POPULARITY
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Serly dari Paroki Maria Kusumah Karmel di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 9: 1-20; Mazmur tg 117: 1.2; Yohanes 6: 52-59MAKANAN DAN MINUMAN ROHANI Renungan kita pada hari ini bertema: Makanan dan Minuman Rohani. KetikaTuhan Yesus Kristus menjelaskan bahwa diri-Nya adalah tubuh dan darah yangmesti dikonsumsi oleh mereka yang percaya kepada-Nya, satu pertanyaan yangsegera muncul ialah: dari semua yang mendengar itu, siapa saja yang pertamamemahami lalu makan daging dan minum darah Yesus Kristus? Pertanyaan ini sungguh terkait dengan perasaan para pendengar-Nya waktuitu. Orang-orang Yahudi merasa geli dan malu. Para murid terbagi menjadi yangmenerima dan menolak ajaran ini. Isi ajaran ini sungguh berat untuk dipahami,apalagi sampai pada tindakan untuk memakan dan meminum diri Yesus. Bagaimanamungkin ada ajaran suci untuk menjadi kanibal, pemakan manusia? Namun ajaran ini sebenarnya berdimensi rohani. Yesus ingin jadikan diri-Nyamakanan dan minuman rohani supaya menghasilkan pertumbuhan rohani parapengikut-Nya dan akhirnya tiba pada suatu pencapaian rohani, yaitu persektuandengan Allah. Makanan dan minuman rohani itu ialah firman dari Bapa, ajaranYesus Kristus, dan tindakan pengorbanan diri-Nya. Kita mengkonsumsi berartikita mengerti, percaya, meniru, dan menjalaninya. Di dalam liturgi hari ini, seorang sosok manusia yang mengambil jalan untukmengkonsumsi makanan dan minuman rohani ini ialah Saulus. Meski ia adalah orangYahudi tulen dengan tugasnya ialah membinasakan Gereja yang sudah mulaiberkembang, Allah telah memilih dia menjadi alat pilihan bagi-Nya. Namunsebelum menjadi alat Tuhan sesungguhnya, ia ditegur oleh Tuhan, lalu ia sadarakan perilaku jahatnya, dan pintu terbuka baginya untuk berubah. Kemudian ituia harus memakan tubuh dan darah Kristus, yaitu sabda dan teladan Yesussendiri. Roh Tuhan memasuki dirinya sehingga ia dibaptis dan ditahbiskanmenjadi pribadi yang sama sekali baru. Hasilnya ialah ia berubah namanyamenjadi Paulus dan selanjutnya menjadi seorang rasul yang sangat karismatik. Makanan dan minuman rohani itu kemudian menjadi santapan banyak orang lainselanjutnya dan sampai menyebar ke seluruh dunia. Menjadi pengikut Kristus saatini baik mengambil bagian dalam Gereja sebagai persekutuan bersama umat Allahmaupun sebagai kesaksian hidup pribadi setiap orang, kita perlu terus-menerusmengakui bahwa tubuh dan darah Kristus itu yang memelihara dan mempertahankankita. Bayangkan saja, ketika Anda sudah beberapa waktu lamanya tidak berjumpadengan firman Tuhan dan merayakan perjamuan ekaristi, perasaan kehilangan dankekosongan itu sangatlah kuat dan menyiksa. Itu adalah tanda bahwa iman kitasangat bergantung pada roti hidup Yesus Kristus. Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan maha kuasa, kami bersyukur atasdiri-Mu sebagai roti hidup untuk kelangsungan hidup rohani kami. Semoga Roh-Musenantiasa menguduskan kami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ...Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Tika dari Paroki Santo Alfonsus Rodrigues Pademangan di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 6: 8-15; Mazmur tg 119: 23-24.26-27.29-30; Yohanes 6: 22-29PEKERJAAN PERTAMA DARI TUHANTema renungan kita pada hari ini ialah: Pekerjaan Pertama dari Tuhan. Pertanyaanklasik berikut ini ada di dalam komunikasi di antara kita. Yang mana yang lebihtepat: makan untuk bekerja atau bekerja untuk makan? Jawaban yang seimbangialah kalau kita tidak mementingkan salah satunya saja, tetapi menerima danmembenarkan kedua-duanya. Pada saat yang pas, kita perlu makan dahulu baru bekerja.Pada saat yang lain, kita memang harus bekerja dahulu baru kemudian makan. Dalam urusan dengan iman, Yesus Kritus mengajarkan kita tentang pekerjaanrohani pertama dan makanan rohani pertama. Pekerjaan yang pertama itu ialahpercaya kepada Bapa yang mengutus Dia untuk menjadi penebus dunia. Melalui imaninilah, makanan pertama kita terima ialah Firman-Nya yang telah menjadimanusia, yaitu Yesus Kristus dari Nasaret. Pekerjaan pertama ini telah dilakukan oleh semua yang ditunjukkan di dalamkitab suci, mulai dengan Yesus Kristus yang menegaskan bahwa Ia datang untukmelakukan kehendak Bapa yang mengutus-Nya. Bunda Maria dan Santo Yosef jugahidupnya untuk percaya dan melakukan kehendak Tuhan. Abraham dikenal sebagaibapak orang-orang yang percaya. Moses terkenal dengan hukum tauratnya dan paranabi semuanya kualitas imannya tak bisa diragukan. Sosok yang menjadi contoh kita pada hari ini ialah Stefanus, seorang muridTuhan dan saksi kebangkitan Kristus. Ia dipenuhi rahmat dan kekuatan Allah yangmahakuasa sebagai tanda kualitas imannya, sehingga ia berani berhadapan dengantantangan orang-orang Yahudi yang melawan dia. Melalui pekerjaan ini, makananpertama yang dinikmati oleh Stefanus ialah meminum piala penderitaan bersamaYesus Kristus. Mengikuti Kristus merupakan panggilan dasar kita, yang harus diisi denganpekerjaan pertama yaitu iman dan ketaqwaan kepada Tuhan. Alasan yang dimintakepada setiap orang saat hendak dibaptis ialah iman, dan bukan harta benda,posisi, kenikmatan dunia atau nama baik. Setelah pembaptisan barulah sakramenlain diterima. Doa-doa, devosi dan aneka pelayanan di dalam Gereja sangatditopang oleh fondasi iman ini. Keutamaan iman dan ketaatan merupakan kriteriapertama untuk proses menyatakan seorang beriman resmi sebagai santo atau santaoleh Gereja. Jadi pekerjaan pertama kita dari Tuhan ialah rohani, bukanjasmani. Iman, ketaqwaan dan ketaatan membawa kita masuk menjadi anggota Gerejadan akhirnya menjadi jaminan bagi kita masing-masing masuk ke dalam persekutuanpara kudus di surga.Marilahkita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, Guru yang baik. Ajarkanlahdan tunjukkanlah kami bagaimana menjadi sempurna berkat iman dan ketaqwaan yangada pada kami. Semoga semangat kebangkitan-Mu memperkuatkan iman, taqwa danketaatan kami kepada-Mu dan setia mempertahankannya sampai ajal kami. Bapa kamiyang ada di surga ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 1 Korintus 15: 1-8; Mazmur tg 19: 2-3.4-5; Yohanes 14: 6-14.SALING MELENGKAPI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Saling Melengkapi.Ada sepasang suami istri yang baru saja menikah, membuat pengakuan dirinyamasing-masing. Suami mengakui bahwa kekuatan pribadinya ialah keyakinan yangteguh. Keputusan yang ia ambil akan dipegangnya dan tidak berubah. Namun iapunya kelemahan pokok, yaitu tidak bisa mengontrol marahnya. Sedangkan istri mengakui bahwa dirinya suka bingung.Misalnya dalam memutuskan untuk memasak jenis makanan tertentu bagi keluarga,ia perlu waktu untuk bertanya dan berdiskusi. Ia sulit memutuskan sendiri.Tetapi ia punya kelebihan, yaitu ia sangat setia. Ia menjamin bahwa cintanyakepada suami adalah utuh dan tulus. Keduanya berjanji untuk memahami kekuatandan kelemahan masing-masing. Dan komitmen yang tumbuh dari sini ialah bahwa merekaharus sepakat untuk saling melengkapi. Suatu kehidupan yang harmonis, seimbang dan damai sangatbergantung pada saling melengkapi antara pribadi-pribadi atau unsur-unsur yangberbeda-beda. Kodrat manusia sebagaimakhluk sosial menentukan kebutuhan dasar ini, antara lain melalui penetapandari Tuhan bahwa manusia pertama pria dan wanita itu pada dasarnya salingmelengkapi. Di dalam Gereja perdana sosok kedua rasul yang pestanya kitarayakan pada hari ini juga memberikan sisi-sisi perbedaan yang sangat jelas. Rasul Yakobus terkenal sebagai pribadi yang kuatpendiriannya dan yakin dalam prinsip hidupnya. Ia terbukti menjadi pemimpinGereja Yerusalem, Gereja awal. Pendiriannya tegas dan mendalam, sehingga iabersama dengan Santo Petrus adalah pilar-pilar Gereja pada awal berdirinya.Sedangkan rasul Filipus seperti yang diwartakan oleh Injil hari ini, adalahseorang pribadi yang meski sudah sekian waktu mengikuti Kristus, tetapi masihbergulat dengan kebingungannya. Ia mungkin terbebani sebagai bagian dari slowlearners, pembelajar yang lamban, atau mungkin secara natural terkondisikansebagai orang yang bingung. Tuhan Yesus memang memanggil kita masing-masing dengansegala kekurangan kita untuk membentuk Gereja-Nya dan membangun Kerajaan-Nya.Tidak masalah kalau kita berbeda-beda tetapi kita senang, mau, dan bertekatuntuk hidup bersama. Kita tidak membenci bahkan memusuhi perbedaan. Setiapkelemahan dan kekurangan dari tiap-tiap orang akan dilengkapi oleh pribadi yanglain. Tuhan akan berkenan memberkati dan melengkapi semuanya, karena Ia telahbuktikan dengan menggunakan rasul Yakobus dan Filipus untuk membangun Gereja-Nya.Anda dan saya juga tentu bisa, karena itu Tuhan memanggil kita. Marilah kita berdoa.Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, perkuatkanlah kami dengan segala perbedaandi antara kami, sehingga kami menjadi potensi-potensi yang baik untukmemperkuat persekutan hidup kami. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam namaBapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 5: 34-42; Mazmur tg 27: 1.4.13-14; Yohanes 6: 1-15.MENJADI ALATNYA TUHAN Renungan kita pada hari ini bertema: Menjadi AlatnyaTuhan. Pengalaman dan hidup beriman dalam semangat Paskah, tidak hanya untukmasa Paskah ini tetapi berguna selama hidup kita di dunia ini. KebangkitanYesus Kristus menjiwai seluruh hidup kita. Dalam periode ini Yesus tidak hadirsecara fisik di tengah-tengah kita, tidak seperti pernah dahulu Ia bersamadengan orang sezaman-Nya. Ia sudah berada di sisi kanan Bapa di surga, dan Iamenyertai kita setiap saat melalui Roh-Nya. Apakah yang mesti kita perbuat untuk membuat iman kitamenjadi mantap dan bertahan dalam semangat Paskah ini? Inspirasi bacaan-bacaanpada hari ini memberikan jawabannya, yaitu supaya kita menjadi alat-alat-nyaTuhan. Pelayanan Yesus Kristus melalui Gereja sebagai lembaga tetap berlangsunghingga saat ini, yang sasaran utamanya ialah kawanan umat manusia yang ada disekeliling kita. Boleh jadi mereka itu adalah saudara dan teman sendiri. Bolehjadi mereka adalah banyak orang yang kurang kita kenal. Boleh jadi mereka ialahorang-orang yang dipercayakan Tuhan kepada kita untuk dididik dan dibina. Menjadi alat-Nya Tuhan merupakan suatu panggilan Kristianiyang mendasar, seperti kata Pemazmur: Inilah aku Tuhan, untuk melakukankehendak-Mu ( Mz. 40). Hidup dengan menghayati panggilan untuk menjadi alatTuhan, ialah membuat Tuhan sungguh hadir secara nyata dan pribadi dengantugas-tugas pelayanan Yesus Kristus yang adalah penyelamat, penyembuh,pengajar, pembawa kebenaran, penghibur, dan pengampun. Panggilan ini tertujukepada setiap dari kita sebagai imam, biarawan, dan awam. Menjalankan panggilanini berarti kita berbuat atas nama Tuhan Yesus Kristus dan membuat Dia bekerjasecara nyata. Contoh nyatanya ialah seperti para rasul yang bertahandalam kebenaran Injil yang diwartakannya, meski mereka dipenjara dan diadiliMahkamah Agama Yahudi. Seorang imam Yahudi terkenal, Gamaliel, juga berbicaraatas nama kebenaran dan sekaligus membela perbuatan-perbuatan para rasul.Mereka adalah instrumen-instrumen ajaran dan pengetahuan iman yang benar.Kemudian pada suatu kesempatan yang lain, para rasul berperan menjadi jembatanbagi pemberian makanan kepada ribuan orang yang kelaparan setelah lelah mendengarkanpengajaran Yesus Kristus. Seorang anak yang menyediakan seporsi kecil roti danikan juga tampil sebagai alat-Nya Tuhan bagi terciptanya mujizat penggandaanroti dan ikan. Mereka adalah instrumen kemurahan Tuhan bagi kebutuhan ragawimanusia. Kita dapat menjadi alat-alat Tuhan dalam kondisi dankemampuan setiap pribadi atau kelompok masing-masing. Semua itu bergantung padakesediaan kita.Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha murah,perkuatkan kami supaya kami dapat menjadi alat-alat-Mu yang benar dan berguna,terutama bagi sesama kami. Salam Maria... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Tarsisius Abraham Abimayu dan Kristinia Numartina dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 5: 27-33; Mazmur tg 34: 2.9.17-18.19-20; Yohanes 3: 31-36.SEKOLAH KETAATAN Renungan kita pada hari ini bertema: Sekolah Ketaatan.Salah satu ciri semangat Paskah ialah sekolah ketaatan. Sekolah ini sangatberbeda dari berbagai sekolah yang kita miliki seperti sekolah militer,perawat, polisi, teknik komunikasi, administrasi dan lain sebagainya.Sekolah-sekolah kita ini jelas menghasilkan banyak sekali lulusan, namun apakahmereka semua lulus dalam kebajikan ketaatan, ini menjadi suatu pertanyaan yangbesar. Pada kenyataannya, mereka tidak memberikan pelajaran dan pelatihanspesifik tentang menjadi seseorang yang taat. Kalau demikian, lebih tepat dan baik semua sekolah ituperlu mengambil semangat Paskah demi mendapatkan pelajaran tentang ketaatan.Pelajaran utama di sekolah ini ialah Yesus yang taat secara sempurna kepadaBapa-Nya untuk menunaikan kehendak Bapa, dengan merelakan diri-Nya menjadikorban bagi keselamatan semua umat manusia dari dosa. Ini adalah sumber utamabagi kurikulum pembelajaran ketaatan semua pengikut-Nya dan semua orang lainyang menjalankan kehendak Tuhan. Yesus menegaskan bahwa pembelajaran dasar bagi kita ialahpercaya kepada Dia yang diutus oleh Bapa dan mengikuti jalan yang Ia lalui,yaitu melaksanakan kehendak Bapa. Ini harus menjadi semangat umum bagi setiappengikut Kristus. Setiap bentuk kegiatan, perutusan, tanggung jawab, komitmen,pelayanan, dan pengabdian mesti berhaluan pada sekolah ketaatan ini. Intinyaialah semua itu demi melaksanakan kehendak Allah. Jika kehendak Allah yangdiikuti, maka kebaikan dan kebenaran yang menjadi hasilnya. Salah satu contoh yang ditunjukkan tentang sekolahketaatan ini ialah Petrus dan para rasul lainnya yang hendak dibungkam olehMahkamah Agama Yahudi. Mereka dilarang keras untuk memberitakan Injil dan YesusKristus kepada publik. Tetapi karena pendidikan ketaatan mereka sudah terbentukbegitu kuat, mereka dengan lantang berkata demikian: lebih baik bagi kami taatkepada Allah daripada kepada manusia. Pendidikan ketaatan ini fokus padaprioritas loyalitas dan kesetiaan kepada Allah. Dengan ini berarti godaan atauancaman untuk terlepas atau tidak patuh kepada Allah mesti dilawan. Mengapa Tuhan menjadi prioritas dalam sekolah ketaatan?Karena pada Dia semua ajaran moral, kebaikan, kebenaran, keindahan, kemuliaan,dan kekudusan berasal. Dia pangkal semua kebijaksanaan dan kepandaian. Makakalau kita memilih untuk taat kepadanya secara konsisten, kita bakal menjadipatuh dan taat dalam segala aspek tatanan atau aturan yang berlaku di mana dankapan pun di dunia ini. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa,semoga ketaatan kami kepada-Mu tidak asal-asalan tetapi sungguh benar dan nyataseperti Putra-Mu Tuhan Yesus Kristus yang taat kepada-Mu. Salam Maria penuhrahmat ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Agnes Nabela dari Paroki Serpong dan Fransiska Putri dari Paroki Kota Bumi di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 4: 32-37; Mazmur tg 93: 1ab.1c-2.5; Yohanes 3: 7-15.SAMPAI KE HATI Renungan kita pada hari ini bertema: Sampai Ke Hati.Seorang terpelajar dan pemimpin umat seperti Nikodemus, ketika mencari tahukebenaran kepada Tuhan, berarti ia masih memiliki kekurangan. Jadi orangpandai, bijaksana, terpelajar, dan berkuasa ternyata perlu menjadi lebih baiklagi. Dengan kata lain, seperti Nikodemus, yang memusatkan pencarian kebenarankepada Tuhan, adalah orang-orang yang sedang menuju ke “hati”. Perjalanan dan usaha kita menuju ke “hati” sebenarnyaialah fokus hidup kita, sebuah tujuan yang akan kita capai, dan sesungguhnyatujuan itu ialah Tuhan. Seseorang yang berbuat baik dalam menolong sesamanya,diapresiasi orang lain sebagai pribadi yang berbuat sampai ke hati. Seseorangyang berbuat tidak baik atau jahat kepada sesamanya, juga mendapat penilaiandari orang lain sebagai pribadi yang terlanjur “sampai hati” melakukanperbuatan tersebut. Jadi, yang kita katakan sebagai “sampai ke hati” ialah sesuatuhal atau kenyataan hidup yang sangat inti, pusat dan utama di dalam hidup. Hidup Kristen kita di dunia ini adalah sebuah perjalanandan keyakinan kita dengan jelas mengatakan bahwa tempat tinggal kita di duniaini hanya sementara. Ada sebagian dari kita yang sudah “sampai ke hati”, yaitumereka yang sudah beralih dari dunia ini melalui peristiwa kematian mereka didunia. Sedangkan kita yang masih hidup, menempuh jalan Yesus Kristus untuk padasaatnya yang tepat akan sampai ke hati yang sesungguhnya yaitu Tuhan. Untukmenjamin kepastian ini, Yesus sendiri menjelaskan dengan amat nyata bahwa Iasendiri sebagai Anak Manusia, datang dari surga, tujuan akhir kita. Pertanyaan sederhana di sini ialah: siapakah yang berhakuntuk sampai ke hati? Apakah ini adalah kebebasan masing-masing orang ataukahkita sebagai satu komunitas orang-orang beriman memiliki panggilan yang samauntuk nantinya sampai ke hati atau sampai ke surga? Jawabannya ialah baikpribadi maupun bersama, kita memiliki panggilan untuk ke sana. Nikodemus dansetiap dari kita, begitu disemangati oleh Yesus sendiri atau oleh pengalamanlainnya, tentu begitu bersemangat dan tekun untuk mencapai tujuan akhir hidupkita dengan gemilang. Setiap orang ingin menjadi champion atau pemenang perjalanan itu, seperti yangdicita-citakan oleh Santo Paulus. Tetapi sebagai komunitas umat Allah, Gereja, kita jugamemiliki komitmen bersama untuk sampai di surga bersama-sama. Dengan demikian,motto hidup bersama yang disampaikan di dalam Kisah Para Rasul: sehati dansejiwa, sangatlah penting untuk direalisasikan baik secara jasmani maupunrohani saat kita masih hidup di dunia ini. Hidup bersama dengan benar dan baikdi dunia ini sungguh menggambarkan kehidupan bersama yang mulia di surganantinya.Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan YesusKristus, berkatilah kami supaya ciri sehati sejiwa menjadi kenyataan dalamhidup kami setiap saat. Kemuliaan kepada Bapa...Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Alexia Christabella Suryadi dan Ignasius Suryadi dari Paroki Villa Melati Mas, Gereja Santo Ambrosius di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 4: 23-31; Mazmur tg 2: 1-3.4-6.7-9; Yohanes 3: 1-8.LAHIR KEMBALI Renungan kita pada hari ini bertema: Lahir Kembali.Percakapan Yesus dengan Nikodemus dalam Injil hari ini menghadirkan sebuahtantangan iman yang kita semua hadapi saat ini. Tantangannya ialah bagaimanaiman kita diperbaharui sehingga kita dapat mengalami yang disebut dengankelahiran kembali. Kita diharapkan melalui pencerahan oleh Yesus Kristus untukmemiliki pengertian yang benar, bahwa kelahiran kembali memang sangat perlu.Tetapi kelahiran kembali ini bukan secara biologis, yaitu kembali ke rahim ibuuntuk kemudian terlahir kedua kalinya. Pembicaraan itu sebenarnya ingin mengubah pemahamanbiologis tentang kelahiran kembali menjadi kelahiran kembali dari air dan Roh.Kelahiran dari air merupakan suatu tindakan penghapusan dosa-dosa dan inimengingkatkan kita akan pembaptisan air Yordan yang dilakukan oleh YohanesPembaptis. Sedangkan kelahiran dari Roh ialah saat pembaptisan dalam Roh Kudussehingga orang yang dibaptis sungguh-sungguh menjadi bagian dari Yesus Kristus.Kelahiran dari air dan Roh inilah yang kemudian menjadi sakramen pembaptisan didalam Gereja yang kita miliki sampai sekarang. Orang-orang yang dibaptis adalah mereka yang penuh denganRoh Kudus. Jauh sebelum pembaptisan kita, para rasul berkumpul dan berdoa dalamnama Tuhan Yesus Kristus, mereka semua penuh dengan Roh Kudus. Hasilnya ialahmereka kemudian memberitakan Injil dengan berani. Kepenuhan Roh Kudus yang kitaterima di dalam pembaptisan, kemudian diperkuat atau di-confirmed di dalamsakramen Krisma. Karena pada prinsipnya, setiap orang yang sudah menerimasakramen ini dianggap memiliki kemampuan untuk memberitakan Injil denganpengetahuannya, perkataannya, perbuatannya, dan hidupnya sendiri. Ia jugaberani mempertahankan imannya itu meski tantangan dan halangan membuatnya ngeridan takut. Yang krusial dari kenyataan kepenuhan Roh Kudus ini ialahtentang pembaharuan iman. Persoalan Nikodemus itu adalah di masa lalu danterkait pengalamannya, namun situasi kita sungguh beda. Tetapi tantangannyasama, yaitu iman yang kita peroleh melalui inisiasi memang perlu selaludibaharui. Doa syahadat yang kita doakan dengan rutin menegaskan pembaharuanpembaptisan kita. Ekaristi yang kita rayakan harian atau mingguan sebagaipembaharuan Komuni Pertama yang telah kita terima dulu. Berkat pengutusan yangselalu kita terima dalam perayaan-perayaan liturgis adalah pembaharuan sakramenKrisma yang sudah kita terima. Setiap kali melakukan pembaharuan ini, pantas sekali untukdiingat dan disadari bahwa kita sesungguhnya penuh dengan Roh Kudus.Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa yang kudus,semoga Roh-Mu memperkuatkan selalu iman kami. Salam Maria...Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Dominika Eni Widyastuti dan Ignasius Teguh Eko Prihantanto dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 4: 13-21; Mazmur tg 118: 14-15.16ab.18.19-21; Markus 16: 9-15.PERUTUSAN PASKAH Tema renungan kita pada hari ini ialah: Perutusan Paskah.Setiap kali selesai Misa Kudus yakni setelah berkat dan lagu penutup,suami-istri lansia itu selalu berselisi pendapat. Istri ingin berlama-lama didalam gereja. Ia berlutut dan berdoa pribadi bisa sampai setengah jam. Suamisering tidak sabar. Pertengkaran terjadi begitu mereka bertemu di luar. Suamimenegaskan: kita sudah menerima perutusan, kita harus menjalankannya di luargereja. Waktu berdoanya sudah lewat, sekarang waktunya untuk bertemu sesama danbekerja. Perutusan Paskah merupakan kelanjutan dari semua rangkaian penampakan Yesus danpengajaran-Nya kepada para rasul dan murid-murid-Nya. Pentingnya perutusan itudisebabkan oleh dua alasan utama. Pertama yaitu, ketika Yesus harus naik kesurga dan mereka mesti sudah dibiasakan dengan penyertaan Tuhan di dalamRoh-Nya. Yang kedua ialah, mereka diharapkan bersedia jiwa dan raga untukmenjalankan perutusan-perutusan dari Tuhan. Banyaknya perutusan itu terbagidalam perutusan masing-masing pribadi para murid, dan perutusan bersama ataukomunitas yang dinamakan Gereja Kristus. Kita sedang menunjuk pada pertumbuhan iman Gereja perdanayang bergerak dari damai Paskah ke perutusan Paskah. Perutusan itu terungkapdalam perintah Yesus: Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepadasegala makhluk. Petrus dan Yohanes selalu tampil sebagai sebuah tim yangmewakili perutusan komunitas. Mereka membawa nama Yesus Krsitus dan jugakomunitas beriman, yaitu Gereja perdana. Di samping itu, setiap rasul dan muridlainnya memilih jalannya sendiri-sendiri sebagai pribadi dalam usaha menunaikantugas perutusan tersebut. Karena mereka sudah disiapkan dengan baik oleh Yesussendiri, keberanian dan ketegasan iman mereka tumbuh menjadi kuat. Merekadengan tegas berpihak kepada Yesus, yaitu kebenaran mutlak yang diyakininya,meski ditantang dengan amat keras oleh para pemuka agama Yahudi. Kesiapan dankematangan imannya membuka pintu kepada kemartiran yang sudah dirintis olehYesus Kristus. Mereka, satu per satu, akan berhadapan dengan segala situasientah mendukung, entah menolak, entah sangat keras melawan mereka. Intinya, merekatidak mundur selangkah pun meski tugas perutusan itu sangat menantang hidupnya. Perutusan Paskah berupa: pergilah ke seluruh dunia,beritakanlah Injil kepada segala makhluk, merupakan perutusan yang diamanatkankepada seluruh Gereja dan setiap anggotanya. Setiap pengikut Kristus saat inimelakukan perutusan itu atas nama Gereja dengan kepalanya Yesus Kristus. Secaraformal, perutusan itu kita terima saat selesai ibadat dan Ekaristi. Pemimpinibadah selalu mengatakan di akhir perayaan: Marilah pergi, kita diutus. Secarainformal dan pribadi, tanggung jawab perutusan ada di pundak setiap pengikutKristus yang diutus.Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus,sertailah dan lindungilah kami dalam perutusan kami masing-masing. Kemuliaankepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ....
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Vila Melati Mas di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 4: 1-12; Mazmur tg 118: 1-2.4.22-24.25-27a; Yohanes 21: 1-14DALAM NAMA YESUS KRISTUS Tema renungan kita pada hari ini ialah: Dalam Nama YesusKristus. Setelah mengikuti sekolah bina iman, seorang bocah laki-laki berusiatiga tahun membuat kedua orang tuanya bangga. Ia bisa menghafal kata-kata ini:“Dalam nama Yesus Kristus” dengan sempurna. “Siapa yang ajarkan kamu berkatabegitu”, tanya ibunya. Si bocah langsung menjawab: “Yesus Kristus”. Singkatcerita, pada waktu pelajaran, seseorang berperan sebagai Yesus yang datangmenyalami dan berbicara dengan anak-anak. Pesannya kepada anak-anak, supayamereka selalu menyebut “Dalam nama Yesus Kristus” setiap kali berdoa. Pesan damai Paskah antara lain berisi kalimat penuhkekuatan tersebut. Pernyataan doa “Dalam nama Yesus Kristus” diwujudkan dalamperbuatan kasih yang merupakan hukum Tuhan yang terbesar untuk kita laksanakan.Atas dasar inilah, Petrus dan para rasul berbuat kasih dan kemurahan supayamenghadirkan damai itu di dalam diri orang-orang yang mereka layani. Untukmenghadirkan damai itu, rumusan formula baku yang dipakai ialah: Dalam namaYesus Kristus. Diharapkan supaya dengan rumusan ini, Tuhan Yesus Kristus sangpembawa damai masuk ke dalam diri setiap orang yang menerima karunia-Nya. Pada suatu peristiwa penampakan yang lain, yaitu di pantaiketika Petrus dan para rasul kembali menjalankan pekerjaan rutinnya memancingikan, Yesus yang bangkit nampak kepada mereka dengan sebuah tindakan yangmembawa perdamaian. Ia memberikan sebuah contoh pelayanan dengan menyediakanmereka makanan. Pelayanan pembasuhan kaki pada perjamuan malam terakhir menjadiinspirasi utama. Semangat dan tindakan pelayanan itu yang mesti terus dihayatioleh komunitas beriman yang pertama itu. Yesus ingin menekankan bahwa meskikawanan rasul dan murid-Nya akan kembali ke dalam kehidupan yang normal danrutin, pelayanan harus tetap menjadi semangat utama mereka. Pada hari ini kita belajar sesuatu berkaitan denganpenghayatan iman, yaitu dengan mengikuti suatu anjuran bijaksana, bahwa setiapbentuk perbuatan kasih dan pelayanan kita, hendaknya selalu dalam nama TuhanYesus Kristus. Legitimasi atau pembenaran perbuatan ini adalah Yesus Kristussendiri. Dengan memakai “atas nama Yesus Kristus”, sangat dipercaya kalau namaini berada di atas semua bentuk nama, label, status, dan kepentingan. Dengan“atas nama Yesus Kristus”, semua penguasa di dunia dan bahkan penguasa kegelapanseperti setan dan para pembantunya mengakui Yesus Kristus. Jadi dengan “atasnama Yesus Kristus”, kita mestinya menjadi aman, nyaman, dan lancar dalamberkegiatan dalam hidup kita. Kiranya doa-doa kita selalu berisi: Dalam nama Tuhan YesusKristus.Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa di surga,utuslah Roh-Mu untuk memperkuat pegangan hidup kami setiap kali kami menyebut:Dalam nama Yesus Kristus. Salam Maria penuh rahmat ...Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius Paroki Villa Melati Mas di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 2: 14.22-32; Mazmur tg 16: 1-2a.5.7-8.9-10.11; Matius 28: 8-15DATANG UNTUK BERTEMU YESUS YANG BANGKIT Renungan kita pada hari ini bertema: Datang Untuk BertemuYesus Yang Bangkit. Para rasul dan murid Yesus menjadi saksi mata wafat dankebangkitan Yesus Kristus. Ada utusan surga yang mengabarkan perihal Yesus yangbangkit dan terlebih-lebih karena Yesus sendiri menampakkan diri-Nya kepadamereka. Wujud konkret Yesus yang bangkit tentu saja berbeda daripada ketikadiri-Nya masih hidup. Wujudnya sudah sebagai roh atau menurut istilah KisahPara Rasul sebagai “Yesus yang bangkit”. Kesaksian mereka sangat kuat dan seterusnya sebagai sebuahkebenaran yang sangat hakiki. Ini dibuktikan dengan kepatuhan mereka ataspermintaan Yesus yang bangkit, supaya mereka datang ke Galilea dan bertemudengan Dia. Pertemuan harus terjadi dalam lingkup ruang dan waktu, sehinggakebenaran tersebut dapat dipertanggung jawabkan. Pertemuan yang hanya dalamingatan, imaginasi atau melalui bantuan sarana dan pihak perantara, pastimembuka peluang untuk diragukan. Maka menurut kisah dalam Injil karangan Matius pada hariini, para wanita yang bertemu dengan Yesus yang bangkit, meminta supaya pararasul segera datang dan bertemu sendiri dengan Yesus. Pertemuan langsung denganYesus itulah yang menjadi sebuah pengalaman iman yang baru dan membentuk hidupbaru bagi para rasul dan murid-murid Tuhan. Hal itu menjadi dasar bagi SantoPetrus, murid pertama dari lingkaran ke-12 rasul, untuk memberikan kotbahnyapertama kali tentang Yesus yang bangkit. Ia dan rekan-rekannya harus bersaksi. Kotbah itu intinya berbunyi begini: Yesus Kristus yangditentukan Allah untuk memenuhi semua janji di masa lalu adalah Mesiassesungguhnya. Ia dihukum mati dengan tuduhan tidak benar dan tidak adil. Iatelah mati dan dikubur, namun kini dibangkitkan Allah. Semua yang berkaitandengan kematian dan kebangkitan-Nya, Petrus dan para rasul lainnya adalahsaksi. Supaya kotbah ini tidak sekedar kata-kata kosong, pembuktian peristiwatersebut dan rekaman pengalaman para saksi mata merupakan faktor yang sangatmenentukan kebenarannya. Setiap pengikut Kristus dikaruniai kebutuhan dasar untukdatang dan bertemu dengan Yesus yang bangkit. Ia datang ke keberadaan Yesussetiap saat di dalam hidup ini. Hal ini sama dengan seorang suami yang sudahsering tidak datang menghadiri Ekaristi. Padahal ia sehat-sehat dan berdoapribadi saja di rumahnya. Karena sang istri sudah tidak sabar dengan tingkahsuami itu, ia sengaja meminta supaya ada pelayanan Komuni Kudus kepada suaminyadi rumah. Pastor paroki yang datang ke rumah. Maka terjadilah perjumpaansesungguhnya dengan Tuhan Yesus bagi sang suami. Sejak saat itu, ia selalumenyadari dan siap untuk datang dan bertemu sendiri dengan Tuhan melaluiEkaristi harian dan mingguan. Kita mesti melakukan hal yang sama. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa,penuhilah kami dengan kekuatan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Bapa kami yangada di surga ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Serly dari Paroki Maria Kusuma Karmel Meruya di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kebijaksanaan 2: 1a.12-22; Mazmur tg 34: 17-18.19-20.21-23; Yohanes 7: 1-2.10.25-30SAATNYA BELUM TIBA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Saatnya BelumTiba. Tidak lama lagi, sekitar satu minggu ke depan, kita akan merayakan pekansuci. Peristiwa sengsara dan wafatnya Yesus Kristus merupakan pengalaman puncakpendertiaan-Nya. Antisipasi perayaan besar ini kita jumpai pada hari-hari menjelangnya, termasuk pada hari ini. Bentukantisipasi itu ialah aneka kesulitan sebagai perlawanan terhadap Yesus. Ancamanterhadap diri-Nya benar-benar nyata, langsung, dan pasti. Ia berada di ambangpenganiayaan. Jauh sebelum pengalaman nyata Yesus Kristus itu, kitabKebijaksanaan telah menggambarkan penganiayaan ini. Katanya: Mari, kitamencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya sertamenguji kesabaran hatinya. Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati kejiterhadapnya, sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan (Keb 2,19-20). Injil Yohanes yang baru saja kita dengar memperkuat gambaran ambangpenganiayaan itu dengan menyebut: orang-orang Farisi berusaha menangkap Yesustetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba (Yoh7,30). Saat-Nya yang belum tiba bergantung sepenuhnya padapenyelenggaraan Allah. Hari Kamis malam dan Jumat Agung belum tiba. Semua pihakdari kita wajib tunduk pada ketentuan waktu yang belum tiba ini. Semuanya harusmenghormati aspek penting seperti apa berada dalam ambang penganiayaan YesusKristus. Meski gelombang amarah, irihati, benci, dan kekerasan nampaknya takterbendung, mereka wajib menahan dirinya saja. Biarpun gelombang itu amat kuat,Tuhan belum mengijinkan saatnya tiba. Seperti apa kita memaknai “Saatnya Tuhan belum tiba?”Pertama-tama kita memaknainya dengan mengakui dan menerimanya. Kita menerimakenyataan ini dan mengimaninya sebagai bentuk pemenuhan kehendak Bapa daripihak Yesus, dan sebagai isi iman kita. Di dalam doa “Aku Percaya” kitaungkapkan iman kita dengan menyebutkan: Yang menderita sengsara dalampemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat, dan dimakamkan. Mengamini iniberarti juga kita menyanggupi ajaran dan undangan Tuhan untuk mengikuti Diadalam setiap ambang penganiayaan yang kita hadapi di dalam hidup kita. Kita memaknai ini juga dengan tak gentar untuk tetapmempertahankan kebenaran dan kebaikan sebagai tanda keberpihakan kita kepadaTuhan. Biasanya godaan bagi mereka yang berada dalam situasi ambang derita danpenganiayaan ialah takut atau menyerah dan tunduk kepada pihak penganiaya. Biarpenganiaya ingin cepat eksekusinya, kita tidak boleh menyerah kepadakehendaknya. Pengikut Kristus yang otentik tidak tunduk seperti ini. Di ambangtersebut kita berani berseru: kerelaan ini adalah demi Tuhan Yesus Kristus.Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Bapa di surga,kuatkanlah kami selalu khususnya ketika kami berada di tengah penderitaan danpenganiayaan, supaya kami tetap berpihak kepada-Mu saja. Bapa kami yang ada disurga ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Serly dari Paroki Maria Kusuma Karmel Meruya di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. T. Ester 4: 10a.10c-12.17-19; Mazmur tg 138: 1-2a.2bc-3.7c-8; Matius 7: 7-12TUHAN PENOLONG-KU Renungan kita pada hari ini bertema: Tuhan Penolong-ku.Anak-anak di rumah dan di sekolah selalu diajarkan untuk meminta ketika berdoakepada Tuhan. Mereka diberitahu bahwa kitab suci sudah mengajarkan manusiauntuk meminta, maka Tuhan akan memberikan. Sehingga Ronald, anak SD kelas 5yang sangat aktif alias tidak bisa diam, berdoa dahulu kepada Tuhan sebelummeminta orang tuanya untuk menyediakan. Pada suatu ketika Ronald berdoa begini: “Tuhan Yesus,kasih tahu Mama untuk tambahkan uang 10 ribu supaya nanti aku mau jajan bersamateman-temanku.” Setelah itu Ronald pergi memberitahu ibunya, bahwa ia sudahberdoa kepada Tuhan Yesus, supaya Mama-nya menambahkan lagi uang jajan 10 ribu.Lalu ia mengambil uang 10 ribu dari ibunya dan berangkat untuk bermain bersamateman-temannya. Cara berdoa seperti itu selalu dilakukan Ronald. Jika mau jujur, lebih dari setengah doa-doa kita adalahberwujud permohonan. Kita meminta dan memohon karena kita percaya bahwa Tuhanitu penyelenggara hidup kita dan ia maha murah. Tidak mungkin kita memintaterus tanpa henti kepada pihak yang tidak punya apa-apa, maka seperti itulahpandangan kita terhadap Tuhan. Jadi Tuhan sesungguhnya adalah penolong kita.Melalui permintaan dan permohonan dalam doa-doa, Tuhan mendengarkan danmemberikan pertolongan sesuai dengan kehendak-Nya. Kebutuhan manusia tidak akan habis ketika ia masih beradadi dunia. Di dalam kenyataan, pada saat-saat keadaan kita tidak terdesak ataubukan dalam bahaya, nampaknya doa-doa kita tidak berwujudpermohonan-permohonan. Mungkin juga doa-doa kita setiap hari tidak spesifikmengungkapkan permintaan atau permohonan, karena hidup kita mengalir saja dannormal. Namun jika dilihat secara objektif, hidup kita sendiri merupakananugerah untuk dijalani siang dan malam. Kita justru perlu bimbingan danperlindungan Tuhan. Kita hendaknya menyatakan rasa syukur atas anugerah itu,tetapi sebenarnya secara implisit kita memohon supaya hidup kita dijauhkan darisegala pengaruh jahat dan ancaman musuh. Kita berharap supaya iman danpengaharapan kita kepada penyelenggaraan-Nya tetap teguh. Kitab Ester dalamperjanjian lama mengisahkan betapa bahaya maut yang sedang mengancam hidupnya,nabi Ester sangat yakin bahwa hanya pertolongan Tuhan yang ia andalkan. Iamerasa tidak seorang pun yang menemani dan menolong, tetapi hanya Tuhan yangdiyakini sebagai penolong utama. Tuhan tidak tega membiarkan anak-anak-Nya minta tolongdalam iman yang teguh dan pengharapan yang kuat. Terlebih-lebih di dalamkesulitan dan kesesakan hidup, harapan kita satu-satunya ialah Tuhan yang mahakuasa.Marilah kita berdoa. Ya Allah, semoga Roh-Mu senantiasamenyertai kami di dalam saat-saat kesulitan dan kesesakan hidup kami. SalamMaria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...
Keuskupan Agung Jakarta Akan Cermati Kebijakan Menaikkan PPN 12 Persen | Sedikitnya 41 Desa di Aceh Tenggara Terdampak Banjir | 3Tanpa Indonesia, Laga Semifinal ASEAN Cup 2024 Dua Leg Dimulai *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Elisabeth Duan dan Kris Waleng dari Paroki Santo Fransiskus Xaverius Tanjung Priok di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Filipi 2: 5-11; Mazmur tg 22: 26b-30a.31-32; Lukas 14: 15-24 RUMAH-KU HARUS PENUH Tema renungan kita pada hari ini ialah: Rumah-Ku Harus Penuh. Baru saja kita mendengar bagaimana perjamuan besar oleh Tuhan terbuka untuk dihadiri semua orang yang diundang dan bahwa tuan pesta sangat ingin supaya rumah perjamuannya itu harus penuh. Banyak tempat duduk tersedia, undangan disampaikan berulang kali bahkan terkesan memaksa, santapan sudah siap dinikmati. Semua ini menggambarkan begitu besarnya pesta itu. Mereka yang menyanggupi dan dapat datang ke pesta itu jelas memperoleh keuntungan dengan mengambil bagian di dalamnya, dibandingkan dengan kerugian bagi yang menolaknya. Namun hal yang ingin kita tekankan dalam renungan ini ialah rumah yang diinginkan tuannya supaya penuh. Apakah jika tidak penuh ia akan rugi karena sudah terlanjur menyiapkan semuanya? Bisa jadi benar. Tetapi kalau kehendak supaya rumah itu penuh dilihat dari sudut pandang Tuhan dan kerajaan-Nya, pemahamannya menjadi berbeda. Tuhan mengundang karena tujuannya supaya semua manusia ciptaan-Nya itu selamat. Kenapa orang sampai berpikir untuk menolak ajakan untuk menjadi selamat? Dalam arti sempit, rumah perjamuan pesta itu dapat dilihat dalam bentuk gereja-gereja kita yang mulai kosong, terutama di wilayah Eropa dan sebagian wilayah lainnya di dunia. Memang gaya hidup saat ini berpengaruh menarik umat Tuhan untuk tidak selalu memasuki rumah-rumah ibadat. Desakan Tuhan supaya rumah-rumah ibadat harus penuh ada benarnya juga untuk saat ini. Dalam pandangan yang lebih luas dan yang menjadi intinya ialah bahwa kerajaan Allah itu merupakan suatu persekutuan hidup orang-orang yang percaya. Kita menyebut itu sebagai Gereja atau jemaat. Di dalam persekutuan ini, apakah pemahaman, keyakinan, perayaan dan penghayatan iman itu penuh, ataukah masih terlihat kosong? Tak ada lagi pewahyuan baru yang akan melahirkan perintah-perintah baru. Kitab suci dan perintah-perintah-Nya sudah final, tidak bisa ditambah atau dikurangi. Kitalah yang perlu berusaha memenuhi dan memperbaiki diri kita supaya sesuai dengan kitab suci dan ajarannya. Santo Paulus memberi nasihat begini: jika setiap dari kita mengoptimalkan setiap karunia istimewa di dalam diri kita masing-masing: sebagai pewarta, pegawai kantor, guru, petani, pengusaha, pelayan dan sebagainya; yang diperkayai dengan semangat Kristiani, kita baru dapat memenuhi undangan dan rumah kerajaan Allah itu. Prinsipnya: jangan ada satu pun dari kita datang dan bergabung dengan otak, hati dan tangan kosong. Tidak ada karunia yang kosong, tetapi ia mesti ada isi dan buahnya. Itu bergantung pada kita masing-masing. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa...Allah Bapa maha kasih, perkuatkan kami untuk membuat setiap karunia berbuah di dalam diri kami masing-masing, sehingga kami dapat membangun bersama persekutuan hidup kami di dunia ini. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Elisabeth Welan dan Petrus Kanisius Kebaowolo dari Paroki Karawaci Tangerang di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Filipi 2: 1-4; Mazmur tg 131: 1.2.3; Lukas 14: 12-14 SUKA CITA KARENA MEMBERI DENGAN MURAH HATI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Suka Cita Karena Memberi Dengan Murah Hati. Ada seorang kakek berpakaian sobek-sobek memasuki area sebuah gereja paroki. Ia membawa karung yang berisi kumpulan plastik baik itu bekas bungkusan atau kantong maupun botol-botol minuman. Ia kelihatan kesusahan membawa barang-barang bawaannya itu. Ia juga kelihatan pucat karena sudah lapar dan haus. Pastor Paroki melihat kakek itu dan ia menjadi kasihan. Pastor membawa masuk kakek itu ke ruang makan pastoran. Ia diberi makan dan minum secukupnya supaya menghilangkan lapar dan haus sang kakek. Pastor mengambil dari kamarnya beberapa potong kaos dan celana, lalu menyerahkan ke kakek itu dalam sebuah tas berbahan kulit. Pastor tidak menanyakan asal-usul dan informasi lainnya mengenai identitas kakek itu. Ia tidak mempunyai intensi lain terhadap kakek tua itu selain menolongnya untuk memenuhi kebutuhannya pada saat ini. Ia sangat membutuhkan makanan dan pakaian supaya membuatnya merasa berharga sebagai manusia. Ketika wajah mereka saling bertatapan, terlihat mereka berdua sangat gembira. Sang Pastor Paroki amat bahagia karena ia dapat berbagi kasih secara nyata. Kakek tua yang miskin itu juga sangat bahagia karena sungguh mengerti dan mengalami seperti apa cinta kasih itu. Tuhan Yesus memberikan kita teladan untuk berbuat kasih tanpa pamrih. Salah satu ajaran-Nya yang terkenal berkaitan dengan ini ialah perumpamaan orang Samaria yang baik hati yang menggambarkan sikap murah hati yang amat konkret, lalu meninggalkan kita semua rasa kagum, bersyukur dan bersuka cita. Suka cita dari hidup yang bermurah hati berangkat dari prinsip bahwa kalau kita bisa membuat orang lain senang dan tertolong, hidup ini menjadi lebih baik dan menyenangkan. Dengan melihat mereka bersuka cita, ada suatu langkah maju di dalam kehidupan rohani kita. Kemajuan itu ialah yang dikatakan oleh Yesus di dalam Injil pada hari ini, yaitu bukan suatu balasan atau imbalan materi untuk menghargakan perhatian atau bantuan kita, tetapi suatu persiapan untuk mendapatkan balasan pada saat kebangkitan setelah meninggalkan dunia ini. Suka cita itu lebih merupakan suatu prestasi jiwa dan semangat dalam iman yang membuat bahagia karena telah berbuat baik, khususnya menolong orang yang tidak memberikan sesuatu sebagai balasan. Karena yang punya kuasa untuk memberikan balasan ialah Tuhan, baik pada saat ini berupa berkat rohani dan duniawi maupun pada saat setelah kita mati. Nasihat bagi kita pada hari ini ialah kiranya kita memberi tanpa pamrih, memberi dengan tangan kanan tanpa diketahui tangan kiri, atau memberi dengan menutup mata. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Tuhan Yesus Kristus, kuatkanlah semangat kami dalam kemurahan hati dan rela berkorban sehingga kami ikut membuat dunia tempat kami hidup ini semakin nyaman dan tenteram. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Suster Leona OSF dari Komunitas Suster-Suster OSF Tanjung Priok di Keuskupan Agung Jakarta dan Suster Lucia OSF dari Komunitas Suster-Suster OSF Kahuripan Bogor di Keuskupan Bogor, Indonesia. Amsal 3: 27-34; Mazmur tg 15: 2-3a.3bc-4abc.5; Lukas 8: 16-18 TERANG YANG MEMBEBASKAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Terang Yang Membebaskan. Paus Fransiskus baru saja mengunjungi negeri kita. Salah satu pernyataannya saat mengunjungi kita yang sampai detik ini tetap ramai diulang dan dibagikan ialah: “Jangan lelah berbuat baik.” Pernyataan ini merupakan sebuah terang di tengah kebiasaan dan kecendrungan manusia dunia ini yang menyerah berbuat baik karena tidak melihat hasilnya yang dapat memuaskan. Tidak jarang suatu perbuatan baik itu ditolak dan dimusuhi, tapi kita dikuatkan untuk tetap berbuat baik. Maka terang ini sangat benderang bahkan menyilaukan kegelapan dunia ini. Yesus juga memakai terang sebagai salah satu kata kunci untuk menjelaskan isi kerajaan Allah. Masyarakat kuno memaknai terang sebagai sesuatu yang vital bagi kehidupan, sama dengan zaman kita ini, yang membuat kita melihat, memungkinkan kita bekerja meski dalam gelap, dan untuk menghindari kita terantuk. Orang-orang Yahudi memaknai “terang” sebagai ungkapan keindahan, kebenaran, dan kebaikan Allah. Kata pemazmur: Di dalam terang-Nya kita melihat terang (36,9) dan Firman-Nya adalah terang yang membimbing langkah-langkah kita (119, 105). Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai terang untuk menegaskan kodrat dan keberadaan-Nya sendiri. Terang dalam kisah penciptaan membedakan diri dari gelap. Permulaan Injil Yohanes menyatakan bahwa Allah yang adalah terang datang ke dalam dunia untuk membebaskan dunia dari kegelapan dosa. Terang sebagai lawan utama kegelapan dan kebutaan, sehingga siapa pun yang menerima terang itu dapat berjalan di dalam kebenaran dan kebaikan. Firman Tuhan adalah terang yang kita miliki dan yang mengiringi hidup kita tiap saat. Terang ini tidak berhenti dengan menghalau kegelapan dosa, namun selanjutnya menjadi sebuah spiritualitas untuk suatu kehidupan yang ada suka cita, kedamaian, optimisme dan solidaritas. Yesus menampilkan potret lampu yang bernyala untuk menggambarkan bagaimana para pengikut-Nya mesti hidup di dalam terang kebenaran dan cinta kasih-Nya. Terang Kristus itu menerangi hati kita dan membuat kita mampu melihat kenyataan kerajaan Allah seperti apa. Yesus berkata, tak ada satu pun yang tetap tersembunyi dan dalam rahasia. Kita boleh saja menyembunyikan apa pun dari orang lain, diri kita sendiri, dan dari Tuhan. Sepandainya kita mampu merahasiakan sesuatu, tapi Tuhan sudah mengetahuinya. Karena Ia maha tahu dan mengontrol hidup setiap orang. Jadi untuk melindungi diri kita atau membuat diri kita aman dan bebas, kita mesti berserah sepenuh-penuhnya kepada Tuhan. Tak usah memakai kemampuan apa pun untuk menghindar dan bersembunyi dari Tuhan. Hanya dengan terbuka dan berserah kepada-Nya kita menjadi orang bebas dan hidup selalu di dalam rahmat-Nya. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Allah maha kuasa, semoga cinta kasih selalu mengharuskan kami untuk berbagi sabda-Mu kepada sesama kami dalam segala situasi hidup kami. Berkatilah kami dengan perlindungan-Mu pada hari ini. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ...
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 16: 1-10; Mazmur tg 100: 1-2.3.5; Yohanes 15: 18-21 AKU TELAH MEMILIH KAMU Tema renungan kita pada hari ini ialah: Aku Telah Memilih Kamu. Setiap dari kita mempunyai pengalaman masing-masing tentang pemilihan Tuhan atas diri kita. Seorang biarawan merenungkan tanpa henti dalam hidupnya, betapa bermaknanya kata-kata Tuhan kepadanya: “Aku telah memilih kamu”. Suami atau istri juga sering menuliskan dalam batin masing-masingnya, betapa Tuhan yang menetapkan jodoh mereka: “Aku telah menjadikanmu pasangan bagi dirinya”. Kesadaran dan keyakinan akan pemilihan ini sering kita maknai sebagai panggilan hidup. Setiap orang dapat merenungkan ini supaya ia selalu tahu bahwa Tuhan sebenarnya telah memilih dia untuk pilihan atau panggilan hidup yang sedang dan akan dijalani. Seorang teman guru sekolah dasar sering terbawa rasa iri karena teman-temannya yang dulu memilih nasib lebih baik pada saat ini, karena profesinya jauh lebih tinggi. Namun si guru tadi harus kembali bersikap realistis bahwa panggilannya sebagai seorang guru cukup untuk membuatnya nyaman dan percaya bahwa Tuhan sudah menetapkan itu bagi dirinya. Demikianlah sebuah panggilan dan nasib hidup yang senantiasa melekat pada diri kita masing-masing. Kita sebenarnya sedang menghayati firman Tuhan yang amat kuat tentang ini, yaitu sabda Yesus sendiri: Aku telah memilih kamu dari dunia ini. Tuhan memilih kita bukan untuk membuat kita hebat, sukses, atau luar biasa berpengaruh dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Ia memilih kita dari dunia ini supaya kita dapat menjadi pribadi-pribadi yang memakai label “Kristus”, lalu hidup dan pekerjaan kita pada setiap tingkat kehidupan sungguh menampakkan identitas Kristus. Maka pilihan, panggilan, atau profesi apa pun pada kita yang kita yakini sebagai pemilihan Tuhan, kita pandang sebagai karunia dan kita syukuri selalu. Sebaliknya jika hidup kita hanya berisi keluhan, iri, ketidakpuasan, penyesalan, dan putus asa pada pemilihan Tuhan atas kita, bisa saja ini adalah tandanya kita tidak mengindahkan firman Tuhan tadi: “Aku telah memilih kamu”. Selain itu, sebagai orang-orang pilihan dengan apa pun profesi atau panggilan kita, semangat pelayanan dalam kasih tidak boleh hilang dari kita. Tuhan memilih kita secara gratis, maka kita perlu juga berbaik hati dan bermurah hati kepada sesama. Santo Paulus dan rekan-rekan seperjalanannya memberikan contoh tentang kemurahan hati sebagai orang-orang pilihan. Mereka mendapat panggilan untuk menyeberang ke Makedonia, karena sangat disadari bahwa orang-orang dan daerah itu juga berhak untuk mendapatkan pelayanan kabar suka cita Kristus. Sesungguhnya kita telah menerima dengan cuma-cuma, maka kita akan berbagi dengan cuma-cuma pula. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa yang baik, berkatilah kami supaya kami selalu berbaik hati dan bermurah hati. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Filipus Evano dan Gisela Litania dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 1 Korintus 15: 1-8; Mazmur tg 19: 2-3.4-5; Yohanes 14: 6-14 YAKIN DAN BINGUNG HIDUP BERSAMA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Yakin Dan Bingung Hidup Bersama. Dua kata sifat: yakin dan bingung ini kita jadikan kata benda, dan mereka adalah dua pribadi. Keduanya bukan manusia sempurna. Yakin ialah suami dengan sifat umumnya yaitu punya keyakinan dan dapat dipercayai. Namun ia juga punya kekurangan, yaitu tidak peka akan keadaan dan orang-orang sekitarnya yang harus diwaspadai, karena sering dibohongi atau dipermainkan kapan saja. Sebaliknya Bingung, ia adalah seorang istri dengan sifat umumnya ialah bingung dalam banyak hal. Misalnya dalam memutuskan untuk memasak jenis makanan tertentu bagi keluarga, ia perlu waktu untuk bertanya dan berdiskusi. Ia sulit memutuskan sendiri. Tetapi Bingung ini memiliki kesetiaan yang unggul dengan perkawinan mereka, dan sangat peka akan keadaan sekitar sehingga dapat memberikan masukan-masukan yang berguna bagi suami dan keluarga. Walaupun masing-masingnya adalah Yakin dan Bingung, mereka berpegang kuat pada kesepakatan untuk membentuk suatu kehidupan bersama yang utuh, sehat, dan kuat. Kekurangan Yakin dipenuhi oleh kelebihan Bingung, dan kekurangan Bingung dilengkapi oleh kelebihan Yakin. Begitulah suatu strategi kehidupan yang seimbang karena setiap orang di dalam kebersamaan dan persekutuan itu saling melengkapi. Di dalam Gereja perdana sosok kedua rasul yang pestanya kita rayakan pada hari ini juga memberikan sisi-sisi perbedaan yang sangat jelas. Rasul Yakobus terkenal sebagai pribadi yang kuat pendiriannya dan yakin dalam prinsip hidupnya. Ia terbukti menjadi pemimpin Gereja Yerusalem, Gereja awal. Pendiriannya tegas dan mendalam, sehingga ia bersama dengan Santo Petrus adalah pilar-pilar Gereja pada awal berdirinya. Sedangkan rasul Filipus seperti yang diwartakan oleh Injil hari ini, adalah seorang pribadi yang meski sudah sekian waktu mengikuti Kristus, tetapi masih bergulat dengan kebingungannya. Ia mungkin terbebani sebagai bagian dari para pembelajar yang lamban, atau mungkin secara natural terkondisikan sebagai orang yang bingung. Tetapi Tuhan Yesus memang memanggil kita masing-masing dengan segala kekurangan kita untuk membentuk Gereja-Nya dan membangun Kerajaan-Nya. Tidak masalah kalau kita berbeda-beda tetapi kita senang bertekat untuk hidup bersama. Kita tidak membenci bahkan memusuhi perbedaan. Setiap kelemahan dan kekurangan dari tiap-tiap orang akan dilengkapi oleh pribadi yang lain. Tuhan akan berkenan memberkati dan melengkapi semuanya, karena Ia telah buktikan dengan menggunakan rasul Yakobus dan Filipus untuk membangun Gereja-Nya. Anda dan saya juga tentu bisa, karena itu Tuhan memanggil kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, kuatkanlah kami dengan segala perbedaan di antara kami, sehingga kami menjadi potensi-potensi yang baik untuk memperkuat persekutuan hidup kami. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 14: 19-28; Mazmur tg 145: 10-11.12-13b.21; Yohanes 14: 27-31a DAMAI ADALAH SENJATA KITA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Damai Adalah Senjata Kita. Yesus Kristus ketika berada di dunia telah mengalami aneka bentuk penderitaan sebagai akibat dari dosa dan kejahatan manusia. Ia menerima semua itu dengan tenang, mengampuni dan mendoakan mereka yang melawan atau menganiayai Dia. Ia melawan itu dengan senjata damai dari Bapa-Nya. Para pengikut-Nya, mulai dari para rasul sampai ke generasi kita saat ini, disiapkan dengan sedemikian rupa untuk dapat mengalami segala bentuk penderitaan yang sudah Ia alami. Para rasul terbukti siap menghadapi semuanya dan mereka tidak gentar apa pun, karena senjata damai jauh lebih kuat dari pada senjata apa pun. Paulus dan Barnabas menunjukkan itu ketika mereka membangun dan memperkuat eksistensi Gereja dari satu tempat ke tempat yang lain. Gereja dan pengikut Kristus di segala tempat dan zaman hingga saat ini juga menyadari bahwa prediksi Yesus tidak meleset, yaitu bahwa piala penderitaan yang Ia telah minum, diminum juga oleh para pengikut-Nya. Senjata damai yang sama tetap dipakai, dan kalimat terkenal yang selalu diulangi dalam perayaan Ekaristi menegaskan keampuhan senjata itu, “Damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu.” Yesus Kristus memberikan kita damai dari diri-Nya ini sebagai senjata yang sangat berguna, dan saat paling pas untuk memakainya ialah ketika kita berada dalam tekanan, bahaya dan ancaman dalam bentuk apa pun. Ia sudah menyiapkan kita dengan strategi ini. Ia sudah tahu bahwa yang akan terjadi bagi setiap pengikut-Nya adalah rupa-rupa kesulitan dan penderitaan. Bahkan kebaikan dan kebenaran apa pun yang diperbuat para pengikut dalam nama-Nya, penderitaan dan kesulitan bakal mereka terima. Karena kebaikan dan kebenaran Kristus sangat bertentangan dengan budaya dan gaya orang-orang di dunia ini yang sudah terjangkiti oleh dosa dan kejahatan. Tetapi Yesus dan para pengikut-Nya tidak menyerah dan takut. Salib memang harus dipikul dan bukan dikutuk atau dibuang. Setelah salib ada kemenangan. Ada kebangkitan. Jadi kita mesti bersyukur dan merasa beruntung karena Yesus Kristus telah mempersiapkan kita untuk menghadapi situasi terburuk di dunia ini, mempersenjatai kita dengan damai dari diri-Nya sendiri. Bayangkan jika ia mempersenjatai kita dengan pedang atau senapan, bisa jadi profil kita sebagai Kristen saat ini mungkin menjadi yang terburuk di dunia. Damai dari Yesus justru berguna untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan. Di situlah kemenangan yang sesungguhnya. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa...Tuhan Yesus Kristus, penuhilah hati kami dan Gereja-Mu dengan damai dari-Mu sendiri, karena damai itu yang menjaga dan melindungi kami. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kejadian 1: 1 - 2: 2; Mazmur tg 104: 1-2a.5-6.10.12.13-14.24.35c; Roma 6: 3-11; Markus 16: 1-8 TERANG MENGUASAI GELAP Tema renungan kita pada hari Sabtu Suci ini ialah: Terang Menguasai Gelap. Kita baru saja melewati Jumat Agung dan suasana kehilangan, perkabungan dan kesedihan yang masih terasa. Suasana ini membuat kita seperti ditinggalkan dan merana. Hari ini Gereja mewartakan pada kita bahwa ada pengharapan dan pertolongan. Yesus adalah terang bagi kita dan Dialah penolong kita yang setia. Hari ini dari pagi hingga menjelang sore, suasana sunyi dan tenang mengiringi kita untuk meninggalkan perasaan dan pikiran tentang kehilangan, untuk menuju kepada terang yang menggembirakan. Di dalam keheningan, Yesus membisik di hati kita bahwa Ia tidak mati dan menghilang, tetapi Ia hidup dan akan kembali kepada Bapa di surga. Ada dua orang remaja kakak dan adiknya, laki-laki dan perempuan, sepakat untuk tidak mengaktifkan hp-nya masing-masing dalam seluruh hari Sabtu Suci. Mereka memberitahu orang tuanya bahwa mereka ingin menjaga suasana tenang dan hening. Mereka hanya ingin memutar lagu rohani, bersantai-santai dan tidur. Bapa mereka yang memahami niat baik kedua anaknya itu berkata bahwa, godaan untuk jatuh dalam dosa terjadi juga dalam suasana hening, diam, gelap dan tidak ada kesibukan. Ia mengajak kedua anaknya untuk selalu waspada dan tetap berdoa. Di dalam dan bersama Tuhan pasti ada terang. Terang itu adalah Yesus, dan Dia ada di dalam nurani kita. Satu terang saja sudah sangat penting dan diri kita sendiri memiliki terang itu. Sementara lingkungan di sekitar gelap, kita pertahankan terang itu. Kita perlu tetap menjadi kuat dalam iman dan terus bercahaya tanpa harus terbawa oleh kegelapan yang mungkin jauh lebih hebat. Jadi meskipun hanya satu terang dan kecil, orang-orang dan dunia sekitarnya sangat bergantung padanya. Satu terang saja yang bersinar pasti kegelapan tidak menjadi kegelapan yang sempurna. Yesus berkata, “Akulah terang dunia. Barang siapa yang mengikuti Aku tidak akan jatuh di dalam kegelapan.” Terang Yesus itu bukan sesuatu yang fisik atau lahiriah seperti terang lilin atau api. Terang itu adalah bimbingan rohani dan jalan kepada Bapa. Maka dengan mengikuti terang itu, kita memiliki seorang pembimbing yang membimbing hidup kita dengan sebaik-baiknya. Kita akan tahu bagaimana menyembah Bapa di surga, kita akan tahu bagaimana kita berbicara dengan sesama dan kita akan tahu bagaimana menjadi kuat dalam mempertahankan dan melakukan yang baik dan benar. Kita percaya Tuhan memilih untuk tinggal di dalam hati kita. Renungan kita tentang terang Kristus yang menguasai kuasa kegelapan ini mengantarkan kita untuk perayaan Malam Paskah yang sebentar lagi akan kita rayakan dengan meriah. Dengan persiapan batin dan semangat melalui renungan ini, kita sungguh menyongsong Malam Paskah nanti dengan penuh suka cita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Allah yang maha kuasa, lindungilah kami selalu di dalam terang-Mu yang mengagumkan. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Keluaran 12: 1-8.11-14; Mazmur tg 116: 12-13.15-16bc.17-18; 1 Korintus 11: 23-26; Yohanes 13: 1-15 KAMIS PUTIH YANG BERMAKNA Renungan pada hari ini bertema: Kamis Putih Yang Bermakna. Ada seorang anak bernama Anthony berusia 10 tahun yang belum lama ini menerima Komuni Pertama. Menjelang perayaan Misa Kamis Putih, Anthony menyiapkan sendiri pakaiannya berwarna putih, celana panjang dan baju lengan panjang. Ia berkata kepada orang tuanya, “Aku ingin berpesta karena Yesus Kristus sendiri yang menjadi tuan pesta.”. Anthony dan kita semua di dalam Gereja merasakan suka cita pesta ini. Di dalam perayaan ini ada seremoni Yesus membasuh kaki para rasul-Nya. Tindakan Yesus ini mengajarkan kita untuk saling melayani dengan rendah hati. Ini merupakan suatu suka cita besar. Suka cita dan kejayaan cinta kasih terjadi dalam saling melayani di antara kita. Maka Yesus bersabda bahwa kita harus saling mengasihi seperti Ia sendiri telah mengasihi kita. Ia mengajarkan kita hukum terbesar-Nya ialah mencintai sesama kita. Perayaan pada malam nanti mengenangkan kita akan Ekaristi, kurban Misa yang agung yang ditetapkan oleh Yesus Kristus. Perayaan Ekaristi sangat jelas merupakan suka cita penjelmaan firman Tuhan menjadi tubuh-Nya yang kita bagikan bersama sebagai satu jemaat. Bersamaan dengan Ekaristi, Yesus menetapkan Sakramen Imamat. Ini adalah suatu suka cita penting bagi Gereja karena Imamat ini adalah untuk menjalankan Ekaristi dalam Gereja. Imamat adalah untuk menjalankan kuasa Tuhan yang memimpin jemaat dan membimbing mereka kepada kebenaran Tuhan sendiri. Di dalam perayaan ini kita juga mengenangkan saat-saat kritis Yesus berada di Taman Getsemani, di mana butir-butir keringat darahNya mengalir dan menetes untuk mengantarNya kepada kejayaan salib yang sudah di depan mata. Suasana Getsemani menggambarkan cobaan dan kesulitan yang membuat hidup ini terasa tidak nyaman dan aman. Tetapi seperti Tuhan sendiri, kita mesti melewatinya dengan berani. Antara Gestemani dan Golgota adalah saat-saat krusial yang dinamakan ambang penderitaan. Biasanya godaan selalu datang dengan maksud membawa kita lari dari kenyataan pahit, melalui ungkapan Yesus sendiri: “Ya Bapa, biarlah cawan ini berlalu dari pada-Ku”. Namun kita mesti mengikuti Guru kita Yesus Kristus untuk dapat mengalahkan godaan itu, dan menyanggupi meminum cawan penderitaan. Ini adalah sebuah suka cita. Di pagi hari ini, Uskup di keuskupannya bersama para imamnya akan merayakan Misa Krisma. Di dalam perayaan ini Uskup memberkati minyak-minyak suci, yaitu untuk krisma, katekumen, dan orang sakit. Ketiga minyak ini merupakan perlengkapan dalam kuasa imamat yang menjalankan pelayanan sakramen kepada umat Allah. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Tuhan Yesus Kristus, kuatkanlah iman kami untuk tetap percaya dan setia pada Ekaristi sebagai sarana keselamatan kami. Bapa kami yang ada di surga … Dalam nama Bapa … --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Maria Eclesia Patria dan Leni Priska dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yeremia 11: 18-20; Mazmur tg 7: 2-3.9bc-10.11-12; Yohanes 7: 40-53 TUHAN MEMBERITAHU Renungan kita pada hari ini bertema: Tuhan Memberitahu. Di dalam bacaan pertama hari ini, nabi Yeremia menyebut satu sikap yang penting ketika ancaman penganiayaan itu menghadang kita. Katanya bahwa Tuhan sudah memberitahu kepada orang percaya, kalau penderitaan dan penganiayaan itu akan tiba. Pengetahuan yang mendahului realisasi kejadian yang sudah diketahui sangat membantu pembentukan sikap kita. Sikap menghindari, lari ketakutan, menyerah sebelum berjuang, menghadapi dengan keras, dan rela bertahan demi kebenaran, merupakan sikap-sikap yang umumnya kita lakukan. Yeremia mempunyai panggilan khusus dari Tuhan, demikian juga Yesus Kristus, untuk mengemban misi yang dipercayakan Bapa kepada-Nya. Bersamaan dengan ini, Bapa di surga juga memberitahukan mereka bahwa demi terwujudnya perutusan yang dipercayakan itu, mereka akan melewati berbagai rintangan, ancaman kekerasan, dan penganiayaan. Dalam aspek ini, kedua tokoh kita ini ditampilkan kitab suci seperti domba sembelihan yang dibawa ke tempat pembantaian dan dikorbankan. Tuhan memberitahu mereka dengan amat jelas, sehingga baik Yeremia maupun Yesus Kristus sudah siap secara mental dan rohani untuk menghadapinya. Hasil pemberitahuan dari Tuhan ini jelas menguntungkan pihak yang teraniaya, karena Tuhan menjamin penyertaan-Nya dan semua penyelenggaraan sesuai dengan kehendak-Nya. Tetapi di pihak penganiaya justru terjadi kekacauan karena kemarahan, kebencian, dan kejahatan di dalam diri mereka yang syarat dengan kepentingan sehingga membuat mereka terpecah-belah. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat tidak berada dalam kesepakatan tentang rencana jahat mereka. Hal ini cukup merepresentasikan kenyataan bahwa setiap bentuk rencana dan tindakan jahat tidak akan pernah diwarnai keadaan nyaman atau tenang, tetapi sebaliknya suasana batin dan jiwa yang kacau. Tuhan senantiasa memberitahu kita tentang apa yang bakal terjadi terkait dengan pilihan komitmen iman dan panggilan pekerjaan atau pelayanan kita. Ia memberitahu kita dalam berbagai cara dan melalui aneka perantaraan. Dia-lah yang memilih dan memanggil kita, lalu mempercayakan kepada kita masing-masing atau bersama jenis tanggung jawab dan pekerjaan. Itu juga berarti Dia-lah yang menaruh di dalam kesadaran dan keyakinan kita bukan hanya tujuan yang kita capai, tetapi terlebih-lebih risiko yang bakal kita hadapi. Tidak mungkin tidak ada risiko atau efek samping dari setiap pekerjaan atau pelayanan kita. Tapi karena kita sudah diterangi oleh iman tentang hal ini, kita dibuat untuk melangkah ke depan dengan keyakinan bahwa Tuhan akan menyertai dan membimbing kita. Harapannya ialah pikiran, kata-kata, dan tindakan kita selalu di dalam terang Tuhan. Dan biarlah Tuhan yang bekerja untuk menyempurnakan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan yang bijaksana, terangilah selalu langkah hidup kami setiap saat. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Dinar Dympna Togatorop dan Dhies Sonya Pratiwi dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kebijaksanaan 2: 1a.12-22; Mazmur tg 34: 17-18.19-20.21.23; Yohanes 7: 1-2.10.25-30 SAATNYA TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Saatnya Tuhan. Tidak lama lagi, sekitar satu minggu ke depan, kita akan merayakan pekan suci. Peristiwa sengsara dan wafatnya Yesus Kristus merupakan pengalaman puncak penderitaan-Nya. Antisipasi perayaan besar ini kita jumpai pada hari-hari menjelangnya, termasuk pada hari ini. Bentuk antisipasi itu ialah aneka kesulitan sebagai perlawanan terhadap Yesus. Ancaman terhadap diri-Nya benar-benar nyata, langsung, dan pasti. Ia berada di ambang penganiayaan. Jauh sebelum pengalaman nyata Yesus Kristus itu, kitab Kebijaksanaan telah menggambarkan penganiayaan ini. Katanya: Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya. Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan (Keb 2, 19-20). Injil Yohanes yang baru saja kita dengar memperkuat gambaran saat penganiayaan itu dengan menyebut: orang-orang Farisi berusaha menangkap Yesus tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba (Yoh 7,30). Saat-Nya yang belum tiba bergantung sepenuhnya pada penyelenggaraan Allah. Hari Kamis malam dan Jumat Agung belum tiba. Kita semua dan setiap orang tunduk pada ketentuan waktu yang belum tiba ini. Semuanya harus menghormati aspek penting seperti apa berada dalam saatnya Tuhan Yesus Kristus. Meski gelombang amarah, iri hati, benci, dan kekerasan tampaknya tak terbendung, mereka wajib menahan dirinya saja. Biarpun gelombang itu amat kuat, Tuhan belum mengizinkan saatnya tiba. Seperti apa kita memaknai berada di ambang penganiayaan Yesus Kristus? Pertama- tama kita memaknainya dengan seruan “Amin”. Kita menerima kenyataan ini dan mengimaninya sebagai bentuk pemenuhan kehendak Bapa dari pihak Yesus, dan sebagai isi iman kita. Di dalam doa “Aku Percaya” kita ungkapkan iman kita dengan menyebutkan: Yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat, dan dimakamkan. Mengamini ini berarti juga kita menyanggupi ajaran dan undangan Tuhan untuk mengikuti Dia dalam setiap saat penderitaan yang kita hadapi di dalam hidup kita. Kita memaknai ini juga dengan tak gentar supaya kita tetap mempertahankan kebenaran dan kebaikan sebagai tanda kita mengambil bagian di dalam Tuhan. Biasanya godaan bagi mereka yang berada dalam situasi ambang derita dan penganiayaan ialah takut atau menyerah dan tunduk kepada pihak penganiaya. Ini yang tidak boleh dilakukan oleh pengikut Kristus yang otentik. Di ambang tersebut kita berani berseru: kerelaan ini adalah demi Tuhan Yesus Kristus. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Bapa di surga, kuatkanlah kami selalu khususnya ketika kami berada di tengah penderitaan dan penganiayaan, supaya kami tetap berpihak kepada-Mu saja. Bapa kami yang ada di Surga, dimuliakanlah nama- Mu ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Fatima Hutabarat dan Irvan Fatwana dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Keluaran 32: 7-14; Mazmur tg 106: 19-20.21-22.23; Yohanes 5: 31-47 PEKERJAAN MEMBERIKAN KESAKSIAN Renungan kita pada hari ini bertema: Pekerjaan Memberikan Kesaksian. Seorang pemuda berhasil menyelesaikan kuliah pada usia 21 tahun dan ia langsung mendapat tawaran pekerjaan yang bagus. Satu tahun berikutnya ia meminta izin orang tuanya untuk menikah. Kedua orang tuanya mengizinkan. Ada banyak orang di sekitar meragukan kedewasaan dan kesiapan pemuda itu untuk berkeluarga. Namun orang tua membelanya dengan berkata: “Kami mengenal dengan baik anak kami, dan ia sudah mandiri. Ia siap untuk berkeluarga.” Para musuh selalu melawan Yesus dan menganggap bahwa Ia tidak memiliki kemampuan apa pun untuk berbuat baik. Mereka tidak mengakui dan tidak menerima kalau Yesus diutus oleh Bapa di surga. Tetapi Yesus membela diri-Nya, bahwa bukti Allah berkuasa ialah di dalam pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan-Nya. Penyembuhan orang sakit, bangkitnya orang mati, makanan bagi yang lapar dan haus, pengusiran roh-roh jahat, dan penghiburan bagi orang-orang sedih. Semua itu adalah fakta pekerjaan Allah yang tak dapat dibohongi. Yesus meminta mereka untuk membuka pemahamannya. Jika mereka menolak diri-Nya, mereka seharusnya objektif untuk mengakui pekerjaan-pekerjaan-Nya itu. Semua pekerjaan itu memberi kesaksian tersendiri tentang diri-Nya dan tentang Bapa yang berkuasa menyelenggarakan semuanya. Jika paling kurang mereka dapat menerima dan mengakui pekerjaan atau hasil pekerjaan, mereka secara tidak langsung menerima Dia. Ternyata Yesus sendiri dan pekerjaan-Nya tidak diterima dan diakui, jadi dosa mereka memang sungguh besar. Analogi ini mungkin bisa membantu kita merenungkan tentang tema pekerjaan memberikan kesaksian diri seseorang. Misalnya gaya hidup sebagian orang menunjukkan kalau mereka sangat membenci orang-orang sederhana dan pekerja keras seperti para petani, nelayan, atau peternak. Padahal setiap hari para pembenci itu dan keluarganya makan nasi, sayur, ikan, dan daging yang sesungguhnya merupakan buah dari pekerjaan orang-orang yang dibencinya. Jadi ini berarti suatu penyangkalan atas diri mereka sendiri dan atas orang lain yang ikut membantu kelangsungan hidup mereka. Pekerjaan apa pun dan hasilnya sungguh mewakili diri kita sesungguhnya. Refleksi diri kita apakah kita itu murah hati atau tidak, kita rendah hati atau tidak, kita beriman atau tidak, tampil sangat nyata melalui pekerjaan kita dan hasilnya. Pekerjaan dan hasilnya berbicara sendiri tentang diri kita. Setiap orang menghadirkan semua itu untuk dialami dan dinikmati orang-orang di sekelilingnya, tapi syarat dasarnya ialah supaya kita saling menerima dan mengakui sesama kita melalui pekerjaan dan hasil kerjanya masing-masing. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Bapa yang maha murah, terima kasih atas berkat-Mu atas pekerjaan danpanggilan kami masing-masing dan hasilnya untuk hidup kami bersama. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Simon Tuhu Setiawan dan Gregorius Hendro Tanuhito dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yesaya 49: 8-15; Mazmur tg 145: 8-9.13c-14.17-18; Yohanes 5: 17-30 BERSAMA BAPA-KU SENDIRI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Bersama Bapa-Ku Sendiri. Yesus membela diri-Nya atas tuduhan para musuh kalau ia menghujat Allah karena menyamakan diri dengan Allah. Dengan tegas Ia berkata: Allah adalah Bapa-Nya sendiri. Seluruh uraian dalam pembelaan ini berpusat pada kebenaran bahwa Ia hidup bersama dengan Bapa-Nya sendiri. Karena Ia berpihak kepada kita dan kita berpartisipasi dalam perutusan-Nya, baik Yesus maupun kita sebagai pribadi maupun bersama, layak menyerukan ungkapan ini: Aku berada bersama Bapa-ku sendiri, atau kita berada bersama Bapa kita sendiri. Kita tidak merasa asing dan takut. Kebenaran prinsip ini menjelaskan kodrat Tuhan Allah yang satu dengan tiga pribadi, yaitu hubungan antara Bapa dan Putra yang bersatu di dalam Roh Kudus. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat tidak dapat memahami persekutuan ini seperti kita. Cara pandang dan paham kita berbeda. Inti perbedaannya ialah pada menerima dan percaya akan Yesus Kristus orang Nazareth itu. Kita menerima dan percaya kepada-Nya sehingga konsekuensi logisnya ialah percaya juga kepada Tritunggal Allah. Sebaliknya mereka tidak menerima dan percaya kepada Yesus dari Nazareth, maka mereka juga tidak percaya kepada Tritunggal Allah. Hidup dan tinggal bersama Bapa sendiri, membuat Yesus tampil begitu perkasa dan maha kuasa di atas kekuasaan yang berseberangan dengan Tuhan. Bersama Yesus kita diikutsertakan atau diadopsikan untuk berada dan tinggal bersama Bapa yang ada di surga. Buah pengadopsian ini ialah penganugerahan rahmat istimewa sebagai anak-anak yang terkasih. Nabi Yesaya menyebutnya seperti ini: Aku telah membentuk dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia untuk membangun bumi kembali. Dengan karunia itu kerajaan Allah hadir di dunia. Kita sebagai Gereja telah ditetapkan menjadi bagian di dalam kerajaan ini. Kini kita memikul tanggung jawab penting untuk membaharui wajah bumi ini dari waktu ke waktu dengan bantuan Roh Kudus. Setiap kali kita berdoa memohon pertolongan Roh Kudus, bunyi doa kita ialah: Datanglah ya, Roh Kudus dan baharuilah muka bumi ini. Untuk menghadap berbagai masalah di dunia ini, nasihatnya ialah supaya kita memanfaatkan kekuatan kita berada bersama dengan Bapa kita sendiri. Ada seorang anak SD kelas tiga baru mulai tidur di kamarnya sendiri, dan tidak lagi bersama kedua orang tuanya. Ia sendiri memilih untuk tidur sendiri. Setelah malam pertama, orang tuanya bertanya apakah ia merasa sulit dan takut tidur sendiri. Anak itu sangat percaya diri mengatakan: “Aku tidak takut dan tidak merasa sulit, karena Bapa Allah, Tuhan Yesus dan Bunda Maria ada bersama aku.” Pengalaman anak ini sebenarnya juga adalah pengalaman kita orang beriman. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus yang baik, kuatkan selalu persekutuan kami dengan Allah Tritunggal yang suci khusus dalam membaharui diri kami dan kehidupan di bumi ini. Salam Maria ... Dalam namaBapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Alboin Yusuf Sianturi dan Welly Winton Benhard Malau dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yehezkiel 47: 1-9.12; Mazmur tg 46: 2-3.5-6.8-9; Yohanes 5: 1-3a.5-16 AIR KESELAMATAN Renungan kita pada hari ini bertema: Air Keselamatan. Ada satu desa yang selalu mengalami kekeringan pada musim kemarau. Persediaan air untuk masyarakat berkurang bahkan habis. Kehidupan masyarakat menjadi sulit. Namun dana rutin pembangunan desa dari pemerintah pusat dimanfaatkan untuk mengadakan air melalui sistem pengeboran sumur. Hal itu sangat menguntungkan. Seorang warga desa berkata bahwa air dari beberapa sumur ditampung dalam beberapa bak penampungan besar dan disalurkan ke setiap keluarga. Bagi mereka ini adalah sebuah wujud air keselamatan bagi seluruh masyarakat. Di dalam sejarah keselamatan, istilah “air keselamatan” dipakai sebagai tanda Tuhan bertindak menyelamatkan manusia yang dikasihi-Nya. Kitab suci menyajikan banyak peristiwa keselamatan atau pembebasan melalui air, misalnya penyeberangan laut merah oleh orang Israel ketika melepaskan diri mereka dari perbudakan Mesir. Kedua bacaan para hari ini juga menggambarkan air sebagai sarana keselamatan. Nabi Yesekiel berkisah tentang penglihatan akan air yang mengalir di dalam bait suci. Ke mana saja ia mengalir, semua yang terkena alirannya menjadi hidup. Ini menyiratkan bahwa ketika tidak ada atau belum tersentuh air, kehidupan yang ada di sana mengalami kesulitan atau bahkan kematian. Di kolam Betesda, airnya sangat instrumental untuk kesembuhan orang-orang sakit. Mereka bergegas mendekat dan disentuh air yang mengguncang, mereka akan sembuh. Dari kedua gambaran peristiwa ini kita melihat bahwa air sebagai instrumen keselamatan. Tuhan yang tidak kelihatan, bertindak menolong umat-Nya melalui air tersebut. Di kolam Betesda, Tuhan yang tersembunyi itu membuka diri-Nya. Orang sakit yang sudah menderita selama tiga puluh delapan tahun itu disentuh langsung oleh Tuhan yang sebenarnya hadir dan berkuasa di balik air tersebut. Ia sembuh seketika. Air keselamatan yang ditampilkan oleh kedua bacaan hari ini mengajarkan kita betapa pentingnya air secara fisik dan nyata kepada kita. Air amat penting bagi hidup kita sehari-hari. Tak ada air kita akan menjadi seperti lahan tandus dan kering. Pesan yang sangat penting bagi kita ialah, air dari alam dan tanah kita adalah representasi Tuhan sendiri yang menolong kita. Maka kita harus menjaga, memelihara, menyukuri dan memanfaatkannya dengan baik. Air dalam sakramen baptis dan sebagai unsur sakramental dalam penghayatan iman kita, tampak sebagai air bersih dan sehat yang dikhususkan untuk pelayanan rohani di dalam Gereja. Makna di balik air pilihan ini ialah Tuhan sendiri yang bekerja melalui pelayan-pelayan-Nya untuk menyelamatkan, menyembuhkan, dan menguduskan umat-Nya. Kita tidak boleh mempermainkan air suci ini. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan maha murah, jadikanlah kami sebagai air yang memberikan kesegaran dan kehidupan baru, terutama kehidupan yang kurang bersemangat dan kering. Kemuliaan... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Agatha Erna dan Agustina Norma Sitorus dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yesaya 65: 17-21; Mazmur tg 30: 2.4.5-6.11-12a.13b; Yohanes 4: 43-54 MENDAPATKAN JAWABAN Renungan kita pada hari ini bertema: Mendapatkan Jawaban. Ada seorang pemudi 27 tahun memutuskan dengan serius untuk mendapatkan jodoh dan menikah. Setelah kuliah dan mulai meniti karir, ia fokus dengan pekerjaan. Urusan berpacaran tidak menjadi perhatiannya. Kini setelah menyadari bahwa karir sudah mulai mapan, ia kemudian fokus untuk mendapatkan pasangan hidup. Orang-orang di sekitar meragukan dia bisa mendapatkan pasangan. Namun melalui novena kepada Bunda Maria dan doa-doa pribadi, dalam waktu yang tidak lama ia mendapatkan seorang pemuda 28 tahun yang sangat mencintainya. Kita sebagai pengikut Kristus, kita mendapat jawaban atas proses mengenal dan menyanggupi panggilan Tuhan kepada setiap orang, yang kita sebut iman. Dengan memiliki iman, seseorang dipandang mempunyai hak dan kewajiban sebagai pengikut Kristus yang sesungguhnya. Pintu masuk memiliki iman ini ialah pembaptisan, yang mencirikan seseorang itu percaya akan Yesus Kristus sebagai Putra Allah yang hidup bersama Bapa dalam persekutuan dengan Roh Kudus. Hak-hak seorang beriman antara lain yang paling mendasar ialah berpartisipasi di dalam Yesus Kristus dengan martabat sebagai saudara atau saudari Kristus atau dengan sebutan spesial sebagai putra atau putri Allah. Dari martabat istimewa ini, terbentuklah identitas Kristiani melalui karunia panggilan Tuhan atas setiap pribadi pengikut Kristus. Panggilan dasar ialah panggilan menjadi Kristen. Kemudian ada panggilan profesi seperti menjadi guru, abdi negara, teknisi, pengusaha, petani, atau politisi. Ada juga panggilan untuk pelayanan umat Allah dalam tugas sebagai imam, biarawan, biarawati, dan perkawinan suami-istri. Kewajiban sebagai pengikut Kristus yang sangat mendasar ialah menjadi tanda kehadiran Kristus, terang, dan kebenaran-Nya di dalam dunia. Kita sebagai tanda, maka kita menjadi saksi-saksi Kristus yang hidup melalui perkataan dan perbuatan Kristiani yang menggarami dan menerangi dunia ini. Martabat putra dan putri Allah dengan panggilan yang melekat pada setiap orang, akan sangat berguna jika ia menjalankan hidup Kristennya secara bertanggung jawab. Jadi iman merupakan fondasi untuk berdiri dan berfungsinya sebuah kehidupan Kristen yang menghayati cinta kasih Kristus dan berpengharapan untuk hidup di dalam langit dan bumi yang baru, yaitu kerajaan surga, kata nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini. Pejabat istana mendapatkan jawaban dalam iman, setelah mujizat yang terjadi di dalam keluarganya. Iman itu mengantar seluruh keluarganya kepada Tuhan. Mereka menetapkan diri menjadi bagian dari Yesus Kristus yang memiliki hak dan kewajiban sebagai pengikut Kristus seturut standar dan kondisi hidup beriman pada waktu itu. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, terima kasih atas rahmat panggilan dari-Mu kepada kami dan semoga kami selalu membaharui iman kami kepada-Mu. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Fifiastuti dan Estu Maharani dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Hosea 6: 1-6; Mazmur tg 51: 3-4.18-19.20-21ab; Lukas 18: 9-14 TUHAN BERKENAN YANG RENDAH HATI Renungan kita pada hari ini bertema: Tuhan Berkenan Yang Rendah Hati. Sikap rendah hati ialah sebuah pegangan kebenaran tentang pandangan terhadap diri sendiri yang tidak lengkap atau tidak sempurna, sehingga sangat memerlukan pihak lain untuk melengkapi. Sesama kita selalu berperan melengkapinya. Bagi orang beriman, pihak lain yang menjadi sumber semua pertolongan ialah Tuhan. Tuhan sangat mengetahui anak-anak-Nya yang rendah hati dan sombong atau angkuh. Mereka yang rendah hati Ia lengkapi dengan berkat karunia untuk menutupi dan melengkapi yang kurang pada mereka. Mereka yang tinggi hati atau sombong atau angkuh jelas tidak memerlukan lagi sesuatu untuk melengkapi dirinya. Mereka sudah penuh dan memadai, sehingga yang diperlukan hanya pujian, hormat, ketenaran, kemasyhuran, dan nama baik yang mentereng. Penampilan dan penghayatan kerendahan hati yang berlawanan dengan kesombongan dapat dilihat dalam berbagai sisi kehidupan. Pembicaraan yang menggunakan bahasa dan pilihan kata-kata sudah cukup menandakan siapa yang rendah hati dan siapa yang sombong. Bahasa tubuh yang kita pakai, berpakaian, makanan atau minuman yang kita konsumsi, dan pergaulan di antara sesama, merupakan contoh-contoh yang sangat nyata memperlihatkan seseorang itu tulus bersikap rendah hati atau sebaliknya orang sombong. Bacaan liturgi kita pada hari ini menggambarkan aspek doa atau ungkapan iman kita. Di dalam berdoa dan berada di hadirat Tuhan seseorang dapat dipandang bersikap rendah hati atau sebaliknya sombong. Injil Lukas menampilkan profil kerendahan hati itu pada si pemungut cukai yang merasa punya hubungan dengan Tuhan. Tetapi hubungan itu sungguh telah rusak oleh dosa-dosanya sehingga isi doanya ialah merasa bersalah, menyesali, mengakui dosanya, dan memohon ampun. Di dalam kerendahan hatinya, ia tahu Tuhan yang maha kuasa berkenan mendengar, menerima, dan mengampuninya. Sebaliknya, profil kesombongan itu ada pada seorang Farisi yang sadar kalau ia punya hubungan dengan Tuhan, namun hubungan itu seperti orang-orang sebaya. Mereka seperti satu tingkat, yaitu sama-sama baik, indah, dan sempurna. Seperti orang sebaya, orang Farisi itu ungkapkan semua kualitasnya dengan niat supaya dipuji dan dihormati oleh Tuhan yang dianggapnya setingkat dengannya. Yesus mengatakan bahwa sikap sombong seperti ini jelas tidak berkenan kepada Tuhan dan tidak mendapatkan belas kasih-Nya. Kunci untuk menjadi rendah hati ialah seperti yang dikatakan oleh nubuat nabi Hosea: doa dan persembahan kita harus berupa cinta yang tulus kepada Tuhan, dan bukan cinta diri yang berlebihan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Allah, buatlah kami selalu rendah hati di dalam kata dan perbuatan kami setiap hari. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Irma Dhema dan Yudith Katrin Maharani dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Hosea 14: 2-10; Mazmur tg 81: 6c-8a.8bc-9.10-11ab.14.17; Markus 12: 28b-34 MENGASIHI DENGAN SEGENAP HATI Renungan kita pada hari ini bertema: Mengasihi Dengan Segenap Hati. Tuhan sebagai yang maha kuasa dan maha tinggi tidak bisa digambarkan dalam perkataan dan tindakan-Nya hanya sebagian, setengah, atau beberapa saja. Itu sama saja dengan menganggap Dia tidak mampu atau menurunkan kekuatan-Nya. Ia selalu dan tetap dipandang berkata dalam kepenuhan dan berbuat dalam keseluruhan. Inilah konteksnya bahwa kita selalu percaya dengan ajaran-Nya tentang mengasihi dengan segenap hati. Ini berarti di dalam Tuhan tidak ada yang namanya mengasihi sebagian, setengah, atau beberapa. Sebaliknya Ia mengasihi dengan segenap hati. Ia mengasihi dengan cinta-Nya yang penuh dan total. Tuhan adalah pemilik cinta kasih dengan segenap hati. Di dalam kepenuhan ini terdapat kuasa-Nya untuk mengampuni dosa-dosa manusia bukan dengan cicilan tiap minggu atau tiap bulan. Ia mengampuni satu kali secara penuh. Jika manusia kembali berbuat dosa, Ia juga mengampuni satu kali lagi secara penuh. Nubuat nabi Hosea dalam bacaan pertama menggambar kuasa Tuhan Allah yang mengampuni dan memulihkan umat-Nya secara total. Sebagai pemilik belas kasih dan kerahiman, Ia mencurahkan kepada kita rahmat supaya kita juga dapat mengampuni. Jika kita kekurangan semangat untuk mengasihi dengan segenap hati, kita harus meminta itu kepada-Nya supaya diperkuat semangat mencintai. Tuhan yang pertama mengasihi kita dengan segenap hati. Melalui berbagai pengalaman dikasihi itu, kita belajar untuk mengasihi seperti diri-Nya. Yesus melakukan pelayanan publik di sekitar Galilea dan banyak daerah di sekitarnya dengan pusat ajaran-Nya ialah cinta kasih. Di mana-mana terdapat orang kagum dan menjadi tertarik dengan-Nya. Seorang ahli Taurat pun merasakan ada panggilan untuk mencari kebenaran tentang belas kasih Allah kepada Yesus. Pencariannya itu menemukan orang yang benar dan tepat, yaitu Yesus Kristus. Dari Yesus kita peroleh hukum cinta kasih yang utuh. Kita mengasihi Bapa dalam dan melalui Dia. Kalau orang mengenal, mengerti, dan mengasihi Allah di surga tanpa melalui Yesus Kristus, berarti pembenaran Kristiani dalam diri mereka pantas dipertanyakan. Kita juga mengasihi sesama sebagai penghayatan ajaran dan teladan-Nya yang berkorban demi kebaikan dan keselamatan umat manusia. Ajaran-Nya di dalam kitab suci yang terkenal dengan “Kotbah di Bukit” dan “Sabda Bahagia” menunjukkan betapa Yesus sudah mempersiapkan secara penuh perincian tindakan kita dalam mengasihi sesama. Hukum mengasihi dengan segenap hati bukan sekedar dikaruniai atau ditaruh di dalam diri setiap manusia, tetapi terlebih-lebih dipelajari, dilatih, dan dimatangkan dari waktu-waktu supaya dapat menyerupai Kristus sendiri. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa, buatlah diri kami mengasihi Dikau dan sesama kami dengan segenap hati. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Intan Fridanika dan Tri Puji Prihatin dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yeremia 7: 23-28; Mazmur tg 95: 1-2.6-7.8-9; Lukas 11: 14-23 KOMUNIKASI YANG BERTOLAK BELAKANG Renungan kita pada hari ini bertema: Komunikasi yang Bertolak Belakang. Dengan mengatakan istilah “komunikasi yang bertolak belakang”, kita maksudkan untuk dilawankan dengan komunikasi langsung atau lebih tepatnya komunikasi berhadapan muka. Sebuah komunikasi langsung berarti ada sebuah presentasi dengan menampilkan pemberi pesan atau pembicara dan pendengar. Ini adalah sebuah komunikasi antar pribadi yang saling mempengaruhi dalam melahirkan makna dan semangat hidup yang baru. Komunikasi yang bertolak belakang merupakan kebalikan dari komunikasi langsung. Bagaimana orang bisa berbicara, saling memberi respek, menangkap simbol-simbol komunikatif, dan saling memberikan makna untuk melahirkan kebaruan di dalam relasinya kalau mereka tampak saling membelakangi? Mereka justru menghadapkan punggung dengan punggung! Ini sama dengan bohong belaka atau juga tidak terjadi komunikasi. Yang lebih sadis dan merendahkan martabat sebagai manusia ialah seseorang berkomunikasi, tetapi partnernya justru menghadapkan punggungnya. Itu sama saja dengan penolakan. Kedurhakaan sifat manusia yang tidak beradab salah satu cirinya ialah penolakan terhadap sesamanya yang dikenalnya atau yang harus menjadi sesamanya. Tuhan ingin menjadikan diri-Nya dekat dan bergaul dengan manusia. Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, tindakan Tuhan sudah jelas yaitu turun dari tempat-Nya yang maha tinggi untuk menyentuh hidup manusia, lalu menyelamatkannya. Tetapi umat pilihan Tuhan justru sebaliknya tidak menerima kebaikan ini. Nabi Yeremia menggambarkan sikap mereka sebagai sebuah komunikasi yang bertolak belakang, karena dari kedegilan hatinya, mereka menanggapi Tuhan dengan punggungnya dan bukan dengan mukanya. Mereka sungguh menolak berkomunikasi dan menjauh dari Tuhan. Kalau Nabi mengalami ini di dalam periode perjanjian lama, Yesus yang adalah Putra Allah mengalaminya di dalam perjanjian baru dengan suatu perlakukan yang sangat menyakitkan. Umat yang degil hatinya dan menolak Tuhan itu mempermalukan Yesus sebagai kepala setan atau Belzebul. Ini seperti belum cukup puas dengan memberikan punggung atau menolak, Tuhan justru diinjak-injak martabat-Nya. Ia diganti identitasnya sebagai setan. Perlakuan seperti ini yang oleh kitab suci sebagai dosa yang paling berat atau dosa melawan Roh Kudus. Dan Yesus sendiri berkata bahwa dosa melawan Roh Kudus adalah yang tidak akan diampuni. Hari ini kita berniat untuk menolak gaya komunikasi bertolak belakang ini sebagai satu bentuk penitensi dalam masa Pra Paskah ini. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Allah maha penyayang, kasihanilah kami orang berdosa ini dan jagailah kami dari segala tipu daya dan perbudakan hawa nafsu yang hanya menjerumuskan kami ke dalam dosa. Berikanlah kami keberanian untuk mengakui dosa-dosa kami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Anton Saputra dan Theresia Inggrid Silviana dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Ulangan 4: 1.5-9; Mazmur tg 147: 12-13.15-16.19-20; Matius 5: 17-19 LAKUKAN APA YANG DIAJARKAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Lakukan Apa Yang Diajarkan. Kodrat manusia menurut Allah Pencipta yang membuat kita lebih unggul dibandingkan makhluk hidup yang lain ialah karena kita memiliki akal budi dan kebebasan. Kedua elemen kodrati ini Tuhan percayakan secara penuh kepada kita untuk kita gunakan. Hasilnya selalu ada dua macam, yaitu manusia memilih untuk memenuhi kemauannya sendiri yang pasti mengakibatkan dosa dan penderitaan, atau memilih untuk mengikuti ajaran dan hukum Tuhan. Untuk pilihan yang kedua, akal budi dan kebebasan kita mengenal batasnya ketika mereka harus berkolaborasi dengan kehendak Tuhan. Manusia sepintar apa pun, ia akhirnya menyadari kalau kepandaian Tuhan melebih dirinya. Demikian juga sebebasnya dia untuk berkata atau berbuat apa saja, akhirnya diakui juga bahwa Tuhan lebih berkuasa dari pada dirinya. Sampai pada batas ini, sebenarnya iman yang berperan untuk menjelaskan kebesaran dan kemahakuasaan Allah untuk dapat diterima oleh akal budi dan kebebasan kita. Pada hari ini, kita belajar bagaimana dengan kepandaian dan kebebasan kita melakukan apa yang diajarkan oleh Tuhan. Tujuannya ialah supaya kemampuan kodrati kita dapat berkolaborasi dengan penyelenggaraan Tuhan. Bacaan pertama dari kitab Ulangan menguraikan tentang ajaran ketetapan dan peraturan. Musa meminta umat Allah untuk selalu menaati dan setia apa yang ditetapkan oleh Tuhan dan yang menjadi aturannya. Ketaatan dan kesetiaan ini tidak mengurangi akal budi dan kebebasan kita, tetapi mendapatkan nilai plus yaitu kebijaksanaan Ilahi. Fungsi akal budi untuk ini ialah mengingat, memahami, dan membahasakannya yang Tuhan ajarkan secara benar dan tepat. Fungsi kebebasan ialah untuk menyebarkan kebenaran supaya dapat menguasai dan mengarahkan kehidupan ini di dalam jalan Tuhan untuk sampai kepada Tuhan sendiri. Umat Tuhan yang setia dan taat memiliki suatu tugas yang penting selanjutnya dalam melakukan apa yang diajarkan Tuhan. Rahmat pembaptisan dan keanggotaannya di dalam Gereja memandatkan mereka tanggung jawab untuk mengajarkan itu kepada orang lain, entah saudara entah teman, bahkan mereka yang tidak dikenalnya. Tanggung jawab dalam ketaatan dan kesetiaan untuk melakukan ketetapan dan peraturan dari Tuhan mungkin lebih bersifat personal dan terbatas pada lingkup terbatas. Namun demi menjadi pengikut Kristus yang berguna dan bermartabat, ada tanggung jawab sosial dan kasihnya yaitu mengajarkan itu kepada sesama. Bahasa kitab sucinya ialah sebuah tanggung jawab sebagai garam dan terang dunia. Hidup setiap pengikut Kristus adalah sebuah kenyataan belajar dan mengajar. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa yang bijaksana, penuhilah diri kami dengan kebijaksanaan-Mu. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Albertus Novan dan Vita Jumiyati dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Daniel 3: 25.34-43; Mazmur tg 25: 4b-5b.6.7c.8-9; Matius 18: 21-35 SYARAT PENGAMPUNAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Syarat Pengampunan. Meskipun Tuhan maha pengampun, dan karunia itu adalah cuma-cuma, tidak berarti bahwa karunia itu langsung jadi. Iman kita mengajarkan bahwa untuk mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa itu, Gereja menyediakan sakramen tobat. Di dalamnya ada elemen materialnya ialah dosa-dosa nyata yang diakukan oleh si pendosa, dan elemen formalnya ialah formula absolusi yang disampaikan bapak pengakuan yang menyatakan pembebasan seseorang dari dosa-dosanya. Khususnya untuk elemen materialnya, ada syarat-syarat untuk mendukung pengungkapan dosa-dosa pada kesempatan pengakuan dosa itu. Syarat-syarat tersebut menunjuk pada sikap dan cara orang mempersiapkan dirinya untuk melakukan sebuah pengakuan dosa. Syarat-syarat resmi Gereja biasanya terkait dengan bimbingan atau pedoman untuk diikuti oleh umat yang mempersiapkan diri menerima sakramen ini. Di samping itu, ada syarat-syarat pribadi yang penting sekali menjadi tanggung jawab setiap pribadi sehingga dapat menggambarkan iman dan penghayatannya akan sakramen ini. Untuk sikap-sikap pribadi, kedua bacaan pada hari ini, masing-masingnya memberikan petunjuk bagaimana pentingnya persiapan pengakuan dosa itu. Nubuat Daniel dalam bacaan pertama menekankan tentang peran sikap menyesal si pendosa. Penyesalan merupakan syarat yang sangat penting untuk memberikan kualitas pengakuan dosa sebagai sikap negatif dan tegas terhadap dosa-dosa. Jiwa yang remuk redam dan roh yang rendah menandakan kalau si pendosa sedih sekaligus marah atas kehinaan dirinya. Ia kasihan dengan dirinya yang bernasib jelek. Dengan demikian Tuhan yang maha rahim dapat berpaling perhatian dan kasih-Nya kepadanya. Orang yang tidak menampakkan penyesalan, biasanya mencari kambing hitam dari dosa-dosanya atau bangga dan senang karena dengan berdosa ia dapat memenuhi niatnya. Injil Matius mengatakan bahwa jika kita tidak mau mengampuni saudara-saudara yang telah bersalah kepada kita, Bapa di surga tidak akan mengampuni kita. Doa “Bapa Kami” mengisyaratkan kalau Bapa mengampuni kita seperti kita mengampuni mereka yang bersalah kepada kita. Itu berarti bahwa sebelum mendapatkan tindakan formal pengampunan saat melakukan pengakuan dosa, kita mesti lebih dahulu mengampuni mereka yang telah bersalah kepada kita. Oleh karena itu selain menyampaikan elemen-elemen material yaitu dosa-dosa nyata, si pendosa perlu jujur menyampaikan juga bahwa ia telah mengampuni orang-orang yang ia sebutkan di dalam pengakuannya. Suatu pengakuan dosa yang efektif dan berbuah terjadi karena adanya pengampunan terhadap si pendosa, sebelum Anda mendapatkan pengampunan dari Tuhan melalui Gereja. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, ajarkanlah dan semangatilah kami untuk tidak malu dan takut untuk mengampuni. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa .... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Andi Situmorang dan Mathilda dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Keluaran 17: 1-7; Mazmur tg 42: 2.3; 43: 3.4; Lukas 4: 24-30 AIR KEHIDUPAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Air Kehidupan. Ada sebuah kota yang berdiri di atas sebuah bukit berbatu. Dari jarak satu atau dua kilometer, orang-orang memandang kota itu dan timbul sejumlah pertanyaan, seperti: bagaimana membuat jalan raya dari kaki bukit sampai ke kota yang berada di puncaknya? Apakah penduduk kota itu betah tinggal di atas bukit batu itu? Apakah penduduk kota itu bisa menanam sesuatu di atas batu? Dari mana penduduk kota itu mendapatkan air untuk hidup mereka? Pertanyaan tentang air tentu saja menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Ketika para turis dan pengunjung mengira bahwa truk-truk dalam jumlah yang banyak mengangkut air dari tempat lain untuk disuplai ke dalam kota, para penduduk setempat justru berkata tentang sesuatu yang membuat heran dan kagum. Di tengah kota itu berdiri sebuah pohon beringin yang berusia ratusan tahun. Dari batang pohon itu muncul mata air yang menjadi penjamin kehidupan di seluruh kota. Penduduk kota dari generasi ke generasi tidak pernah kekurangan air untuk kehidupan mereka. Tuhan Allah yang kita percaya dan cintai memberi kehidupan kepada setiap orang dan tentu saja kelompok manusia, seperti sebuah kota di atas bukit batu itu. Dalam memberi kehidupan itu, Tuhan melengkapinya dengan semua sarana pendukung yang dapat menopang dan mempertahankan kehidupan. Salah satu sarana pendukung itu ialah air. Jika Tuhan hanya memberi suatu kehidupan dan tidak memelihara dan mengembangkannya, berarti Tuhan menghendaki supaya manusia menjadi binasa dan lingkungan hidup menjadi punah. Padahal Tuhan kita bukan pembinasa dan penjahat. Di dalam kitab suci Tuhan Allah menggunakan air untuk menjadi sarana penopang kehidupan. Bacaan-bacaan hari ini menunjukkan itu. Ketika bangsa Israel kelaparan dan kehausan pada waktu mengembara di padang gurun, Tuhan menyediakan air dari gunung batu di Masa dan Meriba. Ini merupakan kisah dalam kitab Keluaran sebagai bacaan pertama hari ini. Ketika wanita Samaria hendak menimba air di sumur Yakub, ia tidak hanya mendapatkan air jasmani untuk menghilangan dahaga tubuh, tetapi ia justru menemukan Yesus Kristus yang merupakan air kehidupan. Yesus memberi dia jalan iman. Kerajaan Surga menurunkan ke dalam dunia air kehidupan dalam diri Yesus Kristus, yang melalui firman, perbuatan, dan kesaksian salib-Nya, dunia dan umat manusia dapat mencapai kehidupan kekal. Kehidupan di dalam dunia merupakan kehidupan yang dipuaskan oleh air jasmani dari alam dunia ini. Sedangkan kehidupan abadi harus dicapai dan dialami oleh orang-orang beriman ketika dipuaskan dan dipenuhi oleh air kehidupan, ialah Tuhan Yesus Kristus sendiri. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Tuhan Yesus, ajarilah kami untuk selalu setia kepada-Mu. Kemuliaan kepada Bapa ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Evano Boru dan Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yeremia 17: 5-10; Mazmur tg 1: 1-2.3.4.6; Lukas 16: 19-31 MENGANDALKAN TUHAN MELALUI MANUSIA Renungan kita pada hari ini bertema: Mengandalkan Tuhan Melalui Manusia. Kisah terkenal tentang Lazarus dan orang kaya yang tidak punya nama menjadi bahan katekese yang menarik. Kisah ini dapat dipakai untuk memperkaya isi pengajaran tentang bersandar sepenuhnya kepada Tuhan di satu pihak, sementara di pihak lain dalam kenyataan melalui sesama kebaikan Tuhan itu didapatkan. Lazarus ditampilkan sebagai orang yang menyambung hidupnya di dunia kalau Tuhan mempertahankan hidupnya, seandainya orang kaya itu tahu dan sadar untuk memberinya pertolongan yang diperlukannya. Nabi Yeremia dalam bacaan pertama mengingatkan supaya orang-orang beriman mengandalkan Tuhan untuk kelangsungan hidupnya. Lazarus dan kita semua sangat memerlukan ini. Yang tidak pantas ialah ketika berada di dalam kesusahan untuk menyambung hidup, orang tidak ingat dan bahkan tidak memerlukan Tuhan. Mereka justru memakai cara lain untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan untuk hidup. Konteks yang senantiasa ada ialah Lazarus dan banyak orang lain yang senasib selalu ada bersama orang-orang lain yang hidupnya lebih beruntung, secukupnya, atau berada. Kata penginjil Markus, “Orang-orang miskin selalu ada bersama kalian” (Mk 14,3). Yang lebih konkret dapat kita lihat di dalam sebuah paroki. Gereja teritorial ini selalu memiliki lapisan umat yang hidupnya dalam kekurangan. Gereja kemudian mempunyai karya pelayanan yang memberi perhatian bagi mereka untuk bisa menyambung hidupnya. Kolekte dan sumbangan yang dilakukan di paroki, salah satu kegunaannya tentu untuk kepentingan ini. Gambaran ini cukup menerangkan bahwa golongan Lazarus ini mengandalkan Tuhan melalui sesamanya di dalam sebuah komunitas beriman. Namun semuanya tidak selalu lancar dan menunjukkan suatu bentuk pelayanan yang memadai. Maksudnya ialah bahwa golongan Lazarus itu belum tentu mendapatkan yang mereka perlukan dan campur tangan Tuhan bisa saja tidak dijalankan melalui sesama manusia yang lebih beruntung hidupnya. Yesus sangat jelas memperlihatkan kalau golongan Lazarus sangat memerlukan pertolongan. Yang menjadi krusial ialah orang kaya tanpa nama yang mewakili banyak dari kita di dalam Gereja tidak mampu menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menolong golongan Lazarus. Itu yang sebenarnya Yesus tonjolkan. Itu berarti dosa mereka ialah dosa kelalaian yang mestinya tidak boleh terjadi dalam kehidupan berjemaat, berkomunitas, dan beriman yang sama. Mereka ini tidak merealisasikan yang disebut tadi “mengandalkan Tuhan melalui sesama.” Akibatnya sudah jelas, seperti yang sudah kita dengar dalam Injil tadi. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus yang baik, buatlah kami untuk selalu menyadari dan melakukan kewajiban kami sebagai pengikut-pengikut-Mu. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yeremia 18: 18-20; Mazmur tg 31: 5-6.14.15-16; Matius 20: 17-28 MEMERIKSA MOTIVASI MENGIKUTI KEHENDAK TUHAN Renungan kita pada hari ini bertema: Memeriksa Motivasi Mengikuti Kehendak Tuhan. Pertanyaan Yesus kepada ibu kedua rasul dari keluarga Zebedeus: Apa yang kaukehendaki? merupakan pintu masuk untuk mengerti kesesuaian antara kehendak Tuhan dan keinginan manusia untuk mengikuti-Nya. Visi Yesus untuk keselamatan umat manusia yang lakukan melalui jalan salib penderitaan, menarik perhatian para pengikut, termasuk kedua rasul itu. Seperti banyak murid dan pengikut lain termasuk kita, rasa tertarik ini menguatkan motivasi untuk mengikuti Kristus. Sejauh sebuah rasa tertarik sebagai tahap awal yang kemudian mengungkapkan iman dan kesanggupan mengikuti-Nya, suatu kesesuaian merupakan sebuah hasil yang baik. Tuhan berkehendak demikian, lalu kita manusia menyanggupi. Biasanya ungkapan seperti “saya suka” atau “saya tertarik” atau “siap, saya mau” menjadi tanggapan yang selalu diberikan. Misalnya ketika mendapatkan satu pernyataan dalam renungan firman Tuhan, seseorang berseru: ya, saya menyadari di dalam diri dan suka dengan yang diinginkan oleh Tuhan dari saya. Ini menandakan suatu kesesuaian. Tahap awal ini menuntun kita untuk menemukan tahap berikutnya, yaitu motivasi yang menggerakkan rasa tertarik dan suka itu. Kita tidak cukup mempunyai motivasi. Kita perlu juga memeriksa motivasi untuk memastikan kalau ia masih orisinal atau tetap bertahan dengan kesesuaian itu atau memang sudah bergeser. Motivasi seseorang bisa bergeser karena keinginan atau selera dapat berubah-ubah berdasarkan kebebasannya dan daya tarik keadaan di luar dirinya. Di dalam berteman atau berkolaborasi dalam satu kegiatan, tak ada jaminan untuk bertahan selamanya, itu karena berubahnya motivasi. Kedua bacaan pada hari ini menyinggung tentang berubahnya motivasi dalam mengikuti kehendak Tuhan. Mereka yang mengubahnya ditegur oleh Tuhan. Nabi Yeremia tegas berhadapan dengan mereka yang berusaha membinasakan dia. Allah di pihak dia dan ia tidak gentar. Namun pada saat yang sama, ia minta supaya Allah menyiksa dirinya dan menghukum para lawannya juga. Kedua saudara Zebedeus menyanggupi jalan mengikuti Kristus, tetapi mereka didorong untuk mendapatkan tempat spesial di dalam Tuhan. Jadi terlihat di sini, ketika kita dengan terus-menerus memeriksa motivasi untuk percaya dan setia kepada Kristus, kita akan menemukan ada perubahan motivasi dalam perjalanan waktu. Perubahan yang disinggung hari ini ialah pengutamaan kepentingan pribadi demi kepuasan sendiri, dan bukan karena kehendak Tuhan. Kita tahu akibatnya kalau tidak mengikuti kehendak Tuhan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Tuhan Yesus Kristus, tambahkanlah kami kemampuan untuk selalu memiliki motivasi yang benar dalam mengikuti-Mu. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Ignatius Suryadi dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yesaya 1: 10.16-20; Mazmur tg 50: 8-9.16bc-17.21.23; Matius 23: 1-12 JADILAH KREDIBEL Renungan kita pada hari ini bertema: Jadilah Kredibel. Secara umum kita memahami kredibel itu berarti dapat dipercaya. Ini kaitannya dengan manusia atau yang impersonal seperti lembaga, kebijaksanaan, keputusan, pilihan, dan keyakinan. Ini selalu berkaitan dengan kebajikan yang diperlukan jika kita mempertanggungjawabkan dan meyakinkan orang lain tentang apa yang kita katakan dan perbuat. Jadi kita ingin supaya kita atau sesuatu itu dapat dipercayai. Ciri orang yang kredibel itu seperti apa? Pada hari ini Tuhan Yesus mengajarkan kita satu ciri mendasar kebajikan kredibilitas. Ia mengambil contoh pribadi orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Mereka pintar berbicara dan tampak begitu meyakinkan dengan pikiran dan argumentasi. Tetapi salahnya ialah mereka tidak melakukan apa yang dikatakan itu. Kredibilitas sangat menuntut supaya ada kesesuaian yang dikatakan atau dibicarakan dengan yang diperbuat. Kata dan perbuatan sejalan. Teori menuntun ke praktik. Kredibilitas dapat berdiri tegak dan berfungsi kalau kedua kakinya berfungsi, yaitu perkataan dan tindakan. Mereka yang dikritik Yesus itu hanya berdiri dengan satu kaki, yaitu perkataan. Kaki perbuatan nol. Jadi mereka orang-orang pincang. Maka nasihat Yesus ialah, dengarkan dan ikuti saja yang mereka katakan, karena isinya ada nasihat dan kebajikan. Tetapi jangan pernah mengikuti perbuatan mereka. Kata dan pikiran atau konsep lebih mudah dibuat karena tidak terlalu memerlukan pengorbanan. Khususnya ketika tujuannya ialah untuk menarik hati, mempengaruhi, dan menampilkan diri, kata-kata bisa dibuat sedemikian teratur, indah didengar, dan seolah-olah bertenaga untuk menggerakkan. Namun ini tetap saja masih belum lengkap. Ia masih pincang. Perbuatan atau tindakan yang punya pengaruh moral, berisi iman, dan bernilai kemanusiaan memiliki mutu kredibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tindakan biasa seperti berjalan dan makan-minum. Nabi Yesaya menegaskan tentang perbuatan yang bermuatan keadilan dan berbela rasa. Jika orang hanya berbicara, berteori, berjanji, dan berdiskusi tentang menciptakan keadilan dan pentingnya berbela rasa, lalu tanpa berbuat adil dan melayani secara nyata, kredibilitas iman dan moralnya layak dipertanyakan. Mereka mungkin merasa nyaman dan enteng saja untuk berbicara dan menjelaskan itu, tetapi mereka sedang merendahkan kualitasnya sebagai manusia di hadapan publik karena tidak kredibel. Pikiran dan hati nurani yang jernih tidak akan mengikuti mereka. Kalau ajakan renungan ini untuk menjadi kredibel, itu maksudnya supaya orang-orang yang memiliki tanggung jawab atas orang lain yang diajari, dibina, dan dianimasi, menjadikan kredibilitas sebuah kesakralan yang harus dihidupi. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus, ajarkanlah kami untuk menjadi orang yang benar dalam kata dan perbuatan. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Daniel 9: 4b-10; Mazmur tg 79: 8.9.11.13; Lukas 6: 36-38 JANGANLAH PERHITUNGKAN DOSA KAMI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Janganlah Perhitungkan Dosa Kami. Kalimat tema ini diambil dari doa Damai yang selalu kita serukan sebelum Komuni Kudus dalam perayaan ekaristi. Ada kaitan erat penghapusan atau pengampunan dosa dengan damai. Orang yang terhindar dari perbuatan-perbuatan dosa, bisa dipastikan ia mengalami hidup yang damai, tenang, dan nyaman. Di dalam kenyataan tidak mudah untuk selalu menghindari dosa, terutama kalau dosa-dosa itu disebabkan dari dalam diri sendiri, seperti dari pikiran, hati, dan mulut kita. Mengulang-ulang kesalahan yang sama sering kita lakukan. Kalau hal ini didukung dengan tidak atau jarang sekali ada penyesalan dan bantuan sakramen tobat, orang bisa saja merasa nyaman hidup di dalam dosa-dosanya sendiri. Akibatnya dosa-dosa semakin menumpuk dan berakibat pada orang tidak menyadari lagi sebagai dosa meski ia secara nyata berbuat dosa. Oleh karena itu doa “Janganlah perhitungkan dosa kami” adalah ungkapan permohonan kita yang tidak berhenti selama kita di dunia ini. Jika Tuhan memang perhitungkan dosa-dosa kita, bisa jadi kita sangat rendah seperti debu tanah yang diinjak-injak saja. Sebaliknya kita memohon Tuhan supaya memperhatikan iman setiap orang dan kawanan umat-Nya. Kita orang-orang berdosa memiliki iman, bahkan bisa jadi iman yang sangat kuat. Hal ini diperlihatkan dalam tindakan pengakuan sebagai orang-orang yang berbuat dosa dan salah, seperti yang diwartakan kitab Daniel dalam bacaan pertama. Yesus Kristus sudah satu kali perhitungkan dosa-dosa kita dengan pengorbanan diri-Nya. Yang lebih kita kejar ialah pengakuan diri dan menjadi baru di hadapan Tuhan dan sesama kita. Iman kita tidak langsung atau otomatis menghapus dosa-dosa kita. Selain pengakuan dosa yang mencirikan iman, kita diajarkan Yesus untuk memperkuat iman kita dengan kebajikan-kebajikan agar membentengi kita dari dosa dan kejahatan. Pada hari ini kita diajarkan kemurahan hati seperti Bapa di surga yang murah hati. Salah satu ciri utama pribadi yang murah hati ialah menjadi yang pertama berbuat baik entah melalui perkataan entah perbuatan. Maka itu berbalas kebaikan bukan ungkapan kemurahan hati tetapi berkeadilan. Dengan kualitas kemurahan hati ini, kita memang tidak menghakimi, menghukum, atau memfitnah lebih dahulu. Kemurahan hati menuntun kita untuk lebih dahulu mengampuni, pertama yang memberi, mengambil langkah pertama untuk berlaku benar dan baik. Ini semua bukan untuk mencari muka atau pencitraan, tetapi karena cinta kasih sangat menuntut demikian. Ini dapat mencegah kita untuk menambah dosa-dosa kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Bapa di surga, janganlah memperhitungkan dosa-dosa kami, tetapi perhatikanlah iman kami dan besarkanlah cinta kasih di dalam kami. Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Filipus Evano dan Gisela Litania dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yehezkiel 18: 21-28; Mazmur tg 130: 1-2.3-4ab.4c-6.7-8; Matius 5: 20-26 HUKUM LAMA DIGANTI Renungan pada hari ini bertema: Hukum Lama Diganti. Di dalam hidup kita, perubahan seseorang dari sikap yang baik menjadi jahat sudah banyak terjadi. Demikian juga seseorang dari sikap yang jahat menjadi baik juga banyak terjadi. Hal ini bukan karena otomatis atau bonus bagi dirinya. Perubahan itu terjadi umumnya karena disengaja atau dimungkinkan. Kebebasan yang ada pada kita menjadi semacam lisensi untuk terjadinya perubahan tersebut. Kitab nabi Yeheskiel dalam bacaan pertama membandingkan dua alam yang dihidupi oleh manusia, alam gelap dan terang. Setiap orang bebas dan sengaja memilihnya. Mereka yang hidup dalam dunia gelap yang penuh kejahatan sebenarnya pernah menjadi orang-orang baik. Pemimpin setan sebelum memeluk kejahatan, ia adalah malaikat. Begitulah, banyak orang jahat justru sebelumnya adalah orang-orang baik dan benar. Nabi mengatakan bahwa perubahan seperti ini pasti menuju kepada kebinasaan. Hasil terakhir yang didapatkan dari pilihan untuk hidup jahat dan menjalaninya ialah kematian. Tak ada lagi pertolongan apa pun baginya. Orang yang sudah di dalam neraka tidak bisa tertolong lagi. Mereka yang hidup dalam rahmat Tuhan adalah mereka yang hidup penuh dengan terang Tuhan, yang terwujud dalam kata dan perbuatannya. Justru yang sangat dipuji oleh Tuhan dan diberikan harapan untuk hidup ialah mereka yang melepaskan kehidupan yang gelap dan menjalani hidup dalam terang. Masa Pra Paskah adalah kesempatan untuk memiliki pengalaman seperti ini. Melalui usaha-usaha yang berbentuk disiplin, seperti berpuasa, pemeriksaan batin dan pengakuan dosa, kita membaharui diri untuk menjadi pribadi-pribadi yang baru. Pembaharuan ini dibuat secara sempurna oleh Yesus, yaitu menciptakan suatu cara baru dalam mematuhi perintah-perintah Tuhan dan untuk menghindari perbuatan-perbuatan jahat. Hukum lama menetapkan sejumlah syarat untuk tidak menajiskan dan menjerumuskan diri ke dalam dosa sesuai dengan cara pandang pada waktu itu. Hukum lama tersebut diganti oleh Yesus dengan lebih menekankan aspek kemanusiaan dan bukan pada aturan adat, kebiasaan, dan pandangan orang-orang besar atau pemuka agama. Hukum baru oleh Yesus Kristus ialah cinta kasih. Menurut prinsip hukum cinta kasih, tindakan apa pun yang dimulai dari niat, pikiran, dan rencana yang jahat sudah dianggap sebagai dosa. Ini menggantikan hukum lama yang hanya melihat dosa kalau sudah terjadi pembunuhan, pengrusakan, pemfitnahan, pengutukan, dan perampasan. Padahal ketika sudah ada niat atau pikiran jahat, seseorang sudah membentuk amarah dan benci, untuk nanti dilakukan secara konkret. Dengan demikian, dosa dan kejahatan memang dimulai dari pemahaman, konsep, niat, dan pikiran-pikiran yang jahat. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus yang mulia, sempurnakanlah di dalam hati kami hukum cinta kasih-Mu. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Rini Sudarno dari Gereja Santo Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 1 Petrus 5: 1-4; Mazmur tg 23: 1-3a.3b-4.5.6; Matius 16: 13-19 BERGANTUNG PADA TUKANG Renungan pada hari ini bertema: Bergantung Pada Tukang. Di sebuah kota kecil terdapat satu-satunya jembatan gantung yang dibangun melewati sungai yang membela kota dan sangat bermanfaat bagi pejalan kaki dan mereka yang berkendaraan. Semua warga kota itu bergotong royong mengumpulkan dana pembangunan. Para tukang dan pekerjanya juga berasal dari masyarakat sendiri. Pada saat pemerintah provinsi mengunjungi kota itu, mereka kagum dan memuji jembatan yang dibangun secara permanen dan modern itu. Mereka bertanya kepada masyarakat tentang siapa yang merancang dan mengerjakan jembatan itu. Masyarakat dengan kompak mengatakan bahwa jembatan itu dari awal sampai akhirnya sangat bergantung pada tukang yang mengerjakannya. Kita juga dapat mengatakan dengan cara yang sama mengenai pembangunan dan pembentukan Gereja sebagai persekutuan umat Allah. Tuhan Allah mengutus Yesus, Putera Allah, ke dunia dengan segala bentuk ide, konsep dan rencana dalam kehendak Allah, dengan maksud utama adalah menyelamatkan manusia dan seluruh dunia. Si Tukang yang mengerjakan semua itu ialah Yesus Kristus. Semua tugas dan hasilnya seperti apa bergantung pada Yesus Kristus. Selama hidup bersama bapa angkat-Nya, Yosef dari Nasareth, Yesus belajar menjadi tukang kayu seperti Bapak Yosef. Di antara perabot-perabot rumah tangga yang dihasilkan, kursi kayu bisa jadi adalah hasil karya yang punya makna penting bagi diri-Nya. Kursi itu menggambarkan kedudukan yang sentral di dalam kerajaan Allah. Dalam membangun Gereja-Nya, Yesus sebenarnya mendirikan sebuah kursi batu permanen yang tak bisa lapuk dan dimakan rayap. Kursi itu diduduki oleh pemimpin Gereja yang dipilih oleh Yesus sendiri untuk memimpin kawanan domba umat Allah ketika Yesus telah naik ke surga. Kursi itu diduduki oleh Paus pertama, yaitu Petrus, rasul yang pertama. Kursi itu sampai kini disebut takhta Petrus. Paus dari masa ke masa hingga Paus Fransiskus saat ini, memimpin Gereja dengan duduk di takhta yang sudah disiapkan Yesus. Paus dalam kolegial dengan para uskup memimpin, mengajarkan, membimbing, dan memerintah Gereja. Ia mengajarkan dalam kebenaran dan kebijaksanaan seperti Yesus Kristus dan Santo Petrus. Otoritas Paus bukan sebagai kekuatan sosial dan politik untuk menguasai dunia, tetapi kekuatan moral, iman, dan spiritualitas kehidupan. Ia membimbing dengan gaya sebagai gembala seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Ia memerintah supaya persekutuan di dalam Kristus tetap terpelihara dan mencegah terjadinya perpecahan di dalam Gereja. Hari ini kita semua diminta berdoa bagi Bapa Suci kita, Paus Fransiskus. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa di surga, perkuatkanlah persekutuan kami sebagai Gereja bersama Bapa Suci kami, Fransiskus, supaya senantiasa sebagai Gereja yang benar dan suci. Bapa kami... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Isak Demon Hali dari SMP Don Bosco Kelapa Gading di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yoel 2: 12-18; Mazmur tg 51: 3-4.5-6a.12-13.14.17; 2 Korintus 5: 20 - 6: 2; Matius 6: 1-6.16-18 KEHIDUPAN ROHANI STANDAR Renungan kita pada hari Rabu Abu ini bertema: Kehidupan Rohani Standar. Ada banyak sekali perubahan gaya hidup dalam keluarga-keluarga kita sebagai bagian dari kemajuan teknologi dan komunikasi. Keluarga Stevanus dan Melania bersama tiga anak mereka yang sudah bekerja di tempat-tempat yang berbeda, memaksimalkan komunikasi di antara mereka melalui media wa group keluarga. Di dalam sebuah pesan wa yang dibagikan ke teman-temannya, Stevanus berkata bahwa kehidupan rohani keluarganya mempunyai standar Kristiani yang sesungguhnya, khususnya saat-saat rutin untuk berdoa bersama dalam keluarga informasi diberitahukan melalui wa group keluarga itu. Tradisi dan agama Yahudi mewariskan suatu kehidupan rohani standar yang kemudian Yesus juga mengajarkan itu kepada kita. Kerohanian standar itu mencakup tiga perbuatan dasar yang diwajibkan, yaitu berpuasa, berdoa, dan beramal kasih. Orang Yahudi mewajibkan ini kepada setiap umatnya. Jika ketiganya dilakukan dengan teratur dan baik, seseorang dipandang beragama dengan baik dan diberkati Allah. Yesus juga menjadikan tiga unsur ini menjadi kekhasan para pengikut-Nya. Mereka wajib berdoa, berpuasa dan berbuat kasih. Namun ada perbedaan mencolok antara kerohanian standar yang diajarkan oleh Yesus dan yang dijalankan oleh orang-orang Yahudi, terutama menurut para pemuka agama dan kaum Farisi. Perbedaannya ialah terkait dengan motivasi atau maksud. Bagi Yesus dan yang selalu Ia tegaskan kepada kita, motivasi berdoa, berpuasa atau bermati raga, dan beramal kasih ialah untuk menjalin relasi dengan Allah. Ini benar-benar sebuah urusan rohani, urusan hati, dan kegiatan iman kepada Tuhan. Kitab nabi Yoel dalam bacaan pertama menekankan sebuah pembaharuan hati, dan bukan urusan luar seperti pakaian yang dikoyakkan dan aneka atribut luar lainnya yang melekat pada tubuh dan lingkungan hidup kita. Hal ini menegaskan kalau hidup rohani Yahudi sangat bertentangan dengan yang diajarkan oleh Yesus. Kerohanian mereka bukan untuk Tuhan tetapi untuk mendapatkan pujian orang-orang lain bahwa mereka orang suci dan baik. Upahnya sudah mereka dapatkan dengan penampilan itu, sementara Tuhan tidak memberikan berkat-Nya kepada mereka. Yesus menegaskan supaya kita tidak mengikuti standar luar seperti itu. Standar kita ialah di dalam hati yang langsung mempunyai relasi dengan Tuhan. Setiap kali melakukan ketiga kesalehan ini dengan benar, itu adalah saat seseorang mengalami tanda keselamatan dari Tuhan, demikian kata Santo Paulus dalam bacaan kedua hari ini. Ini adalah semangat Rabu Abu yang kita semua rayakan pada hari ini untuk mengawali masa Pra Paskah kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Allah, semoga dengan hari Rabu Abu ini kami dipenuhi semangat baru untuk memulai proses pembaharuan diri di dalam masa Pra Paskah ini. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Marius dari SMP Don Bosco Kelapa Gading di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yakobus 1: 12-18; Mazmur tg 94: 12-13a.14-15.18-19; Markus 8: 14-21 KUAT MENGHADAPI UJIAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Kuat Menghadapi Ujian. Di dalam kitab suci perjanjian baru, Yesus Kristus mengajarkan kita untuk kuat dalam menghadapi ujian. Pengalaman ujian sering disamakan dengan cobaan, yang maksudnya ialah untuk mencobai seseorang apakah mampu melewati cobaan atau tidak. Misalnya di dalam Injil Matius 26, 41 yang sama dengan Markus 14,38, dan Lukas 22,40, Yesus mengingatkan supaya kita selalu kuat dalam doa dan berwaspada supaya tidak jatuh ke dalam pencobaan. Daging atau tubuh kita lemah sehingga gampang menjadi jalan masuk bagi musuh yang mencobai. Tuhan sendiri juga mengingatkan umat-Nya di dalam perjanjian lama supaya mereka kuat terhadap godaan, cobaan dan ujian hidup. Ketika Musa berhadapan dengan Firaun di Mesir, ia benar-benar di dalam ujian berat. Tetapi ia juga patuh pada tuntunan dan perintah Tuhan. Dengan berpegang pada prinsip ini bahwa Tuhan mengajarkan dan menguatkan kita, jelas sebagai sebuah permainan atau lelucon kalau Tuhan juga yang mencobai kita. Ada anggapan dan keyakinan di antara kita bahwa Tuhan mencobai dan menggodai kita sehingga itu semua dianggap saja sebagai ujian dalam hidup. Ini jelas tidak mungkin. Bagaimana Ia menguatkan kita, Ia juga mencobai apa yang Ia sendiri tetapkan, kuatkan dan lindungi? Oleh karena itu Santo Yakobus dalam bacaan pertama menegaskan bahwa tidak mungkin Tuhan mencobai kita anak-anak kekasihnya. Tuhan tidak punya sistem bermain seperti siapa pun makhluk manusia dan makhluk roh lainnya yang punya keinginan untuk mencoba-cobai, menggoda-godai, atau memperdaya-dayai pihak lain. Pemimpin penggoda dan penyoba ialah setan. Pengaruh setan ini memprioritaskan kerjanya pada tingkah laku manusia yang bertentangan dengan jalan Tuhan. Karena manusia punya kebebasan, ia bisa juga memilih untuk condong pada pengaruh setan. Jadi manusia dicobai dan digodai oleh keinginannya sendiri yang sudah dikuasai oleh si jahat. Bilamana kita tahu bahwa kita berada di dalam cobaan? Peristiwa yang dikisahkan di dalam Injil hari ini menggambarkan suatu situasi umum orang-orang berada di dalam cobaan. Situasi itu ialah ketika pikiran dan hati kita mulai mengerti dan menganggap bahwa Tuhan jauh atau tidak berada bersama kita. Kekawatiran atau keprihatinan bahwa nasib kita bakal di dalam kesulitan karena di sekeliling kita ada begitu banyak tantangan, kesulitan, dan ancaman. Bahkan kita sangat dihantui oleh ketidakmampuan kita untuk menghadapi semua itu. Rasa tak percaya pada diri, anggapan bahwa di sekeliling ada banyak ancaman, dan pandangan bahwa Tuhan jauh, merupakan keadaan pencobaan yang kita hadapi di dalam hidup ini. Maka nasihatnya ialah: kita mesti kuat! Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa, penuhilah diri kami dengan semangat iman yang berani dan kuat untuk menghadapi segala cobaan dan ujian hidup ini. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Marius dari SMP Don Bosco Kelapa Gading, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Yakobus 1: 1-11; Mazmur tg 119: 67.68.71.72.75.76; Markus 8: 11-13 MANIKMATI UJIAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Menikmati Ujian. Di dalam semua aspek kehidupan kita, ujian terjadi dalam suatu proses untuk membuktikan sesuatu hasil baik dalam jumlah maupun kualitas. Apa pun bentuk dan karakternya ujian itu, aspek dasarnya ialah orang yang mengalaminya berada di dalam situasi dicoba kemampuannya. Sikap yang umum ialah keadaan jiwa dan raga orang yang menghadapi ujian berada dalam suatu keadaan negatif atau positif. Orang bisa gugup, berdebar, takut, kurang yakin, dan mengeluh. Orang bisa juga berani, konsentrasi, fokus, percaya diri, dan yakin untuk menghadapi lalu akhirnya melewati ujian. Situasi bisa terlihat di wajah mereka, namun justru lebih seru ialah di dalam jiwanya. Kedua situasi ini menggambarkan bagaimana seseorang menikmati ujian itu. Orang bersikap negatif ketika menghadapi ujian disebabkan oleh aneka alasan. Yang paling umum ialah karena yang bersangkutan kurang atau tidak siap. Ketidaksiapan mental dan semangat biasanya langsung berakibat pada tubuh yang menjadi gugup, gemetar, keringatan, dan lemah. Dalam keadaan seperti ini, sikap menyerah bukan mustahil di mana yang bersangkutan bisa menolak untuk menghadapi ujian. Atau ia menghadapi saja tetapi dengan risiko pada hasil di bawah harapan. Ini berbanding terbalik dengan sikap positif dan optimis dalam menghadapi ujian, yaitu orang yang siap jiwa dan raga. Bahkan kesiapan ini diungkapkan dengan suatu kegirangan dan kerinduan untuk mengantisipasi ujian. Sikap seperti ini bisa membuktikan bahwa yang bersangkutan yakin akan hasil yang bakal dicapai memuaskan dan memenuhi harapan. Atau sikap ini juga merepresentasi sebuah sikap mental pada orang yang percaya bahwa hasil baik atau buruk bukanlah hal yang prioritas, tetapi kesempatan untuk menempah dan melatih diri. Dua sikap positif ini ditunjukkan oleh kedua bacaan kita hari ini. Santo Yakobus dalam bacaan pertama memberikan nasihat bahwa ujian dalam hidup memang mesti dilalui karena hasilnya adalah sebuah ketekunan yang merupakan jalan menuju kesempurnaan. Yesus diuji terus-menerus oleh kaum Farisi dan para cendekia ahli Taurat. Tetapi biasanya Yesus membungkam mereka. Dia adalah Tuhan maka tak perlu ujian. Tetapi yang Ia anggap sebagai kemunduran ialah mereka yang mengujinya tak mendapatkan keuntungan apa-apa. Itu berarti bahwa Yesus yang siap, sedangkan mereka tidak siap dalam medan ujian. Jadi hukumnya pasti: sebelum ujian utama, harus awali dulu dengan banyak ujian pemanasan alias persiapan-persiapan dan antisipasi dalam segala bentuknya. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, ajarkanlah kami selalu dengan meletakkan kata-kata dan tindakan yang benar dan tepat dalam setiap kesempatan kami hadapi ujian hidup ini. Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Marius dari SMP Don Bosco Kelapa Gading, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 1 Raja-Raja 12: 26-32; 13: 33-34; Mazmur tg 106: 6-7a.19-20.21-22; Markus 8: 1-10 SANTAPAN ROHANI YANG MEMPERSATUKAN Tema renungan kita pada hari ialah: Santapan Rohani Yang Mempersatukan. Persekutuan di dalam satu keluarga tampak amat jelas ketika semua anggota keluarga kompak menghadiri Misa Kudus, lalu melanjutkannya dengan makan siang bersama. Ini adalah sebuah kegiatan rutin. Persekutuan seperti ini sangat bertentangan dengan nasib umat Allah di bawah raja-raja setelah matinya Salomo. Yang paling tragis ialah raja Yerobeam memperbesar dosanya dengan melawan Roh Allah karena ia percaya kepada dewa-dewa. Santapan rohani yang tersedia bagi orang-orang beriman, pengikut Kristus, ialah persembahan diri Yesus sebagai bagian utama pekerjaan-Nya menjalani kehendak Bapa. Dalam seluruh karya pelayanan, Ia menampakkan tindakan pemberian diri-Nya dengan disaksikan oleh para rasul dan banyak orang di sekeliling-Nya. Mereka semua dibuat kagum, bangga, senang dan percaya akan tindakan-tindakan itu. Tetapi di atas semua itu ialah tindakan puncak, yaitu mati untuk menebus dosa dunia dan semua umat manusia. Ia tandai peristiwa puncak ini dengan tindakan kenangan di dalam Gereja untuk mengalami langsung kehadiran diri-Nya yang menjadi santapan bagi seluruh umat-Nya, demi memperkuat dan memelihara persekutuan yang sudah Ia bangun. Kita mengenalnya sampai detik ini dengan nama ekaristi. Yesus pertama kali membawa para pengikut-Nya dan semua orang yang mendengar-Nya, dengan penuh iman ke sebuah pengalaman menyantap diri-Nya sendiri, ialah pada waktu ia memperbanyak roti bagi ribuan orang yang lapar dan haus di padang gurun. Pemberian makan kepada ribuan orang ini kemudian dipertegas lagi maknanya pada saat menjelang wafat-Nya, ketika Ia makan perjamuan malam bersama para rasul, dan di sana Ia membagi-bagikan roti dan anggur. Sabda-Nya ialah supaya mereka terus melanjutkan peristiwa merayakan santapan rohani ini sebagai kenangan akan Dia, sekaligus menjadi penguatan rohani bagi semua yang mengambil bagian di dalamnya. Di dalam perjamuan makan itu, satu tindakan Yesus dengan pemecahan dirinya dan dibagi-bagikan menandakan sakramen ekaristi dan imamat. Jadi persekutuan yang kita perkuat terus-menerus baik melalui doa dan tindakan nyata bergantung sekali pada dua unsur dasar ini: ekaristi dan imamat. Sakramen ekaristi sebagai santapan rohani, sedangkan imamat sebagai hak istimewa untuk menjalankan dan memimpin peristiwa kenangan itu supaya memiliki legitimasinya dari Tuhan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Tuhan Yesus Kristus, semoga persekutuan kami di dalam dan bersama Dikau menjadi kekuatan yang sangat nyata di dunia ini untuk menghadirkan kerajaan Allah yang dapat membaharui seluruh muka bumi ini. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Marius dari SMP Don Bosco Kelapa Gading, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 1 Raja-Raja 11: 4-13; Mazmur tg 106: 3-4.35-36.37.40; Markus 7: 24-30 PERSEKUTUAN ADALAH PANGGILAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Persekutuan Adalah Panggilan. Seorang bapak berusia 75 tahun meminta Pastor Paroki untuk dibaptis menjadi seorang Katolik. Hidupnya selama ini sebagai orang yang tidak beragama. Pastor memberikan persiapan khusus kepadanya sebelum dibaptis. Tidak lama setelah mengikuti katekumen, istrinya yang berusia 72 tahun juga meminta untuk dibaptis. Maka Pastor Paroki memberikan persiapan kepada mereka bersama-sama. Mereka berkata: tidak ada terlambat dalam beriman kepada Tuhan. Langkah yang diambil oleh pasutri lansia itu merupakan sebuah perwujudan persekutuan sebagai panggilan. Tuhan tidak membutuhkan persekutuan, tapi kita yang membutuhkan supaya kita dapat bersatu dengan-Nya. Panggilan kita manusia di dunia ini sampai ke titik persekutuan itu. Namun hal ini tidak mudah. Kegagalan raja Salomo dalam mempertahankan persekutuan dengan Tuhan adalah salah satu contohnya. Ia tidak mengikuti teladan ayahnya, raja Daud. Dosa Salomo terbesar yang membuat ia dikutuk oleh Allah ialah mengikuti kehendak para istrinya yang berlatarbelakang tidak beriman kepada Tuhan. Para istri menyembah dewa-dewa. Murka Tuhan menggoyahkan kerajaannya. Pada saat kerajaan itu dilanjutkan oleh putra Salomo, kerajaan itu mengalami perpecahan besar. Hukuman atas dosa melawan Roh Kudus ialah kehancuran dan tidak dapat diampuni, begitu kata Yesus dalam kitab suci. Salomo sangat jelas memperlihatkan suatu perpecahan atas persekutuan yang sudah diwariskan dengan mantap, dengan paling kentara ialah pemisahan antara yang tidak percaya dan yang percaya. Ada suatu pemahaman bahwa kafir itu paling jahat dan tak bisa berpaling kepada Allah. Orang beragama kalau bersentuhan dan berinteraksi atau berkomunikasi dengan yang kafir sudah langsung menajiskan diri mereka. Tidak ada kemungkinan untuk terjadi relasi satu titik pun dengan mereka yang berlainan kepercayaan dengannya. Justru di sini yang menciptakan perpecahan ialah orang-orang beragama. Orang kafir hanya berusaha untuk hidup baik sebagai manusia dan mengusahakan kelayakan hidup di dunia ini. Dalam sanubarinya tersimpan benih-benih iman yang tinggal menunggu saatnya untuk terbuka, lalu mereka memandang dan percaya kepada Allah. Yesus merintis jalan terbuka bagi mereka. Ia membuka hati orang kafir, melebarkan jalan baginya untuk percaya kepada Tuhan. Yesus jauh lebih bijaksana daripada Salomo, karena ia menyatukan orang beragama dengan mereka yang dipandang kafir. Tugas yang sama yang mesti kita lanjutkan pada saat ini. Saat ini tidak tepat untuk memandang orang lain kafir! Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha bijaksana, berikanlah kami hati yang bijaksana sehingga kami dapat menciptakan dan mempertahankan persekutuan hidup di antara kami, dan bukan merusaknya dengan perpecahan. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Dinar Dympna Togatorop dan Maria Eclesia Patricia Ng dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Titus 1: 1-5; Mazmur tg 96: 1-2a.2b-3.7-8a.10; Lukas 10: 1-9 PARA PEKERJA BAGI TUAIAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Para Pekerja Bagi Tuaian. Kedua orang kudus ini, Timotius dan Titus adalah murid-murid Santo Paulus dan disebutkan tidak hanya namanya tetapi juga peran mereka sangat penting di dalam kitab perjanjian baru. Kita tahu Paulus melakukan suatu pekerjaan misionaris yang luar biasa. Kedua murid itu adalah para pekerja bagi tuaian besar ladang Tuhan. Keberhasilan Paulus ini ditentukan oleh salah satu faktor pentingnya ialah bantuan Timotius dan Titus. Mereka berperan utama sebagai pelayan. Sebagai murid-murid tugasnya ialah belajar dan melayani. Setelah mereka menjadi mampu dan kompeten, saat Paulus menjalani hukuman penjara yang harus dijalani dalam perjalanan sampai ke Roma, kedua murid ini menjadi mandiri. Tetapi mereka tidak lantas melepaskan tugas melayani lalu menjadi bos yang dilayani. Mereka masing-masing menjadi uskup di tempat tugasnya dan terus menjadi pelayan. Mereka sekali melayani tetap melayani sampai akhir hayatnya. Melepaskan diri dari Paulus dan keduanya juga terpisah masing-masing, Paulus senantiasa menyertai mereka melalui surat-suratnya untuk menguatkan persekutuan iman di antara mereka. Masing-masing adalah seperti biji sesawi dan tumbuh menjadi besar di tiap-tiap tempat karyanya. Paulus ikut memelihara biji yang sudah tumbuh itu. Mereka masing-masing mengemban tugas yang diamanatkan oleh Yesus dalam memberikan perutusan kepada para rasul dan seluruh Gereja. Para utusan adalah para pekerja dan bukan yang lain. Seperti kedua murid Paulus itu, kita juga bagai biji sesawi dalam status, panggilan, kondisi, tantangan, dan kelemahan kita masing-masing. Biji sesawi karunia Tuhan kepada setiap orang itu unik, dan tak pernah sama untuk dua orang. Itu adalah kepribadian, pengalaman iman, dan panggilan suci setiap orang. Oleh karena keunikan ini, sebenarnya orang-orang tidak boleh iri satu sama lain lantaran ada yang punya kekhususan di satu sisi, di sini lain dipunyai orang lain. Tidak hanya iri hati, tetapi sikap lain juga seperti copy paste keunikan orang lain lalu menyelimuti diri sehingga keaslian diri sendiri hampir tidak tampak. Ini adalah kepalsuan yang besar-besaran. Orang tidak menjadi orisinal, independen dan percaya pada kemampuan sendiri. Kalau copy paste itu hampir sama dengan mencuri, sementara sikap manja dan selalu bergantung merupakan sikap yang menempel saja. Ini merupakan kemunduran seorang murid yang baik. Dengan menghindari sikap-sikap yang kurang atau negatif itu, seseorang lalu menemukan dirinya yang adalah biji sesawi asli. Ia pantas sebagai murid yang diutus oleh Yesus, seperti Santo Timotius dan Titus. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa yang bijaksana, kuatkanlah iman kami supaya tetap menjadi murid-murid Yesus Kristus yang sejati. Salam Maria penuh rahmat.... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Intan dan Calista Virginia Leo dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kisah Para Rasul 22: 3-16; Mazmur tg 117: 1.2; Markus 16: 15-18 SETELAH MATA TERBUKA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Setelah Mata Terbuka. Kita dapat menjelaskan tema ini dalam dua sudut pandang. Dari sudut pandang fisik atau jasmani, ini menunjukkan mata yang terbuka untuk dapat melihat di sekitarnya. Sudut pandang yang lain ialah rohani yang dapat memperlihatkan kemampuan mental-rohani. Penglihatan rohani diperoleh melalui terang Ilahi. Pada pesta pertobatan Santo Paulus hari ini kita menyaksikan dua kemampuan melihat yang dilakukan Paulus. Dua sudut pandang melihat ini sangat jelas berbeda namun dalam banyak hal mereka harus saling memerlukan dan mendukung. Kita ingin merenungkan bagaimana keduanya saling memerlukan. Kita mau supaya indra mata kita tetap sehat dan berfungsi baik dalam melihat. Fungsi mata kita tidak hanya untuk melihat pada suatu waktu dan di suatu tempat. Selain kita dapat melihat yang ada di sekitar kita, ada kesadaran dan kepekaan di dalam diri yang mengumpulkan data-data untuk langsung diproses oleh pikiran dan diamini oleh hati, sehingga kita membuat keputusan bahwa yang kita lihat itu baik, benar, keliru, bagus, indah, menantang, atau berbahaya. Hasil penglihatan dan kesadaran itu diterangi oleh karunia iman dan bimbingan Roh Kudus, supaya kita melihatnya lagi dalam proses yang lebih dalam, yaitu penglihatan dan pemahaman batin atau rohani. Jadi mata jasmani kita menyiapkan data atau materi untuk masuk ke dalam suatu proses mata batin, yang akhirnya menghasilkan sebuah pencapaian kebenaran baru. Coba dibayangkan, jika mata jasmani ini tidak sampai pada tahapnya untuk menentukan sesuatu yang baik, misalnya memilih panggilan hidup, maka proses rohaninya juga tak tercapai. Demikian juga sebaliknya, penglihatan dan pemahaman rohani sangat memerlukan kemampuan mata jasmani sehingga kebaikan dan kebenaran iman itu dapat dipraktikkan. Keyakinan bahwa belas kasih, persaudaraan, dan bermurah hati merupakan perintah Tuhan yang sangat mulia. Bagaimana bisa dihayati dengan benar dan adil, jika mata tubuh kita tidak terbuka kepada orang yang bersalah untuk diampuni, orang sakit untuk diberi penghiburan, atau orang putus asa untuk diberi pengharapan! Jadi mata batin atau mata iman sangat memerlukan mata tubuh untuk membuat iman kita menjadi subur dan berguna. Kedua fungsi mata kita memang saling membantu. Maka satu nasihat sederhana ialah, gunakan mata tubuh dengan baik dan benar, karena ia adalah la porta, atau pintu yang terbuka bagi kita untuk datang kepada Tuhan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, semoga indra mata kami tidak menjerumuskan kami ke dalam dosa tetapi memandang selalu kemuliaan Tuhan di dalam diri kami dan sekeliling kami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus .. Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Diana Kartini Pinotoan dan Yohanes Mario Devianus Beti dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 2 Samuel 7: 4-17; Mazmur tg 89: 4-5.27-28.29-30; Markus 4: 1-20 TEMPAT TINGGAL TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Tempat Tinggal Tuhan. Di dalam sebuah sesi pelajaran agama di kelas 5 SD, seorang murid bertanya kepada gurunya: "Di manakah tempat tinggal Tuhan?" Anak itu mendapatkan dua jawaban, yang bagi dia merupakan jawaban yang memuaskan. Jawaban pertama ialah bahwa Tuhan tinggal di surga dan juga di hati setiap orang. Di setiap tempat kita berada dan pada suatu waktu tertentu, Tuhan berada di surga yang di atas sehingga Ia melihat setiap gerak dan keadaan kita. Tuhan berdiam di dalam hati kita, sehingga ia berbisik dan menyadarkan kita melalui suara hati dan buah-buah pikiran yang sehat dan positif, dan kita menerimanya sebagai kebenaran. Kita menangkap adanya inspirasi baru merupakan contoh bahwa kita selalu memiliki Tuhan yang ada di dalam hati kita masing-masing. Ada kemungkinan orang-orang yang tidak mengenal dan percaya kepada Tuhan merasa bahwa tidak ada Tuhan di dalam hati mereka. Namun sebenarnya Tuhan sungguh ada di dalam mereka, tetapi mereka memilih untuk menolaknya. Jadi Kehadiran Tuhan di mana-mana dan di dalam hati manusia ini mau ditegaskan Allah kepada Daud supaya tidak membangun sebuah tenda atau rumah kotak sebagai tempat tinggal Tuhan Allah. Tuhan telah menyertai Daud sampai ke mana-mana dalam setiap perangnya, akan lucu kalau Tuhan dikurungkan saja di dalam sebuah rumah. Tuhan dapat kita jumpai dan alami karena Ia datang ke hati kita dan di dalam rumah keluarga atau komunitas kita masing-masing. Ia datang sebagai firman-Nya yang menyebar dan tertanam di sana, bertumbuh, dan berbuah untuk dinikmati. Kita sebagai pribadi, keluarga, kelompok, dan Gereja selain sebagai tempat tinggal Tuhan sejak pembaptisan, juga menjadi tanah subur untuk bertumbuh dan berbuahnya firman Tuhan. Adalah sebuah mujizat yang tak pernah dibuat oleh siapa pun, selain Yesus Kristus. Ia memilih untuk masuk ke dalam diri setiap pengikut-Nya untuk membuatnya tumbuh, hidup sesuai dengan kehendak-Na, dan berbuah seperti yang dikehendaki-Nya. Hendaknya kita menyadari sampai detik ini, bahwa diri kita dimasuki oleh firman Allah yang memanggil, lalu kita ikuti dan Firman itu bertumbuh sedemikian sampai membuat seseorang memantapkan pilihan hidupnya. Ia menjalani pilihan hidupnya itu dan berbuah, yaitu menjadi seorang dengan panggilan khusus atau hidup sebagai orang awam pada umumnya. Santo Fransiskus dari Sales menulis sebuah buku terkenal tentang spiritualitas hidup Kristen, untuk mengarahkan setiap orang tentang hidup dengan dibimbing oleh Roh Tuhan. Kehidupan setiap hari dengan spiritualitas ini adalah melihat dan mengalami Tuhan secara nyata. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan maha kuasa, bersabdalah selalu dan hamba-hamba-Mu ini setia mendengarkan. Semoga sabda-Mu tumbuh dan berbuah demi kebaikan kami. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Vici Veranie dan Octavia Setyawidi dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 2 Samuel 6: 12b-15.17-19; Mazmur tg 24: 7-10; Markus 3: 31-35 BERSUKA CITALAH, TUHAN ADA! Renungan kita hari ini bertema: Bersuka Citalah, Tuhan Ada! Ada seorang pemuda di kampung yang tidak bisa mengontrol diri dalam minum minuman beralkohol. Ia sering mabuk. Pada suatu saat ia sedang mabuk, seorang temannya mengancam untuk memukulnya dengan sepotong kayu bulat. Namun pemuda mabuk itu segera menanggapi, “Ada Tuhan, Ia akan menghalangi kamu memukul saya.” Sungguh, orang mabuk masih menyadari ada Tuhan bersamanya. Pengakuan bahwa Tuhan ada, selain dengan cara studi dan refleksi seperti yang dilakukan oleh para ahli spiritualitas dan teologi, ada banyak cara lain yang dipakai oleh orang-orang beriman. Salah satunya ialah dengan hidup di dalam suka cita. Meskipun kita tidak luput dari dosa dan penderitaan hidup, suka cita selalu menjadi kekuatan yang sangat kita perlukan. Pada hari ini kita diajarkan untuk memperkuat dan menambah suka cita kita. Mengapa? Karena sering suka cita kita cepat berlalu pergi, terbang bersama angin, hilang ditelan musim. Bila pekerjaan dan kesibukan menumpuk, suka cita hilang. Bila jatuh sakit dan menemukan kesulitan, suka cita menjauh dari kita. Bila tersaingi dalam mengejar rezeki, prestasi, dan kemajuan suka cita sepertinya susah dihadirkan. Bila datang kegagalan, suka cita menghilang entah ke mana perginya. Daud yang sudah memasuki kota suci, kini bersama seluruh umat membawa masuk tabut Tuhan ke kota itu. Sambutan Daud dan rakyatnya luar biasa gembiranya. Semua unsur dan elemen untuk pesta raya lengkap. Sukacita mereka penuh. Semua bersuka cita karena Tuhan ada bersama mereka. Yesus Kristus meyakinkan kita bahwa Ia bersama dengan kita. Ia meyakinkan kita bahwa firman yang Ia sampaikan itu masuk ke dalam diri setiap orang yang mendengarnya. Dan ketika dilaksanakan di dalam hidup mereka, suka cita tumbuh di dalam mereka. Firman itu adalah pribadi Tuhan sendiri, demikian kata penginjil Yohanes. Dia masuk dan tinggal di dalam kita, lalu merangkul dan menyatukan kita semua sebagai saudara dan saudari di dalam Yesus Kristus. Di sini letak suka cita yang besar karena kita semua bersatu sebagai satu umat. Sebaliknya perpecahan, terkotak-kotak, dan klaim bahwa kelompok yang satu lebih baik dan istimewa daripada kelompok lain, itu kehilangan nilai suka citanya. Satu pengalaman yang selalu memperkuat suka cita kita ialah Ekaristi. Kita menerima Firman melalui bacaan-bacaan dan renungan, yang memuncak dalam Komuni Kudus di mana Firman tadi menjadi daging untuk santapan kita. Pada saat itu suka cita kita menjadi penuh. Jadi kalau ingin memenuhi diri dengan suka cita Tuhan, datang ke Ekaristi. Tak ada cara yang lain. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa maha murah, semoga kami diberkati dengan suka cita yang penuh. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Dinar Dympna Togatorop dan Gregorius Hendro Tanuhito dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 2 Samuel 5: 1-7.10; Mazmur tg 89: 20.21-22.25-26; Markus 3: 22-30 KITA PUNYA IDENTITAS Renungan kita pada hari ini bertema: Kita Punya Identitas. Sekitar dua puluhan turis asing dan lokal datang ke satu kampung di pelosok Indonesia. Menurut tradisi di kampung itu, setiap tamu yang masuk ke kampung harus diterima secara adat, dengan dipakaikan pakaian adat di gerbang kampung. Pakaian untuk kaum lelaki berbeda dari pada yang untuk perempuan. Kepala kampung menjelaskan bahwa cara penyambutan ini merupakan ciri identitas mereka. Setiap orang dan kelompok berhak menyatakan identitasnya. Namun ketika tuntutan dan penegakan hak itu menjadi berlebihan, terjadilah yang dinamakan dengan politik identitas. Politik ini sering berdampak negatif dan jelek. Lawan dari politik ini ialah pemberian identitas kita oleh Tuhan. Ia jadikan kita sebagai gambar dan rupa-Nya sendiri. Yesus Kristus memakaikan kita identitas Kristen kepada setiap orang, keluarga, dan Gereja kita. Penetapan identitas ini sudah permanen sejak Abraham, dan pada hari ini bacaan pertama menaruh raja Daud yang memperkuat identitas umat beriman terpilih. Ia harus menempati kota Yerusalem untuk menegakkan identitas yang telah Allah tetapkan. Ia harus tinggalkan Hebron dan menetap di Yerusalem. Mereka yang telah menempati kota itu harus relakan itu kepada Daud. Mereka harus berhenti menggunakan identitas yang bukan dari Tuhan. Sama dengan Daud, Yesus Kristus juga menetapkan identitas Tuhan yang amat jelas dikenal melalui segala perbuatan ajaib dan besar, semua itu hanya dari Allah saja. Penguatan identitas Tuhan ini hendak dilawan oleh para musuh Yesus, yaitu mereka yang tidak percaya bahwa Yesus adalah sungguh Anak Allah, Mesias sesungguhnya dari Allah. Jadi mereka hendak menggantikan identitas Yesus menjadi anak kepala setan, Belzebul, atau paling kurang bagian dari golongan setan. Anggapan dan perlakukan terhadap Yesus dengan menggantikan identitas-Nya merupakan dosa yang amat besar. Dosa ini karena terlalu besar, sampai-sampai disebut melawan Roh Kudus, dan karena itu tak bisa diampuni. Bayangkan kalau identitas Anda berganti, misalnya dari seorang manusia menjadi hewan, atau setan. Ini sangat memalukan, merendahkan, dan menyakitkan. Bayangkan juga, ketika KTP anda dicuri dan diganti semua datanya, hal itu mengganggu identitas Anda. Bayangkan juga, ketika seorang suami ganti identitasnya demi curangi istri, anak-anak, dan keluarganya sendiri, pasti ini sangat meresahkan. Dan yang sangat parah ialah identitas sebagai pengikut Kristus berganti ke pengikut pihak lain yang bukan Tuhan, ini yang namanya identitas palsu, dosa yang tak dapat diampuni. Hari ini luangkan waktu untuk berdoa bagi kekuatan dan kemurnian identitas Anda. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, kuatkan kami untuk selalu menyatu dengan Dikau saja sebagai Tuhan dan penyelamat kami. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message
La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Dibawakan oleh Hendrikus dan Dinar Dympna dari Sekolah Saint Peter Jakarta di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. 2 Samuel 1: 1-4.11-12.19.23-27; Mazmur tg 80: 2-3.5-7; Markus 3: 20-21 BENCI ITU BENAR-BENAR CINTA Renungan kita pada hari ini bertema: Benci Itu Benar-Benar Cinta. Kata “benci” yang diperpanjang dan diartikan menjadi benar-benar cinta, sudah tidak asing lagi bagi kita. Ada seorang gadis remaja memberi nama kedua anjing kecilnya si Benci dan si Cinta. Ini adalah dua nama yang menunjukkan perlawanan, yang ditunjukkan begitu jelas oleh masing-masing anjing itu. Si anjing Benci dikenal suka kasar dan memusuhi temannya. Sebaliknya anjing Cinta selalu bermain, menemani dan bersikap tenang terhadap temannya si Benci. Suatu cara pandang yang transformatif atau yang bersemangatkan perubahan, dapat memberikan kita suatu pemaknaan dua sikap berlawanan itu untuk menjadi sesuatu yang membuat senang dan bangga. Ungkapan “Benci itu benar-benar cinta” seharusnya menjadi inspirasi untuk transformasi ini. Singkatnya kita bisa katakan bahwa pengalaman, atau semangat, dan perbuatan kebencian mengalami perubahan dalam suatu situasi dan waktu, sehingga orang yang benci dan penuh dengan amarah itu berubah menjadi orang baik yang penuh cinta kasih. Perubahan dari benci menjadi cinta merupakan contoh untuk perubahan yang lain seperti malas menjadi rajin, kotor menjadi bersih, kekanak-kanakan menjadi dewasa dan sebagainya. Pada hari ini kedua bacaan liturgi mencerahkan kita tentang perubahan ini. Semoga kita tidak berhenti dengan rasa senang karena pencerahan, tetapi kita mesti dapat membuatnya nyata yaitu berubah dari benci menjadi cinta. Ini sejalan dengan tugas utama Tuhan untuk membawa kita kepada terang, cinta dan keselamatan. Ada satu kejadian di dalam perjanjian lama yang dapat menjadi pelajaran bagi kita. Kebencian Saul terhadap Daud jelas tak terelakkan. Sebaliknya Daud tidak membalas kebencian raja Saul atas dirinya dengan kebencian. Cinta Daud tak luntur meski selalu berhadapan dengan Saul yang iri dan benci. Ketika Saul dan anaknya Yonatan meninggal dalam perang, Daud meluapkan rasa cintanya yang besar. Ia memaafkan, mendoakan dan memberikan nyanyian agung kepada Saul. Cinta menang atas benci itu menjadi hadiah terindah bagi Daud sebagai raja. Cinta Yesus juga sangat besar, jauh lebih besar daripada Daud. Berhadapan dengan semua kebencian orang-orang, ia sudah memastikan bahwa itu akan mengantar Dia ke Salib di Golgota. Ia juga tentu sangat sakit hati ketika anggota keluarga-Nya sendiri atau orang-orang dekat bersikap jahat dan benci terhadap-Nya. Mereka menganggap dia gila. Ini sama dengan orang-orang dekat kita sendiri yang menaruh benci kepada kita. Tetapi Yesus tak berbalik membenci. Ia mengorbankan diri sebagai ungkapan cinta paling besar untuk melawan kebencian. Jadi kita punya contoh-contoh luar biasa untuk menyingkirkan dan mengalahkan kebencian dengan cinta kasih. Semua itu tergantung kita saja. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah yang bijaksana, semoga hati, pikiran, dan kehendak kami dipenuhi cinta-Mu supaya kami mampu mengalahkan kebencian di dalam diri kami. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message