Podcasts about gereja st

  • 5PODCASTS
  • 111EPISODES
  • 8mAVG DURATION
  • ?INFREQUENT EPISODES
  • Mar 29, 2023LATEST

POPULARITY

20172018201920202021202220232024


Best podcasts about gereja st

Latest podcast episodes about gereja st

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Kamis pekan ke-5 Pra Paskah, 30 Maret 2023

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Mar 29, 2023 7:39


Dibawakan oleh Cecilia Liando dari Gereja St. Maria Kusuma Karmel, Paroki Meruya, Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Kejadian 17: 3-9; Mazmur tg 105: 4-5.6-7.8-9; Yohanes 8: 51-59 MELIHAT DAN BERSUKA CITA Renungan kita pada hari ini bertema: Melihat Dan Bersukacita. Perdebatan dan fitnah tentang identitas Yesus Kristus masih berlanjut. Hari ini penekanannya ialah pada sosok Abraham. Kitab Kejadian menampilkan Abraham yang diartikan sebagai Bapak bagi sejumlah bangsa besar di bumi ini, mempunyai dua karakteristiknya. Sosok Abraham digambarkan sebagai seorang pilihan Allah untuk mendiami wilayah yang asing baginya, yang dikuasai bersama segala keturunannya. Ia diberkati untuk memiliki banyak sekali keturunan. Ciri lain pada Abraham ialah perjanjian Allah atasnya yang harus dijamin dengan iman dan ketaatan kepada Allah. Dasar iman ini tidak hanya membuat dia sebagai bapak iman bagi banyak orang, tetapi juga menunjukkan tujuannya dalam persekutuan yang bahagia bersama Tuhan selama-lamanya. Ini adalah gambaran Abraham yang spiritual. Karakteristik yang pertama menggambarkan sisi kefanaannya sebagai manusia yang mengalami kematian di dunia. Sedangkan karakteristik yang kedua menggambarkannya sebagai pilihan Allah yang mengalami hidup abadi atau selama-lamanya. Dua sisi profil Abraham ini dijelaskan secara lengkap oleh Yesus kepada para lawannya. Ditegaskan-Nya kepada mereka bahwa Abraham yang merupakan manusia dunia ini setelah genap usianya untuk mati, ia tunduk kepada panggilan alam ini. Sampai dengan batas pemahaman di sini, para lawan itu sanggup untuk mengerti dan percaya akan Abraham yang fana. Demikian juga dengan para nabi, kematian pada dasarnya merupakan bagian dari kefanaan mereka. Mata mereka sama sekali dikaburkan dan hati mereka sungguh tertutup, sehingga mereka tak bisa menangkap bahwa Yesus Kristus adalah kenyataan janji Allah kepada Abraham dan penubuatan para nabi. Sebenarnya Yesus sedang menjelaskan bahwa karena Abraham punya aspek spiritual, ia sudah melihat Yesus Kristus, Putera Allah. Abraham melihat dan bersuka cita karena janji Allah kepadanya terwujud dalam diri Yesus Kristus. Aspek spiritual inilah yang tidak dapat ditangkap oleh kaum Farisi dan para ahli Taurat. Yesus sedang mengajarkan kita tentang kekuatan rohani yang merupakan karunia Roh Allah kepada setiap orang yang mengikuti-Nya. Dengan karunia ini, kita diberi jaminan untuk menikmati hidup ini melalui bagaimana kita melihat kemuliaan Allah yang hadir di dalam diri sendiri, sesama, dan lingkungan sekitar. Pengalaman akan kemuliaan Allah itu menjadi dasar bagi kita untuk bersuka cita dan bersyukur kepada Tuhan. Yang memperkuat suka cita ini ialah aspek spiritual dari segala sesuatu di dalam hidup ini, karena di situ Tuhan sungguh hadir. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha murah, semoga kami selalu peka akan kemuliaan-Mu yang hadir di dalam segala sesuatu, khususnya di dalam hidup kami sebagai pribadi dan bersama. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Jumat pekan ke-16 masa biasa, 22 Juli 2022; pesta Santa Maria Magdalena

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Jul 21, 2022 7:56


Dibawakan oleh Petrus Kanisius Kebaowolo dan Elisabeth Wellan dari Gereja St. Agustinus, Paroki Karawaci, Keuskupan Agung Jakarta. Kidung Agung 3: 1-4a; Mazmur tg 63: 2.3-4.5-6.8-9; Yohanes 20: 1.11-18 MENGAMBIL BAGIAN DALAM CINTA KASIH KRISTUS Renungan kita pada hari ini bertema: Mengambil Bagian Dalam Cinta Kasih Kristus. "Mengapa kitab suci berkata bahwa cinta kasih itu menuntut?" Pertanyaan ini dari seorang gadis terhadap pacarnya yang selalu mengantar dan menjemputnya setiap kali pergi dan pulang kerja. Pemuda itu menjawab singkat, "Kalau seseorang didorong oleh cinta, maka ia bahagia untuk melalukan setiap kebaikan. Ia tidak terpaksa untuk melakukan itu." Benar sekali, hubungan mereka tumbuh dengan baik dan indah. Hari ini kita memperingati Santa Maria Magdalena. Wanita Yahudi pada zaman Yesus ini dikenal sangat dekat dengan Yesus. Ia adalah orang pertama yang menyaksikan Yesus bangkit. Hubungan yang amat dekat ini dapat menjadi pembelajaran cinta bagi kita. Patokan kita ialah cinta kasih Yesus, yaitu persembahan diri bagi kebaikan dan keselamatan sahabat-sahabat-Nya. Pada saat dan waktu yang tepat perbuatan cinta itu menuntut. Sebagian besar, mungkin 90 persen, cinta itu mendorong seseorang untuk mencintai, sementara sisanya 10 persen mungkin berisi keraguan, takut, malu, bingung, dan kurang paham. Maria Magdalena membalas semua cinta kasih Yesus dalam kondisi yang tidak sempurna. Puncaknya ialah ketika ia ketakutan dalam mencari jenazah Yesus di makam, dan agak sulit mengenali Yesus yang bangkit sebelum Yesus sendiri memanggil namanya. Dalam situasi seperti inilah, cinta itu cenderung menuntut dan memengaruhi Maria agar segera mengakui bahwa itu adalah Tuhan yang bangkit. Maria Magdalena tentu sudah belajar banyak tentang cinta kasih Kristus. Dalam aneka perbuatannya setelah mengikuti Kristus, ia ungkapkan cinta kasih itu yang telah diambil dari Gurunya. Umumnya, ia memiliki kesetiaan dalam mengikuti Kristus hingga mendampingi-Nya saat Gurunya itu wafat di salib, lalu ia bersedih mencari-Nya di makam dan akhirnya menemukan Dia. Namun yang paling menonjol aspek cinta kasih yang diambil dari Yesus Kristus ialah ia sungguh memiliki suka cita keberanian, semangat, kebenaran dan ketulusan untuk mewartakan kepada rekan-rekannya, bahwa “Aku telah melihat Tuhan”. Dengan bertindak seperti ini, Maria Magdalena ingin menginspirasi para rasul dan kita semua yang mendengarkan firman ini, seolah-olah menantang kita: ayolah, aku sudah ambil bagianku dari cinta kasih Guru kita, Yesus Kristus, maka kini giliran kalian untuk mengambil bagian dari cinta kasih Yesus itu. Jangan biarkan keharuman cinta kasih Yesus Kristus itu sia-sia saja, tanpa disukai dan diambil. Pertanyaan sebagai tantangan dan refleksi bagi kita ialah: Anda cocok untuk aspek cinta kasih apa yang dapat Anda ambil dari Yesus Kristus? Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Terima kasih ya Tuhan Yesus Kristus atas diri-Mu dan ajaran-Mu tentang cinta kasih. Kuatkanlah dan penuhilah kami dengan cinta kasih-Mu itu. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Kamis pekan ke-13 masa biasa, 30 Juni 2022

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Jun 29, 2022 7:46


Dibawakan oleh Ari dan Ningrum dari Gereja St. Mikhael, Paroki Pangkalan Adi Sucipto Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang. Amos 7: 10-17; Mazmur tg 19: 8.9.10.11; Matius 9: 1-8 KESEMBUHAN TOTAL Renungan kita pada hari ini bertema: Kesembuhan Total. Ada seorang lelaki terkenal sebagai pengacau ulung di lingkungannya. Orang-orang di situ takut kepadanya. Ia mabuk seenaknya, pengguna sekaligus pengedar narkoba sangat aktif dan bertindak brutal kepada siapa pun yang menghalangi segala urusannya. Singkatnya, mental, moral dan imannya sudah sangat buruk. Namun pihak polisi akhirnya berhasil melumpuhkan dia setelah terjadi tindakan kekerasan di wilayah itu dan ia sebagai tokoh utama kejadian tersebut. Kedua kakinya terkena tembakan peluru dan ia nyaris lumpuh total. Pada akhirnya ia melewatkan hari-hari, bulan-bulan dan tahun-tahun di penjara. Wilayahnya menjadi aman dan damai tanpa dia. Untuk kesekian kalinya lelaki ini dikunjungi pemimpin agamanya supaya ia memperoleh pembinaan rohani. Ia mendapat bimbingan yang maksimal selama di penjara. Semua itu membantunya untuk membuat hidupnya menjadi baru. Perlahan-lahan perubahan itu terjadi. Setelah keluar penjara, ia sungguh seorang pribadi yang baru. Fisiknya menjadi segar dan sehat, tutur kata, sopan santun, sikap hidup menjadi sangat baik. Pengetahuannya menjadi luas dan terbuka. Imannya tumbuh kembali. Pengalaman lelaki ini merupakan contoh tentang kesembuhan total. Jenis kesembuhan ini yang diinginkan Yesus Kristus, yang meliputi fisik, mental, rohani, relasi sosial. Yesus mengetahui bahwa orang yang disembuhkan itu penuh dengan dosa. Maka yang diperlakukan-Nya pertama ialah menghapus dosa-dosanya dengan mengampuninya. Sesudah itu baru menyembuhkan dia dari sakit fisiknya dan memulihkan pikiran serta jiwanya. Banyak di antara kita ingin sembuh sebagian saja, bukan total. Mungkin mereka hanya mencari kesembuhan fisik atau mental tertentu sementara kesembuhan diri secara total diabaikan. Seorang mungkin telah sembuh dari stress dan sakit hati, namun ia masih dendam dan marah kepada musuh-musuhnya. Orang mungkin merasa nyaman setelah menerima sakramen tobat, tetapi ia tidak menyesali perbuatan-perbuatannya maka ia jatuh kembali ke dosa-dosa yang sama. Semua ini menandakan kesembuhan yang hanya sebagian. Dengan demikian berarti mereka masih sakit. Kita perlu menandai bagian-bagian mana di dalam diri kita yang masih belum disembuhkan karena selama ini tidak diupayakan untuk sembuh. Bagian itu sangat mungkin menjadi penghalang untuk terjadinya kesembuhan total di dalam diri Kita. Berikan perhatian kepadanya agar dapat sembuh total. Marilah kita berdoa... Dalam nama Bapa... Ya Bapa, jika ternyata masih ada bagian-bagian di dalam diri kami yang belum sembuh semuanya, karena kami cenderung mengelakkan untuk disembuhkan, berikanlah kami kesembuhannya. Bapa kami yang ada di surga... Dalam nama Bapa.... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Rabu pekan ke-7 Paskah, 1 Juni 2022, peringatan Santo Yustinus, martir

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later May 31, 2022 7:21


Dibawakan oleh Emerlinda dari Gereja St. Nikodemus, Paroki Ciputat dan Patricia dari Gereja Santo Barnabas, Paroki Pamulang, Keuskupan Agung Jakarta. Kisah Para Rasul 20: 28-38; Mazmur tg 68: 29-30.33-35b.36c; Yohanes 17: 11b-19. BERBAGI ROH KUDUS Renungan kita pada hari ini bertema: Berbagi Roh Kudus. Maksud ungkapan berbagi Roh Kudus ialah bahwa setelah menerima pencurahan Roh Kudus, seseorang itu mendapat perutusan untuk berbagi karunia Roh Kudus itu kepada orang lain. Ia membagikannya sejalan dengan perutusan, misalnya sebagai orang tua di dalam keluarga, ayah dan ibu menghadirkan relasi perkawinan mereka yang baik, sehingga berpengaruh positif bagi segenap keluarga. Masing-masing saling menyapa secara baik dan positif sehingga suka cita tumbuh di dalam keluarga. Ada begitu banyak contoh bagaimana kita masing-masing dapat berbagi Roh Kudus. Kita mendapat contoh dari kedua bacaan pada hari ini. Yesus menguatkan para rasul dan murid-murid, bahwa hidup mereka tanpa kehadiran-Nya secara fisik adalah dalam bimbingan Roh Kudus. Mereka pasti mengalami banyak tantangan dan kesulitan, terutama ancaman para musuh Tuhan. Tetapi Roh Kudus yang penuh dalam Yesus, dibagikan semuanya kepada mereka. Demikian juga Paulus yang akan meninggalkan jemaat Efesus yang telah ia bina selama tiga tahun. Ia menjamin bahwa Roh Kudus sepenuhnya menguatkan dan membimbing mereka. Mengapa harus berbagi Roh Kudus? Ada beberapa alasan mendasar. Pertama karena Tuhan Allah sendiri sudah berbagi dari diri-Nya sendiri. Dia yang suci dan murni di dalam surga, mau berbagi hidup-Nya dengan manusia sehingga Putera Allah menjadi Yesus Kristus, kemudian Yesus sendiri mengutus Roh-Nya bagi kita. Allah sudah berbagi, maka kita harus juga berbagi. Kedua, Roh Kudus bergerak dan berkegiatan. Ia menggerakkan setiap pribadi dalam Gereja Perdana lalu menginisiatifkan kegiatan-kegiatan mereka sehingga mereka tidak tinggal diam atau bersembunyi. Masing-masing dari mereka bergerak dan keluar di setiap penjuru dunia untuk bersaksi tentang Yesus Kristus. Kita perlu juga berbuat demikian, terutama berbagi kepada orang lain. Ketiga, Gereja itu inklusif dan menaati perintah Yesus untuk menjadikan seluruh bangsa murid-murid-Nya. Maka tak ada cara lain yang paling pas kecuali menggerakkan setiap pengikut Kristus untuk berbagi semangat Roh Kudus, yaitu menyampaikan segala kebaikan, suka cita dan kebenaran kepada seluruh dunia. Berbagi kepada sesama di dalam persekutuan Yesus Kristus merupakan hukum yang tak dilalaikan dan kepada sesama manusia yang lain, sudah merupakan tanggung setiap manusia sebagai anggota Gereja yang kudus. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, di dalam saat-saat penantian datangnya Roh Kudus, kami menaruh iman kami kepada-Mu dengan sepenuh hati, supaya melalui kepenuhan Roh Kudus kami membagikannya kepada orang-orang di sekitar kami. Bapa kami... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

Elshinta Semarang
Nikah Beda Agama Viral, Nurcholis : Itu Bisa Dilakukan

Elshinta Semarang

Play Episode Listen Later Mar 11, 2022 22:48


Pernikahan beda agama di Semarang, Jawa Tengah, viral dan tuai sorotan publik. Dalam konten video yang sempat viral tersebut nampak pengantin perempuan memakai hijab, sedangkan mempelai prianya mengenakan jas hitam berada didalam sebuah gereja. Dikabarkan akad nikah dan pemberkatan sepasang pengantin itu dilakukan di dua tempat terpisah. Prosesi akad nikahnya dilaksanakan di sebuah hotel, sedangkan pemberkatannya di Gereja St. Ignatius, Krapyak Semarang. Bagaimana penjelasan mengenai prosesi pernikahan ini ? Simak Wawancara Yuniar Kustanto bersama dengan Konselor Pernikahan Beda Agama yang juga aktivis LSM Pusat Studi Agama dan Perdamaian (ICRP) Ahmad Nurcholis/

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Sabtu sesudah Rabu Abu, 5 Maret 2022

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Mar 4, 2022 7:06


Dibawakan oleh Jose Allexandro dan Petrus Kanisius Kebaowolo dari Gereja St. Agustinus, Paroki Karawaci, Keuskupan Agung Jakarta. Yesaya 58: 9b-14; Mazmur tg 86: 1-2.3-4.5-6; Lukas 5: 27-32 PUASA BERBUAH PEMBAHARUAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Puasa Berbuah Pembaharuan. Kemarin kita diterangi dalam renungan bahwa puasa kita di dalam masa Pra Paskah ini dilakukan melalui beramal dan berdoa. Ini merupakan cara-cara kita berpuasa. Lalu hal berikut yang amat penting ialah buah atau hasil melakukan puasa. Apakah yang didapatkan setelah melakukan puasa? Hari ini kita merenungkan bahwa dengan berpuasa orang mendapatkan pembaharuan hidup. Nabi Yesaya mengatakan bahwa orang yang berhenti menyusahkan dan menyakiti sesamanya, lalu berbalik untuk berbuat baik dan beramal kasih kepada sesamanya itu, pembaharuan yang ia peroleh adalah Tuhan Allah berkenan kepadanya. Tuhan akan menuntunnya senantiasa. Tuhan akan memuaskan semua kepentingannya untuk menjadi bahagia dan selamat di dalam kehidupannya. Pembaharuan ini berkaitan dengan kehidupan rohaninya yang berkembang, di mana hubungannya dengan Tuhan ialah dalam satu keterikatan yang menyatu. Dasarnya ialah karena ia melakukan semua perbuatan Tuhan sendiri. Yang digambarkan oleh Yesaya ini terungkap dengan sangat jelas dalam pengalaman orang-orang yang mengalami sendiri hidup dan bekerja bersama Yesus Kristus. Kita semua yang berada di dalam Gereja saat ini juga dalam situasi yang berbeda-beda memiliki pengalaman ini, terlebih-lebih selama masa Pra Paskah, kita ingin memantapkan dan memperkuat hubungan kita dengan Tuhan untuk semakin menyatu dengan-Nya. Syaratnya ialah bertahan dalam iman dan kesetiaan menjadi murid-murid Tuhan yang baik seperti para rasul. Pembaharuan hidup yang dampaknya kuat bagi diri seseorang atau dalam suatu kebersamaan dengan orang lain ialah pertobatan. Tandanya ialah orang meninggalkan hidup yang lama dalam kegelapan dosa dan memilih hidup baru di dalam Tuhan. Melalui berpuasa, yaitu pengalaman berjumpa dan hidup bersama dengan Tuhan, kekuatan pengaruh-Nya dapat mengubah jalan hidup seseorang. Pengalaman ini ditunjukkan oleh Lewi, si pemungut cukai yang bertemu dengan Yesus dan selanjutnya mengundang Yesus untuk makan di rumahnya. Si pemungut cukai ini kemudian menjadi salah satu dari ke-12 rasul Yesus. Jika puasa dalam masa Pra Paskah ini belum menunjukkan tanda-tanda akan ada pertobatan di dalam diri Anda dan keluarga atau kelompok Anda, memasuki minggu pertama Pra Paskah kiranya dapat dibuatkan suatu perencanaan dalam menata kehidupan baik pribadi maupun bersama. Perencanaan itu mesti dapat dikonkretkan untuk suatu pertobatan yang kemudian diwujudkan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha rahim, terangi perjalanan hidup kami pribadi dan bersama di dalam masa Pra Paskah ini, sehingga kami berjalan di dalam terang untuk pertobatan kami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Sabtu pekan biasa ke-7, 19 Februari 2022

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Feb 19, 2022 8:48


Dibawakan oleh Yohanes Dewa dan Wilibroda Gunung Lajar dari Gereja St. Arnoldus Jansen, Paroki Waikomo, Keuskupan Larantuka. Yakobus 3: 1-10; Mazmur tg 12: 2-3.4-5.7-8; Markus 9: 2-13 BERUBAH RUPA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Berubah Rupa. Di dalam kelas 3 SMP itu suasana menjadi riuh dan ramai. Para siswa tidak bisa menjamin suasana tenang karena mereka merasa bebas. Guru yang mestinya mengajar sedang berurusan di kantor kepala sekolah selama hampir 30 menit, begitu kembali ke kelas, menjadi marah karena suasana kelas yang ribut dan sangat mengganggu. Wajahnya yang dikenal murah senyum dan ramah, tiba-tiba berubah menjadi merah seperti darah hendak tersembur keluar. Ia sangat kecewa terhadap para muridnya itu, dan ingin sekali menghukum mereka. Ini adalah salah satu contoh berubah rupa dari banyak sekali yang dapat kita temukan di antara kita. Orang yang malu terlihat perubahan rupa dari normal menjadi lesu dan pucat. Orang yang ceria menampilkan perubahan dari wajah yang normal menjadi segar dan cerah. Orang serius berubah wajah dari normal menjadi fokus, berkerut dan tidak tersenyum. Masih banyak lagi contoh yang lain. Singkatnya, perubahan rupa pada kita manusia selalu mengirim pesan komunikasi tentang apa yang sesungguhnya terjadi dan yang kita ingin wartakan kepada orang-orang di sekitar kita. Sering perubahan rupa sudah mengandung ribuan kata dan ungkapan diri. Tidak perlu lagi pembicaraan menyertainya. Dalam kaitannya dengan iman yang kita hidupi, perubahan rupa sebenarnya menggambarkan bagaimana tampak wajah sebagai manusia di dunia ini, berubah pada saat seseorang mencapai suatu tingkat yang lebih tinggi dalam jalan menuju kepada Tuhan. Musa mengalami itu ketika selesai berjumpa dengan Allah. Elia juga mengalami yang sama. Paulus mengalami sendiri pada saat awal pertobatannya. Dan pada hari ini kita dikisahkan oleh Injil tentang Yesus Kristus yang berubah rupa, sehingga penampilan diri-Nya sudah mengirimkan pesan tentang perubahan tubuh yang fana menjadi tubuh yang dibangkitkan. Seorang ibu rumah tangga ketika kembali dari Misa Hari Minggu, ingin menampilkan wajahnya yang menyambut, memahami, ramah, dan menggembirakan suaminya dan anak-anak. Yesus Kristus yang ia terima sebagai Sabda yang hidup, dan yang menjelmah dalam Komuni Kudus, adalah kuasa utama yang mengubahnya. Selanjutnya, sang suami juga ingin berbuat yang sama setiap kali selesai Misa Kudus. Begitu seterusnya untuk semua anak mereka. Akhirnya, untuk keluarga tersebut, setiap kali selesai menghadiri Ekaristi, ada suatu perubahan besar sekali yang terjadi di dalam rumah. Mereka benar-benar mengalami transfigurasi, penampakan baru. Untuk menciptakan perubahan seperti yang dialami keluarga tadi, surat Santo Yakobus menasihatkan, bahwa dasarnya ialah iman. Iman membimbing kita untuk berkata dan berbuat yang benar, sesuai yang ajaran dan jalan Tuhan. Marilah kita berdoa. Dalam nama... Ya Tuhan, semoga kami selalu hidup di dalam semangat pembaharuan untuk keselamatan. Kemuliaan ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Jumat pekan biasa ke-6, 18 Februari 2022

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Feb 18, 2022 8:08


Dibawakan oleh Nelky Cornelia dan Aloysius Langodai dari Gereja St. Fransiskus Assisi, Paroki Lamahora, Keuskupan Larantuka. Yakobus 2: 14-24.26; Mazmur tg 112: 1-2.3-4.5-6; Markus 8: 34 - 9: 1 KEHILANGAN DIRI Renungan kita pada hari ini bertema: Kehilangan Diri. Seorang gadis remaja baru saja merayakan ulang tahun yang ke-17. Ia sangat bahagia atas dukungan keluarga dan semua temannya, karena baginya ulang tahun ke-17 adalah puncak kehidupannya sebagai seorang remaja. Ada banyak harapan dan nasihat disampaikan kepadanya, yang pasti menghibur dan menguatkan dia. Ia mendapat kesempatan untuk memberikan sambutan pada hari bahagianya itu. Dalam sambutan itu, sebagai prinsip hidupnya ke depan, ia mengutip kata-kata dari Santo Yakobus di dalam perjanjian baru yang berbunyi: iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. Sebenarnya ia sendiri tidak memahami itu sepenuhnya. Beberapa hari sebelum perayaan ulang tahunnya, ia menemani ibunya belanja di pasar. Ini adalah kali yang kedua ia temani ibunya belanja, setelah kali pertamanya pada waktu ia masih SD. Ia baru menyadari saat itu, ketika ibunya tidak normal dalam mengangkat barang-barang belanjaan. Tangan kanannya agak lumpuh karena kecelakaan sepeda motor di waktu lalu saat sedang berjalan ke pasar. Ia sangat kasihan kepada ibunya yang selama ini bekerja bagi keluarganya tetapi hanya dengan tangan kirinya yang normal. Berangkat dari kesadaran itu, ia tidak lagi membiarkan ibunya mengangkat barang-barang berat, yang bisa menyebabkan kehilangan keseimbangan. Ia harus selalu membantu ibunya, untuk meringankan beban kerja ibu. Gadis itu mengerti bahwa ibunya telah mengalami kehilangan diri, atau melakukan pengorbanan diri yang besar, demi kebaikan dan suka cita di dalam keluarga. Ia juga semakin mengerti, bahwa perbuatan-perbuatan seperti melayani, berkorban demi kebaikan orang lain, bahwa rela kehilangan diri sendiri, demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar adalah suatu kesaksian iman yang sesungguhnya. Maka ia sangat suka dengan kutipan kitab suci tersebut. Kehilangan diri atau kehilangan nyawa merupakan tindakan utama Tuhan Yesus Kristus, mulai dari lahir sampai wafat-Nya di salib. Intinya ialah sebuah pengorbanan diri bukan untuk keuntungan diri sendiri, tetapi untuk kebaikan orang lain dan kepentingan yang lebih besar. Tindakan kasih inilah yang menjadi syarat utama untuk menjadi pengikut Kristus dan untuk mencapai keselamatan. Suatu pengalaman kehilangan diri atau kehilangan nyawa harus dengan perbuatan nyata, dan tidak bisa hanya dengan teori atau kata-kata. Oleh karena itu percakapan, pengajaran atau kotbah tentang kehilangan nyawa belum dapat menyelamatkan diri kita, karena belum menjadi kenyataan yang memberi manfaat bagi kehidupan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, semoga kami selalu menunjukkan pengorbanan diri kami di dalam kenyataan. Salam Maria ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Sabtu pekan biasa ke-1, 15 Januari 2022

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Jan 15, 2022 8:52


Dibawakan oleh Mateus Nong Mus dan Theresia Keneka Muli dari Gereja St. Albertus, Paroki Harapan Indah, Keuskupan Agung Jakarta. 1 Samuel 9: 1-4.17-19; 10: 1a; Mazmur tg 21: 2-3.4-5.6-7; Markus 2: 13-17 SAMPAH MENJADI BERKAT Renungan kita pada hari ini bertema: Sampah Menjadi Berkat. Kreativitas demi kreativitas dalam mengolah sampah menjadi berkat sudah menjadi hal biasa. Sampah-sampah seperti plastik dan logam kian hari kian menumpuk, dan hal ini cepat atau lambat membahayakan kehidupan manusia dan lingkungannya. Maka ada gerakan lokal, nasional, dan global mendaur ulang sampah-sampah itu. Ada satu OMK paroki membuat rak bertingkat untuk menaruh pot-pot bunga di atasnya. Mereka terbagi dalam 6 kelompok, sehingga ada enam rak yang dibuat. Bahan untuk rak-rak itu adalah plastik kemasan aqua yang dikumpulkan dari dari berbagai tempat. Ukurannya, demikian juga design bentuk rak bergantung pada kreativitas setiap kelompok. Yang penting setiap rak adalah tempat untuk mengakomodasi 20-30 pot bunga. Akhirnya kreasi OMK itu berhasil memberi sebuah pemandangan baru di halaman paroki dan pastoran. Taman paroki menjadi sangat menarik untuk dipandang. Kreativitas itu oleh umat paroki sebagai berkat bagi seluruh paroki. Plastik-plastik yang tidak berguna, sudah berubah menjadi bagian taman yang indah untuk kebaikan semua umat Paroki. Kreativitas itu menginspirasikan keluarga-keluarga untuk membuatnya sendiri di rumah masing-masing. Yang terjadi dengan sampah berubah menjadi berkat, menjadi contoh untuk kita membuat suatu pemberdayaan rohani dalam jalan kepada keselamatan. Misi utama Yesus Kristus di dunia ialah menyelamatkan kita dan seluruh dunia dari dosa dan kematian. Karena semangat dunia ini dan kuasa iblis serta kerajaannya, hidup kita dan seluruh isi dunia ini berada di dalam keterasingan dan kegelapan. Setiap kali kita tergoda oleh si Jahat dan akhirnya jatuh dalam dosa, pribadi dan hidup kita menjadi sampah. Di hadirat Tuhan kita adalah sampah yang busuk. Maka Tuhan Yesus sendiri mengatakan: “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Ia datang untuk menjumpai kita dalam kondisi sampah-sampah, memanggil kita, membersihkan kita, dan menyertakan kita di dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya. Kita bersuka cita ketika Ia menghampiri kita dengan kerahiman Allah, berarti kita sangat dikasihi dan dibuat berarti. Oleh karena itu ada yang menjadi rasul, seperti Lewi anak Alfeus, ada yang menjadi rasul para bangsa seperti Paulus dan ada yang menjadi seperti kita masing-masing pada saat ini, sebagai anggota Tubuh Kristus yang satu. Melihat dan merenungkan diri kita masing-masing pada saat ini, sadarilah bahwa kita selalu menjadi sampah ketika berbuat dosa, tetapi Tuhan juga selalu mengubah kita menjadi berkat ketika kita menyesali, mengakuinya dan bertobat. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Allah, ampunilah kesalahan kami dan jangan masukkan kami ke dalam pencobaan. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

Enlik Tjioe Podcast
#30HariBersuara Day 30 - Tahun 2021 yang Spesial

Enlik Tjioe Podcast

Play Episode Listen Later Dec 30, 2021 4:44


Direkam dari kapel Maria de Fatima, Gereja St. Arnoldus Janssen Bekasi --- Send in a voice message: https://anchor.fm/enlik/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Selasa, hari biasa khusus Adven, 21 Desember 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Dec 20, 2021 7:39


Bacaan dan renungan dibawakan oleh Germanus Asan Uran dan Hendrina Linong dari Gereja St. Damian, Paroki Benkong, Keuskupan Pangkal Pinang, Batam. Kidung Agung 2: 8-14; Mazmur tg 33: 2-3.11-12.20-21; Lukas 1: 39-45 BERBAGI SUKA CITA Renungan kita pada hari ini bertema: Berbagi Suka Cita. Kita semua pernah mengalami kedatangan tamu. Tamu yang biasa ialah mereka yang sudah dikenal dan mengunjungi kita untuk menyalami atau menghadiri undangan. Mereka yang sekedar “numpang lewat” termasuk dalam kategori ini. Sering, meski tanpa memberi tahu lebih dahulu, mereka datang saja karena sebagai bagian dari kekeluargaan dan persahabatan. Ada tamu-tamu yang kedatangannya membuat kaget tuan rumah. Meski kedatangan mereka tidak diundang atau tidak ada pemberitahuan lebih dahulu, mereka diterima dalam kasih dan kebaikan sebagai sesama manusia. Makan siang atau malam Anda, bisa saja bersama seorang atau beberapa yang kebetulan ada di sekitarmu. Mereka adalah teman dalam waktu singkat atau mendadak. Di media sosial seperti fb atau yang lain, secara kebetulan, tamu yang datang justru lebih banyak. Atas nama persahabatan dan kebaikan, kita dengan senang hati menerima mereka. Dan ada tamu yang dikategorikan spesial. Kategori ini banyak jenisnya, misalnya komandan, pimpinan, bos atau manager. Orang tua dan sanak keluarga yang sangat dicintai dan dihormati juga menjadi spesial untuk disambut. Seorang penderma atau sponsor utama bagi suatu investasi juga dipandang spesial. Seorang yang suci, terhormat, agung dan mulia mendapatkan penyambutan yang istimewa dan diberikan tempat yang istimewa pula di dalam rumah kita. Untuk jenis yang terakhir ini, biasanya Tuhan atau mereka yang mewakili-Nya menjadi tamu kita. Kalau yang bukan Tuhan, aspek spesial mereka dapat berupa pemberian dalam bentuk barang dan jasa, dan mereka adalah pihak yang harus diberi perlakuan istimewa. Bahkan kamar tidur dan perlengkapan rumah dan fasilitas lain dikhususkan bagi mereka. Tetapi spesialnya Tuhan ialah karena Ia berbagi suka cita. Ini melebihi semua jenis barang dan jasa dari tamu spesial mana pun yang datang kepada kita. Tamu spesial dari Tuhan yang diperkenalkan kepada kita dalam bacaan-bacaan hari ini ialah mereka yang bukan untuk ditakuti bahkan disegani. Ia seperti kekasih atau sahabat terbaik. Kehadirannya membawa seisi rumah dan sekitarnya menjadi baru dan gembira. Ia juga menjadi seorang saudara atau teman yang setara dengan kita, dan ia ingin berbagi kebaikan, suka cita dan kemurahan Tuhan yang ia terima, supaya kita juga mendapatkan bagiannya. Model ini yang dilakukan oleh Bunda Maria kepada saudaranya Elisabeth. Anda dan saya dapat menjadi tamu spesial atau tuan rumah yang menyambut. Yang penting adalah Anda mesti berbagi suka cita, dan bukan yang lainnya. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, ajarkanlah kami untuk selalu bersemangat dalam berbagi, bersyukur dan persembahan diri kami. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Jumat, hari khusus dalam Adven, 17 Desember 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Dec 16, 2021 6:57


Dibawakan oleh guru-guru SMP Bintang Kejora Ciputat, bacaan dibawakan oleh Pak Radja dari Gereja St. Nikodemus, Paroki Ciputat dan renungan dibawakan oleh Ibu Marlina dari Gereja Sta. Bernadeth, Paroki Cileduk, Keuskupan Agung Jakarta. Kejadian 49: 2.8-10; Mazmur tg 72: 1-2.3-4b.7-8.17; Matius 1: 1-17 KEADILAN TUHAN BERJAYA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Keadilan Tuhan Berjaya. Beberapa hari belakangan tokoh-tokoh kitab suci seperti Elia di Perjanjian Lama dan Yohanes Pembaptis di Perjanjian Baru menarik perhatian kita. Pada hari ini kita berkesempatan untuk berjumpa dengan tokoh perjanjian lama yang lain, yaitu raja Daud. Yakub yang disebut Israel, pada saat hendak meninggal dunia, ia memanggil anak-anaknya untuk memberikan mereka wasiat, dan yang mendapat wasiat untuk menurunkan kuasa keadilan Tuhan ialah Yehuda. Dari dialah datang raja Daud. Keturunan demi keturunan dari Yehuda ke Daud, akan sampai ke Yakub yang memperanakkan Yusuf suami Bunda Maria. Di dalam ruang kelas pada waktu pelajaran agama Katolik, seorang siswi protes keras kepada gurunya. Ia tidak ingin gurunya meneruskan pelajaran dengan menyebut nama Daud. Baginya Daud itu pembuat skandal ulung. Sebagai remaja perempuan, ia ingin supaya tokoh-tokoh besar dan pemimpin yang bersikap tidak adil, curang, pemuas nafsu birahi, pemerkosa seperti Daud tidak boleh dijadikan isi pelajaran karena ia tidak bisa menjadi contoh yang baik. Ibu gurunya berusaha untuk menenangkan suasana, karena provokasi gadis itu membuat teman-temannya menjadi gaduh karena mereka mengutuk tokoh Daud. Guru meyakinkan mereka semua, bahwa tokoh seperti Daud memiliki banyak kesamaan dengan banyak tokoh sejarah lainnya di dunia. Mereka tidak luput dari kesalahan dan dosanya. Mereka yang justru menciptakan ketidak-adilan. Oleh karena itu Tuhan ingin memunculkan keadilan yang menurut kehendak-Nya, meskipun melalui cara dan pribadi manusia yang berdosa. Keadilan Tuhan harus tetap jaya dan tidak boleh kalah dari tabiat jahat manusia. Ada seorang pemuda terlibat dalam pergaulan yang tidak sehat. Ia menghamili pacarnya dan studinya terganggu. Tingkahnya di rumah semakin aneh. Ia berubah menjadi keras dan bisa marah membabi buta. Pokoknya ia bertindak tidak adil. Tetapi kedua orang tuanya tidak putus asa. Mereka memilih jalan keadilan. Jalan kasih akan putranya. Anak itu lalu merasa diterima dengan baik. Ia tidak diperlakukan sebagai seorang yang gagal dan berdosa. Kedua orang tua itu sebenarnya sedang mempraktikkan keadilan Tuhan yang berjaya. Kita belajar dari Daud, bahwa kalau keadilan yang hanya menuruti kemauan manusia, yang terjadi ialah ketidak-adilan. Keadilan dari Tuhan akan mengubah ketidakadilan itu menjadi berkat dan keselamatan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa maha rahim, perkuatkanlah ketaatan dan kesetiaan iman kami, sehingga tidak goyah oleh aneka ancaman-ancaman di sekeliling kami. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Selasa pekan ketiga Adven, 14 Desember 2021, peringatan Santo Yohanes dari Salib, imam

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Dec 13, 2021 7:12


Bacaan dibawakan oleh Ibu Linda dari Gereja St. Nikodemus, Paroki Ciputat dan renungan dibawakan oleh Ibu Marlina dari Gereja Santa Bernadeth, Paroki Cileduk, Keuskupan Agung Jakarta. Sefanya 3: 1-2.9-13; Mazmur tg 34: 2-3.6-7.17-18.19.23; Matius 21: 28-32 PADANG GURUN ADVEN Renungan kita pada hari ini bertema: Padang Gurun Adven. Santo Johanes dari Salib, imam Karmelit asal Spanyol, adalah seorang mistik dan cendekia yang membaharui Gereja dan dunia dengan tulisan dan pengajarannya yang amat kaya dengan kekuatan Roh Kudus. Ia adalah pelindung hidup kontemplatif dan teologi mistik. Ia tampak miskin, kering bagai padang gurun, tapi isi hidupnya penuh dengan aliran hidup rohani yang subur, kaya dan menghidupkan. Yohanes dapat menjadi suatu gambaran padang gurun Adven: tak perlu dan tak selalu megah dan mulia untuk dilihat, biar dilihat seperti gurun karena kita penuh dengan derita dan kesulitan, tetapi jiwa kita penuh harapan akan pertolongan Tuhan. Ini sama dengan nasib hidup Israel dahulu yang kembali dari pengasingan Babel, melewati hamparan gurun yang begitu ganas, menyebabkan mereka menganggap dirinya bagai cacing dan ulat yang tak berdaya. Tapi mereka memiliki kerinduan yang amat besar jika Tuhan berbaik hati menolong mereka. Menjawab kerinduan itu Tuhan menghadirkan mujizat dengan ketersediaan segala hasil bumi melimpah demi kesejahteraan. Tuhan menjanjikan hidup baru bagi mereka. Gurun kehidupan diubah dengan hidup dalam kelimpahan kasih sayang. Dalam menghadapi rupa-rupa kesulitan, penderitaan bahkan kematian itu sendiri, Tuhan menghadirkan pengharapan. Hari ini melalui bacaan-bacaan kita, pengharapan itu berwujud pada suara nyaring yang selalu memberikan peringatan supaya kita untuk senantiasa menyiapkan jalan bagi Tuhan. Di tengah berbagai bentuk gurun kehidupan itu, kiranya kita membuka jalan tanpa hambatan supaya Tuhan datang dan lewat, lalu mengunjungi dan menyentuh kita. Dalam masa Adven ini gurun hidup kita dapat berupa kamar di rumah sakit, lingkungan pekerjaan yang tak mengenal kasih-peri kemanusian, perkawinan yang terancam gagal, keluarga yang kacau, keterasingan-menyendiri di suatu tempat yang tak diketahui saudara dan teman. Kita manusia begitu gampang menciptakan gurun-gurun itu. Kita cenderung memandangnya amat menyakitkan karena kering, dan tak menghasilkan apa-apa. Tetapi Tuhan melihat sebaliknya, yaitu air berlimpah dan pertumbuhan yang subur. Manusia lebih cepat melihat ancaman kematian, namun Tuhan melihat kehidupan baru dalam kuasa-Nya. Tuhan mengutus nabinya Yohanes Pembaptis untuk membantu pencapaian kehidupan baru itu, melalui pewartaan tentang perlawanan terhadap kuasa kejahatan dosa dan pertobatan. Gurun dapat membuka peluang bagi kita untuk mati dalam dosa. Maka kita mesti mengikuti ajaran Yohanes Pembaptis. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Bapa maha baik, segarkanlah dan kuatkanlah kami yang mengalami gurun kehidupan yang menyiksa, supaya kami melihat Dikau dalam pengharapan yang besar. Kemuliaan... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Minggu kedua Adven, 5 Desember 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Dec 4, 2021 10:45


Bacaan pertama dibawakan oleh Juan Felixiano, bacaan kedua dibawakan oleh Jose Allexandro dari Gereja St. Agustinus, Paroki Karawaci, Keuskupan Agung Jakarta, bacaan Injil dan renungan dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas Salesian Don Bosco Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng. Barukh 5: 1-9; Mazmur tg 126: 1-2ab.2cd-3.4-5.6; Filipi 1: 4-6.8-11; Lukas 3: 1-6 SUCI DAN TAK BERCACAT Tema renungan kita pada hari Minggu kedua masa Adven ini ialah: Suci dan Tak Bercacat. Ada dua orang bapak setengah baya berteman akrab. Orang-orang di dekat mereka menganggap mereka bersaudara, padahal tidak ada hubungan darah di antara mereka. Mereka sama-sama sebagai aktivis Gereja. Mereka adalah anggota dewan paroki. Waktu dan tenaga mereka diabdikan untuk Tuhan dan sesama. Tampaknya ada kesucian di dalam diri mereka berdua. Berdoa, pelayanan, beribadat, kesalehan, dan rutin menerima sakramen tobat, merupakan contoh-contoh praktik kesucian mereka. Banyak umat Kristen juga yang ingin tampak suci, mereka memperbanyak aspek doa, meningkatkan pelayanan, mengambil bagian dalam tugas liturgi, atau menjadi panitia dalam suatu pesta Gereja. Ini sama saja dengan imam atau biarawan dan biarawati, dengan pola hidup mereka yang rutin dan ditambah busana mereka yang bersih, rapi dan seragam, mereka tampak sebagai orang-orang yang suci. Jadi kesucian itu sebenarnya bisa dirancang dan disiasati. Tapi ternyata kedua bapak tadi memiliki satu perbedaan yang mencolok kalau masing-masingnya dilihat dengan teliti. Si A sering bertengkar dengan istrinya, dan penyebab utamanya ialah karena konon ia selingkuh dengan anak buahnya di kantor. Sedangkan si B sangat setia kepada perkawinan dan membangun keluarganya dengan sangat bertanggung jawab. Seorang teman mereka pernah memberikan sebuah refleksi begini: kedua sahabat itu memang kelihatan suci melalui praktik beragama dan beribadahnya. Si A memang suci, tetapi ia bercacat. Sedangkan si B adalah seorang yang suci dan tidak bercacat. Surat rasul Paulus kepada jemaat di Filipi dalam bacaan kedua berisi doa Santo Paulus supaya di dalam masa Adven ini, kesempatan kita untuk menempah diri menjadi suci dan tidak bercacat tidak berlalu pergi begitu saja. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat tampak suci dan saleh. Namun mereka adalah orang-orang yang bercacat dalam perbuatan-perbuatan mereka seperti kejahatan diskriminasi, pemerasan, korupsi dan asusila. Jika praktik beragama kita sebagai anggota Gereja hanya pada kesucian seperti demikian, kita akan dipandang hampa dan tidak berguna untuk sebuah masa Adven yang penuh rahmat ini. Maka Yohanes Pembaptis yang menyerukan dengan suara lantang tentang lembah ditimbun, gunung-bukit diratakan, jalan berliku-liku di luruskan, sebenarnya yang dimaksudkannya ialah cacat cela manusia yang sudah memiliki iman dan selalu mengungkapkan imannya. Kitalah orang-orang yang dimaksudkan. Kitab nubuat Barukh menjamin bahwa jika diri kita masing-masing, keluarga, dan persekutuan kita tidak bercacat, kita pantas berhiaskan kemuliaan Allah untuk berbagi suka cita dan kebenaran Allah kepada dunia. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa di surga, jadikanlah kami sempurna seperti Engkau sendiri sempurna adanya. Bapa kami... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Senin pekan biasa ke-28, 11 Oktober 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Oct 10, 2021 8:00


Bacaan dan renungan dibawakan oleh Rini dari Gereja St. Ambrosius, Paroki Villa Melati Mas, Keuskupan Agung Jakarta. Roma 1: 1-7; Mazmur tg 98: 1-2-3ab.3cd-4; Lukas 11: 29-32 JUJUR TERHADAP DIRI SENDIRI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Jujur Terhadap Diri Sendiri. Kota Roma dan sejarah kunonya bagaikan emas yang bikin orang tak bosan memujinya. Salah satu tandanya ialah jejak-jejak kedua rasul agung, Petrus dan Paulus. Mereka berasal dari Israel yang berhasil membaptis kota yang kafir itu menjadi beriman. Mereka wafat di kota Roma sebagai martir dan darah mereka telah menyuburkan Gereja Katolik. Khusus bagi Santo Paulus, kedekatannya dengan umat di Roma terungkap dalam surat yang ia tulis. Ia dampingi dan ia pelihara orang-orang Roma yang baru memeluk agama Kristen dan di bawah ancaman penganiayaan penguasa dan para musuh Gereja. Rasul ini berusaha untuk jujur dengan diri sendiri. Benar bahwa ia bukan Romawi tetapi Yahudi, namun status ini menjadi tidak nampak lagi ketika ia kenakan Yesus Kristus. Ia jujur menyebut dirinya rasul yang benar. Ia menegaskan statusnya ini supaya mereka juga menjadi yakin bahwa Yesus Kristus itu bukan suatu pilihan yang palsu dan sia-sia. Berkat adanya Yesus Kristus, baik Paulus maupun umat di Roma menjadi orang-orang yang dirahmati dengan karunia kasih yang sama dari Allah. Orang-orang Roma juga dipanggil menjadi orang-orang kudus. Ini yang diwartakan dalam bacaan pertama hari ini. Paulus pasti tidak karang-karang dengan kejujuran atas diri sendiri ini, karena ia sesungguhnya meniru Yesus Kristus, gurunya yang sejati. Banyak sekali contoh kejujuran Yesus atas diri-Nya yang ditunjuk di dalam kitab suci. Salah satunya ialah yang kita dengar kesaksiaan-Nya dalam Injil hari ini. Ia menegaskan bahwa tak perlu tanda-tanda lagi, tetapi kehadiran atau sosok diri-Nya sudah nyata. Dengan sendirinya tanda itu hilang. Kalau Yunus dan Salomo masih perlu tanda untuk membuat orang-orang percaya, Yesus yang melebihi kedua orang perjanjian lama itu bukan lagi sebagai tanda, tetapi pribadi sesungguhnya yang adalah Tuhan sendiri. Di dalam kenyataan hidup kita, kejujuran terhadap diri sendiri sering sulit untuk direalisasikan. Salah satu alasannya yang utama ialah karena kita tidak rela kekurangan kita diketahui orang lain. Kita mau berada di hadapan orang lain berposisi lebih, berbuat besar dan berperan penting. Kita dengan sengaja berkata dan bertindak sedemikian supaya kekurangan atau kesalahan kita tersembunyi rapat-rapat. Ketidakjujuran ini bisa saja terungkap begini: semuanya hanya saya dan Tuhan yang tahu. Kejujuran atau ketulusan biar urusannya orang lain. Pokonya saya harus tetap aman dan lancar dengan orang lain. Tapi pasti benar adanya. Tuhan yang maha tahu itu pada saat yang tepat akan membuka ketidakjujuran itu ke permukaan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kritsus, biarlah kami selalu malu atas diri kami sendiri jika kami tidak jujur kepada diri kami sendiri. Jadikanlah kami jujur seperti diri-Mu sendiri. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Jumat pekan biasa ke-27, 8 Oktober 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Oct 7, 2021 9:20


Bacaan dibawakan oleh Yuliana dan renungan dibawakan oleh Eduardus Bala dari Gereja St. Arnoldus Jansen, Paroki Tanjung Isui, Keuskupan Agung Samarinda. Yoel 1: 13-15; 2: 1-2; Mazmur tg 9: 2-3.6.16.8-9; Lukas 11: 15-26 IMAN KUAT UNTUK HADAPI SETAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Iman Kuat Untuk Hadapi Setan. Di dalam Misa Kudus bersama murid-murid SD, pastor yang memberikan homili, menjelaskan tentang takut akan Tuhan sangatlah penting. Itu berarti kita takut untuk melawan dan mengecewakan Tuhan. Seorang anak yang baru saja selesai Komuni Pertama mengangkat tangan dan berkata: “Kita harus takut kepada Tuhan, tetapi kita tidak boleh takut hadapi setan”. Takut akan seseorang atau sesuatu dapat mengandung arti, ada sesuatu yang diharapkan darinya. Misalnya, guru ditakuti oleh murid-murid dengan perhitungan tidak ada hukuman bagi mereka. Sementara itu sesuatu atau seseorang yang tidak ditakuti mengandung makna tidak berguna apa-apa. Ia tak perlu diperhitungkan dan diharapkan apa-apa. Wajar kalau ini diterapkan kepada setan. Setan sesungguhnya jangan membuat kita takut. Untuk mendukung seruan anak SD tadi, paling kurang ada dua pendasaran kita. Pertama, katakanlah tidak pada Setan. Katakanlah tidak pada setan, berarti menolak dia karena tak ada yang dapat diharapkan dari dia. Kita tidak usah memberikan dia kesempatan atau peluang untuk menguasai kita. Hasilnya ialah kita memutuskan untuk meninggalkan dosa dan segala pengaruh setan, lalu memilih masuk ke dalam rumah Tuhan. Di dalam bacaan pertama, nabi Yoel menyerukan supaya para imam yang menjadi teladan dalam kepatuhan, kesetiaan dan kesungguhan dengan Allah. Ini adalah pilihan terbaik untuk masuk ke dalam kemuliaan dan persekutuan di dalam rumah Tuhan. Kedua, katakanlah ya kepada Jesus. Katakanlah ya kepada Yesus diungkapkan secara negatif, yaitu ketika kita bersikap takut kepada-Nya setiap kali dalam cobaan untuk menyimpang dari jalan dan terang-Nya. Kita merasa sampai hati kalau sengaja melawan perintah-perintah dan ajaran Yesus, yang berarti bahwa kita memilih untuk mengatakan yes kepada setan. Yesus berkata dalam Injil hari ini: jika kita tidak bersama Dia, berarti kita melawan Dia. Secara positif dalam mengatakan ya kepada Yesus, yaitu ketika kita selalu mengutamakan pikiran, perasaan, kehendak dan cita rasa yang positif, disertai dengan kegembiraan, pengharapan dan optimisme. Aspek rohani ini memang harus kuat, yang tentu membuat raga kita juga mampu bertahan sehingga kita mampu hadapi setan. Setan tidak bisa berkutik berhadapan dengan Yesus, hendaknya kita juga melakukan itu, karena kita memiliki iman dari-Nya. Semoga kita sebagai pribadi dan komunitas semakin mampu dan berani menghadapi setan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa, perkuatkanlah kami untuk memiliki keberanian dan kekuatan Yesus Kristus dalam menghadapi kuasa setan dan segala pengaruhnya yang jahat. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Senin pekan biasa ke-27, 4 Oktober 2021; peringatan Santo Fransiskus Asisis, biarawan

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Oct 4, 2021 9:26


Bacaan dibawakan oleh Elisabeth Wellan dan renungan dibawakan oleh Petrus Kanisius Kebaowolo, dari Gereja St. Agustinus, Paroki Karawaci, Keuskupan Agung Jakarta. Yunus 1: 1-17; 2: 10; Mazmur tg: Yunus 2: 2.3.4.5.8; Lukas 10: 25-37 SEMUA BAIK KALAU ADA DAMAI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Semua Baik Kalau Ada Damai. Ketika pada hari ini kita semua di seluruh dunia merayakan kenangan akan Santo Fransiskus dari Assisi, kita dapat sepakat bahwa orang kudus ini identik dengan perdamaian. Seperti setiap kali di dalam perayaan Ekaristi kita bersuka cita berbagi damai Kristus, kita juga dapat melakukan yang sama ketika mengalami suka cita perdamaian dari Fransiskus. Semangat hidupnya menjadi bukti nyata kehadiran Tuhan yang membawa damai. Seluruh hidup Fransiskus yang menonjolkan kemiskinan atau melepaskan diri dari keterikatan dengan harta dunia, lalu mengikatkan diri dengan alam semesta, sungguh menjadi sumber aliran energi damai yang tidak henti. Pengalaman akan damai Tuhan yang diperoleh melalui ungkapan kuasa dan kemuliaan-Nya di dalam alam sungguh tak terelakkan. Penampilan dirinya yang sungguh dina, membuat siapa pun yang melihat dan bertemu dengannya akan dibuat menjadi damai. Sampai detik ini, tempat peninggalan Fransiskus, yaitu Assisi, dapat dianggap sebagai pintu damai bagi seluruh dunia. Paus mengundang semua pemimpin dunia untuk merayakan hari perdamaian dunia di kota Assisi, di Italia bagian tengah ini sekali setahun. Fransiskus adalah pembawa damai. Ia mengarang sebuah doa untuk didaraskan dan dinyanyikan, yang sampai saat ini dikenal luas, yaitu “Tuhan, jadikanlah aku saluran kasih dan damai-Mu”. Dengan mendoakan ini, Fransiskus ingin mengajarkan kita supaya menjadi jawaban, solusi, dan petunjuk dari Tuhan atas persoalan dan masalah yang dihadapi di dalam dunia ini. Ini nampaknya dihubungkan dengan pengalaman bagaimana Fransiskus untuk pertama kali dipanggil Tuhan. Ketika sedang berdoa di dalam gereja San Damiano yang sedang rusak berat, Yesus yang tersalib bergerak dan menyapa Fransiskus. Permintaan Yesus ialah supaya Fransiskus memperbaiki gereja itu. Suasana kehidupan Gereja seluruh dunia pada waktu itu amat kacau dengan perselisihan, perang dan sekularisasi yang tumbuh begitu pesatnya. Maka Santo Fransiskus membawa damai yang sama dengan yang diperintahkan Yesus kepada para rasul-Nya. Damai itu adalah suka cita Injil untuk diwartakan kepada orang-orang yang ditemui dan yang menjadi bagian dari hidup para utusan Tuhan. Orang-orang yang menerima salam damai itu bisa menerima, bisa juga menolaknya. Tetapi kita yang adalah pengikut Kristus dan yang meneladani Santo Fransiskus Assisi, memiliki kewajiban untuk membawa damai dan menerima damai. Setiap perbuatan damai yang kita alami menghadirkan Yesus Kristus yang menjadi terang dan jalan bagi seluruh hidup kita. Orang Samaria yang baik hati dalam cerita perumpamaan Yesus menunjukkan suatu contoh perbuatan yang menumbuhkan dan memperkuat damai. Damai tercipta karena keadilan dan kasih dipraktikkan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa maha murah, jadikanlah kami selalu pembawa damai dan suka cita Injil. Kemuliaan... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan-bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Minggu Biasa ke-27, 3 Oktober 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Oct 2, 2021 10:40


Bacaan pertama dibawakan oleh Gita Nurani Maria, bacaan kedua dibawakan oleh Novia Christiana dari Gereja St. Yohanes Bosco, paroki Danau Sunter di Jakarta, bacaan Injil dan renungan dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas SDB di Labuan Bajo, Flores Barat di NTT. Kejadian 2: 18-24; Mazmur tg 128: 1-2.3.4-5.6; Ibrani 2: 9-11; Markus 10: 2-16 ALLAH MENCIPTAKAN PERKAWINAN Renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-27 ini bertema: Allah Menciptakan Perkawinan. Penciptaan dasar dan yang pertama oleh Tuhan ialah dari yang tidak ada menjadi ada. Ketika belum ada makhluk yang disebut manusia, maka Allah menciptakannya. Lalu terjadilah sepasang manusia pertama, pria dan wanita yang adalah gambar dan rupa Allah sendiri. Kemudian Tuhan menciptakan kelanjutan dari ciptaan dasar itu, yaitu semua aspek yang mendukung supaya manusia akhirnya dapat mencapai kesempurnaan seperti Tuhan sendiri yang sempurna. Satu dari banyak aspek pendukung itu ialah perkawinan. Tuhan Allah menciptakan perkawinan antara pria dan wanita supaya ada sebuah keteraturannya, atau yang secara teknis disebut perkawinan yang dilembagakan. Ada sebuah rancangan yang sesuai dengan kehendak kuasa-Nya sehingga pria dan wanita menyatukan diri mereka dari dua pribadi untuk menjadi satu. Sekiranya Tuhan tidak menciptakan, merancang dan melembagakan, maka atas nama kebebasan, manusia pria dan wanita tidak mungkin mengenal sebuah perkawinan yang terlembagakan. Rancangan Tuhan atas perkawinan itu berangkat dari prinsip yang Tuhan sendiri miliki, yaitu persekutuan dari perbedaan-perbedaan. Tritunggal Allah adalah satu Allah dari tiga pribadi yang berbeda-beda. Persekutuan yang indah dan lengkap terjadi dalam perkawinan yang sesuai kehendak Tuhan, yaitu antara pria dan wanita. Yang tidak ada pada pria akan dilengkapi oleh wanita, demikian juga sebaliknya. Tidak mungkin dan memang bukan kehendak Tuhan untuk suatu perkawinan antara dua pihak, bahkan tiga atau lebih pihak, dengan jenis kelamin sama. Persekutuan yang dihasilkan di sini tidak bisa dilembagakan seperti yang Tuhan mau, dan tidak bisa menjadi keluarga yang kodrati. Ciri rancangan ilahi dan persekutuan yang dilembagakan paling mendasar ialah penciptaan pihak perempuan melalui laki-laki. Sebuah tulang rusuk pria berubah menjadi pasangannya yang sepadan. Di sini Tuhan menetapkan cinta yang paling dalam antara pria dan wanita. Rahasia cinta itu ialah pria melihat wanita sebagai bagian dari dirinya, dan wanita memandang pria sebagai pasangan yang kepadanya ia bergantung. Hanya Tuhan yang merancang ini hingga berwujud pada jodoh, jatuh cinta, saling mengikat secara kultural dan akhirnya sebagai sakramen, sehingga hanya Tuhan juga yang bisa menceraikan melalui kematian. Bila salah satu atau kedua pihak bercerai, maka ini adalah dosa berat. Tuhan menciptakan perkawinan dengan tujuan tertinggi ialah menguduskannya. Ia kuduskan juga dengan jenis-jenis panggilan yang lain seperti hidup membiara dan imamat. Jadi orang-orang yang memilih untuk menikah, kawin dan berkeluarga, berjalan dalam jalan kepada kekudusan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah Bapa, berkatilah setiap pasangan perkawinan supaya mereka menjadi kudus. Bapa kami... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan-bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Minggu Biasa ke-26, 26 September 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 25, 2021 11:01


Bacaan Pertama dibawakan oleh Inke Oktavelia, Bacaan Kedua dibawakan oleh Gita Nurani Maria dari Gereja St. Yohanes Bosco, Paroki Danau Sunter di Jakarta, Injil dan renungan dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas SDB di Jakarta. Bilangan 11: 25-29; Mazmur tg 19: 8.10.12-13.14; Yakobus 5: 1-6; Markus 9: 38-43.45.47-48 KEKUASAAN MEMBUKA PELUANG BAGI IRI HATI Renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-26 ini bertema: Kekuasaan Membuka Peluang Bagi Iri Hati. Kekuasaan mengelilingi hidup kita. Kedudukan dan peran bapa dan ibu di dalam keluarga merupakan suatu jenis kekuasaan. Demikian juga kakak bagi adik, guru bagi para murid, ketua bagi para anggota, presiden bagi anggota masyarakat, hubungan timbal-balik ini selalu memiliki aspek kekuasaan. Kekuasaan selalu berjalan beriringan dengan pelayanan. Misalnya ketika seorang yang berkuasa sedang memberikan penjelasan dan menasihati para anggotanya, ia sedang melayani mereka dalam aspek pendidikan dan pembinaan. Apa yang dilakukan oleh Yesus dan para rasul-Nya yang menggunakan kekuasaan ilahi untuk mengusir setan dan kuasa-kuasa jahat, juga merupakan pelayanan kepada orang-orang kerasukan dan sakit. Pelayanan merupakan cara berbagi kebaikan, suka cita, penghiburan, dan keselamatan. Keutamaan yang penting sekali ada di dalam sebuah pelayanan ialah suka rela. Sebuah pelayanan berisi pemberian dan berbagi cuma-cuma karena tidak ada standar apa pun yang mengatur imbalan dan balas jasa. Sebuah kekuasaan yang dipraktikan dalam pelayanan akan membuahkan kepuasan rohani yang dapat kita maknai sebagai suka cita, yang dirasakan oleh pihak pelayan dan yang dilayani. Suka cita yang didapatkan melalui pelayanan itu tidak bisa diukur dengan uang sebanyak apa pun, tetapi hanya diukur dengan rasa syukur dan saling menerima kedua bela pihak. Sedangkan ketika bukan suka cita dan bersyukur yang didapatkan, itu karena suatu praktik kekuasaan hanya didasari oleh nafsu berkuasa. Surat Santo Yakobus mengoreksi sikap manusia yang cenderung memuaskan dirinya dengan nafsu-nafsu dunia dan kedagingan. Setiap nafsu bertujuan menjerumuskan manusia ke dalam dosa. Nafsu duniawi ingin supaya kekuasaan itu tidak melayani tetapi untuk kepentingan kekuasaan itu sendiri, bukan untuk mereka yang dilayani. Akibatnya orang-orang berlomba untuk mencari kekuasaan. Salah satu dosa utama ketika orang berusaha untuk mendapatkan kekuasaan itu ialah iri hati. Dosa ini timbul karena seseorang tidak suka dengan sesamanya yang memiliki kekuasaan atau kemampuan lebih. Salah satu contohnya ialah para murid yang iri hati dengan orang lain bukan pengikut Kristus yang membuat mujisat pengurusiran setan dalam nama Yesus Kristus. Dua orang tua-tua Israel, Eldad dan Medad juga mendapat karunia Roh Allah seperti para tua-tua lainnya, tetapi Yosua menjadi iri terhadap mereka. Yesus dan Musa ingin supaya kita selalu berusaha menghilangkan dosa iri hati ini dan menggantikan dengan rasa hormat terhadap sesama, percaya akan karunia Allah yang sama kepada setiap orang secara adil, dan terbuka akan penggunaan karunia-karunia yang berbeda-beda demi kebaikan bersama. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah, tolonglah kami untuk dapat menghalau nafsu duniawi kami yang terungkap dalam sikap iri hati kepada sesama yang berbeda dari diri kami. Bapa Kami ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Sabtu pekan biasa ke-25, 25 September 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 24, 2021 7:42


Bacaan dibawakan oleh Eugenesia Maria Tada Tolok dan renungan dibawakan oleh Andreas Muhi Pukai dari Gereja St. Yohanes Rasul, Paroki Kedaton, Keuskupan Tanjung Karang, Lampung. Zakariah 2: 1-5.10-11a; Mazmur tg Yeremiah 31: 10.11-12ab.13; Lukas 9: 43b-45 MENARGETKAN KEMENANGAN Renungan kita pada hari ini bertema: Menargetkan Kemenangan. Ada banyak cerita nyata tentang orang yang mencapai kemenangan atau keberhasilan yang sudah dicita-citakan jauh di masa lalu. Salah satunya ialah mantan presiden Amerika Serikat, Barrack Obama. Pada waktu ia masih sebagai seorang anak sekolah dasar, ada orang bertanya kepadanya: “Apakah cita-citamu, Barrack?” Ia dengan berani dan lantang menjawab: “Saya ingin menjadi seorang presiden”. Beberapa dekade setelah percakapan itu, Barrack terbukti menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-44. Setiap orang berhak dan berkehendak untuk bercita-cita. Setiap orang juga berhak dan berkehendak untuk mencapai suatu kemenangan dan keberhasilan. Ziarah iman kita di dunia merupakan sebuah perjuangan untuk sampai pada tujuannya, yaitu kesempurnaan di dalam Tuhan. Kita masing-masing diberikan target ini sejak saat pembaptisan, dan semua janji baptis itu sebagai instrumen yang membantu kita mencapainya. Ketika kita dapat mencapai itu nanti, kita berhak untuk menikmati sebuah kemenangan dan kemuliaan, yang disediakan Tuhan Allah bagi kita. Nabi Zakaria pernah menaruh target dengan memandang ke Yerusalem, membuat perhitungan dengan mengukurnya, supaya pemulihan dan perbaikannya menjadi kenyataan. Pada saatnya, ketika Yerusalem dibangun kembali dan dipulihkan, hal itu menjadi suatu kemenangan yang dicapai oleh bangsa Israel yang teguh imannya. Kemudian Yesus Kristus juga memandang ke Yerusalem untuk sebuah tujuan mulia yang ditargetkan-Nya. Yesus berkata kepada para rasul-Nya bahwa nanti di Yerusalem diri-Nya akan diserahkan kepada pembesar Yahudi untuk dihukum mati. Kematian-Nya itu merupakan suatu pengalaman yang sangat keji yaitu dengan disalibkan. Kematian di salib adalah sebuah kemenangan, begitu ajaran di dalam iman kita. Kesaksian kitab suci juga amat jelas menunjukkan kemenangan salib itu. Target kemenangan melalui salib ini juga merupakan rahmat bagi kita. Namun seperti para rasul, banyak dari kita belum atau tidak mampu mengerti sepenuhnya. Kalau ada yang sudah mengerti, mereka memang mengalami dan menghayati di dalam hidup hariannya kebenaran Yesus sendiri. Tidak akan ada suatu partisipasi dan berbagi dalam kemuliaan dan kemenangan Kristus tanpa salib. Mereka tentu menerima kesulitan dan penderitaan atas dirinya dalam kerelaan dan suka cita. Pilihan dan gaya hidupnya ialah matiraga. Bagi mereka yang belum mengerti, tetap ada waktu dan kemungkinan untuk mengerti dan memulai suatu penghayatan hidup yang baru dalam spiritualitas salib. Sedangkan bagi yang tidak mengerti, tentu saja salib itu adalah suatu kebodohan dan sebuah jalang yang sangat memalukan. Mereka selalu memilih untuk menghindarinya. Mereka bahkan mengutuknya. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, Engkau menyatakan secara terbuka kemenangan-Mu melalui salib supaya menjadi santapan sabda dan perjanjian bagi kami, semoga kami selalu setia dengan jalan salib kami. Bapa kami yang ada di Surga, ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Kamis pekan biasa ke-25, 23 September 2021; peringatan Santo Padre Pio dari Pietrelcina, imam

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 22, 2021 8:03


Bacaan dibawakan oleh Paulina Lipat dan renungan dibawakan oleh Andreas Sole dari Gereja St. Antonius Padua, Paroki Kalikasa di Lembata, Keuskupan Larantuka di NTT. Hagai 1: 1-8; Mazmur tg 149: 1-2.3-4.5-6a.9b; Lukas 9: 7-9 KERESAHAN SUPAYA CEPAT BERLALU Tema renungan kita pada hari ini ialah: Keresahan Supaya Cepat Berlalu. Resah merupakan satu keadaan jiwa yang mirip situasinya dengan gelisah, cemas, dan kuatir. Keadaan jiwa ini tidak positif, lawan dari bersemangat, optimis, senang, dan ceria. Sebagai manusia yang bertumbuh sehat jiwa dan raga, kita ingin supaya keresahan dalam kehidupan kita pribadi dan bersama dapat cepat berlalu pergi. Keresahan meliputi diri nabi Hagai dan bangsa Israel saat Allah mendatangkan perasaan itu kepada mereka supaya menyadari bahwa rumah Tuhan belum dibangun dan masih sebagai reruntuhan, sementara umatnya sudah mendiami tempat tinggal yang mapan. Ia lalu membikin hati mereka resah dan gelisah. Herodes juga resah karena tahu bahwa kejahatannya membuat Yohanes Pembaptis mati. Ia berpikir akan menjadi masalah lebih parah jika Pembaptis itu kembali. Ia mengira bahwa Yesus dari Nazaret itu ialah Yohanes Pembaptis yang bangkit. Dua contoh keresahan ini bersumber pada satu kelemahan, yaitu kesalahan atau dosa kita sendiri. Keresahan dan gelisah tipe ini tumbuh melalui suatu pengetahuan dan kesadaran diri sendiri. Orang mengetahui sendiri kelemahan dan dosanya. Atau karena dibantu oleh terang Ilahi, seseorang menyesali dirinya yang berdosa dan terbuka jalan baginya untuk pertobatan. Langkah ini tidak hanya menghilangkan keresahan, tetapi juga menciptakan suatu pengalaman rohani yang baru. Rumah Allah akan dibangun, dan Herodes kiranya dapat melihat Yesus yang sebenarnya. Ada tipe keresahan lain yang mungkin lebih parah. Sesama kita entah teman entah saudara menjadi resah karena kelemahan, kekurangan dan dosa kita. Keadaan ini parah karena mereka resah dan semakin resah, sementara kita sendiri tidak pernah menyadari atau mengetahuinya. Dengan kata lain, seseorang masah bodoh, tak peduli dan sengaja tidak tahu diri tentang dosa atau kekeliruan yang telah diperbuatnya. Bahaya dan musibah menjadi tak terelakkan, jika kesengajaan ini membahayakan diri sendiri, orang lain dan kepentingan orang banyak. Keresahan-keresahan itu dapat cepat berlalu pergi hanya kalau setiap orang setia dan mau hidup secara adil dan benar. Mengikuti Tuhan dengan selalu dibimbing oleh firman-Nya merupakan pilihan terbaik untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baik dan berguna di dalam hidup ini. Dengan kata lain, hidup kita memang harus berkenan kepada Tuhan saja, demikian mazmur tanggapan hari ini. Jadi kita tidak hanya ingin mencari tahu informasi tentang Yesus, tetapi kita ingin mengikuti Kristus yang setia menjalankan kehendak Bapa di Surga. Keresahan tentu akan cepat berlalu. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Allah Bapa di surga, dengan selalu meneladani Yesus Kristus Putra-Mu dan Tuhan kami, kami ingin mengosongkan diri kami karena mengasihi-Mu, maka penuhilah kami ya Bapa. Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Rabu pekan biasa ke-25, 22 September 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 21, 2021 8:30


Bacaan dibawakan oleh Yohana Sarina dan renungan dibawakan oleh Yakobus Tupeng Ama dari Gereja St. Arnoldus Jansen, Paroki Waikomo di Lembata, Keuskupan Larantuka di NTT. Ezra 9: 5-9; Mazmur tg 13: 2.3-4a.4bcd.5.8; Lukas 9: 1-6 KESEDERHANAAN ADALAH KEKUATAN Tema renungan kita pada hari Rabu pekan bisa ke-25 ini ialah: Kesederhanaan Adalah Kekuatan. Ketika Yesus menugaskan murid-murid-Nya untuk melakukan pelayanan kepada orang banyak tanpa dilengkapi fasilitas dan materi pendukung yang memadai, para utusan itu tidak mengeluh dan protes. Mereka yakin untuk menjalankan itu dengan senang hati. Mereka jalankan itu dalam semangat kesederhanaan dan sumber daya sangat terbatas. Namun ini adalah sebuah kekuatan. Mereka tak usah kuatir karena Yesus tentu menemani mereka. Ada satu contoh sikap yang sederhana ditunjukkan oleh nabi Ezra di dalam Kitab Ezra. Ia mengungkapkan betapa hidup yang penuh derita dan perjuangan yang dialami oleh kaum Israel di pengasingan Babilonia. Kehidupan mereka dalam keterbatasan dan sering bangsa pilihan Allah ini tergoda untuk jatuh di dalam dosa. Namun Ezra memasrahkan seluruh hidup bangsa ini kepada Tuhan yang sudah menjanjikan pembebasan bagi mereka. Ia juga bersyukur karena penguasa kerajaan Babel menaruh belas kasih kepada bangsa Israel dan berjanji membebaskan mereka. Ada banyak pernyataan hebat dan positif mengenai kesederhanaan. Kata orang sederhana itu indah. Sederhana adalah kebahagiaan. Sederhana itu menguatkan. Hidup sederhana itu mulia. Dan seterusnya. Hidup sederhana bukan terkait dengan miskin dan melarat, juga bukan soal tidak berbuat apa-apa atau tidak menginginkan apa-apa. Hidup sederhana dipandang indah, bahagia dan mulia karena dijalani dalam kerendahan hati dan kesadaran bahwa kekeliruan atau kesalahan dapat diperbaiki melalui maaf, pengampunan dan pertobatan. Kita adalah manusia dengan segala kekurangan dan hanya dari Tuhan kita berharap mendapatkan kepenuhan hidup. Hidup sederhana sebagai kekuatan bergantung hanya kepada Tuhan. Kita menikmati hidup ini dengan menjalankan peran dan tanggung jawab kita masing-masing, yang darinya kita memperoleh imbalan dan hasil yang sepantasnya. Hidup ini dibaktikan dan dipersembahkan bagi Tuhan, anak-anak, saudara dan saudari, dan orang-orang yang kita layani. Kita masing-masing diberi tanggung jawab dan tugas oleh Tuhan dan cukup bagi kita untuk menjalankannya. Dia menjamin untuk menyertai kita dan tentu jaminan ini menghilangkan segala kekuatiran duniawi tentang uang, makanan, pakaian, kedekatan, kebersamaan dll. Hidup kita ada di bawah kontrol Tuhan. Prinsip hidup sederhana sebagai kekuatan ialah ini: kita jalani hidup kita sesuai dengan kemampuan yang dikaruniakan oleh Allah, dan bila kita tidak mampu untuk satu dan lain kepentingan karena tantangan atau halangan tertentu, Tuhan akan melakukan bagiannya bagi kita. Itu adalah kekuatan dari sebuah kesederhanaan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Bapa di surga, kami selalu berdoa, “Datangalah Kerajaan-Mu” supaya dapat membuat hidup kami memiliki kekuatan, yaitu sejalan dengan kemampuan kami dan juga bergantung kepada kekuasaan-Mu. Bapa kami yang ada di Surga... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Selasa pekan biasa ke-25, 21 September 2021; pesta St. Matius, rasul dan penulis Injil

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 20, 2021 8:11


Bacaan dibawakan oleh Markus Maleng dan renungan dibawakan oleh Veronika Ose Pukan dari Gereja St. Arnoldus Jansen, Paroki Waikomo, Keuskupan Larantuka di NTT. Efesus 4: 1-7.11-13; Mazmur tg 19: 2-3.4-5; Matius 9: 9-13 BIARKAN HATI YANG BERBICARA Renungan kita pada hari ini bertema: Biarkan Hati Yang Berbicara. Santo Matius berasal dari Kapernaum di sekitar danau Genesaret. Ia adalah anak Alfeus, yang terpanggil untuk menjadi rasul Yesus dari latar belakang hidup yang sangat terhina. Ia dikenal sebagai pemungut pajak romawi, satu pekerjaan yang dibenci oleh orang-orang sedaerahnya karena memihak kepada bangsa penjajah, Romawi. Jelas ia dianggap pendosa berat, dan Yesus dikritik keras karena menjadikan dia salah seorang murid-Nya. Tetapi Yesus beralasan bahwa tugas-Nya ialah sebagai penyembuh jiwa-jiwa para pendosa. Matius juga dipercayai sebagai penulis Injil Tuhan, dan menjadi rasul yang menginjili daerah Ethiopia. Proses Matius, seorang pendosa paling dibenci orang-orang di sekitarnya, menjadi murid Yesus merupakan suatu gerakan hati yang dipenuhi oleh kuasa Allah. Tuhan Yesus memiliki hati yang penuh belas kasih dan Ia melihat dengan hati-Nya itu dalam memilih orang-orang yang menjadi partner dalam bekerja. Matius dalam profesinya sebagai pembantu penjajah romawi untuk memungut pajak masyarakat, juga memiliki hati yang tulus dan terbuka kepada Tuhan yang menemui dan memilihnya. Karena itu ia tak punya beban apa-apa, tidak terikat atau tidak bergantung pada pekerjaannya. Ia meninggalkan itu dan mengikuti Yesus. Kalau kita biarkan hati yang mengerti, memilih dan berbicara, hasilnya adalah kebenaran. Tentu ini ada faktanya. Karena Tuhan berkenan tinggal di dalam hati nurani manusia untuk setiap kali memberikan nasihat bijak dan murni di kala kita mengambil keputusan. Pikiran sering berputar-putar dengan kemampuan rasionalisasi, imajinasi dan spekulasi, misalnya untuk membela diri, kesombongan, mencari kambing hitam dsb. Tetapi hati jika berpikir dan berbicara, terjadi seperti Samuel yang memilih Daud dari ke-7 saudaranya yang pertama, sehingga katanya: “Tuhan melihat di hati, dan bukan karena penampilannya”. Santo Paulus dalam mendampingi jemaat Kristen perdana, selalu berbicara dari hatinya. Ketulusan dan kemurnian hatinya sangat mengesankan hati jemaat. Matius, meskipun pikirannya sibuk tentang urusan pajak dan mendapatkan keuntungan dari pekerjaan itu, hatinya jelas rindu akan Tuhan. Karena pekerjaannya, ia menyadari tak bisa masuk ke dalam sinagoga untuk mendengarkan firman Allah dan berdoa. Namun ketika bertemu Yesus, kedua hati mereka dipenuhi kuasa Allah langsung cocok, kompak. Dua kata: “Ikutilah Aku” dari Yesus segera mengubah hidup Matius. Ia langsung mengikuti Yesus. Bagi kita, berbicara dengan hati merupakan kesempatan untuk berbagi tentang kebaikan, kebenaran dan penguatan panggilan hidup kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, tinggallah selalu di dalam hati kami dan baharui hidup kami sesuai dengan kehendak-Mu. Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Senin pekan biasa ke-25, 20 September 2021; peringatan Santo Andreas Kim Taegon dan kawan-kawan, martir

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 19, 2021 7:06


Bacaan dibawakan oleh Antonio Viqueque Langoday dan renungan dibawakan oleh Aloysius Langoday, dari Gereja St. Fransiskus Asisi, Paroki Lamahora di Lembata, Keuskupan Larantuka, di NTT. Ezra 1: 1-6; Mazmur tg 126: 1-2ab.2cd-3.4-5.6; Lukas 8: 16-18 TERANG YANG MEMBEBASKAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Terang Yang Membebaskan. Seruan Nabi Yeremia kepada umat Israel di pengasingan Babilonia merupakan sebuah terang di tengah kegelapan. Terang itu adalah Allah, yang mengubah hati raja Persia, Koresh, untuk membiarkan orang-orang Israel pulang ke Yerusalem untuk membangun rumah Allah. Allah sendiri datang untuk menjemput umat kesayangan-Nya untuk kembali ke tanah air leluhurnya. Terang itu sungguh membebaskan. Yesus juga memakai terang sebagai salah satu kata kunci untuk menjelaskan isi kerajaan Allah. Masyarakat semua generasi menganggap terang sebagai salah satu kebutuhan pokok dalam hidup. Orang-orang Yahudi memaknai “terang” sebagai keindahan, kebenaran, dan kebaikan Allah. Kata mazmur: Di dalam terang-Nya kita melihat terang (36,9) dan Firman-Nya adalah terang yang membimbing langkah-langkah kita (119, 105). Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai terang sebagai kodrat dan keberadaan-Nya sendiri. Terang dalam kisah penciptaan membedakan diri dengan gelap. Permulaan Injil Yohanes menyatakan bahwa Allah yang adalah terang datang ke dalam dunia untuk membebaskan dunia dari kegelapan dosa. Terang sebagai lawan utama kegelapan dan kebutaan, sehingga siapa pun yang menerima terang itu ia berjalan di dalam kebenaran dan kebaikan. Firman Tuhan adalah terang hidup kita. Terang ini tidak berhenti dengan menghalau kegelapan dosa. Namun selanjutnya ia menjadi sebuah semangat hidup rohani untuk suatu kehidupan dalam suka cita, kedamaian, optimisme dan solidaritas. Yesus menampilkan potret lampu yang bernyala untuk menggambarkan bagaimana para pengikut-Nya mesti hidup di dalam terang kebenaran dan cinta kasih-Nya. Terang Kristus itu menerangi hati kita dan membuat kita mampu melihat kenyataan kerajaan Allah yang sesungguhnya. Yesus mengingatkan bahwa tak ada satu pun yang tetap tersembunyi dan dalam rahasia. Kita boleh saja menyembunyikan apa pun dari orang lain, diri kita sendiri, dan dari Tuhan, dan sepandai apa pun usaha kita untuk merahasiakannya, tapi Tuhan sudah mengetahuinya. Karena Ia maha tahu dan mengontrol hidup setiap orang. Jadi, tak ada jalan lain untuk melindungi diri kita atau membuat diri kita aman dan bebas, kecuali berserah sepenuh-penuhnya kepada Tuhan. Kita tidak perlu berusaha untuk menghindar dan bersembunyi dari Tuhan. Hanya dengan terbuka dan berserah kepada-Nya kita menjadi orang bebas dan hidup di dalam rahmat-Nya. Marilah kita meminta Santo Andreas Kim Taegon untuk mendoakan kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Allah maha kuasa, semoga cinta kasih selalu mengharuskan kami untuk berbagi sabda-Mu kepada sesama kami dalam segala situasi hidup kami. Berkatilah kami dengan perlindungan-Mu pada hari ini. Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu ... Dalam nama Bapa… --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan-bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Minggu Biasa ke-25, 19 September 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 18, 2021 10:47


Bacaan Pertama dibawakan oleh Petrus Kanisius Kebaowolo, bacaan kedua dibawakan oleh Elizabeth Wellan dari Gereja St. Agustinus, Paroki Karawaci, Keuskupan Agung Jakarta, bacaan Injil dan renungan dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas SDB di Jakarta. Kebiasaan 2: 12.17-20; Mazmur tg 54: 3-4.5.6.8; Yakobus 3: 16 - 4:3; Markus 9: 30-37 PELAYAN BAGI SEMUA Tema renungan kita pada Hari Minggu Biasa ke-25 ini ialah: Pelayan Bagi Semua. Ada seorang pemuda desa baru saja lulus sarjana, memilih untuk bekerja di kampung halaman. Ia ingin kembangkan ilmunya di tengah orang-orang desa, karena ia berpikir bahwa dirinya dan pengetahuannya perlu diberdaya-gunakan bagi banyak orang. Ia ingin supaya pelayanannya dirasakan orang-orang kebanyakan. Ia datang ke desanya membawa juga seorang wanita, calon isterinya. Wanita ini berpenampilan sederhana dan diwajahnya selalu nampak aura keramahan. Keluarga dan orang-orang di desa berpikir kalau wanita itu seorang yang berpendidikan, atau paling kurang teman kuliah pemuda itu. Tetapi ternyata ia adalah seorang wanita dengan ijasah SMA dan bekerja sebagai pelayan toko. Pemuda itu sering berbelanja di toko tempat wanita itu bekerja. Ia tertarik dan jatuh cinta pada wanita itu hanya karena dua kriteria: ia seorang yang tekun bekerja, dan seorang pelayan. Pemuda tampan dan pandai ini memutuskan untuk pulang kampung dan menjadi pelayan bagi daerahnya, lalu ia membawa seorang pendamping hidup yang sudah berpengalaman atau sudah ahli sebagai seorang pelayan. Pemuda dan pemudi ini memutuskan untuk menjadi pelayan bagi semua orang. Mereka ingin wujudkan pesan Yesus Kristus yang disampaikan-Nya di dalam Injil pada hari ini ketika berbicara kepada para rasul-rasul pilihan-Nya: kalau menjadi pemimpin, mereka harus menjadi pelayan. Yesus inginkan supaya kualitas seorang pelayan, ialah melayani semua orang. Apakah syarat-syarat seorang pelayan bagi semua orang? Pertama, pelayanan sesuai panggilan atau profesi masing-masing. Setiap pekerjaan di belakang sebuah profesi memiliki tugas pelayanan kepada orang-orang yang terlibat di dalamnya, bersama anggota keluarganya. Pelayanan profesi ini menuntut supaya semua dari mereka dilayani sesuai kebutuhannya. Kalalaian dan penolakan atas pelayanan ini adalah sebuah kesalahan. Kedua, Pelayanan adalah perbuatan yang lebih banyak menuntut kerelaan dan pengorbanan. Jika sebuah pekerjaan atau perbuatan tidak memiliki aspek suka rela, pengorbanan, dan kesabaran, itu bukan pelayanan tetapi sebuah tugas untuk mendapatkan imbalan. Ketiga, seorang pelayan adalah hamba kebenaran. Orang-orang beriman dan pencinta kebenaran selalu bekerja dengan segala upayanya supaya kebenaran itu dialami dan dirasakan semua orang. Sedangkan mereka yang tidak berjuang untuk kebenaran, mereka bukan pelayan. Ini semua adalah faktor pendukung untuk melakukan pelayanan bagi semua orang. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, semoga dengan ibadat kami pada hari minggu ini, kami semakin baik sebagai pelayan-pelayan-Mu bagi sesama kami. Bapa kami... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Selasa pekan biasa ke-24, 14 September 2021; pesta Salib Suci

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 13, 2021 7:09


Bacaan dibawakan oleh Gemma Galgani Prati Roning dan renungan dibawakan oleh Wilibroda Gunung Lajar, dari Gereja St. Arnoldus Jansen, Paroki Waikomo, Keuskupan Larantuka di NTT. Bilangan 21: 4-9; Mazmur tg 78: 1-2.34-35.36-37.38; Filipi 2: 6-11; Yohanes 3: 13-17 SALIB KRISTUS YANG MENOBATKAN Tema renungan kiga pada hari ini ialah: Salib Kristus yang Menobatkan. Adrian adalah seorang bapak keluarga dan seorang guru. Ketegasan dan kedisiplinan yang ia jalani membuat dirinya menjadi kaku. Akibat, ia selalu marah atas masalah apa pun, yang diungkapkan dengan kekerasan fisik. Ia gampang sekali menampar, memukul, dan melempari pihak yang dimarahinya. Selain dikenal karena temperamennya itu, Adrian juga dikenal sebagai seorang dengan tangannya yang panas bagai api. Tanaman apa pun yang ditanamnya selalu mati. Dalam liburan musim panas sebelum periode pandemi Covid-19, yayasan tempat ia bekerja menyelenggarakan wisata rohani ke tanah suci Yerusalem. Pak guru Adrian memenangi undian untuk ikut dalam rombongan. Ini adalah kesempatan pertama kali ia mengunjungi tempat Yesus Kristus pernah hidup dan wafat. Persis di bawah kaki salib Yesus di bukit Golgota, tempat yang paling ramai dipenuhi para peziarah dari berbagai penjuru dunia, Adrian berdoa dengan sangat khusuk. Ia hanya meminta supaya sifatnya yang temperamen dan tangannya yang dianggap panas dapat disembuhkan oleh Yesus Kristus. Doa itu terkabul. Ketika kembali ke tanah air dan menjalankan perannya sebagai bapa keluarga dan seorang pendidik, sifat-sifat negatif itu perlahan-lahan hilang. Ia mengalami sebuah metanoia, pertobatan. Ia mulai menanam sayur di halaman samping rumahnya, dan sebulan kemudian sayur itu tumbuh subur lalu dipanen oleh isterinya untuk dimakan oleh keluarga. Semua orang yang mengalami perubahan dalam diri Adrian, baik di dalam keluarga maupun di sekolah, kompak menganggap bahwa: di dalam tangan Adrian ada salib Tuhan Yesus. Di dalam merayakan Pesta Salib Suci ini, kita diterangi oleh firman Tuhan dengan kesaksian kitab suci, bahwa Yesus bergantung di kayu salib sebagai jalan yang ditentukan Bapa untuk menyelamatkan segenap manusia. Rasa kagum, hormat, dan sikap menyembah dari kita memang perlu dinyatakan kepada-Nya yang bergantung di salib. Kitab Bilangan meminta supaya Kristus tersalib dipandang dengan penuh iman. Demikian juga Adrian, ia telah memandangnya ketika berada di Golgota. Namun Santo Paulus ingin memperkayai iman kita melalui suatu pola hidup inkarnatif, seperti yang dibuat oleh Yesus Kristus. Meneladani Yesus yang berinkarnasi, ialah membawa salib di tangan kita, di dalam tubuh kita, di dalam seluruh diri kita. Yesus menjelmah, dan kita diminta juga untuk ikut menjelmahkan diri kita masing-masing melalui pengorbanan diri dan pelayanan kepada sesama serta bersaksi tentang kebenaran. Dengan salib berada di tangan, kita akan membawanya selalu di dalam setiap langkah kehidupan kita di dunia ini. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa ... Ya Yesus, semoga karena salib suci-Mu, Engkau memberdayakan hidup kami yang menjelmah. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Jumat pekan biasa ke-23, 10 September 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 9, 2021 7:44


Bacaan dibawakan oleh Suster Margo, DST dan renungan dibawakan oleh Ludgardis Tuto dari Gereja St. Fransiskus Asisi, Paroki Lamahora, Keuskupan Larantuka di NTT. 1 Timotius 1: 1-2.12-14; Mazmur tg 16: 1.2a.5.7-8.11. Lukas 6: 39-42 TUJUAN MEMBENARKAN CARA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Tujuan Membenarkan Cara. Baru saja beberapa hari yang lalu ada satu berita heboh di Amerika Latin. Pertandingan sepak bola pra piala dunia yang mempertemukan dua klub nasional besar harus dihentikan ketika pertandingan baru berjalan sekitar lima menit. Otoritas kesehatan di negara tempat terselenggaranya pertandingan itu meminta pertandingan tidak bisa dilanjutkan, lantaran beberapa pemain tim tamu kedapatan menyerahkan data palsu berkaitan dengan situasi bebas-tidaknya mereka dari virus Corona. Peraturan di negara tersebut tetap harus dilakukan karena semua aktivitas yang dilakukan harus tunduk pada protokol kesehatan, ketika wabah virus Corona sedang mengancam seluruh negeri. Dengan kentara dapat kita lihat bahwa semua pemain dan penonton sangat kecewa. Mereka sudah dalam penantian puncak untuk menyaksikan pertandingan bola kaki antar kedua negara. Hal ini terjadi karena ulah beberapa orang saja. Yang mereka lakukan ialah menghalalkan cara demi tujuan ikut bertanding sepak bola yang menjadi olahraga terbesar di Amerika Latin. Kecenderungan manusia untuk memakai atau menempu cara apa saja untuk mencapai suatu tujuan merupakan sebuah praktik yang umum. Motivasinya ialah mereka ingin menghindari rintangan atau kesulitan, maka mereka memakai caranya sendiri. Sebaliknya, seharusnya kita yang menghargai kebenaran dan akal sehat, selalu menggunakan cara yang benar atau sesuai untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Firman Tuhan pada hari ini mengajarkan kita untuk senantiasa patuh kepada aturan yang selalu kita sepakati bersama, yaitu tujuan tidak boleh membenarkan segala cara, atau cara apa yang disepakati dan ditetapkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tuhan Yesus menegaskan bahwa cara orang buta membimbing orang buta tidak mungkin akan mencapai tujuan. Cara seorang murid mencapai tujuan dengan tidak mengikuti atau meneladani gurunya adalah cara yang tidak benar. Sikap munafik dalam menyelesaikan masalah dengan hanya menyalahkan orang lain dan tanpa mengoreksi diri sendiri, adalah sikap yang tidak benar. Demikian juga Santo Paulus mengajarkan kita melalui suratnya yang pertama kepada Timotius, sungguh menyakini bagi dirinya sendiri, bahwa cara yang benar dan sesungguhnya ialah memilih menjalankan kehendak Tuhan atas dirinya. Ia menyesali diri telah memilih cara yang salah di masa lalunya dan ia bertobat. Paulus menuntaskan perutusan dari Tuhan dengan memberitakan Injil, sampai akhir hidupnya. Kita juga hendaknya menuntaskan tugas dan panggilan kita di dunia ini dengan mengikuti jalannya Tuhan Yesus Kristus. Barang siapa yang tidak memakai jalan atau cara yang dikehendaki Tuhan, ia akan tersesat dan tidak sampai tujuan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha murah, kuatkanlah kami supaya kami tidak tersesat di dalam jalan hidup kami, tetapi selalu mengikuti jalan-Mu yang pasti untuk mencapai keselamatan. Salam Maria ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Kamis pekan biasa ke-23, 9 September 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 8, 2021 9:25


Bacaan dibawakan oleh Elisabet Peni Langodai dan renungan dibawakan oleh Yohana Rosa Bali, dari Gereja St. Petrus Kolilerek, Paroki St. Antonius Padua Kalikasa, Keuskupan Larantuka di NTT. Kolose 3: 12-17; Mazmur tg 150: 1-2.3-4.5-6; Lukas 6: 27-38 BERMURAH HATI SEPERTI BAPA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Bermurah Hati Seperti Bapa. Seorang bapak dan anaknya yang masih SD masuk ke dalam gereja untuk berdoa. Si anak lalu melihat beberapa lama Salib besar menempel di belakang altar dan ia ingin penjelasan bapaknya. Kata dia: “Siapa yang menghukum Yesus sampai mati di salib begitu?” Beberapa saat berlalu bapaknya belum menjawab karena masih menyusun argumen yang tepat sebagai jawaban bagi si anak. Jawaban yang kemudian diberikan ialah ini: “Yang menghukum Yesus sampai mati begitu mengerikan ialah para musuh-Nya.” Dan bapak melanjutkan dengan bertanya: “Siapa saja musuh-musuh Yesus?” Anak itu mengingat pelajaran agamanya di sekolah, lalu segera menjawab: “Musuh-musuh-Nya ialah orang-orang berdosa dan lebih khusus lagi ialah mereka yang secara langsung membunuh-Nya.” Percakapan bapak dan anak ini luar biasa karena memiliki makna teologis yang penting. Kepentingannya itu terutama berkaitan dengan firman Tuhan hari ini, terutama Injil yang intinya tentang perintah untuk bermurah hati seperti Bapa di surga yang murah hati. Kebaikan dan kemurahan hati Bapa, Tuhan yang maha kuasa, antara lain terungkap dalam diterima dan diampuninya pihak-pihak yang bermusuhan dengan Tuhan. Kebaikan dan kemurahan ini ditunjukkan oleh Yesus yang tersalib. Sebelum wafat di salib, Ia mengampuni para musuh-Nya. Tindakan yang amat luar biasa ini menjadi ajaran sangat mendasar dan contoh bagi apa yang kita dengar dalam pewartaan Injil pada hari ini. Intinya ialah, kepada orang-orang yang memusuhi kita, mereka yang berlaku jahat atau menaruh kebencian dan dendam kepada kita, sikap Kristen yang terbaik ialah sikap Yesus Kristus. Ajaran itu dapat kita rumuskan dalam sebuah pola bersikap yang komprehensif, yaitu mulai dengan menyanggupi diri bahwa kita menerima dan mau melewati penderitaan yang disebabkan oleh para musuh kita. Kalau kita melarikan diri, menghindar atau melawan sebagai cara membela diri, itu adalah soal yang lain. Tapi dengan menerimanya saja, itu adalah anugerah Yesus sendiri kepada kita. Dari menerima, kita perlu melengkapi diri dengan kelemah-lembutan dan kesabaran, seperti yang dikatakan oleh Santo Paulus dalam bacaan pertama. Di dalam sikap seperti ini, penuhlah suka cita dan kekuatan di dalam diri kita, sehingga kemurahan hati menjadi karunia amat mulia dan besar di dalam kita. Dari kemurahan hati ini, lahir kerelaan dan kesanggupan kita untuk mengampuni. Jika orang dapat mengampuni dengan dilatari oleh suatu kemurahan hati, pengampunan itu sungguh-sungguh sejati. Marilah kita berdoa. Dalam nama ... Ya Tuhan, tambahkanlah kami rahmat untuk mengampuni orang-orang yang memusuhi kami. Bapa kami... Dalam nama ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Rabu pekan biasa ke-23, 8 September 2021; pesta Kelahiran Santa Perawan Maria

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 7, 2021 7:40


Bacaan dibawakan oleh Apolonia Lema dan renungan dibawakan oleh Maria Tania Mosa dari Gereja St. Markus Rasul, Paroki St. Simon Petrus Tarus, Keuskupan Agung Kupang. Mika 5: 1-4a; Mazmur tg 13: 6ab.6cd; Roma 8: 28-30; Matius 1: 1-16.18-23 KELAHIRAN YANG SPESIAL Tema renungan kita pada hari ini ialah: Kelahiran Yang Spesial. Seluruh Gereja Katolik merayakan pesta kelahiran Bunda Maria pada hari ini. Perayaan ini mempunyai tradisi panjang dalam memberikan penghormatan kepada Maria. Kita ingin mengenangkan kelahirannya dan mengenal garis keturunannya. Pada awal Injil Matius, ada sebuah kesimpulan bahwa Maria yang melahirkan Yesus dan Yosef sebagai Bapak angkat sah Yesus, adalah keturuan Daud. Alasan paling pertama kita merayakan pesta hari kelahiran Bunda Maria ialah karena ia dikaitkan dengan Yesus Kristus. Pikiran logis yang secara umum bisa kita terima ialah kalau memang Yesus itu Tuhan yang mulia, Anak Allah, dan Penebus manusia, maka ibu yang melahirkan Dia juga mesti seorang pribadi yang suci dan mulia. Jika kelahiran Putera Allah, Yesus Kristus, sangat dimeriahkan sepanjang zaman, maka kelahiran ibunda-Nya juga mesti mendapat suatu kemeriahan dan kenangan yang sama. Alasan lain ialah menyangkut status Bunda Maria sebagai manusia yang penuh rahmat. Kalau kepenuhan rahmat itu sudah ditetapkan Allah sejak pembuahan di dalam rahim ibunya, atau terkandungnya Maria yang tanpa dosa di dalam rahim bundanya, Anna, maka proses berikutnya seperti berada di dalam kandungan selama 9 bulan dan kemudian kelahiran juga penuh dengan rahmat. Kita merayakan kelahiran yang mulia Bunda Maria pada hari ini adalah sebagai perayaan kelanjutan peristiwa yang penting terjadi pada dirinya, yaitu ia dikandung tanpa nosa dosa asal. Kalahiran yang spesial ini mengingatkan kita pada sejumlah kelahiran juga spesial seperti yang dikisahkan dalam kitab suci. Kita menyebutkan cukup tiga, sebelum Bunda Maria. Isak dilahirkan dari Abraham dan Sarah yang sudah lanjut usianya. Allah membuat keturunan itu amat spesial. Di dalam kitab hakim-hakim bab 13, dikisahkan tentang Simson yang dilahirkan secara spesial karena Allah sudah merencanakan untuk memberikan pertolongan kepada bangsa Israel melalui peran yang akan diambil oleh Simson. Kemudian nabi Yesaya menyatakan dirinya bahwa ia sudah dibentuk spesial oleh Allah sejak di dalam kandungan ibunya (49,5). Ini semua menggambarkan bahwa suatu kelahiran spesial harus merupakan pekerjaan Tuhan, kehendak Tuhan yang menentukan. Bagi kita, partisipasi dan di-adopsinya kita menjadi putra-putri Allah melalui Yesus Kristus, jelas membuat pribadi kita spesial. Ini berarti kelahiran kita juga spesial. Tidak mungkin satu pribadi dibuat spesial, sementara kelahirannya ke dunia luput dari perhitungan. Kita sebenarnya dilahirkan spesial, karena Tuhan juga memberikan kita masing-masing panggilan hidup yang spesial. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah, semoga dengan Pesta kelahiran yang istimewa ini kami semakin bertumbuh menjadi anak-anak Bunda Maria yang setia seperti Yesus Kristus, Tuhan kami. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Senin pekan biasa ke-23, 6 September 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 5, 2021 8:18


Bacaan dibawakan oleh Mateus Meran dan renungan dibawakan oleh Agnes Kenupang, dari Gereja St. Yohanes Maria Vianey, Paroki Cilangkap, Keuskupan Agung Jakarta. Kolose 1: 24 - 2:3; Mazmur tg 62: 6-7.9; Lukas 6: 6-11 MENGALAMI KEPENUHAN HIDUP DI DALAM KRISTUS Tema renungan kita pada hari ini ialah: Mengalami Kepenuhan Hidup di Dalam Kristus. Ada seorang murid sd yang tidak naik kelas dan ketika diselidiki orang tuanya, ternyata ia banyak absennya. Ternyata ia hanya sampai di gerbang, berbuat seolah-olah masuk area sekolah, tapi ia berbelok arah dan pergi bermain. Ada seorang murid sd yang lain, ketika guru bertanya di kelas: siapa di sini yang tidak ingin naik kelas, dia mengangkat tangannya. Katanya kalau naik kelas, akan naik terus, padahal ia malas sekolah. Kedua anak sd ini tidak mengalami sekolah sepenuhnya seperti yang diharapkan. Mereka pernah disebut anak sekolah, tetapi tidak dapat menjadi murid yang baik di sekolahnya. Analogi ini dapat diterapkan pada para pengikut Kristus. Mereka nyatakan diri mengikuti Kristus melalui pembaptisan namun mungkin sekedar nama dan sebagai umat yang pasif. Mereka ini tidak memiliki kepenuhan di dalam Kristus. Hal ini bertentangan dengan Santo Paulus yang dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, berkata: “Kami memperingatkan setiap orang dan mengajar mereka dengan segala hikmat untuk memimpin setiap orang kepada kesempurnaan di dalam Kristus.” Paulus berpatokan pada ajaran Yesus Kristus, yang dalam Injil Yohanes bab 10, ayat 10, berkata: Yesus datang supaya kita memperoleh hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Hari ini bacaan-bacaan kita menggambarkan kepenuhan hidup di dalam Kristus yang menuntut kita untuk: 1) mengalami penderitaan yang penuh, seperti yang dikatakan oleh bacaan pertama kalau kita “memenuhi apa yang kurang pada penderitaan Kristus untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat, supaya derita dan pengorbanan semakin menjadi daya untuk menghadirkan kebaikan bagi banyak orang; 2) tekun dengan firman Tuhan, yang bukan kata-kata kosong tetapi pribadi Tuhan yang hadir dan memberikan kehidupan baru bagi setiap orang; 3) memiliki kepenuhan kemuliaan yang melampaui semua hal yang berharga; 4) menyatakan apa yang dahulu sebagai rahasia, dan kini telah dinyatakan kepada orang-orang kudus; 5) menerima rahmat kebijaksanaan yang kita dapatkan dengan berlimpah di dalam Kristus; 6) memiliki kekuatan Yesus Kristus yang begitu berdaya dalam membaharui hidup kita dan menghempaskan kekuatan kejahatan, sakit dan halangan lainnya, dan; 7) mempunyai kepastian akan pengetahuan tentang misteri Allah yaitu Kristus Putera Allah, sehingga kita dapat sampai kepada setiap harta kebijaksanaan dan pengetahuan yang tersembunyi. Ini semua merupakan kekayaan rohani yang kita upayakan selalu di dalam hidup iman kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus Kristus, sebagaimana Engkau sembuhkan orang yang mati tangan kanannya, kami mohon kiranya Engkau juga sembuhkan kami dari sakit kami masing-masing, sehingga kami mampu memenuhi tugas dan tanggung jawab kami masing-masing. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan hari Jumat pekan biasa ke-22, 3 September 2021; peringatan St. Gregorius Agung, paus dan pujangga Gereja

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Sep 2, 2021 9:03


Bacaan dibawakan oleh Mateus Nong Mus dan renungan dibawakan oleh Theresia Keneka Muli, dari Gereja St. Albertus Agung, Paroki Harapan Indah, Keuskupan Agung Jakarta. Kolose 1: 15-20; Mazmur tg 100: 2-5; Lukas 5: 33-39 ESENSI BERPUASA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Esensi Berpuasa. Ada seorang pemuda terbiasa melakukan puasa pada setiap hari Jumat sejak ia masih kuliah. Pada waktu bekerja di sebuah perusahaan, ia melanjutkan kebiasaan baik tersebut. Dan setelah ia berkeluarga, ia masih berpuasa pada hari jumat seperti biasanya. Ia bukan saja tidak makan apa pun kecuali minum air, tetapi juga tidak dicari atau dikejar-kejar karena suatu urusan tertentu. Ia mematikan semua akses media sosial, kecuali telepon biasa ke handphone-nya. Baginya, puasa merupakan sebuah keadaan yang tidak ada. Ketika ada seseorang ingin bertemu, ia yakin bahwa yang hendak ditemuinya memang ada di rumahnya, karena faktanya memang ia berada di rumahnya. Tetapi saat ditanyakan kepada orang-orang di rumah itu, jawaban yang selalu didapatkan ialah bahwa orang yang dicari memang tidak ada. Singkatnya, lelaki itu sungguh memaknai bahwa puasa adalah saat seseorang menjadi “tidak ada” sehingga orang lain menjadi tahu bahwa dirinya memang sedang tidak ada. Dirinya sedang berpuasa. Pemahaman tentang ketiadaan dengan berpuasa inilah yang hendak diajarkan Yesus kepada orang-orang yang tidak mengerti tentang esensi berpuasa. Yesus berkata bahwa ketika diri-Nya kelihatan dan berada bersama umat dan murid-murid, hendaknya mereka tidak perlu berpuasa. Nanti ketika Ia sudah tidak ada lagi bersama mereka, barulah mereka berpuasa. Sementara ketika sedang ada sebuah kehadiran di mana orang-orang berinteraksi, bekerja sama, saling melengkapi, dan membangun kebersamaan, esensinya ialah sebuah pesta kehidupan. Dalam suasana ini, orang-orang tidak dalam posisi mengalami absensi atau ketiadaan. Pada kenyataannya, setiap kali kita berpuasa kita memang menciptakan ketidak-adaan dan rela menikmatinya. Misalnya orang tidak makan dan minum, berarti ia tidak mengalami kehadiran makanan dan minuman pada saat-saat berpuasanya. Orang yang berpuasa dan berpantang rokok dan minuman beralkohol, berarti ia mengalami ketiadaan uang belanja rokok dan minuman. Orang berpuasa belanja barang-barang kesukaan untuk memanjakan dirinya, berarti ia ciptakan sikap untuk tidak mengalokasikan dana belanja kesukaannya tersebut. Di dalam praktek hidup rohani, orang yang berpuasa diminta untuk meniadakan kebutuhan atau kepentingan duniawi, supaya jiwanya tidak terkontaminasi dengan pengaruh-pengaruhnya, lalu hanya berkonsentrasi pada relasi yang mesrah dengan Tuhan. Ini adalah esensi puasa. Marilah kita meminta pertolongan Santo Gregorius Agung, seorang pemimpin Gereja yang murah hati dan apostolik, untuk mendoakan dan menemani kita pada saat kita menjalankan puasa. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah, pandanglah kami dengan belas kasih-Mu supaya kami dapat membaharui semangat iman kami dari kepura-puraan atau acuh tak acuh, menjadi ketulusan. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan-bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Minggu Biasa ke-22, 29 Agustus 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 28, 2021 11:26


Bacaan pertama dibawakan oleh Petrus Kanisius Kebaowolo, bacaan kedua dibawakan oleh Elizabeth Wellan, dari Gereja St. Agustinus, Paroki Karawaci, Keuskupan Agung Jakarta, bacaan Injil dan renungan dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komisi Komunikasi Sosial SDB Indonesia di Jakarta. Ulangan 4: 1-2.6-8; Mazmur tg 15: 2-3a.3cd-4ab.5; Yakobus 1: 17-18.21b-22.27; Markus 7: 1-8.14-15.21-23 MEMILIH TUHAN DAN MENAATI HUKUM-NYA Renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-22 ini bertema: Memilih Tuhan dan Menaati Hukum-Nya. Ada seorang kakak dan adiknya yang masih remaja sering bertengkar. Masing-masingnya ingin menang dan selalu mau mendapatkan perhatian lebih dari orang tua mereka. Namun setiap kali pertengkaran semakin panas, ayah atau ibunya selalu berkata: “Kalian tidak mendengar peringatan dan nasihat orang tua, tapi Tuhan pasti tidak senang dengan keadaan ini. Nanti Tuhan akan memberikan bagiannya yang pantas bagi kalian.” Begitu mendapatkan peringatan demikian dari orang tua mereka, kedua saudara itu segera mengakhiri pertengkaran mereka. Metode orang tua ini paling kurang mengajarkan satu hal penting, yang menurut kitab Kebijaksanaan yaitu dua pilihan mutlak bagi kita: memilih hidup atau mati. Jika pilihan untuk kehidupan berarti mengikuti Tuhan sebagai pilihan yang tepat. Yesus Kristus adalah jalan-nya dan kita pantas memilih Dia. Namun jika pilihannya ialah kematian, sama saja dengan seseorang yang memilih jalur atau jalan di luar Tuhan. Untuk membuat pilihan yang benar dan tepat, memilih Tuhan dan menaati hukum-Nya, pada hari ini Sabda Tuhan memberikan kita satu syarat amat penting. Syarat itu ialah menaati aturan yang selalu kita kenal sebagai perintah-Nya. Tuhan menghendaki supaya manusia yang jumlahnya amat banyak di dalam dunia, akan terus mengingat dan mengenal Dia dengan menjalankan perintah-perintah-Nya. Musa tegas meminta supaya dalam berpegang kepada Tuhan, yang terungkap melalui Firman-Nya, kemudian ditetapkan sebagai peraturan-peraturan untuk diikuti. Mereka diminta untuk tidak mengurangi dan menambah hukum Allah yang sudah final. Di sini terbentuklah sebuah pengetahuan dan pemahaman akan hukum Allah, dan ini yang disebut dengan pengetahuan teoritis. Konsep hukum diungkapkan dalam rumusan-rumusan baik tertulis maupun lisan, sehingga bila diwujudkan dengan sesungguhnya, maka umat Allah dan warga masyarakat membangun sebuah kesadaran hukum. Pengetahuan dan kesadaran itu ikut merawat martabat manusia. Ketaatan kepada hukum Tuhan mengharuskan kita untuk menghargai dan mencintainya. Hukum Tuhan sakral dan mulia. Kita harus dapat melindunginya dengan tidak menggantikan dengan sistem norma yang lebih rendah. Di sini yang sangat diperlukan ialah sebuah kemampuan dari pihak kita manusia untuk menjalankan hukum Tuhan itu di dalam kehidupan yang nyata. Hukum menuntut suatu implementasi praktisnya. Santo Yakobus meminta supaya kita tidak hanya sebagai pendengar firman, tetapi juga pelaku yang aktif dan terlibat. Ketaatan hukum yang tertinggi kualitasnya ialah menjalankan hukum itu dalam kehidupan sehari-hari. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah, semoga perayaan pada hari minggu ini membawa berkat melimpah bagi kami, khususnya mengenai kemampuan kami yang sungguh-sungggu dalam menaati perintah-Mu. Bapa kami... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Sabtu pekan biasa ke-21, 28 Agustus 2021; peringatan St. Agustinus, uskup dan pujangga Gereja

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 27, 2021 7:45


Bacaan dibawakan oleh Ebyth Labaona dari Gereja St. Arnoldus Jansen, Paroki Waikomo, Keuskupan Larantuka di NTT, dan renungan dibawakan oleh Suster Amaria, SsPS dari Komunitas SsPS Kawanayama, Keuskupan Nagoya, Jepang. 1 Tesalonika 4: 9-11; Mazmur tg 98: 1.7-8.9; Matius 25: 14-30 BERBAGI SUKA CITA DENGAN TUHAN Renungan kita pada hari ini bertema: Berbagi Suka Cita dengan Tuhan. Santo Agustinus merupakan salah satu contoh satu talenta di dalam Gereja kita yang dilipatgandakan untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus Kristus. Awalnya ia adalah seorang pemuda pendosa, tetapi setelah bertobat ia mengembangkan semua talenta di dalam dirinya dan menjadi seorang cendekia yang sangat penting bagi Gereja dan segenap umat manusia. Imbalan atas talenta yang berkembang dan berbuah berlipat ganda ialah berbagi suka cita dengan Tuhan sendiri. Untuk terwujudnya pengembangan talenta, yang sangat diperlukan ialah sebuah relasi saling percaya antara seorang manusia dengan Tuhan. Dari situ tubuh sikap setia dan taat si manusia. Relasi ini tidak hanya terjadi antara tuan dan hamba, tetapi secara umum di antara sesama manusia. Suka cita dan keharmonisan di antara kita terbentuk melalui relasi-relasi seperti ini. Santo Paulus menemukan cara hidup seperti ini pada jemaat Tesalonika. Ia merasa tak perlu mengajarkan dan mengikuti mereka dalam hal relasi-relasi tersebut. Mereka telah mengalami kemajuan dalam hidup bersama ini berkat ketaatannya kepada firman Tuhan dan mengikuti semua perintah-Nya dengan baik. Nasihatnya ialah pertahankan semua kebaikan itu dan tak boleh menggantikannya dengan sesuatu yang lain dan yang baru. Sebuah relasi yang tetap terpelihara dengan baik akan sangat mendukung terjadi kerja sama dan interaksi yang sehat antar pribadi. Sebaliknya, sebuah relasi yang buruk tentu akan merusak kehidupan bersama. Relasi antara pribadi yang terpelihara dengan baik akan berdampak baik pula pada rasa memiliki satu sama lain di dalam hidup yang bersaudara. Setiap orang memperlakukan sesamanya sebagai teman dan saudara. Suka dan duka dirasakan bersama. Mempersembahkan yang baik, berbagi dari diri sendiri yang suka rela dan pengutamaan kepentingan bersama menjadi kebiasaan hidup yang dihargai semua pihak. Setiap orang wajib berbuat yang terbaik dan memberikan buah-buah pekerjaannya. Sumbangan dari setiap orang pasti akan membangun kehidupan bersama menjadi lebih baik. Sebaliknya, ketika orang hanya ingat diri dan tidak bertanggung jawab, hidup bersama yang menyenangkan akan sulit tercapai. Sesungguhnya, untuk dapat menikmati suka cita di dalam Tuhan, kita perlu berangkat dari menghayati suatu relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama, lalu mempersembahkan yang terbaik dari diri kita untuk kebaikan bersama. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, semoga karena pengajaran-Mu pada hari ini, kami sanggup menciptakan relasi-relasi yang baik di dalam hidup kami bersama, dan semoga kami dapat persembahkan hasil-hasil pekerjaan kami sebagai tanda partisipasi aktif dalam kebersamaan ini. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Selasa pekan biasa ke-21, 24 Agustus 2021; pesta St. Bartolomeus, rasul

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 23, 2021 8:12


Bacaan dibawakan oleh Nelky Cornelia dan renungan dibawakan oleh Aloysius Arakian dari Gereja St. Fransiskus Asisi, Paroki Lamahora, Keuskupan Larantuka di NTT. Wahyu 21: 9b-14; Mazmur tg 145: 10-11.12-13ab.17-18; Yohanes 1: 45-51 PRIBADI SEJATI Tema renungan kita pada hari ini ialah: Pribadi Sejati. Di dalam basilika Santo Yohanes Lateran-Roma di Italia, nampak patung ke-12 rasul Yesus berukuran besar dan gagah. Posisinya ada di sisi kiri-kanan ruang basilika, tidak sampai di pelataran altar tetapi di bagian yang ditempati umat. Patung rasul Bartolomeus tampak dengan juba dan kulitnya tercabik-cabik dan tangannya memegang pisau. Menurut sejumlah catatan sejarah, dia mati sebagai martir dengan dikuliti seluruh tubuhnya. Bartolomeus mengenal Yesus pertama kali ketika Yesus mengakuinya sebagai seorang pribadi sejati. Bartolomeus adalah contoh dari awal perjalanan iman orang-orang sebagai pribadi-pribadi yang tulus dan kredibel. Ini tentu berbeda dari sejumlah orang yang mulai mengikuti Tuhan sebagai pendosa seperti Matius pemungut cukai, Maria Magdalena dan banyak yang lain dari antara kita. Pengakuan Yesus terhadap Bartolomeus belum tentu sama positifnya dengan pengakuan manusia. Para musuh atau penentang Gereja ingin buktikan kalau Bartolomeus benar-benar seorang sejati, ia harus dikuliti untuk dapat ditemukan kesejatian yang ada di dalam dirinya! Kesejatian pribadi kita merupakan keutamaan dan status kejiwaan yang membuktikan kita sebagai orang yang pantas di hadapan Tuhan dan baik di tengah sesama kita. Kalau musuh ingin mencari dan menemukannya di dalam organ-organ tubuh kita, jelas sekali itu merupakan suatu kebodohan. Seseorang yang sejati dan dapat dipercayai tidak perlu menunggu untuk diakui dan diperkenalkan orang lain. Ia juga tidak perlu menunggu saja sekiranya Tuhan berkenan membuat dirinya sejati. Setiap orang perlu menciptakan di dalam dirinya kualitas untuk menjadi pribadi yang sejati. Bartolomeus memberikan satu pelajaran, bahwa untuk menjadi pribadi yang sejati ia perlu memenuhi kebutuhan perutusan Yesus. Yesus butuh Bartolomeus, selain untuk terpenuhi kuota 12 karena ketentuan kitab suci untuk sesuai dengan jumlah 12 suku Israel, seperti yang disinggung di dalam bacaan pertama, tetapi juga untuk perwujudan perutusan-Nya. Pelajaran itu menyentuh panggilan dan perutusan kita masing-masing. Kesejatian kita sebagai pengikut Kristus sangat diukur oleh standar, bahwa kita menjawab kebutuhan konkret dalam setiap medan hidup kita. Jadi, seorang suami atau isteri sejati ialah dia yang menjawab kebutuan pasangannya. Seorang imam, biarawan atau biarawati sejati ialah dia yang memenuhi kebutuhan perutusan Gereja dan tarekatnya masing-masing. Seorang abdi negara yang sejati ialah dia yang menjawab kebutuhan masyarakat, bangsa dan negara sesuai panggilan hidupnya. Setiap orang dapat menjadi sejati di dalam bidangnya masing-masing untuk menjawab kebutuhan di bidang itu. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, semoga kami dapat menjadi sejati di dalam setiap situasi dan panggilan hidup kami. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus ... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Senin pekan biasa ke-21, 23 Agustus 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 22, 2021 7:49


Bacaan dibawakan oleh Agnes Kenupang dan renungan dibawakan oleh Mateus Melan dari Gereja St. Yohanes Maria Vianey, Paroki Cilangkap, Keuskupan Agung Jakarta. 1 Tesalonika 1: 2b-5.8b-10; Mazmur tg 149: 1-6a.9b; Matthew 23: 13-22 TIGA KEUTAMAAN DASAR KITA Renungan kita pada hari ini bertema: Tiga Keutamaan Dasar Kita. Sebuah keutamaan, yang sering disebut dengan kebajikan, menunjuk pada kebaikan mendasar yang menjadi pedoman bagi kehidupan kita. Sebagai orang-orang Kristen, kita memiliki tiga keutamaan dasar, yaitu iman, kasih dan pengharapan. Di dalam bacaan pertama pada hari ini, Santo Paulus menyatakan rasa senang dan syukurnya atas pertumbuhan iman jemaat Tesalonika. Jemaat ini telah menerima pembaptisan dalam Roh Kudus sehingga mereka menerima rahmat pengudusan dengan tiga karunia dasar, yaitu “amal imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu di hadapan Allah dan Bapa kita”. Ketiga keutamaan ini kita terima melalui pembaptisan kita masing-masing. Hidup kita sebagai orang-orang beriman yang benar seharusnya dibimbing dalam terang ketiga keutamaan ini. Jalan iman membuat kita yakin akan kebesaran dan kemuliaan Tuhan, yang mengerjakan segala sesuatu menjadi mungkin dari yang tidak mungkin atau sulit terjadi. Melalui iman kita memastikan bahwa Tuhan selalu ada bersama kita dan menyelenggarakan kehidupan kita dalam setiap waktu dan tempat. Jalan kasih sungguh menunjukkan kita sebagai perpanjangan tangan Tuhan yang berbuat kebaikan di dunia. Perbuatan kasih itu dapat menutupi dosa-dosa yang telah kita perbuat. Oleh karena itu kasih tak pernah gagal dalam perannya. Melalui pengharapan, kita mampu bertahan dalam menghadapi berbagai tantangan, kesulitan, penderitaan dan ada kemauan untuk bertobat. Hidup dengan pengharapan berarti kita melihat jauh ke depan untuk tujuan kebahagiaan dan kesempurnaan. Tuhan Yesus, raja dan guru kita adalah patokan dan sumber utama untuk pencurahan ketiga karunia ini. Kita datang dan meminta pada-Nya, bila iman kita mulai menunjukkan tanda-tanda kering. Bila cinta kasih kita tidak berbuah karena hanya kata-kata kosong, kita harus minta penguatannya kepada Yesus. Dan bila kita lemah dalam pengharapan, menyerah dan putus asa, kita harus minta kepada Tuhan Yesus. Jika kita bertumbuh secara baik dalam ketiga keutamaan ini, maka kita dapat terhindar dari perilaku dan mental munafik dan penindas seperti kaum farisi dan ahli-ahli Taurat. Kita tidak mau dimarahi oleh Yesus dengan celaan keras: celakalah kamu! Sebaliknya dengan selalu diperkuat ketiga karunia istimewa itu, kita tak akan berhenti mencari kepenuhan hidup ini sampai kita tiba pada Tuhan sendiri, karena di dalam Dia kita menemukan kepenuhan iman, kasih dan pengharapan kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, di dalam Dikau kami menemukan betapa iman itu kuat, kasih yang terungkapkan secara penuh dan pengharapan yang tak pernah pudar. Kami mohon berkat-Mu supaya hidup kami setiap saat selalu menjadi kehidupan yang beriman, berdaya kasih dan menuju pengharapan sejati. Salam Maria penuh rahmat... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Sabtu pekan biasa ke-20, 21 Agustus 2021; peringatan St. Pius X, paus

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 20, 2021 8:01


Bacaan dibawakan oleh Paulina Lipat dan renungan dibawakan oleh Andreas Sole dari Gereja St. Antonius Padua, Paroki Kalikasa, Keuskupan Larantuka di NTT. Rut 2: 1-3.8-11; 4: 13-17; Mazmur tg 128: 1-5; Matius 23: 1-12 TINGGAL BERSAMA PENYELAMATMU Tema renungan kita pada hari ini ialah: Tinggal Bersama Penyelamatmu. Siapa di antara kita yang tidak ingin dihargai, ditolong dan diterima selayaknya sebagai sesama manusia? Yang jelas tidak ada. Setiap orang ingin hidupnya, dirinya didukung dan pekerjaannya dihargai. Sebaliknya ia tidak ingin dianggap penjahat, perusak, pendosa atau sampah dan penyakit masyarakat. Ketika di dalam kesulitan dan sedang membutuhkan pertolongan, bukan penolakan atau penghinaan yang kita inginkan, tetapi pengertian, penghargaan, penerimaan dan pertolongan. Ruth sebagai wanita bangsa Moab, bukan Yahudi, dianggap asing dan kecil, hanya menumpang di mertuanya Naomi, akhirnya mendapatkan pertolongan Boaz, orang Yahudi. Boaz meminta Ruth untuk tinggal bersamanya, meski wanita Moab ini menolak karena sebagai orang asing dan kecil. Boaz adalah penyelamat Ruth. Lalu jadilah perkawinan itu, diberkati Tuhan dan dari situ di kemudian hari datang raja Daud. Pengalaman Ruth dan banyak dari kita ingin menegaskan begitu besarnya belas kasih Tuhan kepada setiap orang yang sedang dalam kesulitan hidup. Tuhan Yesus melihat seperti apa adanya kita, bahwa kita orang-orang berdosa jelaslah kita membutuhkan belas kasih dari-Nya sebagai Bapa. Kita diajarkan oleh Yesus untuk tidak berpura-pura, transparan, jujur atau tidak menjadi bunglon. Kita diingatkan untuk tidak mengikuti gaya hidupnya kaum Farisi, para ahli Taurat dan para pemimpin agama karena kata dan perbuatan mereka tidak sejalan. Mereka berkata, mengajar dan berteori yang satu, tapi berbuat yang lain. Tuhan mahatahu dan Ia sungguh mengetahui kita luar dalam. Percuma saja kita menutup-nutupi atau berpura-pura, karena Ia sudah mengetahui yang kita sembunyikan, bohongi dan curangi. Bisa jadi hanya dengan sikap munafik dan berpura-pura begitu, kita justru tidak mendapatkan pertolongan dan belas kasih dari Tuhan. Kita akan mendapatkan siksaan dan celaan dari sesama. Jadi sebaiknya kita jujur pada diri sendiri, pada sesama dan pada Tuhan. Dengan kejujuran, pasti kesulitan, kekurangan dan dosa-dosa kita terungkapkan; lalu Tuhan yang maha rahim dan maha murah itu akan berkata kepada kita: “Tinggallah bersama Aku, karena kamu akan mendapatkan keselamatan. Ada sesuatu yang indah dan besar bakal terjadi pada dirimu, jika engkau mau tinggal bersama Aku.” Ruth kurang lebih mengalami seperti ini. Bunda Maria, Santo Yosef, para rasul dan semua orang kudus menjadi teladan bagi kita, yaitu memilih dan menyanggupi ajakan Tuhan tinggal bersama-Nya. Jangan sia-siakan ajakan ini. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa di surga, semoga dengan berkat-Mu hari ini kami dapat menjalani hidup tiap hari dengan selalu berada di dalam naungan berkat dan kasih-Mu. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Rabu pekan biasa ke-20, 18 Agustus 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 17, 2021 7:03


Bacaan dibawakan oleh Theresia Saba Tini dan renungan dibawakan oleh Katarina Gelu Tapoona, dari Gereja St. Karolus, Paroki Sekatak, Keuskupan Tanjung Selor, Kalimantan Utara. Hakim-Hakim 9: 6-15; Mazmur tg 21: 2-3.4-5.6-7; Matius 20: 1-16a PENGORBANAN WAKTU SAMA DENGAN PENGORBANAN DIRI Renungan kita pada hari ini bertema: Pengorbanan Waktu Sama Dengan Pengorbanan Diri. Apakah benar waktu sama dengan diri manusia? Kitab Hakim-Hakim menampilkan aneka pohon baik yang di saat yang tepat menghasilkan keunggulannya, menolak korbankan itu untuk menjadi raja atas pohon-pohon lain. Hanya tanaman kecil yang jelek dan berduri yang rela mengorbankan dirinya untuk menjadi raja. Para pekerja meleburkan dan menyatukan waktu bekerja yang disanggupi masing-masingnya dengan dirinya yang bekerja. Upah diberikan bukan karena waktu kerja saja, tetapi terlebih-lebih pengorbanan kesanggupan dan kemauan pekerja dan kemurahan hati pengupah. Pengorbanan waktu itu merupakan bungkus luar yang sebenarnya menghadirkan pribadi manusia dan perbuatannya pada suatu waktu tertentu. Jadi suatu pengorbanan waktu adalah juga suatu pengorbanan diri. Bacaan liturgis hari ini mengaitkan pengorbanan dengan panggilan para pemimpin dan mereka yang bekerja melayani orang lain. Pemimpin dan pelayan memiliki ciri mengorbankan atau mempersembahkan waktunya. Seorang gubernur harus mengisi lebih banyak waktunya untuk melayani orang banyak, daripada untuk keluarganya. Di dalam dimensi iman, para pemimpin dan pelayanan mereka mempersembahkan diri dan waktunya kepada Tuhan. Ciri utamanya ialah kerelaan dan tanpa pamrih. Upah dalam bentuk materi bukan hal utama, tapi yang penting ialah apa yang diberikan atau dipersembahkan. Tuhan menghendaki supaya pengorbanan kita adalah dari kebebasan dan kemurahan hati sebagai ungkapan cinta dan ketaatan. Memimpin dalam keluarga, masyarakat dan Gereja merupakan sesuatu yang normal. Dalam semua ini ada aspek pelayanannya. Lalu Tuhan ingin berbicara kepada kita tentang ini: waktu yang dipakai untuk melakukan semua ini adalah sakral dan tidak bergantung durasi singkat atau lama. Ketika waktu dipakai dengan baik dan tepat, lalu suatu kualitas pekerjaan yang dilakukan untuk melayani sesama atau mengurusi kehidupan dipentingkan, dengan tidak pertama-tama memperhitungkan apa yang didapatkan sebagai balasannya, di situ terungkap suatu pengorbanan diri. Jadi, waktu perlu kita isi dengan pengorbanan diri, dan sebaliknya pengorbanan diri itu sangat membutuhkan waktu perwujudannya. Percuma kita berbicara tentang suatu pengorbanan tetapi kita tidak punya waktu untuk itu. Tak ada artinya juga atau omong kosong kalau kita punya waktu tetapi terbuang saja dan tidak diisi dengan suatu pengorbanan diri. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, terima kasih kepada-Mu atas pengajaran pada hari ini yang menyadarkan kami arti sebuah pengorbanan diri. Berkatilah setiap bentuk pelayanan dan pekerjaan kami supaya kami tidak melupakan aspek pengorbanan itu. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Senin pekan biasa ke-20, 16 Agustus 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 15, 2021 7:59


Bacaan dibawakan oleh Elizabeth Welin dan renungan dibawakan oleh Zakarias Kerans Waleng dari Gereja St. Fransiskus Xaverius, Paroki Tanjung Priok, Keuskupan Agung Jakarta. Hakim-Hakim 2: 11-19; Mazmur tg 106: 34-37.39-40.43ab.44; Matius 19: 16-22 PENGGANTI SEMUA DAN SETIAP HARTA DUNIA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Pengganti Semua dan Setiap Harta Dunia. Di dalam masa pandemi Covid-19 ini, hampir semua kegiatan di lakukan di rumah. Hampir semua anggota keluarga berada di rumah. Ada seorang gadis remaja berkata kepada ayah dan ibunya: “Sesungguhnya, pengganti semua dan setiap harta di dunia ini ialah kedekatan dan kebersamaan kita satu sama lain.” Semua yang ada di rumah ketika mendengar pernyataan gadis itu tidak dapat membantahnya. Kalau pernyataan gadis itu ditaruh dalam konteks bacaan pertama dari kitab Hakim-Hakim, harta dunia saat ini sebenarnya sama dengan dewa-dewa dan allah-allah lain yang disembah oleh bangsa Israel setelah meninggalnya Yosua. Pilihan kepada harta di dunia ini berangkat dari hati manusia. Di mana hati manusia, di situ terdapat hartanya. Ini yang menjadi persoalan anak muda yang dikisahkan di dalam injil hari ini. Hatinya melekat, bersandar, diisi, diselimuti dan berlebur dengan semua harta dunia yang ia miliki. Harta dunia ini ialah uang, rumah, ternak, tanah, emas, jabatan, kekuasaan, bahkan orang-orang yang berada di sekeliling kita. Apakah dengan memiliki semua harta kekayaan dunia ini seseorang sudah damai, tenang dan bahagia? Apakah ketika hatinya sudah melekat dan berlebur dengan harta itu, hidupnya sudah aman dan nyaman, tidurnya di malam tenang dan pergaulan dengan sesama menjadi kompak? Ternyata tidak. Kekayaan dan harta apa pun memiliki daya tarik untuk membuat hati dan pikiran manusia menjadi tidak damai, nyaman dan tenang. Semua itu berorientasi kepada untung dan rugi, banyak dan semakin banyak, memupuk semangat untuk berkuasa terhadap orang lain. Sesungguhnya, yang sangat kurang dari gaya hidup seperti itu ialah hati yang tenang dan damai. Hari ini kita menemukan seorang muda yang dikisahkan di dalam Injil, berada di dalam suasana seperti itu. Ia meminta pendapat dari Yesus tentang bagaimana menemukan keadaan hati yang tenang dan damai. Yesus memberikan dia solusi, bahwa semua harta itu harus ditinggalkan atau dilepaskan. Kalau ia menjalankannya, maka ia akan bebas dan hatinya menjadi tenang dan damai. Solusi dari Tuhan itu adalah untuk kita semua. Pengganti semua dan setiap harta itu ialah Tuhan sendiri. Kalau kita ingin mengikuti solusi ini, maka yang dapat kita temukan ialah: 1) kita tidak sedih, menyesal, dan kecewa kalau ada harta kita direlakan kepada orang lain, atau ditinggalkan karena tidak berguna lagi; 2) Menggantikan orientasi dan arah hati kita, yaitu berjalan mengikuti Yesus dalam menghidupi gaya-Nya, dengan harta dunia ini sebagai pelengkap; 3) Tinggal bersama Yesus, dan terus berusaha membaharui dunia ini supaya mengikuti gaya Kristus. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, kuatkanlah kami untuk selalu menjadikan diri-Mu sebagai harta kami yang utama, yang pasti mengarahkan seluruh hidup kami kepada jalan kebenaran yang telah Engkau ajarkan kami. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan-bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Minggu, Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, 15 Agustus 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 14, 2021 12:02


Bacaan Pertama dibawakan oleh Elisabeth Welin, Bacaan Kedua dibawakan oleh Zakarias Kerans Waleng dari Gereja St. Fransiskus Xaverius, Paroki Tanjung Priok, Keuskupan Agung Jakarta, bacaan Injil dan renungan dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komisi Komunikasi Sosial SDB Indonesia di Jakarta. Wahyu 11: 19a; 12: 1.3-6a.10ab; Mazmur tg 45: 10c-12.16; 1 Korintus 15: 20-26; Lukas 1: 39-56 YANG KECIL DIPERHITUNGKAN Renungan kita pada hari Minggu, Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga ini bertema: Yang Kecil Diperhitungkan. Sebelum Bunda Maria mengunjungi saudarinya Elisabet di pegunungan Yudea dan menyanyikan magnifikatnya, ia lebih dahulu membuat pengakuan imannya. Terhadap pengangkatan dirinya menjadi Bunda Allah yang melahirkan penebus dunia, Maria menanggapi dengan tenang dalam kalimat ini: Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu. Tanggapan ini merupakan sebuah sikap orang kecil yang rendah hati. Maria tidak menanggapi dengan suatu kemeriahan, bersuka ria dan bergirang yang emosional. Di dalam seruan magnifikat, ia juga menggambarkan dirinya sebagai orang kecil yang diutamakan oleh Tuhan, sementara orang yang congkak dicampakkan di dalam kesengsaraan. Kitab Wahyu dalam bacaan pertama menggambarkan seorang wanita tampak di Surga dengan dikelilingi kuasa Ilahi, namun ia juga tampak kecil dan tak berdaya di hadapan kekuatan setan dan kejahatan yang luar biasa. Kerendahan hati, ketaatan dan memiliki gaya hidup seperti anak kecil merupakan bagian dari pengajaran emas Tuhan Yesus. Diri-Nya sendiri yang ditunjukkan sebagai contoh, yaitu perendahan diri dan pengorbanan diri demi keselamatan kita semua. Ketaatan, kerendahan hati dan ketergantungan kita kepada Tuhan adalah mutlak, supaya kita dapat melawan sifat sombong dan berambisi. Itu adalah syarat yang mendasar untuk dapat masuk dan menikmati Kerajaan Surga. Betapa mulia dan pentingnya orang dan hal yang kecil bagi Tuhan. Memang benar yang kecil itu diperhitungkan oleh Tuhan, dan ini sungguh mengajarkan kita untuk menghargai dan memperhitungkan juga yang kecil. Bagaimana mungkin sesuatu atau seseorang itu menjadi besar, jika tak pernah berawal dari yang kecil atau muda? Tuhan Allah memakai proses natural kita untuk menanamkan iman dan kebijaksanaan Ilahi-Nya di dalam diri kita. Kita mengenal dan tumbuh dalam mengenal Tuhan berangkat dari proses awal yang kecil, sederhana dan tidak luput dari kesalahan. Yesus Kristus adalah pendahulu kita dalam jalan kerendahan hati, ketaatan, kesetiaan dan ketergantungan kepada Allah. Dia adalah sulung dari semua orang yang sudah meninggal dunia. Dia juga yang menjadi pertama dalam kebangkitan bagi orang-orang yang percaya. Semua yang perlu kita lakukan ialah menjadi seperti Bunda Maria yang taat dan setia kepada kehendak Allah di dalam jalan Tuhan Yesus Kristus. Setelah Bunda Maria, kita semua yang mengikuti Kristus adalah orang-orang yang di dalam segala ketergantungan kepada kehendak Allah, mendambakan kehidupan abadi di Surga. Bunda Maria sudah lebih dahulu ke sana dan sedang menantikan kita semua. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Kasih dan perhatian-Mu ya Bapa, membimbing kami untuk menemukan jawaban atas perjalanan iman kami. Semoga kami setia selalu dalam meneladani Bunda Maria. Salam Maria... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Kamis pekan biasa ke-19, 12 Agustus 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 11, 2021 10:16


Bacaan dibawakan oleh Markus Maleng dan renungan dibawakan oleh Veronika Ose Pukan, dari Gereja St. Arnoldus Jansen, Paroki Waikomo, Keuskupan Larantuka di NTT. Yosua 3: 7-10a.11.13-17; Mazmur tg 114: 1-6; Matius 18: 21 - 19: 1 ADA TUHAN YANG HIDUP DI ANTARA KITA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Ada Tuhan Yang Hidup Di Antara Kita. Setiap hari kita menerima berita mengenai situasi negeri kita dan dunia pada umumnya yang dihantam wabah Covid-19. Negara dan semua elemen masyarakat berupaya untuk menghentikan penyebaran wabah ini. Sementara itu obat penangkal untuk mematikan virus ini belum juga ditemukan. Tampaknya kita semua belum siap betul untuk menghadapi serangan Covid ini, dan semua doa kita supaya Tuhan tidak membiarkan kita menderita sendiri di dunia ini. Kita pantas berseru berulang kali: ada Tuhan yang hidup di antara kita. Tuhan menyelenggarakan dan menyertai hidup kita sebagai warga negara di negeri sendiri dan sebagai orang beriman. Di masa lalu, Yosua dengan bangsa Israel telah mengungkapkan yang sama, yaitu keyakinan bahwa ada Tuhan yang hidup di antara umat-Nya. Musa telah wafat. Yosua masih sangat muda dan dipercayakan untuk memimpin dan mengantar bangsanya ke tanah terjanji. Tuhan-lah yang memberikan dia kekuatan, petunjuk dan iman yang kuat, sehingga ia dimampukan untuk memimpin. Mereka sungguh berkeyakinan bahwa Tuhan ada bersama mereka. Kehadiran Tuhan sungguh memberi makna menentukan arah hidup kita. Makna paling pertama ialah Ia menentukan kita sebagai komunitas umat manusia, dengan menyatukan kita dari semua perbedaan dan tetap menghargai ciri khas perbedaan yang ada sebagai kekayaan hidup. Israel sebagai satu bangsa memiliki suatu persekutuan, tetapi sekaligus perbedaan setiap suku tetap terjaga. Di negara mana pun di dunia ini, perbedaan-perbedaan di antara warga negara merupakan karunia Tuhan, dan persatuan adalah semangat hidup dan cita-cita bersama. Makna kedua ialah Tuhan ada untuk memberikan kita kemerdekaan. Di seberang sungai Yordan ketika masih bersama Musa, bangsa Israel mengalami begitu banyak ujian kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan. Era baru dengan pimpinan baru dan melewati Yordan, mereka alami suatu pembebasan. Mereka sedang menuju tujuan mereka. Yesus mengajarkan suatu metode dan spiritualitas pembebasan, yaitu pengampunan. Bahwa mengampuni itu harus total, jangan pakai hitung-hitung alias pelit dalam mengampuni. Setelah pengajaran itu Yesus melewati Yordan, dan di seberang sana ada kehidupan baru, tantangan baru, semangat baru, dan pencapaian baru. Setiap bangsa di dunia saat ini berusaha untuk mencapai kemerdekaan yang sejati, di mana mereka dapat dibebaskan dari segala kesulitan dan penderitaan. Di dalam masa Pandemi ini, doa dan pengharapan kita bersama ialah agar Tuhan menolong kita untuk terlepas dari ancaman wabah yang mematikan ini. Hendaknya kita selalu aktif mengusahakan kemerdekaan ini dan kiranya Tuhan juga ikut campur tangan dalam memberikan kebebasan yang sangat kita perlukan saat ini. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Kebaikan dan kemurahan-Mu ya Tuhan, senantiasa memelihara kami setiap saat. Semoga kami semakin berkomitmen untuk mengabdi-Mu di dalam hidup kami. Kemuliaan kepada Bapa ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Rabu pekan biasa ke-19, 11 Agustus 2021; peringatan Santa Klara, perawan

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 10, 2021 7:59


Bacaan dibawakan oleh Yohana Sarina dan renungan dibawakan oleh Yakobus Tupeng Ama dari Gereja St. Arnoldus Jansen, Paroki Waikomo, Keuskupan Larantuka di NTT. Ulangan 34: 1-12; Mazmur tg 66: 1-3a.5.8.16-17; Matius 18: 15-20 INDAHNYA BERKUMPUL DALAM NAMA TUHAN Renungan kita pada hari ini bertema: Indahnya Berkumpul Dalam Nama Tuhan. Kita selalu berkumpul dalam maksud dan konteks yang berbeda-beda. Tuhan Allah sangat mendukung ini dan pasti memberkati kita. Dan Dia tambahkan bahwa kalau dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Dia pasti hadir bersama mereka. Berkumpul dalam nama Tuhan tentu saja berbeda dari pertemuan-pertemuan seperti bergosip ria, bersekongkol, bersenda gurau, bermain kartu bersama dan masih banyak lainnya. Pertemuan-pertemuan tersebut sama sekali tidak menampakkan kegiatan yang bersifat rohani. Ini tidak menggambarkan apa yang dikatakan oleh Injil tadi. Apalagi, suatu rencana bersama yang jahat dan gosip di antara teman yang bermaksud menjelekkan sesama, ini pasti tidak mempunyai tempat di dalam kehendak Tuhan. Berkumpul dalam nama Tuhan memiliki beberapa unsur dasar, dan ini semua selalu kita lakukan dalam kehidupan kita bersama. Unsur penyebutan nama Tuhan merupakan yang paling gampang kita lakukan. Doa yang singkat, seruan nama-Nya yang kudus, misalnya kesebelasan sepak bola berdoa bersama sebelum pertandingan, ini adalah berkumpul dalam nama Tuhan. Di sini Tuhan disapa dan dimintai penyertaan-Nya, tentu saja bukan untuk maksud yang jahat atau jelek. Unsur berkumpul sebagai komunitas gerejani merupakan wujud yang paling formal dan berwibawa. Di sini ada perayaan-perayaan liturgis, sakramental dan berbagai kegiatan devosi. Tuhan datang dalam kuasa-Nya melalui sakramen-sakramen, atau Dia diundang kehadiran-Nya dan Dia memberkati kegiatan-kegiatan ini. Satu faktor penting yang menunjukkan bahwa pertemuan itu formal dan berwibawa, semestinya itu dipimpin oleh imam yang menjadi representasi Kristus sendiri. Tugas imam ialah menyambungkan umat Allah dengan Tuhan. Unsur berkumpul yang berwujud kasih merupakan suatu ungkapan nyata bagaimana Tuhan berbuat dan terlibat dalam karya kasih yang dilakukan oleh Gereja dan umat-Nya. Orang-orang berkumpul untuk merencanakan sebuah program pemberdayaan keluarga-keluarga miskin, umat Paroki melakukan bersama-sama kegiatan vaksinasi masyarakat, ini merupakan contoh bertemu dalam nama Tuhan. Santa Klara, seorang biarawati yang mengembangkan semangat pembaktian hidup kepada Yesus Kristus, sungguh mempraktikan kesemua wujud pertemuan dengan Tuhan tersebut. Intinya, Tuhan hadir ketika kita sebagai orang beriman berkumpul, dan kita melibatkan Dia untuk memberkati, memampukan dan menyertai kita semua. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan Yesus Kristus, mampukanlah kami selalu di dalam kehidupan bersama kami tiap hari, khususnya ketika kami menjalankan kehendak-Mu secara bersama-sama, di mana Engkau sendiri hadir dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan kami. Salam Maria penuh rahmat ... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Selasa pekan biasa ke-19, 10 Agustus 2021; pesta St. Laurensius, diakon dan martir

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 9, 2021 7:46


Bacaan dibawakan oleh Kristina Kire Ofong dan renungan dibawakan oleh Siprianus Tua Betekeneng, dari Gereja St. Maria Asunta, Paroki Kota Baru Kupang, Keuskupan Agung Kupang di NTT. 2 Korintus 9: 6-10; Mazmur tg 112: 1-2.5-9; Yohanes 12: 24-26 TUHAN MENGASIHI ORANG YANG MEMBERI DENGAN SUKACITA Tema renungan kita pada hari ini ialah: Tuhan Mengasihi Orang Yang Memberi Dengan Sukacita. Hari ini Gereja merayakan pesta Santo Laurensius, seorang diakon di Roma. Ia dibunuh oleh Emperor Valerianus pada abad ke-3. Laurensius dipenjarakan sementara dan menunggu waktu eksekusi. Ia dianggap menyimpan semua harta kekayaan Gereja peninggalan Paus Sikstus II yang sudah lebih dahulu dibunuh empat hari sebelumnya. Pada hari eksekusi, Laurensius diperintahkan membawa serta semua harta kekayaan untuk diserahkan. Ia menuju tempat eksekusi diikuti oleh banyak orang sakit, lumpuh, miskin, terlantar yang setiap hari ia layani. Mereka semua adalah harta kekayaan yang ia miliki selama hidupnya. Santo Laurensius sungguh memberikan dengan sukacita. Artinya ia telah memberikan semua dalam hidupnya untuk melayani orang kecil dan sakit, dan ini berarti ia menjalankan kehendak Tuhan. Ia bersukacita menjalankan pekerjaan yang dilakukan Tuhan sendiri. Saat eksekusi, ia hadirkan kesukaannya di dunia yaitu hidup bersama orang-orang kecil dan sakit. Jadi ia rela dan senang menerima hukuman mati atas dirinya karena setelah kematiannya itu akan tumbuh subur sebuah semangat untuk memberi dengan sukacita di antara orang-orang yang telah mengalami kasih Tuhan. Memberi dengan sukacita selalu menaruh fokusnya pada manusia yang membutuhkan dan yang menerimanya. Fokus tidak diberikan pada benda dan materi menurut jumlah atau harganya. Kalau fokus perhatian kepada orang, otomatis barang-barang kebutuhannya juga ikut diperhatikan. Fokus kepada manusia jauh lebih luas dan mendalam karena perhitungannya juga mencakup aspek-aspek non materi seperti nasihat, kedekatan, relasi, psikologis, kebudayaan dan lain sebagainya. Sering terjadi kalau bagian-bagian non materi ini dapat diberikan dengan baik, yang materi justru tak diperlukan lagi. Jika perhatian dan pemberian itu mengutamakan sosok manusia entah pribadi atau kelompok, buahnya selalu berupa kepuasan rohani. Orang yang memberi menjadi gembira dan damai karena mempersembahkan kebaikan bagi sesamanya. Ia memiliki kesempatan untuk bertumbuh secara positif dan sehat. Orang yang menerima pemberian juga bersukacita karena telah dibantu untuk dapat keluar dari kesulitan hidup. Ia diliputi suasana hati dan pikiran yang bersyukur dan bangga. Tuhan membimbing dan memberkati, sehingga ungkapan kasih melalui saling memberikan perhatian ini dapat diwujudkan. Kasih Tuhan itu tidak ada batasnya, hingga berkat-Nya yang paling tinggi bagi orang yang percaya dan setia ialah tersedianya kehidupan abadi yang bahagia di dalam rumah-Nya di surga. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah maha kuasa, Putera-Mu Yesus Kristus mengajarkan kami untuk memberi dengan sukacita, maka kuatkanlah kami selalu dengan Roh-Mu untuk mewujudkan ini di dalam setiap saat hidup kami. Bapa kami yang ada di surga... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Senin pekan biasa ke-19, 9 Agustus 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 8, 2021 7:17


Bacaan dibawakan oleh Hendrina Linong dan renungan dibawakan oleh Germanus Asan Uran dari Gereja St. Damian, Paroki Bengkong, Keuskupan Pangkal Pinang, Batam. Ulangan 10: 12-22; Mazmur tg 147: 12-15.19-20; Matius 17: 22-27 KEHARUSAN MEMBERI CONTOH MEMBAYAR PAJAK Tema renungan pada hari ini ialah: Keharusan Memberi Contoh Membayar Pajak. Satu hal penting untuk kita ketahui dari Injil ini ialah tentang Yesus bersama rasul-Nya ikut membayar pajak. Kali ini, Yesus mengajarkan tentang kewajiban sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Yesus dari Nazaret selain seorang guru rohani, ia juga tokoh publik dan warga masyarakat pada zaman-Nya. Dalam satu wawancara tentang pentingnya membayar pajak secara jujur dan bertanggung jawab, menteri keuangan Republik Indonesia berkata bahwa warga masyarakat yang cinta akan tanah air dan bangsanya tentu menjalankan kewajibannya membayar pajak. Haknya untuk hidup dan bekerja yang dilindungi oleh negara, mesti sejalan dengan kewajiban membayar pajak. Kegunaan pajak itu ialah untuk biaya pendidikan, kesehatan, pembangunan fisik dan mental bangsa, honor bagi para abdi negara dan semua pembiayaan negara lainnya. Situasi demikian terjadi di negara mana pun. Pajak yang berguna, misalnya untuk membiayai pendidikan dan kesehatan terutama bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah, kurang lebih sama dengan visi misi yang dicanangkan oleh Musa kepada bangsa Israel. Ia tegaskan bahwa semua kebaikan dan kemurahan Tuhan telah mereka dapatkan dari waktu ke waktu. Maka mereka diwajibkan untuk memberikan rasa adil dan membantu kalangan masyarakat yang miskin-kecil, yaitu para janda, yatim piatu dan orang asing. Paling kurang ada dua hal menjadi pelajaran dari Yesus melalui pewartaan Injil hari ini. Pertama, keharusan pembayaran pajak didasarkan pada pekerjaan yang dilakukan di dalam masyarakat, yang mendatangkan keuntungan, dan yang berkaitan dengan keterlibatan anggota masyarakat lainnya. Yesus dan rasul-rasul-Nya menyadari hal ini sangat nyata berkaitan dengan pelayanan publik-Nya, maka pekerjaan mereka itulah yang menjadi objek pajak nyata di dalam masyarakat. Yesus menyuruh Petrus untuk mengambil uang lalu membayarkan pajak untuk mereka berdua. Kedua, karena pelayanan publik itu membuat Yesus dan para rasul-Nya spesial lalu dianggap populer, guru dan figur publik. Jadi mereka harus menjadi model untuk taat membayar pajak. Yesus berbuat demikian supaya tidak menjadi skandal bagi banyak orang. Siapa pun yang menjadi figur penting mesti sebagai contoh dalam berbuat baik, yaitu membayar pajak. Jadi bukan kata-kata, himbauan atau nasihat banyak supaya membayar pajak, tetapi perbuatan nyata membayar itu sendiri yang menjadi model bagi orang banyak. Semoga kita semakin bertumbuh kesadaran akan kewajiban membayar pajak kita kepada negara. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Di dalam tangan-Mu ya Bapa, kami ingin menaruh nasib hidup kami khususnya pada hari ini, kiranya hidup kami sebagai pribadi dan bersama dengan sesama pada hari ini senantiasa memberikan suasana damai dan hubungan yang saling mendukung. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan-bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Minggu Biasa ke-19, 8 Agustus 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 7, 2021 10:40


Bacaan pertama dibawakan oleh Germanus Asan Uran, bacaan kedua dibawakan oleh Hendrina Linong dari Gereja St. Damian, Paroki Bengkong, Keuskupan Pangkal Pinang, Batam, bacaan Injil dan renungan dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komisi Komunikasi Sosial SDB Indonesia di Jakarta. 1 Raja-Raja 19: 4-8; Mazmur tg 34: 2-3.4-5.6-7.8-9; Efesus 4: 30 - 5: 1-2; Yohanes 6: 41-51 HENTIKAN SALAH MENGERTI TENTANG ROTI HIDUP Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-19 ini ialah: Hentikan Salah Mengerti Tentang Roti Hidup. Dalam satu kesempatan ziarah ke tanah suci di Yerusalem, seorang lelaki yang bernama Jerome amat terkesan ketika menyentuh tempat di mana Santo Hironimus (Saint Jerome) pernah tinggal. Yang berkesan dan tertulis amat kuat di dalam pikirannya ialah kutipan kata-kata Santo Hironimus yang berbunyi: Tidak tahu kitab suci berarti tidak tahu Kristus. Ungkapan yang lebih keras atas ketidak-tahuan ialah kebodohan. Perbuatan dan perilaku manusia disebabkan oleh kebodohan selalu dianggap rendah bahkan membahayakan. Kehidupan yang semata-semata digerakkan oleh kadar pengetahuan yang sangat rendah dan ketidak-tahuan suatu kenyataan yang normal dan masuk di akal, pasti membuat kehidupan itu amat sulit untuk dinikmati sebagai sebuah kenyataan hidup bersama. Orang yang bodoh sama saja dengan orang tidak mengerti. Mengapa di dalam tujuh karunia Roh Kudus yang dicurahkan pada waktu Pentekosta, ada yang disebut karunia pengertian dan pengetahuan, itu adalah karena kehendak Tuhan untuk menghilangkan kebodohan-kebodohan yang membayakan kehidupan manusia. Yesus berulang kali mengecam dan melawan keras orang-orang Farisi, para ahli taurat dan para penguasa masyarakat karena bagi Yesus, ketidak-mengertian, misunderstanding mereka sangat fatal. Mereka tidak mau menerima Mesias yang menjadi utusan Allah, yaitu diri-Nya sebagai anak manusia. Pada hari minggu ini, Sabda Tuhan kembali memberikan kita tantangan atas kemampuan kita mengerti dan menerima ajaran tentang diri-Nya sendiri sebagai makanan dan minuman. Kebodohan yang ada pada para pendengar Yesus saat itu ialah mereka memandang roti hidup dalam tubuh Yesus secara fisik. Mereka tidak bisa menerima kalau tubuh Yesus sebagai daging dan darah manusia menjadi makanan mereka. Mereka tidak menerima kalau disamakan dengan hewan pemakan hewan. Bagi Yesus cara memandang ini adalah sebuah kebodohan. Sebenarnya, perjanjian lama sangat menekankan segi rohani roti dan anggur, yaitu ungkapan syukur dan pengakuan akan Pencipta yang adalah pemberi dan penopang kehidupan. Pandangan rohani ini disempurnakan oleh Yesus yang membuat diri-Nya sebagai roti hidup. Karena Ia menjadikan diri-Nya sebagai suatu persembahan sempurna dari Tuhan bagi kita manusia, dan yang membawa semua manusia kepada Tuhan melalui pengorbanan diri-Nya. Kita diminta oleh-Nya untuk memakan Diri-Nya berarti membuat diri-Nya hidup di dalam diri kita. Ia menetapkan Ekaristi sebagai tanda pengorbanan itu, sehingga kita memang diwajibkan untuk memakan Sabda-Nya yang menjelmah menjadi tubuh Ekaristi. Kita tidak boleh jatuh dalam kebodohan karena salah mengerti Yesus sebagai roti hidup yang menghidupi kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan, pandanglah kami dengan kasih setia-Mu supaya kami menjadi setia seperti diri-Mu. Bapa kami... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Jumat pekan biasa ke-18, 6 Agustus 2021; pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya.

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 5, 2021 8:47


Bacaan dibawakan oleh Maria Antonia Mesu dan renungan dibawakan oleh Ludgardis Tuto, dari Gereja St. Fransiskus Asisi, Paroki Lamahora, Keuskupan Larantuka, NTT. Daniel 7: 9-10.13-14; Mazmur tg 97: 1-2.5-6.9; 2Petrus 1: 16-19; Markus 9: 2-10 MATA DAN TELINGA YANG BERJAGA Renungan kita pada hari ini bertema: Mata dan Telinga Yang Berjaga. Seorang pemuda untuk kali ketiganya berpacaran dan ia berpikir kalau kali ini mesti memberikan hasil yang positif. Dua kali sebelumnya ia selalu berakhir dengan kesedihan lantaran ada banyak ketidak-sesuaian. Ia mengevaluasi diri dan mengetahui bahwa ada sisi negatif dari dirinya yang ikut menyebabkan kegagalan pacaran selama dua kali. Lalu ia bicarakan itu dengan kedua orang tuanya. Nasihat kedua orang tuanya begini: keputusan hati kita untuk berkata dan bertindak sangat bergantung pada kemampuan kita melihat dan mendengar. Mata dan telinga kita harus senantiasa aktif untuk mendapatkan kenyataan tentang orang lain yang kita kasihi. Ketika melihat bahwa orang di sampingmu sedang sibuk dengan berbagai pekerjaan, atau ketika telinga mendengar kalau orang tersebut suaranya sudah tidak berdaya, keputusan hatimu akan menentukan tindakan untuk memperhatikan dia. Pemuda itu mengamini nasihat itu dan bertekat untuk membuat kesempatan pacaran yang ketiga kali itu berbuah baik dan bisa meningkat menjadi hubungan ke jenjang perkawinan. Pada hari pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya ini, Sabda Tuhan mengajarkan kita untuk mengalami kemuliaan dan kebesaran Tuhan melalui mata kita yang melihat dan telinga kita yang mendengar. Ketiga bacaan menggambarkan penglihatan dan pendengaran fisik yang dialami oleh nabi Daniel, rasul Petrus dan kedua rekannya. Mereka melihat penampakan Tuhan dan mendengar suara yang datang langsung dari Surga. Suatu pengalaman iman yang secara langsung seperti ini sangat didambakan oleh banyak dari kita. Kita bagaikan terangkat setinggi gunung Tabor tempat para rasul menyaksikan penampakan kemuliaan Tuhan. Saat ini hampir semua pengalaman iman kita ialah kejadian-kejadian tidak langsung namun ditandai secara langsung. Yesus bersabda dan menampakkan kemuliaan-Nya melalui diri Bapa Suci, atau seorang imam, atau seorang saudara yang berbuat baik dan mengasihi kita. Yesus hadir secara pribadi langsung tetapi dilambangkan oleh Roti Ekaristi yang selalu kita sembah dan santap. Yesus juga berdiri di mimbar dan bersabda secara langsung tetapi ditandai oleh seorang pewarta. Pengalaman-pengalaman seperti ini sangat bernilai tinggi dan membantu pertumbuhan iman kita. Mata dan telinga kita sangat berperan untuk pertumbuhan iman ini. Yang menjadi masalah ialah jika kita tidak mendengar dan melihat dengan suatu perhatian yang baik, kita bakal kehilangan pengalaman akan kemuliaan Tuhan yang hadir di dalam diri sesama, alam lingkungan, dan peristiwa hidup kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... ya Yesus yang baik, semoga kami selalu ingin melihat dan mendengarkan Dikau yang bersabda dan berbuat di dalam setiap situasi hidup kami. Salam Maria... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Kamis pekan biasa ke-18, 5 Agustus 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 4, 2021 8:32


Bacaan dibawakan oleh Onny Pakendek dan renungan dibawakan oleh Yohanes Sukardi, dari Gereja St. Maria Asunta, Paroki Kota Baru Kupang, Keuskupan Agung Kupang, NTT. Bilangan 20: 1-13; Mazmur tg 95: 1-2.6-9; Matius 16: 13-23 PENGAKUAN YANG BENAR Tema renungan kita pada hari ini ialah: Pengakuan Yang Benar. Seorang ibu berusia sekitar 60-an terlihat beberapa menit yang lalu keluar dari kamar pengakuan dosa. Ia kemudian berjalan menuju ke tempat parkir, mendekati mobilnya, lalu menaikinya untuk pulang. Pastor yang sudah mendengarkan pengakuannya sudah beranjak dari kamar pengakuan dan terlihat sudah berada di dalam kantornya. Namun tiba-tiba ibu itu mengetok pintu kantor pastor. Maksud dia ialah melakukan kembali pengakuan dosa. Pastor menjadi heran karena ia baru saja selesai melakukan pengakuan dosa. Ibu itu beralasan, ia meminta pengakuan lagi karena pengakuan yang pertama tadi diyakininya tidak benar. Ia tidak mengungkap perbuatannya dan kejadian yang sesungguhnya. Ia sangat menyesalinya, yang membuatnya berat untuk pulang ke rumah. Maka lebih baik ia meminta pastor untuk mendengarkan kembali pengakuannya. Adalah sangat berisiko jika suatu pengakuan sengaja dibuat menjadi tidak benar alias salah. Di dalam hukum sipil, jika suatu pengakuan atau kesaksian disampaikan tidak benar, pengadilan negara sudah menyediakan hukumannya. Ibu itu jelas melakukan suatu pengakuan dosa yang salah, dan hukumannya ialah ia sendiri merasa berat, bersalah, dan tidak tahan menyetir mobilnya untuk pulang. Ia harus membereskannya dahulu sebelum tinggalkan area gereja. Ketika orang melakukan kebohongan dengan membuat pengakuan yang salah, hati nurani mereka tersiksa, batin terpukul, perasaan kacau, dan pikiran tidak damai. Sebaliknya, jika sebuah pengakuan itu disampaikan apa adanya, dalam ketulusan, berdasarkan kenyataan, dan bermaksud untuk menegakkan kebenaran, pasti pikiran, hati dan jiwa kita berada dalam damai dan tenteram. Tuhan juga sangat berkenan dan Ia akan selalu berpihak kepada kita. Barang siapa yang hidup jujur dan lurus jalannya, ia sangat dikasihi Allah, demikianlah seruan pemazmur (Maz 50,23). Pengakuan rasul Petrus tentang pribadi Yesus Kristus seharusnya menjadi contoh bagi kita untuk membuat pengakuan iman, yang harus kita lakukan dengan benar dan sungguh-sungguh. Meski terkadang kita bersikap ceroboh dan sengaja berbuat dosa, tetapi kalau tentang pengakuan iman kita tidak boleh salah atau melenceng sedikit pun. Misalnya, bila seseorang mengatakan kalau Yesus Kristus itu bukanlah Putra Allah tetapi hanya sebagai utusan Allah yang hebat dan perkasa, ia melakukan suatu dosa yang fatal. Tentang warisan pusaka Yesus seperti Ekaristi dan Sabda Tuhan, jika itu kemudian tidak diakui lagi oleh orang-orang yang sudah menjadi anggota Gereja, maka dosanya sangat besar. Umat Israel yang mengembara di padang gurun selalu mendapat pencobaan untuk meninggalkan iman kepada Allah yang sudah mereka akui. Untung ada Musa yang selalu menjadi pengaku iman sejati bagi mereka. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Yesus, semoga kami selalu mengakui-Mu dari hati dan pikiran kami yang benar. Salam Maria... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Rabu pekan biasa ke-18, 4 Agustus 2021, peringatan St. Yohanes Maria Vianey, imam

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 3, 2021 7:24


Bacaan dibawakan oleh Yohanes Dewa dan renungan dibawakan oleh Wilibroda Gunung Lajar, umat Gereja St. Arnoldus Jansen, Paroki Waikomo, Keuskupan Larantuka di NTT. Bilangan 13: 1-2a.25 - 14: 1.26-29.34-35; Mazmur tg 106: 6-7a.13-14.21-22.23; Matius 15: 21-28 SILAKAN BERTERIAK SAJA KEPADA TUHAN Tema renungan kita pada hari ini ialah: Silakan Berteriak Saja Kepada Tuhan. Seseorang pernah bercerita tentang rutinitasnya datang ke gereja pada pagi hari sekitar jam sembilan dan sepuluh. Suasana gereja selalu sepi pengunjung pada saat-saat ini. Ia rutin datang ke gereja ketika ada masalah pribadi atau keluarga yang sangat membebani hidupnya. Dari pintu masuk, ia berteriak: Tuhaaaaaaan, aku datang. Toloooooong aku.... Ia berlutut menghadap tebernakel, menatapnya dan mulai berdoa. Ia menangis sambil berdoa. Sesekali ia berteriak: Tuhannnn, dengarkan aku, tolonglah aku.... Pastor paroki mendengar ada teriakan seseorang dari dalam gereja, tapi Ia hanya mengawasi dari jauh. Ketika keluar, orang tersebut bertemu Pastor di pintu depan. Mereka berbicara. Ia utarakan maksud kunjungan ke gereja secara rutin, dan minta ijin supaya bisa berteriak kepada Tuhan. Pastor mengiyakan bahwa pada jam-jam itu saat di dalam gereja sepi: silakan berteriak saja kepada Tuhan. Tuhan selalu menjadi tujuan pengaduan dan teriakan kita, baik itu berupa seruan-seruan dalam hati maupun dengan suara normal atau lantang. Kalau kita bayangkan, sekian banyak manusia di dunia ini dengan masalahnya masing-masing, berteriak minta tolong, bagaimana Tuhan bisa mendengar semuanya dan mengabulkan satu persatu? Jawabannya hanya Tuhan yang tahu. Tetapi kenyataan bahwa kita selalu mengadu, memanggil dan berteriak nama-Nya, atau menangis dan memohon dengan sangat kepada-Nya, merupakan bentuk ketergantungan kita yang tak terhindarkan. Bangsa Israel menangis dan berteriak sepanjang waktu pengembaraan di padang gurun. Kitab Bilangan bercerita bagaimana orang-orang penghuni tanah Kanaan sungguh berpenampilan menakutkan, yang membuat orang Israel menangisi nasibnya dan berteriak minta tolong kepada Tuhan. Melalui teriakan minta tolong, perempuan yang bukan beriman Yahudi itu mendapatkan pertolongan Yesus Kristus: yaitu bahwa imannya kepada Yesus membantu menyembuhkan anaknya dari cengkeraman roh jahat. Sungguh, berteriak minta tolong kepada Tuhan itu penting dan mendesak. Kita juga melakukan itu kepada sesama kita. Musibah bencana alam, kebakaran, kecelakaan, sakit, kelaparan merupakan contoh kebutuhan urgen di sekitar kita, di samping banyak masalah lain sejenis. Sebagai anak-anak Tuhan, hendaknya kita tidak menahan diri dan pasif untuk meminta pertolongan atau memberikan pertolongan. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Tuhan Allah maha murah, penuhilah hati dan pikiran kami dengan rahmat kemurahan hati sehingga kami dapat mengindahkan semua bentuk teriakan dan permintaan untuk setiap pertolongan. Kuatkanlah kami selalu dengan berkat-Mu untuk kemurahan hati ini. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Selasa pekan biasa ke-18, 3 Agustus 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 2, 2021 9:04


Bacaan dibawakan oleh Eugenesia Maria Tada Tolok dan renungan dibawakan oleh Andreas Muhi Pukai, dari Gereja St. Yohanes Rasul, Paroki Kedaton, Keuskupan Tanjung Karang, Lampung. Bilangan 12: 1-13; Mazmur tg 51: 3-4.5-6a.6bc-7.12-13; Matius 14: 12-36 ORANG BUTA JANGAN MENUNTUN ORANG BUTA Renungan pada hari ini bertema: Orang Buta Jangan Menuntun Orang Buta. Pekerjaan menuntun sama kualitasnya dengan membimbing, mengarahkan dan mengajarkan. Ini mengandaikan bahwa yang menuntun itu adalah orang yang lebih berkualitas dibandingkan dengan yang dituntun. Misalnya guru menuntun murid-murid dan orang tua menuntun anak-anak atau cucu-cucu. Tuhan menyelenggarakan hidup kita dengan suatu model pembelajaran untuk menjadi sesuatu yang diharapkan. Dunia binatang saja secara natural juga berlaku hukum ini, apalagi manusia yang punya peradaban, di mana akal budi dan imannya menjadi instrumen mendasar yang dipakai untuk menuntun dan mengajarkan. Musa terpilih dan memiliki segala kemampuan untuk menuntun. Ia berhasil menjalankan tugas itu dengan bagus sekali. Ia adalah nabi dan pemimpin besar bangsa Israel. Tugas istimewa ini bisa lebih dipandang sebagai suatu privilese atau keistimewaan. Musa tentu saja menyadari tentang hal ini. Sama seperti seorang Uskup atau imam atau presiden melihat tugas profesi sebagai suatu keistimewaan, dan ia terdorong untuk menjalankannya secara bertanggung jawab dan adil. Tetapi di sisi lain, orang yang iri atau tidak suka dengan keterpilihan istimewa ini pasti memandangnya sebagai sesuatu yang tidak adil, tidak wajar dan tidak benar. Biasanya ada bujukan Setan supaya mereka dipenuhi ambisi berkuasa, lalu menginginkan posisi atau privilese tadi. Itu yang terjadi dengan Myriam dan Harun yang berniat jahat mengincar tugas keterpilihan Musa. Tuhan Allah melihat ini suatu tanda ambisi yang bakal membawa kehancuran bagi misi keselamatan-Nya. Mereka itu bagai orang buta yang akan menuntun bangsa Israel yang buta sedang menuju ke tanah terjanji. Kelakuan mereka mirip dengan orang-orang Farisi yang dikecam oleh Yesus. Praktisnya baik kata dan perbuatan mereka berlawanan dengan Yesus Kristus. Kejadian yang digambarkan oleh bacaan Injil pada hari ini cukup menjelaskan kepada kita bahwa iman yang kecil atau lemah seperti yang ditunjukkan oleh rasul Petrus, tidak bisa diandalkan untuk membimbing dan mengajarkan orang lain yang belum kuat imannya. Yang sudah terjadi ialah orang yang salah beriman seperti orang Farisi menganggap diri mampu membimbing orang lain. Padahal itu sama dengan orang buta menuntun orang buta. Bisa jadi mereka bersama-sama jatuh ke dalam kehancuran. Atau lebih parah, bisa jadi mereka menjurumuskan orang-orang ke dalam lembah dosa, sementara mereka tahu untuk meluputkan dirinya. Untuk menghindari ini, satu nasihat bijaksana buat kita ialah: janganlah menjadi yang buta menuntun yang buta. Rasul Petrus kini telah menjadi model iman kita, karena imannya sudah sejati. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Tuhan dan Allah kami, semoga di dalam rahmat-Mu kami dapat mengisi seluruh hari ini selalu dengan perkataan dan perbuatan yang mengakui kebesaran-Mu dan memuliakan nama-Mu. Salam Maria penuh rahmat... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Senin pekan biasa ke-18, 2 Agustus 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Aug 1, 2021 7:38


Bacaan dibawakan oleh Elizabeth Wellan dan renungan dibawakan oleh Petrus Kanisius Kebaowolo, dari Gereja St. Agustinus, Paroki Karawaci, Keuskupan Agung Jakarta. Bilangan 11: 4b-15; Mazmur tg 81: 12-13.14-15.16-17; Matius 14: 13-21 TUHAN TIDAK TEGA KALAU KITA LAPAR Tema renungan pada hari ini ialah: Tuhan Tidak Tega Kalau Kita Lapar. Kehendak Tuhan yang paling utama ialah menyediakan kebaikan dan mendatangkan keselamatan bagi umat manusia. Perhatian-Nya kepada orang yang kekurangan dan kecil merupakan inti kemurahan hati dan belas kasih-Nya. Mereka yang berkekurangan seperti yang diwartakan dalam bacaan-bacaan hari ini ialah mereka yang kelaparan. Mereka lapar akan makanan jasmani yang membuat perut kenyang. Umat Allah yang mengembara di padang gurun sering mengalami kelaparan karena di sana memang tak ada banyak makanan. Karena itu Tuhan menyediakan mereka manna dan daging, meski itu tidak cukup memuaskan mereka. Mereka tetap saja mengeluh dan protes karena hidup sebagai pengembara memang penuh penderitaan. Yesus Kristus jatuh kasihan pada banyak sekali orang yang mengikuti dan mendengarkan Dia. Ketika mereka perlu makan karena keadaan mereka sudah lelah dan kelaparan, mereka sendiri tidak bisa memiliki makanan. Tidak teganya Yesus, tidak dirasakan juga oleh para rasul, dan mereka kurang yakin kalau Tuhan bisa menyediakan makan bagi orang-orang itu. Akhirnya terjadilah mujizat: Yesus memperbanyak lima roti dan dua ikan untuk memberikan makan ribuan orang. Melampaui kelaparan jasmani itu, perut lapar dan kerongkongan kering, Tuhan Yesus merasa tega lebih dahulu atas apa yang sangat dibutuhkan yaitu keselamatan jiwa mereka. Bangsa Israel menuju ke tanah terjanji untuk menemukan hidup bahagia di dalam perlindungan dan kasih Tuhan. Bagi ribuan orang tersebut Yesus tahu betul kekeringan jiwa mereka, sehingga mereka sangat membutuhkan gembala yang akan menyemangati, menuntun dan menyediakan jalan keselamatan kepada mereka. Penggembalaan di dalam Gereja amatlah penting dan tidak boleh disepelekan bahkan dilupakan. Ini tidak hanya dalam arti sempit yaitu adanya para pemimpin entah tertahbis dan kaum berjuba. Dalam arti luas, penggembalaan itu menyangkut pendampingan, animasi, perlindungan, advokasi, asistensi dan pemberdayaan yang ditujukan kepada segenap umat, supaya kehidupan mereka yang menjadi semakin maju dan bermartabat. Penggembalaan membawa umat manusia kepada Tuhan. Jadi Yesus tidak tega dengan kelaparan kita, memang pada akhirnya membuat kehidupan jasmani dan rohani umat-Nya terjamin, paling kurang hidup kita di dunia ini layak dan baik. Dengan jaminan seperti ini, jelas kita juga memandang hidup kita di masa depan di akhirat nanti dengan penuh optimisme. Marilah pada hari ini, kita mempersembahkan intensi doa bagi tugas penggembalaan di dalam Gereja kita. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Di dalam kasih dan kemurahan-Mu, ya Bapa, kami ingin menaruh segala keperluan kami, khususnya pada hari ini, supaya kami dapat menerima berkat-berkat-Mu dalam sepanjang hari ini. Kemuliaan kepada Bapa... Dalam nama Bapa... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy
Bacaan-bacaan dan renungan Firman Tuhan hari Minggu Biasa ke-18, 1 Agustus 2021

La Porta | Renungan Harian Katolik - Daily Meditation according to Catholic Church liturgy

Play Episode Listen Later Jul 31, 2021 11:44


Bacaan pertama dibawakan oleh Petrus Kanisius Kebaowolo, bacaan kedua dibawakan oleh Elizabeth Wellan, dari Gereja St. Agustinus, Paroki Karawaci, Keuskupan Agung Jakarta, bacaan Injil dan renungan dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komisi Komunikasi Sosial SDB Indonesia, di Jakarta. Keluaran 16: 2-4.12-15; Mazmur tg 78: 3.4bc.23-24.25.54; Efesus 4: 17.20-24; Yohanes 6: 24-35 MANUSIA YANG DIPERBARUI Renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-18 ini ialah: Manusia Yang Diperbarui. Setiap peristiwa dan kegiatan iman kita menggambarkan hubungan kita dengan Tuhan. Suatu pengalaman iman mendorong kita untuk memiliki pengalaman yang lain. Di akhir perjalanan iman itu kita berharap untuk memiliki hidup dalam persekutuan selama-lamanya dengan Tuhan. Di antara awal dan akhir itu terdapat suatu proses panjang yang penuh dengan pengalaman pembaruan, dan kita harus mau diperbarui. Pada suatu ketika, Pilot penerbangan pesawat komersial dari Bali ke Jakarta sedang berbicara. Cuaca pada waktu itu dipastikan sedang tidak baik. Badan metereologi sudah memberikan data rinci tentang cuaca udara demi meningkatkan kewaspadaan. Sebelum lepas landas ia berkata demikian, “Cuaca saat lepas landas dipastikan agak kurang baik dan kita berharap untuk sampai di Jakarta sebagai tujuan pertama penerbangan ini dengan selamat. Semua penumpang dihimbau tetap tenang dan berdoa, karena kita tidak tahu sesungguhnya di perjalanan nanti. Selamat siang.” Suatu proses belum tentu mencapai tujuannya seperti yang diharapkan. Tetapi kita semua tahu bahwa kepastian proses itu terletak pada pergerakan atau dinamikanya. Musa bersama bangsa Israel sedang berproses dalam kepatuhan dan kesetiaan kepada Allah. Makanan yang diturunkan dari surga menentukan dinamika proses tersebut. Ribuan orang yang diberi makan oleh Yesus sedang mencari kepastian kelangsungan hidup mereka. Mereka sadar kalau roti dan ikan adalah tujuan pencarian mereka. Ternyata tidak demikian. Yesus mengatakan bahwa proses itu bukan hanya jasmani, namun lebih dari itu adalah kebutuhan rohani. Setelah dipuaskan dengan makanan dari Tuhan, harapan besarnya ialah orang-orang mengalami pembaruan hidupnya. Masalah orang Israel dalam pimpinan Musa ialah mereka merasa senang sesaat namun kemudian mereka kembali lagi mengeluh dan melawan Tuhan. Ribuan orang yang puas oleh makanan dari penggandaan lima roti dan dua ikan itu mengalami pembaruan hidup yang negatif. Mereka hanya mau mencari makanan jasmani dan ingin menjadikan Yesus raja bagi negeri mereka. Pembaruan ini adalah ke arah negatif. Padahal yang dikehendaki Tuhan adalah suatu pembaruan rohani yang positif. Setiap kali setelah menerima Sabda Tuhan yang menjelma dalam Ekaristi, kita diharapkan menampakkan diri sebagai orang-orang yang diperbarui. Karunia makanan ini mengisi seluruh diri kita, jasmani dan rohani, yang mendukung kita hidup dan bekerja pada waktu dan hari-hari sesudahnya. Kecapaian, kelelahan, kejenuhan, berada di dalam tekanan, saat-saat bingung dan dilema, marah dan putus asa menghinggapi kita dalam hari-hari tersebut. Saat kembali lagi ke perayaan Ekaristi, jadikanlah itu sebagai kesempatan untuk pembaruan diri sekali lagi. Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Allah, tambahkanlah kami kemauan dan kerinduan yang tak kunjung berhenti akan Ekaristi. Bapa kami... Dalam nama Bapa ... --- Send in a voice message: https://anchor.fm/media-la-porta/message