cinta kasih. Tetapi dalam mewujudkan hidup menggereja yang benar dan damai, tidak ada proses dan suasana yang serba mulus, mantap, dan nyaman. Fakta bahwa perbedaan antara pribadi, golongan, suku, budaya, dan pilihan hidup sering menjadi dasar terjadinya konflik dan perselisihan. Sering cinta kasih menjadi taruhan. Karena kepentingan pribadi atau golongan diutamakan, cinta kasih bisa tersingkirkan. Bila terjadi konflik dan perselisihan di antara kita, ajaran Tuhan tadi: Tinggallah di dalam Aku harus menjadi referensi kita semua. Prinsip inilah yang harus menjadi jurus untuk mencapai kedamaian dan keharmonisan. Paulus dan Barnabas menempuh jalan ini dengan membawa konflik dalam Gereja di Antiokia dan sekitarnya ke Yerusalem. Tujuannya ialah untuk tetap tersambung dengan pokoknya yaitu Yesus Kristus dan taat kepada ajaran: Tinggallah di dalam Aku. Persatuan dan persekutuan berguna menghentikan konflik antar pribadi dan golongan. Itulah kekuatan pokok anggur yang benar. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah, berkatilah kami agar kami selalu menyatu dengan Dikau dan bukan menjauh dari-Mu. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 14: 19-28; Mazmur tg 145: 10-11.12-13b.21; Yohanes 14: 27-31a DAMAI ADALAH SENJATA KITA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Damai Adalah Senjata Kita. Yesus Kristus ketika berada di dunia telah mengalami aneka bentuk penderitaan sebagai akibat dari dosa dan kejahatan manusia. Ia menerima semua itu dengan tenang, mengampuni dan mendoakan mereka yang melawan atau menganiayai Dia. Ia melawan itu dengan senjata damai dari Bapa-Nya. Para pengikut-Nya, mulai dari para rasul sampai ke generasi kita saat ini, disiapkan dengan sedemikian rupa untuk dapat mengalami segala bentuk penderitaan yang sudah Ia alami. Para rasul terbukti siap menghadapi semuanya dan mereka tidak gentar apa pun, karena senjata damai jauh lebih kuat dari pada senjata apa pun. Paulus dan Barnabas menunjukkan itu ketika mereka membangun dan memperkuat eksistensi Gereja dari satu tempat ke tempat yang lain. Gereja dan pengikut Kristus di segala tempat dan zaman hingga saat ini juga menyadari bahwa prediksi Yesus tidak meleset, yaitu bahwa piala penderitaan yang Ia telah minum, diminum juga oleh para pengikut-Nya. Senjata damai yang sama tetap dipakai, dan kalimat terkenal yang selalu diulangi dalam perayaan Ekaristi menegaskan keampuhan senjata itu, “Damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu.” Yesus Kristus memberikan kita damai dari diri-Nya ini sebagai senjata yang sangat berguna, dan saat paling pas untuk memakainya ialah ketika kita berada dalam tekanan, bahaya dan ancaman dalam bentuk apa pun. Ia sudah menyiapkan kita dengan strategi ini. Ia sudah tahu bahwa yang akan terjadi bagi setiap pengikut-Nya adalah rupa-rupa kesulitan dan penderitaan. Bahkan kebaikan dan kebenaran apa pun yang diperbuat para pengikut dalam nama-Nya, penderitaan dan kesulitan bakal mereka terima. Karena kebaikan dan kebenaran Kristus sangat bertentangan dengan budaya dan gaya orang-orang di dunia ini yang sudah terjangkiti oleh dosa dan kejahatan. Tetapi Yesus dan para pengikut-Nya tidak menyerah dan takut. Salib memang harus dipikul dan bukan dikutuk atau dibuang. Setelah salib ada kemenangan. Ada kebangkitan. Jadi kita mesti bersyukur dan merasa beruntung karena Yesus Kristus telah mempersiapkan kita untuk menghadapi situasi terburuk di dunia ini, mempersenjatai kita dengan damai dari diri-Nya sendiri. Bayangkan jika ia mempersenjatai kita dengan pedang atau senapan, bisa jadi profil kita sebagai Kristen saat ini mungkin menjadi yang terburuk di dunia. Damai dari Yesus justru berguna untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan. Di situlah kemenangan yang sesungguhnya. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa...Tuhan Yesus Kristus, penuhilah hati kami dan Gereja-Mu dengan damai dari-Mu sendiri, karena damai itu yang menjaga dan melindungi kami. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dan Suster-Suster Kongregasi Vocasionist di Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Kisah Para Rasul 9: 26-31; Mazmur tg 22: 26b-27.28.30.31-32; 1 Yohanes 3: 18-24; Yohanes 15; 1-8 BUAH BERLIMPAH DARI POHON YANG BENAR Renungan kita pada hari Minggu Paskah ke-5 ini bertema: Buah Berlimpah Dari Pohon Yang Benar. Bacaan-bacaan dari liturgi hari ini menjelaskan kita hubungan yang terpelihara antara Tuhan dengan kita melalui pemakaian simbol pokok dan turunannya. Diumpamakan Tuhan sebagai pohon atau pokok anggur, kita umat-Nya adalah cabang dan ranting-rantingnya. Tetapi Yesus menegaskan gambaran ini untuk memperjelaskan identitas Tuhan, bahwa Dia adalah pokok anggur yang benar, jadi bukan sekedar sebuah pokok anggur. Penegasan ini dimaksudkan untuk membedakan diri-Nya dari para pemimpin Yahudi yang dibentuk oleh tradisi kalau mereka juga adalah pokok anggur, misalnya disebutkan dalam perjanjian lama (Mz 80;15 dan Jer 2,21). Simbol pokok atau pohon anggur yang benar merefleksikan suatu kehidupan yang utuh. Ada sebuah pokok yang merealisasikan dirinya ke dalam batang, cabang-cabang dan ranting, lalu pada akhirnya yang dihasilkan ialah buah-buahnya. Makna dari pengetahuan simbolik itu ialah secara teologis dijelaskan oleh bacaan kedua dari Surat pertama Yohanes. Dikatakan bahwa inti hidup dan relasi kita dengan Tuhan ialah Allah berada di dalam kita dan kita berada di dalam Allah. Cara utama untuk hidup seperti ini ialah percaya akan Yesus Kristus, Anak-Nya, melalui menuruti segala perintah-Nya. Penjelasan teologis ini menjadi dasar untuk menguraikan betapa hubungan yang terjalin baik dalam kasih dan ketaatan akan menghasilkan buah-buah berlimpah. Proses atau cara terjadinya hubungan itu sungguh menentukan hasilnya. Proses atau cara berangkat dari sumber yang benar yaitu Tuhan sendiri. Yesus Kristus menegaskan dan mengharuskan kita untuk memilih sumber yang benar, yang dari padanya nanti datang hasil berlimpah yang benar pula. Bacaan kita dari Kisah Para Rasul (9,26-31), menunjuk satu proses verifikasi atau disermen bersama supaya meluruskan persepsi yang masih kabur tentang kegiatan penyebaran Injil oleh Paulus. Barnabas membantu mengklarifikasi bahwa Paulus jelas bersumber pada pokok yang sama dengan para rasul dan murid lainnya. Proses dan caranya sudah benar. Dan ternyata buahnya sungguh berlimpah, yaitu Gereja perdana tumbuh dalam damai, jumlah anggotanya bertambah besar, dan hidup mereka dijiwai oleh semangat takut akan Allah. Yesus menegaskan bahwa Bapa-Nya adalah pengusaha, Ia adalah pokok anggur yang benar, dan kita adalah ranting-ranting dari pohon itu. Bagi kita ini adalah sebuah kebenaran. Kita hanya perlu tinggal bersama Dia supaya dapat berbuah sekarang dan seterusnya yang berlimpah dan benar. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa yang baik, berkatilah kami dengan rasa betah supaya kami tetap tinggal bersama Dikau. Bapa kami... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
Seperti halnya brand lainnya, di awal membangun DOA, Dewi Sandra juga melewati tantangan. Apalagi saat baru launching, langsung harus menghadapi pandemi. Kini setelah 5 tahun, DOA tumbuh menjadi brand dengan DNA yang kuat. Kenapa Dewi Sandra dulu memutuskan bikin brand dan apa saja kisah menarik di balik 5 tahun perjalanan ini? Selengkapnya di episode ini.
Khotbah MDC Surabaya satelit Graha Pemulihan : Dalam Mazmur 23 kita belajar bahwa kasih dan kebaikan Tuhan itu diwujudkan di dalam, Pertama. Dimensi Fisik. Tuhan membimbing dan mencukupkan setiap kebutuhan kita. Kedua. Dimensi Jiwa dan Roh. Tuhan menyegarkan dan menuntun jiwa dan roh kita. Ketiga. Di Masa yang Sulit. Tuhan sanggup untuk menghibur kita di masa-masa sulit sekalipun. Keempat. Saat ada Musuh. Tuhan sanggup menyediakan berkat. Kelima. Kebajikan dan Kemurahan yang akan terus menyertai sampai di penghujung akhir hidup, menuntun dan menjaga hidup kita sampai pada kekekalan Surga. Jangan pernah tinggalkan kepercayaan dan keyakinan di dalam hidup, bahwa Dia adalah Bapa yang baik, yang memiliki rencana terbaik dari segala rencana kita yang paling baik. —Pdt. Andreas Rahardjo, Mengenal Kebaikan Tuhan.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Tarsisius Tarsan dan Ni Made Sumirati dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Yehezkiel 37: 21-28; Mazmur tg 31: 10.11-12b.13; Yohanes 11: 45-56 KESEPAKATAN Renungan kita pada hari ini bertema: Kesepakatan. Ada seorang mahasiswa bercerita tentang pentingnya sebuah kesepakatan di dalam pengalaman hidupnya. Ketika ia lulus sekolah SMA, ia memutuskan untuk masuk universitas dengan memilih jurusan yang sesuai dengan kemampuan dan kesukaannya. Padahal orang tuanya sudah merencanakan suatu jurusan yang bertentangan dengan pilihannya. Mereka harus berdiskusi banyak kali hingga akhirnya didapatkan sebuah kesepakatan yang dapat diterima bersama di dalam keluarga. Kesepakatan itu ialah bahwa orang tua menyetujui pilihan anak mereka, dengan satu syarat yang harus dipatuhi oleh sang anak. Syarat itu ialah ia tidak boleh gagal dengan jurusan studinya itu dan wajib menyelesaikan tepat pada waktunya. Jika ia gagal dan ingin berpindah jurusan, atau menunda dan memperpanjang waktu studinya, orang tua tidak ikut bertanggung jawab. Mereka menyepakati syarat itu dan sang anak menyanggupi itu dengan bersungguh-sungguh dalam studinya. Suatu kesepakatan lahir dari kenyataan sisi-sisi atau pihak-pihak yang berbeda. Fungsi utamanya ialah supaya kesepakatan itu dipegang dan dijadikan dasar untuk suatu kerja sama, kolaborasi dan hidup bersama. Dari sudut pandang iman kita, perbedaan posisi dan tujuan Tuhan dengan penguasa kejahatan amatlah tajam. Kita memahami bahwa antara Tuhan dan Setan tidak bisa bekerja sama. Tidak mungkin kita menemukan satu kesepakatan antara kedua belah pihak. Namun ada satu pengecualian. Karena Yesus dan tugas-Nya, satu kesepakatan dicapai antara kehendak Tuhan dan keinginan Setan melalui para musuh Yesus, yaitu para ahli Taurat, kaum Farisi dan para imam besar. Allah telah menetapkan bahwa Yesus Kristus akan mati untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Pandangan yang sama juga datang dari imam besar Kayafas yang bernubuat bahwa Yesus dari Nazaret akan mati untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Israel yang tercerai-berai. Kesepakatan ini harus terjadi, sehingga terjadilah Yudas Iskariot yang dirasuki Setan dapat menjalankan tugasnya. Kesepakatan mesti dibuat supaya kita semua dapat merayakan peristiwa dari taman Getsemani menuju ke Golgota hingga Yesus dimakamkan. Kehendak Bapa di surga mesti terwujud, namun untuk menjalankan kehendak itu, ada kesempatan bagi kejahatan, kekerasan, dan dosa ikut ambil bagiannya. Hal ini tentu saja berlaku bagi kita, oleh karena itu Yesus sudah menetapkan perjanjian, bahwa semua kesulitan dan penganiayaan akan datang menimpa setiap para pengikutnya. Ketika kita menjalankan kehendak-Nya, godaan-kesulitan-penderitaan-penganiayaan ikut menyertai. Tuhan melihat, mengizinkan dan menyetujui itu. Kesepakatan telah terjadi bagi kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan, semoga kami tetap mengikuti model Yesus Kristus dalam menghadapi segala penderitaan hidup ini. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Mandalina Salawah dan Julian Surijanto dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Yeremia 20: 10-13; Mazmur tg 18: 2-3a.3b-45-6.7; Yohanes 10: 31-42 PERANG ROHANI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Perang Rohani. Panglima atau pemimpin perang ini ialah Tuhan di satu pihak dan Setan di pihak lain. Para malaikat dan orang kudus berada di pihak Tuhan yang menjalankan tugasnya sebagai para prajurit, sedangkan di pihak sana ada para serdadu setan. Perang ini bukan untuk menghasilkan siapa yang menang dan kalah. Karena kalau soal kuat atau lemah, jelas Tuhan Allah jauh melampaui Setan. Perang ini selalu ingin merebutkan kekayaan ciptaan Allah paling utama, yaitu kita manusia. Kita adalah umat-Nya yang terkasih. Setiap orang dipanggil dan ditentukan akan menjadi apa kelak sejak di dalam kandungan ibunya. Panggilan ini dilengkapi dengan pelayanan dan perutusan kita di dalam dunia. Tetapi Setan tidak peduli dengan semua keistimewaan itu. Ia justru iri hati dengannya. Ia berambisi untuk membawa manusia ke dalam kerajaannya yang gelap. Ketika sudah merebutnya, Setan pasti menggunakan semua keistimewaan manusia untuk memperkuat dan melestarikan kerajaannya. Nabi Yeremia terkenal dengan kepandaiannya dalam menyampaikan firman Allah. Namun ia sangat dibenci dan dimusuhi para lawannya yang adalah setan atau musuh Tuhan Allah. Perang rohani ini berpusat pada kebenaran kebijaksanaan Allah yang nabi pertahankan dan ancaman pembinasaan dirinya oleh para musuh yang membenci kebijaksanaan Allah. Perang ini terjadi juga antara Yesus dengan kaum farisi dan para ahli Taurat. Kebenaran yang dipertahankan ialah Yesus sebagai Putera Allah, utusan Bapa di surga, dan bersatu dengan Bapa. Bagi para musuh, ini benar-benar penghujatan Allah. Mereka tidak rela kalau Allah yang maha tinggi disamakan dengan Yesus dari Nazareth yang hanya manusia biasa seperti mereka. Perang ini disebut rohani karena penuh dengan pertarungan argumen, pemikiran, keyakinan, dan prinsip iman. Ketika masing-masing pihak bertahan dengan pendiriannya, perpecahan atau pemisahan akan menjadi hasil akhirnya. Penguasa kegelapan yaitu Setan tetap berseberangan dengan penguasa kebenaran yaitu Tuhan, dan perpecahan ini berlangsung sampai detik ini. Selama dunia masih ada, perpecahan tetap ada karena Setan tidak pernah berhenti bekerja dengan semua strateginya untuk merebut manusia di dunia ini. Kita masing-masing mengalami berhentinya perang ini ketika kematian datang menjemput kita. Proses setelah kematian kita ialah sebuah penentuan apakah kita akan menuju ke kerajaan Allah atau sebaliknya ke kerajaan Setan. Setelah kematian kita, tak ada lagi perang rohani. Yang ada ialah perjalanan ke tujuan kita yang abadi. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa, semoga kami senantiasa kuat dalam setiap godaan dan tipu muslihat setan sehingga kami dapat selalu setia kepada-Mu. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Johanes Bambang dan Yuliana Manjung dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Kejadian 17: 3-9; Mazmur tg 105: 4-5.6-7.8-9; Yohanes 8: 51-59 MELIHAT DAN BERSUKA CITA Renungan kita pada hari ini bertema: Melihat Dan Bersukacita. Perdebatan dan fitnah tentang identitas Yesus Kristus masih berlanjut. Hari ini penekanannya ialah pada sosok Abraham. Kitab Kejadian menampilkan Abraham yang diartikan sebagai Bapak bagi sejumlah bangsa besar di bumi ini, mempunyai dua karakteristiknya. Sosok Abraham digambarkan sebagai seorang pilihan Allah untuk mendiami wilayah yang asing baginya, yang dikuasai bersama segala keturunannya. Ia diberkati untuk memiliki banyak sekali keturunan. Ciri lain pada Abraham ialah perjanjian Allah atasnya yang harus dijamin dengan iman dan ketaatan kepada Allah. Dasar iman ini tidak hanya membuat dia sebagai bapak iman bagi banyak orang, tetapi juga menunjukkan tujuannya dalam persekutuan yang bahagia bersama Tuhan selama-lamanya. Ini adalah gambaran Abraham yang spiritual. Karakteristik yang pertama menggambarkan sisi kefanaannya sebagai manusia yang mengalami kematian di dunia. Sedangkan karakteristik yang kedua menggambarkannya sebagai pilihan Allah yang mengalami hidup abadi atau selama-lamanya. Dua sisi profil Abraham ini dijelaskan secara lengkap oleh Yesus kepada para lawannya. Ditegaskan-Nya kepada mereka bahwa Abraham yang merupakan manusia dunia ini setelah genap usianya untuk mati, ia tunduk kepada panggilan alam ini. Sampai dengan batas pemahaman di sini, para lawan itu sanggup untuk mengerti dan percaya akan Abraham yang fana. Demikian juga dengan para nabi, kematian pada dasarnya merupakan bagian dari kefanaan mereka. Mata mereka sama sekali dikaburkan dan hati mereka sungguh tertutup, sehingga mereka tak bisa menangkap bahwa Yesus Kristus adalah kenyataan janji Allah kepada Abraham dan penubuatan para nabi. Sebenarnya Yesus sedang menjelaskan bahwa karena Abraham punya aspek spiritual, ia sudah melihat Yesus Kristus, Putra Allah. Abraham melihat dan bersuka cita karena janji Allah kepadanya terwujud dalam diri Yesus Kristus. Aspek spiritual inilah yang tidak dapat ditangkap oleh kaum Farisi dan para ahli Taurat. Yesus sedang mengajarkan kita tentang kekuatan rohani yang merupakan karunia Roh Allah kepada setiap orang yang mengikuti-Nya. Dengan karunia ini, kita diberi jaminan untuk menikmati hidup ini melalui bagaimana kita melihat kemuliaan Allah yang hadir di dalam diri sendiri, sesama, dan lingkungan sekitar. Pengalaman akan kemuliaan Allah itu menjadi dasar bagi kita untuk bersuka cita dan bersyukur kepada Tuhan. Yang memperkuat suka cita ini ialah aspek spiritual dari segala sesuatu di dalam hidup ini, karena di situ Tuhan sungguh hadir. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha murah, semoga kami selalu peka akan kemuliaan-Mu yang hadir di dalam segala sesuatu, khususnya di dalam hidup kami sebagai pribadi dan bersama. Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas Salesian Don Bosco Gerak di Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. 2 Samuel 7: 4-5a.12-14a.16; Mazmur tg 89: 2-3.4-5.27.29; Roma 4: 13.16-18.22; Matius 1: 16.18-21.24a YOSEF SI LELAKI PEMBERI SOLUSI Renungan kita pada hari ini bertema: Yosef Si Lelaki Pemberi Solusi. Kisah sejarah keselamatan yang disampaikan oleh kitab suci memperlihatkan tokoh-tokoh besar yang punya pengaruh besar kepada kita. Tokoh sehebat Abraham, seperti yang disampaikan bacaan kedua dari Surat Paulus kepada jemaat di Roma, adalah bapak bagi banyak bangsa atas dasar imannya. Tokoh sekuat raja Daud, seperti yang disampaikan bacaan pertama dari kitab kedua Samuel, menduduki takhta pemerintahan yang disediakan Allah untuk diwariskan turun-temurun supaya mewujudkan kehendak Allah akan datangnya Mesias. Tetapi pada masa kejayaan mereka, kedatangan Mesias masih sebatas janji dan nubuat para nabi. Pemahaman orang pada umumnya tentang profil Mesias ialah seorang pejuang, petarung, pembebas, dan penguasa umat manusia. Periode berganti periode dan tokoh berganti tokoh, diskusi tentang sosok Mesias sepertinya membenturkan kehendak Tuhan dengan pemahaman dan keyakinan manusia yang serba terbatas. Hal ini berlangsung terus sampai pada waktunya yang tepat saat Tuhan menandakan datangnya Mesias sesungguhnya, yaitu diawali dengan peristiwa kabar suka cita dari surga kepada seorang perawan bersahaja yang bernama Maria dari Nazareth. Mesias itu harus melepaskan semua keistimewaan yang menurut anggapan umum bahwa ia seluruhnya berciri supernatural. Masalah yang paling sensitif dan dapat menjadi skandal publik ialah perawan itu mengandung Putra Allah yang menjadi manusia, yang harus menjadi Mesias. Siapa yang bisa menjadi solusi, sebagai antisipasi tersebarnya skandal maha besar, sehingga anak ajaib yang lahir nanti dinyatakan punya orang tua biologis? Tanpa memberi ruang bagi orang-orang untuk berpolemik atau mempersoalkannya, Tuhan Allah sudah punya jawaban, yaitu seorang lelaki keturunan Daud yang tinggal di Nazareth. Dia itu adalah Yosef, si tukang kayu, dijadikan suami Maria. Seorang yang sangat bersahaja, tulus, dan suci hatinya, Yosef dijadikan oleh Allah solusi bagi rencana keselamatan tentang datangnya sang Mesias, Yesus Kristus. Dengan demikian, keluarga Nazareth ini lengkap sebagai solusi yang ciri khasnya ialah kesahajaan, ketulusan, kerendahan hati, kerelaan, dan kesucian hati mereka. Perawan Maria menonjol karena sama sederhana dan tulus seperti suaminya. Mereka bersatu dengan juru selamat Yesus Kristus yang menampilkan kebersamaan dan persekutuan sebagai solusi dari Allah bagi persoalan-persoalan yang menimpa pribadi, keluarga, Gereja, dan masyarakat kita. Hidup bersahaja dan yang tulus menjadi solusi atas gaya materialisme dan kepalsuan. Persekutuan sebagai keluarga dan komunitas beriman menjadi solusi atas ancaman perpecahan dan disintegrasi. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, jadikanlah hati kami tulus dan suci seperti Santo Yosef supaya kami dapat melayani Diaku dan sesama kami dengan lebih baik lagi. Kemuliaan... Dalam nama Bapa… --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Salesian Don Bosco Gerak di Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Daniel 3: 14-20.24-25.28; Mazmur tg T.Dan 3: 52.53.54.55.56; Yohanes 8: 31-42 KEBEBASAN DARI TUHAN Renungan kita pada hari ini bertema: Kebebasan Dari Tuhan. Tuhan Allah yang kita percaya ialah penyelenggara segala sesuatu. Ia merahmati kita dengan segala berkat supaya kita dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Dari segala rahmat itu, ada bagian yang menjadi ciri dasar pribadi manusia, yang lazim kita sebut sebagai kodrat manusia. Salah satu ciri dasar itu ialah kebebasan, yang sangat membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. Kebebasan manusia mengarahkan kita kepada dua jurusan. Yang pertama ialah kebebasan untuk menjalani kehendak Tuhan. Keistimewaan kita sebagai anak-anak Allah memperkuat kebebasan yang berciri positif ini. Sebagai putra dan putri Allah, kita memiliki hak dan kewajiban sebagai orang-orang beriman. Panggilan kita masing-masing yang terkait dengan pelayanan dalam Gereja atau profesi-profesi merupakan ungkapan nyata kebebasan ini. Kita mengikuti Kristus yang memanggil kita masing-masing. Untuk mewujudkannya kita perlu menjadi orang-orang yang memilih dan memutuskan itu secara bebas. Yesus Kristus sebagai Putera Allah yang diutus Bapa ke dunia sebagai juru selamat menetapkan kebebasan jenis yang kedua, yaitu dari kekuasaan dosa, Setan, dan pengaruh duniawi yang dikontrol oleh orang-orang yang melawan Tuhan. Kalau kebebasan secara positif di atas dapat kita umpamakan sebagai penetapan identitas diri setiap pengikut Kristus, kebebasan negatif yang digerakkan oleh Yesus Kristus ini dapat dipandang seperti senjata yang melengkapi diri kita. Kuasa-Nya, ajaran, perintah, dan kekuatan salib-Nya yang suci merupakan perlengkapan-perlengkapan ampuh yang kita gunakan untuk melawan kekuatan-kekuatan gelap. Kebebasan yang berciri negatif ini lebih kuat tantangannya, karena yang kita hadapi ialah segala bentuk dimensi negatif di dunia ini. Bersama Yesus Kristus kita mesti dapat mengatasinya. Yesus Kristus melakukan itu dengan mengambil semua dosa kita dan memakunya di salib bersama diri-Nya. Kematian-Nya itu menjadi sebuah kemenangan, membawa pengampunan bagi kita, dan mendamaikan kita dengan Allah. Kita dapat memanggil Tuhan sebagai Bapa karena Yesus telah mendamaikan kita dengan Bapa dan membebaskan kita dari perbudakan dosa dan Setan. Di dalam kitab Daniel, kebebasan yang kedua ini diperlihatkan oleh ketiga pemuda Yahudi: Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang luput dari tindakan berhala yang hendak ditimpakan kepada mereka. Kekuatan pembebasan ini mampu mengubah hati raja Nebukadnezar yang keras untuk mengakui kuasa Allah maha tinggi yang diimani umat pilihan-Nya. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa, melalui pewartaan-Mu pada hari ini, semoga kami menerima dari-Mu rahmat yang memperkuat kebebasan kami sebagai anak-anak-Mu. Kemuliaan kepada ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
Tidak terasa kita sudah memasuki hari kelima Ramadhan. Ingatlah bahwa di bulan Ramadhan semua amalan dilipatgandakan oleh Allah. Mari kita sama-sama peroleh anugerah-Nya Allah di bula Ramadhan. Link donasi: https://saweria.co/dakwahmilenial Tinggalkan komentar dan berikan pendapatmu: https://open.firstory.me/user/clqw2ibmb011a01tj4pex78rx/comments Powered by Firstory Hosting
Khotbah MDC Surabaya satelit Graha Pemulihan : Dari 1 Samuel 30, kita dapat belajar beberapa prinsip dari raja Daud yang menguatkan kepercayaannya pada TUHAN, Allahnya, Pertama. Daud ingin memastikan bahwa apa yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan, bukan dari dorongan emosinya (ayat 8). Kedua. Belum tentu yang menjadi kehendak Tuhan itu dapat berjalan mulus (ayat 10). Ketiga. Kalau Tuhan memimpin ada saja cara-Nya, dan Dia dapat memakai siapapun untuk berbicara serta menyatakan kehendak-Nya (ayat 15). Keempat. Daud memakai hikmat Tuhan untuk memimpin langkah-langkahnya (ayat 17). Kelima. Perkataan yang berhikmat akan menjadi peraturan (ayat 25). Hidup kita akan selalu dimampukan-Nya untuk dapat memberikan legacy / warisan dan juga memiliki value / nilai. Semuanya dibentuk dari kebenaran firman Tuhan / Alkitab. —Pdt. Andreas Rahardjo, Menguatkan Kepercayaan.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Marius dari SMP Don Bosco Kelapa Gading, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 1 Raja-Raja 12: 26-32; 13: 33-34; Mazmur tg 106: 6-7a.19-20.21-22; Markus 8: 1-10 SANTAPAN ROHANI YANG MEMPERSATUKAN Tema renungan kita pada hari ialah: Santapan Rohani Yang Mempersatukan. Persekutuan di dalam satu keluarga tampak amat jelas ketika semua anggota keluarga kompak menghadiri Misa Kudus, lalu melanjutkannya dengan makan siang bersama. Ini adalah sebuah kegiatan rutin. Persekutuan seperti ini sangat bertentangan dengan nasib umat Allah di bawah raja-raja setelah matinya Salomo. Yang paling tragis ialah raja Yerobeam memperbesar dosanya dengan melawan Roh Allah karena ia percaya kepada dewa-dewa. Santapan rohani yang tersedia bagi orang-orang beriman, pengikut Kristus, ialah persembahan diri Yesus sebagai bagian utama pekerjaan-Nya menjalani kehendak Bapa. Dalam seluruh karya pelayanan, Ia menampakkan tindakan pemberian diri-Nya dengan disaksikan oleh para rasul dan banyak orang di sekeliling-Nya. Mereka semua dibuat kagum, bangga, senang dan percaya akan tindakan-tindakan itu. Tetapi di atas semua itu ialah tindakan puncak, yaitu mati untuk menebus dosa dunia dan semua umat manusia. Ia tandai peristiwa puncak ini dengan tindakan kenangan di dalam Gereja untuk mengalami langsung kehadiran diri-Nya yang menjadi santapan bagi seluruh umat-Nya, demi memperkuat dan memelihara persekutuan yang sudah Ia bangun. Kita mengenalnya sampai detik ini dengan nama ekaristi. Yesus pertama kali membawa para pengikut-Nya dan semua orang yang mendengar-Nya, dengan penuh iman ke sebuah pengalaman menyantap diri-Nya sendiri, ialah pada waktu ia memperbanyak roti bagi ribuan orang yang lapar dan haus di padang gurun. Pemberian makan kepada ribuan orang ini kemudian dipertegas lagi maknanya pada saat menjelang wafat-Nya, ketika Ia makan perjamuan malam bersama para rasul, dan di sana Ia membagi-bagikan roti dan anggur. Sabda-Nya ialah supaya mereka terus melanjutkan peristiwa merayakan santapan rohani ini sebagai kenangan akan Dia, sekaligus menjadi penguatan rohani bagi semua yang mengambil bagian di dalamnya. Di dalam perjamuan makan itu, satu tindakan Yesus dengan pemecahan dirinya dan dibagi-bagikan menandakan sakramen ekaristi dan imamat. Jadi persekutuan yang kita perkuat terus-menerus baik melalui doa dan tindakan nyata bergantung sekali pada dua unsur dasar ini: ekaristi dan imamat. Sakramen ekaristi sebagai santapan rohani, sedangkan imamat sebagai hak istimewa untuk menjalankan dan memimpin peristiwa kenangan itu supaya memiliki legitimasinya dari Tuhan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Tuhan Yesus Kristus, semoga persekutuan kami di dalam dan bersama Dikau menjadi kekuatan yang sangat nyata di dunia ini untuk menghadirkan kerajaan Allah yang dapat membaharui seluruh muka bumi ini. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Salesian Don Bosco Gerak di Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. 1 Raja-Raja 11: 29-32; 12: 19; Mazmur tg 81: 10-11ab.12-13.14-15; Markus 7: 31-37 SEMAKIN KUAT UNTUK PERSEKUTUAN Renungan kita pada hari ini bertema: Semakin Kuat Untuk Persekutuan. Raja Salomo patut mendapat hukuman dari Tuhan karena dosanya yaitu berpaling kepada dewa-dewa Kanaan. Kerajaan Israel yang dipimpinnya terpecah-belah. Kitab Kedua Raja-Raja mengatakan bahwa pecahan-pecahan kerajaan itu berontak melawan keluarga Daud di Yerusalem sampai hari ini. Di dunia ini, di mana pun terjadi semakin kuat perpecahan dan ketegangan yang mengancam persekutuan hidup, Tuhan juga tampak semakin kuat dalam kuasa-Nya membangun kembali persekutuan. Ia perbuat itu dalam diri dan karya Yesus Kristus. Yang diperbuat oleh Yesus Kristus supaya persekutuan itu semakin kuat ialah dengan membaharui tatanan atau pola hidup iman yang sudah terlanjur lemah. Ia membuka segala kemungkinan bagi mereka yang belum mengenal Tuhan supaya menjadi percaya. Penyembuhan kepada seorang yang sekaligus tuli dan gagap merupakan satu tindakan yang memperlihatkan kalau iman itu sangat bergantung pada kemampuan kita untuk mendengar dan berbicara. Yesus pernah berkhotbah di kotanya di Kapernaum bahwa iman itu terjadi pada saat orang mendengarkan firman yang diwartakan. Mendengar ialah pintu masuk untuk iman, karena melaluinya orang membukakan diri untuk memperhatikan dan menaruh ketaatannya. Dari mendengar ini, kemampuan selanjutnya yang dituntut ialah berbicara sebagai wujud bersyukur, merayakan iman itu, dan mewartakannya. Jika iman kita dipandang atau kita sendiri menganggapnya lemah, antara lain dapat diuji kemampuan kita dalam mendengar dan menjadi kabar gembira bagi sesama. Kalau tanda-tandanya ialah kita malas bahkan tidak pernah mendengar dengan baik, ditambah dengan tidak berbicara dalam kebenaran firman Allah itu, berarti iman kita sedang dalam krisis yang serius. Yang lebih parah ialah bersikap benci dan menolak untuk mendengar dan berbicara tentang Tuhan. Jadi Yesus juga melakukan tindakan serius dengan harus berbuat sesuatu, memisahkan sedikit kita dari orang banyak lalu mencungkil halangan yang menghambat kita mendengar dan berbicara tentang iman kita. Tuhan tetap membuka jalan dan segala kemungkinan bagi mereka yang ingin mengetahui dan mengimani-Nya. Pekerjaan ini dilakukan melalui Gereja, khususnya melalui kita yang sudah beriman. Caranya ialah memakai dua kemampuan yang ada, mendengar dan berbicara. Kiranya kita mengusahakan supaya orang-orang dapat mendengar Tuhan yang berbicara secara pribadi kepada mereka, dan dapat berbicara tentang Tuhan di dalam hidupnya yang nyata. Ini adalah cara-cara untuk memperkuat persekutuan di antara kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah, semoga kami selalu menjadi saluran yang benar dan berguna bagi sesama kami yang ingin mengenal Dikau dengan jelas. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan ... Dalam nama Bapa … --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Marius dari SMP Don Bosco Kelapa Gading, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 1 Raja-Raja 11: 4-13; Mazmur tg 106: 3-4.35-36.37.40; Markus 7: 24-30 PERSEKUTUAN ADALAH PANGGILAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Persekutuan Adalah Panggilan. Seorang bapak berusia 75 tahun meminta Pastor Paroki untuk dibaptis menjadi seorang Katolik. Hidupnya selama ini sebagai orang yang tidak beragama. Pastor memberikan persiapan khusus kepadanya sebelum dibaptis. Tidak lama setelah mengikuti katekumen, istrinya yang berusia 72 tahun juga meminta untuk dibaptis. Maka Pastor Paroki memberikan persiapan kepada mereka bersama-sama. Mereka berkata: tidak ada terlambat dalam beriman kepada Tuhan. Langkah yang diambil oleh pasutri lansia itu merupakan sebuah perwujudan persekutuan sebagai panggilan. Tuhan tidak membutuhkan persekutuan, tapi kita yang membutuhkan supaya kita dapat bersatu dengan-Nya. Panggilan kita manusia di dunia ini sampai ke titik persekutuan itu. Namun hal ini tidak mudah. Kegagalan raja Salomo dalam mempertahankan persekutuan dengan Tuhan adalah salah satu contohnya. Ia tidak mengikuti teladan ayahnya, raja Daud. Dosa Salomo terbesar yang membuat ia dikutuk oleh Allah ialah mengikuti kehendak para istrinya yang berlatarbelakang tidak beriman kepada Tuhan. Para istri menyembah dewa-dewa. Murka Tuhan menggoyahkan kerajaannya. Pada saat kerajaan itu dilanjutkan oleh putra Salomo, kerajaan itu mengalami perpecahan besar. Hukuman atas dosa melawan Roh Kudus ialah kehancuran dan tidak dapat diampuni, begitu kata Yesus dalam kitab suci. Salomo sangat jelas memperlihatkan suatu perpecahan atas persekutuan yang sudah diwariskan dengan mantap, dengan paling kentara ialah pemisahan antara yang tidak percaya dan yang percaya. Ada suatu pemahaman bahwa kafir itu paling jahat dan tak bisa berpaling kepada Allah. Orang beragama kalau bersentuhan dan berinteraksi atau berkomunikasi dengan yang kafir sudah langsung menajiskan diri mereka. Tidak ada kemungkinan untuk terjadi relasi satu titik pun dengan mereka yang berlainan kepercayaan dengannya. Justru di sini yang menciptakan perpecahan ialah orang-orang beragama. Orang kafir hanya berusaha untuk hidup baik sebagai manusia dan mengusahakan kelayakan hidup di dunia ini. Dalam sanubarinya tersimpan benih-benih iman yang tinggal menunggu saatnya untuk terbuka, lalu mereka memandang dan percaya kepada Allah. Yesus merintis jalan terbuka bagi mereka. Ia membuka hati orang kafir, melebarkan jalan baginya untuk percaya kepada Tuhan. Yesus jauh lebih bijaksana daripada Salomo, karena ia menyatukan orang beragama dengan mereka yang dipandang kafir. Tugas yang sama yang mesti kita lanjutkan pada saat ini. Saat ini tidak tepat untuk memandang orang lain kafir! Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha bijaksana, berikanlah kami hati yang bijaksana sehingga kami dapat menciptakan dan mempertahankan persekutuan hidup di antara kami, dan bukan merusaknya dengan perpecahan. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Salesian Don Bosco Gerak di Labuan Bajo, Keuksupan Ruteng, Indonesia. 1 Raja-Raja 10:1-10; Mazmur tg 37: 5-6.30-31.39-40; Markus 7: 14-23 HATI BARU Renungan kita pada hari ini bertema: Hati Baru. Sepasang suami dan istri dalam satu tahun terakhir hidup dalam konflik yang tiada henti. Lalu mereka berdua sepakat untuk bercerai melalui beberapa proses. Salah satu caranya ialah mereka berdua bertemu Pastor Paroki untuk meminta pendapatnya. Masing-masing menyampaikan pendirian dan alasan untuk bercerai. Keputusan itu sudah bulat. Kepentingan diri sangat kuat. Bagi Pastor ini adalah contoh dua hati yang lama. Maka sang Pastor memiliki tugas amat penting untuk mengubah hati yang lama itu menjadi hati yang baru. Setelah memberikan pendapat dan nasihatnya, Pastor mempersilakan masing-masingnya untuk adorasi di depan Sakramen maha kudus. Di dalam gereja, mereka duduk berjauhan untuk berdoa. Sekitar satu jam berlalu, mereka kembali bertemu Pastor di kantornya. Masing-masing menyampaikan bahwa ia sadar akan kesalahan dan kesombongannya. Ia berniat mengampuni pasangannya. Ia memutuskan untuk tidak bercerai. Pasangan tersebut akhirnya mendapatkan sebuah hati yang baru. Masing-masingnya menjadi orang yang baru. Pengalaman ini menunjukkan bahwa terciptanya sebuah hati yang baru tidak bisa hanya dengan urusan seorang diri. Kalau tanpa campur tangan Tuhan dan sesama ia tidak bisa apa-apa, tidak bisa menjadi baru. Sakramen-sakramen dan bimbingan rohani adalah dua dari banyak cara yang membantu seseorang untuk mengalami dirinya menjadi baru. Salah satu isi firman Tuhan yang menggerakkan kita untuk menciptakan hati yang baru ialah seperti yang diwartakan oleh bacaan-bacaan hari ini. Firman Tuhan pada prinsipnya berisi kebijaksanaan Tuhan tentang bagaimana hidup semestinya dalam mengikuti Kristus. Pilihan kita mesti ke sana, seperti yang dilakukan oleh Salomo yang membuat hikmat hidupnya bisa menarik perhatian Ratu dari Syeba dan seluruh dunia. Kalau kita memilih dan menggunakan selalu kebijaksanaan, Tuhan menyediakan itu dan menyempurnakannya di dalam kita. Hati yang baru ialah hati yang bersih. Kotoran, kenajisan, fitnah, benci, dengki, dan marah mestinya dikeluarkan dari sana. Yesus meminta kita supaya semua itu tidak disimpan di hati seperti kita menyimpan harta kekayaan dengan begitu aman. Semua itu menajiskan atau mengotori kita, jadi harus dikeluarkan melalui pemeriksaan batin lalu melepaskannya dengan bantuan orang lain dan Gereja. Ini sama sekali tak ada hubungan dengan makanan yang halal dan tidak halal. Makanan atau minuman itu tidak pernah punya kaitan dengan menciptakan hati yang baru. Hati yang baru adalah urusan rohani, sementara makanan dan minuman urusan perut dan jasmani. Sangatlah beda! Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha bijaksana, semoga Roh-Mu memimpin kami selalu di dalam kebijaksanaan untuk menyatu dalam Yesus Kristus melalui hidup kami, dalam kata dan perbuatan kami. Bapa kamiyang ada di Surga ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Vitalis Jelanu dan Veronika Sempang dari Komunitas Pukat Labuan Bajo Keuskupan Ruteng, Indonesia. 1 Raja-Raja 8: 22-23.27-30; Mazmur tg 84: 3.4.5.10.11; Markus 7: 1-13 LAIN DI TINDAKAN LAIN DI BIBIR Tema renungan kita pada hari ini ialah: Lain di Tindakan Lain di Bibir. Seorang remaja perempuan sudah berpacaran tiga tahun dengan pemuda yang sedang kuliah hukum. Akhir-akhir ini gadis itu menjadi kecewa dengan sikap pemuda cakap dan pintar tersebut. Pemuda itu bicara sangat memikat dan membuat banyak janji, tetapi perwujudannya nol. Ia hanya akan menjadi sangat terpukul jika cintanya hanya di bibir, dan akhirnya tidak bisa berwujud nyata. Ia selalu mengingatkan pacarnya: cinta bukan sekedar "lain di tindakan lain di bibir". Kritik remaja perempuan ini hanya suatu porsi kecil dari kritik besar Yesus kepada orang-orang Farisi dan para ahli Taurat di dalam kitab suci. Mereka turun dari Yerusalem ke tempat Yesus berada sekitar ratusan kilometer dengan maksud membuktikan kalau Yesus dan pengikut-Nya melanggar aturan adat dan agama Yahudi. Aturan yang mereka tekankan ialah interpretasi manusia atas perintah Allah dari Musa. Contohnya mereka temukan para rasul Yesus tidak mencuci tangan dahulu sebelum makan. Kemunafikan adalah kata yang pas bagi kaum farisi dan para ahli Taurat. Yesus langsung menyebutkan pelanggaran mereka yang terberat ialah mengkhianati firman Tuhan yang sebenarnya. Misalnya, perintah dari Musa untuk menghormati dan mengasihi orang tua, terlebih-lebih yang menderita dan sakit di dalam keluarga sendiri. Biaya yang sebenarnya untuk mengobati anggota keluarga ini, dialihkan untuk berbagai jenis pajak di rumah ibadat alias persembahan. Umat diharuskan untuk penuhi ini dan ternyata uangnya untuk kerakusan mereka. Jenis korupsi ini sudah menjadi mental hidup mereka bahkan mendarah-daging sampai saat ini. Motivasi mereka ialah uang. Hidup agama mereka bukan untuk mengudus manusia melalui kepatuhan pada firman Tuhan dan melakukan kehendak-Nya, tetapi mendapatkan uang melalui praktik beragama. Untuk memperkuat strategi utama ini mereka harus mengarang-ngarang semua aturan penampilan yang jumlahnya begitu banyak, termasuk yang disebutkan tadi ialah mencuci semua perkakas makan-minum dan tangan. Tampilan diri mereka harus suci, bibir dan mulut mereka harus berkata-kata bagus, dan gerak-gerik mereka harus sempurna. Orang-orang mesti percaya akan mereka dan terdorong untuk selalu taat pajak rumah ibadat. Ini yang sangat dilawan dan dikecam Yesus. Raja Salomo mengulangi kehendak Allah yang utama ialah tinggal selama-lamanya di bumi ini bersama umat manusia, tetapi bukan di dalam diri manusia yang munafik seperti kaum farisi dan para ahli Taurat. Hanya kebenaranlah yang membuat kerajaan Allah besar di dunia bukan kemunafikan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, perkuatkanlah kami untuk mampu melawan semua kepalsuan yang kami hadapi. Kemuliaan... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas Salesian Don Bosco Gerak di Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. 1 Raja-Raja 8: 1-7.9-13; Mazmur tg 132: 6-7.8-10; Markus 6: 53-56 RUANG BAGI TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Ruang Bagi Tuhan. Ruang dimaksudkan di sini bukan sebuah tempat atau lokasi. Karena prinsipnya Tuhan tidak bisa dikondisikan ke dalam sebuah tempat. Sebaliknya, Tuhan berada di dalam ruang yang melingkupi dan menaungi kita. Ruang itu menandakan sebuah kehadiran dan keberadaan. Tuhan menyediakan ruang itu dan Dia sendiri berada di sana. Raja Salomo dan umat Allah menaruh tabut perjanjian pada tempat berdiam yang sudah dibangun, namun raja berseru bahwa Tuhan akan tinggal di bumi selama-lamanya bersama umat-Nya. Ia menyertai, menemui, menjangkau, dan bergaul dengan setiap orang di segala tempat seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Ruang buat Tuhan adalah seluruh permukaan bumi ini, tempat semua manusia berdiam. Ruang bagi Tuhan yang jaraknya paling jauh ialah kota-kota dan desa-desa seberapa pun jaraknya, yang memperlihatkan orang-orang berbondong-bondong datang menemui Yesus untuk mendapatkan kesembuhan dan penghiburan. Itu namanya ruang publik yang terbuka dan menjurus dengan jarak puluhan bahkan ratusan kilometer. Yesus mencapai sebuah tempat dan orang-orang mengenal-Nya lalu mereka segera mendekati untuk menyalami dan berbicara, say hello atau perkenalkan diri. Itu adalah ruang sosialnya Yesus. Pasti orang-orang bersorak gembira karena bisa memandang Yesus dari dekat, melambaikan tangan, dan suara mereka dapat didengar oleh Yesus. Sebagian mereka mendapatkan suka cita dan penghiburan karena perjumpaan itu. Mereka yang sakit bahkan mencapai ruang pribadi dan ruang intim Yesus melalui jamahan tangan Tuhan atau mereka sendiri yang menjamah jumbai juba Yesus. Di sini Yesus mengajarkan kalau the power of touch atau kekuatan menyentuh sangatlah penting untuk penguatan dan penyembuhan. Dalam menyentuh tak ada jarak lagi yang tampak. Itu adalah ruang tubuh kita yang mengijinkan kontak dan energi dari tubuh yang satu terserap oleh tubuh yang lain. Energinya Yesus masuk ke dalam orang-orang sakit dan mereka menjadi sembuh. Ini adalah pelajaran amat berharga, yaitu ruang tubuh, ruang pribadi bahkan ruang sosial dan publik kita sangat instrumental untuk terjadinya kontak dengan orang lain. Tuntutan kedekatan dan kehadiran kita sangatlah penting, karena kita dapat berbagi ruang dari diri kita dan ini selalu menjadi tanda penguatan dan pembaharuan hidup. Ini adalah cara kita menghadirkan ruang bagi Tuhan yang bekerja melalui kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus, mampukanlah kami untuk memanfaatkan semua kehadiran kami sebagai ungkapan cinta kasih. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Hendry, Rini, Tirto dan Pater Peter, SDB dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Ayub7: 1-4.6-7; Mazmur tg 147: 1-2.3-4.5-6; 1 Korintus 9: 16-19.22-23; Markus 1: 29-39 TUHAN MEMILIH UNTUK TINGGAL BERSAMA KITA Renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-5 ini bertema: Tuhan Memilih Untuk Tinggal Bersama Kita. Pertanyaan paling kentara untuk menanggapi kalimat dari tema ini ialah: mengapa Tuhan memilih untuk berbuat demikian? Jawabannya mudah bagi kita ialah karena Ia hendak menyelamatkan kita. Ia tidak tega biarkan kita jatuh binasa dan mati karena kebodohan, penindasan dan dosa di dunia ini. Bacaan-bacaan pada hari ini memperkuat jawaban itu. Ada begitu banyak orang di dunia ini yang bernasib seperti Ayub, yang tak berdaya dengan kepahitan hidup dan kesulitan-kesulitan yang membelenggu. Tuhan memilih untuk tinggal bersama mereka ini supaya mereka tidak kehilangan harapannya. Ia menaruh iman dan pengharapan kepada mereka, bahwa tak boleh luput melepaskan pandangannya kepada Tuhan. Orang-orang yang patah hati, kata Mazmur hari ini, ialah siapa pun dengan sakitnya masing-masing jiwa dan raga, dan siang malam memohon untuk diberkati dan disembuhkan. Tuhan tidak menutup mata-Nya terhadap mereka. Yesus Kristus sebagai Allah penebus dan penyelamat adalah bukti nyata Tuhan tinggal bersama umat-Nya yang menderita. Injil kita menggambarkan bagaimana pelayanan Yesus ialah penyembuhan atas sakit dan derita manusia. Para rasul menemani Yesus untuk tugas ini, dan mereka adalah komunitas yang melayani. Setelah kembali ke Surga, Ia menaruh mandat-Nya kepada Gereja supaya prinsip “Allah beserta kita” atau Emanuel itu sama nyata dan kuatnya seperti waktu Ia masih di dunia. Apa yang dilakukan oleh Gereja atau tubuh mistik Kristus, itu yang dilakukan juga oleh Yesus sebagai kepala-Nya yang kini duduk di sisi kanan Bapa. Satu contoh pelayanan Gereja ini ialah seperti yang diwartakan oleh Santo Paulus dalam bacaan kedua hari ini, yaitu pelayanan sabda Allah untuk menghibur, menguatkan, menyembuhkan, dan menyelamatkan. Kata Santo Paulus, “Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil”, dan bagi dia pelayanan sabda ini bertujuan untuk memenangkan sebanyak mungkin orang. Pelayan menjadi lemah seperti orang lemah supaya ia dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Ia adalah hamba untuk mengangkat dan menyelamatkan yang tak berdaya. Ini adalah misi kita bersama para pengikut Kristus saat ini, yaitu menjadi kabar gembira bagi siapa saja yang memerlukan, terlebih-lebih yang sedang patah hati, sakit, terlantar, tersiksa, dan yang menjelang ajal. Jangan sebaliknya menjadi pengganggu, pemfitnah, penyebar kebencian, tetapi pembawa kabar suka cita dan pencipta damai. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah dan Bapa kami, kami ingin selalu memandang-Mu supaya kami mendapatkan kekuatan untuk bertahan dan bertambah keberanian dalam menjalani hidup kami. Kabulkan permohonan-permohonan kami pada hari ini, yaitu segenap umat yang berhimpun dalam nama-Mu melalui ibadah hari Minggu. Bapa kami... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
Khotbah MDC Surabaya satelit Graha Pemulihan : Dari 1 Samuel 30, kita dapat belajar beberapa prinsip dari raja Daud yang menguatkan kepercayaannya pada TUHAN, Allahnya, Pertama. Daud ingin memastikan bahwa apa yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan, bukan dari dorongan emosinya (ayat 8). Kedua. Belum tentu yang menjadi kehendak Tuhan itu dapat berjalan mulus (ayat 10). Ketiga. Kalau Tuhan memimpin ada saja cara-Nya, dan Dia dapat memakai siapapun untuk berbicara serta menyatakan kehendak-Nya (ayat 15). Keempat. Daud memakai hikmat Tuhan untuk memimpin langkah-langkahnya (ayat 17). Kelima. Perkataan yang berhikmat akan menjadi peraturan (ayat 25). Hidup kita akan selalu dimampukan-Nya untuk dapat memberikan legacy / warisan dan juga memiliki value / nilai. Semuanya dibentuk dari kebenaran firman Tuhan / Alkitab. —Pdt. Andreas Rahardjo, Menguatkan Kepercayaan.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Filipus Evano dan Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 1 Yohanes 2: 3-11; Mazmur tg 96: 1-2a.2b-3.5b-6; Lukas 2: 22-35 TAAT UNTUK MENCINTAI, MENCINTAI UNTUK TAAT Tema renungan kita pada ini ialah: Taat Untuk Mencintai, Mencintai Untuk Taat. Ada seorang memasang di status medsos-nya gambar kandang Natal. Ia menulis caption pada gambar itu sebuah kalimat seperti ini: “Bunda Maria dan suaminya Santo Yosef adalah orang-orang yang pasrah. Tuhan menghendaki mereka seperti apa, mereka hanya mengikuti. Semua tanggapan mereka kepada Tuhan adalah ‘taat untuk mencintai, mencintai untuk taat'”. Ketaatan adalah kekuatan mereka. Bayangkan saja, Maria diberitahu sebelumnya bahwa ia mengandung dan melahirkan tetapi tetap perawan. Kemudian pihak Yosef ditaruh di situ untuk menjadi suami meski tidak mengawininya seperti layaknya suami-istri. Plus anak yang sudah dilahirkan tampil sebagai seseorang yang sudah memberikan ciri-ciri sangat luar biasa. Mereka harus menerima semua ini apa adanya. Tetapi ceritanya menjadi lain sama sekali, berubah secara positif dan sejalan dengan yang diinginkan Tuhan, karena sikap dan tanggapan Yosef dan Maria bukan sekedar kemampuan manusiawi. Keduanya taat kepada Tuhan secara total atas semua rancangan terhadap diri dan keluarga yang mereka bentuk. Maksudnya ialah untuk memperkuat cinta di antara mereka ketika tidak ada unsur-unsur badaniah-biologis-psikologis persekutuan pria dan wanita. Misalnya suami yang tahu istri tetap perawan tapi mengandung bukan dari dirinya, ini sangat berpotensi bahaya. Taat kepada Tuhan tanpa syarat merupakan jalan terbaik untuk mempertahankan dan memperkuat persekutuan mereka. Demikian juga halnya ketika kasih di antara mereka begitu kuat, mereka akan memiliki hidup yang berkomitmen, tanggung jawab dan dalam kesetiaan. Salah satu buah dari ketaatan dan cinta Yosef dan Maria ialah tanggung jawab mereka sebagai suami-istri dan orang tua untuk membesarkan Yesus Kristus dalam tata cara adat istiadat, budaya, agama dan kehidupan sosial. Contoh lain yang menghayati ketaatan dan cinta dengan tulus hingga saat akhir hayatnya ialah orang tua Simeon yang menerima dan memberkati kanak-kanak Yesus. Semua penghayatan ketaatan dan cintanya terbayar lunas ketika ia berjumpa dengan Tuhan sendiri. Belajar dari contoh-contoh ini, bagi kita yang paling mendasar ialah menjadikan masing-masing ketaatan dan cinta sebagai sarana untuk mewujudkan yang lain. Kita mencintai melalui ketaatan dan kesetiaan. Misalnya, setia mendengarkan orang tua membuat kita semakin mencintai mereka. Kita juga membiasakan diri untuk hidup taat melalui mencintai. Misalnya, kita sayang kepada orang tua dengan cara selalu menaati mereka. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Di dalam kasih-Mu, ya Bapa yang baik, semoga kami bertumbuh di dalam kesetiaan dan ketaatan iman kami kepada-Mu. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Delivered by Father Peter Tukan, SDB from Salesian Don Bosco Gerak Boleng in Labuan Bajo, Diocese of Ruteng, Indonesia. Exodus 22: 21-27; Rs psalm 18: 2-3a.3bc-4.47.51ab; 1 Thessalonians 1: 5c-10; Matthew 22: 34-40 KEKUATAN CINTA Renungan kita pada hari Minggu biasa ke-30 ini bertema: Kekuatan Cinta. Tuhan Yesus memberikan kita dua hukum, yaitu mencintai Allah dan mencintai sesama. Tugas Yesus ialah untuk menunjukkan kita cinta kasih dari Bapa-Nya. Cinta kasih Bapa ini ia jelaskan dengan begitu mendalam dalam Injil Yohanes bab 15. Di dalam Injil Matius, Ia bahkan mendorong dan menguatkan kita untuk mengasihi bahkan para musuh kita. Di dalam Sabda Bahagia, yang merupakan isi pengajaran cinta kasih yang paling lengkap dan mendalam, Ia menguraikan kekuatan cinta itu. Yesus berkata bahwa kita hanya dapat dikenal sebagai para pengikut-Nya kalau kita dapat saling mengasihi. Dan sebagai bentuk konkret bagaimana cinta itu dihayati, Ia menjadikan diri-Nya sendiri sebagai teladan, yaitu mengorbankan diri-Nya bagi kita ketika Ia wafat di salib. Di dalam Injil Yohanes ia berkata begini: Tak ada kasih yang lebih besar daripada ini. Dari semua pengajaran dan hidup Yesus itu, kekuatan cinta dapat kita rumuskan sebagai berikut. Pertama, Allah Bapa sungguh baik dengan cinta-Nya yang sungguh besar yang tak dapat kita ukur. Ia wujudkan itu dengan mengutus Putera-Nya sendiri ke dalam dunia dan ke dalam hidup kita. Kita mengikuti Yesus dengan setia agar kita masuk ke dalam naungan kasih Bapa. Kedua, kasih itu tak pernah gagal, seperti yang dikatakan oleh Santo Paulus dalam surat pertamanya kepada jemaat di Korintus. Kita manusia pribadi maupun bersama pernah dan nanti bisa gagal. Kita mungkin sering meragukan kemampuan kita sebagai manusia. Tetapi cinta kasih tetap sebagai cinta kasih. Kekuatannya bulat dan abadi. Ia tak pernah gagal. Ketiga, tanpa cinta kita pasti tak bisa apa-apa. Satu contoh sederhana saja, jika tak ada cinta dari Tuhan dan cinta terjalin antara bapa dan ibu kita, pasti kita tidak terlahir di dunia ini. Keempat, cinta mengatasi segala dosa sebanyak dan seberat apa pun. Yesus Kristus telah membuktikan itu, dan kita mestinya tetap mengandalkan cinta kasih untuk melawan kejahatan dan dosa. Kelima, cinta itu bahkan lebih besar daripada iman dan pengharapan. Ketika iman dan pengharapan menjadi goyah atau lemah, perbuatan baik seorang yang tak beriman bisa menjadi tanda keselamatan. Keenam, kasih Tuhan telah dicurahkan ke dalam hati kita melalui Roh Kudus. Tugas Roh Kudus yang ditegaskan oleh Yesus ialah mengobarkan cinta itu di dalam diri kita, dan mengajarkan kita segala kebenaran tentang cinta kasih. Roh Tuhan membimbing kita untuk mencinta sampai mati. Ini semua adalah pelajaran dari kekuatan cinta yang kita dapatkan dalam bacaan-bacaan liturgi pada hari Minggu ini. Selamat berbagi dalam cinta. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa … Allah Bapa maha baik, semoga cinta kasih Kristus menuntut dan mendorong kami untuk membesarkan kerajaan-Mu di bumi ini dan menjadikan semua bangsa murid-murid Yesus Kristus. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
Ini dia Difki Khalif. Sempat menunda selama lima tahun untuk berkarir, kini Difki hadir dengan lagu kelimanya “Denah Rumahmu.” Terdengar unik, Difki siap memberikan warna suara romantisnya dalam industri belantika tanah air. Simak obrolan dan alasan Difki terjun sebagai musisi dalam podcast ANTARA episode kali ini. --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/antaranews-podcast/message
Kelima kekuatan ini sangat penting untuk menunjang pelatihan batin kita.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Dewi Felani dari Paroki Santo Albertus de Trapani, Keuskupan Malang, Indonesia. Kisah Para Rasul 15: 1-6; Mazmur tg 122: 1-2.3-4a.4b-5; Yohanes 15: 1-8 BERBUAH MELIMPAH DI DALAM YESUS Renungan kita pada hari ini bertema: Berbuah Melimpah di Dalam Yesus. Di dalam masa Paskah, selain tema tentang roti hidup dan gembala yang baik, ada juga yang sangat menarik ialah tentang pokok anggur. Tuhan Yesus menjelaskan identitas diri-Nya dengan aneka simbol, dan salah satunya ialah pokok anggur. Intinya, Tuhan sendiri senantiasa menyatu dengan umat-Nya dan memenuhi setiap orang beriman dengan segala karunia-Nya. Kita sebagai umat Allah, dapat melangsungkan hidup di dunia ini sesuai dengan rencana-Nya. Simbol yang pas untuk mengajarkan hal ini ialah pokok anggur. Yesus adalah pokok anggur itu, kita adalah setiap rantingnya, dan Bapa di surga sebagai pemilik. Bahwa di dalam Gereja selalu ada perbedaan pemahaman iman, itu merupakan dinamika hidup ranting-ranting yang sering bergesekkan karena terpaan angin dan timpahan air hujan. Perbedaan-perbedaan itu tidak mungkin merusak kehidupan karena pokok anggur, yaitu Yesus Kristus hanyalah satu. Semua perbedaan pemahaman pasti akan menemukan solusi pada Yesus Kristus saja. Jadi dari pada fokus ke perbedaan-perbedaan, yang lebih utama ialah perhatian kepada buah-buah sebagai hasil kehidupan di dalam Yesus Kristus yang pasti akan mempersatukan dan memajukan kita bersama. Buah-buah ini tentu sangat berguna bagi hidup iman kita. Buah pertama ialah kesucian dan evangelisasi. Kita sebagai pribadi dan umat Allah mengakui kalau kesucian itu adalah cita-cita kita. Kita ingin melihat sendiri bahwa kesucian dari Tuhan itu diterima juga oleh orang lain melalui kegiatan evangelisasi yang kita lakukan. Kedua ialah kemauan dan keberanian untuk memangkas bagian ranting, yaitu pola hidup yang kering dan tak berguna, dibuang dan dibakar. Ini adalah buah koreksi, perbaikan, pertobatan dan pembaharuan diri. Ketiga ialah kesempatan terbuka lebar untuk tumbuh dan menjadi pribadi atau komunitas yang baru setelah dilakukan koreksi dan pembaharuan. Keempat, oleh karena itu kita tentu sangat bahagia untuk selalu terhubung dengan Yesus sebagai pokok anggur, karena terlepas dari Dia akan sangat berbahaya bagi kita. Kelima, jika senantiasa menyatu dengan Yesus, kita bakal berbuah melimpah. Buah-buah itu tidak mungkin berasal dari pohon lain, selain Yesus Kristus sendiri. Keenam, dengan demikian kita mempunyai alasan dasar untuk selalu memuji dan memuliakan Allah dan Bapa kita. Ketujuh, martabat kita sebagai putra-putri Bapa merupakan kedudukan sangat istimewa dan terhormat. Kedelapan, maka itu kita diutus oleh Tuhan untuk pergi dan menghasilkan buah-buah yang berguna, dan kesembilan, tidak hanya berbuah tetapi kita mesti mampu bertahan dalam segala bentuk kesulitan dan penderitaan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa … Ya Tuhan, buatlah kami selalu dapat berbuah yang berguna bagi kami dan sesama kami. Bapa kami yang ada di Surga, dimuliakanlah nama-Mu ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
Berikut adalah Tujuh Pilar yang membuat Doa kita menjadi Efektif: Pertama. Ketidakberdayaan. Kedua. Memuliakan Nama Tuhan. Ketiga. Kerajinan. Keempat. Iman. Kelima. Ucapan Syukur. Keenam. Pantang Menyerah. Ketujuh. Kebersamaan. Apa pun yang kita minta, biarlah itu lahir dari doa-doa yang dibangun setiap hari bersama-Nya. Memang akan datang masa-masa yang sulit, tetapi asalkan Tuhan menjawab doa-doa kita, maka kita akan melaluinya bersama dengan kemenangan yang Dia berikan dalam hidup. —Pdt. Andreas Rahardjo #MDCSurabayaSundayService
A SPECIAL EPISØDE: PENDØSA. Dengerin Podcast Bercanda spesial pengakuan døsa hari ini di pemutar pødcast andalan kalian [All information in this document are protected as the property of the copyright holder (Podcast Bercanda). Use of the information for any other purpose is strictly forbidden when specified by written consent of the copyright holder]
Bagaimana caranya memiliki Hidup yang Berkenan dan Menyenangkan Hati Allah: Pertama. Hidup karena iman dan percaya. Kedua. Mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan juga yang berkenan pada Allah. Ketiga. Mempersembahkan korban syukur pada Allah dengan ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya, dan tetap berbuat baik. Keempat. Menaikkan permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur untuk semua orang. Kelima. Tidak mencari kesukaan, perkenanan, dan hormat dari manusia, tetapi dari Allah. Keenam. Hidup sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam kerajaan Allah yaitu kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus. Marilah kita hidup dengan lebih bersungguh hati lagi dalam menyenangkan hati Bapa di Sorga, karena Dia sudah terlebih dahulu mengasihi kita, dan milikilah habitual fellowship untuk tetap berjalan bersama-Nya, di setiap area dan juga di berbagai musim di dalam hidup kita. —Pdt. Paul Pitoy #MDCSurabayaSundayService
Bagaimana cara Simplify Your Life? Pertama. Senangkan hati Tuhan, jangan berusaha menyenangkan hati semua orang. Kedua. Milikilah sahabat yang baik. Ketiga. Meminta Tuhan mengubah orang lain, dan mengubah diri kita juga. Keempat. Jangan menilai diri lebih. Kelima. Bersyukurlah. Ketika kita mau belajar menyederhanakan hidup, maka menghadapi berbagai musim kehidupan apa pun, kita akan tetap bertahan dan selalu dimampukan-Nya untuk dapat menjadi seorang pemenang. Marilah kita hidup tidak menonjolkan dan tidak mencari kemuliaan bagi diri sendiri. Milikilah hidup yang memuliakan nama Kristus. “Simplify Your Life” —Pdt. Andreas Rahardjo #MDCSurabayaSundayService
25/11/2022 - GRACEWORDS by Pdt. Caleb Hover Bintoro. A Collaboration between GBI ROCK GRIYA JOGJA & GBI ROCK PLUIT
18/10/2022 - GRACEWORDS by Pdt. Caleb Hover Bintoro. A Collaboration between GBI ROCK GRIYA JOGJA & GBI ROCK PLUIT
Rangkuman informasi hoax selama sepekan.
Dari Lukas 5:1-11, kita dapat belajar bersama tentang bagaimana Karakter Seseorang yang Hidupnya Dipakai untuk Melayani Tuhan: Pertama. Rela Berkorban. Melayani bukan hanya melakukan apa yang disukai tetapi juga tidak disukai, dan kita tetap setia melakukannya karena hal tersebut menjadi berkat bagi sesama. Kedua. Bekerja Keras. Orang rajin belum tentu sekejap diberkati, tetapi kita tahu bagaimana akhir cerita hidupnya. Ketiga. Hidup dalam Ketaatan terkadang tidak masuk di akal, tetapi melakukan apa yang menjadi maunya Tuhan sering kali menjadi langkah terakhir terjadinya mukjizat. Keempat. Mau Berbagi dan Menjadi Berkat. Jangan simpan berkat Tuhan hanya untuk diri sendiri, bagikan pada sesama yang membutuhkan. Kelima. Memiliki Kerendahan Hati. There is no limit what God can do to the humble person. Dikasih berkat banyak, puji Tuhan. Dikasih berkat sedikit, tetap setia memuji Tuhan. Keenam. Apakah kita sudah Mengabdi pada Yesus, atau hanya sekadar menjadikan Dia sebagai “pawang berkat”, mengatur Dia untuk mendatangkan berkat hanya sesuai dengan maunya kita? “Dipakai Tuhan untuk Melayani” —Pdt. Andreas Rahardjo #MDCSurabayaSundayService
Melalui kisah Daniel, kita dapat belajar beberapa prinsip yang membuatnya memiliki hidup Tak Tergoyahkan selama hidup di tiga dekade di bawah pemerintahan raja yang berbeda, dan tetap setia dalam mengiring Tuhan. Pertama. Daniel menjaga integritas hidupnya. Kedua. Daniel tidak berfokus pada materi / matre, dan memiliki kebesaran hati untuk berbagi pemberian raja pada tiga temannya. Ketiga. Daniel memutuskan terus bergantung pada Tuhan, dan Dia tidak boleh tergantikan. Keempat. Daniel bergaul lebih karib dengan Roh Kudus, karena Dia yang akan mengajar untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Kelima. Daniel memiliki kebiasaan dalam doanya yakni, “..tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” (ayat 11). Setelah masa pandemi ini, apakah kita sudah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan juga berkenan bagi Allah? Apakah kita sudah ikut apa yang menjadi maunya Tuhan, atau justru Tuhan yang harus ikut apa yang menjadi maunya kita? “Tak Tergoyahkan” —Bp. Mayjen TNI Mindarto #HatiyangMemberi #MDCSurabayaSundayService
Bagaimana caranya membuat Doa Efektif dan setiap kita menerima jawaban doa dari-Nya? Pertama. Diperlukan Ketulusan dalam motivasi hati kita. Kedua. Tetap memiliki Iman dan Keyakinan bahwa Dia masih memiliki seribu satu macam cara untuk menjawab doa. Ketiga. Ada Kesungguhan Hati untuk terus berdoa sampai mengalami terobosan rohani. Keempat. Memiliki Kesabaran, menyadari bahwa waktu Tuhan itu bukanlah waktu kita. Kelima. Memiliki Kedisiplinan dalam berdoa, jangan sampai isi dan kenikmatan dunia mengalahkan jam doa pribadi, pembacaan firman Tuhan, dan juga pertemuan ibadah. Keenam. Menjaga Kebersamaan dalam Berdoa yang nantinya akan menghasilkan kebangunan rohani. A day without prayer is a day without blessing. A life without prayer is a life without power. -Edwin Harvey. “Doa yang Efektif” —Pdt. Andreas Rahardjo #BeritakanKabarBaik #MDCSurabayaSundayService
Bansos Salah Sasaran, Negara Rugi Rp6,9 T Oleh. Mariam (Tim Kontributor Tetap NarasiPost.Com) Voice over talent: Giriyani SS NarasiPost.Com-Kesalahan penyaluran bantuan sosial (bansos) pemerintah yang ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengakibatkan negara rugi hingga Rp6,9 triliun. Menurut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Semester II Tahun 2021 menyebutkan bahwa kesalahan penyaluran bansos terjadi kepada Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan Bantuan Sosial Tunai (BST). (CNNIndonesia.com, 6/6/2022) Penyebab Bansos Salah Sasaran BPK menyebutkan indikasi adanya kesalahan dalam penyaluran bansos pemerintah, disebabkan karena enam faktor. Pertama, penerima bansos tahun lalu yang sudah meninggal tetapi masih terdaftar dan masuk dalam data Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Kedua, penerima bansos yang tidak ada dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Oktober 2020 dan tidak ada pula usulan pemda yang masuk melalui aplikasi Sistem Kesejahteraan Sosial- Next Generation (SIKS-NG). Ketiga, penerima bansos yang bermasalah di tahun 2020 namun masih ditetapkan sebagai penerima bansos di tahun 2021. Keempat, penerima bansos dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang invalid. Kelima, penerima bansos yang sudah dinonaktifkan namun masih tetap diberikan. Dan kesalahan terakhir adalah penerima yang mendapatkan lebih dari sekali atau bersifat ganda. (CNNIndonesia, 6/6/2022) Naskah selengkapnya: https://narasipost.com/2022/06/17/bansos-salah-sasaran-negara-rugi-rp69-t/ Terimakasih buat kalian yang sudah mendengarkan podcast ini, Follow us on: instagram: http://instagram.com/narasipost Facebook: https://www.facebook.com/narasi.post.9 Fanpage: Https://www.facebook.com/pg/narasipostmedia/posts/ Twitter: Http://twitter.com/narasipost
..... Kelima kali, ia menghindar kerana takut, lalu mengatakannya sebagai sabar. Keenam kali, ketika ia mengejek kepada seraut wajah buruk padahal ia tahu, bahwa wajah itu adalah salah satu topeng yang sering ia pakai. Dan ketujuh, ketika ia menyanyikan lagu pujian dan menganggap itu sebagai suatu yang bermanfaat. — Kahlil Gibran
Hai haii!! Kali ini pada episode Kelima ini kita akan Dunia jurnalistik dan pemberitaan di lingkungan UNPAR!! Nahh, kira-kira apa aja sii pemberitaan yang terdapat di UNPAR atau mungkin gimana sih dunia perjunalistikan itu... Nah, pada Episode kali ini SmaPodt akan membahas itu semua bareng Ketua UKM Media Parahyangan 2022 Mohamad Raihan. Eitss!! pada episode kali ini SmaPodt juga ajak ketua Komisi 3 lhoo.. Salwa Tanaya, disini Salwa yang akan nemenin bincang-bincang pada episode podcast ini. Nah!, Pasti banyak banget yang penasaran kan kayak apa sih keseruan podcast episode kali ini dan dunia perjunalistikan di lingkungan kampus. Untuk menjawab penasaran kalian dalam Podcast ini akan dibahas langsung nih dan semoga penasaran kalian terjawabkan yaa!!!
Bismillah Ikuti Kajian Serial Amalan Berpahala Haji via channel YouTube, https://www.youtube.com/c/MuhammadNuzulDzikri/ Insyaa Allah bersama:
Selamat datang di podcast Psychology Ubaya Basketball (PUBCAST). Pada episode Kelima podcast ini, tema yang diangkat adalah "Arti Sebuah Pengabdian" dimana kita akan mendengarkan cerita atau sharing dari bintang tamu spesial kita yaitu Kotaro Hans dari Fakultas psikologi Universitas Surabaya. Nikmati podcast kita yang sudah tersedia di Youtube, dan Spotify kita melalui link dibawah ini! https://linktr.ee/basketpsikoubaya
Berita hari ini: Lin Che Wei, tersangka kelima dalam kasus dugaan korupsi izin ekspor CPO; Jelang Idul Adha, peternak harap vaksin penyakit mulut dan kuku segera disediakan; Lepas masker di tempat terbuka jadi tahap awal transisi dari pandemi ke endemi. --- Baca informasi harian komprehensif lainnya dengan mengunjungi website koran.tempo.co atau mengunduh aplikasi Tempo. Saran & kritik: podcast@tempo.co.id
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Vikti dan Windu dari Gereja Kristus Raja, Paroki Bajiro di Yogyakarta, Keuskupan Agung Jakarta. Kisah Para Rasul 15: 1-6; Mazmur tg 122: 1-2.3-4a.4b-5; Yohanes 15: 1-8 BERBUAH MELIMPAH DI DALAM YESUS Tema renungan kita pada hari ini ialah: Berbuah Melimpah Di Dalam Yesus. Minggu-minggu setelah Paskah memberikan kita siraman rohani dengan tema-tema besar seperti roti hidup, gembala yang baik, rumah Bapa. Khususnya minggu ini dengan ajaran untuk saling mengasihi, kita mendapat suatu pengalaman rohani yang sangat mengagumkan. Intinya, Tuhan sendiri senantiasa menyatu dengan umat-Nya dan memenuhi setiap orang beriman dengan segala karunia supaya baik sebagai pribadi maupun sebagai umat Allah, kita dapat melangsungkan hidup di dunia ini sesuai dengan rencana-Nya. Simbol yang pas untuk mengajarkan hal ini ialah pokok anggur. Yesus adalah pokok anggur itu, kita adalah setiap rantingnya, dan Bapa di surga sebagai pemilik. Bahwa di dalam Gereja selalu ada perbedaan pemahaman iman, itu merupakan dinamika hidup ranting-ranting yang sering bergesekan karena terpaan angin dan timpahan air hujan. Perbedaan-perbedaan itu tak mungkin membahayakan bahkan membinasakan karena pokok anggur, yaitu Yesus Kristus hanyalah satu. Semua perbedaan pemahaman pasti akan menemukan solusi pada Yesus Kristus sendiri. Jadi fokus perhatian kita kepada buah-buah hidup di dalam Yesus Kristus manfaatnya tentu akan mempersatukan dan memajukan kita bersama. Buah-buah ini tentu sangat berguna bagi hidup iman kita. Buah pertama ialah kesucian dan evangelisasi. Kita sebagai pribadi dan umat Allah mengakui kalau kesucian itu adalah cita-cita kita, yang sangat didukung oleh evangelisasi. Kedua ialah keberanian dan kemauan untuk memangkas bagian hidup yang kering dan tak berguna, dibuang dan dibakar. Ini dibuat melalui koreksi, perbaikan dan pertobatan. Ketiga ialah kesempatan terbuka lebar untuk tumbuh dan menjadi pribadi atau komunitas yang baru, setelah ada koreksi dan pembaharuan. Keempat, oleh karena itu kita tentu sangat bahagia untuk selalu terhubung dengan Yesus sebagai pokok anggur. Kelima, jika senantiasa menyatu dengan Yesus, kita bakal berbuah melimpah. Keenam, dengan demikian kita mempunyai alasan dasar untuk selalu memuji dan memuliakan Allah dan Bapa kita. Ketujuh, status kita sebagai pengikut Kristus dan putra-putri Bapa merupakan kedudukan sangat istimewa dan terhormat. Kedelapan, maka itu kita diutus oleh Tuhan untuk pergi dan menghasilkan buah-buah yang berguna, dan kesembilan, tidak hanya berbuah tetapi kita mesti mampu bertahan dalam segala bentuk kesulitan dan derita. Marilah kita berdoa. Ya Bapa maha murah, pandanglah kami dengan kuasa dan kasih-Mu, supaya kami selalu terkait dengan pokok anggur, yaitu Tuhan kami Yesus Kristus. Tanpa bersama Dia, kami akan kehilangan arah menuju kepada-Mu. Berkatilah kami selalu untuk intensi persekutuan ini. Amin. Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
"Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu. Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: "Jangan ribut, sebab ia masih hidup." (Kisah Para Rasul 20:7-10) Renungan: Sebagai persiapan menghadapi banjir musiman yang bakal tiba, gubernur di suatu propinsi bertanya kepada seorang Pastur tentang kemungkinan berapa banyak orang yang bisa tidur di gerejanya nanti jika gerejanya dipakai sebagai tempat pengungsian. Pasti pun menjawab, "Kalau di ibadah pada hari Minggu, biasanya sih yang tidur antara 30 sampai 50 orang, Pak." Memang ini hanyalah sebuah humor tetapi tidak sedikit orang yang menjadikan gereja sebagai tempat tidur yang nyaman. Demikian juga dengan Eutikhus yang tertidur pada saat mendengarkan khotbah Paulus. Usahanya untuk mendengarkan Paulus sampai larut malam jelas melampaui daya tahan Eutikhus yang sudah sangat lelah. Lukas penulis Kisah Para Rasul mencatat, ".... orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap...." Ada beberapa hal yang dapat membuat Eutikhus ini tertidur. Pertama, saat itu sudah terlalu malam. Tetapi mengapa hanya dia saja yang mengantuk dan tertidur sedangkan yang lain tidak? Kedua, Paulus amat lama berbicara. Ada orang-orang yang bahkan menyalahkan Paulus. Tetapi jika kita perhatikan ini ini tidak benar karena setelah peristiwa Eutikhus, Paulus bahkan masih meneruskan kotbahnya sampai pagi dan orang-orang yang lain masih tetap mendengarkan. Ketiga, ia lelah bekerja sepanjang hari sehingga fisiknya tidak kuat untuk begadang semalam suntuk. Keempat, karena penerangan dalam ruangan itu memakai banyak lampu yang membuat udara dalam ruangan itu berasap dan pengap, ia lalu duduk di dekat jendela mencari angin segar. Tetapi justru ia mendapatkan angin yang sepoi-sepoi, sehingga membuatnya mengantuk dan tertidur. Karena itu perhatikanlah pada waktu mencari tempat duduk di dalam gereja, jauhilah sorotan angin AC dan orang yang selalu mengajak bicara pada waktu ibadah. Kelima, mungkin karena ia kurang rindu pada firman Tuhan! Pernahkah kita melihat orang yang tertidur bukan karena terlalu lama Pastur berkotbah, tetapi begitu Pastur naik ke mimbar ia sudah tertidur? Kejadian ini disebut sebagai "anchoring" atau "terjangkar". Pikiran orang tersebut sudah terjangkar atau terpaku kepada kondisi jika Pastur naik ke mimbar maka saat itulah jam tidur kita dimulai. Mengapa bisa terjadi hal seperti ini? Ini terjadi karena kebiasaan. Mulanya bisa saja disebabkan karena khotbah yang membosankan dan fisik yang capek, sehingga membuatnya tertidur. Tetapi jika hal ini terjadi berulang-ulang, maka tertidur di gereja ini akan menjadi kebiasaan. Begitu melihat Pastur naik ke mimbar, rasa kantuk mulai terasa. Begitu Pastur mulai berkhotbah, ia segera tertidur. Hal ini sama seperti "ingat beras ingat cosmos" hanya saja disini "ingat Pastur ingat tidur". Harus ada kemauan yang kuat untuk memprogram ulang kebiasaan tidak baik ini. Paksakan diri kita untuk mendengarkan firman Tuhan, jika kita berhasil memaksakan kebiasaan baik ini, maka kita tidak akan pernah tertidur lagi di gereja. Tuhan Yesus memberkati. Doa: Tuhan Yesus, tolonglah aku agar dapat berkonsentrasi penuh saat beribadah kepada-Mu, khususnya saat mendengarkan firman-Mu. Amin. (Dod).
"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23) Renungan: Seseorang berkata, "Abaikan tubuhmu maka ia akan memburuk, abaikan mobilmu maka ia akan rusak, tontonlah televisi di setiap jam senggang maka daya pikirmu akan menurun." Apapun yang secara sadar tidak dirawat dan diperbaharui akan rusak, menjadi tidak teratur dan memburuk. Artinya, jika kita ingin hidup dan dibentuk menjadi pribadi yang efektif, kita harus keras pada diri sendiri, yaitu membiasakan diri melakukan hal-hal yang berguna. Ada 7 kebiasaan baik di bawah ini yang bisa kita lakukan: Pertama, setiap hari memberi makanan yang segar bagi jiwa dan roh kita. Secara khusus kita mengambil waktu untuk berbincang-bincang dengan Tuhan di dalam doa dan pembacaan firman. Kita pun dapat meluangkan waktu untuk membaca buku, koran atau majalah untuk memperluas wawasan kita. Semua itu menjadi jendela untuk melihat dunia luar. Kedua, kita memelihara tubuh setiap hari. Makanlah makanan yang sehat sesuai dengan kebutuhan kita. Kita juga dapat beristirahat secukupnya dan berolahraga. Ketiga, kita belajar memprioritaskan keluarga. Luangkan waktu untuk bersenda-gurau, berbincang-bincang dari hati ke hati, makan atau membaca bersama anggota keluarga akan menjadi pilihan terbaik yang dapat kita jalani setiap hari. Keempat, kita akan bekerja seefektif mungkin. Bekerja akan membuat kita berusaha untuk menggali dan menggunakan kemampuan serta keahlian yang kita miliki. Bekerja membuat hidup kita lebih berarti dan kemalasan hanya mendatangkan kemiskinan. Kelima, kita berhati-hati dengan perkataan kita. Ketika berkomunikasi dengan orang lain, kita dapat mengendalikan kata-kata kita dan meyakinkan diri untuk tidak terlibat dalam hal gosip. Dengan kesungguhan hati kita akan meminta Tuhan untuk berjaga-jaga di pintu bibir kita, karena tanpa penguasaan diri yang dari Tuhan, lidah kita pasti terpeleset, "Awasilah mulutku, ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku!' (Mazmur 141:3). Keenam, kita tidak membalas perbuatan jahat yang dilakukan orang lain. Bila seseorang yang kita jumpai hari ini berlaku kasar, tidak sabar atau tidak ramah, kita tidak akan berlaku demikian kepadanya. Kita dapat berdoa agar Tuhan memberkati musuh kita dengan perubahan sikap. Hal ini akan menyehatkan tubuh dan jiwa kita. Ketujuh, kita dapat memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Kita belajar melakukan golden rule, yaitu memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan (Matius 7:12). Kita dapat mendukung dan memotivasi orang yang kita temui. Dengan sikap senyum dan kata-kata yang membangun, kita dapat mendukung orang-orang disekitar kita untuk maju. Dengan demikian kita akan membuat perbedaan bagi mereka di dalam menjalani hidup yang penuh dengan pergumulan ini. Tuhan Yesus memberkati. Doa: Tuhan Yesus, hari ini ada banyak hal baik yang bisa aku kerjakan untuk kemajuan hidupku, sesama dan pekerjaanku. Mampukanlah aku untuk melakukan semuanya itu. Amin. (Dod).
Penceramah Radikal dan Narasi Pengadang Kebangkitan Islam Global Oleh. Isty Da'yah Voice over telent: Giriyani NarasiPost.Com-Narasi radikal kembali menjadi gorengan yang dijajakan untuk membuat stigma negatif terhadap Islam. Kali ini narasi radikal menyasar kepada para penceramah. Ulama-ulama yang dikenal sering menyampaikan kritik terhadap pemerintah dan menyampaikan penerapan syariat Islam, kini menjadi sasaran stigma radikal. Penyematan stigma kepada penceramah radikal ini semakin menunjukkan potret pemerintahan yang represif. Pemerintah tidak segan-segan menggunakan instrumen hukum untuk menekan penceramah yang distigma radikal oleh rezim. Pemerintah terus-menerus mengaruskan kepada publik agar waspada terhadap kelompok dan tokoh radikal. Padahal sudah menjadi rahasia umum, yang mereka tunjuk adalah kelompok dan tokoh yang kritis terhadap kezaliman, dan mengajukan solusi untuk perbaikan negeri. Narasi radikal sepertinya menjadi jurus jitu untuk membuka jalan agar masyarakat mudah untuk menerima segala sesuatu yang diputuskan pemerintah. Baik benar atau salah, apa pun yang dari pemerintah harus diikuti. Sehingga perlu bagi presiden untuk memberi pernyataan, supaya keluarga personel TNI dan Polri tidak mengundang penceramah radikal, dengan mengatasnamakan demokrasi. (Kompas.com, 1/3) Sementara itu, dilansir dari CNN Indonesia (5/3/22), menanggapi pernyataan tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), mengeluarkan ciri-ciri penceramah radikal yaitu: Pertama, mengajarkan anti-Pancasila dan pro ideologi khilafah atau ingin mendirikan negara Islam. Kedua, mengajarkan paham takfiri atau mengafirkan pihak lain yang berbeda paham atau agamanya. Ketiga, menanamkan sikap antipemimpin/pemerintahan yang sah. Keempat, memiliki sikap intoleran/ eksklusif terhadap lingkungan. Kelima, mempunyai pandangan antibudaya atau kearifan lokal. Dari ciri-ciri penceramah radikal yang disebutkan oleh BNPT di atas, justru bisa menimbulkan perpecahan antarumat muslim. Sehingga wajar jika banyak yang mengkritisi hal tersebut. Karena ungkapan tersebut seakan mengkriminalisasi ajaran Islam agar semakin dijauhi. Naskah selengkapnya: https://narasipost.com/2022/03/12/penceramah-radikal-dan-narasi-pengadang-kebangkitan-islam-global/ Terimakasih buat kalian yang sudah mendengarkan podcast ini, Follow us on: instagram: http://instagram.com/narasipost Facebook: https://www.facebook.com/narasi.post.9 Fanpage: Https://www.facebook.com/pg/narasipostmedia/posts/ Twitter: Http://twitter.com/narasipost
Ada Apa di Balik Isu Radikalisme? Oleh.Novianti Voice Over Talent: Dewi fitriana NarasiPost.Com-Isu radikalisme sering dinarasikan dan makin menguat di era pemerintahan Joko Widodo. Baru-baru ini, presiden kembali memperingatkan bahaya radikalisme di hadapan jajaran TNI dan Polri agar tidak mengundang penceramah radikal. (nasional.kompas.com, 02/03/2022) Untuk menguatkan arahan presiden, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Ahmad Nurwakhid, menyebutkan beberapa indikator penceramah radikal. Pertama, yang menyebarkan ide prokhilafah international. Kedua, yang mengajarkan pemahaman takfiri yaitu mengafirkan orang lain yang berbeda pemahaman. Ketiga, menanamkan sikap antipemerintah yang sah. Keempat, memiliki sikap ekslusif terhadap lingkungan. Kelima, berpandangan antibudaya atau kearifan lokal. (kabar24.bisnis.com, 07/03/2022) Dilansir oleh CNNIndonesia, Ketua Umum YLBHI, Muhammad Isnur, mengungkapkan isu radikalisme merupakan upaya pembungkaman terhadap pihak-pihak yang sering mengkritisi kebijakan pemerintah. Ketua MUI, Cholil Nafis, juga mengingatkan agar hal ini tidak ditujukan kepada para penceramah yang selama ini melakukan kritik dalam rangka amar makruf nahi munkar. Ketua Umum Presidium Alumni 212, Slamet Maarif, juga menilai BNPT otoriter mau merasa benar sendiri, bahkan terkesan islamfobia. Kecurigaan bahwa pemerintah mengalami islamofobia memang beralasan. Tuduhan radikalisme secara jelas ditujukan pada mereka yang selama ini getol menyuarakan khilafah. Mereka dianggap berbahaya dan ancaman bagi keutuhan NKRI. Padahal, khilafah sendiri adalah pembahasan yang sudah ada dalam kitab para ulama sehingga penentangan terhadap khilafah sama artinya mengingkari ajaran Islam itu sendiri. Naskah selengkapnya: https://narasipost.com/2022/03/15/ada-apa-di-balik-isu-radikalisme/ Terimakasih buat kalian yang sudah mendengarkan podcast ini, Follow us on: instagram: http://instagram.com/narasipost Facebook: https://www.facebook.com/narasi.post.9 Fanpage: Https://www.facebook.com/pg/narasipostmedia/posts/ Twitter: Http://twitter.com/narasipost