POPULARITY
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Shendy Jost dari Paroki Santo Albertus Agung di Keuskupan Agung Makassar, Indonesia. Kisah Para Rasul 11: 1-18; Mazmur tg 42: 2-3; 43: 3.4; Yohanes 10: 1-10.GEMBALA YANG BAIK BERBAU DOMBANYA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Gembala Yang Baik Berbau Dombanya.Paus Fransiskus pernah mengujar satu himbauan sekaligus ajaran kepada seluruhGereja, dan secara khusus ditujukan kepada para Uskup dan imam, bahwa merekaharus berbau seperti domba-dombanya. Ajarannya itu sampai kini selalu menjadikutipan berbagai pihak di dalam Gereja Katolik. Paus sedang mengajarkan tentangiman yang terlibat dan menyatu dengan hidup yang nyata. Maksudnya ialah supaya tugas kepemimpinan dan pelayanan itu tidak meluluhmenempatkan orang di dalam kantor, rumah, di belakang meja, di forum diskusi,rapat dan perencanaan. Seperti Yesus Kristus sang Gembala sejati, siapa punkita yang mengikuti Dia, mesti dapat meneladani-Nya. Hal ini diungkapkan olehempat orang anak, dua perempuan dan dua laki-laki kakak-beradik. Mereka sangatmengagumi dan mengidolakan kedua orang tuanya. Masing-masing bersaksi bahwabapak dan ibunya mengasihi setiapanaknya secara pribadi dan memperlakukan masing-masingnya sesuai keadaan dankarakternya. Masing-masingnya mengatakan bahwa nanti memilih jodoh, profilwanita atau pria pasangannya kurang lebih mengikuti pribadi bapak dan ibunyasendiri. Ciri gembala yang berbau dombanya adalah seperti yang dilakukan oleh bapakdan ibu tadi. Orang atau pihak yangdilayani diberikan rasa betah, dikasihi, dan dimajukan. Pertama-tama karena mereka berbuat sepertiYesus, yang tidak memilih-milih orang untuk dilayani. Perlakuan setiap orangsecara pribadi dan perhatian kepada semua yang memerlukan kasih, merupakan carakonkret seorang gembala mengalami bau dombanya. Kondisi dan pengalaman konkretsetiap dan semua orang yang diperhatikan atau dilayani, dirasakan dan dimilikijuga si pelayan atau pekerja. Nilai spesial untuk gembala yang baik yang berbau dombanya, ialah bahwaTuhan tak jijik dan menyerah dengan bau domba-domba yang diperhatikan. Diamalah suka dengan bau domba-domba itu. Bau mereka yang berbeda-beda itu sangatdisukai dan nantinya diubah dalam keharuman kasih dan kerahimanNya. Domba-dombabukan hanya di dalam kandang, tetapi juga di luar kandang, semuanyadigembalakan oleh Yesus. Demikian juga santo Petrus yang berhasil membawa orangorang yang di luar batas teritori Yahudi, untuk menjadi anggota Gereja Perdana. Gembala yang berbau dombanya belum semuanya terealisasi saat ini. Kita hendaknyatetap berdoa dan berharap supaya para gembala khusus, yaitu yang tertahbis dangembala umum umat beriman, menjadikan ini sebagai tantangan dalam membawabanyak domba lainnya ke dalam Gereja. Semua bau mereka mesti menarik kita semuamembawa mereka kepada Kristus.Marilah kita berdoa... Dalam nama Bapa...Tuhan Yesus Kristus,perkuatkanlah kami dengan semangat-Mu supaya kami dapat menjadi domba-dombayang baik dan dapat membawa domba-dombalain untuk datang kepada-Mu dan menikmati suka cita di dalam Dikau. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Tirto, Hendry, Rini dan Pater Peter, SDB dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Kisah Para Rasul 13: 14.43-52; Mazmur tg 100: 2.3.5; Wahyu 7: 9.14b-17; Yohanes 10: 27-30.GEMBALA DAN DOMBA YANG BAIK Tema renungan kita pada hari Minggu Paskah ke-4 ini ialah: Gembala danDomba Yang Baik. Hari ini, menurut tradisi Gereja adalah hari Minggu Gembalayang Baik. Gereja merayakanan ini dengan kegiatan Minggu panggilan. Kita semuapaham bahwa para gembala dan pelayanan Gereja dan Masyarakat merupakan buahdari sebuah proses pembinaan orang-orang terpilih dan terpanggil. Mereka adalahpria dan wanita yang ingin menjawab panggilan Tuhan secara khusus yang disebutpanggilan imamat dan hidup membiara. Kata gembala dari bahasa Latin pastor, dan bahasa Inggris shepherd, menunjukpada diri Yesus Kristus, Gembala agung dan utama. Yesus mengatakan sendiritentang ini dalam Injil Yohanes pada hari ini. Ia lalu jadikan kita semuadomba-domba gembalaan-Nya. Bagi kita di dalam Gereja Katolik, misi YesusKristus sebagia gembala menjadi sebuah tugas partisipatif, yang berarti bahwamereka yang terpilih itu mengambil bagian dalam misi Yesus sendiri. Itulahmengapa kita memiliki Gereja dan ada perutusan yang diberikan Yesus dan Gereja. Partisipasi ini berwujud pada beberapa tingkat. Paus yang menggantikanposisi rasul Petrus, para Uskup yang menggantikan para rasul dapat kita katakanmereka adalah para gembala lingkaran pertama yang melanjutkan penggembalaanYesus Kristus. Sampai saat ini mereka menduduki tahta kepemimpinan GerejaUniversal dan Gereja Lokal. Jabatan yang menyusul ialah para imam yangberpartisipasi dalam tugas imamat Uskupnya. Ada imam diosesan yang bekerja dikeuskupan masing-masing dan imam tarekat yang bekerja melalui perutusan tarekatmasing-masing. Tingkat yang lebih luas ialah para biarawan dan biarawati, yang jugamemiliki perutusan dalam membesarkan Gereja, merawatnya dan sebagai saksi hidupKerajaan Allah. Dan yang lebih luas lagi ialah setiap orang pengikut Kristusyang memiliki tanggung jawab untuk berada bersama, menemani dan menjaga sesamadi sekitarnya. Setiap orang dibaptis untuk menjadi gembala bagi sesamanya yanglain. Ia harus berpartisipasi pada penggembalaan Kristus. Menurut inspirasi bacaan liturgi hari ini, perhatian gembala kepadadomba-dombanya dapat diringkaskan menjadi tiga. Pertama, gembala mengenaldomba-dombanya. Mengenal, mengetahui dan memahami merupakan bentuk-bentuk kasihsayang dan perhatian. Kedua, perhatiangembala yang lebih tinggi derajat dan kualitasnya ialah kalau ia berkorban demikebaikan dan keselamatan orang-orang yang disayanginya. Ketiga, gembala peduliakan kenyamanan dan keselamatan jiwa mereka yang ia perhatikan. Jadi, kitasebagai pengikut Kristus yang terpanggil dan terbentuk dalam seluruh perjalananiman di dunia ini adalah gembala. Kristus sendiri yang akan memampukan kitauntuk menjadi gembala.Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Allah dan Tuhan kami, jadikanlah kamidomba-domba yang benar dan baik di dalam Gereja-Mu. Bapa kami yang ada di surga... Dalam nama Bapa ...
Dalam 8 menit, anda paham mengapa Gereja Katolik punya gelar Bunda Allah untuk Ibu Maria dan mengapa Maria Theotokos menjadi ajaran dogmatik.
Apa dan bagaimana sebenarnya dosa asal itu? Apakah ia punya landasan alkitabiah atau hanya karangan Gereja Katolik saja?
Paus Fransiskus pada hari Kamis bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Vatikan. Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Vatikan, pertemuan tersebut membahas kontribusi bantuan yang dilakukan oleh kelompok sosial Gereja Katolik di Palestina dalam mengatasi krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Juan dan Loly dari Paroki Santa Maria Bunda Tak Bercela Orong di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. 1 Korintus 9: 16-19.22-23; Mazmur tg 117: 1.2; Markus 16: 15-20 CELAKA KALAU TIDAK MEMBERITAKAN INJIL Tema renungan kita pada hari ini ialah: Celaka Kalau Tidak Memberitakan Injil. Gereja Katolik di Indonesia memandang spesial santo Fransiskus Xaverius. Misionaris asal Spanyol itu ikut menanamkan benih iman Kristiani di negeri kepulauan Indonesia. Ia tinggal di beberapa wilayah di Indonesia. Ia juga menjangkau sejumlah wilayah tetangga seperti Jepang, Cina, dan India. Setelah mengalami kematian sebagai martir di daerah sekitar perbatasan antara Tiongkok dan India, umat Kristen kemudian mengabadikan jenasahnya secara utuh yang masih tersimpan sampai sekarang di kota Goa, di India Timur Laut. Sebelum datangnya Fransiskus di sejumlah wilayah Asia, cerita lisan menuturkan bahwa ada sejumlah wilayah di Asia, dan juga Indonesia sudah didatangi lebih dahulu oleh beberapa misionaris. Berkat periode yang lebih awal itu, orang-orang Asia nampaknya mengalami suatu “Adven” akan Gereja Katolik dan pewartaan Injil. Mereka menantikan saat tepat untuk pewartaan Injil, terbentuknya komunitas Kristiani, dan persekutuannya dengan Gereja Universal. Pada masa penyebaran Injil oleh Fransiskus, sebuah potret Gereja Universal sudah tampak. Surat-surat yang Fransiskus kirim ke pimpinannya, Ignasius Loyola yang berada di Roma dan Eropa, sungguh menggambarkan bagaimana Fransiskus ingin melebarkan pewartaan Injil ke seluruh dunia dan tetap terhubung dengan Gereja Katolik yang utuh di bawah kepemimpinan Santo Petrus, yaitu dalam diri Paus yang berkedudukan di Roma. Semangat Fransiskus ini sangat mirip dengan Santo Paulus dalam kisah-kisahnya di Perjanjian Baru. Kalimat ungkapan Paulus yang terkenal: “Celakalah aku kalau tidak memberitakan Injil” dipraktekkan oleh Fransiskus. Orang-orang Asia, khususnya Gereja Katolik sangat mencintai Fransiskus. Bahkan untuk Gereja Katolik Indonesia, setiap tanggal kematiannya, 3 Desember, adalah sebuah pesta dalam liturgi. Ini berarti tempat Fransiskus ada di jantung hati-kehidupan iman Gereja Katolik Indonesia. Orang Asia dengan sangat mencintainya, sampai-sampai tempat sucinya di kota Goa India menjadi tempat ziarah rohani tingkat dunia, dan jenasahnya tersimpan di sana, bukan dibawah untuk disimpan di Eropa, atau khususnya di basilika Santo Ignasius Loyola di kota Roma. Fransiskus Xaverius adalah seorang martir Santo yang penuh dengan semangat “Adven”. Ia menginspirasikan seluruh Gereja dan kita masing-masing untuk merentangkan tangan dan melangkahkan kaki demi menjangkau orang lain yang belum dekat dengan Tuhan, supaya hidup kita semua selalu dalam siap-sedia, karena Tuhan akan kunjungi kita pada saat yang tidak kita sadari. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan semoga pada hari ini semangat hidup santo Fransiskus Xaverius memenuhi diri kami masing-masing, keluarga, komunitas, masyarakat dan Gereja kami. Salam Maria... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Suster Maria Elsia PRR dan Suster Maria Gerardia PRR dari Komunitas Novisiat PRR di Keuskupan Agung Dili, Timor Leste. Efesus 1: 1-10; Mazmur tg 98: 1.2-3ab.3cd-4.5-6; Lukas 11: 47-54 KEBENARAN IMAN KITA Tema renungan kita hari ini ialah: Kebenaran Iman Kita. Santo Ignasius dari Antiokhia adalah seorang pembela Kristus dan Injil. Ia mempertahankan itu hingga mati sebagai martir. Ia menggantikan rasul Petrus sebagai kepala Gereja di Antiokhia (sekarang daerah Turki). Ia yang pertama menggunakan istilah Gereja Katolik dalam kotbah dan tulisannya. Di bawah kekuasaan Romawi, kaisar Trajan yang sedang berkuasa memerintah supaya Ignasius dibawa ke Roma untuk menjalani hukuman mati, karena ia begitu giat dan penuh semangat berkhotbah mewartakan Kristus kepada semua orang. Hukuman mati yang dikenakan kepadanya ialah supaya dirinya dimasukkan ke dalam arena sirkuit binatang buas, dan tubuhnya dibiarkan dimakan oleh binatang-binatang itu. Di dalam perjalanan ke Roma, ia singgah di beberapa wilayah dan berjumpa dengan umat Kristiani. Ia menghibur dan memperkayai mereka dengan ajaran-ajaran Kristiani. Ia menulis surat kepada kelompok umat Kristen yang berbeda-beda, supaya menguatkan iman mereka. Ia ibaratkan kalau tubuhnya yang akan dicabik-cabikkan oleh binatang adalah seperti tubuh Kristus sendiri dalam ekaristi. Hukuman mati itu ia jalani pada tahun 107 Masehi. Para penguasa dan penjahat yang menghukum mati Santo Ignasius adalah mereka yang sama tujuannya dengan para musuh Yesus Kristus. Hukuman mati atas Yesus Kristus ditandai dengan penyaliban di Golgota. Salib itu menjadi jembatan bagi kita untuk sampai ke surga. Salib memperkuat iman Kristen yang membenarkan kita dan bukan hukum. Menurut hukum, salib adalah sebuah konsekuensi atas tindakan kejahatan yang sangat besar. Ujungnya ialah kematian yang sangat tidak bermartabat. Tetapi menurut iman tidak demikian. Salib Yesus Kristus membenarkan bahwa panggilan kita menjadi pengikut Kristus sudah dirancang oleh Tuhan Allah, bahkan sebelum jagat raya dijadikan, demikian kata Santo Paulus dalam bacaan pertama hari ini. Kita sudah ditentukan oleh Tuhan Yesus bahwa kita adalah milik-Nya dan untuk menjadi sempurna seperti Dia, kita wajib melalui salib. Setiap orang terpanggil yang tidak mengakui salib, ia bukan seorang pengikut Kristus yang sesungguhnya. Salib menandakan kerahiman Tuhan yang selalu abadi. Setiap kali kita berdosa, kita datang kepada Tuhan yang mempunyai belas kasih dan pengampunan yang tidak pernah habis. Meskipun misalnya kita lupa dan tidak menerima sakramen-sakramen, kebenarannya tidak pernah hilang karena tidak dihiraukan atau tidak diberi perhatian oleh kita. Kebenaran iman melampaui semua jenis kebenaran yang berdasarkan sudut pandang berbeda-beda, yang datang dan pergi dari waktu ke waktu. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat ingin sekali menghalangi kebenaran itu dan mereka tidak berhasil. Kebenaran iman menentukan layak tidaknya kita sebagai manusia dan umat Tuhan yang benar. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, terimalah persembahan diri kami pada hari ini dan sucikanlah kami. Salam Maria... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Tirto, Rini, Hendry dan Pater Peter, SDB dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Bilangan 11: 25-29; Mazmur tg 19: 8.10.12-13.14;Yakobus 5: 1-6; Markus 9: 38-43.45.47-48 TUBUH KITA: JALAN KE SURGA ATAU KE NERAKA Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa yang ke-26 ini ialah: Tubuh Kita: Jalan ke Surga atau ke Neraka. Ada faham Filsafat kuno yang mengatakan bahwa tubuh manusia adalah jahat, sedangkan jiwa manusia baik dan suci. Faham ini mengajarkan manusia untuk tidak memperhatikan tubuh dan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang. Sebaliknya manusia harus menghargai dan memuliakan jiwa, karena jiwa merupakan tanda kesempurnaan manusia sendiri. Jadi ada pemisahan yang radikal antara tubuh dan jiwa. Konsep pemikiran tentang diri manusia ini mempengaruhi pemikiran dan pembentukan konsep tentang manusia di dalam ajaran Gereja Katolik. Tetapi Gereja Katolik tidak bersikap naif untuk menerima dan memberlakukan faham filsafat kuno tersebut. Ajaran Gereja Katolik sesungguhnya tetap berpatokan pada ajaran Tuhan Yesus Kristus tentang tubuh manusia. Di dalam bacaan Injil pada hari ini, Tuhan Yesus antara lain menegaskan bahwa tubuh manusia yang berhubungan langsung dengan dunia yang rapuh dan fana, tentu saja terpengaruh dan bisa saja kalah atas kekuatan godaan dunia ini yang luar biasa dahsyat. Biasanya indera manusia yang menjadi pintu masuk godaan-godaan tersebut. Setan sebagai pemimpin semua tindakan pencobaan dan godaan, menemukan titik lemah dalam satu atau dua bagian tubuh manusia, lalu ia masuk dan memperdayai seseorang. Di sini Tuhan Yesus tidak mengajarkan bahwa seluruh tubuh itu jelek atau jahat. Yang menjadi masalah ialah ketika manusia tidak menjaga fungsi-fungsi tubuhnya dengan sesungguhnya. Jika ia menggunakan salah satu matanya untuk melihat kejahatan dan ia mengikuti pengaruh jahat itu, Yesus berkata bahwa buanglah satu mata yang jahat itu. Lebih baik masuk surga dengan hanya satu mata, daripada dengan mata lengkap tetapi nanti dibuang ke dalam neraka. Jika kedua tangan menjerumuskanmu ke dalam dosa, potong saja itu dan buanglah, dan dirimu masuk ke dalam surga tanpa dengan kedua tanganmu. Di dalam kitab Bilangan pada hari ini, dikisahkan bagaimana mata orang-orang di sekitar Musa melihat sesuatu yang tidak berkenan dan hal itu menyebabkan iri hati di dalam diri mereka. Musa mengingatkan mereka bahwa mereka harus lebih bijaksana dalam menanggapi apa yang mereka lihat. Tanggapannya harus positif dan berkenan kepada Tuhan. Jangan pernah memberi tanggapan dan pandangan yang bertentangan dengan jalan Tuhan. Santo Yakobus menegaskan di dalam bacaan kedua hari ini bahwa tubuh manusia atau khususnya indera kita berjarak dekat sekali dengan semua harta dan kenikmatan dunia ini. Gampang sekali tubuh itu terlena atau tergoda untuk mengejar dan mengumpulkannya. Jika begini kenyataannya, maka tubuh itu telah menutup jalan bagi masuknya kebijaksanaan dan rahmat Tuhan ke dalam pribadi manusia. Ia akan terhalang untuk masuk ke dalam surga. Maka kita sepatutnya mengikuti apa yang dikatakan oleh rasul agung kita, Santo Paulus, bahwa tubuh kita ialah rumah Tuhan. Di dalam tubuh kita ada satu bagian yang telah ditetapkan oleh Tuhan untuk menjadi tempat Ia berdiam. Itu adalah nurani kita. Jadi kita seharusnya berkewajiban untuk menjaga tubuh kita agar tidak ternodai oleh pengaruh jahat apa pun di dalam dunia ini. Kalau tubuh kita sehat, jiwa kita pun sehat. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan, mampukanlah kami untuk menggunakan fungsi tubuh kami secara baik dan benar, demi memberi kemuliaan-Mu yang lebih besar. Bapa kami ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Tarsisius Tarsan dan Ni Made Sumirati dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. 2 Korintus 9: 6-10; Mazmur tg 112: 1-2.5-9; Yohanes 12: 24-26 PELAYANAN YANG TULUS Tema renungan kita pada hari ini ialah: Pelayanan Yang Tulus. Santo Laurensius, pada waktu menjadi Diakon di Roma dan bekerja bersama dengan Paus Sixtus II pada abad ke-3, memberikan kita model pelayanan yang tulus. Tugas utamanya ialah mendampingi, mengasuh dan merawat orang-orang sakit, cacat dan terlantar. Setelah Paus Sixtus II mati terbunuh sebagai martir, Laurensius dituduh oleh penguasa sipil bahwa ia menyembunyikan harta benda Gereja. Maka ia harus dihukum mati oleh penguasa Kekaisaran Roma. Pada waktu hendak digiring menuju tempat hukuman mati, semua anak dan orang yang diasuh dan dipeliharanya mengikuti dia. Mereka semua itu adalah “harta kekayaan” yang dimiliki Gereja, dimiliki oleh Paus, dan dimiliki oleh Diakon Laurensius. Sungguh menakjubkan. Kita bisa bayangkan bahwa tuduhan terhadap Laurensius salah, dan para penguasa sipil serta algojo yang akan mengeksekusi Laurensius dibuat heran, bahwa harta kekayaan Gereja sebenarnya ialah manusia-manusia yang tidak berdaya. Sampai saat ini, Gereja Katolik mempunyai perhatian yang sangat istimewa kepada orang-orang sakit dan miskin. Banyak jenis orang-orang yang dalam kategori serba kekurangan masih ada di sekitar kita, di dalam masyarakat, dan di dalam Gereja kita. Tuhan Yesus pernah memberi teguran kepada Yudas Iskariot di dalam sebuah percakapan, kata-Nya “karena orang-orang miskin selalu ada padamu” (Matius 26:11), yang bagi Gereja sepanjang masa telah menjadi harta yang paling istimewa. Karya pelayanan sosial dan ekonomi yang dilakukan Gereja sungguh menjadi penekanan utama karya Gereja di dalam dunia. Setiap ajaran magisterium selalu memberikan catatan dan usulan praktis bagi para anggota Gereja untuk menjalankan kewajiban yang mulia ini. Kita sebut saja Anjuran Apostolik Paus Fransiskus terbaru Laudate Deum tentang bahaya rusaknya lingkungan hidup dan perubahan iklim, Paus menggarisbawahi kaum lemah dan kecil yang paling terdampak. Mereka adalah sasaran utama pelayanan Gereja dan pemerintah negara. Karya Gereja ini dirumuskan di dalam satu tugas hakiki Gereja ialah pelayanan. Dengan mengikuti kepalanya dan gurunya yaitu Yesus Kristus, setiap pelayanan Gereja tentu saja berlandaskan cinta kasih, dilakukan dalam semangat kasih, dan berbuah dalam kasih yang mempersatukan dan membebaskan. Semua ini dapat berjalan dengan baik dan berhasil jika pelayanan itu adalah pelayanan yang tulus. Kita mengatakan suatu pelayanan yang tulus kalau pelayanan itu hanya karena kasih, yaitu demi kebaikan orang yang dilayani dan tidak ada perhitungan harga, imbalan atau balasan apa pun. Kita perlu membedakan antara pekerjaan atau profesi dan pelayanan. Pekerjaan atau profesi sangat membutuhkan sistem yang mengaturnya dan tentu saja ada imbalan atas kerja yang dibuat. Sedangkan pelayanan merupakan perbuatan kasih yang gratis atau cuma-Cuma. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Allah, mampukanlah kami untuk selalu menjadi para pelayan yang tulus kepada sesama kami. Salam Maria ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Tarsisius Tarsan dan Ni Made Sumirati dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Hosea 11: 1b.3-4.8c-9; Mazmur tg 80: 2ac.3b.15-16; Matius 10: 7-15 HATI BAPA YANG BESAR DAN SETIA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Hati Bapa Yang Besar dan Setia. Di pertapaan pegunungan Subiaco, Italia Tengah, di dalam sebuah ruang di tengah pertapaan itu terdapat tulisan yang menjelaskan bahwa pemuda Santo Fransiskus Asisi beberapa kali datang ke pertapaan ini. Fransiskus memandang Santo Benediktus sebagai bapa rohaninya. Ia datang bertemu dan belajar tentang spiritualitas Kristen. Ia berguru kepada seorang dengan kebapaan rohani yang tulen dan bijaksana. Di seluruh dunia dan khususnya Gereja Katolik, Santo Benediktus dikenal sebagai seorang mistik yang membawa cara hidup membiara ke benua Eropa, menanamkan akar-akarnya dan membesarkannya. Ia dikenal sebagai pelindung benua Eropa dan bapa rohani bagi orang-orang yang menekuni jalan kekudusan. Ketokohan Santo Benediktus di dalam Gereja dan masyarakat ialah sebagai bapa yang bijaksana dan penuh kasih. Santo Benediktus adalah bapak pelindung hidup membiara. Santo Benediktus mewarisi sifat kebapaan dari Tuhan Allah. Melalui kitab suci dan kesaksian tokoh-tokoh bersejarah di dalam Gereja, kita belajar tentang hati bapa yang besar dan setia. Tuhan yang maha kuasa dan penuh kasih sayang, mesti memiliki ciri berhati besar dan setia. Ciri ini digambarkan dalam nubuat nabi Hosea dalam bacaan pertama. Tuhan Allah berhati amat besar tidak hanya dalam memelihara anak-anaknya, tetapi juga menggantikan semua murka yang sudah direncanakan untuk dijatuhkan kepada umat-Nya yang berdosa, dengan belas kasih dan kemurahan-Nya yang amat mengagumkan. Tuhan Allah juga amat setia dalam mengikuti perjalanan hidup umat-Nya, terlebih-lebih ketika mereka sedang mengalami cobaan, kesulitan, penindasan dan penderitaan. Mereka tetap diterangi dan dibimbing oleh Roh Tuhan sampai mereka menyadari diri untuk dapat kembali ke pangkuan-Nya yang mahakudus. Kembalinya mereka kepada Tuhan menandakan bahwa hidup mereka menjadi baru kembali. Mereka mendapat suatu pemulihan atas martabat mereka yang telah terlanjur rusak oleh dosa dan kelemahan dunia ini. Hati Tuhan yang besar dan setia kepada kita manusia merupakan refleksi atas pandangan kita terhadap kerahiman Tuhan. Kita selalu menyapa Tuhan yang maharahim melalui doa-doa yang kita panjatkan. Ketika kita berhadapan dengan Tuhan yang maharahim, kita hendaknya sangat yakin bahwa Ia tidak menghukum atau menolak kita. Ia tidak memperhitungkan dosa-dosa kita. Sebaliknya Tuhan menerima dan memulihkan kita. Kekuatan kerahiman Tuhan ini yang mesti dipakai oleh kita masing-masing di tempat tugas dan perutusan kita masing-masing. Kita diutus dengan dilengkapi oleh kuasa Tuhan yang penuh kasih, yaitu kerahiman dan semua kebaikan-Nya, agar kita dapat menjadi solusi atas berbagai masalah hidup ini. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan, pandanglah kami dengan belas kasih-Mu dan ampunilah dosa-dosa kami, khususnya ketidakmampuan kami dalam mengampuni orang lain yang bersalah kepada kami. Bapa kami yang ada di surga... Dalam nama Bapa...
Dalam hubungannya dengan Gereja Katolik, manusia digolongkan menjadi tiga: umat Katolik, umat Kristen non-Katolik, dan umat manusia. Manakah dari ketiga golongan ini yang diselamatkan ke dalam kehidupan kekal?
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Salesian Don Bosco Gerak di Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. 2 Petrus 1: 1-7; Mazmur tg 91: 1-2.14-15ab.15c-16; Markus 12: 1-12 KITA HENDAKNYA BERBUAH YANG BAIK Renungan kita pada hari ini bertema: Kita Hendaknya Berbuah yang Baik. Injil dari Santo Markus yang baru saja kita dengar menggambarkan suatu perumpamaan tentang para pekerja (petani), yang menunjuk pada para pimpinan agama di zamannya Yesus. Perumpamaan ini memperingatkan mereka supaya menerima diri Yesus sebagai Putra Allah. Faktanya mereka menolak Dia. Mereka memusuhi, menganiaya, bahkan membunuh semua utusan Allah, termasuk Yesus Kristus sendiri. Itu terjadi pada zamannya Yesus Kristus dulu. Apa yang terjadi sekarang ini? Mungkin kita semua di dalam Gereja Katolik saat ini tidak mempunyai sikap sama dengan para pekerja yang begitu brutal dalam melawan Tuhan kita Yesus Kristus. Sebaliknya, kita menerima dan mengakui Dia sebagai Tuhan dan Guru yang baik. Kita tidak sampai hati mengkhianati Dia. Karena kalau itu terjadi, sia-sia saja kita bertekun tiap hari mendengar dan merenungkan firman-Nya. Satu hal yang penting adalah bahwa setelah kita dicurahkan oleh Roh Kudus pada hari Pentakosta, Yesus ingin ingatkan bahwa di bawah bimbingan dan pengajaran Roh Kudus kita mestinya dapat berbuah dan diharapkan buah-buah itu baik, bukan sebaliknya buruk. Roh Kudus telah dicurahkan oleh Yesus ke dalam diri kita dan kehidupan di dalam dunia ini, dan sepatutnya kita mempunyai keyakinan bahwa buah-buah kehidupan kita memang harus baik. Tujuh karunia Roh Kudus dicurahkan kepada kita di dalam peristiwa Pentakosta. Semua karunia itu mesti menjadi nyata sebagai buah-buah dari diri kita dan hidup kita yang sesungguhnya. Kita hendaknya berusaha untuk berbuah baik dalam kebijaksanaan, pengertian, nasihat, kekuatan, pengetahuan, kesalehan, dan takut akan Allah. Kalau salah satu atau sebagian dari karunia-karunia ini kita abaikan, bisa jadi kita menjadi brutal dan jahat seperti para pekerja kebun anggur itu. Misalnya, jika Anda tidak mempunyai kebijaksanaan, pengertian dan pengetahuan yang sesunguhnya, sangat mungkin Anda menunjukkan kemarahan, menang sendiri dan bertindak membabi-buta kepada orang lain. Jika seseorang mungkin nampak saleh dan suci, tetapi tak ada takut akan Allah, bisa jadi ia akan menjadi seorang pendendam yang diam-diam akan meledak dan sangat berbahaya. Jadi karunia Roh Kudus itu, paling kurang menjadi salah satu indikasi kalau kita ingin berbuah yang baik dan benar di dalam kehidupan ini. Caranya ialah tunduk dan tekun dalam bimbingan Roh Kudus. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan yang mahabaik, terima kasih atas hari yang baru ini yang memberikan kami satu kesempatan lagi untuk menekuni hidup dalam bimbingan Roh-Mu. Semoga pikiran dan hati kami selalu terbuka terhadap firman yang disampaikan kepada kami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
VOA This Morning Podcast - Voice of America | Bahasa Indonesia
Paus Fransiskus prihatin atas penahanan 2 uskup, 15 pastor dan 2 seminaris di Nikaragua, yang dikhawatirkan menjadi bagian dari upaya Presiden Daniel Ortega untuk menghapus kehadiran Gereja Katolik. Sementara di Indonesia, Capres Prabowo Subianto bicara soal program susu gratis saat diundang PWI.
Audio ini memperkenalkan salah satu Gereja Timur yang terpisah dari Gereja Katolik sejak tahun 431, namun kini sudah bersatu kembali setelah mengalami sejarah yang berliku-liku. --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/katkit/message
Pembawa Renungan : Feice Novi Jakarta Mat 1:18-25
Gereja Katolik menutup Alkitab rapat-rapat dan menjauhkannya dari umat? Apa benar demikian? --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/katkit/message
apa ato siapa sih arwah gentayangan itu? yuk kita liat menurut pandangan Gereja Katolik
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Bernadette Lamatokan dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Yesaya 4: 2-6; Mazmur tg 122: 1-2.3-4a.4b-5.6-7.8-9; Matius 8: 5-11 PANGGILAN TUHAN DIDENGAR DARI SEGALA PENJURU Tema renungan kita pada hari ini ialah: Panggilan Tuhan Didengar dari Segala Penjuru. Homili Romo paroki dalam Misa hari Minggu pertama Adven berpusat pada tema persiapan diri. Pada kesimpulannya, Romo mengatakan bahwa akhirnya ada dua kelompok orang yang memberikan tanggapannya atas panggilan Tuhan untuk persiapan diri. Mereka yang mempersiapkan dirinya adalah mereka yang sungguh dan sepenuh hati menyambut Tuhan. Sedangkan mereka yang tidak mempersiapkan diri adalah yang tidak dengan sepenuh hati. Setelah Misa terjadi diskusi di sebuah rumah keluarga. Ibu menyampaikan sebuah kabar baik bagi seluruh keluarga. Suami dan anak-anaknya hampir percaya kalau rencana Ibu adalah persiapan perayaan Natal di rumah, tamu-tamu yang akan diundang, dan sampai ke perayaan Tahun Baru bagi segenap keluarga besar. Tetapi ternyata kabar baik dari ibu justru di luar dugaan mereka semua. Kabar itu tidak akan mengurangi perayaan suka cita keluarga mereka. Kabar baru itu ialah bahwa tetangga mereka yang terdiri dari suami-istri dan tiga anak memutuskan untuk masuk menjadi anggota Gereja Katolik. Ibu yang juga sebagai pengurus lingkungan basis akan membantu keluarga itu untuk pendaftaran katekumen dan selanjutnya persiapan seperlunya. Betapa kabar baik itu datang pada permulaan masa Adven! Secara khusus, pada hari ini bacaan-bacaan kita mewartakan tentang segala penjuru dunia mendengarkan suara panggilan Tuhan, dan mereka mengikutinya. Dalam pandangan yang sempit, mereka yang biasanya diharapkan mendengarkan Tuhan dan menunjukkan kepatuhannya ialah mereka yang sudah percaya dan tercatat sebagai anggota di dalam jemaat atau Gereja. Hal itu sama dengan anak-anak yang dituntut sikap yang menuruti dan menyayangi kedua orang tua mereka. Mengharapkan sikap seperti itu dari anak-anak di luar keluarga sendiri bahkan orang-orang asing jelas tidak mungkin. Kitab nabi Yesaya terang-terangan menggambarkan bahwa sekelompok orang terpilih dan bertahan adalah kaum penerus yang mempertahankan kemuliaan rumah Tuhan. Di dalam rumah Tuhan itu berjayalah Kristus sebagai raja yang mulia, raja semua orang. Tuhan Yesus menyempurnakan panggilan itu kepada semua orang di bumi. Ia diutus Bapa untuk semua orang, dan bukan hanya bagi segelintir orang. Maka orang asing dan tidak beriman Yahudi seperti perwira di Kapernaum juga mendapat tempat di hati Tuhan. Justru ia mewakili umat manusia dari seluruh penjuru bumi yang mendengar dan datang berjumpa dengan Tuhan. Perwira ini mengingatkan kita semua agar di masa Adven ini kita tekun mendengarkan dan datang kepada Tuhan untuk mendapatkan berkat-berkat dari-Nya. Marilah kita berdoa. Dalam nama... Ya Tuhan, semoga dengan merayakan hari Minggu pertama Adven ini, kami tetap giat membuat persiapan-persiapan untuk menyambut hari raya Natal. Salam Maria penuh rahmat … Dalam nama Bapa … --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Paksana Luxury Batubara dan Yohanes Catur Lastiatama dari Sekolah Saint Peter di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Roma 15: 14-21; Mazmur tg 98: 1.2-3ab.3cd-4; Lukas 16: 1-8 INISIATIF DALAM IMAN Renungan kita pada hari ini bertema: Inisiatif Dalam Iman. Pada hari ini, 10 November negara Republik Indonesia merayakan hari Pahlawan, yang mana di antara para pahlawan bangsa itu, ada sejumlah yang merupakan orang-orang Kristen dan anggota Gereja kita. Gereja Katolik juga merayakan hari ini seorang pahlawan kesucian dan pembela Gereja, Santo Leo Agung, seorang Paus dan pujangga Gereja. Terlahir sebagai seorang dari keluarga bangsawan Italia, Leo mempunyai kesempatan luas untuk belajar sampai menjadi ahli kitab suci, teolog, penulis dan pengkhotbah hebat. Ia memanggil Konsili Kalsedon untuk memperkuatkan Gereja dan melawan kaum heresi seperti Nestorian, Manikeisme dan Pelagianisme. Yang dibuat oleh Paus Leo dalam memanggil Konsili itu ialah sebuah inisiatif Gereja untuk menghadapi tantangan dan ancaman terhadapnya. Kata inisiatif dari kata Latin itiare atau initium mengandung arti memulai atau mengawali. Untuk sebuah pekerjaan atau tindakan, inisiatif itu ialah mengambil atau membuat langkah pertama dan membuat terobosan. Di dalam kisah Injil yang baru saja kita dengar, Tuhan Yesus menguraikan bahwa tuan yang kaya itu memuji pegawainya yang cerdik, meski ia berbuat tidak jujur karena memanipulasi data hutang para piutang tuannya. Cerdik ini ditafsirkan sebagai kemampuan memperhitungkan masa depan. Pegawai tersebut mewakili orang-orang di dunia ini, termasuk kita, yang sering kuatir akan hari esok. Ada orang yang menabung banyak di bank. Ada yang lain investasi berupa kepemilikan tanah, rumah atau pekerjaan. Atau yang lain ingin menjamin masa depan dengan menyekolahkan anak cucunya sebaik mungkin. Semua itu adalah bentuk-bentuk inisiatif. Orang bisa saja berinisiatif dengan cara tidak jujur seperti pegawai tadi atau sebaliknya dengan cara benar dan jujur. Kita akan dipuji oleh Tuhan karena mampu memperhitungkan masa depan, supaya hidup di masa depan itu tidak susah. Padanan inisiatif dengan cara-cara dunia ini ialah suatu inisiatif iman yang memperhitungkan masa depan hidup rohani kita. Santo Paulus menggambarkan masa depannya dengan mengikuti terang Yesus Kristus untuk menginjili bangsa-bangsa lain, khususnya orang Roma. Mereka dijanjikan masa depan rohani yang gemilang sebagai anak-anak terang untuk menikmati kebahagiaan di dalam Kerajaan Allah. Inisiatif iman mewajibkan kita mengambil langkah pertama untuk menjadi terang bagi mereka yang bingung, gelisah, putus asa dan tersesat hidupnya. Menjadi pembawa damai di tengah kebencian dan kemarahan. Menjadi pencipta keadilan daripada hantu ketidakadilan. Menjadi pembawa kebenaran daripada penyebaran kebohongan. Dan masih banyak lagi. Semua ini adalah jaminan untuk keselamatan jiwa kita di masa yang akan datang. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, terangilah selalu budi dan hati kami untuk selalu sebagai pembaharu dan pendorong terciptanya kebaikan dan kebenaran di sekeliling kehidupan kami. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Laurenctius Jefferson Natan dari Paroki Santa Maria Imakulata Slawi di Keuskupan Purwokerto, Indonesia. 2 Makabe 12: 43-46; Mazmur tg 143: 1-2.5-6.7ab.8ab.10; 1 Korintus 15: 20-24a.25-28; Yohanes 6: 37-40 DOA BAGI PARA ARWAH Renungan kita pada hari ini bertema: Doa Bagi Para Arwah. Pada hari ini Gereja kita peringati para arwah semua orang beriman. Kegiatan kita dalam Gereja pada hari ini ialah berdoa bagi para arwah itu. Para imam diminta otoritas liturgi Gereja untuk merayakan tiga kali misa kudus. Umat dapat menghadirinya sekaligus menyampaikan intensi-intensi doa bagi arwah anggota keluarganya. Untuk memahami pentingnya peringatan dan tugas doa ini, kita perlu berangkat dari keyakinan iman yang hakiki. Di dalam rumusan doa “Aku Percaya” kita percaya akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Para arwah dari keluarga dan sesama kita dibantu dengan doa-doa seluruh Gereja supaya mereka dianugerahi kebangkitan dan akhirnya menikmati kehidupan abadi di dalam surga. Mereka tentu senang dan bersyukur karena diperhatikan dan didoakan. Dikatakan bahwa mereka “akhirnya menikmati hidup abadi di dalam surga”, maknanya amat penting. Ini berarti ada sebuah proses yang dilalui oleh para arwah sebelum masuk surga. Proses ini kita sebut dengan api penyucian. Ajaran yang sangat khas dalam Gereja Katolik ini ingin menegaskan bahwa penyucian bagi para arwah merupakan proses pemurnian. Mereka bagai dibakar supaya menjadi murni, jadi dosa-dosa dan akibatnya yang masih melekat dalam diri para arwah ini dibersihkan. Mereka tentu menderita karena pemurnian ini. Mereka tidak bisa berbuat untuk membantu dirinya sendiri. Mereka sebagai arwah tidak memiliki segala kemungkinan untuk berkumpul dan berdoa. Oleh karena itu mereka sangat membutuhkan dukungan doa-doa kita yang masih berada di dunia. Kitab kedua Makabe dalam bacaan pertama menetapkan dua bentuk bantuan kepada para arwah ini, yaitu doa dan kurban. Doa-doa kita mencakup yang paling sederhana seperti doa pribadi yang spontan sampai dengan ibadat Ekaristi. Kurban itu bisa dalam bentuk barang, uang dan perbuatan yang dipersembahkan ke Gereja. Ajaran api penyucian yang meminta doa-doa dan kurban dari kita, tujuannya ialah untuk kebangkitan dan kehidupan abadi para arwah, dan ini adalah bagian sumbangan dari Gereja. Bagiannya Tuhan sudah sebagai stempel tetap, yaitu Yesus telah bangkit dan menyediakan tempat bagi setiap pengikut-Nya. Ia berkehendak kalau tak ada satu pun dari pengikut-Nya yang hilang. Bagian dari Tuhan ini sudah final, maka mereka yang sudah meninggal dunia di dalam Kristus itu prosesnya sudah menjelang surga. Untuk dapat membawanya tiba di sana diperlukan api penyucian itu. Jadi hari ini kita melakukan tugas atau tanggung jawab kita supaya terwujudlah tujuannya, yaitu para arwah dimurnikan demi masuknya mereka ke dalam surga. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Bapa maha rahim, kami berdoa bagi para arwah saudara dan saudari kami: berikanlah istirahat kekal kepada mereka, ya Tuhan, sinarilah mereka dengan cahaya abadi, dan semoga mereka beristirahat dalam damai. Amin. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas Salesian Don Bosco Gerak Boleng di Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Roma 1: 1-7; Mazmur tg 98: 1-2-3ab.3cd-4; Lukas 11: 29-32 JUJUR TERHADAP DIRI SENDIRI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Jujur Terhadap Diri Sendiri. Kota Roma dan sejarah kunonya bagaikan emas yang bikin orang tak bosan memujinya. Salah satu tandanya ialah jejak-jejak kedua rasul agung, Petrus dan Paulus. Mereka berasal dari Israel yang berhasil membaptis kota yang tak percaya kepada Yesus Kristus menjadi percaya. Mereka wafat di kota Roma sebagai martir dan darah mereka telah menyuburkan Gereja Katolik. Khusus bagi Santo Paulus, kedekatannya dengan umat di Roma terungkap dalam surat yang ia tulis. Orang-orang Roma yang baru memeluk agama Kristen dan di bawah ancaman penganiayaan penguasa dan para musuh Gereja, ia dampingi, hibur dan perkuat. Rasul ini berusaha untuk jujur dengan diri sendiri. Benar bahwa ia bukan Romawi tetapi Yahudi, namun status ini menjadi tidak tampak lagi ketika ia kenakan Yesus Kristus. Ia jujur menyebut dirinya rasul yang benar. Perubahan status ini ingin dipertegas bersama orang-orang Roma, supaya mereka juga menjadi yakin bahwa Yesus Kristus itu bukan suatu pilihan yang palsu dan sia-sia. Berkat adanya Yesus Kristus, baik Paulus maupun umat di Roma menjadi orang-orang yang dirahmati dengan karunia kasih yang sama dari Allah. Orang-orang Roma juga dipanggil menjadi orang-orang kudus. Ini yang diwartakan dalam bacaan pertama hari ini. Paulus pasti tidak karang-karang dengan kejujuran atas diri sendiri ini, karena ia sesungguhnya meniru Yesus Kristus, gurunya yang sejati. Banyak sekali contoh kejujuran Yesus atas diri-Nya yang ditunjuk di dalam kitab suci. Salah satunya ialah yang kita dengar kesaksian-Nya dalam Injil hari ini. Ia menegaskan bahwa tak perlu tanda-tanda lagi, tetapi kehadiran atau sosok diri-Nya sudah nyata. Dengan sendirinya tanda itu hilang. Kalau Yunus dan Salomo masih perlu tanda untuk membuat orang-orang percaya, Yesus yang melebihi kedua orang perjanjian lama itu bukan lagi sebagai tanda, tetapi pribadi sebenarnya yang dilambangkan oleh tanda-tanda itu. Di dalam kenyataan hidup kita, kejujuran terhadap diri sendiri sering sulit untuk direalisasikan. Salah satu alasannya yang utama ialah karena kita tidak rela kekurangan kita diketahui orang lain. Kita mau berada di hadapan orang lain tanpa kekurangan apa pun. Kita dengan sengaja berkata dan bertindak sedemikian supaya kekurangan atau kesalahan kita tersembunyi rapat-rapat. Ketidakjujuran ini bisa saja terungkap begini: semuanya hanya saya dan Tuhan yang tahu. Pokoknya saya harus tetap aman dan lancar dengan orang lain. Tapi pasti benar adanya. Tuhan yang maha tahu itu pada saat yang tepat akan membuka ketidakjujuran itu ke permukaan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kritsus, biarlah kami selalu malu atas diri kami sendiri jika kami tidak jujur kepada diri kami sendiri. Jadikanlah kami jujur seperti diri-Mu sendiri. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Suster Maria Claudia PRR dan Suster Maria Dominique PRR dari Komunitas Suster PRR Magnifikat di Keuskupan Agung Semarang, Indonesia. Kisah Para Rasul 1: 12-14; Mazmur tg Luk 1: 46-47.48-49.50-51.52-53.54-55; Lukas 1: 26-38 SUKSES PLUS Renungan kita pada hari ini bertema: Sukses Plus. Pada hari ini kita sebagai umat Gereja Katolik memperingati Santa Perawan Maria, Ratu Rosario. Devosi kepada Bunda Maria Rosario begitu merata dan kuat oleh umat Katolik merupakan buah perjalanan panjang Gereja dalam mempertahankan iman dan melawan musuh-musuh yang bermaksud menghancurkannya. Sangat populer, pas untuk segala waktu dan tempat, berfungsi untuk segala keperluan dan disukai semua kalangan manusia, Rosario menandakan suatu sukses Gereja dalam membuat anggotanya menjadi umat yang devosional. Umat devosional berarti mereka memiliki cinta, rasa suka dan kedekatan dengan subjek tertentu yang kepadanya mereka menaruh hormat dan ketergantungannya. Umat Katolik melakukan ini kepada Bunda Maria. Ada begitu banyak kesaksian di antara kita yang menegaskan peran dan pertolongan Bunda Maria atas keberhasilan, keuntungan dan keselamatan yang mereka alami. Bunda Maria adalah contoh paling pas untuk menggambarkan suatu hidup yang sukses plus, bahwa karunia Tuhan membuatnya menjalankan tugas-tugasnya dengan sempurna, maka tiketnya sudah final untuk berada di surga. Para rasul berada di jalur keunggulan dan kesuksesan Bunda Maria. Mereka meraih kesuksesan yaitu kembali dengan gembira setelah menjalankan tugas perutusan dari Guru mereka, Yesus Kristus. Mereka lakukan pekerjaan Yesus Kristus sendiri. Ada sekian jumlah orang yang dicerahkan pemahaman imannya, sebagian orang disembuhkan, ada yang mendapatkan penghiburan dan sebagian lain dibebaskan dari kekuasaan roh-roh jahat. Itu semua membuat mereka senang. Itu semua merupakan keberhasilan. Plus-nya ialah bahwa nama-nama mereka tercatat di surga. Tiket mereka juga sudah final untuk sampai ke sana. Mengikuti contoh-contoh ini, setiap dari kita sebenarnya bercita-cita kalau sukses plus itu juga menjadi bagian dari iman kita. Sewajarnya kita terus bersemangat untuk mendapatkan kesuksesan dalam usaha dan kerja kita. Hasil dari perbuatan dan kerja menjelaskan sendiri apa yang kita inginkan dan cita-citakan, meskipun sering hasil itu bukan yang memadai dan maksimal. Ada kalanya hasilnya negatif bahkan nihil, namun tidak akan meniadakan niat asli kita untuk meraih hasil yang baik. Sebagai pengikut Kristus, kita memang ingin supaya nama-nama kita tercatat di surga, yang berarti tiket untuk ke sana sudah final. Di dalam usaha, pekerjaan dan pelayanan kita tiap hari, tidak cukup untuk mengumpulkan dan menimbun hasil yang mengukir kesuksesan. Kita perlu menaruh nilai plus kepada setiap sukses itu, yaitu karena kemuliaan Tuhan. Dengan begitu nama kita tercatat di surga. Kita akan menyambut momen yang pas untuk sampai di sana. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Allah Bapa di surga, hati kami dipenuhi suka cita dengan karunia kehidupan di surga yang disiapkan bagi kami. Semoga kami tetap setia kepada jalan Yesus Kristus yang sedang kami lalui saat ini. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Suster Dominatrix PRR dan Sinta dari Asrama PRR, dari Komunitas Suster PRR Kuluhun di Keuskupan Agung Dili, Timor Leste. Nehemia 2: 1-8; Mazmur tg 137: 1-2.3.4-5; Lukas 9: 57-62 BANGUN KEMBALI GEREJAKU Renungan kita pada hari ini bertema: Bangun Kembali Gereja-Ku. Ada seorang pastor bercerita tentang satu pengalamannya sewaktu remaja. Ia ikut berperan dalam bermain drama favoritnya yaitu kehidupan Santo Fransiskus Asisi. Adegan yang sangat berkesan baginya ialah saat Fransiskus muda dari keluarga kaya raya sedang berdoa di dalam sebuah gereja tua yang hampir runtuh, ia mendengar perintah Tuhan Yesus yang ada di salib: Bangun kembali Gereja-Ku”. Dari situ mulai petualangan baru dalam hidupnya, berubah 380 derajat dengan hidup bertapa, miskin dan menjadi biarawan. Remaja itu kemudian memantapkan cita-citanya untuk menjadi seorang imam Katolik. Panggilan ini juga telah dilakukan tokoh bangsa Israel zaman dahulu, Nehemiah. Ia dipanggil Allah, lalu meminta ijin raja di pengasingan Babilonia supaya pergi ke Yerusalem yang sedang runtuh, untuk membangunnya kembali. Restorasi Yerusalem ini sebenarnya bukan sekedar bangunan fisik dan georgrafis, tetapi lebih dari itu ialah suatu orientasi baru dan pemulihan tatanan hidup yang telah lama hilang. Hubungan baru dengan Tuhan Allah dipulihkan kembali. Fransiskus juga menginisiatifkan suatu pemulihan hidup rohani dalam Gereja Katolik untuk lebih fokus kepada kasih Allah, sesama dan lingkungan sekitarnya. Membangun kembali Gereja dapat kita maknai sebagai mengatur dan menata lebih mantap lagi hubungan dengan Tuhan, yang pasti terjadi dalam sebuah lokus atau tempat, yaitu rumah-Nya. Di mana Tuhan berada, di situ terjalin relasi karena Tuhan tidak bisa ada tanpa relasi. Relasi kita dengan Tuhan selalu menyangkut panggilan, pekerjaan dan tujuan hidup kita. Tapi hubungan dengan Tuhan atau beradanya kita di dalam Tuhan tidak selamanya dalam kondisi yang baik. Kalau mau jujur, mungkin kita pernah mengalami situasi hampir runtuh atau berantakan seperti yang ditemui Fransiskus Asisi itu. Bangun kembali diri kita sendiri, yang mungkin selama ini mengalami kerusakan sebagiannya. Diri kita sendiri jiwa dan raga pernah mengalami gangguan, yang berakibat rumah Allah ini tidak nyaman untuk didiami baik oleh diri sendiri maupun oleh Tuhan. Hubungan tak bisa terjalin baik jika keadaan rumah ini terganggu. Bangun kembali relasi dengan orang-orang terdekat juga sangat perlu karena relasi ini pernah rusak. Bagaimana Tuhan bisa ikut bergabung jika hubungan di antara orang-orang terdekat sedang rusak atau sudah putus? Bangun kembali keluarga yang mungkin keadaannya sekarang sedang dalam krisis kepercayaan, ketulusan, cinta dan kekeluargaan. Sepertinya Tuhan akan sulit menemukan tempatnya di sini jika krisisnya tak kunjung selesai. Dengan membangun kembali pribadi, antar sesama dan di dalam keluarga, hidup bersama kita dalam lingkungan yang lebih besar bakal baik pula. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa penuh kasih, berikanlah kami hati sebagai anak-anak yang berkenan kepada-Mu. Semoga Santo Fransiskus Asisi mendoakan kami selalu dan menunjukkan kami bagaimana mencintai Gereja ini sesungguhnya. Kemuliaan kepada Bapa ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini, Tirto, Hendry dan Pater Peter, SDB dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Yesaya 56: 1.6-7; Mazmur tg 67: 2-3.5.6.8; Roma 11: 13-15.29-32; Matius 15: 21-28 IMAN KITA DITEST Renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-20 ini bertema: Iman Kita Ditest. Kita sebagai anggota Gereja Katolik adalah orang-orang yang beriman kepada Kristus. Tanda formalnya ialah kita telah dibaptis, sebagai anggota Gereja yang kudus dan memiliki hak dan kewajiban sebagai pengikut Kristus. Kita ini terdiri dari anggota-anggota Gereja yang dibaptis sejak kecil dan yang baru dibaptis dewasa. Ada yang baru setahun atau beberapa tahun masuk menjadi anggota Gereja, yang lain lagi sudah lebih lama. Tuhan sendiri memberikan test itu melalui berbagai instrumen-Nya yang tersedia seperti firman-Nya, kegiatan-kegiatan suci, pelayan-pelayanan Gereja, ajaran-ajaran, sistem pembinaan dan pendalaman iman dan kegiatan-kegiatan sosial Gereja. Instrumen-instrumen ini berfungsi sekaligus sebagai materi test itu, dalam arti sejauh mana semua ini tetap menjadi pegangan utama dan referensi penting bagi kita untuk bertumbuh selanjutnya dalam iman. Materi intinya ialah kehendak dan ajaran Tuhan yang tidak berubah atau abadi. Test atau ujian bagi iman kita justru terletak pada kemampuan kita untuk berpegang dan bersandar pada kehendak dan ajaran Tuhan. Di antara kita tampak tetap bersemangat dan setia kepada Tuhan, meski mereka tetap menghadapi kesulitan di dunia ini. Namun tidak sedikit dari kita yang tampak lelah, kurang semangat, bosan, anggap remeh dan berpaling kepada ajakan-ajakan di luar iman yang sebenarnya. Ini adalah test pertama. Keadaan menjadi lebih seru dan mungkin menegangkan ialah pada test kedua, yaitu adanya orang atau pendatang baru. Mereka mungkin pengagum, penyuka, aspiran, nomaden, orang asing dan pencari kebenaran: dengan mengenal dan ingin mengikuti Yesus mereka ingin bergabung dengan kita yang sudah lebih dahulu beriman dan sebagai anggota Gereja. Di sini iman kita akan ditest: apakah kita dapat menerima dengan gembira, atau menerima sambil curiga, atau menerima setengah hati, atau meremehkan mereka menjadi kelas dua, atau menganggap mereka sebagai ancaman dan akhirnya menolak mereka? Ketiga bacaan kita pada hari Minggu ini mengajarkan kita satu hal yang sama dan sangat penting, yaitu menghargai kemauan baik orang-orang yang tergolong late comers, pendatang baru atau orang asing atau yang sedang mencari kebenaran. Tidak cukup dengan menghargai, tetapi kita juga mesti dapat menerima mereka karena yang ingin mereka temui adalah Tuhan yang sama dengan yang kita percaya. Tuhan saja membuka tangan dan hati-Nya bagi mereka, lalu kenapa kita tidak bisa menerima mereka? Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Melalui perayaan suci hari Minggu ini, ya Bapa maha kuasa, semoga kami dipenuhi rasa syukur dan suka cita untuk selalu memperkuat persaudaraan dan kebersamaan sebagai orang-orang beriman, para pengikut Putra-Mu Yesus Kristus, sehingga hidup kami kian hari kian menyerupai persekutuan di dalam rumah-Mu yang abadi. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini, Hendry, Tirto dan Pater Peter, SDB dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Ulangan 8: 2-3.14b-16a; Mazmur tg 147: 12-13.14-15.19-20; 1 Korintus 10: 16-17; Yohanes 6: 51-58 KUASA YANG MEMPERSATUKAN Renungan kita pada hari Minggu, hari raya Tubuh dan Darah Kristus ini bertema: Kuasa yang Mempersatukan. Bagi kita yang mengikuti Kristus, tubuh dan darah Kristus ini adalah Tuhan Yesus Kristus sebagai pribadi yang hadir bagi kita, dan kita merayakan kehadiran nyata ini di dalam Ekaristi. Simbol Ekaristi ialah roti dan anggur. Yesus sendiri memilih simbol ini seperti yang dituturkan oleh Kitab Suci bahwa Ia mengidentifikasi diri sebagai roti hidup, demikian juga anggur yang merupakan tanda kehadiran-Nya saat pesta perkawinan yang kehabisan anggur, dan suatu perjanjian kekal seperti dalam perjamuan malam terakhir. Simbol ini menurut aturan liturgis sudah tetap untuk dipakai di setiap Gereja Katolik. Tidak ada jenis makanan dan cairan lain untuk menggantikan roti dan anggur, karena Yesus sendiri sudah memilihnya. Pada aspek kultur Kristiani, Ekaristi sebagai kegiatan rohani yang sangat khas. Pada waktu Gereja Perdana lahir di Yerusalem dulu, pertemuan rutin para anggotanya ialah untuk pemecahan roti dan mendengarkan firman Tuhan. Gereja yang berkembang di kota metropolitan seperti Antiokia, pertemuan rutin mingguan dan harian merupakan sesuatu yang unik sekali, untuk membedakan mereka dari jenis persekutuan lain. Seorang Katolik pasti akan merasa berbeda dari penganut Kristen lainnya atau agama lain, ketika dikaitkan dengan Ekaristi. Dia akan mengatakan kepada mereka, “kami tidak hanya berdoa tapi lebih dari itu kami adakan Misa”. Di dalam misa ini terjadi tidak hanya pertemuan dengan pribadi Tuhan, tetapi justru Tuhan diterima, disantap dan dimasukkan ke dalam tubuhnya. Kalau seorang Katolik menghadiri suatu ibadat tanpa Ekaristi, ia akan segera mengerti bahwa ibadat itu belum lengkap. Ia ingin mengambil bagian dalam Ekaristi. Kalau menurut aspek teologis, Ekaristi memperlihatkan Tuhan dan manusia menyatu. Kuasa ilahi bersatu dengan keadaan manusiawi, sehingga perayaan Misa menjadi sangat sakral dan khas. Orang yang absen menghadirinya, akan kehilangan momen spesial itu. Jatah santapan rohani hilang. Pada aspek harapan atau eskatologis, tubuh dan darah Kristus merupakan antisipasi suatu perjamuan utuh dan abadi di surga. Selera kita terhadap Ekaristi mesti tetap terjaga, kerinduan itu tak boleh hilang dan kesiapan untuk menerima-Nya dipertahankan selalu, supaya kita sungguh berharap pada Ekaristi abadi di Surga. Pesan gembira buat kita hari ini ialah: Ekaristi mingguan atau harian, semestinya menjadi kebutuhan dasar rohani kita, sama pentingnya dengan makanan harian untuk kebutuhan raga kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa, semoga kami tetap bersemangat dan tekun membuat Tubuh dan Darah-Mu dalam Ekaristi sebagai kebutuhan rohani yang sangat mendasar. Bantulah kami supaya kami tidak lalai merayakan Ekaristi. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
Tak ada Katolik tak ada Alkitab! Kenapa? Sebab, Gereja Katolik adalah pembuat kanon Alkitab. --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/katkit/message
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita, para pengikut Kristus untuk selalu berjaga-jaga atau waspada terhadap "ragi iman", yaitu tawaran-tawaran pengajaran sesat. Hendaknya kita jangan mudah menerima pandangan atau pengajaran iman yang tidak selaras dengan tradisi atau magisterium dari Gereja Katolik yang satu, kudus dan apostolik.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Bernadette Lamatokan dan Maria Madona Lamatokan dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. 1 Korintus 9: 16-19.22-23; Mazmur tg 117: 1.2; Markus 16: 15-20 KITA TIDAK MEMBELI SURGA Renungan kita pada hari ini bertema: Kita Tidak Membeli Surga. Banyak negara di Asia sangat spesial di hati Santo Fransiskus Xaverius. Dalam kenyataanya, Gereja Katolik di sini tidak mempunyai banyak anggota. Alasannya, selain pembaptisan bayi yang tidak banyak, juga sulitnya mendapatkan katekumen yang baru. Sekularisme cukup kuat membentuk pandangan bahwa memeluk agama bukan pilihan yang penting saat ini. Namun demikian, kita tidak bisa menyangkal Sejarah Gereja tentang adanya Gereja Katolik di Asia karena misionaris Katolik yang datang dari Barat, khususnya Eropa. Ini merupakan buah karya Roh Kudus. Karena itu di seluruh pelosok benua di bumi ini institusi Gereja hadir. Santo Fransiskus Xaverius, imam Yesuit dalam abad ke-15, menjadi perintis Misi Gereja di wilayah Timur bumi ini. Ia menginjili India, Cina, Jepang, Asia Tenggara termasuk bumi Indonesia. Ia yang dipenuhi Roh Kudus, membuat orang-orang dari bangsa lain juga dipenuhi Roh Tuhan yang sama. Perjuangan dan kerja keras para misionaris seperti yang dilakukan oleh Santo Fransiskus Xaverius sungguh menandakan kehendak Tuhan agar semua manusia dan dunia ini diselamatkan dan dapat masuk surga.Tetapi hal in bukan sesuatu yang otomatis. Dosa asal dan semua kelemahan duniawi membuat kita tidak bisa otomatis mencapai apa yang kita inginkan, yaitu kesempurnaan. Itulah alasan dasar mengapa kita perlu segala persiapan untuk masuk surga. Salah satu bukti kuat bahwa kita tidak membeli surga ialah kerajaan Allah harus berdiri di dalam dunia ini, yaitu Yesus Kristus dan karya perutusan-Nya, lalu membawa kita ke surga. Tugas kerajaan Allah itu ialah menyembuhkan yang sakit, memulihkan yang menderita, menegakkan kebenaran dan keadilan yang tertindas, dan menobatkan yang berdosa. Jelas bahwa tidak ada unsur membeli dengan barang atau materi apa pun. Kita justru dibela, diuntungkan, diberi kemudahan, dan dipersiapkan supaya saat nanti masuk ke surga kita sudah dalam kepadaan pantas. Setiap kali menghadiri Misa kudus, momen sebelum menerima Komuni Suci kita semua membuat satu persiapan, yaitu dengan berseru dalam suka cita dan syukur: ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh. Seruan singkat ini menegaskan bahwa kita tidak membeli surga. Kita perlu iman yang tulus dan besar akan penyelenggaraan Tuhan. Kita tunjukkan itu dengan rela menerima kehadiran kerajaan Allah yang selalu membaharui kita. Setiap kali menyerukan kata-kata tersebut, ingat dan sebutkan juga semua kesulitan, kelemahan, penderitaan dan kesusahan dirimu dan keluargamu. Biarlah kerajaan Allah itu yang memulihkan semua. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, datanglah kerajaan-Mu dan pulihkanlah setiap kelemahan hidup kami. Bapa kami... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Adrianus A. Guntur dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Yesaya 2: 1-5; Mazmur tg 122: 1-2.3-4a.4b-7.8-9; Matius 8: 5-11 PANGGILAN TUHAN DIDENGAR DARI SEGALA PENJURU Tema renungan kita pada hari ini ialah: Panggilan Tuhan Didengar dari Segala Penjuru. Kotbah Romo paroki dalam Misa hari Minggu pertama Adven berpusat pada tema persiapan diri. Pada kesimpulannya, Romo mengatakan bahwa akhirnya ada dua kelompok orang yang memberikan tanggapannya atas panggilan Tuhan untuk persiapan diri. Mereka yang mempersiapkan dirinya adalah mereka yang sungguh dan sepenuh hati menyambut Tuhan. Sedangkan mereka yang tidak mempersiapkan diri adalah yang tidak dengan sepenuh hati. Setelah Misa terjadi diskusi di sebuah rumah keluarga. Ibu menyampaikan sebuah kabar baik bagi seluruh keluarga. Suami dan anak-anaknya hampir percaya kalau rencana Ibu adalah persiapan perayaan Natal di rumah, tamu-tamu yang akan diundang, dan sampai ke perayaan Tahun Baru bagi segenap keluarga besar. Tetapi ternyata kabar baik dari ibu justru di luar dugaan mereka semua. Kabar itu tidak akan mengurangi perayaan suka cita keluarga mereka. Kabar baru itu ialah bahwa tetangga mereka yang terdiri dari suami-istri dan tiga anak memutuskan untuk masuk menjadi anggota Gereja Katolik. Ibu yang juga sebagai pengurus lingkungan akan membantu keluarga itu untuk pendaftaran katekumen dan selanjutnya persiapan seperlunya. Betapa kabar baik itu datang pada permulaan masa Adven! Secara khusus, pada hari ini bacaan-bacaan kita mewartakan tentang segala penjuru dunia mendengarkan suara panggilan Tuhan, dan mereka mengikutinya. Dalam pandangan yang sempit, mereka yang biasanya diharapkan mendengarkan Tuhan dan menunjukkan kepatuhannya ialah mereka yang sudah percaya dan tercatat sebagai anggota di dalam jemaat atau Gereja. Hal itu sama dengan anak-anak yang dituntut sikap yang menuruti dan menyayangi kedua orang tua mereka. Mengharapkan sikap seperti itu dari anak-anak di luar keluarga sendiri bahkan orang-orang asing jelas tidak mungkin. Kitab nabi Yesaya terang-terangan menggambarkan bahwa sekelompok orang terpilih dan bertahan adalah kaum penerus yang mempertahankan kemuliaan rumah Tuhan. Di dalam rumah Tuhan itu berjayalah Kristus sebagai raja yang mulia, raja semua orang. Tuhan Yesus menyempurnakan panggilan itu kepada semua orang di bumi. Ia diutus Bapa untuk semua orang, dan bukan hanya bagi segelintir orang. Maka orang asing dan tidak beriman Yahudi seperti perwira di Kapernaum juga mendapat tempat di hati Tuhan. Justru ia mewakili umat manusia dari seluruh penjuru bumi yang mendengar dan datang berjumpa dengan Tuhan. Perwira ini mengingatkan kita semua agar di masa Adven ini kita tekun mendengarkan dan datang kepada Tuhan untuk mendapatkan berkat-berkat dari-Nya. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan, semoga dengan merayakan hari Minggu pertama Adven ini, kami tetap giat membuat persiapan-persiapan untuk menyambut hari raya Natal. Kemuliaan kepada Bapa … Dalam nama Bapa … --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas Salesian Don Bosco Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Wahyu 14: 14-20; Mazmur tg 96: 10.11-12.13; Lukas 21: 5-11 PERSEMBAHAN LAYAK KEPADA TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Persembahan Layak Kepada Tuhan. Pada hari ini seluruh Gereja memperingati Santa Sesilia, seorang martir pada abad ke-3 di Roma. Saat ini makamnya ditemukan di gereja Santa Sesilia di Roma. Ia mulanya ingin baktikan dirinya kepada Tuhan sebagai perawan, tetapi akhirnya dijodohkan orang tua dengan seorang laki-laki tidak beriman, yang kemudian hari dibaptis di dalam Gereja Katolik. Suami-istri ini sama-sama dibunuh karena iman mereka kepada Yesus Kristus. Diceritakan bahwa pada saat pernikahannya, yang dimainkan ialah musik duniawi yang profan. Tetapi Sesilia sendiri menyanyikan lagu kasih kepada Yesus, yang ia anggap sebagai pasangan sejatinya. Hingga saat ini ia dipandang sebagai pelindung musik, penyanyi, pemusik dan koor. Kalau kita mengikuti kisah-kisah Santa Sesilia, kita akan menemukan suatu kehidupan yang menjadi persembahan yang layak kepada Tuhan. Sejak awal hidupnya sebagai orang Kristen, niatnya sudah tulus untuk membaktikan dirinya sebagai perawan. Pernikahannya dengan lelaki yang tidak beriman pada akhirnya dibaptis menjadi Kristen, hal ini karena ia ingin persembahkan keluarga yang Kristiani kepada Tuhan. Sebuah pernikahan di dunia antara laki-laki dan perempuan sebenarnya menggambarkan pernikahan dan ikatan janji antara Tuhan dan manusia. Ini adalah sebuah tindakan suci. Sesilia sungguh mengingatkan kita bahwa kesucian perkawinan itu harus didukung oleh tindakan-tindakan suci seperti ibadat, sakramen, seremoni, pesta dan ungkapan cinta satu pasangan manusia yang dipilih oleh Tuhan, untuk melaksanakan kehendak Allah melalui perkawinan. Banyak sekali sarana dan instrumen yang dikuduskan supaya dapat membantu kita menyucikan diri kita di hadapan Tuhan. Perkawinan adalah salah satunya. Di dalam bacaan pertama dari kitab Wahyu kita mendapat gambaran tentang persembahan yang layak kepada Tuhan dari hasil-hasil karya manusia di bumi. Suatu persembahan yang layak kepada Tuhan sesungguhnya telah dimurnikan dari segala macam unsur yang menodai dan merusaknya. Sarana dan instrumen yang suci itu bukan sebagai tujuan kita beriman. Mereka sangat penting dan berperan membantu kita supaya mencapai tujuan, yaitu berjumpa dengan Tuhan dan tinggal bersama Dia. Tugas kita yang penting ialah membersihkannya dari penodaan, menggunakan sesuai fungsinya, mengajarkannya kepada mereka yang belum mengetahui, menambahkan bila diperlukan, memperbaiki yang rusak, dan memeliharanya dengan tekun. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan, kuduskanlah kami setiap kali kami berdoa dan bersujud kepada Tuhan. Salam Maria... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas Salesian Don Bosco Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. 2Makabe 12: 43-46; Mazmur tg 130: 1-2.3-4.5-6a.6b-7.8; 1Korintus 15: 20-24a.25-28; Yohanes 6: 37-40 KEBANGKITAN BADAN DAN KEHIDUPAN KEKAL Renungan kita pada hari ini bertema: Kebangkitan Badan dan Kehidupan Kekal. Pada hari ini Gereja kita peringati semua arwah orang beriman. Kegiatan kita dalam Gereja pada hari ini ialah berdoa bagi para arwah itu. Para imam diminta untuk merayakan tiga kali Ekaristi. Umat dapat menghadirinya sekaligus menyampaikan intensi-intensi doa bagi arwah anggota keluarga mereka. Pentingnya untuk memahami peringatan dan tugas doa ini, kita perlu berangkat dari keyakinan iman yang hakiki. Di dalam rumusan doa “Aku Percaya”, kita percaya akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Para arwah keluarga dan sesama kita, dibantu dengan doa-doa seluruh Gereja supaya mereka dianugerahi kebangkitan dan akhirnya menikmati kehidupan abadi di dalam surga. Menyebut mereka “akhirnya menikmati hidup abadi di dalam surga”, ini memiliki makna yang penting. Ini berarti ada sebuah proses yang dilalui oleh para arwah sebelum masuk surga. Proses ini kita sebut dengan api penyucian. Ajaran yang sangat khas dalam Gereja Katolik ini ingin menegaskan bahwa penyucian bagi para arwah merupakan proses pemurnian. Mereka bagai dibakar supaya menjadi murni. Dosa-dosa dan akibatnya yang masih melekat dalam diri para arwah ini dibersihkan. Mereka tentu menderita karena pemurnian ini. Tetapi mereka sendiri tidak bisa membantu dirinya sendiri. Mereka sebagai arwah tidak memiliki segala kemungkinan untuk berkumpul dan berdoa. Oleh karena itu mereka sangat membutuhkan dukungan doa-doa kita yang masih berada di dunia. Kitab kedua Makabe dalam bacaan pertama menetapkan dua bentuk bantuan kepada para arwah ini, yaitu doa dan kurban. Doa-doa kita mencakup yang paling sederhana seperti doa pribadi yang spontan sampai dengan ibadat Ekaristi. Kurban itu bisa dalam bentuk barang, uang dan perbuatan yang dipersembahkan ke Gereja. Ajaran api penyucian tentang doa-doa dan kurban dari kita, bertujuan untuk kebangkitan dan kehidupan abadi para arwah, dan ini adalah bagian sumbangan dari Gereja. Bagiannya Tuhan adalah peristiwa Yesus bangkit dan menyediakan tempat bagi setiap pengikut-Nya. Ia berkehendak kalau tak ada satu pun dari pengikut-Nya hilang. Penetapan ini sudah final, maka mereka yang sudah meninggal dunia di dalam Kristus itu statusnya sudah menjelang surga. Untuk dapat membawanya tiba di sana diperlukan api penyucian itu. Jadi hari ini kita melakukan tugas atau tanggung jawab kita supaya terwujudlah tujuannya, yaitu para arwah dimurnikan demi masuknya mereka ke dalam surga. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Bapa maha rahim, kami berdoa bagi para arwah saudara dan saudari kami: berikanlah istirahat kekal kepada mereka, ya Tuhan, sinarilah mereka dengan cahaya abadi, dan semoga mereka beristirahat dalam damai. Amin. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Deny Surjanto dan Mandalina Salawa dari Komunitas Pukat Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Kisah Para Rasul 1: 12-14; Mazmur tg Lukas 1: 46-47.48-49.50-51.52-53.54-55; Lukas 1: 26-38 MENJADI SESAMA YANG BAIK Tema renungan kita pada hari ini ialah: Menjadi Sesama Yang Baik. Pada hari ini kita sebagai umat Gereja Katolik memperingati Santa Perawan Maria, Ratu Rosario. Devosi kepada Bunda Maria Rosario begitu merata dan kuat oleh umat Katolik. Ini merupakan buah perjalanan panjang Gereja dalam mempertahankan iman dan melawan musuh-musuh yang bermaksud menghancurkannya. Doa devosi ini sangat populer, pas untuk segala waktu dan tempat, berfungsi untuk segala keperluan dan disukai semua kalangan umat. Rosario menandakan suatu sukses Gereja dalam membuat anggotanya menjadi umat yang devosional. Umat devosional berarti mereka memiliki cinta, rasa suka dan kedekatan dengan subjek tertentu. Umat Katolik melakukan ini kepada Bunda Maria. Ada begitu banyak kesaksian di antara kita yang menegaskan peran dan pertolongan Bunda Maria atas keberhasilan, keuntungan dan keselamatan yang dialami. Ada seorang umat pernah bertanya kepada Pastor Parokinya: Antara berdoa Rosario pribadi dan bersama, mana yang lebih baik? Pastor memberikan beberapa penjelasan yang intinya ialah jika kesempatan memungkinkan, misalnya ada beberapa orang bersama yang ingin berdoa, maka lebih baik Rosario didoakan bersama-sama. Umat tersebut mengamini, karena kalau ia berdoa Rosario sendirian, ia sering hilang konsentrasi, mengantuk dan merasa tidak nyaman. Berdevosi Rosario bersama-sama, baik kelompok kecil maupun besar, mengungkapkan persekutuan dan kekuatan di antara sesama orang beriman. Ketika Injil pada hari ini mengungkapkan tentang menjadi sesama yang baik, kiranya perwujudan persekutuan itu dapat dirajut dan dipelihara melalui doa Rosario bersama. Ketika orang bersama-sama memegang tasbih rosarionya dan mendaraskan litani doa Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan berulang kali, mereka semua menjadi anak-anak dengan satu ibunda, yaitu Maria, dipelihara oleh satu Bapa di surga, dan diajarkan kebenaran oleh Yesus Kristus, melalui penyertaan sepanjang saat oleh Roh Kudus. Di dalam berdevosi Rosario, semua orang menjadi satu dan sama sebagai anak-anak Bunda Maria. Tidak ada lagi pengelompokan orang berdasarkan suku, bahasa, budaya dan asal usul. Perbedaan-perbedaan itu jika tidak disikapi secara baik dan positif, pasti akan mengancam hidup bersama dan menjadikan sesama sebagai musuh. Semestinya devosi Rosario yang sangat kita minati itu dapat menjadikan kita masing-masing sebagai sesama yang baik, sehingga kita dapat saling mengerti, menolong dan mendukung. Orang yang berdevosi Rosario tetapi mereka terus saja hidup dalam permusuhan, kemarahan dan kebencian terhadap sesamanya, berarti devosinya itu tidak dalam kebenaran dan ketulusan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, semoga dengan berdevosi Rosario, kami semakin menyerupai Bunda-MU Maria, yang hidup di dalam kesetiaan atas kehendak Bapa. Salam Maria ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
VOA This Morning Podcast - Voice of America | Bahasa Indonesia
Meski tidak diagendakan, topik penahanan massal etnis Uyghur dan minoritas Muslim lainnya di Tiongkok akan membayangi sidang Dewan HAM PBB sebulan ke depan. Sementara itu, bukan hanya di lembaga pendidikan, kasus kekerasan seksual juga terjadi di lembaga keagamaan, termasuk gereja Katolik.
Salah satu kekuatan terbesar Gereja Katolik untuk menjaga ajarannya tetap murni sejak zaman Para Rasul hingga kini adalah mata rantai tak terputus sejak Para Rasul yang disebut Suksesi Apostolik. --- Send in a voice message: https://anchor.fm/katkit/message
Gereja Katolik dapat membuktikan keaslian Injil dengan merujuk pada tulisan-tulisan para Bapa Gereja yang secara historis mencatat adanya Injil-Injil sejak semula. --- Send in a voice message: https://anchor.fm/katkit/message
Tuduhan bahwa Injil telah dipalsukan dibantah oleh bukti historis bahwa Gereja Katolik memiliki Suksesi Apostolik, yaitu mata rantai rasuliah yang tersambung sampai zaman Para Rasul dan menjaga keaslian Injil dari waktu ke waktu. --- Send in a voice message: https://anchor.fm/katkit/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Johanes Bambang dan Yuliana Manjung dari Komunitas Pukat (Profesional dan Pengusaha Katolik) Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Indonesia. Sirakh 10: 1-8; Mazmur tg 101: 1a.2ac.3a.6-7; 1Petrus 2: 13-17; Matius 22: 15-21 WARGA NEGARA YANG JUJUR DAN ORANG KATOLIK YANG BAIK Tema renungan kita pada hari raya 17 Agustus, hari kemerdekaan RI ini ialah: Warta Negara Yang Jujur dan Orang Katolik Yang Baik. Setiap datang ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, perasaan bangga dobel. Rasa sebagai bangsa yang merdeka sangat kuat. Berikut, perayaan kemerdekaan ini dilakukan secara nasional dalam bentuk upacara bendera dan perayaan iman dengan liturgi hari raya. Jadi ada perayaan sebagai bangsa dan sebagai orang-orang beriman. Bagi kita di dalam Gereja Katolik, hidup di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah rahmat yang sangat indah. Kita memiliki prinsip yang satu di dalam Gereja Katolik, bahwa setiap pengikut Kristus wajib menjalani hidup di dunia ini dengan cara sebagai warga negara yang jujur dan orang Katolik yang baik. Hal ini cocok dengan makna perayaan ulang tahun Republik Indonesia, yang secara ritual membawa kita kepada perayaan sebagai warga bangsa ini dan sebagai anggota Gereja Katolik yang merayakannya secara liturgis. Simbolisasi ritual tersebut seiring dengan pesan Injil hari ini yang juga memakai simbolisasi kewajiban warga negara untuk memberikan yang pantas dari dirinya. “Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi milik Kaisar dan berikanlah kepada Tuhan apa yang menjadi milik Tuhan.” Ini terkesan bahwa kita membuat pemisahan yang tajam, namun makna lebih utama di sini ialah bahwa Tuhan berkehendak untuk menentukan arah hidup kita, termasuk bangsa di mana kita hidup dan bekerja. Makna penentuan kita sebagai sebuah bangsa sangat fundamental bagi Indonesia, terutama menyangkut definisi kebangsaan kita. Hidup sebagai bangsa Indonesia memang tak bisa ada kalau tidak ada Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Kita diciptakan dan ditentukan sebagai satu bangsa Indonesia, dengan karunia indah empat pilar tersebut. Supaya empat pilar tersebut dapat menjadi pedoman kita berbangsa, pemerintahan kita haruslah teguh, kokoh dan berkarakter baik sebagai orang-orang berbudaya Indonesia. Makna penentuan arah hidup kita dari Tuhan telah terungkap melalui kemerdekaan sebagai anak-anak Allah. Setiap anggota Gereja Katolik yang baik mengalami hidupnya yang telah dibebaskan oleh Tuhan Yesus Kristus. Ia hidup di dalam terang Roh Kudus yang diutus oleh Tuhan yang bangkit. Maka hidupnya di dalam negara-bangsanya, ialah sebagai pribadi yang bersemangat kebangkitan. Seorang yang hidup dalam semangat kebangkitan ialah dia yang melangkah dengan kaki pada tanah dan memandang penuh optimisme akan keselamatan seluruh hidupnya di dalam Tuhan dan kerajaan-Nya. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, semoga kami dapat mewujudkan kehidupan kami sebagai anak-anak-Mu yang merdeka. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
Hidup selibat adalah bentuk serah diri dalam dan bersama Kristus kepada Gereja, serta mengungkapkan pelayanan imam kepada Gereja dalam dan bersama Tuhan (PDV 29).
Pembawa Renungan : dr. Robert Reverger, SpKJ Denpasar - Bali Mat. 16:13-19.
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Vikti dan Windu dari Gereja Kristus Raja, Paroki Bajiro di Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang. Kisah Para Rasul 12: 1-11; Mazmur tg 34: 2-3.4-5.6-7.8-9; 2 Timotius 4: 6-8.17-18; Matius 16: 13-19 MEREKA BERDUA ISTIMEWA Renungan kita pada hari ini bertema: Mereka Berdua Istimewa. Bukti kesaksian iman rasul Petrus dan Paulus kepada Kristus yang ada di tangan kita ialah kitab suci perjanjian baru. Masing-masingnya memiliki cerita yang sangat unik dan menggugah hati kita. Mereka mewariskan tulisan-tulisannya yang kita kenal dalam surat-surat mereka. Ini adalah fakta narasi, kata, dan kisah. Bukti lain mengenai mereka dapat kita sebut sebagai fakta panggung, medan, atau tempat yang dulu mereka dijumpai. Kini Gereja mengabadikan panggung-panggung itu sebagai tempat suci dan sarana devosi Gereja. Saat ini, sejujurnya panggung yang memberikan kesaksian kepada dunia tentang kedua rasul ini ialah kota Roma, Italia. Mereka sebenarnya orang-orang Yahudi di Palestina. Tetapi saat ini hampir tidak ditemukan bekas-bekas peninggalan baik kedua rasul tersebut di tanah Palestina. Ketika orang-orang berziarah ke Yerusalem dan daerah Danau Galilea dan sekitarnya, bukti panggung tentang kedua rasul ini sangat terbatas. Hanya kota Yesus di Kapernaum yang bisa memberikan beberapa fakta kuat, misalnya ada puing-puing rumah mertua Petrus. Tetapi ketika orang mengunjungi kota Roma di Italia mereka akan mendapatkan banyak fakta panggung tentang kedua rasul ulung ini. Di antara banyak fakta tersebut, yang paling disukai pengunjung ialah makam mereka. Masing-masing makam itu kini berdiri di atasnya Basilika Santo Petrus di dalam kota Vatikan dan Basilika Santo Paulus terletak di luar tembok kota Roma yang lama. Kisah Para Rasul mengisahkan sedikit drama perjalanan mereka ke Roma untuk menghadapi tuntutan hukum yang ditangani oleh kekuasaan Romawi. Catatan sejarah Gereja Kristen memberikan rincian lain tentang proses terjadinya hukuman berat atas Petrus dan Paulus di Roma. Waktu dan sejarah yang kemudian membuktikan bahwa panggung kota Roma telah membuat mereka memberikan kesaksian tertinggi akan Yesus Kristus yaitu melalui kemartiran mereka. Darah mereka yang ditumpahkan itu berbuah dengan menumbuhkan iman Kristen yang kian mendunia. Saat ini, Roma dan khususnya Vatikan adalah panggung sentral Gereja Katolik, antara lain karena rasul Petrus dan Paulus yang merintisnya. Di Yerusalem dan tanah Yudea terbukti panggung awal panggilan Petrus dan Paulus, di Roma mereka berdua mempertontonkan bahwa pilihan kepada Yesus memang harus radikal, di dalam kitab suci mereka tetap mengajarkan kebenaran tentang Yesus Kristus, dan di surga mereka berdua adalah orang-orang kebanggaan kita, orang kudus yang terpuji. Pada hari raya Petrus dan Paulus ini hendaknya kita bersyukur atas Gereja kita yang universal dan apostolik. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Allah, semoga berkat-berkat-Mu menjadikan kami berbakti penuh kepada Gereja-Mu seperti rasul Petrus dan Paulus. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
Pengalaman yang luar biasa dan berharga, bisa belajar dan mendapatkan pembelajaran baru.
Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1376 menulis: "Konsili Trente menyimpulkan iman Katolik dengan menjelaskan: '... oleh Konsekrasi roti dan anggur, terjadilah perubahan seluruh substansi roti ke dalam substansi Tubuh Kristus, Tuhan kita, dan seluruh substansi anggur ke dalam substansi Darah-Nya. Perubahan ini oleh Gereja Katolik dinamakan secara tepat dan dalam arti yang sesungguhnya perubahan hakiki (transsubstansiasi)' (DS 1642)." --- Send in a voice message: https://anchor.fm/katkit/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan pertama dibawakan oleh Aspiran SDB Novri, bacaan kedua dibawakan oleh Aspiran SDB Risal, bacaan Injil dan renungan dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB di Komunitas Salesian Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng. Kejadian 14: 18-20; Mazmur tg 110: 1.2.3.4; 1 Korintus 11: 23-26; Lukas 9: 11b-17 MAKANAN DARI PEMBERI KEHIDUPAN Tema renungan kita pada hari Minggu, hari raya Tubuh dan Darah Yesus ialah: Makanan dari Pemberi Kehidupan. Bagi kita yang mengikuti Kristus, tubuh dan darah Kristus ini adalah Tuhan Yesus Kristus sebagai pribadi yang hadir bagi kita, yakni secara khusus menjadikan diri-Nya santapan untuk kelangsungan hidup kita. Kita merayakan pemberian diri Tuhan yang nyata ini di dalam sakramen Ekaristi. Simbol Ekaristi ialah roti dan anggur. Yesus sendiri memilih simbol ini seperti yang dituturkan oleh Kitab Suci bahwa Ia menggambarkan diri sebagai roti hidup. Demikian juga Ia menjadikan anggur sebagai suatu perjanjian kekal yang ditetapkan dalam perjamuan malam terakhir. Simbol ini secara liturgis adalah resmi dipakai di dalam Gereja Katolik. Tidak ada simbol lain yang dapat menggantikan roti dan anggur ini. Pada waktu Gereja Perdana lahir di Yerusalem dulu, pertemuan rutin mingguan dilakukan sebagai upacara pemecahan roti dan mendengarkan firman Tuhan. Gereja terus berkembang ke luar Yerusalem. Pertemuan rutin mingguan dan harian itu menjadikan Gereja sungguh berbeda dari kelompok-kelompok lain. Ketika seorang Katolik menjalankan Ekaristi secara tekun dan benar, ia sebenarnya membuat dirinya berbeda dari penganut Kristen lainnya. Perbedaan itu menekankan pada aspek yang tidak sekedar suatu pertemuan dengan pribadi Tuhan, tetapi lebih utama ialah Tuhan diterima, disantap dan dimasukkan ke dalam tubuh orang yang menerimanya. Kalau seorang Katolik menghadiri suatu ibadat tanpa Ekaristi, ia akan segera mengerti bahwa ibadat itu belum lengkap. Ini adalah kultur Kristiani dan tradisi suci yang amat kuat. Aspek teologis ekaristi menunjuk pada kenyataan bahwa Tuhan dan diri manusia menyatu. Tak pernah ada ekaristi yang tidak menciptakan persekutuan. Persekutuan itu sangat jelas ditandai dengan santapan persembahan diri Tuhan di dalam Komuni Kudus. Pada aspek harapan, tubuh dan darah Kristus merupakan jamuan rohani sempurna nantinya di dalam surga. Dengan ekaristi kita dibantu untuk memperkuat persekutuan hidup kita di dunia ini, sebagai suatu kekuatan untuk perjalanan kita menuju surga. Selera kita terhadap Ekaristi mesti tetap terjaga, kerinduan tak boleh hilang dan kesiapan untuk menerima-Nya dipertahankan selalu, supaya persekutuan sempurna itu senantiasa menjadi satu-satunya yang memenuhi seluruh ruang pengharapan kita. Maka warta gembira bagi kita hari ini ialah: ekaristi adalah kebutuhan dasar kehidupan rohani kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Semoga kami tetap bersemangat dan membuat Tubuh dan Darah-Mu dalam Ekaristi sebagai kebutuhan rohani kami yang sangat mendasar. Bapa kami di dalam surga ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas Salesian Labuan Bajo, Indonesia. Kisah Para Rasul 15: 1-2.22-29; Mazmur tg 67: 2-3.5.6.8; Wahyu 21: 10-14.22-23; Yohanes 14: 23-29 ROH KUDUS YANG KATOLIK Tema renungan kita pada hari Minggu Paskah ke-6 ini ialah: Roh Kudus Yang Katolik. Kita perlu memahami pertama-tama istilah atau nama “Katolik” yang kita pakai di sini. Istilah “Katolik” di sini tidak untuk membandingkan agama Katolik-Roma dengan Paus sebagai kepalanya dengan denominasi Kristen lainnya dalam Reformasi Protestan. “Katolik” menunjuk pada semua orang Kristen yang percaya kepada Yesus Kristus. Jika Kristus sebagai alasan dasar kita semua sebagai “Katolik”, maka secara logis Roh Kudus juga adalah Katolik, karena Yesus sendiri mengutus Roh-Nya itu kepada kita. Zaman kehidupan di dunia ini setelah Kenaikan Tuhan ke Surga disebut Zaman Roh Kudus. Pekerjaan Roh Kudus adalah kelanjutan pekerjaan Yesus Kristus, yang intinya ialah membaharui seluruh muka bumi dan menjadikan semuanya sebagai ciptaan Tuhan yang beriman kepada Allah. Pertanyaannya ialah: bagaimana kita dapat memahami bahwa Roh Kudus membuat segala sesuatu menjadi milik Allah, sehingga sungguh-sungguh Katolik? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu berangkat dari Injil pada hari ini, yang mengatakan bahwa Roh Kudus yang diutus oleh Yesus memiliki peran untuk mengingatkan kita tentang segala sesuatu yang telah Yesus ajarkan dan katakan. Peran dan tugas untuk mengajarkan segala sesuatu itu merupakan unsur hakiki sebuah universalitas atau kekatolikan. Roh Kudus bekerja total dan sampai mencapai hasil yang tuntas. Kepenuhan hidup kita menjadi buah pekerjaan Roh Kudus. Gereja perdana di Yerusalem dan sejumlah kota di sekitarnya menyadari bahwa atas bimbingan Roh Kudus, Gereja itu sungguh menjadi Katolik. Sifat Katolik yang universal itu menjadi pesan Konsili Yerusalem yang sangat penting, dengan amanatnya ialah semua bangsa apa pun budaya dan latar belakangnya dapat menjadi murid-murid Tuhan dan masuk ke dalam Gereja. Kekatolikan mencakup semua orang dari segala kultur, suku, bahasa, ras, agama, tempat dan wilayah. Dalam waktu yang tidak lama, berkat kerja keras Paulus dan Barnabas serta sejumlah pemuka Gereja terpilih, wajah Gereja Katolik menjadi nyata di dalam dunia dan hati semua orang. Sebagai Roh ilahi atau Roh Allah sendiri, peran Roh Kudus adalah menguduskan dunia ini dan seluruh isinya. Penglihatan Yohanes di dalam wahyu menunjukkan bahwa kepenuhan rahmat Allah, atau kekudusan bagi semua, adalah seperti sebuah kota yang kudus, Yerusalem, diturunkan dari surga dan didirikan di atas bumi ini. Kita adalah orang-orang Katolik, maka kita perlu selalu berada dalam terang Roh Kudus dan selalu memancarkan terang itu. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan Yesus, semoga Roh-Mu selalu menjadi terang dan kekuatan untuk membaharui seluruh muka bumi, dan menjadikannya tempat yang kudus bagi semua. Bapa kami... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Kristina Retna dan Nugrahanto dari Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Keuskupan Bogor. Kisah Para Rasul 11: 1-18; Mazmur tg 42: 2-3; 43: 3.4; Yohanes 10: 1-10 GEMBALA YANG BAIK BERBAU DOMBANYA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Gembala Yang Baik Berbau Dombanya. Paus Fransiskus pernah mengujar satu himbauan sekaligus ajaran kepada seluruh Gereja, dan secara khusus ditujukan kepada para Uskup dan imam, bahwa mereka harus berbau domba-dombanya. Ajarannya itu sampai kini selalu menjadi kutipan berbagai pihak di dalam Gereja Katolik. Paus sedang mengajarkan tentang iman yang terlibat dan menyatu dengan hidup yang nyata. Maksudnya ialah supaya tugas kepemimpinan dan pelayanan itu tidak meluluh menempatkan orang di dalam kantor, rumah, di belakang meja, di forum diskusi, rapat dan perencanaan. Seperti Yesus Kristus sang Gembala sejati, siapa pun kita yang mengikutinya, mesti dapat meneladaninya. Hal ini diungkapkan oleh empat orang anak, dua perempuan dan dua laki-laki kakak-beradik. Mereka sangat mengagumi dan mengidolakan kedua orang tuanya. Masing-masing bersaksi bahwa bapak ibunya mengasihi setiap anaknya secara pribadi dan memperlakukan masing-masingnya sesuai keadaan dan karakternya. Mereka mengatakan bahwa nanti memilih jodoh, profil wanita atau pria pasangannya kurang lebih mirip bapak dan ibunya sendiri. Ciri gembala yang berbau dombanya adalah seperti yang dilakukan oleh bapak dan ibu tadi. Orang atau pihak yang dilayani diberikan rasa betah, dikasihi, dan dimajukan. Pertama-tama karena mereka berbuat seperti Yesus, yang tidak memilih-milih orang untuk dilayani. Perlakukan setiap orang secara pribadi, dan perhatikan kepada semua yang memerlukan kasih, merupakan cara konkret seorang gembala mengalami bau, yang artinya kondisi dan pengalaman konkret, setiap dan semua orang yang diperhatikan. Nilai spesial untuk gembala yang baik yang berbau dombanya, ialah bahwa Tuhan tak jijik dan menyerah dengan bau domba-domba yang diperhatikan. Dia malah suka dengan bau domba-domba itu. Bau mereka yang berbeda beda itu sangat disukai dan nantinya diubah dalam keharuman kasih dan kerahiman-Nya. Domba-domba bukan hanya di dalam kandang, tetapi juga di luar kandang, semuanya digembalakan oleh Yesus. Demikian juga santo Petrus yang berhasil membawa orang-orang yang di luar batas teritori Yahudi, untuk menjadi anggota Gereja Perdana. Gembala yang berbau dombanya belum terealisasi saat ini. Kita hendaknya tetap berdoa dan berharap supaya para gembala khusus, yaitu yang tertahbis dan gembala umum umat beriman, menjadikan ini sebagai tantangan dalam membawa banyak domba lainnya ke dalam Gereja. Semua bau mereka mesti menarik kita semua membawa mereka kepada Kristus. Marilah kita berdoa... Dalam nama Bapa...Tuhan Yesus Kristus, perkuatkan kami dengan semangat-Mu supaya kami dapat menjadi domba-domba yang baik dan dapat membawa domba-domba lain untuk datang kepada-Mu dan menikmati suka cita di dalam Dikau. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Tim La Porta asuhan Peter Tukan, SDB dari Komunitas Salesian Labuan Bajo, Manggarai Barat. Pembaca bacaan adalah Juventus dan Yudi, calon SDB dari Keuskupan Ruteng. GEMBALA DAN DOMBA YANG BAIK Tema renungan kita pada hari Minggu Paskah ke-4 ini ialah: Gembala Dan Domba Yang Baik. Hari ini, menurut tradisi Gereja adalah hari Minggu Gembala yang Baik. Gereja merayakan ini dengan kegiatan Minggu panggilan. Kita paham bahwa para gembala dan pelayanan Gereja dan Masyarakat telah melalui proses pembinaan sebagai orang-orang terpilih dan terpanggil. Mereka adalah pria dan wanita yang ingin menjawab panggilan Tuhan secara khusus yang disebut panggilan imamat dan hidup membiara. Kata gembala dari bahasa Latin pastor, dan bahasa Inggris shepherd, menunjuk pada diri Yesus Kristus, Gembala agung dan utama. Yesus mengatakan sendiri tentang ini dalam Injil Yohanes pada hari ini. Ia lalu jadikan kita semua domba-domba gembalaan-Nya. Bagi kita di dalam Gereja Katolik, misi Yesus Kristus sebagai gembala menjadi sebuah tugas partisipatif, yang berarti bahwa mereka yang terpilih itu mengambil bagian dalam misi Yesus sendiri. Itulah mengapa kita memiliki Gereja dan ada perutusan yang diberikan Yesus dan Gereja. Partisipasi ini berwujud pada beberapa tingkat. Paus yang menggantikan posisi rasul Petrus, para Uskup yang menggantikan para rasul dapat kita katakan para gembala lingkaran pertama yang melanjutkan penggembalaan Yesus Kristus. Sampai saat ini posisi mereka ditandai dengan takhta kepemimpinan untuk sebuah Gereja Universal, juga Gereja Lokal. Tingkat yang menyusul ialah para imam yang berpartisipasi dalam tugas imamat Uskupnya. Ada imam diosesan yang bekerja di keuskupan masing-masing dan imam tarekat yang bekerja melalui perutusan tarekat masing-masing. Tingkat yang lebih luas ialah para biarawan dan biarawati, yang juga memiliki perutusan dalam membesarkan Gereja, merawatnya dan sebagai saksi hidup Kerajaan Allah. Dan yang lebih luas lagi ialah setiap orang pengikut Kristus yang memiliki tanggung jawab untuk berada bersama, menemani dan menjaga sesama di sekitarnya. Setiap orang dibaptis untuk menjadi gembala bagi yang sesamanya yang lain. Ia harus berpartisipasi dengan penggembalaan Kristus. Menurut inspirasi bacaan liturgi hari ini, perhatian gembala kepada domba-dombanya dapat diringkaskan menjadi tiga. Pertama, gembala mengenal domba-dombanya. Mengenal, mengetahui dan memahami merupakan bentuk-bentuk kasih sayang dan perhatian. Kedua, perhatian gembala yang lebih tinggi derajat dan kualitasnya ialah kalau ia berkorban demi kebaikan dan keselamatan orang-orang yang disayanginya. Ketiga, gembala peduli akan kenyamanan dan keselamatan jiwa mereka yang ia perhatikan. Jadi, kita sebagai pengikut Kristus, terpanggil dan terbentuk dalam seluruh perjalanan iman di dunia ini, sebagai gembala. Kristus sendiri yang akan memampukan kita untuk menjadi gembala. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Allah dan Tuhan kami, jadikanlah kami domba-domba yang benar dan baik di dalam Gereja-Mu. Bapa kami yang ada di Surga... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message
Kemajuan teknologi dan komunikasi membawa pengaruh dan tak bisa terhindarkan lagi. Maka, apakah sakramen pernikahan di metaverse atau digital akan dianggap sah oleh Gereja Katolik?
Banyak pasangan yang galau karena jatuh cinta dengan orang yang berbeda agama dan keyakinan. Apakah mereka boleh menikah? Bagaimana pandangan Gereja Katolik mengenai pernikahan beda agama?STIKAS Provita adalah sebuah layanan edukasi online dari Sekolah Tinggi Katolik Seminari (STIKAS) St. Yohanes Salib, Bandol-Kalimantan Barat. Program ini bertujuan untuk mewartakan kehidupan Katolik di tengah budaya zaman now.Untuk pertanyaan mengenai perkawinan Katolik, Anda dapat menghubungi Rm. Elisa, CSE di 082113305688 (WA)Tuhan memberkati!
Sebentar lagi kita sebagai Gereja Katolik akan memulai tahap baru dalam lingkaran tahun liturgi, yaitu masa prapaska atau masa sebelum paska. Masa ini dibuka dengan Rabu Abu atau dalam bahasa Inggris sering kali disebut dengan Ash Wednesday. Apa makna dari hari Rabu ini dan terutama apa maknanya bagi kita menerima Abu? Lalu mengapa disebut dengan Rabu Abu?Mari kita simak episode kali ini untuk mengetahuinya lebih jauh.STIKAS Provita adalah sebuah layanan edukasi daring dari Sekolah Tinggi Katolik Seminari (STIKAS) St. Yohanes Salib, Bandol-Kalimantan Barat. Program ini bertujuan untuk mewartakan iman dan kehidupan Katolik di tengah budaya zaman now.Untuk mengusulkan topik dan mengajukan pertanyaan, komentar, serta saran, silahkan menghubungi kami di 082113305688 (WA)Tuhan memberkati!
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Sr. Daftosa, CIJ dan Sr. Petri Canista, CIJ dari Komunitas Provinsialat CIJ Timor, Keuskupan Agung Kupang. 1 Petrus 5: 1-4; Mazmur tg 23: 1-3a.3b-4.5.6; Matius 16: 13-19 YANG ADA DI TAKHTA Renungan kita pada hari ini bertema: Yang Ada di Takhta. Kita memahami bahwa yang sebenarnya duduk di takhta ialah pemimpin yang bertakhta atau yang berkuasa. Jadi ada dua unsur yang sangat penting di sini, yaitu kursi atau takhta dan sang pemimpin atau raja. Keduanya adalah satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan satu dari yang lain. Pemimpin atau yang tidak mempunyai kedudukan merupakan sebuah kekurangan. Gereja Katolik adalah satu-satunya Gereja Kristen dan cara ungkapan keagamaan yang memberikan perhatian istimewa kepada takhta atau kursi. Ini adalah sebuah kursi yang suci dan amat mulia. Yesus adalah pemilik kursi itu, di mana di dalam pengajaran-pengajaran-Nya, Ia dalam posisi duduk untuk menandakan bahwa ia memiliki otoritas untuk berkata dalam kebenaran dan kebijaksanaan. Seorang pemimpin, ketika memberikan pengajaran atau petuahnya dalam posisi duduk berarti ia adalah seorang bapak, pendidik, dan pembimbing. Tugas penting Yesus Kristus ini hendak diwariskan kepada para pengikut-Nya, sehingga tetap terpelihara persekutuan di dalam Gereja dan kewenangan mengajar di dalam kebenaran yang tidak terputuskan. Rasul Petrus yang memberikan pengakuan imannya dan menyebutkan dengan sungguh benar identitas Yesus Kristus, dipilih oleh Tuhan untuk posisi kursi tersebut. Ia menjadi wakil Kristus di dunia, dan ia berhak untuk disebut chairman atau chairperson di dalam Gereja yang satu dan universal. Petrus tidak mengusahakan bahkan mencari jalan tersendiri untuk menduduki takhta tersebut. Ia hanyalah salah satu dari kedua belas rasul yang hidup bersama dengan Yesus siang dan malam. Namun pilihan itu sepenuhnya datang dari Tuhan, berdasarkan kuasa dan kehendak-Nya. Dengan cara pandang seperti ini, kita mesti dapat mengerti bahwa para pengganti Petrus yang menduduki takhta di Vatikan, memang tidak mencari posisi tersebut. Mereka dipilih dan dipercayakan. Mekanisme penentuan seorang pengganti Petrus atau lazimnya kita sebut Paus, mengikuti prosedur yang sudah baku dan semuanya sangat ditentukan oleh bimbingan Roh Kudus dan gerakan kehendak Allah. Proses itu mulia dan suci, sama dengan posisi atau kursi juga suci dan mulia. Meskipun demikian, pribadi Paus adalah manusia yang tidak luput dari dosa dan kesalahan. Selain itu, tugasnya sungguh berat, yaitu menjalankan amanat Kristus kepadanya: apa yang kauikat di dunia akan terikat di surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga. Jadi pada hari ini kita diingatkan untuk memberikan perhatian dan devosi kita kepada Bapa Suci dan tugas perutusannya. Kita perlu taat kepadanya, mendengarkannya, mendoakannya, dan mendukungnya di dalam tugas-tugasnya. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Yesus, semoga Bapa Suci Fransiskus selalu dirahmati kesehatan dan kebijaksanaan dari-Mu. Salam Maria... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message